Вы находитесь на странице: 1из 26

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)
I. IDENTIFIKASI MASALAH
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita
setiap bulanya untuk kehamilan (Keikos, 2007). Menstruasi menurut Prawirohardjo (1999)
adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai dengan pelepasan
(deskuamasi) endometrium. Walaupun menstruasi datang setiap bulan pada usia reproduksi,
banyak wanita yang mengalami ketidaknyamanan fisik atau merasa tersiksa saat menjelang
atau selama haid berlangsung (Blogdokter, 2007).

Salah satu ketidaknyamanan fisik saat menstruasi yaitu dismenore.


Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi
(Imcw, 2007). Dismenore dapat disertai dengan rasa mual, muntah, diare dan kram, sakit
seperti kolik diperut. Beberapa wanita bahkan pingsan dan mabok, keadaan ini muncul cukup
hebat sehingga menyebabkan penderita mengalami kelumpuhan aktivitas untuk sementara
(Youngson, 2002).
Kelainan yang selalu timbul tidak mungkin menyebabkan kematian seseorang, tetapi
hal ini akan sangat menggangu syarafnya, kadang-kadang sampai mengalami penderitaan
yang menahun dan kronis (Hartati, 1990).
Penyebab dismenore bermacam-macam yaitu karena suatu proses penyakit (misalnya radang
panggul), endometriosis, tumor, atau kelainan letak uterus, selaput dara atau vagina tidak
berlubang, dan stres atau kecemasan yang belebihan, tetapi penyebab yang tersering diduga
karena terjadinya ketidakseimbangan hormonal dan tidak ada hubungan dengan organ
reproduksi.
Dismenore banyak dialami oleh para wanita. Di Amerika Serikat diperkirakan hampir
90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya mengalami dismenore berat,
yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun (Jurnal Occupation
And Environmental Medicine, 2008).
Telah diperkirakan bahwa lebih dari 140 juta jam kerja yang hilang setiap tahunnya di
Amerika Serikat karena dismenore primer (Schwarz, 1989).
Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64.25 % yang terdiri dari 54,89% dismenore
primer dan 9,36 % dismenore sekunder (Info sehat, 2008). Di Surabaya di dapatkan 1,07 %-
1,31 % dari jumlah penderita dismenore datang kebagian kebidanan (Harunriyanto, 2008).

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu-ibu remaja putri dapat
memahami dan mengerti tentang Nyeri haid yang sering dialami wanita saat menstruasi
IV. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini ibu dan remaja putri dapat menjelaskan kembali :

VIII. KEGIATAN PEMBELAJARAN


No Waktu Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Peserta
1 3 menit Pembukaan :
1. Memberi salam 1. Menjawab salam
2. Menjelaskan tujuan pembelajaran 2. Mendengarkan dan
memperhatikan
2 10 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan materi penyuluhan secara 1. Menyimak dan
berurutan dan teratur mendengarkan
Materi :
1. Pengertian nyeri haid
2. Penyebab
3. Tanda dan Gejala
4. Pengobatan

3. 5 menit Evaluasi ;
Meminta kepada ibu dan khususnya remaja 1. Bertanya dan menjawab
putri untuk menjelaskan kembali atau pertanyaan
menyebutkan :
1. Pengertian nyeri haid
2. Penyebab
3. Tanda dan Gejala
4. Pengobatan

4 2 menit Penutup :
1. Mengucapkan terima kasih dan mengucapkan 1. Menjawab salam
salam

