Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini ketuban pecah dini (KPD) preterm masih merupakan
Pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat belum inpartu atau
bila diikuti satu jam kemudian tidak timbul tanda persalinan pada umur
KPD preterm di dunia adalah 3 - 4,5 % kehamilan (Lee dan Major, 2001) dan
faktor risiko. Beberapa faktor risiko KPD preterm terutama infeksi sebesar
29,4 % (Mercer, 2003) selain faktor serviks dan riwayat KPD preterm
merokok, defisiensi vitamin C dan zinc, indeks massa tubuh rendah (<19,8
1
kg/m2), perdarahan pervaginam, kehamilan multipel juga ikut berperan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.
Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37
2009).
KPD didefinisikan sesuai dengan jumlah jam dari waktu pecah ketuban
sampai awitan persalinan yaitu interval periode laten yang dapat terjadi
kapan saja dari 1 - 12 jam atau lebih. Insiden KPD banyak terjadi pada
3
II. Struktur dan Fungsi Selaput Ketuban
keluar:
2. Membrane basalis.
extraseluler kolagen.
amnion.
4
4. Meratakan tekanan didalam uterus pada partus sehingga serviks
membuka.
5. Membersihkan jalan lahir. Jika ketuban pecah dengan cairan steril dan
infeksi.
OF MEMBRANE (PROM)
Kejadian ketuban pecah dini sekitar 15% dari seluruh persalinan dengan
Sedangkan menurut Eastman dan Mochtar (1998) insiden ketuban pecah dini
kolagen, sampai infeksi (sampai 65%) high virulence : Bacteroides dan low
virulence : Lactobacillus.
5
Kolagen (makro molekul utama pada sebagian besar jaringan ikat dan
memiliki daya regang tinggi, misalnya tulang dan tendon. Di jaringan lain
DINI
Ketuban pecah dini berhubungan erat dengan persalinan preterm dan infeksi
1. Multiparitas
pada kehamilan ganda (janin relatif lebih besar dan kantong relatif lebih
kecil sedangkan dibawah tidak ada yang menahan) dan hidramnion (Cairan
3. Incompetensi serviks
6
4. Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang dan letak lintang
korioamnionotis
dan koitus
11. Preterm (<37 minggu) janin relatif lebih kecil, mudah menekan kebawah .
7
D. KOMPLIKASI KETUBAN PECAH DINI
Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas
dunia luar dan ruangan dalam rahim, persalinan prematuritas dan selanjutnya
meningkatkan kejadian morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi atua janin dalam
Disamping itu, ketuban pecah dini yang disertai dengan kelainan letak
A. Terhadap Ibu
Karena jalan lahir telah terbuka maka dapat terjadi infeksi intrapartal,
apalagai terlalu sering diperiksa dalam (VT), selain itu dapat juga dijumpai
Ibu akan merasa lelah karena berbaring di tempat tidur, partus akan
terjadi lama maka suhu badan akan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala
infeksi. Hal ini akan meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas ibu.
B. Terhadap janin
Ketuban yang pecah dapat merangsang janin untuk keluar dan ini dapat
8
2. Prolaps tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian janin akibat
Menyebabkan gesekan anak dan jalan lahir serta kontraksi uterus tidak
sesuai dengan bentuk janin yang akibatnya banyak cairan yang keluar.
4. Infeksi (terbanyak).
sudah terkena infeksi karena infeksi intrauterine lebih dulu terjadi seperti amnionitis,
vaskulitis yaitu gejala yang ibu belum rasakan. Infeksi ini melalui ascending
berpengaruh pada kehamilan dan persalinan jarak antara pecahnya ketuban dan
persalinan disebut periode laten/PL/lag period. Makin muda umur kehamilan makin
panjang LP-nya. Sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dari biasanya yaitu permi
10 jam atau multipara 6 jam. Bila jarak antara pecahnya ketuban dan partus 24 jam
kematian perinatal meningkat menjadi 3 kali. Ketuban pecah dini berhubungan erat
dengan persalinan preterm karena adanya esiko peningkatan morbidatas perinatal akbat
imaturitas janin.
