Вы находитесь на странице: 1из 21

Struktur Dan Mekanisme Sistem Pernapasan Pada Manusia

Indra Fransis Liong


102013166
indrafransisliong@yahoo.com
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11510
Telp. (021) 56942061. Fax (021) 5631731

PENDAHULUAN

Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O) yang dibutuhkan tubuh
untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO) yang merupakan hasil dari metabolisme
yang kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru. Dalam proses respirasi ini
berperan berbagai macam organ yang berfungsi untuk mengangkut udara dan sebagai alat
pertukaran udara. Di organ-organ tersebut pun tentunya akan berhubungan dengan bagian-
bagian lain yang kemudian akan membentuk suara, berperan dalam proses menelan, dan
proses batuk.1,2
Dalam skenario ini kita akan membahas tentang struktur sistem pernapasan dan
mekanisme pernapasan (difusi gas/transportasi gas), keseimbangan asam basa, faktor yang
mempengaruhi kerja pernapasan serta emeriksaan pada fungsi paru.

PEMBAHASAN

Struktur Sistem Pernapasan

Trachea (Tenggorokan)
Merupakan sebuah pipa udara yang terbentuk dari tulang rawan dan selaput fibro-
muskular, panjangnya sekitar 10-11 cm, sebagai lanjutan dari larynx, membentang mulai
setinggi cervical 6 sampai tepi atas vertebra thoracal 5. Ujung caudal trachea terbagi menjadi
bronchus principalis (primer, utama) dan dexter dan sinister. Trachea terletak hampir di
bidang sagital, tetapi biasanya bifurkasi trakea sedikit terdesak ke arah kanan oleh arcus
aortae. Selama inspirasi dalam, mungkin inspirasi ini turun sampai setinggi vertebra thoracal
1
6. Bentuk trakeas sedikit kurang silindrik, karena datar di sebelah posterior. Trakea dapat
tetap terbuka karena adanya 16 sampai 20 cincin kartilago berbentuk C. Ujung posterior
mulut cincin dihubungkan oleh jaringan ikat dan otot sehingga memungkinkan ekspansi
esofagus.3,4
Seperti yang telah disebutkan, pada vetebra toraks kelima, trakea akan bercabang
menjadi dua bronkus utama, bronkus primer kanan dan bronkus primer kiri. Bronkus primer
kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal, dan lebih lurus dibandingkan bronkus primer kiri
karena arkus aorta membelokan trakea bawah kekanan. Objek asing yang masuk
kemungkinan akan masuk ke bronkus kanan. Setiap bronkus primer nantinya akan bercabang
menjadi bronkus sekunder dan tertier dengan diameter semakin kecil. Saat tuba semakin
menyempit, batang atau lempeng kartilago mengganti cincin kartilago. Suatu bronkus disebut
ekstrapulmonar, sampai memasuki paru-paru. Setelah itu baru disebut intra pulmonar.
Nantinya, percabangan bronki akan menjadi struktur dasar paru-paru yaitu bronki,
bronkiolus, bronkiolus terminal, bronkiolus respiratorius, duktus alveolar, dan alveoli.5,6
Lihat Gambar no.1.

Gambar 1. Trakea dan Sekitarnya

Terutama trachea didarahi oleh A. tyreohyoidea inferior, sementara ujung thoracalnya


didarahi oleh cabang Aa. Bronchiales yang naik untuk beranastomosis dengan A.
thyreohyoidea inferior tersebut. Semua pembuluh darah ini juga memperdarahi oesophagus.
Vena-vena yang membawa darah dari trachea berakhir di plexus venosus thyrohyoidea
inferior. Persarafan utamanya berasal dari cabang-cabang tracheal N. vagus, Nn. Recurrens,
dan truncus symphaticus serta disebarkan menuju otot-otot dan mukosa trachea. Ujung-ujung
saraf simpatis membangkitkan bronchodilatasi, sementara parasimpatis menyebabkan
bronchokonstriksi.3

2
Thorax (Dada)
Merupakan superior batang badan, antara perut dan dada. Mempunyai bentuk kerucut
yang terpancung horizontal. Di dalam thoraks ini terkandung rongga thorax. Rongga thorax
memiliki akses masuk ke dalam pintu atas dan pintu bawah thorax. Pintu atas thorax
(apertura thoracis superior) yang sempit terbuka dan berkesinambungan dengan leher; pintu
bawah thorax (apertura thoracis inferior) yang relatif luas, tertutup oleh diafragma. Aa.
intercostales yang mendarahi dinding thorax berasal dari tiga sumber, yakni aorta thoracales
yang berada pada mediastinum posterius, sepasang A. intercostalis suprema, cabang truncus
costo-cervicales A. Subclavia sepasang A. thoracica interna, cabang A. subclavia.6

Pulmo (Paru)
Merupakan bagian terakhir dari sistim pernapasan, yang merupakan organ repiratorik.
Paru-paru adalah sebuah organ berbentuk piramid seperti spons dan berisi udara, terletak
dalam rongga toraks. Paru-paru kanan memiliki tiga lobus sedangkan paru-paru kiri memiliki
dua lobus. Setiap paru memiliki sebuah apex yang mencapai bagian atas iga pertama, sebuah
permukaan diafragmatik yang terletak diatas diafragma, sebuah permukaan mediastinal yang
terpisah dari paru lain oleh mediastinum, dan permukaan costal yang terletak diatas kerangka
iga.5 Permukaan mediastinalnya sendiri memiliki hillus yang merupakan tempat keluar
masuknya pembuluh darah bronki, pulmonar, dan bronkial dari paru. Paru-paru diselimuti
oleh selaput yang disebut pleura. Pleura terbagi menjadi pleura parietal dan pleura viseral.
Pleura parietal adalah bagian pleura yang melapisi rongga toraks (kerangka iga, diafragma,
dan mediastinum) sedangkan pleura viseral adalah bagian yang melapisi paru dan
bersambungan dengan pleura parietal di bagian bawah paru.5,6 Lihat gambar no.2.

Gambar 2. Bronkus dan Paru.

