Вы находитесь на странице: 1из 17

SOSIO ANTRO KESEHATAN

Evy Hariana, S.K.M., M.P.H.

MASYARAKAT & KEBUDAYAAN

DISUSUN OLEH:
NUR HAYATI
141510759

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PONTIANAK
KAMPUS SINTANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal budaya. Juga
dalam kehidupan sehari-hari, orang tak mungkin berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan.
Setiap hari orang melihat, mempergunakan dan kadang-kadang merusak kebudayaan.
Namun apakah yang disebut kebudayaan itu? apakah masalah tersebut penting bagi
kehidupan.
Kebudayaan sebenarnya secara khusus dan secara teliti dipelajari oleh antropologi
budaya. Akan tetapi walaupun demikian, seorang yang memperdalam tentang sosiologi
sehingga memusatkan perhatiannya terhadap masyarakat, tak dapat menyampingkan
kebudayaan dengan begitu saja karena dikehidupan nyata keduanya tidak dapat dipisahkan
dan selamanya merupakan dwi tunggal.
Masyarakat adalah yang hidup bersama dan yang menghasilkan kebudayaan. Dengan
demikian, tak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya tak ada
kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Walaupun secara teoritas
dan untuk kepentingan analistis, kedua persoalan tersebut dapat dibedakan dan dipelajari
secara terpisah.
Dua orang antropolog terkemuka yaitu Melvile J. Herskovit dan Bronislaw
Malinowski, mengemukakan bahwa cultural determinism berarti segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan adanya kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat
itu.
Kemudian Herskovits memandang kebudayaan sebagai suatu yang super
organic karena kebudayaan yang turun temurun dari generasi kegenerasi tetap hidup terus,
walaupun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti
disebabkan kematian dan kelahiran.[1]

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman kehidupan kebudayaan dalam kehidupan masyarakat?
2. Bagaiman pentingnya kebudayaan di masyarakat?

C. Tujuan pembuatan makalah


Untuk mengetahui sejauh mana hubungan kebudayaan dan masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kebudayaan dan Masyarakat


Kata kebudayaan berasal dari (bahasa sangsekerta) buddhayah yang merupakan
jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal
yang bersangkutan dengan budi atau akal. Adapun istilah culture yang merupakan istilah
bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata latin colore. Artinya
mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti tersebut,
yaitu celore kemudian colture, diartikan sebagai daya dan kegiatan manusia untuk
mengolah dan mengubah alam.
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan
yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain kebudayaan
mencakup semuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala suatu yang dipelajari dari pola prilaku yang
normative. Artinya mencakup segala cara berpikir.
Ada suatu kesalahan umum yang terdapat dalam masyarakat yang beranggapan bahwa
ada masyarakat yang memiliki kebudayaan sedangkan yang lain tidak. Secara sosiologis
semua manusia dewasa yang normal pasti memiliki kebudayaan. Kebudayaan bisa
diartikan sebagai keseluruhan tingkah laku dan kepercayaan yang dipelajari yang
merupakan ciri anggota suatu masyarakat tertentu. Kata kunci dari definisi diatas adalah
dipelajari, yang membedakan antara kebudayaan dengan tindak tanduk yang merupakan
warisan biologis manusia.
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dalam suatu periode
waktu tertentu, mendiami suatu daerah, dan akhirnya mulai mengatur diri mereka sendiri
menjadi suatu unit sosial yang berbeda dari kelompok-kelompok lain. Anggota-angota
masyarakat menganut suatu kebudayaan. Kebudayaan dan masyarakat tidak mungkin
hidup terpisah satu sama lain. Di dalam sekelompok masyarakat akan terdapat suatu
kebudayaan. [2]
B. Definisi kebudayaan menurut para ahli:
1. E.B Taylor
Kebudayaan adalah komplikasi (Jalinan) dalam keseluruhan yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan, hukum, adat istiadat serta lain-
lain kenyataan dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai anggota
masyarakat.
2. Leslie White
Kebudayaan adalah suatu kumpulan gejala-gejala yang terorganisasi yang terdiri dari
tindakan-tindakan (pola perilaku), benda-benda, ide-ide (kepercayaan dan
pengetahuan), dan perasaan-perasaan yang semuanya itu tergantung pada penggunaan
simbol-simbol.
3. Koentjoroningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang dibiasakannya
dengan belajar, beserta keseluruhan-keseluruhan dari hasil budi dan karya itu.
4. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
Kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah
(Material Culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar
kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat.