Bila kelahiran tidak terjadi dalam 24 jam maka terjadi resiko peningkatan
infeksi intra uterin. Pada ketuban pecah 6 jam resiko infeksi meningkat menjadi 1 kali,
9
sedangkan ketuban yang pecah 24 jam resiko infeksi menjadi 2 kali. Protocol : paling
E. DIAGNOSA
Riwayat haid
Data obyektif :
Pemerikasaan fisik:
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan penunjang
10
Amniosentesis : Cairan dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi
korioamnionitis
Pada kasus ketuban pecah dini yang disertai infeksi intrauterine ditemukan :
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini (Cornelia dan
Tessy, 2006)
2. Inspekulo : keluarnya cairan dari orificium uteri eksternal saat fundus uteri
11
3. Adanya perubahan kertas lakmus merah (nitrazine merah) menjadi biru
Bahaya ketuban pecah dini adalah kemungkinan infeksi dalam rahim dan
dan bayi. Oleh karena itu pemeriksaan dalam perlu dibatasi sehingga resiko infeksi
Penilaian klinik
Ditentukan dengan adanya cairan ketuban vagina, jika ada dapat dicoba dengan
menggerakkan sedikit bagian terbawah janijn atau meminta pasien untuk batuk,
penetuan cairan ketuban dapat ditentukan dengna tes lakmus menjadu biru
Tentukan adanya kontraksi yang teratur , periksa dalam dilakukan bila akan
dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk menilai skor
pelvic.
12
Komplikasi Infeksi intrapartum
Diagnosis banding
Cara membedakan inkontinesia urin dengan ketuban pecah dini yaitu dengan
PH urin biasanya asam, sedangkan pH vagina pada kasus ketuban pecah adalah basa,
yang disebabkan oleh cairan amnion pengubah PH asam normal vagian menjadi basa.
Penatalaksanaan
- Bedrest
- Minum 2 liter air /hari sehingga sekresi adh dan oksitosin menurun
13
- Dexametason 3x5mg/ hari selama 2 hari untuk menantang paru
- Bila ada kontraksi uterus berikan tokolitik untuk mencegah partus prematurus
- Antiprostagladin : aspirin
- Progesteron E
- Jika terjadi infeksi (leukosit > 15000, suhu > 38 derajat celcius, air ketuban
o Untuk KPD <6 jam, pelvic score <5 maka dilakukan induksi dengan
sintosinon
14
F. Persalinan diinduksi dengan oksitosin selama presentasi janin adalah
Bila ada infeksi intaruterin berikan antibiotok spectrum luas secara iv.
pencucian vagian ataupun senggama terutama bila janin pretern dan dipilih
tanpa tindakan.
waktu 2 jam
15
G. KEHAMILAN PRETERM
Terdapat peningkatan insiden solusio pada ketuban pecah dini preterm. Gonen
dkk. (1998) melaporkan insiden 6,5 % pada 143 kehamilan berusia kurang dari 34
(1987) melaporkan pada 72 wanita dengan kehamilan antara 26 dan 37 minggu secara
klinis didiagnosa solusio plasenta. Sekitar separuh melahirkan dalam 3 hari setelah
dirawat karena semakin parahnya pendarahan, gawat janin, atau keduanya. Yang
menarik angka seksio seksarea adalah sekitar 50% bagi mereka yang melahirkan segera
setalah dirawat serta pada mereka yang pelahirannya ditunda selama paling sedikit 3
hari. Pada studi lain Bond dkk (1989) menerapkan panatalaksanaan menunggu
terhadap wanita dengan solusio palsenta sebelum 35 minggu; 31 dari mereka mendapat
terapi tokolisis. Rerata waktu sampai pelahiran pada -43 kasus tersebut adalah sekitar
12 hari dan tidak ada kelahiran mati. Seksio seksarea dilakukan pada 75% kasus.
dengan atau tanpa ketuban pecah dini. Elliot dkk (1998) melaporkan dengan 24 wanita
yang mengalami solusio dengan rerata usia gestasi 20 minggu dan juga mengalami
16
Tidak adanya deselarasi yang merugikan tidak menjamin lingkungan
intrauterine aman. Plasenta dapat mengalami pemisahan lebih lanjut setiap dan sangat
Beberapa kausa langsung rawat janin akibat solusio plasenta diperlihatkan digambar
anemia dan hipoksia ibu, sehingga fungsi plasenta ynag masih berimplantasi dapat
Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kausa lain penyebab gawat
17
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
semua kehamilan. Hal ini menunjukkan, KPD lebih banyak terjadi pada kehamilan
yang cukup bulan dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95 %, sedangkan pada
kehamilan tidak cukup bulan atau KPD pada kehamilan preterm terjadi sekitar 34 %
kontroversial dalam kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum
adanya infeksi dan usia gestasi serta faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan
untuk merawat bayi yang kurang bulan. Meskipun tidak ada satu protokol pengelolaan
yang dapat untuk semua kasus KPD, tetapi harus ada panduan pengelolaan yang
18
DAFTAR PUSTAKA
6. The world wide Atosiban versus Beta Agonist Study group. Effectiveness and
142.
://www.rcog.co.uk/guidelines
19