Вы находитесь на странице: 1из 15

Empat Ajaran Liao Fan, Ajaran

Pertama
kebajikandalamkehidupan.blogspot.co.id | Written By Kebajikan ( De ) on Minggu, 14 Agustus 2011 |
21.21

PENDAHULUAN

Tuan Yuan Liao Fan menulis "Empat Ajaran Liao Fan" di Tiongkok
pada abad ke-16. Buku ini dimaksudkan untuk mengajar anaknya
Yuan Tian Qi, bagaimana memahami takdir sebenarnya, membedakan
yang baik dan yang buruk, dan cara memperbaiki kesalahan
seseorang dan menjalankan kebajikan. Selain itu, karya ini juga
memberikan bukti-bukti nyata tentang hasil dan manfaat yang
diterima oleh orang-orang yang menjalankan kebajikan,
mengembangkan jasa-jasa baik, dan rendah hati. Bercerita
berdasarkan pengalaman pribadinya sendiri dalam merubah takdir,
Liao Fan merupakan wujud hidup dari ajarannya.

Setelah membaca buku yang indah ini, orang akan bisa merasa lebih
terbuka dan percaya diri dalam menjalani hidup, dan pada saat yang
sama, berani untuk mengikuti teladan Liao Fan yang berhasil
merubah takdirnya. Empat Ajaran Liao Fan benar-benar merupakan
buku yang sangat langka, yang bukan hanya tak ternilai manfaatnya
bagi kebutuhan spiritual, tetapi juga akan mampu mereformasi sikap-
sikap tidak sehat di masyarakat dewasa ini.

Ketika sedang membaca, orang mungkin bertanya-tanya mengapa


orang Tiongkok begitu mementingkan ujian-ujian pasa masa itu. Pada
masa lampau, belajar merupakan hal yang paling terhormat,
sedangkan pekerjaan yang lain dianggap tidak terpandang.
Pemerintahan Tiongkok memilih para pejabat negara melalui sistem
meritokrasi. Banyak tingkatan dalam ujian negara yang diadakan bagi
mereka yang ingin mengikutinya. Sangat sulit untuk dapat lulus dari
ujian tersebut. Untuk lulus, orang harus sangat terpelajar dan
berbakat dalam menulis karangan.

Mereka yang lulus mempunyai kesempatan mendapat kenaikan


pangkat ke jabatan yang lebih penting, hidup kaya, dan terkenal.
Mereka yang tidak lulus tidak akan terkenal, tidak peduli betapa
pandai atau cakapnya mereka. Itulah sebabnya mengapa banyak anak
muda pada waktu itu mencurahkan hati untuk belajar guna mengikuti
ujian kekaisaran demi mendapatkan masa depan yang cerah.

Berbicara tentang takdir tentu banyak yang alergi . Mereka


mengatakan bahwa percaya kepada takdir adalah tahyul. Kehidupan
manusia adalah tergantung sepenuhnya kepada perjuangan diri
sendiri. Pendapat orang seperti ini memang adda benarnya. Tetapi
pendapat ini pulalah yang kemudian menghilangkan keyakinan akan
kebaikan, kerendahan hati, ketulusan dan nilai2 penting lainnya.
Orang2 seperti inilah yg kemudian paling sering menghalalkan segala
cara untuk kemudahan diri sendiri, yang pada akhirnya hanya
membawa diri sendiri ke dalam penderitaan.

Sebaliknya banyak pula orang yg mempercayakan hidupnya kepada


tukang ramal, nujum dan yg sejenisnya. Orang yg seperti ini akan
kehilangan semangat hidup, kemudian hidup dalam ketakutan dan
pada akhirnya hilang pulalah makna dari kehidupannya. Orang2
inilah yg tidur di rumah sambil menunggu ada hujan uang dari langit.
Mereka pulalah yg menjadikan orang lain dan nasib sebagai alas an
bagi semua kesulitan yg dihadapi.
Melalui buku ini, Liao Fan, si penulis menjelaskan tentang apa makna
yang sebenarnya dari takdir dan bagaimana seharusnya hidup dan
memperjuangkannya. Takdir tidak lain merupakan karma masa lalu
yang berbuah. Memahami prinsip tentang takdir atau hokum karma
sangatlah penting bagi kehidupan agar kita tidak terjatuh dalam
kedua ekstrem di atas. Dengan memahami hukum karma ini juga
sangat penting sebagai pegangan hidup kita.

