Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker adalah suatu proses penyakit yang dimulai ketika DNA sel normal
bermutasi secara genetik dan sel menjadi abnormal. Sel kemudian membelah dan
berproliferasi secara abnormal tidak terkendali, dan akan terus membelah diri,
melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta syaraf
tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada
penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker akan
penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas. Penumpukan sel tersebut
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, dan jaringan
payudara juga dikatakan sebagai suatu proliferasi keganasan sel epitel yang
membatasi duktus atau lobus payudara (Price, 2005). Kanker payudara adalah
massa ganas yang berasal dari pembelahan diluar kendali sel-sel yang ada di
jaringan payudara (Sukardja, 2000). Kanker payudara dapat berasal dari jaringan
payudara itu sendiri atau dari jaringan lain yang merupakan hasil metastase dari
kanker lain.
a. Kanker yang bersifat invasif dapat tumbuh dan menyerang ke dalam jaringan
di sekitarnya dan sel-sel ganas dapat terpisah dari tumor induk untuk
menyebar ke bagian-bagian lain di dalam tubuh. Sel-sel ini dapat tumbuh dan
sekunder.
pertumbuhan sel-sel pada lobular payudara dan barsifat non invasif maka
kondisi ini disebut lobular karsinoma in situ (LKIS), memiliki DKIS atau
invasif.
terdiri dari kulit, jaringan dibawah kulit dan korpus. Korpus terdiri dari parenkim
atau jaringan kelenjar dan stroma atau jaringan penunjang. Parenkim merupakan
a. Saluran kelenjar : duktulus, duktus, dan sinus laktiferus. Sinus laktiferus yaitu
duktus yang melebar tempat air susu ibu (ASI) mengumpul (reservoir ASI),
selanjutnya saluran mengecil dan bermuara pada putting. Terdapat 15-25 sinus
laktiferus.
Sinus, duktus dan alveolus dilapisi epitel otot (mioepitel) yang dapat berkontraksi. Alveolus juga
dikelilingi pembuluh darah yang membawa zat
gizi kepada sel kelenjar untuk disintesa menjadi ASI. Stroma terdiri dari
d. Struktur eksternal payudara terdiri dari putting dan areola yaitu bagian lebih
hitam disekitar putting. Pada areola terdapat beberapa kelenjar montgometri
3. Etiologi
termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan hubungan protein baik
2001).
a. Virus
b. Agens fisik
c. Agen kimia
dengan mengganggu struktur DNA pada bagian-bagian tubuh yang jauh dari
d. Faktor genetik
kanker. Jika kerusakan DNA terjadi pada sel dimana pola kromosomnya
abnormal, dapat terbentuk sel-sel mutan.
e. Faktor makanan
diet.
f. Agens hormonal
1) Berat badan
2) Olahraga
3) Konsumsi alkohol
payudara.
5) Riwayat menyusui
payudara.
6) Riwayat kehamilan
1) Jenis kelamin
kandung, bibi (tante), saudara sepupu, atau nenek ada yang menderita
payudara.
Mendapat haid pertama pada usia kurang dari 10 tahun, keadaan ini berarti peredaran hormone sudah
dimulai pada usia yang muda dan menyebabkan peningkatan pertukaran zat hormone. Risiko kanker
payudara juga dapat meningkat ketika seorang wanita mendapatkan menopause pada usia lebih dari 50
tahun, yang berarti peredaran hormone akan berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama.
5) Usia
Risiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Setiap sepuluh tahun risiko kanker
meningkat dua kali lipat. Kejadian puncak kanker payudara meningkat di usia 40-50 tahun.
Keluhan pasien kanker payudara berbeda-beda sesuai dengan stadiumnya. Umumnya pasien karsinoma
in situ, T1 dan T2 datang dengan keluhan adanya benjolan pada payudara tanpa disertai nyeri atau hasil
pemeriksaan skrining mamografi yang abnormal. Pada stadium lanjut, perubahan-perubahan pada
payudara akan ditemui, seperti : perubahan pada permukaan kulit payudara, keluarnya discharge dari
putting, serta perubahan pada ukuran dan bentuk payudara. Selain itu, dapat pula ditemui pembesaran
kelenjar limfa dan tanda- tanda metastase pada jaringan lain. (Hoskins dkk, 2005).