1. Jelaskan pengertian Nyeri haid!


2. Sebutkan penyebab terjadinya nyeri haid ?
3. Sebutkan tanda dan gejala nyeri haid?
4. Sebutkan pengobatan nyeri haid
NYERI HAID PADA WANITA
1. Pengertian Nyeri Haid
Menstruasi adalah perdarahan secara periodic dan siklik dari uterus, disertai dengan
pelepasan endometrium. Pada masa ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai
dengan perdarahan. Darah haid tidak membeku karena ada fermen yang mencegah
pembekuan darah dan mencairakan potongan potongan mukosa. Hanya jika terlalu banyak
darah yang keluar maka fermen tersebut tidak mencukupi hingga timbul bekuan bekuan darah
dalam darah haid.
Secara fisiologi haid dipengaruhi berbagai hormone GnRH (Gonadotropin Releasing
Hormon) yang di keluarkan oleh hipotalamus dan memicu hipofisis anterior mengeluarkan
hormone FSH.FSH Memicu pematangan folikel di ovarium, sehinga terjadi sintesis estrogen
dalam jumlah besar. Estrogen akan mengakibatkan proliferasi sel endometrium (Penebalan
dari endometium). Estrogen yang tinggi memper tanda kepada hipofisis untuk mengeluarkan
hormon LH (Luteinizing Hormon). LH akan mengakibatkan ovulasi dan memicu korpus
luteum untuk mensintesiskan progesteron. Progesteron sendiri menyebabkan perubahan
sexkeretorix pada endometrium sehingga terjadi fase sexresi atau faseluteal
Dismenorea didefinisikan sebagai nyeri haid yang sedemikian hebatnya sehingga
memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-
hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari.
Nyeri yang dirasakan selama menstruasi adalah normal namun apabila berlebihan,
maka hal ini merupakan masalah. Terutama apabila nyeri ini sampai membatasi /
mengganggu aktivitas sehari hari atau sampai selalu membutuhkan obat penghilang rasa
nyeri.
Nyeri haid atau disminore itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 2. Berdasarkan
ada tidaknya kelainan ginekologis dan berdasarkan dengan intensitas nyerinya.
1) Berdasarkan ada tidaknya kelainan ginekologis :
a. Dismenorea primer (esensial, intrinsik, idiopatik), yaitu dismenorea yang terjadi tanpa
disertai adanya kelainan ginekologis. Pada wanita yang secara emosional tidak stabil,
dismenorea primer mudah terjadi. Faktor konstitusi erat kaitannya dengan faktor psikis,
faktor ini dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri.
Dismenorea primer timbul sejak menarche, biasanya pada tahun pertama atau
kedua haid. Biasanya terjadi pada usia antara 15-25 tahun dan kemudian hilang pada usia
akhir 20-an atau awal 30-an. Nyeri biasanya terjadi beberapa jam sebelum atau setelah
periode menstruasi dan dapat berlanjut hingga 48-72 jam. Nyeri diuraikan sebagai mirip-
kejang, spasmodik, terlokalisasi pada perut bagian bawah (area suprapubik) dan dapat
menjalar ke paha dan pinggang bawah. Dapat disertai dengan mual, muntah, diare, nyeri
kepala, nyeri pinggang bawah, iritabilitas, rasa lelah dan sebagainya
b. Dismenorea sekunder (ekstrinsik, aquaired), yaitu dismenorea yang berkaitan dengan
kelainan ginekologis, baik kelainan anatomi maupun proses patologis pada pelvis.
Dismenorea sekunder biasanya terjadi beberapa tahun setelah menarche, dapat juga
dimulai setelah usia 25 tahun. Nyeri dimulai sejak 1-2 minggu sebelum menstruasi dan terus
berlangsung hingga beberapa hari setelah menstruasi. Pada dismenorea sekunder dijumpai kelainan
ginekologis seperti endometriosis, adenomiosis, kista ovarium, mioma uteri, radang pelvis dan lain-
lain. Dapat pula disertai dengan dispareuni, kemandulan, dan perdarahan yang abnormal
2) Berdasarkan intensitas nyeri

a. Dismenorea ringan, yaitu dismenorea dengan rasa nyeri yang berlangsung beberapa
saat sehingga perlu istirahat sejenak untuk menghilangkan nyeri, tanpa disertai
pemakaian obat.

b. Dismenorea sedang, yaitu dismenorea yang memerlukan obat untuk menghilangkan


rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan aktivitas sehari-hari.

c. Dismenorea berat, yaitu dismenorea yang memerlukan istirahat sedemikian lama


dengan akibat meninggalkan aktivitas sehari-hari selama 1 hari atau lebih

2. Penyebab Nyeri Haid :


Penyebab dari nyeri haid ini adalah
a. Disminorrea primer
Banyak teori yang telah ditemukan untuk menerangkan penyebab terjadi disminorrea primer,
tetapi meskipun begitu patofisiologinya belum jelas terjadi. Etiologi dari disminorrea
primer tersebut adalah:
1). Faktor Psikologis
Biasanya terjadi pada remaja yang tidak stabil emosional tidak stabil, mempunyai
ambang nyeri tang rendah, sehingga dengansedikit rangsangan nyeri, maka ia akan sangat
merasakan kesakitan
2). Faktor Endokrin
Pada umumnya haid ini dihubungkan dengan kontraksi uterus yang tudak bagus.
Hal ini sanagt erat kaitannya dengan pengaruh hormonal. Peningkatan produksi prostlagandin
akan menyebabakan terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga
menimbulkan nyeri

b. Disminorrea sekunder
Pada disminorrea sekunder etiologi yang mungkin terjadi adalah :
1). Faktor konstitusi seperti anemia, pemakaian kontrasepsi IUD, benjolan yang
menyebabkan perdarahan, tumor atau fibroid
2). Anomali uterus konginental, seperti : rahim yang terbalik, peradangan selaput lendir
rahim,
3). Endometriosis
Penyakit yang ditandai dengan adanya pertumbuhan jaringan endometrium di luar
rongga rahim. Endometrium adalah jaringan yang membatasi bagian dalam rahim. Saat siklus
menstruasi, lapisan endometrium ini akan bertambah sebagai persiapan terjadinya kehamilan.
Bila kehamilan tidak terjadi, maka lapisan ini akan terlepas dan dikeluarkan sebagai
menstruasi.
Bagaimana lapisan endometrium ini dapat tumbuh di luar rahim? Biasanya tempat-
tempat di luar rahim di mana lapisan endometrium ini tumbuh ialah pada indung telur
(ovarium), belakang rahim (ligamen utero sacral), saluran tuba fallopi dan kandung kemih.
Penyebab endometriosis secara pasti belum diketahui, tapi ada beberapa teori yang diajukan
selama ini, yaitu :
a) Menstruasi retrograd, di mana sebagian aliran darah menstruasi dari rahim keluar ke rongga
perut melalui saluran tuba fallopi.
b) Gangguan sistem kekebalan yang memungkinkan sel-sel endometrium melekat dan
berkembang.
c) Kelainan genetis.