China, sebuah Negara yg sangat luas dengan jumlah penduduk yang


sangat banyak, dalam sejarahnya pernah menikmati kedamaian dan
harmoni antara penduduknya untuk waktu yang sangat panjang. Ini
adalah berkat kehidupan spiritual dan moral yang terpatri dalam
kehidupan sehari2 penduduknya. China terlalu luas untuk dapat
diperintah secara efektif, oleh orang, hokum, kerajaan maupun cara
apapun juga. Yang mewujudkan semua keharmonisan tadi hanyalah
pemahaman yg tergambar dalam pepatah:

Jika anda menanam benih labu maka anda akan memanen labu, dan
untuk dapat memanen kacang, tanamlah kacang

Pemahaman ini tertanam dalam kesadaran setiap orang, sehingga


setiap orang yakin bahwa perbuatan baik akan membuahkan hasil
yang baik dan sebenarnya itulah penjelasan secara mudah tentang
hokum karma. Yan Liao Fan sebenarnya menuliskan karya ini untuk
putranya. Sampai saat ini, lima ratus tahun sesudah dituliskan, karya
ini tetap menjadi salah satu buku yg paling popular. Walaupun pada
bagian2 tertentu, tulisan ini hanya relevan dalam konteks zaman
dinasti Ming, tetapi secara keseluruhan, karya ini tetap merupakan
suatu panduan yang sangat praktis dalam alam kehidupan sekarang
ini. Karya ini secara gambling menjelaskan pandangan orang China
dan moralitasnya yg sangat berharga untuk dipelajari.

Dalam usia muda, Liao Fan bertemu dengan orang yang dapat
meramalkan masa depan kehidupannya dan kemudia ternyata apa
yang diramalkan semuanya terbukti. Hal ini mengakibatkan Liao Fan
mempunyai anggapan bahwa dalam kehidpuna tidak ada lagi yg perlu
diperjuangkan karena semuanya akan berjalan sesuai dengan suratan
takdir. Untunglah kemudia Liao Fan bertemu dgn orang yg dpt
meyakinkannya bahwa takdir tidak berlaku sepenuhnya.

Walaupun takdir berlaku, tetapi setiap manusia yang menjalaninya


mempunyai kuasa untuk mengubahnya. Orang yang karma dalam
kehidupan sebelumnya tidak baik, akan berbuah dengan kehidupan
dalam penderitaan dalam kehidupan yang sekarang. Tetapi dengan
berbuat kebajikan, memupuk perilaku dan pandangan yang baik,
maka perlahan tapi pasti kehidupan juga akan semakin membaik dan
akhirnya keluar dari penderitaan. Sama seperti Liao Fan yang
akhirnya juga mampu keluar dari takdirnya yang kurang baik.
Langkah awal untuk menguasai takdir adalah pertobatan.
Jika ada orang yang mengatakan bahwa kehidupannya sudah bebas
dari kesalahan dan kebiasaan buruk, maka kemungkinan besar orang
tersebutlah yang kurang peka sehingga tidak menyadari kesalahan
sendiri. Seharusnya dalam kehidupan sehari-hari perlu dilakukan
introspeksi. Jika menyadari adanya kesalahan, perlakukanlah
kesalahan kecil seperti seiris bamboo yg menusuk ke bawah kulit
yang harus segera dicabut. Dan jika menyadari kesalahan yg besar,
perlakukanlah ia seolah2 gigitan ular berbisa yg jika perlu jaripun
harus segera dipotong untuk menghalanginya menjalar ke bagian
tubuh yg lain. Liao Fan menjelaskan tentang sifat2 yang harus
dimiliki dalam pertobatan dan bagaimana pertobatan seharusnya
diperlakukan.

Liao Fan juga memberikan berbagai contoh tentang cara untuk


memupuk kebajikan. Kebajikan sendiri terbagi berjenis2 dan
semuanya perlu dipahami agar kita tidak terjebak dalam sesuatu yang
dikira sebagai kebajikan tetapi ternyata tidak lebih dari suatu
kepalsuan. Pada bagian akhir Liao Fan menekankan perlunya sifat
rendah hati karena hanya orang yang rendah hati dapat maju dan
berhasil.

Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan semata tidak akan mampu


menjawab semua masalah2 tentang kemanusiaan yang sudah
sedemikian mendesak. Pada masa sekarang ini, kita sering terlena
dan mengabaikan pembangunan moral. Masalah-masalah ini hanya
dapat dijawab dengan pembangunan kesadaran spiritual yang sama
pesatnya dengan kemajuan di bidang terknologi dan ilmu
pengetahuan.

Dalam usaha ini semoga karya Liao Fan yang mengungkapkan


keunggulan moralitas pada zamannya dapat berkontribusi dan
dipraktekkan dalam suatu konteks yang baru.

