Вы находитесь на странице: 1из 13

PUASA

Konsepsi puasa dalam pemaknaan istilah seringkali dimaknai dalam pengertian sempit
sebagai suatu prosesi menahan lapar dan haus serta yang membatalkan puasa yang dilakukan
pada bulan ramadhan. Padahal hakekat puasa yang sebenarnya adalah menahan diri untuk
melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama. Selain itu, puasa juga memberikan ilustrasi
solidaritas muslim terhadap umat lain yang berada pada kondisi hidup miskin. Dalam konteks
ini, interaksi sosial dapat digambarkan pada konsepsi lapar dan haus yang dampaknya akan
memberikan kemungkinan adanya tenggang rasa antar umat manusia. Pengkajian tentang
hakekat puasa ini dapat dikatakan universal dan meliputi seluruh kehidupan manusia baik
kesehatan, interaksi sosial, keagamaan, ekonomi, budaya dan sebagainya. Begitu universal dan
kompleksnya makna puasa hendaknya menjadi acuan bagi muslim dalam
mengimplementasikannya pada kehidupan sehari-hari. Dengan pengertian lain puasa dapat
dijadikan pedoman hidup.

Ramadhan merupakan bulan dimana kita harus dapat mengendalikan diri kita, hal yang
utama yang harus kita lakukan dalam pelaksanaan puasa ramadhan adalah kita harus menjadi
penguasa dan raja bagi diri kita sendiri kita harus benar-benar mengendalikan menurut aturan
Ilahi yang berlaku. Mengendalikan mulut saat berbicara, mengendalikan mata, dan
mengendalikan semuanya dengan baik. Mungkin kadang ada bertanya kenapa kita tetap
sengsara, atau mengapa hidup kita gelisah dan tidak tenang? Jawaban yang tepat adalah karena
kita tidak dapat mengendalikan diri kita sendiri. Pada bulan Ramadhan kita harus seperti
kepongpong masuk seperti ulat berbulu yang ditakuti dan menjijikan dan keluar sebagai kupu-
kupu yang indah yang begitu disenangi banyak orang, yang dapat kita artikan sebusuk dan
sekotor apapun diri kita, setelah menjalankan ibadah puasa ini kita harus menjadi orang yang
memiliki kepribadian yang indah dan bermanfaat bagi dirikita sendiri dan orang lain.

Bulan suci Ramadhan ini merupakan kesempatan yang baik untuk mengubah diri agar
menjadi terindah dan terbaik. Rasulullah mensinyalir, umat islam akan banyak melaksanakan
puasa, hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Bagaimana menurut ada apakah ini benar?
Kalau Rasulullah sudah mensinyalir demikian, memang demikian keadaannya karena semua
yang dikatakan dan dilakukan Rasulullah semua itu benar adanya dan tidak ada yang salah.
Perkembangan pada saat ini apakah sesuai dengan sinyalemen Rasulullah tadi? Ibadah puasa

1
umat islam pada saat ini Alhamdulillah sudah agak meningkat. Mereka mulai sadar, mereka
sadar bahwa ibadah puasa ini tidaklah sebuah tradisi saja melainkan sebuah jalan untuk
meningkatkan keimanan.

PENGERTIAN PUASA
Sebelum kita mengkaji lebih jauh materi puasa, terlebih dahulu kita akan mempelajari
pengertian puasa menurut bahasa dan menurut istilah Shoumu menurut bahasa Arab menahan
dari segala sesuatu seperti menahan tidur, menahan berbicara, menahan makan dan sebagainya.
Secara istilah puasa adalah menahan segala yang membukakan puasa sejak mulai terbit fajar
hingga terbenam matahari disertai dengan niat. Firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 187
yang artinya Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar. Yang dimaksud dengan menahan segala yang membukakan puasa adalah segala hal yang
membatalkan puasa seperti berikut:
1. Makan dan minum dengan sengaja
Bagi orang yang makan dan minum dengan sengaja wajib mengqodhonya menurut semua
ulama mazhab. Namun apabila ia lupa kalau ia sedang berpuasa maka, puasanya tidak batal, dan
tidak perlu diqadha.
2. Bersetubuh pada siang hari dengan sengaja
Sepasang suami isteri bersetubuh pada siang hari pada saat puasa akan batal puasanya
dan wajib mengqadha dan membayar fidiyah. Allah menghalalkan suami istri bersetubuh pada
malam hari, firman allah surat al-Baqarah ayat 187 yang berbunyi:
Artinya : Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri
kamu (QS. Al-Baqarah:187)
3. Mengeluarkan mani dengan sengaja
Mengeluarkan mani dengan sengaja dapat membatalkan puasa. Bahkan menurut Imam
Hambali, keluar madzi pun dapat membatalkan puasa.
4. Muntah dengan sengaja
Menurut pendapat Immamiyah, Syafii dan Maliki sepakat bahwa muntah membatalkan
puasa dan wajib diqadha. Menurut Hanafi orang muntah tidak batal puasanya kecuali kalau
muntahnya memenuhi mulut. Sedangkan menurut faham Hambali, ada yang sepakat bahwa
muntah dengan terpaksa tidak batal puasa. dan sebagainya.
5. Berbekam