4). Infeksi pelvis

3. Tanda dan Gejala


a. Nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai
b. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus
menerus ada.
c. nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam
waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.
d. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering
berkemih. Kadang sampai terjadi muntah
4. Pengobatan
Pengobatan atau penatalaksanaan dari diminorrea ini dapat dilakukan dengan medis dan non
medis.
1). Terapi medis untuk perempuan yang mengalami dissminorrea adalah :
Pemberian obat analgetik digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri. dapat menggunakan
aspirin, asetaminofen, propofiksen (untuk Nyeri ringan), Promrtazin, oksikodon, butalbitat
( untuk Nyeri berat)

Terapi Hormonal
Pengobatan hormonal untuk meredakan dismenore, dan lebih tepat diberikan pada wanita yang
ingin menggunakan alat KB berupa pil. Jenis hormon yang diberikan progestin, pil kontrasepsi
(estrogen rendah dan progesteron tinggi). Pemberian pil dari hari 5-25 siklus haid dengan dosis 5-10
mg/hari. Progesteron diberikan pada hari ke 16 sampai ke 25 siklus haid, setelah keluhan nyeri
berkurang.
Terapi dengan obat non steroid antiprostlagandin
Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) yang menghambat produksi dan kerja prostaglandin
digunakan untuk mengatasi dismenore primer. NSAIDs tidak boleh diberikan pada wanita hamil,
penderita dengan gangguan saluran pencernaan, asma dan alergi terhadap jenis obat anti
prostaglandin
2). Terapi non Medis dapat dilakukan :
Hangatkan bagian perut, dapat menyebabkan vasodilatasi dan mengurangi spasmodik uterus
Masase daerah perut yang tersa nyeri, mengurangi nyeri karena ada stimulus sentuhan terapeutik
Lakukan latihan ringan, dapat memeprbaiki aliran uterus dan tonus otot
Lakukan tekhnik relaksasi, mengurangi tekanan untuk mendapatkan rileks
Istirahat dan tidur

2.1. Definisi Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium
uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan
ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal,
ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab
dalam pengaturan perubahan perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Greenspan
et al, 1998).

Menstruasi adalah keluarnya darah melalui vagina, yang berasal dari rahim, berlangsung
secara teratur, sebagai aspek dari kerja hormon-hormon retorik (Yanto Kadarusman,2000).

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan
dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang terjadi terus
menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. menstruasi biasanya terjadi pada
usia 11 tahun dan berlangsung hingga anda menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45 55
tahun). Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3 7 hari.

2.2. Siklus menstruasi

Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita
memiliki siklus 25 35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun
beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya
masalah kesuburan.

Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi hari dimana
pendarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung sampai dengan hari
terakhir yaitu 1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai.

Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan sekitar 200.000


hingga 400.000 telur yang belum matang/folikel (follicles). Normalnya, hanya satu atau
beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum
menstruasi berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka sel telur tersebut akan
dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk kemudian dibuahi.
Proses pelepasan ini disebut dengan OVULASI.

Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan hormon yang disebut
Follicle Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga membuat sel-sel telur
tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel telur kemudian tumbuh lebih
cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi dominant hingga kemudian mulai memproduksi
hormon yang disebut estrogen yang dilepaskan kedalam aliran darah. Hormone estrogen
bekerjasama dengan hormone FSH membantu sel telur yang dominan tersebut tumbuh dan
kemudian memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri untuk menerima sel telur
tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir yang lebih banyak di vagina
untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah berhubungan intim.

Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari dalam otak yang disebut dengan
Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini dilepas dalam jumlah banyak dan memicu
terjadinya pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam ovarium menuju tuba falopi. Jika
pada saat ini, sperma yang sehat masuk kedalam tuba falopi tersebut, maka sel telur tersebut
memiliki kesempatan yang besar untuk dibuahi.

Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk berjalan menuju tuba falopi,
mencapai rahim dan pada akhirnya menanamkan diri didalam rahim. Kemudian, sel telur
tersebut akan membelah diri dan memproduksi hormon Human Chorionic Gonadotrophin
(HCG). Hormone tersebut membantu pertumbuhan embrio didalam rahim.

Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometrium akan meluruh
dan terjadilah proses menstruasi.

2.3. Gangguan dalam menstruasi

2.3.1. Definisi

Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang dapat berupa
kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya perdarahan.

2.3.2. Macam macam gangguan menstruasi

2.3.2.1. Premenstrual Tension (Ketegangan Prahaid)

a. Definisi

Keteganagan prahaid adalah keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai
beberapa hari sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang walaupun
kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.

b. Etiologi

Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah
ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium,
penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan
hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi
progesteron.

Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga memegang peranan
penting. Yang lebih mudah menderita tegangan prahaid adalah wanita yang lebih peka
terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.
c. Patofisiologi

Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di dalam darah, yang akan
menyebabkan gejala deprese dan khususnya gangguan mental. Kadar esterogen akan
mengganggu proses kimia tubuh ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai
vitaminanti depresi karena berfungsi mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting sekali
bagi otak dan syaraf, dan kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah yang cukup dapat
mengakibatkan depresi.

Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah prolaktin.
Prolaktin dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah
esterogen dan progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu
banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua
hormon tersebut. Wanita yang mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut kadar prolaktin
dapat tinggi atau normal.

Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA). Fungsi
prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur efek hormon esterogen,
progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.

d. Manifestasi klinis

Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala,
perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dsb. Sedang pada kasus
yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejala-
gejal fisik tersebut diatas.

e. Terapi

Progesteron sintetik dosis kecil dapat diberikan selama 8 jam sampai 10 hari
sebelum haid

Metiltestosteron 5mg sebagai tablet isap, jangan lebih dari 7 hari

Pemberian diuretik selama 5 hari dapat bermanfaat

Pemakaian garam dibatasi dan minum sehari-hari dikurang selama 7-10 hari sebelum
haid

Psikoterapi suportif

2.3.2.2. Disminorea

a. Definisi

Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat wanita tersebut
tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala,
perasaan mau pingsan, lekas marah. Dikenal adanya disminore primer dan sekunder.
Nyeri haid atau disminorea ada dua macam :

Nyeri haid primer

Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah
stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri
haid itu normal, namun dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, dan
seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah,
dan kondisi tubuh yang menurun. Gejala tersebut tidak membahayakan kesehatan.