Dalam pandangan sosiologi, kebudayaan memiliki arti yang lebih luas dari pada itu.
Kebudayaan meliputi semua hasil cipta dan karya manusia baik yang material maupun
non-material.
1. Kebudayaan material
Adalah hasil cipta, karsa, yang berwujud benda atau barang misalnya, gedung-gedung,
jalan, rumah, alat komunikasi dan sebagainya.
2. Kebudayaan non-material
Adalah hasil cipta, karsa yang berwujud kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, kesusilaan,
ilmu pengetahuan, keyakinan, agama, dan sebagainya.

C. Unsur-unsur Kebudayaan
kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-
unsur kecil yang merupakan bagian dari sesuatu kebulatan yang bersifat dari kesatuan.
Misalnya dalam kebudayaan Indonesia dapat dijumpai unsur besar seperti umpamanya
majelis permusyawaratan rakyat, disamping adanya unsur-unsur kecil seperti, sisir,
kancing, baju, peniti dan lainya yang dijual dipinggir jalan. Berapa orang sarjana yang
mencoba merumuskan unsur-unsur pokok kebudayaan tadi. misalnya, Melville J.
horskovits mengajukan 4 unsur pokok kebudayaan, yaitu:
1. Alat-alat teknologi
2. Sistem ekonomi
3. Keluarga
4. Kekuasaan politik
Sedangkan Bronislaw Malinowski mengemukakan unsur-unsur pokok kebudayaan
sebagai berikut:
1. Sistem norma-norma yang memungkinkan kerja sama antara anggota masyarakat di
dalam upaya menguasai alam sekelilingnya
2. Organisasi ekonomi
3. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan
4. Organisasi kekuatan[3]
Semua unsur tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam unsur-unsur pokok atau besar
kebudayaan yang biasa disebut dengan cultural universal. Unsur tersebut memiliki sifat
universal, yaitu dapat ditemui pada setiap kebudayaan. Tujuh unsur kebudayaan yang
dianggap sebagai cultural universal yaitu:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah
tangga, senjata, alat-alat produksi, transpor dan sebagainya)
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem
produksi, sistem distribusi, dan sebagainya)
3. Sistem kemasyarakatan (sistem kerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem
perkawinan)
4. Bahasa (lisan maupun tertulis)
5. Kesenian (seni rupa, seni suara,seni gerak dan sebagainya)
6. Sistem pengetahuan
7. Religi (sistem kepercayaan)[4]

D. Fungsi dan Hakikat Kebudayaan Bagi Masyarakat


Kebudayaan memiliki fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat. Masyarakat
memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam menjalani kehidupannya.
Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang
bersumber pada masyarakat itu sendiri. Kemampuan manusia terbatas sehingga
kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaannya juga terbatas di dalam
memenuhi segala kebutuhan. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau
kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi
masyarakat terhadap lingkungan dalamnya. Teknologi pada hakikatnya meliputi paling
sedikit tujuh unsur, yaitu:
1. Alat-alat produktif
2. Senjata
3. Wadah
4. Makanan dan minuman
5. Pakaian dan perhiasan
6. Tempat berlindung dan perumahan
7. Alat-alat transport

Kebudayaan mengatur supaya manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya


bertindak, berbuat menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain.
Setiap orang bagaimanapun hidupnya, akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya
sendiri. Kebiasaan merupakan suatu perilaku pribadi, yang berarti kebiasaan seseorang itu
berbeda dari kebiasaan orang lain, walaupun mereka hidup dalam satu rumah. Kebiasaan
menunjuk pada suatu gejala bahwa seseorang di dalam tindakan-tindakannya selalu ingin
melakukan hal-hal yang teratur bagi dirinya sendiri.
Khusus untuk mengatur hubungan antar manusia, kebudayaan dinamakan pula struktur
normatif atau menurut Ralph Linton, designs for lifing (garis-garis atau petunjuk dalam
hidup). Yang dapat diartikan bahwa kebudayaan adalah suatu garis-garis pokok tentang
perilaku atau blueprint for behavior, yang menetapkan peraturan-peraturan mengenai apa
yang seharusnya dilakukan, apa yang seharusnya dilarang dan sebagainya.

