Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SELULITIS
Oleh:
Pembimbing:
Dr. Ramzi Amin, SpM(K)
1
HALAMAN PENGESAHAN
Referat
SELULITIS
Oleh:
Palembang, September
2015
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT. karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan telaah ilmiah dengan judul Selulitis. Penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ramzi Amin, SpM(K) selaku
pembimbing yang telah membantu dalam penyelesaian telaah ilmiah ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan telaah ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan telaah ilmiah ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga telaah
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tingginya prevalensi selulitis pada anak-anak dengan sinusitis, perlunya
penegakkan diagnosis dan tatalaksana yang cepat dan tepat tereutama untuk
dokter umum sebagai kompetensinya dalam mendiagnosis selulitis dan tahu kapan
harus merujuk. Sehingga telaah ilmiah ini penting sebagai ilmu pengetahuan
untuk mengetahui penyebab selulitis, penegakkan diagnosis, tatalaksana dan
edukasi, serta komplikasi yang berujung pada penentuan prognosis pasien.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
2.1.1 Anatomi Orbita3,4
Orbita adalah sebuah rongga berbentuk segi empat seperti buah pir
yang berada di antara fossa kranial anterior dan sinus maksilaris. Tiap orbita
berukuran sekitar 40 mm pada ketinggian, kedalaman, dan lebarnya. Orbita
dibentuk oleh 7 buah tulang:
- Os. Frontalis
- Os. Maxillaris
- Os. Zygomaticum
- Os. Sphenoid
- Os. Palatinum
- Os. Ethmoid
- Os. Lacrimalis
1
Defek pada sisi ini menyebabkan proptosis pulsatil.
otot protraktor
septum orbita
lemak orbita
retractor palpebra
tarsus
konjungtiva palpebra
2
Gambar 2 anatomi kelopak mata atas dan bawah
Kulit kelopak mata merupakan kulit yang tertipis dari tubuh dan memiliki
keunikan dimana tidak ada lapisan lemak subkutan. Karena kulit tipis pada
kelopak mata mendapat gerakan konstan dari kedipan, sehingga menjadi kendur
sering dengan usia. Pada kedua kelopak mata atas dan bawah, jaringan pretarsal
Kontur kulit kelopak mata dibentuk oleh eyelid crease dan eyelidfold.
3
Protraktor
otot ini, yang dipersarafi oleh nervus VII, memperkecil fisura palpebra. Bagian
tertentu dari ini Otot juga merupakan pompa lakrimal. Otot orbikularis dibagi
menjadi pretarsal, preseptal, dan orbital. palpebra (pretarsal dan preseptal) bagian
bagian orbital terutama terlibat dalam penutupan kelopak mata secara paksaan.
Bagian pretarsal dari kelopak mata atas dan bawah orbicularis bagian dalam
berasal dari puncak lacrimalis posterior dan bagian luar pada ekstremitas anterior
4
orbital) ; E, otot orbikularis (bagian preseptal ) ; F,otot orbikularis
Septum orbita
septum orbita, lembaran jaringan fibrosa merah tipis berlapis, muncul dari
periosteum melalui orbita rims superior dan inferior di arcus marjinal. Di kelopak
mata atas, penyatuan septum orbita dengan levator aponeurosis 2-5 mm di atas
perbatasan tarsal superior pada non-Asia. Dalam kelopak mata bawah, penyatuan
septum orbita dengan fasia capsulopalpebral pada atau tepat di bawah perbatasan
dengan sedikit kontribusi dari otot polos tarsal inferior, memasukkan pada
permukaan tarsal posterior dan anterior serta batas inferior meruncing dari tarsus.
Sebagai akibat dari penuaan, septum baik di atas dan bawah kelopak mata dapat
menjadi sangat melemah. Penipisan septum dan kelemahan dari otot orbicularis
berkontribusi dalam herniasi anterior lemak orbital pada penuaan kelopak mata
Lemak orbita
mata bawah). Di kelopak mata atas, ada 2 kantong lemak: nasal dan sentral.
Dalam kelopak mata bawah, ada 3 kantong lemak: nasal sentral, dan temporal.
Kantong ini dikelilingi oleh selubung fibrosa tipis yang ke depan berlanjut pada
5
penting baik operasi kelopak mata elektif dan operasi laserasi kelopak karena
Retraktor palpebra
inferior.
superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang
menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung
Tarsus
Tarsus, lempeng padat jaringan ikat yang kuat dan berfungsi sebagai
struktur penyokong dari kelopak mata. lempeng tarsus kelopak mata Atas
lempeng tarsus kelopak mata adalah 4 mm. Lempeng tarsus memiliki keterikatan
ketat pada periosteum melalui tendon kantus medial dan akhir reli. Lempeng
6
tarsus dapat menjadi berpindah secara horizontal dengan bertambahnya usia
sebagai akibat dari peregangan medial dan lateral tendon pendukung. Kedua pelat
tarsus biasanya memiliki tebal 1 mm dan lancip di ujung medial dan lateral ketika
mereka mendekati tendon kantus. Terletak di dalam tarsus itu, kelenjar meibom
Konjungtiva
posterior lapisan kelopak mata dan mengandung sel goblet penghasil musin dan
7
2.2 Selulitis
Selulitis preseptal dan orbita bisa terjadi pada anak-anak ataupun dewasa.