PELAJARAN PERTAMA : HUKUM DASAR TENTANG NASIB

Membangun nasib adalah untuk membentuk nasib daripada terikat


olehnya. Pelajaran ini adalah membicarakan tentang prinsip dan
pengetahuan yang diperlukan untuk mengubah nasib. Berdasarkan
pengalamannya, Liao Fan mengajarkan anaknya jangan terikat nasib
dan berusaha sebaik mungkin melaksanakan kebaikan serta
menghindarkan segala erbuatan tidak baik.

Seseorang seharusnya tidak menolak melakukan perbuatan baik


yang sekecil apapun dan berani berbuat sesuatu kesalahan, yang
dianggap adalah hanya suatu kesalahan kecil. Bila seseorang
melakukan sesuatu yang baik, sudah pasti nasibnya akan berubah,
seperti kata pepatah :

Menghindari segala perbuatan tidak baik dan mempraktekkan segala


yang baik, akan mengurangi bencana dan mendatangkan kebaikan
atau Orang berbuat baik, manfaatnya belum kita terima, tetapi
bencana sudah menjauhi, orang berbuat kejahatan, bencana belum
menimpa, akan tetapi manfaat baik yang telah kita miliki sudah
menjauh. Ini adalah prinsip yang harus senantiasa diingat untuk
membangun nasib.

Saya (Liao Fan) sudah tidak mempunyai ayah sejak usia muda. Ibu
berpendapat bahwa dengan mempelajari ilmu pengobatan akan
merupakan jaminan untuk masa depan apalagi sekaligus akan dapat
menolong orang lain. Dengan memiliki ketrampilan, saya tidak perlu
lagi khawatir untuk mempertahankan kehidupan. Di samping itu,
saya akan menjadi terkenal, sesuai dengan harapan yang dimiliki
ayah pada saya, Jadi saya menuruti kehendak ibu dan melepaskan
impian saya untuk menjadi seorang terpelajar yg lulus pada ujian
kerajaan agar dapat bekeerja sbg seorang pejabat pemerintahan.

Suatu hari dalam perjalanan, saya bertemu dengan seorang tua di kuil
Mega Penghibur. Dia mempunyai janggut yang panjang dan
kelihatan arif bijaksana. Saat saya member hormat kepadanya, dia
memberi tahu saya Anda seharusnya menjadi orang terpelajar. Anda
ditakdirkan untuk menjadi pejabat pemerintahan. Tahun depan anda
akan lulus ujian tingkat pertama. Mengapa anda tidak berusaha
belajar? Saya menjelaskan alasan saya dan kemudian menanyakan
namanya. Orang tua tersebut berkata Saya bermarga Kong dari
propinsi Yunnan. Saya mempunyai suatu buku penting di bidang
astrologi. Dari buku tersebut saya mewarisi pengetahuan dari Shou Zi
dan saya akan meneruskannya padamu.

Kemudian saya mengundang tuan Kong ke rumahku dan


memperkenalkannya ke ibuku. Ibu berpesan untuk melayaninya dgn
sebaik2nya dan menguji kemampuan orang tua tersebut dalam
melakukan peramalan. Ternyata dia selalu benar baik dalam kejadian
besar maupun kejadian sehari2. Karenanya saya menjadi yakin akan
apa yang dikatakannya sebagai takdirku, dan saya mulai belajar
untuk persiapan ujian tahun berikutnya. Saya mengkonsultasikan hal
ini kepada saudara sepupuku, Shen. Dia merekomendasikan seorang
guru, Tuan Yu Hai Gu kemudian saya menjadi muridnya.

Tuan Kong kemudian membuat beberapa perhitungan untuk saya. Dia


berkata bahwa di tingkat daerah saya akan berada di peringkat empat
belas, di tingkat regional di peringkat tujuh puluh satu dan di tingkat
propinsi di peringkat Sembilan. Tahun berikutnya, pada ketiga ujian
tersebut ternyata semua ramalan Tuan Kong menjadi kenyataan. Saya
kemudian memintanya untuk meramalkan seluruh sisa hidup saya.
Dia kemudia meramalkan ujian apa saja yg akan saya lewati dan
kapan saya akan lulus dari ujian2 tersebut, kapan saya akan memulai
tugas dan kapan saya akan dipromosikan. Akhirnya saya akan
ditunjuk sebagai hakim di propinsi Sichuan. Sesudah bertugas selama
tiga setengah tahun pada posisi tersebut, saya pension dan pulang ke
kampung halaman dan hidup sampai usia lima puluh tiga tahun dan
meninggal pada tanggal 14 Agustus (pada waktu tersebut). Sayangnya
saya tdk akan mempunyai putra. Dengan seksama saya
mendengarkan dan mengingat penjelasannya.