2
Menurut hambali berbekam merupakan pembatal puasa. Mereka berpendapat bahwa yang
berbekam dan yang dibekam puasanya sama-sama batal.
6. Disuntik dengan benda cair
Menurut ulama mazhabsecara sepakatdisuntik dengan benda cair dapat membatalkan
puasa. Bagi yang disuntik, wajib mengqadha. Namun menurut pendapat Imamiyah menambah
dengan membayar kifarah, kalau yang tidak disuntik tidak betul-betul dalam keadaan kritis
7. Bercelak
Bercelak juga dapat membatalkan puasa, begitulah menurut pendapat Maliki khusunya,
dengan syarat dia bercelak pada waktu siang, dan dia merasakan rasa celak sampai
kerongkongan.

8. Orang yang menyelamkan kepalanya dengan air bersama badannya atau tidak dengan
badannya
Hal ini menurut pendapat mayoritas Imamiyah. Dan yang melakukannya wajib
mengqadha-nya dan membayar kifarah. Tetapi menurut pendapat ulama lain hal ini tidak
membatalkan puasa.
9. Orang yang sengaja melamakan dirinya berada dalam junub pada bulan Ramadhan sampai
terbitnya fajar.
Hal ini menurut pendapat Imamiyah, dan yang melakukannya wajib mengqadha-nya dan
membayar kifarah. Tetapi menurut pendapat ulama lain hal ini tidak membatalkan puasa. Puasa
merupakan salah satu rukun dari beberapa rukun islam. Orang yang mengingkari puasa berarti ia
keluar dari islam, karena puasa seperti sholat, yaitu ditetapkan dengan keharusan. Firman Allah
surat al-Baqarah ayat 183:
Artinya :Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa(QS. Al-Baqarah: 183) Ayat ini
menunjukkan bahwa puasa bukan hanya diwajibkan kepada kaum muslimin saja, akan tetapi
puasa merupakan syariat allah yang telah dikenal semua agama yang berketuhanan, dengan cara
yang bermacam-macam menurut agama yang mereka anut. Dengan demikian bahwa Allah SWT
telah mewajibkan pada kita untuk berpuasa sebagai kewajiban yang menyeluruh diantara
pemeluk-pemeluk agama yang lain diantara ummat manusia sejak masa lampau .

3
B. MACAM-MACAM PUASA

1. Puasa wajib
Puasa ini dikerjakan bagi orang-orang dewasa, berakal sehat dan mampu melaksanakan puasa.
Adapun macam-macam puasa adalah sebagai berikut:

Puasa di bulan Ramadhan


Puasa ramadhan adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan yang
dilaksanakan selama 29 atau 30 hari. Puasa dimulai pada terbit fajar himgga terbenam
matahari. Puasa ramadhan ini ditetapkan sejak tahun ke-2 H. Puasa ini hukumnya wajib,
yaitu apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan akan mendapat dosa.
Bulan Ramadhan menurut pandangan orang-orang mukmin yang berfikir adalah
merupakan bulan peribadatan yang harus diamalkan dengan ikhlas kepada Allah SWT.
Harus kita sadari bahwa Allah Maha Mengetahui segala gerak-gerik manusia dan hati
mereka .Dalam pelaksanaannya, khusus puasa Ramadhan, kita akan menjumpai beberapa
masalah yang penting dipecahkan antara lain:

a. Cara penempatan waktu.