E. Sifat Hakikat Kebudayaan


Setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang beragam dan berbeda antara satu
dengan yang lainnya, setiap kebudayaan mempunya sifat hakikat yang berlaku umum bagi
semua kebudayaan di manapun juga. Sifat kebudayaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia
2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu tidak
akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya.
4. Kebudayaan mencakup aturan aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-
tindakan yang diterima dan ditolak, tindalan-tindakan yang dilarang dan tindakan
tindakan yang diizinkan.
Sifat hakikat kebudayaan adalah ciri setiap kebudayaan, tetapi seseorang hendak
memahami apa sifat hakikatnya yang esensial, terlebih dahulu harus memecahkan
pertentangan-pertentangan atau larangan-larangan yang ada di dalamnya, yaitu sebagai
berikut:
1. Di dalam pengalaman manusia, kebudayaan itu bersifat universal. Akan tetapi,
perwujudan kebudayaan mempunya beberapa ciri khusus yang sesuai dengan situasi,
lokasi maupun kondisinya. Sebagamaina diuraikan masyarakat dan kebudayaan itu
merupakan suatu dwitunggal yang tak dapat dipisahkan. Hal itu mengakibatkan setiap
masyarakat manusia mempunyai kebudayaan atau dengan perkataan lain, kebudayaan
bersifat universal atribut dari setiap masyarakat di dunia ini. Perbedaan kedua
kebudayaan tersebut terletak pada perbedaan latar belakangnya. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa sifat universal dari kebudayaan memungkinkan berwujudnya
kebudayaan yang berbeda-beda, tergantung pada pengalaman pendukungnya, yaitu
masyarakat.Contoh : Apabila seseorang dari masyarakat dengan kebudayaan yang
berbeda dan tertentu berhubungan dengan masyarakat yang menjadi anggota
masyarakat yang berlainan, dia akan sadar bahwa adat istiadat kedua masyarakat
tersebut tidak sama.
2. Kebudayaan bersifat stabil di samping juga bersifat dinamis dan setiap kebudayaan
mengalami perubahan-perubahan yang kontinu atau berlanjut. Setiap kebudayaan pasti
mengalami perubahan atau perkembangan-perkembangan. Hanya kebudayaan yang
mati yang bersifat statis. Sering kali suatu perubahan yang terjadi dalam masyarakat
tidak terasa oleh anggota-anggota masyarakat. Dalam mempelajari kebudayaan harus
selalu diperhatikan hubungan antara unsur yang stabil dengan unsur-unsur yang
mengalami perubahan. Sudah tentu pasti terdapat perbedaan derajat pada unsur-unsur
yang berubah tersebut, yang harus disesuaikan dengan kebudayaan bersangkutan.
Unsur-unsur kebendaan seperti teknologi bersifat terbuka untuk suatu proses
perubahan, ketimbang unsur rohaniah seperti unsur keluarga, kode moral, sistem
kepercayaan dan lain sebagainya.Contoh : Bentuk Pulpen, model sepatu, menu
makanan, buku tulis, serta segala macem benda yang dijumpai sehari-hari dalam
kehidupan masyarakat. Walaupun yang ditinjau adalah masyarakat yang seolah-olah
tampaknya statis seperti misalnya kehidupan pada masyarakat-masyarakat asli di
pedalaman Indonesia, pasti ada perubahan.
3. Kebudayaan mengisi serta menentukan jalannya kehidupan manusia, walaupun hal itu
jarang disadari oleh manusia sendiri. Gejala tersebut secara singkat dapat diterangkan
dengan penjelasan bahwa walaupun kebudayaan atribut manusia. Jarang bagi seseorang
untuk mengetahui kebudayaan mereka sampai pada unsur-unsur yang sekecil-kecilnya,
padahal kebudayaan tersebut menentukan arah serta perjalanan hidupnya. Contoh:
Betapa sulitnya bagi seorang individu untuk menguasai seluruh unsur kebudayaan yang
didukung oleh masyarakat sehingga seolah-olah kebudayaan dapat dipelajari secara
terpisah dari manusia yang menjadi pendukungnya
Di antara mahluk ciptaan Tuhan yang lain manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan
yang paling sempurna. Manusia menciptakan kebudayaan-kebudayaan yang berbeda-beda
disetiap kalangannya, dan melestarikan kebudayaan tersebut secara turun temurun.
Manusia disebut sebagai mahluk Tuhan yang paling sempurna karena manusia mempunya
akal budi yang diberikan Tuhan agar mampu membedakan mana yang benar dan mana
yang tidak benar, juga mampu untuk berkarya di dunia ini dan secara hakikatnya menjadi
seorang pemimpin. Contoh: Pemimpin keluarga, pemimpin negara, dan lain sebagainya.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sangsakerta yakni berarti budi atau akal.
Jadi segala sesuatu yang berhubungan budi pekerti dan akal pikiran manusia. Budaya
adalah suatu yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat itu sendiri. Ketika seseorang
berusaha berada dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-
perbedaan tersebut untuk dipelajari.
Contoh: Masyarakat Sumatera Barat, khususnya daerah Padang. Masyarakat
menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa minang dan dalam keseharian mereka
menjunjung tinggi adat dan kebiasaan untuk bermusyawarah dalam mengambil
keputusasn.
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Hasil karya
manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi
manusia terhadap lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai:
1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya.
2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
3. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia.
4. Pembeda manusia dan binatang.
5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berperilaku dalam
pergaulan.
6. Pengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat dan
menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.