3
Bagian sistem pernapasan yang beruhubungan dengan pleura memiliki dua bangun
khusus yaitu rongga pleura dan resesus pleura. Rongga pleura adalah ruang potensial antara
pleura parietal dengan pleura viseral yang mengandung lapisan tipis cairan pelumas. Cairan
ini disekresi oleh sel-sel pleural sehingga paru-paru dapat mengembang tanpa melakukan
friksi. Tekanan cairan agak negatif dibandingkan tekanan atmosfer. Rongga pleura kiri lebih
kecil dari rongga pleura kanan, karena sebagian besar jantung menempati sisi sebelah kiri
garis tengah. Bangun kedua adalah resesus pleura. Resesus ini adalah area rongga pleura
yang tidak berisi jaringan paru. Area ini muncul saat pleura parietal bersilangan dari satu
permukaan ke permukaan lain. Saat bernapas, paru-paru bergerak keluar masuk area ini.
Resesus pleura sendiri dibagi dua yaitu resesus pleura costomedial yang terletak di tepi
anterior kedua sisi pleura, tempat pleura parietal berbelok dari kerangka iga ke permukaan
lateral mediastinum, dan resesus pleura costodiaphragmatic, yang terletak di tepi posterior
kedua sisi pleura diantara diafragma dan permukaan kostal internal thorax. Persarafan
utamanya lewat plexus pulmonalis anterior dan posterior yang dibentuk oleh cabang-cabang
truncus symphaticus segmen T 1-3 atau 4 dengan parasimpatik N. vagus.5

Struktur Saluran Pernapasan Atas

Rongga Hidung; terdiri atas 3 regio, yaitu vestibulum, penghidu, dan pernapasan.
Vestibulum dilapisi oleh kulit yang mengandung bulu hidung, berguna untuk menahan
partikel yang terkandung daam udara yang dihisap. Ke arah atas dan dorsal vestibulum
dilapisi oleh limen nasi yang sesuai dengan tepi atas cartilago ala nasi major. Di mulai
sepanjang limen nasi ini kulit yang melapisi vestibulum dilanjutkan dengan mukosa hidung.
Regio penghidu berada di sebelah cranial; dimulai dari atap rongga hidung daerah ini meluas
sampai setinggi concha nasalis superior dan bagian septum nasi yang ada di hadapan concha
tersebut. Regio pernapasan adalah bagian rongga hidung selebihnya. Pembuluh darah yang
memperdarahi rongga hidung adalah:

1. Aa. ethmoidales anterior dan posterior, cabang A. Opthalmica, yang


mendarahi pangkal hidung, sinus-sinus/cellulae ethmoidales dan frontalis;

2. A. sphenopalatina, cabang A. maxillaris interna, mendarahi mukosa dinding-


dinding lateral dan medial hidung;

4
3. A. palatina major, csbang palatina descendens A. maxillaris interna yang
melewati foramen palatinum majus dan canalis incisivus serta beranastomosis
dengan A. sphenopalatina;

4. A. labialis superior, cabang A. facialis, yang memperdarahi septum nasi


daerah vestibulum, beranastomosis dengan A. sphenopalatina.

Vena-vena rongga hidung membentuk plexus cavernosus yang terutama berada pada
submukosa bagian caudal septum nasi, concha nasalis medius, dan concha nasalis inferior.
Persarafan utamanya oleh cabang-cabang N. trigeminus (N. V), otonom secretomotorik dan
vasomotorik serta N. olfactorius (N. I).2

Gambar 1. Hidung dan Rongga Hidung.

Pharynx (Tekak); seperti pipa yang panjangnya 12-14 cm membentang dari basis
cranii sampai setinggi vertebra cervical 6 atau tepi bawah cartilago cricoidea. Di sebelah
caudal dilanjutkan dengan oesophagus (kerongkongan). Di sebelah cranial dibatasi oleh
bagian posterior corpus ossis sphenoidalis dan pars basilaris ossis occipitalis. Di sebelah
dorsal dan lateral pharynx terdapat jaringan longgar yang menempati spatium
peripharyngeale. Di sebelah dorsal, jaringan penyambung longgar tersebut memisahkan
pharynx dari fascia alaris (lembar depan fascia prevertebralis). Di sebelah ventral, pharynx
terbuka ke dalam rongga hidung, mulut dan larynx; dengan demikian dinding anteriornya

5
tidak sempurna. Spatium parapharyngeale, atau yang biasa disebut pharyngeale laterale,
mempunyai batas-batas sebagai berikut:

Ventrolateral: ramus mandibulae dan M. pterygoideus medialis/internus;

Posterolateral; glandula parotis dan pembungkusnya;

Medial: dinding lateral pharynx;

Caudal: sampai setinggi os. Hyoideum, dibatasi oleh glandula submandibularis


dan pembungkusnya serta M. Stylohyoideus.

Dorsal; fascia bersama yang membungkus A. carotis interna, V. jugularis


interna, dan N. vagus yang dikenal sebagai saluran pembungkus buluh dan
saraf (carotid steath).

Gambar 2. Pharynx (Faring).

Ke sebelah dorsal spatium parapharyngeale ini berhubungan dengan spatium


retropharyngeale. Batas sebelah dorsal spatium pharyngeale ini adalah fascia alaris. Pharynx
dibagi menjadi 3 bagian, yakni:

Nasopharynx (Epipharynx); berada di sebelah dorsal hidung dan sebelah cranial


palatum molle. Rongga nasopharynx tidak pernah tertutup, berbeda dari oropharynx
dan laringopharynx.Ke arah ventral berhubungan dengan rongga hidung melalui
choanae (apertura nasalis posterior), yang masing-masing terpisah oleh septum nasi.

6
Nasopharynx dan ororpharynx berhubungan melalui isthmus pharyngeum yang
dibatasi oleh tepi palatum molle dan dinding posterior pharynx. Sewaktu proses
menelan dan berbicara, isthmus pharyngeum ini tertutup oleh elevasi palatum molle
dan pembentukan lipatan Passavant (fold of Passavant) yang terbentuk oleh kontraksi
M. sphincter palatopharyngeal yang berfungsi sebagai sphincter, M.
salpingopharyngeus, dan M. constrictor pharyngis superior di dinding dorsal pharynx.