Cara mengetahui puasa ini ada 2 macam yaitu: hisab dan rukyat. Kemajuan teknologi
beakangan ini dirasakan semakin mudahkan proses hisab dan rukiyah tersebut. Disiplin
ilmu astronomi dan kelengkapan teknologi semacam planetrium atau teleskop atau secara
khusus ilmu falaq yang berkembang di dunia Islam, semuanya mendukung vadilitas
penetapan waktu puasa.
Rukyat : adalah suatu cara untuk menetapkan awal awal bulan Ramadhan dengan cara
melihat dengan panca indera mata timbulnya / munculnya bulan sabit dan bila uadara
mendung atau cuaca buruk. Sehingga bulan tidak bisa dilihat maka hendaknya
menggunakan istikmal yaitu menyempurnakan bulan syaban menjadi 30 hari. Di
Indonesia pelaksanaan rukyat untuk penetapan puasa Ramadhan telah dikoordinasi oleh
Departemen Agama (DEPAG) RI.

4
Hisab : adalah suatu cara untuk menetapkan awal bulan Ramadhan dengan cara
menggunakan perhitungan secara atsronomi, sehingga dapat ditentukan secara eksak
letak bulan. Seperti cara rukyat yang telah dikoordinasikan oleh pemerintah, maka cara
hisab pun sama. Di Indonesia penetapan awal dan akhir bulan Ramadhan ini dengan cara
yang manapun memang telah diambil kewenangan koordinatifnya oleh pemerintah.
Adapun lembaga-lembaga keagamaan seperti Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah,
PERSIS, Jamiat al-Khair dan sebagainya berfungsi sebagai pemberi masukan hasil
rukyat dan hisabnya dalam rangka pengambilan ketetapan awal dan akhir Ramadhan oleh
pemerintah.
Firman Allah SWT surat Yunus ayat 5: Artinya:Dia-lah yang menjadikan matahari
bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat)
bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui.(QS.
Yunus :5)
Sabda Nabi SAW Artinya:Dari Abu Umar ra: bahwasanya Rasulullah SAW,
menceritakan bulan Ramadhan lalu memukul kedua tangannya lalu bersabda: Bulan
adalah itu sekian dari sekian bulan,kemudian beliau melengkungkan ibu jarinya pada
perkataan yang ketiga kali (termasuk menunjukkan bahwa bulan itu jumlahnya terdiri
dari 29 hari), maka berpuasalah kamu karena melihat bulan. Jika kamu sekalian tidak
dapat memelihatnya karena tertutup awan / mendukung, maka pastikanlah bilangan itu
menjadi 30 hari.(HR. Muslim)

b. Berpuasa di daerah kutub


Daerah kutub sebagai daerah yang nampak berberad dengan daerah lainnya
sebahagian besar bumi lainnya, ini membutuhkan konsep hukum dan ayuran-aturan
keagamaan yang berbeda pula.Menurut Syekh Muhammad Syaltut dalam bukunya
yang berjuduk Al-Fatawa (fatwa-fatwa) disebutkan bahwa hanya ada dua alternatif
hukum bagi penduduk daerah kutub dalam melaksanakan ibadah shalat dan khusunya
puasa yaitu :

5
Karena di daerah kutub tidak berlaku batasan-batasan waktu sebagaimana di
belahan bumi normal, maka hukum yang berkenaan dengan ibadah sholat dan
puasa dua ibadah yang pelaksanaannya sangat dibatasi oleh unsur keteraturan
waktu tidak berlaku. Penduduk daerah kutub dibebaskan dari kewajiban shalat
dan puasa.
Meskipun kondisinya demikian nilai hukum tetap berlaku di daerah kutub, sebab
ajaran islam berlaku untuk segala kondisi dan tempat. Karena itu ketentuan
dipakai untuk daerah kutub adalah mengambil persamaan dengan daerah yang
lainnya yang paling dekat.