F. Kepribadian dan Kebudayaan


Pengertian masyarakat menunjuk pada sejumlah manusia, sedangkan pengertian
kebudayaan menunjuk pada pola-pola perilaku yang khas dari masyarakat tersebut.
Masyarakat dan kebudayaan sebenarnya merupakan perwujudan atau abstraksi perilaku
manusia. Kepribadian mewujudkan perilaku manusia. Perilaku manusia dapat dibedakan
dengan kepribadian karena merupakan latar belakang perilaku yang ada dalam diri seorang
individu. Kepribadian bukanlah terletak pada jawaban atau tanggapan manusia
terhadap suatu keadaan, akan tetapi justru pada kesiapan dalam memberikan jawaban dan
tanggapan.
Jawaban atau tanggapan merupakan perilaku seseorang. Sebagai misal, apabila
seseorang harus menyelesaikan perselisihan yang terjadi antara dua orang. Keinginannya
untuk menyelesaikan suatu perselisihannya, keinginan untuk tidak mengacuhkan ataupun
keingnan mempertajam perselisihan tersebut, merupakan kepribadiannya, sedangakan
tindakannya dalam mewujudakn keinginan tersebut merupakan perilakunya.
Mungkin kepribdian dapat diberi batasan sebagaimana dikatakan Theodore M.
Newcomb, yaitu bahwa kepribadian merupakan organisasi sikap-sikap yang dimiliki
seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku. Kepribadian menunjuk pada organisasi
sikap-sikap seseorang untuk berbuat, mengetahui berfikir, dan merasakan secara
khususnya apabila dia berhubungan dengan orang lain atau menangapi suatu keadan.
Karena kepribadian merupakan abstraksi individu dan kelakuannya sebagaimana halnya
dengan masyarakat dan kebudayaan, ketiga aspek tersebut mempunyai hubungan yang
saling mempengaruhi satu dengan yang lain.
Sebenarnya kepribadian merupakan organisasi faktor-faktor biologis, psiklogis, dan
sosiologis yang mandasai perilaku individu. Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan,
sikap, dan sifat lain yang khas dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang tadi
barhubungan dengan orang lain. Seseorang sosilogi terutama menaruh perhatiannya pada
perujudan perilaku individu yang nyata pada waktu individu tersebut berhubungan dangan
individu-indiviu lainya.
Wujud perilaku tersebut dinamakan juga peranan, yaitu perilaku yang berkisar pada
pola-pola interaksi manusia. Dasar-dasar pokok perilaku seseorang merupakan faktor-
faktor biologis dan psikologis. Walaupun seseorang sosiologi hanya menaruh perhatian
khusus pada kepribadian yang terwujud dalam interaksi, faktor-faktor biologis dan
psiklogis juga penting baginya karena faktor-faktor sosiologi dalam perkembangannya
berkisar pada faktor-faktor biologis dan psikologis.
Faktor-faktor biologis dapat mempengaruhi kepribadian secara langsung. Misalnya,
seseorang yang mempunyai badan yang lemah (secara fisik) dapat mepunyai sifat rendah
diri yang besar. Bebearapa faktor biologis yang penting adalah misalnya sistem saraf,
watak seksual, proses pendewasaan, dan juga kelainan-kelainan biologis. Faktor-faktor
psikologis yang dapat mempengaruhi kepribadian adalah unsure temperamen, kemampuan