Oropharynx (Mesopharynx); terbentang mulai dari palatum molle sampai tepi atas
epiglotis atau setinggi corpus vertebrata cervical 2 dan 3 bagian atas. Di sebelah
ventral berhubungan dengan cavum oris melalui isthmus oropharyngeum (isthmus
faucium) berhadapan dengan aspek pharyngeal lidah. Pada kedua dinding lateral
ororpharynx terdapat masa jaringan limfoid yang disebut tonsilla palatina, tepatnya di
sebelah dorsal gigi bawah molar ketiga dan diproyeksikan pada sebuah daerah bulat
telur di atas bagian bawah M. masseter, sedikit di sebelah anterosuperior terhadap
angulus mandibulae. Tonsilla palatina bervariasi ukurannya dan seringkali meradang,
menimbulkan inflamasi dan hipertrofi; karena itu sukar menentukan bentuk
normalnya.

Laryngopharynx (Hypopharynx); membentang dari tepi cranial epiglotis sampai tepi


inferior cartilago cricoidea atau mulai setinggi bagian bawah corpus vertebra cervical
3 sampai bagian atas vertebra cervical 6. Ke arah caudal laryngopharynx dilanjutkan
sebagai oesophagus. Di dinding anteriornya yang tidak sempurna, terdapat pintu
masuk ke larynx (aditus laryngis) dan di bawahnya terdapat permukaan posterior
cartilago arytanoidea dan cartilago cricoidea. Pada masing-masing sisi ventro-caudo-
lateral aditus laryngis ini terdapat fossa/recessus piriformis yang dibatasi di sebelah
medial oleh plica aryepiglotica dan di sebelah lateral oleh cartilago thyrohyoidea dan
membrana thyrohyoidea.

Perdarahan berasal dari A. pharyngea ascendens, A. palatina ascendens, dan ramus tonsilaris
cabang A. facialis, A. palatina major dan A. canalis pterigoidei cabang A. maxilaris interna
dan rami dorsales linguae cabang A. lingualis. Pembuluh-pembuluh balik membentuk sebuah
plexus yang ke atas berhubungan dengan plexus pterygoideus dan ke arah bawah bermuara
ke dalam V. jugularis interna dan V. facialis. Sementara persarafannya berasal dari plexus
pharyngeus. Plexus ini dibentuk oleh rami pharyngei N. glossopharyngeus (N. IX), N. vagus

7
(N. X), dan serabut-serabut simpatik post-ganglioner dari ganglion cervicale superius; plexus
tersebut berada pada jaringan penyambung di sebelah luar M. constrictor pharyngis medius.3

Larynx (Pangkal Tenggorok); merupakan saluran udara yang bersifat sphincter dan
juga organ pembentuk suara, membentang antara lidah sampai trachea atau pada laki-laki
dewasa setinggi vertebra cervical 3 sampai 6, tetapi sedikit tinggi pada anak dan perempuan
dewasa. Larynx berada di antara pembuluh-pembuluh besar leher dan di sebelah ventral
tertutup oleh kulit, fascia, dan otot-otot depressor lidah. Ke arah atas, larynx terbuka ke dalam
laryngopharynx; dinding posterior larynx menjadi dinding anterior laryngopharynx. Ke arah
bawah larynx dilanjutkan sebagai trachea. Tulang-tulang rawannya terdiri atas cartilago
tyrohyoidea, cartilago cricoidea, dan cartilago epiglotis yang masing-masing sebuah, serta
cartilago arytaenoidea, cartilago cuneiforme, dan cartilago corniculatum yang masing-masing
sepotong. Pada laring, terdapat dua pasang lipatan lateral membagi rongga laring tersebut
yaitu pasangan bagian atas yang disebut lipatan ventrikular (pita suara palsu), tidak berfungsi
pada produksi suara, dan lipatan vocalis yang merupakan pita suara sejati. Pita suara sejati
melekat pada tulang rawan thyroid dan kartilago cricoid, serta aritenoid. Pembuka diantara
pita ini adalah glotis. Saat bernapas, pita suara terabduksi (tertarik membuka) oleh otot laring,
dan glotis membentuk triangular. Saat menelan, pita suara teraduksi (tertarik menutup) dan
glotis membentuk celah sempit. Dengan demikian, kontraksi otot rangka mengatur ukuran
pembukaan glotis dan derajat ketegangan pita suara yang diperlukan untuk produksi suara.

Perdarahan utama larynx berasal dari cabang-cabang A. thyreoidea superior dan A.


thyreoidea inferior. Nadi-nadi ini disertai oleh venanya. V. thyreoidea superior bermuara ke
dalam V. jugularis interna dan V. thyreoidea inferior bermuara ke dalam. V. brachiocephalica
sinistra. Sementara persarafan utama berasal dari cabang-cabang internus dan eksternus N.
laryngeus superior, N. recurrens, dan saraf simpatis. Mungkin seluruh ramus internus N.
laryngeus superior merupakan saraf sensorik otonom.

8
Gambar 3. Larynx.

Struktur Mikroskopis Saluran Pernapasan Bawah

Trachea (trakea)
Terdiri dari rangka berbentuk C yang merupakan tulang rawan hialin. Jumlahnya
berkisar dari 16-20 buah. Cincin-cincin tulang rawan dihubungkan oleh jaringan penyambung
padat fibroelastis dan retikulin yang disebut ligamentum anulare untuk mencegah agar lumen
trakea jangan meregang berlebihan. Sedangkan otot polos berperan untuk mendekatkan
kedua tulang rawan. Bagian trakea yang mengandung tulang rawan disebut pars kartilagenia,
sementara yang mengandung otot disebut pars membranasea.6
Lapisan-lapisan yang terdapat pada trakea adalah mukosa trakea yang mengandung
epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet dan terdapat kelenjar campur; tunika submukosa,
terdiri dari jaringan ikat jarang, lemak, dan kelenjar campur (glandula trakealis) yang banyak
terletak di bagian posterior; serta tunika adventisia, di mana terdapat jaringan fibroelastis
yang berhubungan dengan perikondrium sebelah luar pars kartilagenia.3