Nyeri haid sekunder

Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti
infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang
mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya.

b. Etiolog

Penyebab pasti disminore primer belum diketahui. Diduga faktor psikis sangat berperan
terhadap timbulnya nyeri. Disminore primer umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus
haid berovulasi. Penyebab tersering disminore sekunder adalah endometriosis dan infeksi
kronik genitalia interna

c. Patofisiologi

Pada disminorea primer :

Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi dan hal ini akan
mengakibatkan penurunan kadar progesteron. Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi
membran lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase
A2 ini akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium
menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama dengan kerusakan
endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan
prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan disminorea primer didapatkan
adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang
miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan distrimi uterus. Akibatnya
akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia.
Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya
menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap
rangsang fisik dan kimia.

Pada disminorea sekunder :

Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi
uterus atau adanya IUD dapat menyebabkan kram pada uterus sehingga timbul rasa nyeri

d. Manifestasi klinis

Disminore Primer
Usia lebih muda

Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur

Sering pada nulipara

Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik

Nyeri timbul mendahului haid

Nyeri meningkat pada hari pertama dan kedua saat haid

Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik

Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik

Sering memberikan respons terhadap pengobatan medikamentosa

Pemeriksaan pelvik normal

Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala

Disminore Sekunder

Usia lebih tua

Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur

Tidak berhubungan dengan paritas

Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul

Neri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah

Berhubungan dengan kelainan pelvik

Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi

Seringkali memerlikan tindakan operatif

Terdapat kelainan pelvik

e. Terapi

Penerangan dan nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa disminore adalah gangguan yang tidak berbahaya
untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup,
pekerjaan, kegiatan, lingkungan penderita. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat
yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.
Pemberian obat analgesik

Dewasa ini telah banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi
simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas
pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan.

Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan
kafein. Obat-obat paten beredar di pasaran ialah antara novalgin, ponstan, acet-aminophen
dan sebagainya.

Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan
maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar disminore primer, atau untuk
memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan.
Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.

Terapi dengan obat nonstreoid antiprostaglandin

Memegang peranan yang makin penting terhadap disminore primer. Termasuk disini
indometasin, ibuprofen, dan naproksen dalam kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan
atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai 1
sampai 3 hari sebelum haid dan pada hari pertama haid.

2.3.2.3. Perdarahan Uterus Abnormal

1) Hipermenore (Menorraghia)

a. Definisi

Hipermenore adalah perdarahan berkepanjangan atau berlebihan pada waktu menstruasi


teratur. Bisa disebut juga dengan perdarahan haid yang jumlahnya banyak hingga 6-7 hari,
ganti pembalut 5-6 kali/hari tetapi masih memiliki siklus-siklus yang teratur.

Pada hipermenore perdarahan menstruasi berat berlangsung sekitar 8-10 hari dengan
kehilangan darah lebih dari 80ml

b. Etiologi

40-60% wanita yang mengaku mengalami perdarahan hebat saat haid tidak ada patologi
pada sistem reproduksinya dan hal ini disebut perdarahan uterus disfungsional.

Penyebab lokal seperti : myomata, endometril polip, uterus retro versi, first menstrual period
after childbirth or abortion (MPT), tumor sel granulosa di ovarium.

Penyakit sistemik, seperti hipertiroidisme dan gangguan perdarahan.

Penggunaan IUCD (Intra Uterine Contraceptive Device). Penggunaan IUCD akan


meningkatkan aliran menstruasi.
Hypopalsia Uteri, menurut beratnya hipoplasia dapat mengakibatkan amenorrhoe (uterus
sangat kecil), hipermenorrhoe (uterus kecil jadi luka kecil).

Astheni, Menorrhagia terjadi karena tonus otot pada umumnya kurang.

Sealama atau sesudah menderita suatu penyakit atau karena terlalu lelah, juga karena tonus
otot kurang.

Hypertensi.

Decompensatio cordis.

Infeksi : endometriosis, salphingitis.

Retroflexio uteri, karena kandungan pembuluh darah balik.

Penyakit darah : Hemofili

c. Patofisiologi

Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormon


(GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH).
Hal ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan
siklus, pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan
folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium agar
berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang telah
kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan
mensekresi progesteron. Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk
berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi
berasal dari dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen dan
progesteron akibat involusi korpus luteum.

Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal yang
disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa
kondisi patologis.

Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari FSH, tetapi
dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum
yang terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium berplroliferasi dengan
cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun dan mengakibatkan
perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan pendarahan yang normal,
namun ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung tidak mengakibatkan
pendarahan hebat.

d. Manifestasi klinis

Menorrhagia yang berat dapat menyebabkan anemia.

Gejala lain yang dapat menyertainya antara lain :


1) Sakit kepala

2) Kelemahan

3) Kelelahan

4) Kesemutan pada kaki dan tangan

5) Meriang

6) Penurunan konsentrasi

e. Terapi

Terapi spesifik untuk menorrhagia diberikan berdasarkan :

1) Umur dan riwayat kesehatan

2) Kondisi sebelumnya

3) Toleransi pada terapi pengobatan spesifik

Terapi untuk menorrhagia, yaitu :

1) Suplemen zat besi (jika kondisi menorrhagia disertai anemia, kelainan darah yang
disebabkan oleh defisiensi sel darah merah atu hemoglobin).