belajar, perasaan, keterampilan, keinginan, dan lain sebagainya.
Mungkin bagian tadi dapat digambarkan dengan istilah kebudayaan khusus atau sub-
culture. Untuk membatasi diri pada hal-hal yang penting, uraian di bawah akan dikaitkan
pada tipe-tipe kebudayaan khusus yang nyata mempengaruhi bentuk kepribadian, yakni
sebagai berikut.
1. Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan
Disini dijumpai kepribadian yang saling berbeda antar individu atas masyarakat
tertentu karena mereka tinggal di daerah yang tidak sama dan dengan kebudayaan yang
tidak sama pula. Contoh: seperti perbedaan melamar mempelai dari daerah minang
berbeda dengan daerah lampung.
2. Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda
Perbedaan tampak pada anak kota yang lebih terbuka dalam menerima perubahan sosial
dan lebih menonjolkan diri diantara teman-temanya, sedangkan anak yang besar di desa
lebih percaya pada diri sendiri dan memiliki sikap menilai (sense of value), dan dalam
berkehidupan orang kota lebih individualis, sedangkan orang pedesaan lebih rukun dan
saling berkerja sama.
3. Kebudayaan khusus kelas social
Didalam masyarakat akan ditemui lapisan sosisal, dengan demikian kita mengenal
lapisan sosial rendah, menengah, dan keatas. Himpunan orang-orang yang merasa
dirinya tergolong pada lapisan kelas sosial tertentu dinamakan kelas social. Masing-
masing kelas memiliki perbedaan dari cara berpakaian, etika dalam bergaul, cara
mengisi waktu luang, bahasa yang digunakan, dan lain sebagainya.
4. Kebudayaan khusus atas dasar agama
Perbedaan mazhab pada agama dapat melahirkan kepribadian yang berbeda pada
umatnya. Karena setiap masyarakat yang fanatik dengan kenyakinannya masing-masing
akan cenderung untuk mengabaikan hal-hal yang mungkin lebih benar.
5. Kebudayaan berdasarkan profesip
Perbedaan profesi dapat member pengaruh pada kepribadian seseorang berdasarkan
pada suasana kekeluargaan dan cara-cara mereka bergaul. Perilaku demikan lebih di
mengerti oleh teman satu pekerjaan. Seperti orang-orang dengan didikan militer lebih
erat dengan tugas-tugasnya, keluarganya sudah siap untuk pindah sewaktu-waktu
ataupun untuk ditinggalkan dalam waktu yang lama.
Dari beberapa kenyataan di atas dapat diambil kesimpulan betapa besar pengaruh
budaya pada pembentukan kepribadian, tetapi tidak hanya kebudayaan melainkan juga
organisme biologis seseorang, lingkungan alam, dan sosialnya.
Inti kebudayaan setiap masyarakat adalah sistem nilai yang dianutnya, sistem
tersebut mencakup konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap baik dan yang dianggap
buruk. Dengan demikian dapat dibedakan antara nilai positif dan negatf. Karena sistem
nilai tersebut bersifat abstrak maka perlu di ketengahkan beberapa indikator, yaitu:
1. Konsepsi hakikat hidup
2. Konsepsi hakikat karya
3. Konsepsi hakikat waktu
4. Konsepsi hakikat lingkungan alam
5. Konsepsi hakikat lingkungan sosial
Ada kemungkinan nilai-nilai tersebut belaku sekaligus di dalam lingkungan hidup
tertentu, yang senantiasa dihubungakan dengan konteks kehidupan tertentu.[5]