9
Bronkus Ekstrapulmonal dan Intrapulmonal
Bronkus ekstrapulmonal sama dengan trakea hanya saja diameternya lebih kecil.
Sementara bronkus intrapulmonar memiliki mukosa yang membentuk lipatan longitudinal.
Epitelnya bertingkat toraks bersilia bersel goblet dan membrana basalisnya jelas. Lamina
propianya mengandung jaringan ikat jarang, serat elastis, muskulus polos piral, noduli
limfatici, dan kelenjar campur. Bentuk tulang rawannya tidak beraturan dan susunan
muskulusnya seperti spiral.3,4

Bronkiolus Terminalis
Berdiameter 0.3 mm, mengandung epitel selapis torak bersilia bersel goblet dan epitel
selapis torak rendah. Di antara deretan sel ini ada sel clara yang bergranula kasar dan
bermikrovili, fungsinya diduga ikut berperan terhadap pembentukan cairan bronkiolar yang
mengandung protein, glikoprotein, kolesterol, mengeluarkan sejumlah kecil surfaktan yang
terdapat di dalam sekret bronkiolar. Lamina propianya mengandung otot polos dan serat
elastin yang tipis, namun tidak mempunyai kelenjar dan saraf. Lapisan luarnyamengandung
serat kolagen, serat elastin, pembuluh darah dan nodulus limfatisi, serta saraf.5,6

Bagian Respirasi

Bronkiolus Respiratorius
Merupakan bagian antara konduksi dan respirasi. Panjangnya 1-4 mm, dan diameter
0.5 mm. Mengandung epitel torak rendah atau selapis kubis bersilia tanpa sel goblet. Di
antara sel kubis terdapat sel clara. Lamina propianya mengandung serat kolagen, serat elastin,
dan otot polos yang terputus-putus.3

Duktus Alveolaris
Berdinding tipis, sebagian besar terdiri dari alveoli dan dikelilingi sakus alveolaris. Di
mulut alveolus terdapat epitel selapis gepeng (sel alveolar tipe 1). Mengandung jaringan ikat
serat elastin, serat kolagen, otot polos yang makin mengecil hingga hanya terlihat sebagai
titik-titik kecil. Duktus ini terbuka ke atrium, yakni ruang yang menghubungkan beberapa
sakus alveolaris.4

Sakus Alveolaris
Merupakan kantong yang dibentuk oleh beberapa alveoli. Terdapat serat elastin dan
serat retikulin yang melingkari muara sakus alveoli, serta sudah tidak mempunyai otot polos.2

10
Alveolus/Alveoli
Merupakan kantong kecil yang terdiri dari selapis sel seperti sarang tawon. Alveoli
berfungsi untuk pertukaran gas (O2 dan CO2) antara udara dan darah. Di sekitar alveoli
terdapat serat elastin yang melebar pada saat inspirasi dan menciut pada saat ekspirasi; serta
serat kolagen yang mencegah regangan berlebihan sehingga kapiler dan septum
interalveolaris tidak rusak. Alveoli berjumlah sekitar 300-500 juta dan mengandung epitel
selapis gepeng. Pada dinding-dindingnya terdapat lubang kecil berbentuk bulat/lonjong
disebut poros/stigma alveolaris yang berfungsi untuk menghubungkan alveoli yang
berdekatan dan mencegah atelektasis. Diameternya sekitar 10-15 m.6

Otot - Otot Pernafasan


Paru-paru dapat dikembangkempiskan melalui dua cara yaitu dengan pergerakan naik
turunnya diafragma untuk memperbesar dan memperkecil rongga dada dan dengan depresi
dan elevasi tulang iga untuk memperbesar atau memperkecil diameter anteroposterios rongga
dada. Pernafasan normal dan tenang dapat dicapai dengan hampir sempurna melalui metode
gerakan diafragma. Selama inspirasi, kontraksi diafragma menarik permukaan bawah paru ke
arah bawah. Kemudian selama ekspirasi, diafragma mengadakan relaksasi, dan sifat elastis
daya lenting paru (elastic recoil), dindiing dada, dan struktur abdomen akan menekan paru-
paru dan mengeluarkan udara. Namun, selama bernafas kuat, daya elastis tidak cukup untuk
menghasilkan ekspirasi cepat yang diperlukan sehingga mengkompresi paru.7
Metode pengembangan paru dengan mengangkat rangka iga ini dapat terjadi karena
pada posisi istirahat iga miring ke bawah, dengan demikian sternum turun ke belakang ke
arah columna vertebralis. Tetapi, bila rangka iga dielevasikan, tulang iga langsung maju
sehingga sternum sekarang bergerak ke depan menjauhi spinal, membentuk jarak
anteroposterior dada kira-kira 20% lebih besar selama inspirasi maksimum dibandingkan
selama ekspirasi. Otot paling penting pada inspirasi adalah m. intercostalis eksternus dan
diafragma tetapi ada otot - otot lain yang membantunya antara lain sternocleidomastoideus
yang mengangkat sternum ke atas, serratus anterior yang mengangkat sebagian besar iga dan,
scalenus yang mengangkat dua iga pertama.7
Otot-otot yang menarik rangka iga ke bawah selama ekspirasi adalah m. rektus
abdominis yang mempunyai efek tarikan ke arah bawah yang sangat kuat terhadap iga - iga
bagian bawah pada saat yang bersamaan ketika otot - otot ini dan otot - otot abdomen lainnya
menekan isi abdomen ke atas ke arah diafragma dan intercostalis internus. Selama ekspirasi
tulang-tulang iga membentuk sudut ke bawah dan otot interkostalis eksternus memanjang ke

11
depan dan ke bawah. Bila otot-otot ini berkontraksi, otot tersebut menarik tulang iga bagian
atas ke depan dalam hubungannya dengan tulang iga yang lebih bawah, keadaan ini
menghasilkan daya ungkit pada tulang iga untuk mengangkatnya ke atas, dengan demikian
menimbulkan inspirasi. Otot interkostalis internus memiliki fungsi berlawanan yang
berfungsi sebagai otot-otot ekspirasi karena otot - otot ini membentuk sudut antara tulang iga
dalam arah yang berlawanan dan menghasilkan daya ungkit yang berlawanan pula.7