Puasa Nazar
Puasa nazar adalah orang yang bernazar puasa karena mengiginkan sesuatu, maka ia
wajib puasa setelah yang diinginkannya itu tercapai, dan apabila puasa nazar itu tidak
dilaksanakannya maka ia berdosa dan ia dikenakan denda / kifarat . Misalnya bernazar
untuk lulus keperguruan tinggi, maka ia wajib melaksanakan puasa nazar tersebut apabila
ia berhasil.Ibnu Majjah meriwayatkan, bahwa seorang wanita bertanya kepada Nabi
Muhammad SAW. Artinya:Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia. Ia mempunyai
nazar berpuasa sebelum dapat memenuhinya. Rasulullah SAW menjawab: Walinya
berpuasa untuk mewakilkannya.

Puasa Kifarat
Puasa kifarat adalah puasa untuk menembus dosa karena melakukan hubungan suami
isteri (bersetubuh) disiang hari pada bulan Ramadhan, maka denda (kifaratnya) berpuasa
dua bulan berturut-turut.

2. Puasa Sunnah

6
Puasa sunnah adalah puasa yang bila dikerjakan mendapat pahala dan apabila dikerjakan
tidak mendapat dosa. Adapun puasa sunnah adalah sebagai berikut:
a. Puasa enam hari pada bulan syawal
Disunnahkan bagi mereka yang telah menyelesaikan puasa Ramadhan untuk
mengikutinya dengan puasa enam hari pada bulan Syawal. Pelaksanaannya tidak mesti
berurutan, boleh kapan saja selama masih dalam bulan Syawal, karena puasa enam hari
pada bulan Syawal ini sama dengan puasa setahun lamanya. Akan tetapi diharamkan pada
tanggal 1 syawal karena ada chari raya Idul Fitri. Dalam sebuah hadits dikatakan yang
artinya: Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan,
kemudian diikuti dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawal, maka sama dengan
telah berpuasa selama satu tahun" (HR. Muslim).

b. Puasa Arafah
Orang yang tidak melaksanakan ibadah haji, disunnatkan untuk melaksanakan puasa pada
tanggal sembilan Dzulhijjah atau yang sering disebut dengan puasa Arafah. Disebut puasa
Arafah karena pada hari itu, jemaah haji sedang melakukan Wukuf di Padang Arafah.
Sedangkan untuk yang sedang melakukan ibadah Haji, sebaiknya tidak berpuasa.
Nabi Muhammad SEW bersabda: Dari Abu Qotadah al-Anshory Radliyallaahu 'anhu
bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya mengenai puasa hari
Arafah, lalu beliau menjawab: "Ia menghapus dosa-dosa tahun lalu dan yang akan
datang.: (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
melarang untuk berpuasa hari raya arafah di Arafah. (Riwayat Imam Lima selain
Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah dan Hakim. Hadits munkar menurut
Al-'Uqaily.)

c. Puasa Senin Kamis


Rasulullah saw bersabda yang Artinya dari Aisyah : Nabi Muhammad SAW memilih
waktu puasa hari senin kamis.
d. Puasa pada bulan syaban

7
Dalam berbagai keterangan disebutkan bahwa Rasulullah saw berpuasa pada bulan
Sya'ban hampir semuanya. Beliau tidak berpuasa pada bulan tersebut kecuali sedikit
sekali . Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini yang artinya: Siti Aisyah
berkata: "Adalah Rasulullah saw seringkali berpuasa, sehingga kami berkata: "Beliau
tidak berbuka". Dan apabila beliau berbuka, kami berkata: "Sehingga ia tidak berpuasa".
Saya tidak pernah melihat Rasulullah saw berpuasa satu bulan penuh kecuali pada bulan
Ramadhan. Dan saya juga tidak pernah melihat beliau melakukan puasa sebanyak
mungkin kecuali pada bulan Sya'ban" (HR. Bukhari dan Muslim).

e. Puasa As-Syura
Puasa ini dikerjakan pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram. Hadist Rasulullah
Saw yang berbunyi: "Rasulullah saw bersabda: "Puasa Asyura itu (puasa tanggal sepuluh
Muharram), dihitung oleh Allah dapat menghapus setahun dosa yang telah lalu" (HR.
Muslim). Demikian juga sunnah hukumnya melakukan puasa pada tanggal sembilan
Muharram. Hadist Rasulullah: Ibn Abbas berkata: "Ketika Rasulullah saw berpuasa pada
hari Asyura', dan beliau memerintahkan untuk berpuasa pada hari tersebut, para sahabat
berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya hari Asyura itu hari yang dimuliakan oleh orang
Yahudi dan Nashrani". Rasulullah saw menjawab: "Jika tahun depan, insya Allah saya
masih ada umur, kita berpuasa bersama pada tanggal sembilan Muharramnya". Ibn Abbas
berkata: "Belum juga sampai ke tahun berikutnya, Rasulullah saw keburu meninggal
terlebih dahulu" (HR. Muslim).