Sejak saat itu, hasil dari semua ujian adalah persis sama dgn yang
diramalkan. Tuan Kong juga meramalkan saya sudah menerima gaji
sebesar 91 dan lima dou beras pada suatu kedudukan sebelum saya
akan dipromosikan ke kedudukan selanjutnya. Pada saat saya sudah
menerima 70 dou beras, atasan saya, Tuan Tu merekomendasikan
saya untuk dipromosi dan saya sudah mulai mengira bahwa ramalan
Tuan Kong akan meleset. Tetapi ternyata ramalan tersebut benar,
rekomendasi tersebut ditolak oleh atasan Tuan Tu. Dan saya tidak
promosi hingga beberapa tahun kemudian dan saat saya menghitung
seluruh jumlah beras yg telah saya terima ternyata tepat berjumlah
91 dan 5 dou.

Mulai saat itu saya yakin bahwa baik promosi maupun kemakmuran
mempunyai saatnya masing2, termasuk kehidupan dan kematian.
Semuanya sudah dipastikan. Saya menjadi lebih tenang dalam hasrat
untuk memiliki apapun. Tahun tersebut sesudah mendapatkan
promosi, saya dikirim ke ibu kota utara selama satu tahun. Di situ
saya menjadi tertarik terhadap meditasi dan kehilangan hasrat untuk
belajar.

Pada akhir tahun tersebut saya harus mulai belajar pada sekolah
tinggi kerajaan di ibukota selatan. Saat saya kembali ke Nanjing,
suatu hari saya mengunjungi Yun Gu Hui seorang pendeta Zen dari
gunung Chi sha. Kami duduk saling berhadapan selama tiga hari tiga
malam tanpa merasa mengantuk. Pendeta Yun berkata Orang yang
biasa tidak berhasil mencapai kebijaksanaan dan kesucian disebabkan
oleh banyaknya pikiran yg mengganggu dan juga terlalu banyak
keinginan. Selalu ada penyebab dari ketidak berhasilannya.

Saya menjawab Tuan Kong meramalkan hidup saya, baik untuk


promosi, kehidupan maupun kematian, seluruhnya sudah diaturkan
sehingga tidak ada yg perlu dipikirkan dan keinginan atas sesuatu
juga merupakan kesia2an. Yun menjawab Orang yg biasa
dikendalikan oleh energy Yin dan Yang, sehingga orang tersebut
masihlah di dalam kuasa dari takdir. Tetapi untuk orang yg sudah
berbuat kebaikan yg luar biasa, nasib tidak lagi dapat
mengendalikannya. Sama saja jika seseorang melakukan sesuatu yg
sangat buruk, takdir juga sudah tidak mengendalikannya. Selama dua
puluh tahun terakhir, anda sudah dibatasi oleh ramalan dari tuan
Kong sehingga anda tidak mampu merubah takdirmu barang
sedikitpun. Anda masih juga merupakan orang awam yg biasa.
Padahal saya mengira bahwa anda mestinya dapat menjadi seorang
yg penuh dgn kebijaksanaan dan mencapai kesempurnaan.

Saya kemudian bertanya Apakah benar bahwa nasib dapat dirubah


dan orang dapat melepaskan diri dari nasibnya? Yun berkata Nasib
diciptakan oleh diri sendiri, bentuk kita diciptakan oleh hati kita,
pikiran kita. Nasib baik dan buruk juga ditentukan diri sendiri.
Demikian dikatakan dalam semua buku2 lama yg mengajarkan
kebijaksanaan. Dalam sutra tertulis bahwa jika anda berdoa untuk
mendapatkan kemakmuran dan ketenaran, mempunyai seorang putra
atau putri atau untuk umur yg panjang, anda akan mendapatkannya.
Ini bukanlah kebohongan karena berkata yg palsu merupakan suatu
dosa besar dalam ajaran Budha, karena tercatat dalam kitab suci, itu
pastilah benar.

Saya kemudian menjawab Mencius telah mengungkapkan bahwa


setiap orang hanya boleh mengharapkan sesuatu yg dalam batas
kendalinya, dgn kata lain, kebajikan, keramahan, ketulusan adalah
hal2 yg dpt dibina. Tetapi jika berbicara tentang kemakmuran,
ketenaran, kedudukan, bagaimana haal tersebut dapat dicari atau
diminta?