Mekanisme Pernafasan
Paru dan dinding dada merupakan struktur yang elastis. Pada keadaan normal, hanya
ditemukan selapis tipis cairan di antara paru dan dinding dada (intrapleura). Paru dapat
dengan mudah bergeser sepenjang dinding dada, namun sukar dipisahkan dari dinding dada
seperti halnya dua lempeng kaca basah yang dapat digeser namun tidak dapat dipisahkan.
Tekanan di dalam ruang antara paru dan dinding dada (tekanan intrapleura) bersifat
subatmosferik. Pada saat lahir, jaringan paru mengembang sehingga teregang, dan pada
ekspirasi tenang, kecenderungan daya recoil paru untuk menjauhi dinding dada diimbangi
oleh daya recoil dinding dada ke arah yang berlawanan. Jika dinding dada dibuka, paru akan
kolaps; dan bila paru kehilangan elastisitasnya, dada akan mengembang menyerupai bentuk
gentong (barrel shaped).8

Mekanisme Inspirasi
Inspirasi merupakan proses aktif. Kontraksi otot inspirasi akan meningkatkan volume
intratoraks. Tekanan intrapleura di bagian basis paru akan turun dari nilai normal sekitar -2
mmHg (relatif terhadap tekanan atmosfer) pada awal inspirasi, menjadi -8 mmHg. Jaringan
paru akan semakin teregang. Tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih negatif,
dan udara mengalir ke dalam paru. Pada akhir inspirasi, daya recoil paru mulai menarik
dinding dada kembali ke kedudukan ekspirasi, sampai tercapai keseimbangan kembali antara
daya recoil jaringan paru dan dinding dada. Tekanan di saluran udara menjadi sedikit lebih
positif, dan udara mengalir meninggalkan paru. Selama pernafasan tenang, ekspirasi
merupakan proses pasif yang ridak memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume
intratoraks. Namun pada awal ekspirasi, sedikit kontraksi otot inspirasi masih terjadi.
Kontraksi ini berfungsi sebagai peredam daya recoil paru dan memperlambat ekspirasi.8
Proses ventilasi melibatkan sirkulasi pulmonal yang berfungsi untuk membawa gas
hasil pertukaran darah kapiler dan udara alveol selain berfungsi untuk menyaring udara.

12
Sirkulasi bronkial (sirkulasi sistemik) pula berfungsi menyediakan nutrisi bagi jaringan paru.
Molekul surfaktan memainkan peran yang penting dalam proses respirasi. Waktu alveol
mengempis, molekul surfaktan menurunkan tegangan permukaan,jadi alveol tidak kolaps.
Molekul surfaktan juga melawan regangan alveol yang berlebihan, mencegah alveol pecah,
pada akhir inspirasi. Pada inspirasi kuat, tekanan intrapleura turun mencapai -30 mmHg
sehingga pengembangan jaringan paru menjadi lebih besar. Bila ventilasi meningkat, derajat
pengempisan jaringan paru juga ditingkatkan oleh kontraksi aktif otot ekspirasi yang
menurunkan volume intratoraks.8
Jumlah udara yang masuk ke dalam paru setiap kali inspirasi (atau jumlah udara yang
keluar dari paru setiap kali ekspirasi) disebut volume tidal. Jumlah udara yang masih dapat
masuk ke paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa disebut volume cadangan
inspirasi (inspiratory reserve volume/IRV). Jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif
dari dalam paru melalui kontraksi otot ekspirasi, setelah ekspirasi biasa disebut volume
cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume/ERV), dan udara yang masih tertinggal di
dalam paru setelah respirasi maksimal disebut volume residu (residual volume/RV). Nilai
normal berbagai volume paru dan istilah yang digunakan untuk kombinasi berbagai volume
paru tersebut diperlihatkan pada gambar. Ruang di saluran napas yang berisi udara yang tidak
ikut serta dalam proses pertukaran gas dengan darah dalam kapiler paru disebut ruang rugi
pernapasan (respiratory dead space).8

Mekanisme Ekspirasi
Pada akhir inspirasi, otot inspirasi melemas. Diafragma mengambil posisi aslinya
yang seperti kubah ketika melemas. Ketika otot interkostal eksterna melemas, sangkar iga
yang sebelumnya terangkat turun karena gravitasi. Tanpa gaya-gaya yang menyebabkan
ekspansi dinding dada maka dinding dada dan paru yang semula teregang mengalami recoil
ke ukuran prainspirasinya karena sifat-sifat elastiknya, seperti balon teregang yang
dikempiskan. Sewaktu paru kembali mengecil, tekanan intra-alveolus meningkat, karena
jumlah molekul udara yang lebih banyak yang semula terkandung volume paru yang besar
pada akhir inspirasi kini termampatkan ke dalam volume yang lebih kecil. Selama pernapasan
tenang, ekspirasi normalnya merupakan suatu proses pasif, karena dicapai oleh recoil elastik
paru ketika otot-otot inspirasi melemas, tanpa memerlukan kontraksi otot atau pengeluaran
energi. Sebaliknya, inspirasi selalu aktif karena ditimbulkan hanya oleh kontraksi otot

13
inspirasi dengan menggunakan energi. Ekspirasi dapat menjadi aktif untuk mengosongkan
udara dalam paru lebih cepat.9