G. Masalah/Problematika Kebudayaan
Kebudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah yang berbeda-beda
menghasilkan keragaman kebudayaan. Tiap persekutuan hidup manusia (masyarakat,
suku, atau bangsa) memiliki kebudayaan sendiri yang berbeda dengan kebudayaan
kelompok lain. Kebudayaan yang dimiliki sekelompok manusia membentuk ciri dan
menjadi pembeda dengan kelompok lain. Dengan demikian, kebudayaan merupakan
identitas dari persekutuan hidup manusia.
Dalam rangka memenuhi hidupnya manusia akan berinteraksi dengan manusia lain,
masyarakat berhubungan dengan masyarakat lain, demikian pula terjadi hubungan antar
persekutuan hidup manusia dari waktu ke waktu dan terus berlangsung sepanjang
kehidupan manusia. Kebudayaan yang ada ikut pula mengalami dinamika seiring dengan
dinamika pergaulan hidup manusia sebagai pemilik kebudayaan.
Berkaitan dengan hal tersebut kita mengenal adanya pewarisan kebudayaan, perubahan
kebudayaan, dan penyebaran kebudayaan. Bahwa dalam rangka pemenuhan hidupnya
manusia akan berinteraksi dengan sesama, masyarakat dengan masyarakat lain yang
terjadi antar persekutuan hidup manusia sepanjang hidup manusia. Berkaitan dengan hal
tersebut kita mengenal adanya tentang kebudayaan yaitu:
1. Pewaris kebudayaan
Pewarisan kebudayaan adalah proses pemindahan, penerusan, pemilikan, dan
pemakaian kebudayaan dari generasi ke generasi secara berkesinambungan. Pewarisan
budaya bersifat vertical artinya budaya diwariskan dari generasi terdahulu kepada
generasi berikutnya untuk digunakan, dan selanjutnya diteruskan kepada generasi yang
akan datang.
Pewarisan kebudayaan dapat dilakukan melalui sosialisasi, ekulturasi, atau
pembudayaan adalah proses mempelajari dan menyesuaikan pikiran dan sikap individu
dengan sistem norma, adat, dan peraturan hidup dalam kebudayaan. Proses ekulturasi di
mulai sejak dini, yaitu masa kanak-kanak, bermulai dari lingkungan keluarga, teman-
teman sepermainan, dan masyarakat luas. Sosialisasi atau proses pemasyarakatan
adalah individu menyesuaikan diri dengan individu lain dalam masyarakatnya.
Dalam hal pewarisan budaya bisa muncul masalah antara lain sesuai atau tidaknya
budaya barisan tersebut dengan dinamika masyarakat saat sekarang, penolakan generasi
penerima terhadap warisan budaya tersebut, dan munculnya budaya baru yang tidak
lagi sesuai dengan budaya warisan.
Dalam suatu khusus, ditemukan generasi muda menolak budaya yang hendak
diwariskan oleh generasi pendahulunya. Budaya itu dianggap tidak lagi sesuai dengan
kepentingan hidup generasi tersebut, bahkan dianggap bertolak belakang dengan nilai-
nilai budaya baru yang diterima sekarang ini.
2. Perubahan kebudayaan
Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya
katidak- sesuaian di antara unsur-unsur budaya yang saling berbeda sehingga terjadi
keadaan yang fungsinya tidak serasi bagi kehidupan. Perubahan kebudayaan mencakup
banyak aspek, baik bentuk, sifat perubahan, dampak perubahan, dan mekanisme yang
dilaluinya. Perubahan kebudayaan di dalamnya mencakup perkembangan kebudayaan.
Pembangunan dan modernisasi termasuk pula perubahan kebudayaan.
Perubahan kebudayaan yang terjadi bisa memunculkan masalah, antara lain
perubahan akan merugikan manusia jika perubahan itu bersifat regres (kemunduran)
bukan progres(kemajuan). Perubahan bisa berdampak buruk atau menjadi bencana jika
dilakukan melalui revolusi, berlangsung cepat, dan diluar kendali manusia.
3. Penyebaran kebudayaan
Penyebaran kebudayaan atau difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur
kebudayaan dari suatu kelompok ke kelompok lain atau suatu masyarakat ke
masyarakat lain. Kebudayaan kelompok masyarakat di suatu wilayah bisa menyebar ke
masyarakat wilayah lain. Misalnya, kebudayaan dari masyarakat barat masuk dan
mempengaruhi kebudayaan timur. Globalisasi budaya bisa dikatakan pula sebagai
penyebaran suatu kebudayaan secara meluas.
Dalam hal penyebaran kebudayaan, seorang sejarawan Arnold J. Toynbee
merumuskan beberapa dalil tentang radiasi budaya sebagai berikut.
a. Aspek atau unsur budaya selalu masuk tidak secara keseluruhan, melainkan
individual. Kebudayaan barat yang masuk ke dunia timur pada abad ke-19 tidak
masuk secara keseluruhan. Dunia timur tidak mengambil budaya barat secara
keseluruhan, tetapi unsur tertentu, yaitu teknologi. Teknologi merupakan unsur yang
paling mudah di serap. Industrialisasi di Negara-negar timur merupakan pengaruh
dari kebudayaan barat.
b. Kekuatan menermbus suatu buda bebanding terbalik dengan nilainya. Makin tinggi
dan dalam aspek budayanya, makin sulit untuk diterima. Contoh religi adalah lapis
dalam dari budaya. Religi orang barat (Kristen) sulit di terima oleh orang timur
dibanding teknologinya. Alasannya, religi merupakan lapisan budaya yang paling
dalam dan tinggi, sedangkan teknologi merupakan lapis luar dari budaya.
c. Jika satu unsure budaya masuk maka akan menarik unsure budaya lain. Unsure
teknologi asing yang diadopsi akan membawa masuk pula nilai budaya asing
melalui orang-orang asing yang bekerja di industri teknologi tersebut.
d. Aspek atau unsur budaya yang ditanah asalnya tidak berbahaya, bisa menjadi
berbahaya bagi masyarakat yang di datangi. Dalam hal ini, Toynbee memberikan
contoh nasionalisme. Nasionalisme sebagai hasil evolusi sosial budaya yang menjadi
sebab tumbuhnya Negara-negara nasional di Eropa abad ke-19 justru memecah
belah system kenegaraan di dunia Timur, seperti kesultanan dan kekhalifahan di
Timur tengah.