Menurut depkes (2009) gejala yang paling sering didapat pada kanker payudara adalah adanya benjolan
di payudara yang dapat menimbulkan keluhan seperti :
1) Benjolan
2) Kecepatan tumbuh
3) Rasa sakit
4) Nipple discharge (keluarnya cairan dari putting susu berupa cairan, darah atau pus)
7) Kelainan kulit : dimpling (lekukan pada kulit payudara seperti lesung pipit di pipi karena tarikan
tumor), peau de orange (penampakan kulit payudara berkerut seperti kulit jeruk karena adanya oedema
subkutan), ulserasi dan venektasi.
8) Perubahan warna kulit, kulit putting susu dan areola melekuk ke dalam atau berkerut.
3) Batuk
4) Sesak
Stadium adalah suatu sistem klasifikasi berdasarkan pada penampilan luas anatomik malignansi suatu
kanker yaitu letaknya, sampai dimana penyebarannya, sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh
yang lain. Sistem universal penentuan stadium memungkinkan perbandingan kanker dari sel asal serupa.
Klasifikasi membantu menentukan rencana tindakan dan prognosis pasien individual, evaluasi riset,
perbandingan hasil tindakan antara institusi dan perbandingan statistik dunia (Otto, 2003).
1) Ukuran kanker
2) Sifat kanker invasif atau non invasif
Stadium pada kanker biasanya dinyatakan dengan angka pada skala dari 0 sampai IV. Dengan stadium 0
menggambarkan kanker non invasif yang tetap pada lokasi asalnya dan stadium IV menggambarkan
kanker yang invasif telah menyebar keluar dari bagian payudara ke bagian tubuh lainnya. Stadium kanker
berbeda dengan grade kanker walaupun keduanya menggunakan angka sebagai skalanya. Stadium
kanker berskala 0 sampai IV sedangkan grade kanker berskala 1 sampai 3. Suatu grade kanker payudara
ditentukan berdasarkan pada bagaimana bentuk sel kanker dan perilaku sel kanker dibandingkan dengan
sel normal. (Jochelson, 2011).
a) GRADE 1 :
Ini adalah grade yang paling rendah, sel kanker lambat dalam berkembang, biasanya tidak menyebar.
b) GRADE 2 :
c) GRADE 3 :
Ini adalah grade yang tertinggi, cenderung berkembang cepat, biasanya menyebar.
Penentuan stadium kanker payudara dapat didasarkan pada hasil dari pemeriksaan fisik, biopsy dan tes
pencitraan (stadium klinis), atau hasil dari tes tersebut ditambah hasil dari pembedahan (stadium
patologis) ketika luasnya penyebaran kanker ditemukan setelah proses pembedahan. (Lichtenfeld, 2011).
Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan sistem Tumor, Nodus, Metastase (TNM) dari the
American joint committee on cancer (AJCC) sebagai berikut :
Selain menunjukkan ukuran tumor, huruf T pada sistem TNM ini juga mendeskripsikan apakah tumor
mengenai dinding dada ataupun kulit. Nilai T dalam centimeter (cm), nilai paling kecil dibulatkan ke
angka 0,1 cm
Huruf N menunjukkan luas dan lokasi kelenjar getah bening (KGB) regional yang terkena.
c) Metastasis (M)
Huruf M menunjukkan metastasis (penyebaran) kanker ke organ yang jauh atau ke KGB yang tidak
langsung berhubungan dengan kanker (misal KGB di leher).
Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insidens kanker payudara
dan secara tidak langsung akan menurunkan angka kematian akibat kanker payudara.
Pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan
deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara pencegahan yang dilakukan antara lain berupa
pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier (Sukardja, 2000).
a. Pencegahan primer
Menurut AJCC dalam Sukardja (2000), pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu
bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang sehat melalui upaya menghindarkan diri dari
kontak karsinogen dan berbagai faktor risiko, serta melaksanakan pola hidup sehat karena diperkirakan
hampir seluruh kasus kanker disebabkan oleh karsinogen yang ada di lingkungan hidup kita, dan
sebagian besar ada hubungannya dengan tembakau.