Transpor O2
Transpor O2 sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan
dengan hemoglobin (HB), 3% oksigen sisanya larut dalam plasma. Setiap molekul dalam
keempat molekul besi dalam O2 berikatan dengan satu molekul O2 untuk membentuk
oksihemoglobin (HbO2) berwarna merah tua. Ikatan ini tidak kaut dan reversibel.
Hemoglobin tereduksi (HHb) berwarna merah gelap. Kapasitas oksigen adalah volume
maksimum oksigen yang dapat berikatan dengan sejumlah hemoglobin darah. Kejenuhan
oksigen darah adalah rasio antara volume O2 yang terikat pada Hb dan kapasitas O2.
Kejenuhan O2 dipengaruhi oleh jumlah Hb atau tekanan O2. Afinitas Hb terhadap O2 dan
kurva disosiasi oksigenhemoglobin dipengaruhi oleh PH, temperatur dan konsentrasi 2,3
difosfgliserat (2,3 DPG).9
Peningkatan tekanan CO2 darah atau peningkatan asiditas darah (penurunana pH
darah dan peningkatan konsentrasi ion hidrogen) melemahkan ikatan antara oksigen dan
hemoglobin sehingga kurva bergerak ke kanan. Tingkat tekanan O2 meningkatkan kejenuhan
O2 yang menyebabkan hemoglobin melepaskan lebih banyak oksigen ke jaringan. Sel-sel
yang bermetabolis aktif, seperti saat berolahraga, melepas lebih banyak CO2 dan ion
hidrogen. Efek peningkatan CO2 dan penurunan pH darah sehingga lepasnya O2 dari ikatan
Hb disebut efek Bohr. Efek ini semakin besar pada tingkat PO2 yang rendah seperti yang
terjadi dalam jaringan dan meningkatkan pelepasan oksigen dari hemoglobin untuk
penggunaannya.Peningkatan temperatur yang terjadi di sel - sel yang bermetabolis aktif juga
akan menggerakkan kurva ke kanan dan meningkatkan penghantaran oksigen ke otot yang
bergerak. Konsentrasi 2,3 DPG perlahan meningkat saat kadar oksigen secara kronik
menurun, seperti pada anemia atau insufisiensi jantung. Metabolit ini bereaksi dengan
hemoglobin dan mengurangi afinitasnya terhadap oksigen sehingga semakin banyak oksigen
yang tersedia untuk jaringan. Konsentrasi 2,3 DPG juga penting dalam transfer oksigen dari
darah ke darah janin. Hemoglobin janin (hemoglobin F) memiliki afinitas lebih besar
terhadap oksigen dibandingkan hemoglobin dewasa (hemoglobin A), inilah perubahan akibat
kerja 2,3 DPG terhadap hemoglobin F. Peningkatan konsentrasi 2,3 DPG, suatu metabolit
glikolisis yang ditemukan dalam sel darah merah akan menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap oksigen dan menggerakkan kurva disosiasi oksigenhemoglobin ke kanan. P 50 adalah

14
indeks yang tepat untuk pemindahan kurva disosiasi oksigen hemoglobin. Sebenarnya,
PO2lah yang menunjukkan hemoglobin 50% jenuh dengan oksigen. Semakin tinggi P50,
semakin rendah afinitas hemoglobin terhadap oksigen.10

Transpor CO2
Transpor CO2 yang berdifusi ke dalam darah dari jaringan dibawa ke paru - paru
melalui beberapa cara agar gas CO2 sebagai hasil dari proses metabolisme tubuh. Sejumlah
kecil CO2 tetap teralut dalam plasma. Karbon diosida yang tersisa bergerak ke dalam sel
darah merah, di mana 25%-nya bergabung dalam bentuk reversibel yang tidak kuat dengan
asam amino di bagian globin pada hemoglobin untuk membentu karbaminohemoglobin.
Sebagian besar karbondiosida dibawa dalam bentuk bikarbonat, terutama dalam plasma. Ion
bikarbonat bermuatan negatif yang terbentuk dalam sel darah merah berdifusi ke dalam
plasma dan hanya menyisakan ion bermuatan positif berlebihan. Untuk mempertahankan
netralisasi elektrokimia, ion bermuatan negatif lain yang sebagian besar ion klorida, bergerak
ke dalam sel darah merah untuk memulihkan ekuilibrium ion. Inilah yang disebut pergeseran
klorida. Kandungan klorida dalam sel darah merah di vena yang memiliki konsentrasi
Karbondiosida lebih tinggi akan lebih besar dibandingkan dalam darah arteri. Ion hidrogen
bermuatan positif yang terlepas akibat disosiasi asam karbonat berikatan dengan hemoglobin
dalam sel darah merah untuk mengurangi perubahan pH.10

Difusi Gas O2 dan CO2

Secara umum difusi diartikan sebagai peristiwa perpindahan molekul dari suatu
daerah yang konsentrasi molekulnya tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah.
Peristiwa difusi merupakan peristiwa pasif yang tidak memerlukan energy ekstra. Peristiwa
difusi yang terjadi di dalam paru adalah perpindahan molekul oksigen dari rongga alveoli
melintasi membrana kapiler alveolar, kemudian melintasi plasma darah, selanjutnya
menembus dinding sel darah merah, dan akhirnya masuk ke interior sel darah merah sampai
berikatan dengan hemoglobin. Membran kapiler alveolus sangat tipis yaitu 0,1 um atau
sepertujuh puluh dari tebal butir darah merah sehingga molekul oksigen tidak mengalami
kesulitan untuk menembusnya. Peristiwa difusi yang lain di dalam paru adalah perpindahan
molekul karbondioksida dari darah ke udara alveolus. Oksigen dan karbondioksida
menembus dinding alveolus dan kapiler pembuluh darah dengan cara difusi. Berarti molekul
kedua gas tadi bergerak tanpa menggunakan tenaga aktif.

15
Urutan proses difusi terbagi atas:

a. Difusi fase gas

Udara atmosfer masuk ke dalam paru dengan aliran yang capat, ketika dekat alveoli
kecepatannya berkurang sampai terhenti. Udara / gas yang baru masuk dengan cepat berdifusi
atau bercampur dengan gas yang telah ada di dalam alveoli. Kecepatan gas berdifusi disini
berbanding terbalik dengan berat molekulnya. Gas oksigen mempunyai berat molekul 32
sedangkan berat molekul karbondioksida 44. Gerak molekul gas oksigen lebih cepat
dibandingkan dengan gerak molekul gas karbondioksida sehingga kecepatan difusi oksigen
juga dapat lebih cepat. Percampuran antara gas yang baru saja masuk ke dalam paru dengan
gas yang lebih dahulu masuk akan komplit dalam hitungan perpuluhan detik. Hal semacam
ini terjadi pada alveoli yang normal, sedangkan pada alveoli yang tidak normal, seperti pada
emfisema, percampuran gas yang baru masuk dengan gas yang telah berada di alveoli lebih
lambat.

b. Difusi menembus membrana pembatas

Proses difusi yang melewati membrana pembatas alveoli dengan kapiler pembuluh darah
meliputi proses difusi fase gas dan proses difusi fase cairan. Dalam hal ini, pembatas
pembatasnya adalah dinding alveoli, dinding kapiler pembuluh darah (endotel), lapisan
plasma pada kapiler, dan dinding butir darah merah (eritrosit). Kecepatan difusi melewati
fase cairan terganting kepada kelarutan gas ke dalam cairan. Kelarutan karbondioksida lebih
besar dibandingkan dengan kelarutan oksigen sehingga kecepatan difusi karbondioksida di
dalam fase cairan 20x lipat kecepatan difusi oksigen. Semakin tebal membrana pembatas
halangan bagi proses difusi semakin besar.