Penyebaran kebudayaan bisa menimbulkan masalah. Masyarakat penerima akan


kehilangan nilai-nilai budaya local sebagai akibat kuatnya budaya asing yang masuk.
Contoh globalisasi budaya yang bersumber dari kebudayaan Barat pada era sekarang ini
adalah masuknya nilai-nilai budaya global yang dapat memberi dampak negatif bagi
perilaku sebagian masyarakat Indonesia. Misalnya, pola hidup konsumtif, pragmatis,
dan individualistic. Akibatnya, nilai budaya bangsa seperti rasa kebersamaan dan
kekeluargaan lambat laun bisa hilang dari masyarakat Indonesia.
Pada dasarnya, difusi merupakan bentuk kontak antar kebudayaan. Selain difusi,
kontak kebudayaan dapat pula berupa akulturasi dan asimilasi. Akulturasi berarti
pertemuan antara dua kebudayaan atau lebih yang berbeda. Akulturasi merupakan
kontak antar kebudayaan, namun masing-masing memperlihatkan unsur-unsur
budayanya. Asimilasi berarti peleburan antar kebudayaan yang bertemu. Asimilasi
terjadi karna proses yang berlangsung lama dan intensif antara mereka yang berlainan
latar belakang ras, suku, bangsa, dan kebudayaan. Pada umumnya, asimilasi
menghasilkan kebudayaan baru.
Beberapa Problematika Antara lain:
1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sitem kepercayaan.
2. Hambatan budaya berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang.
Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang ini
dapat terjadi antara masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Contonhnya:
Program keluarga KB semula di tolak masyarakat, mereka beranggapan banyak anak
banyak rezeki.
3. Hambatan budaya yang berkaitan dengan faktor psikologis atau kejiwaan. Upaya
untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam banyak
mengalami kesulitan. Hal ini di sebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk
bahwa di tempat yang baru hidup mereka lebih sengsara di bandingkan dengan
hidup mereka di tempat yang lama.
4. Masyrakat yang tersaing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luas.
Masyarakat daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat
luas, karena pengetahuan serba terbatas, seolah-olah tertutup untuk menerima
program pembangunan.