Konsep dasar dari pencegahan primer adalah menurunkan insidens kanker payudara yang dapat
dilakukan dengan :
4) Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat. Serat akan menyerap zat-zat yang bersifat
karsinogen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar melalui feses.
5) Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahannya seperti tahu atau tempe. Kedelai mengandung
flavanoid yang berguna untuk mencegah kanker dan genestein yang berfungsi sebagai estrogen nabati
(fitoestrogen). Estrogen nabati ini akan menempel pada reseptor estrogen sel-sel epitel saluran kelenjar
susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan
merangsang tumbuhnya sel kanker.
6) Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang mengandung vitamin C, zat
antioksidan dan fitokimia seperti jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung,
kacang-kacangan dan biji-bijian.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara.
Pencegahan sekunder dilakukan dengan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami
perkembangan, diantaranya adalah dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan
skrining melalui mammografi. SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur. Kebiasaan ini
memudahkan kita untuk menemukan perubahan pada payudara dari bulan ke bulan. Pemeriksaan
optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi
cairan minimal dan payudara dalam keadaan lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada
pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2
tahun sampai mencapai 50 tahun. Deteksi kanker secara dini dapat menurunkan tingkat kematian karena
menentukan tingkat keberhasilan dari pengobatan kanker. (World cancer report, 2008)
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier biasanya ditujukan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara.
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan
penanganan yang tepat pada penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya untuk mengurangi
kecacatan dan memperpanjang hidup penderita. Pencegahan tersier ini penting untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita, meneruskan pengobatan serta memberikan dukungan psikologis bagi
penderita. Upaya rehabilitasi terhadap penderita kanker payudara dilakukan dalam bentuk rehabilitasi
medik serta rehabilitasi jiwa dan sosial. Rehabilitasi medik dilakukan untuk mempertahankan keadaan
penderita pasca operasi atau pasca terapi lainnya. Rehabilitasi jiwa dan sosial diberikan melalui
dukungan moral dari orang-orang terdekat dan konseling dari petugas kesehatan maupun tokoh agama
(Sukardja, 2000).
a. Pembedahan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan yang dilakukan pada
pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan
pasien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy), mengangkat sebagian
payudara yang mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk
meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi,
hormon atau kemoterapi.
b. Non pembedahan
1. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak
terangkat saat pembedahan.
2. Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan dapat dipakai sebagai
terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.
3. Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awa lataupun tahap lanjut penyakit (tidak dapat lagi
dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau dikombinasikan. Salah
satu diantaranya adalah Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang
adapada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja.
4. Terapi Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara
berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk
menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya
juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.
Komplikasi utama dari cancer payudara adalah metastase jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran
limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering untuk metastase jauh adalah paru-
paru, pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang kemungkinan mengakibatkan fraktur patologis, nyeri
kronik dan hipercalsemia. Metastase ke paru-paru akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru
dan metastase ke otak mengalami gangguan persepsi sensori.
1. Staging (TNM)
Stadium II : 70-50 %
Stadium III : 20-11 %
Stadium IV : 0 %
Karsinoma insitu mempunyai prognosis yang baik di bandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita.2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka
Cipta.
Astawan, Made. Andreas Leomitro Kasih. 2008. Khasiat Warna Warni Makanan. Jakarta :
Brunner&Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC
Damanik, Nina Munawaroh (Karya Tulis). Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan
Wanita Usia 20-40 Tahun di Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Tentang Sadari Sebagai Salah
Satu Cara Untuk Mendeteksi Dini Kanker Payudara, 2009. Diakses pada tanggal 12 Desember 2010.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21274/4/Chapter%20II.pdf
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Dirjen Binkesmas Direktorat Gizi masyarakat. 2002.
Manajemen Laktasi Buku Pedoman bagi Bidan dan Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI. Profil Kesehatan RI 2007. Diakses pada tanggal 7 Januari 2011 dari
http://www.depkes.go.id/downloads/profil/ProfilKesehatan2007.pdf.