Keseimbangan Asam-Basa
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45.
Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme
dan fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia

16
diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi
CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan asam.11
Prinsip-prinsip Asam-Basa adalah istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35
sedangkan alkalosis bila pH > 7.45. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang
berperan sebagai komponen asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai
normalnya adalah 40 mmHg. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan
disebut juga sebagai komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L. Asidosis
berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya jumlah komponen
basa. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya jumlah
komponen asam.11
Penyebab gangguan keseimbangan asam-basa ada asidosis respiratorik adalah keasaman
darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari
fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman
pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika
terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.Tingginya kadar
karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga
pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.11 Penyebabnya jika paru-paru tidak dapat
mengeluarkan karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit
berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti: Emfise, Bronkitis kronis, Pneumonia berat,
Edema pulmo, Asma sekaligus dapat terjadi pada orang yang kecanduan narkotika morfin.9
Asidosis metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah,
pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan
kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada
akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan
lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika
tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan
berakhir dengan keadaan koma.9,11
Penyebabnya gagal ginjal, asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk
ginjal),Ketoasidosis diabetikum,Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat), Bahan beracun
seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid asetazolamid atau amonium
klorida sekaligus Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena
diare, leostomi atau kolostomi.11

17
Alkalosis respiratori adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah
menjadi rendah.9 Penyebabnya pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang
menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari
alkalosis respiratorik adalah rasa nyeri ,sirosis hati,kadar oksigen darah yang rendah,
demam,dan overdosis aspirin.9
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat.9 Kompensasinya adalah dengan hipoventilasi. Penyebabnnya
penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat),Kehilangan asam karena muntah atau
pengosongan lambung,dan Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat
penggunaan kortikosteroid).11

Pemeriksaan Fungsi Paru

Mengukur volume dan kapasitas paru

Alat pengukur : Spirometer/spirometri

Gambar 4.Spirometri

Pencatatan: Spirogram

1. Tidal Volume ( T.V ) Volume nafas biasa

2. Volume cadangan inspirasi ( I.R.V ) Volume udara maksimal saat inspirasi

18
3. Volume cadangan ekspirasi ( E.R.V ) Jumlah udara maksimal saat ekspirasi

4. Volume residu ( R.V ) Udara yang masih tersisa dalam paru sesudah
ekspirasi maksimal

5. Kapasitas inspirasi ( I.C )

I.C = TV + IRV (jumlah udara yang dihirup max)

6. Kapasitas Residu Fungsional ( F.R.C )

FRC = ERV + RV (udara yang ada didalam paru saat akhir ekspirasi biasa)

7. Kapasitas Vital ( V.C )

VC = IRV + TV + ERV (kemampuan pengembangan paru)

8. Kapasitas Paru Total ( T.L.C )

TLC = VC+ RV (Jumlah udara dalam paru pada akhir inspirasi maksimal)

Faktor yang Mempengaruhi Kerja Pernapasan

Compliance paru, kata compliance merujuk kepada seberapa banyak upaya


dibutuhkan untuk meregangkan atau mengembangkan paru. Secara spesifik compliance
adalah ukuran seberapa banyak perubahan dalam volume paru yang terjadi akibat perubahan
tertentu gradien tekanan transmural, gaya yang meregangkan paru. Paru yang sangat
compliance mengembang lebih besar untuk peningkatan tertentu perbedaan tekanan daripada
paru yang kurang compliance. Dengan kata lain, semakin rendah compliance paru semakin
besar gradien tekanan transmural yang harus diciptakan selama inspirasi untuk menghasilkan
ekspansi paru normal dan semakin kecil compliance paru semakin besar kerja yang harus
dilakukan untuk menghasilkan pengembangan paru yang sama. Paru yang kurang compliance
disebut sebagai paru "kaku" karena tidak dapat diregangkan secara normal.12
Resistensi saluran napas, resistensi saluran napas mempengaruhi kecepatan aliran.
Penentu utama resistensi terhadap aliran udara adalah jari-jari saluran napas penghantar.
Resistensi menjadi hambatan yang sangat penting terhadap aliran udara ketika lumen saluran
napas menyempit akibat penyakit. Kita semua pernah merasakan efek peningkatan resistensi

19
saluran napas pada saat bernapas ketika kita mengalami pilek. Kita mengetahui betapa
sulitnya menghasilkan kecepatan aliran udara yang memadai melalui "hidung yang
tersumbat" saat saluran hidung menyempit akibat pembengkakan dan penimbunan mukus.12
Recoil elastik paru, istilah recoil elastik merujuk kepada seberapa mudah paru
kembali ke bentuknya semula setelah diregangkan. Hal ini berperan mengembalikan paru ke
volume prainspirasi ketika otot inspirasi melemas pada akhir inspirasi. Sifat elastik paru
terutama bergantung pada dua faktor: jaringan ikat yang sangat elastik di paru dan tegangan
permukaan alveolus.12
Ketika terjadi peningkatan kebutuhan akan ventilasi, misalnya saat olah raga, di mana
diperlukan kerja lebih besar untuk menghasilkan pernapasan yang lebih dalam (volume udara
yang masuk dan keluar setiap kali bernapas lebih besar) dan lebih cepat (jumlah pernapasan
per menit bertambah).12

Kesimpulan

Sistem pernapasan pada manusia terbagi menjadi 2 yaitu, system pernapasan atas dan
pernapasan bawah. Yang termasuk system pernapasan atas adalah rongga hidung (cavum
nasi), faring, dan laring. Sedangkan pada system pernapasan bawah terdapat trachea,
bronkus, bronkhiolus, duktus alveolaris, dan alveoli.