2) Prostaglandin inhibitor seperti medications (NSAID), seperti aspirin atau ibuprofen.

3) Kontrasepsi oral (ovulation inhibitor)

4) Progesteron (terapi hormon)

5) Hysteroctomy (operasi untuk menghilangkan uterus)

2) Amenore

a. Definisi

Amenore bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala. Amenore adalah tidak adanya haid
selama 3 bulan atau lebih. Klasifikasi amenore :

1) Amenore primer, tejadi apabila seseorang wanita belum pernah mendapat menstruasi dan
tidak boleh didiagnosa sebelum pasien mencapai usia 18 tahun
2) Amenore sekunder ialah hilangnya haid selama menarche

3) Amenore yang normal hanya terjadi sebelum masa pubertas, selama kehamilan, selama
menyusui dan setelah menapause.

b. Etiologi

1. Tertundanya menarke ( menstruasi pertama )

2. Kelainan bawaan pada pada sistem kelamin ( misalnya tidak memiliki rahim atau vagina,
adanya sekat pada vagina, serviks yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi vagina
terlalu sempit / himen imperforata )

3. Penurunan berat badan yang drastis ( akibat kemiskinan, diet berlebihan, anoreksia
nervosa, bulimia, dan lain lain )

4. Kelainan bawaan pada sistem kelamin

5. Kelainan kromosom ( misalnya sindroma Turner atau sindroma Swyer ) dimana sel
hanya mengandung 1 kromosom X )

6. Obesitas yang ekstrim

7. Hipoglikemia

8. Disgenesis gonad

9. Hipogonadisme hipogonadotropik

10. Sindroma feminisasi testis

11. Hermafrodit sejati

12. Penyakit menahun

13. Kekurangan gizi

14. Penyakit Cushing

15. Fibrosis kistik

16. Penyakit jantung bawaan ( sianotik )

17. Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor adrenal

18. Hipotiroidisme

19. Sindroma adrenogenital

20. Sindroma Prader-willi


21. Penyakit ovarium polikista

22. hiperplasia adrenal kongenital

Penyebab amenore sekunder :

1. Kehamilan

2. Kecemasan akan kehamilan

3. Penurunan berat badan yang drastis

4. Olah raga yang berlebihan

5. Lemak tubuh kurang dari 15 17 % extreme

6. Mengkonsumsi hormon tambahan

7. Obesitas

8. Stres emosional

9. Menopause

10. Kelinan endrokin ( misalnya sindorma Cushing yang menghasilkan sejumlah besar hoemon
kortisol oleh kelenjar adrenal )

11. Obat obatan ( misalnya busulfan, klorambusil, siklofosfamid, pil KB, fenotiazid )

12. Prosedur dilatasi kuratesa

13. Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa ( tumor plasenta ) dan sindrom Asherman (
pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau pembedahan )

c. Patofisiologi

Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian dari sindrom hemaprodit
seperti testicular feminization, adalah penyebab utama dari amenore primer. Testicular
feminization disebabkan oleh kelainan genetik. Pasien dengan aminore primer yang
diakibatkan oleh testicular feminization menganggap dan menyampaikan dirinya sebagai
wanita yang normal, memiliki tubuh feminin. Vagina kadang kadang tidak ada atau
mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina. Vagina tersebut berakhir sebagai
kantong kosong dan tidak terdapat uterus. Gonad, yang secara morfologi adalah testis berada
di kanal inguinalis. Keadaan seperti ini menyebabkan pasien mengalami amenore yang
permanen.

Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis hipotalamus-hipofisis-
ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana terdapat sedikit
sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini
menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan
progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan menyebabkan tidak
menebalnya endometrium karena tidak ada yang merasang. Terjadilah amenore. Hal ini
adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior,
seperti adenoma pitiutari.

Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore primer.


Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH yang
cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan
progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap
rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur menopause
adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang masih muda
dapat menunjukkan adanya hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan
seorang wanita tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda seks sekunder.
Hal ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan hanya berbentuk kumpulan
jaringan pengikat.

Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-hipofosis-ovarium.


Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional.
Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah
yang akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti
kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome.

c. Manifestasi klinis

Manifestasi klinisnya bervariasi, tergantung penyebabnya.

Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda
tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut
ketiak serta perubahan bentuk tubuh.

Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan pembesaran perut.

Jika penyebabnya adalah kadar hoemon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut
jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.

Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan lengan serta
tungkai yang lurus.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :

Sakit kepala

Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang menyusui )

Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )

Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti


Vagina yang kering

Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria ), perubahan
suara dan perubahan ukuran payudara

d. Terapi

Pengobatan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebanya adalah
penurunan berat badan yang drastis atau obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani diet
yang tepat. Jika penyebabnya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk
menguranginya.

Jika seorang anak perempuan yang belum pernah mengalami menstruasi ( amenore primer )
dan selama hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 6 bulan untuk
memantau perkembangan

3.1 Contoh Kasus

Nn.N berumur 19 th, belum kawin, datang ke dokter dengan keluhan kolik abdomen pada
hari pertama, kedua dan ketiga menstruasi, mudah merasa lelah, tekanan darah 90/60 mmHg,
merasa gelisah, pada saat melakukan aktivitas nyeri abdomen bertambah, terlihat pucat dan
lemas.