Depkes RI. 2009. Pedoman Penemuan & Penatalaksanaan Penyakit Kanker Tertentu di Komunitas. Jakarta
: Depkes
Harper, L. J. , Deaton. J. A. Driskel. 1985. Pangan, gizi dan pertanian. Jakarta : UI Press
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperwatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika.
Higdon, Jane. Soy Isoflavones. 2006. Diakses pada tanggal 6 April 2011 dari
http://lpi.oregonstate.edu/infocenter/phytochemicals/soyiso/
Hoskins, William J., Robert C Young, et al. 2005. Breast Cancer in : Principles and Practice of Gynecologic
Oncology fourth edition. Philadelphia : Lippincott Williams&Wilkins.
Jochelson, Maxine. Understanding Breast Cancer. 2010. Diakses pada tanggal 6 April 2011 dari
http://www.Breastcancer.org
Kaplan& Sadock. 1997. Synopsis psikiatri, ilmu pengetahuan perilaku psikiatri klinis jilid I edisi 7. Jakarta :
Bina rupa aksara
Khomsan, Ali. 2004. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Koswara, Sutrisno. 2006. Isoflavon Senyawa Multi Manfaat dalam Kedelai. Bogor : IPB Press
Lichtenfeld, J Leonard (Len). Staging. 2010. Diakses pada tanggal 6 April 2011 dari
http://www.cancer.org/Treatment/UnderstandingYourDiagnosis/staging.
Luwia, Melissa S. 2003. Problematik dan Perawatan Payudara. Jakarta : Kawan Pustaka
Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara
Messina, Mark. Anna H Wu. 2009. Perspective on the Soy-Breast Cancer Relation. 1673S-
1679S.
Monks, F.J. 2002. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
--------------------------. 2007. Kesehatan Masyarakat: ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Otto, Shirley E., Jane F. 2003. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Rasjidi, Imam. 2005. 100 Questions and Answers : Kanker pada Wanita. Jakarta : Elex Media
Robert, B.S.W., Williams, S.R. 2000. Nutrition Troughout Life Cycle 4th Edition. Singapores : The McGraw-
Hill Book Companies. Inc.
Santosa, Soegeng dan Anne Lies Ranti. 2004. Kesehatan Dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta
Sarjadi. 2000. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 2. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2001. Psikologi Remaja. Jakarta : Radja Grafindo Persada
Shu, Xiao Ou, dkk. 2009. Soy Food Intake and Breast Cancer Survival. 302(22), 2437-2443.
Soehardjo. 1986. Sosio Budaya Gizi. Bogor: IPB PAU Pangan Dan Gizi.
Sukardja, I Dewa Gede. 2000. Onkologi Klinik edisi 2. Surabaya : Airlangga University
Press Trock, Bruce J, dkk. 2006. Meta-Analysis of Soy Intake and Breast Cancer Risk. 98(7), 459- 471.
WHO. Insidens Kanker Payudara. 2002. Diambil pada tanggal 21 Desember 2010 dari
http://www.WHO.go.org
Widianti, Efri. Tati Hernawaty, dkk (Tesis). Pengetahuan Pasien Mengenai Gangguan
s2-2006-rinduandarw-564-2005_ts_-1.pdf
Williams, Christine. Staging and Grading for Breast Cancer. 2010. Diakses pada tanggal 6 April 2011 dari
http://www.cancer.ca/Canadawide/About%20cancer/Types%20of%20cancer/Staging%20and%20grading
%20for%20breast%20cancer.aspx?sc_lang=en
Williams, Margaret. 1993. Nutrition For The Growing Years. Edisi 5 California: Pylon Press
Winarno, F. G. 1993. Pangan (Gizi, Teknologi, dan Konsumen). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Wong, Donna L. Marilyn Hockeberry Eaton, et al. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Ed 6 Volume 1.
Jakarta : EGC
World Cancer Report. Morbiditas dan Mortalitas Kanker. 2008. Diakses pada tanggal 2 Februari 2011 dari
http://www.worldcancerreport.co.id