Pada skenario 1 didapatkan bahwa kondisi sistem pernapasan seorang polwan 35 tahun
tersebut normal atau tidak adanya gangguan.

20
Daftar Pustaka

1. Veldman J. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta:EGC;2004.h.266-9.


2. Ganong W.F. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2003.
3. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2007.
4. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar, teks dan atlas. Jakarta : EGC ;2007.
5. Leeson R.C, Leeson T.S, Paparo A.A. Buku ajar histologi. Jakarta: EGC; 1990.
6. Guyton AC. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2005. h. 381-2.
7. Djojodibroto D. Respirologi. Jakarta: EGC. 2007.p.219-220.
8. Kuchel P, Ralston GB. Biokimia: belajar super cepat. Indonesia: Penerbit Erlangga;
2006. h.29-31.
9. Kennelly PJ, Rodwell VW. Dalam: Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia
Harper. Jakarta; EGC: 2006.h.44-9.

10. Sherwood L. Sistem pernapasan. in: Sherwood L. Fisiologi Manusia. 6th ed. Jakarta:

EGC; 2007.h.517.

11. Sloane, Ethel. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.h.266-9, 271-2.

12. . Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009. h.510-7.

21

Вам также может понравиться

  • Infeksi Saluran Kemih
    Infeksi Saluran Kemih
    Документ14 страниц
    Infeksi Saluran Kemih
    judodododo
    Оценок пока нет
  • PBL Blok 28 Liong
    PBL Blok 28 Liong
    Документ18 страниц
    PBL Blok 28 Liong
    judodododo
    Оценок пока нет
  • SL Laporan Makalah Family Folder DM 2
    SL Laporan Makalah Family Folder DM 2
    Документ8 страниц
    SL Laporan Makalah Family Folder DM 2
    judodododo
    Оценок пока нет
  • Saluran Kemih
    Saluran Kemih
    Документ14 страниц
    Saluran Kemih
    judodododo
    Оценок пока нет
  • DSD Liong
    DSD Liong
    Документ25 страниц
    DSD Liong
    judodododo
    Оценок пока нет
  • Blok 6
    Blok 6
    Документ17 страниц
    Blok 6
    judodododo
    Оценок пока нет
  • Infeksi Saluran Kemih
    Infeksi Saluran Kemih
    Документ14 страниц
    Infeksi Saluran Kemih
    judodododo
    Оценок пока нет
  • Infeksi Saluran Kemih
    Infeksi Saluran Kemih
    Документ14 страниц
    Infeksi Saluran Kemih
    judodododo
    Оценок пока нет
  • Infeksi Saluran Kemih
    Infeksi Saluran Kemih
    Документ14 страниц
    Infeksi Saluran Kemih
    judodododo
    Оценок пока нет
  • Blok 5
    Blok 5
    Документ11 страниц
    Blok 5
    judodododo
    Оценок пока нет
  • Indra Fransis Liong 102013166
    Indra Fransis Liong 102013166
    Документ17 страниц
    Indra Fransis Liong 102013166
    judodododo
    Оценок пока нет
  • Blok 9 Makalah Ephin
    Blok 9 Makalah Ephin
    Документ8 страниц
    Blok 9 Makalah Ephin
    judodododo
    Оценок пока нет
  • Blok 6
    Blok 6
    Документ17 страниц
    Blok 6
    judodododo
    Оценок пока нет
  • Indra Fransis Liong 102013166
    Indra Fransis Liong 102013166
    Документ17 страниц
    Indra Fransis Liong 102013166
    judodododo
    Оценок пока нет
  • DSD Liong
    DSD Liong
    Документ25 страниц
    DSD Liong
    judodododo
    Оценок пока нет
  • DSD Liong
    DSD Liong
    Документ25 страниц
    DSD Liong
    judodododo
    Оценок пока нет
  • Blok 24 GB Liong
    Blok 24 GB Liong
    Документ26 страниц
    Blok 24 GB Liong
    judodododo
    Оценок пока нет
  • Blok 9
    Blok 9
    Документ15 страниц
    Blok 9
    judodododo
    Оценок пока нет
  • Blok 24 GB Liong
    Blok 24 GB Liong
    Документ26 страниц
    Blok 24 GB Liong
    judodododo
    Оценок пока нет
  • PBL Blok 24 Ayu
    PBL Blok 24 Ayu
    Документ19 страниц
    PBL Blok 24 Ayu
    judodododo
    Оценок пока нет
  • PBL Blok 28 Liong
    PBL Blok 28 Liong
    Документ18 страниц
    PBL Blok 28 Liong
    judodododo
    Оценок пока нет
  • Blok 9
    Blok 9
    Документ15 страниц
    Blok 9
    judodododo
    Оценок пока нет
  • ITP
    ITP
    Документ28 страниц
    ITP
    judodododo
    100% (1)
  • PBL Blok 24 Ayu
    PBL Blok 24 Ayu
    Документ19 страниц
    PBL Blok 24 Ayu
    judodododo
    Оценок пока нет
  • ITP
    ITP
    Документ28 страниц
    ITP
    judodododo
    100% (1)
  • Abses Mammae Sinistra
    Abses Mammae Sinistra
    Документ14 страниц
    Abses Mammae Sinistra
    judodododo
    Оценок пока нет
  • Abses Mammae Sinistra
    Abses Mammae Sinistra
    Документ14 страниц
    Abses Mammae Sinistra
    judodododo
    Оценок пока нет
  • Abses Mammae Sinistra
    Abses Mammae Sinistra
    Документ14 страниц
    Abses Mammae Sinistra
    judodododo
    Оценок пока нет
  • Abses Mammae Sinistra
    Abses Mammae Sinistra
    Документ14 страниц
    Abses Mammae Sinistra
    judodododo
    Оценок пока нет