3.2 Pengkajian

3.2.1 Keluhan utama: nyeri abdomen

3.2.2 Riwayat penyakit saat ini:

Pasien mengeluh nyeri abdomen pada saat menstruasi hari pertama sampai ketiga, pasien
mengeluh lemas dan tidak bisa melakukan aktivitas sehari hari.

3.2.3 Riwayat menstruasi:

Menarche usia: 12 th Siklus: 28 hari

Banyaknya: normal Lamanya: 7 hari

HPHT: 2 hari yg lalu Keluhan: disminore

3.2.4 Pemeriksaan fisik

Observasi pemeriksaan fisik (ROS: Review of System): Keadaan umum, kesadaran, TTV:
TD, nadi, suhu badan, RR.

1. Breath

Pola nafas: teratur, Jenis: normal, Suara nafas: vesikuler, tidak terdapat sesak nafas.

1. Blood
Tekanan darah rendah (90/60 mmHg), Akral basah dan dingin

1. Brain

Penurunan konsentrasi, Pusing, Sklera/ konjungtiva anemia

1. Bladder

Warna kuning dan volume 1,5 L/hari

1. Bowel

Nafsu makan: baik, Porsi makan habis, Minum (1500cc/hari), Kebersihan mulut: bersih,
Mukosa: lembab, Tenggorokan: normal, Peristaltik (9x/menit), BAB (1x/hari), Konsistensi:
padat, Bau: Khas, Kuning kecoklatan.

1. Bone

Badan mudah capek, Nyeri pada punggung.

3.3. Analisis Data

No. DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN

1 DS: Menstruasi Nyeri akut

Penyebab timbulnya
nyeri: disminore.
Regresi korpus luteum
Nyeri dirasakan
meningkat saat aktivitas

Lokasi nyeri abdomen progesteron

Skala nyeri menunjukkan


lebih dari
Miometrium terangsang
Nyeri sering dan terus
menerus

DO: Kontraksi&disritmia
uterus
Wajah tampak menahan
nyeri
DS: Aliran darah ke uterus
Pasien menyatakan
mudah lelah
DO: Iskemia

Nadi lemah (TD 90/60


mmHg)
Nyeri haid
Px. terlihat pucat

Sclera/ konjungtiva
anemi Menstruasi

2 DS: Intoleran aktivitas

Px. menyatakan merasa Pendarahan


gelisah

DO:
Anemia
Pucat

Memperlihatkan kurang
inisiatif Kelemahan

Intoleran aktivitas

Menstruasi

3 Ansietas

Nyeri haid

Kurang pengetahuan

Ansietas
3.4 Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi

2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia

3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

3.5 Intervensi keperawatan

1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi

Tujuan:

Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien

Kriteria hasil:

Skala nyeri 0-1

Pasien tampak rileks

INTERVENSI RASIONAL

1. Beri linkungan tenang dan kurangi 1. Meningkatkan istirahat dan meningkatkan


rangsangan penuh stress kemampuan koping

2. Kolaborasi dengan dokter dalam 2. Analgesik dapat menurunkan nyeri


pemberian analgesic

3. Ajarkan strategi relaksasi (misalnya nafas


berirama lambat, nafas dalam, bimbingan 3. Memudahkan relaksasi, terapi non
imajinasi farmakologi tambahan

4. Evaluasi dan dukung mekanisme koping 4. Penggunaan persepsi sendiri atau prilaku
px untuk menghilangkan nyeri dapat
membantu mengatasinya lebih efektif

5. Mengurangi rasa nyeri dan memperlancar


5. Kompres hangat aliran darah

2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat nyeri abdomen

Tujuan:

Pasien dapat beraktivitas seperti semula


Kriteria hasil:

Pasien dapat mengidentifikasi faktor faktor yang memperberat dan memperingan intoleran
aktivitas

Pasien mampu beraktivitas

INTERVENSI RASIONAL

1. Beri lingkungan tenang dan perode 1. Menghemat energi untuk aktivitas dan
istirahat tanpa gangguan, dorong istirahat regenerasi seluler/ penyembuhan jaringan
sebelum makan
2. Tirah baring lama dapat menurunkan
2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap kemampuan

3. Menurunkan penggunaan energi dan


membantu keseimbangan supply dan
3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan kebutuhan oksigen

4. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

Tujuan:

Pasien bisa kembali

Kriteria hasil:

Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas

Pasien menunjukkan relaksasi

Pasien menunjukkan perilaku untuk menangani stres

INTERVENSI RASIONAL

1. Libatkan pasien/ orang terdekat dalam 1. Keterlibatan akan membantu pasien


rencana perawatan merasa stres berkurang,memungkinkan
energi untuk ditujukan pada
penyembuhan
2. Berikan lingkungan tenang dan istirahat 2. Memindahkan pasien dari stress luar
meningkatkan relaksasi; membantu
menurunkan ansietas

3. Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan


pada penerimaan masalah stress saat ini,
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi/ meningkatkan rasa control diri pasien
memerlukan perilaku koping yang
digunakan pada masa lalu 4. Belajar cara baru untuk mengatasi
masalah dapat membantu dalam
4. Bantu pasien belajar mekanisme koping menurunkan stress dan ansietas
baru, misalnya teknik mengatasi stres

Haid adalah darah yang keluar dari uterus perempuan sehat :