Problematika Kebudayaan Indonesia


Menelusuri pergulatan kebudayaan di Indonesia, akan ditemukan sebuah fenomena
yang lazim dihadapi yaitu, kerendahdirian masyarakat Indonesia terhadap
kebudayaannya sendiri. Kerendahdirian ini muncul dari hubungan antara kebudayaan
Barat dengan kebudayaan daerah di Indonesia, Barat yang sering diposisikan sebagai
pihak superior dan kebudayaan daerah di Indonesia sebagai pihak inferior.
Rendah diri ini disebabkan oleh penjajahan, kerusakan perilaku masyarakat
Indonesia, dan pencitraan yang kuat dari media tentang keunggulan kebudayaan Barat.
Namun, dari beberapa sebab tersebut, yang terus terjadi hingga saat ini dan yang paling
mendasar adalah pencitraan. Dikatakan mendasar karena pada saat penjajahan pun
sudah terjadi pencitraan tersebut
Ungkapan khusus seperti, ilmiah, keren, funky, dan gaul adalah ungkapan yang
menujukkan kondisi rendah diri. Ungkapan-ungkapan tersebut seringkali dilekatkan
kepada kebudayaan Barat, sedangkan kebudayaan daerah di Indonesia, sepertinya jauh
dari ungkapan-ungkapan tersebut. Hal ini memang tidak sepenuhnya bermasalah,
karena Barat memang memiliki keunggulan dalam bidang-bidang tertentu, seperti sains.
Namun, penilaian kebudayaan Barat lebih superior dan kemudian fenomena masyarakat
Indonesia meninggalkan kebudayaan yang sudah lama dihidupi, tentu menjadi suatu
masalah.
Kebudayaan daerah di Indonesia ditingglakan hanya karena dicitrakan tidak ilmiah,
keren dan sebagainya. Padahal, mulai disadari bahwa kebudayaan daerah di Indonesia
memiliki keunggulan, mulai dari pandangan tentang alam hingga pranata sosial. Dan
juga masyarakat Barat mulai menyadari kekurangan kebudayaan mereka sendiri yang
terlihat lewat gairah dan ketertarikan kebudayaan Timur sebagai penawar kegelisahan
mereka.
Secara singkat dapat dikatakan permasalahan ini muncul karena pencitraan dan
harus juga diselesaikan dengan pencitraan. Sudah saatnya kita melihat bahwa
kebudayaan Indonesia memiliki kesejajaran dengan kebudayaan Barat, hanya saja
kebudayaan Indonesia kurang dicitrakan dan kurang dikenali oleh sebagian masyarakat
Indonesia yang hidup mulai masa 70-an. Tentu, usaha untuk mengenali kebudayaan
Indonesia adalah tugas yang diemban oleh setiap warga negara Indonesia.
Pengenalan ini merupakan salah satu modal untuk memiliki dan mengembangkan
kebudayaan Indonesia. Minimnya pengenalan ini, merupakan salah satu faktor yang
membuat rendahnya rasa kepemilikan dan keinginan untuk mengembangkan
kebudayaan. Mengembangkan kebudayaan, adalah hal yang harus dilakukan oleh
masyarakat Indonesia. Jangan tinggalkan kebudayaan Indonesia karena kekayaannya
menunggu untuk dikenali, dikembangkan, hingga akhirnya dapat hidup mencapai
kebesarannya, yang dulu pernah dimiliki.[6]
BAB III
PENUTUP

Berdasrkan hasil pemaparan diatas dapat kita simpulkan bahwa setiap manusia memiliki
kebudayaan yang melekat pada diri mereka yang kita tentu harus hargai karena setiap
perbedaan itulah yang menghasilkan keragaman. Dan dari pemaparan itu jugalah kita dapat
mengetahui makna dan isi dari masyarakat yang menjalani kehidupan sehari-hari dengan
budaya.
Masyarakat adalah manusia yang hidup bersama di suatu wilayah tertentu dalam waktu
yang cukup lama yang saling berhubungan dan berinteraksi dan mempunyai kebiasaan,
tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama. Sedangkan interaksi sosial adalah interaksi
sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama
lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan
kelompok.
Dan perubahan sosial adalah interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia
yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar
kelompok maupun atar individu dan kelompok. Jadi, didalam sebuah masyarakat terdapat
interaksi sosial yang membuat mereka terhubung antara satu dengan yang lainya dan
masyarakat dapat berubah sesuai dengan faktor-faktor lingkungan.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatankesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

\
Referensi:

1. Prof. Dr. Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Wali Pers, 2013.
2. Bruce J. Kohen. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Bina Aksara Anggota IKPI. 1983.
3. Harwantioko Neltje F. Katuuk. Pengantar sosiologi dan ilmu sosial dasar. Penerbit
GunaDarma.
4. Hermanto.,Winarno. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, jakarta:Penerbit Bumi Aksara.

Вам также может понравиться