Yun menjawab Mencius benar, tetapi anda belum memahami inti


ajarannya. Patriarch Zen yg keenam, Hui Neng, telah berkata bahwa
semua ladang kebajikan tidak melebihi satu inci persegi yg kecil.
Pencarian harus dilakukan ke dalam, ke dalam hati kita, dgn cara
demikian akan dapat menyatu dgn segalanya. Yang di luar hanyalah
merupakan refleksi daripada yg di dalam. Jika kita mencari ke dalam
hati dalam mempraktekkan berbagai jalan kebajikan, dgn sendirinya
penghormatan dari orang lain akan didapat, demikian juga dgn
kedudukan dan kemakmuran. Jika kita tidak mampu melihat ke dalam
dan tdk mengendalikan pikiran sendiri, tetapi hanya mencari bentuk
luar, maka walaupun perencanaan dilakukan dgn baik, sasaran tetap
tidak akan dpt dicapai.

Pendeta Yun melanjutkan bertanya Apa yang dikatakan tuan Kong


mengenai takdirmu? Lalu sayapun menceritakan secara rinci. Yun
kemudian bertanya Menurut anda apa yg sepantasnya anda terima?
Penunjukkan pemerintah? Apakah anda percaya bahwa anda berhak
atas seorang putra? Saya merenungkan pertanyaan ini untuk waktu
yg lama dan kemudian berkata Semua yang mendapatkan
penunjukkan pemerintah mempunyai tampang bernasib baik, saya
tdk punya. Saya juga tidak mengumpulkan pahala untuk membangun
takdirku. Saya sangat tdk sabaran, tdk toleran, tdk disiplin, dan
berkata2 tanpa kendali. Saya juga mempunyai keangkuhan dan
egoism yg kuat. Semua ini menunjukkan ketiadaan kebajikan, dalam
keadaan demikian bagaimana mungkin saya mendapatkan
penunjukkan pemerintah?

Saya kemudian melanjutkan Ada pepatah tua berkata bahwa


kehidupan bersemi dari kotoran di bumi dan air yg bersih tdk akan
mempunyai ikan. Saya demikian mementingkan kebersihan, itulah
alas an pertama mengapa saya tidak mempunyai putra.

Penyebab kedua adalah karena cinta kasih adalah inti dari semua
kehidupan, kekasaran adalah penyebab dari hilangnya kehidupan.
Saya demikian mudah marah dan tdk mempunyai keramahan. Saya
terlalu mementingkan reputasi dan tdk dpt melupakan kesombongan
diri dalam menolong orang yg kesulitan. Saya tdk pernah merasa
kasihan terhadap orang lain, saya juga cenderung berbicara
berlebihan yg akhirnya hanya merusak citraku, saya berangkat tidur
sangat malam sehingga saya tdk dpt menjaga diri sendiri. Inilah
sebabnya mengapa saya tdk dpt mempunyai putra.

Pendeta Yun kemudian berkata Jadi anda berpendapat bahwa banyak


hal termasuk ketenaran dan seorang putra, tdk dpt dipastikan akan
diperoleh dalam kehidupan. Di dunia, ada orang yg sedemikian kaya
sedangkan yg lainnya mati kelaparan. Hal yg demikian kontras terjadi
hanyalah sebagai akibat dari perbuatan kita sendiri. Setiap orang
menciptakan takdirnya masing2, sedangkan Tuhan hanya
memberikan sesuai dg apa yg kita tabur.

Pendeta Yun kemudian melanjutkan Hal yg sama terjadi dgn


memiliki putra. Jika pahala yg dikumpulkan sudah cukup untuk
seratus kali kehidupan maka kita akan memiliki keturunan sebanyak
seratus generasi. Orang yg mengumpulkan pahala untuk sepuluh
generasi akan memiliki sepuluh generasi keturunan untuk melindungi
kebajikannya. Dan yg tdk mempunyai keturunan adalah mereka yg
belum mengumpulkan cukup kebajikan.

Dengan memahami penyebab timbulnya takdir ini, maka kita akan


merubah penyebab dari tidak didapatkannya penunjukkan
pemerintah dan tdk dimilikinya putra, berubah dari kekikiran
menjadi pemurah, dari tidak toleran menjadi memahami, dari
keangkuhan menjadi kerendahan hati, dari kemalasan menjadi rajin,
dari kekejaman menjadi berwelas asih, dari keculasan menjadi
ketulusan, dgn cara demikian kebajikan akan ditumbuhkan. Dgn
mencintai diri sendiri dan tdk menyia2kannya, membiarkan yg lalu
berlalu dan memulai suatu hidup baru.