Lamanya 3-6 hari

Ganti pembalut 2-5 pembalut perhari

Satu siklus normal 21-35 hari

Terjadi akibat penurunan kadar progesteron, siklus haid yang berovulasi

Intervensi keperawatan

Dx Tujuan& K-H Keperawatan NOC NIC

1.Nyeri akut Tujuan : Level nyeri Management nyeri:

Setelah dilakukan Konrol nyeri 1. Lakukan pengkajian


tindakankeperawatan 1x24 jam nyeri secara
Kh:
diharapkan nyeri pasien kompherensif
a.
berkurang dan dapat melakukan Mampu mengontrol termasuk lokasi,
aktivitas ringan atau total nyeri (tahu pnyebab karakteristik, durasi,
nyeri, mampu frekuensi, kualitas dan
menggunakan teknik faktor presipitasi.
K-H : nonfarmakologi untuk
2. Observasi reaksi
mengurangi nyeri.
1.Mampu mengontrol nyeri ( tahu nonverbal dari
penyebab nyeri, mampu
b. Melaporkan bahwa nyeri ketidaknyamanan
menggunakan tehnik berkurang dengan
3. Ajakan teknik relaksasi
nonfarmakologi untuk menggunakan
dan distraksi
mengurangi nyeri, mencari manajemen nyeri.
bantuan) 4. Berikan analgesik
c. Menyatakan rasa
untuk mengurangi
2. Melaporkan bahwa nyeri nyaman setelah nyeri
nyeri
berkurang dengan berkurang
menggunakan menejemen 5. Kolaborasikan dengan
nyeri. dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
3. Mampu mengenali nyeri ( skala,
tidak berhasil.
intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri )

Menyatakan rasa nyaman


setelah.

2. Intoleransi aktivitas Tujuan: 1. Energy Conservation 1. Kaji tanda tanda vital


pasien
Setelah dilakukan tindakan
2. Activity tolerance
keperawatan diharapkan pasien 2. Monitor respon fisik,
Self Care :ADLs
dapat melakukan aktivitas emosi, sosial, dan
ringan dan total. spiritual.

KH: 3. Bantu klien untuk


mengidentifikasi
1. berpartisipasi dalam aktivitas
aktivitas yang mampu
fisik tanpa disertai peningkatan
dilakukan
tekanan darah, nadi, dan RR
4. Bantu untuk memilih
2. Mampu melakukan aktivitas
aktivitas konsisten
sehari hari (ADLs) secara mandiri
yang sesuai dengan
3. Tanda tanda vital normal kemampuan fisik.
Psikologi dan sosial
4.sirkulasi status baik
5. Kolaborasikan dengan
tenagarehabilitasi
medik dalam
merencanakan progam
terapi yang tepat

3. Ketidakseimbingan Tujuan: 1. Nutrional status: food 1. Kaji kemampuan


nutrisi kurang dari intake pasien untuk
Setelah dilakukan tindakan
kebutuhan tubuh mendapatkan nutrisi
keperawatan 1x24 jam
2. Nutrional status:
yang dibutuhkan
diharapkan nutrisi pasien nutrient intake
terpenuhi 2.Anjurkan pasien
3. Weight control
untuk meningkatkan
KH:
protein dan vitamin
1.Mampu mengidentifikasikan
3.Monitor adanya
kebutuhan nutrisi
penurunan BB
2. adanya peningkatan BB sesuai
4.Berikan informasi
tujuan
tentang kebutuhan
3. tidak ada tanda tanda mal nutrisi
nutrisi
5. Kolaborasi dengan
4. tidak terjadi penurunan berat ahli gizi untuk
badan yang berarti. menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.

4. Ansietas Tujuan: 1.Anxiety self-control 1. Identifikasi tingkat


kecemasan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan rasa cemas akan 2. instruksikan pasien
hilang menggunakan teknik
relaksasi
KH:
3.Gunakan pendekatan
1. Klien mampu mengidentifikasi
yang menenangkan
an mengungkapkan gejala
cemas 4. Dengarkan dengan
penuh perhatian
2. mengidentifikasi,
mengungkapkan dan 5. berikan obat untuk
menunjukkan teknik untuk mengurangikecemasan
mengontrol cemas

3. Vital sign dalam batas normal

4. Postur tubuh, ekspresi wajah,


bahasa tubuh dan aktivitas
menunjukkan berkurangnya
kecemasan

. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI


1. PENGKAJIAN
a. Riwayat penggunaan kontrasepsi: kontrasepsi dapat menganggu siklis menstruasi
b. Riwayat seksual: tanda pubertas sekunder, pola dan aktivitas seksual
c. Riwayat obstetric: pernah hamil, melahirkan
d. Riwayat menstruasi: menarche umur berapa tahun, silklusnya teratur atau tidak, banyak atau
sedikit.
e. Riwayat Penyakit seperti DM, tiroid, tumor
f. Persepsi wanita tentang budaya dan etnik
g. Gaya hidup: aktivitas yang berlebihan menyebabkan amenorea hipoganadotropi
h. Koping : apa yang dilakukan bila setiap kali ada masalah waktu menstruasi
i. Nyeri : lokasi( di punggung, simpisis, paha, abdomen,dll), intensitas, kualitas, pola, gejala penyerta,
serta koping terhadap nyeri
j. Status emosi: malu dengan keadaan, putus asa, menyalahkan diri, merasa tidak ada kekuatan,
merasa tidak berguna.
2. WOC GANGGUAN MENSTRUASI (AMENOREA SEKUNDER)

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus selama fase menstruasi.
DS : klien mengeluh nyeri di daerah punggung, dareah simpisis, paha, kepala,nyeri tekan pada
payudara, pusing.
DO : keringat banyak, klien memegang daerah yang sakit, menangis.
b. Kurang pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan terapinya berhubungan dengan kurang
informasi.
DS : klien dan keluarga mengatakan belum pernah mendengar tentang gangguan menstruasi.
DO: klien dan keluarga sering bertanya, tidak menggunakan tehnik mengurangi nyeri, tidak bisa
menjelaskan tentang gangguan yang dialaminya.
c. Resiko/actual gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya gangguan menstruasi.
DS: klien mengatakan malu, tidak berguna, merasa bersalah, merasa tidak ada kekuatan.
DO: klien tidak mengurus diri, penampilan tidak diperhatikan, sering membicarakan penyakitnya,
tampak putus asa.

4. PERENCANAAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus selama fase menstruasi.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..x 24 jam nyeri klien akan berkurang.
Kriteria evaluasi: klien mengatakan nyeri berkurang, klien tidak memegang punggung, kepala atau
daerah lainnya yang sakit, keringat berkurang.

Intervensi;
a. Pantau/ catat karakteristik nyeri ( respon verbal, non verbal, dan respon hemodinamik) klien.
R/ untuk mendapatkan indicator nyeri.
b. Kaji lokasi nyeri dengan memantau lokasi yang ditunjuk oleh klien. R/untuk mendapatkan sumber
nyeri.
c. Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
R/ nyeri merupakan pengalaman subyektif klien dan metode skala merupakan metodeh yang mudah
serta terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri.
d. Tunjukan sikap penerimaan respon nyeri klien dan akui nyeri yang klien rasakan.
R/ ketidakpercayaan orang lain membuat klien tidak toleransi terhadap nyeri sehingga klien
merasakan nyeri semakin meningkat.
e. Jelaskan penyebab nyeri klien.
R/dengan mengetahui penyebab nyeri klien dapat bertoleransi terhadap nyeri.
f. Bantu untuk melakukan tindakan relaksasi, distraksi, massage.
R/ memodifikasi reaksi fisik dan psikis terhadap nyeri.
g. Lakukan kompres/mandi air panas.
R/ meningkatkan sirkulasi dan menurunkan kontraksi uterus sehingga iskemia tidak terjadi.
h. Berikan pujian untuk kesabaran klien.
R/meningkatkan motivasi klien dalam mengatasi nyeri.
i. Kolaborasi pemberian analgetik ( ibuprofen, naproksen, ponstan) dan Midol.
R/ analgetik tersebut bekerja menghambat sintesa prostaglandin dan midol sebagai relaksan uterus.

b. Kurang pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan penanganannya berhubungan dengan


kurang informasi.
Tujuan: setelah diberikan penyuluhan klien akan mengetahui tentang gangguan menstruasi
Kriteria evaluasi: klien menyebutkan jenis gangguan menstruasi, penyebab, gejalanya ,serta
penanganannya, menjelaskan menstruasi yang normal.
Intervensi:
a. Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai menstruasi yang normal, jenis gangguan
menstruasi,penyebab, gejala dan penanganannya.
R/mengidentifikasi luasnya masalah klien dan perlunya intervensi.
b. Jelaskan mengenai siklus menstruasi yang normal, jenis gangguan menstruasi, penyebab, gejala,
dan penanganannya.
R/dengan memiliki pengetahuan tentang menstruasi klien dapat meningkatkan toleransi terhadap
nyeri dan dapat mencari jalan keluar untuk masalah gangguan menstruasinya.
c. Jelaskan metode-metode untuk mengurangi nyeri
R/ meningkatkan pengetahuan klien tentang penanganan nyeri secara non farmakologis.
d. Beri kesempatan klien untuk bertanya.
R/meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang menstruasi.
c. Resiko/actual gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya gangguan menstruasi.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan ..x 24 citra diri klien akan meningkat.
Kriteria evaluasi: klien mengatakan tidak malu, merasa berguna, penampilan klien rapi, menerima
apa yang sedang terjadi.

Intervensi:
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
R/klien dengan mudah mengungkapkan masalahnya hanya kepada orang yang dipercayainya.
b. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pandangan tentang dirinya.
R/meningkatkan kewaspadaan diri klien dan membantu perawat dalam membuat penyelesaian.
c. Diskusikan dengan system pendukung klien tentang perlunya menyampaikan nilai dan arti klien
bagi mereka.
R/ penyampaian arti dan nilai klien dari system pendukung membuat klien merasa diterima.
d. Gali kekuatan dan sumber-sumber yang ada pada klien dan dukung kekuatan tersebut sebagai
aspek positif.
R/ mengidentifikasi kekuatan klien dapat membantu klien berfokus pada karakteristik positif yang
mendukung keseluruhan konsep diri.
e. Libatkan klien pada setiap kegiatan di kelompok
R/ Memungkinkan menerima stimulus social dan intelektual yang dapat meningkatkan konsep diri
klien.
f. Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan terbuka tentang pilihan penanganan gangguan
menstruasi seperti ke klinik kewanitaan, dokter ahli kebidanan.
R/ Jujur dan terbuka dapat mengontrol perasaan klien dan informasi yang diberikan dapat membuat
klien mencari penanganan terhadap masalah yang dihadapinya.

5. IMPLEMENTASI
Implementasi diberikan sesuai rencana intervensi. Penyuluhan dibuatkan SAP dengan metode, alat
peraga atau media yang memadai seperti demonstrasi,

Вам также может понравиться