Prevalensi selulitis meningkat pada anak-anak usia 2-4 tahun. 7 Ada 3 sumber
penyebab terjadinya infeksi pada selulitis preseptal dan orbita, yaitu:6
8
Gambar 5. Septum orbita
Etiologi
Manifestasi Klinis
9
gangguan visus, dan gangguan gerakan bola mata. Mungkin juga terdapat
demam dan leukositosis.6
Penegakan Diagnosis
Tatalaksana6
10
Adanya metisilin-resistant S aureus (MRSA) adalah faktor penyulit dalam
pengobatan selulitis preseptal.
Epidemiologi7
1. Mortalitas / Morbiditas
11
Sebelum ketersediaan antibiotik, pasien dengan selulitis orbita
memiliki angka kematian dari 17%, dan 20% dari korban yang selamat buta
di mata yang terkena. Namun, dengan diagnosis yang cepat dan tepat
penggunaan antibiotik, angka ini telah berkurang secara signifikan; kebutaan
terjadi dalam 11% kasus. Selulitis orbita akibat S. aureus yang resisten
terhadap methicillin dapat menyebabkan kebutaan meskipun telah diobati
antibiotik.
2. Ras
3. Sex
4. Usia
12
Pada anak-anak infeksi selulitis sering disebabkan oleh karena sinusitis
etmoidalis yang mengenai anak antara umur 2-10 tahun. Ada Beberapa bakteri
penyebab, diantaranya Haemophilus influenza, streptokokus dan stafilokokus.
Selulitis orbita merupakan infeksi yang sering terjadi melalui fokus
infeksi sinus paranasal, khususnya sinus etmoidalis. Penyebarannya disebabkan
oleh karena tipisnya tulang untuk menghalangi tersebarnya fokus infeksi dan
penyebaran masuk melalui pembuluh darah kecil yang menuju jaringan ikat di
sekitar bola mata.
13
Gambar 8. Selulitis Orbita: gerakan bola mata yang terbatas
Komplikasi6, 7
14
visus, terganggunya penglihatan warna, berkurangnya lapang pandang, dan reflek
pupil yang terganggu menunjukkan bahwa sudah terjadi kompresi neuropati optik.
Komplikasi selulitis orbitalis yang telah membentuk abses dapat diperkirakan jika
terjadi proptosis progresif, bola mata tidak sesuai sumbu axial lagi, dan terjadi
kegagalan dalam tatalaksana yang sudah adekuat. Abses ini biasanya terlokalisir
pada periosteum. Sehingga pembedahan diperlukan sebagai tatalaksana abses.
15
Gambar 9. komplikasi dari selulitis
Tatalaksana7
Apabila ditemukan klinis yang diduga telah terjadi infeksi pada orbita
maka diperlukan pemeriksaan penunjang seperti CT scan orbita dan sinus.
Antibiotik broad spectrum menjadi pilihan lini pertama karena infeksi pada orang
dewasa biasanya beberapa jenis mikroorganisme seperti Haemophilus influenza,
Moraxella catarrhalis dan anaerob. Walaupun nasal dekongestan dapat membantu
dalam drainase spontan infeksi sinus, tetapi intervensi bedah kadang dibutuhkan.
Sebaliknya pada selulitis orbita anak, tidak diperlukan tindakan bedah karena
biasanya infeksi sinus hanya diakibatkan oleh gram positif.
16
BAB III
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland, newman. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 31. Jakarta: EGC. 2010
2. Lasley MV, Saphiro GG. Rhinitis and sinusitis in Children. Immunology on
allergy clinics of North America 1999; 19:437-49.
3. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: a systemic approach. 7 th ed.
Elsevier, 2011.
th
4. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. 4 ed. New age international,
2007. p. 377-378, 384-386.
5. American Academy of Ophthalmology. Facial and Eyelid Anatomy. Section 7.
Chapter 9. Basic and Clinical Science Course; 2011-2012. P. 131-143.
6. American Academy of Ophthalmology. Orbital inflammatory and infectious
Disorders. Section 7. Chapter 4. Basic and Clinical Science Course; 2011-
2012. P. 39-44
7. Carlisle, Robert dan George Fredrick. Preseptal and Orbital Cellulitis.
Hospital Physician. October 2006. P 15-19.
8. Riyanto, Heni dkk., Orbital Cellulitis and Endophthalmitis Associated with
Odontegenic Paranasal Sinusitis. Jurnal ftalmologi Indonesia Volume 7 Nomor
1. Juni 2009. P 28-31.
18