Siapa saja yg memahami dan kemudian berbuat sesuai dgn hukum


penyebab timbulnya takdir ini akan dpt menciptakan apa saja sesuai
dgn yg diinginkannya. Inilah yg dimaksud dgn didapatkannya
kehidupan yg kedua. Jika tubuh kasar sudah dikuasai oleh hukum
alam ini, maka jiwa kita menjadi menyatu dgn kehendak Tuhan.
Seperti yg tertulis dalam buku Tai Ja orang dapat meloloskan diri
dari kehendak Tuhan tetapi tidak dari perbuatan buruknya. Tuan
Kong telah memperhitungkan bahwa anda tdk akan mendapatkan
penunjukkan dari pemerintah dan juga tdk mempunyai putra. Itulah
takdir dari perbuatan masa lalumu, tetapi jika anda memulai cara2
baru dan mulai melakukan kebajikan, maka anda akan dapat merubah
takdirmu.

I Ching ditulis untuk membantu orang menghindari bahaya dan


mengundang nasib baik. Jika segala2nya sudah dipastikan terlebih
dahulu, maka tidak akan ada gunanya bagi kita untuk menghindari
bahaya dan memperbaiki keberuntungan. Dalam bagian awal sekali
dari bab pertama I Ching saja sudah ditulis bahwa keluarga yg
berbuat kebaikan akan menikmati nasib yg baik.

Setelah merenungkan kata2 pendeta Yun, saya tersadar dan


memahami prinsip tentang takdir. Mulai saat itu, saya bertobat di
depan Yang Maha Kuasa atas semua perbuatanku yg salah di masa
lalu. Secara tertulis, saya menuangkan keinginanku untuk lulus dalam
ujian agar mendapatkan penunjukkan dari pemerintah dan saya
berikrar untuk melaksanakan tiga ribu kebajikan sebagai tanda
bersyukur atas terlaksananya harapanku.
Pendeta Yun juga mengajari saya agar mencatat kebajikan dan
kesalahan yg saya perbuat, karena sering terjadi kebajikan yg telah
dilakukan akan ditiadakan oleh kesalahan2. Untuk membantu
pencapaian atas harapan yg diinginkan, pendeta Yun juga
mengajarkan mantra/doa yg harus dipergunakan dalam
ketenangan/keheningan pikiran untuk membantu pencapaian atas
apa yg diinginkan.

Mencius menyatakan bahwa nilai sebuah kehidupan yg panjang


maupun yg pendek adalah tidak berbeda. Secara sepintas, keduanya
terlihat berbeda tetapi tanpa jiwa yg berbeda keduanya sebenarnya
adalah sama. Lebih jauh lagi, jika seseorang hidup dgn cara yg benar
tanpa memperdulikan apakah hasilnya akan menjadi baik maupun
buruk, maka orang tsb telah menguasai takdir akan kemakmuran dan
kemelaratan. Jika orang tsb hidup tanpa dipengaruhi posisi dalam
kehidupan, maka ia pun sudah menguasai takdir akan status yg tinggi
dan rendah.

Untuk memperbaiki nasib, kita perlu terlebih dahulu memperbaiki


semua kebiasaan buruk dan pola pikir yg jelek. Begitu suatu pikiran
yg jelek terbentuk, saat itu juga singkirkan ia sampai ke akar2nya.
Untuk mampu mengendalikan pikiran saja sudah merupakan suatu
pencapaian yg baik. Adalah tidak mungkin untuk tidak memiliki
pikiran sama sekali tetapi jika kita menjiwai mantra tsb hingga pada
tingkat di mana walaupun tdk sedang mengucapkannya tetapi tanpa
disadari tetap mengulanginya, maka mukjijat dari mantra tsb akan
terwujud.

Nama tengah saya tadinya mempunyai arti lautan pelajaran tetapi


mulai hari tersebut berubah menjadi Liao Fan (meloncati kefanaan).
Ini menunjukkan sadarnya saya tentang terciptanya takdir oleh diri
sendiri. Saya tidak akan lagi terjatuh ke dalam jeratan pemikiran
fana.

Saya merubah keseluruhan cara hidup saya. Pada masa lalu saya
sama sekali tidak disiplin, pemikiran saya tidak terkendali, tetapi
mulai saat itu saya memperhatikan semua yg saya pikir dan ucapkan
sekalipun saat saya sedang sendirian dalam kegelapan. Saat orang
memaki dan memfitnah saya, saya tidak marah dan mengabaikannya.
Tahun selanjutnya, saya mengikuti ujian pemerintahan pendahuluan.
Tuan Kong meramalkan bahwa saya akan berada pada posisi ketiga
tetapi ternyata saya pada posisi pertama. Ramalan tuan Kong mulai
kehilangan ketepatannya, dan selanjutnya saya lulus dalam ujian
pemerintahan pada musim gugur tersebut, yg tidak pernah
diperkirakan dalam ramalan.

Saat saya berintrospeksi, saya menyadari bahwa cara hidup saya


belum juga sepenuhnya memuaskan. Misalnya saat berbuat baik saya
tidak melakukannya dgn total, saat menolong org saya masih
dihinggapi keraguan atau walaupun melakukan kebaikan tetapi saya
tidak selalu mengatakan yg benar. Saya dapat mengendalikan diri
sepenuhnya saat sadar tapi menjadi hilang kendali karena mabuk.
Kebaikan dan keburukan selalu saling meniadakan. Menyadari hal ini,
saya merubahnya.

Sejak waktu membuat ikrar, saya menyelesaikan ketiga ribu kebaikan


saya dalam sepuluh tahun. Sesudahnya, saya pulang ke rumah saya yg
lama dan pergi ke biara untuk bersembahyang dan
mempersembahkan pahala yg sudah saya perbuat. Kemudian saya
melakukan permintaanku yg kedua yaitu seorang putra. Saya juga
berikrar untuk memenuhi tiga ribu kebajikan yg lain. Pada tahun Sin
Ze, saya mendapatkan seorang putra yaitu anda, Tian Chi. Setiap kali
melakukan kebaikan, saya mencatatnya pada sebuah buku. Ibumu yg
tidak bisa membaca akan membuat sebuah lingkaran saat dia
melakukan kebaikan. Misalnya kami memberi makan kepada orang
miskin, atau membantu orang lain yang dalam kesulitan atau melepas
makhluk hidup.
Kadang-kadang dapat mengumpulkan lebih dari 10 lingkaran dalam
sehari. Sehingga, hanya dalam waktu 2 tahun, kami sudah
menyelesaikan tiga ribu kebaikan dan sekali lagi kami kembali ke
biara untuk bersembahyang dan mempersembahkan pahala yang
sudah terkumpul.
Kemudian saya mengajukan kehendak yang lain yaitu lulus pada ujian
pemerintah tahap selanjutnya dan berikrar akan melaksanakan
sepuluh ribu kebaikan. Sesudah tiga tahun, pada tahun 1586, saya
lulus pada ujian pemerintahan yang saya kehendaki dan diangkat
menjadi mayor pada Negara bagian Bao Di.
Mulai saat itu saya menyimpan buku yang mencatat kebaikan dan
kesalahan pada meja kerja saya. Saya juga mengatakan kepada staf
saya untuk membuat catatan yang sama. Setiap sore, saya
berintrospeksi dan melaporkan semua perbuatanku kepada yang
Maha Kuasa. Istri saya melihat bahwa saya belum juga berbuat cukup
banyak kebaikan dan dia menjadi sangat gelisah. Dia mengatakan
saat kami tinggal di rumah, banyak kesempatan untuk melakukan
kebaikan. Dan sekarang, sesudah pindah ke rumah tinggal dinas,
kesempatannya menjadi berkurang.
Bagaimana kami mungkin bisa memenuhi ikrar kami untuk
melakukan sepuluh ribu kebaikan? Suatu malam, dalam mimpi saya
melihat ada dewa yang datang dan mengatakan kepada saya Jika
kamu mengurangi pajak untuk sawah, maka sebuah perbuatan itu
saya sudah akan hitung berharga sepuluh ribu kebajikan. Memang di
Negara bagian Bao Di, pajak untuk sawah sangat tinggi sekali. Saya
memutuskan untuk mengurangi pajak tersebut menjadi setengahnya,
tetapi tetap saja saya ragu-ragu bagaimana mungkin satu perbuatan
akan bernilai sepuluh ribu kebaikan?
Bertepatan pada saat itu ada seorang pendeta yang sedang berkelana
dan saya bertanya kepadanya tentang kebenaran mimpi saya. Dia
berkata bahwa asalkan perbuatan baik dilakukan dengan hati yang
setulusnya, satu itu akan dihitung sebagai sepuluh ribu kebaikan. Jika
pajak dikurangi untuk seluruh Negara bagian, maka paling sedikit
sepuluh ribu orang akan diuntungkan dengan pengurangan tersebut.
Tentu saja perbuatan tersebut menjadi bernilai sepuluh ribu
kebaikan. Setelah memahami penjelasannya, sebagai tanda terima
kasih, saya mendermakan gaji bulanan saya untuk dia bawa pulang
dan didermakan untuk sepuluh ribu pendeta.

Tuan Kong meramalkan bahwa saya akan meninggal pada usia 53


tahun. Saya tidak pernah meminta umur yang panjang, tetapi
ternyata saat sampai pada usia 53 tahun, saya tetap dalam keadaan
yang baik. Sekarang saya berusia 69. Mulai saat itu juga, jika
seseorang mengatakan bahwa nasib adalah di tangan Tuhan, saya
menganggapnya sebagai seorang awam yang belum betul-betul
memahami kehidupan. Jika orang tersebut mengatakan bahwa
keberuntungan adalah apa yang diciptakan dan dilaksanakan mulai
dari dalam hati sendiri, maka org tersebut saya anggap sebagai
seorang yang bijaksana.

Jalan langit tidak ditetapkan sebelumnya, begitu pula takdir


seseorang. Takdir seseorang tidak ditetapkan, tetapi dibuat dan
dibentuk oleh orang itu sendiri. Semua ini benar adanya, dan saya
mulai mengerti bahwa nasib baik dan kesengsaraan merupakan hasil
dari perbuatan diri sendiri. Ini sungguh-sungguh merupakan kata-
kata orang yang bijaksana dan suci!
Walaupun mempunyai banyak pengetahuan, kita harus tetap
menghormati orang lain dan berkonsultasi kepada orang lain jika
memang diperlukan. Kita harus selalu menolong dan toleran terhadap
org lain, tetapi bersikap keras terhadap diri sendiri. Kita harus tanpa
ragu-ragu berintrospeksi setiap hari dan merubah apa saja yg belum
sempurna.
Tian Qi, anakku, ayah tidak tahu jalan hidupmu kelak, dalam soal
nasib kita harus selalu siap menerima yang terburuk; karena itu,
bahkan dalam keadaan makmur, bertindaklah seolah-olah kita tidak
begitu; dan jika segalanya berjalan sesuai kehendakmu waspadalah
terhadap kemalangan yang mungkin timbul. Ketika hidupmu sedang
kaya dan sejahtera, waspadalah terhadap kemiskinan, dan tatkala
sedang disukai atau dihormati semua orang, tetaplah berhati-hati dan
sederhana. Saat keluargamu sangat dihormati dan dipuja, bersikaplah
rendah hati. Ketika pengetahuanmu luas dan dalam, jangan
memamerkannya dan tetaplah bersikap rendah hati.
Enam cara kontemplasi di atas merupakan cara untuk mengatasi
suatu masalah dari sisi lawannya. Jika orang dapat menjaga
pikirannya dengan cara seperti itu, maka kebajikan dan moralitas
akan tumbuh dan nasib baik akan bertambah dengan
sendirinya.Ketika perhatian ditunjukkan pada masa lalu, kita harus
menyebarkan kebajikan dari para leluhur kita. Ketika perhatian
ditujukan pada masa sekarang, kita dapat menyembunyikan
kesalahan-kesalahan dari orang tua kita sendiri. Itulah yang disebut
Mencius sebagai Orang tua mengasihi anak-anaknya dan anak-anak
mengasihi orang tuanya.

Ketika perhatian ditujukan kepada negara, kita dapat merenungkan


bagaimana caranya membalas kebaikan yang telah diberikan negara
kepada kita; dan ketika perhatian ditujukan kepada keluarga, kita
dapat merenungkan bagaimana caranya mengembangkan nasib baik.
Ketika perhatian ditujukan kepada dunia luar, pikirkanlah
bagaimana caranya menolong orang-orang di sekitar kita yang
membutuhkan pertolongan; dan ketika perhatian ditujukan ke
sebelah dalam, pikirkanlah bagaimana caranya mencegah timbulnya
pikiran dan perbuatan yang salah.

Orang harus mampu mengenali kesalahannya setiap hari untuk bisa


memperbaiki kesalahan tersebut setiap hari. Jika tidak mampu
mengetahui kesalahan dalam dirimu, maka perbaikan watak menjadi
tidak mungkin. Banyak orang pandai di dunia ini yang menolak
mengembangkan moralitas dan kebajikan, dan tidak mampu berusaha
dengan tekun dalam melakukan pekerjaan mereka. Kegagalan dalam
kehidupan mereka nantinya diakibatkan oleh satu kata, kemalasan.

Tian Qi, ajaran Guru Yun-Gu, merupakan ajaran yang sangat


bermafaat, dalam, ajaran yang sejati dan benar; saya berharap kamu
mempelajarinya dengan cermat dan melaksanakannya dengan
sepenuh hati. Kamu harus mempergunakan waktumu dengan
bijaksana dan jangan membiarkannya terbuang sia-sia.

Nilai suatu kehidupan bukanlah berdasarkan seberapa banyak yang


kita dapat, melainkan berdasarkan seberapa banyak kita telah
memberi kepada yang benar-benar memerlukan.
Bersambung ke : Ajaran kedua.

Support :Creating Website | Johny Template | Mas Template Copyright 2011 -


2016. Kebajikan (De ) - All Rights Reserved

Вам также может понравиться