3. Puasa Haram
a. Puasa pada tanggal 1 syawal dan 10 Dzulhijjah
Artinya: "Rasulullah saw melarang puasa pada dua hari: Hari Raya Idul Fitri dan Idul
Adha" (HR. Bukhari Muslim).
b. Puasa Hari Tasyrik tanggal 11, 12, 13 bulan Dzulhijjah
Para ulama juga telah sepakat bahwa puasa pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12, dan 13
Dzulhijjah) diharamkan. Hanya saja, bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah haji
dan tidak mendapatkan hadyu (hewan sembelihan untuk membayar dam), diperbolehkan

8
untuk berpuasa pada ketiga hari tasyrik tersebut. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam
hadits berikut ini: Artinya: Siti Aisyah dan Ibn Umar berkata: "Tidak diperbolehkan
berpuasa pada hari-hari Tasyrik, kecuali bagi yang tidak mendapatkan hadyu (hewan
sembelihan)" (HR. Bukhari).
c. Puasa pada hari yang diragukan (hari syak/hari ragu)
Apabila seseorang melakukan puasa sebelum bulan Ramadhan satu atau dua hari dengan
maksud untuk hati-hati takut Ramadhan terjadi pada hari itu, maka puasa demikian
disebut dengan puasa ragu-ragu dan para ulama sepakat bahwa hukumnya haram. Hal ini
sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw:Artinya: Rasulullah saw bersabda:
"Seseorang tidak boleh mendahului Ramadhan dengan jalan berpuasa satu atau dua hari
kecuali bagi seseorang yang sudah biasa berpuasa, maka ia boleh berpuasa pada hari
terebut" (HR. Bukhari Muslim).

4. Puasa Makruh

a. Berpuasa pada hari jumat


Berpuasa hanya pada hari Jum'at saja termasuk puasa yang makruh hukumnya, kecuali
apabila ia berpuasa sebelum atau setelahnya, atau ia berpuasa Daud lalu jatuh pas hari
Jumat, atau juga pas puasa Sunnat seperti tanggal sembilan Dzuhijjah itu, jatuhnya pada
hari Jum'at. Untuk yang disebutkan di akhir ini, puasa boleh dilakukan, karena bukan
dengan sengaja hanya berpuasa pada hari Jum'at. Dalil larangan hanya berpuasa pada hari
Jum'at saja adalah: Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Seseorang tidak boleh berpuasa
hanya pada hari Jum'at, kecuali ia berpuasa sebelum atau sesudahnya" (HR. Bukhari
Muslim).
b. Puasa setahun penuh (puasa dahr)
Puasa dahr adalah puasa yang dilakukan setahun penuh. Meskipun orang tersebut kuat
untuk melakukannya, namun para ulama memakruhkan puasa seperti itu. Hal ini
sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini: Artinya: Umar bertanya: "Ya
Rasulallah, bagaimana dengan orang yang berpuasa satu tahun penuh?" Rasulullah saw
menjawab: "Ia dipandang tidak berpuasa juga tidak berbuka" (HR. Muslim).

9
c. Puasa Wishal
Puasa wishal adalah puasa yang tidak memakai sahur juga tidak ada bukanya, misalnya ia
puasa satu hari satu malam, atau tiga hari tiga malam. Puasa ini diperbolehkan untuk
Rasulullah saw dan Rasulullah saw biasa melakukannya, namun dimakruhkan untuk
ummatnya. Hal ini berdasarkan hadits berikut:Artinya: Rasulullah saw bersabda:
"Janganlah kalian berpuasa wishal" beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Para
sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, anda sendiri melakukan puasa wishal?" Rasulullah saw
bersabda kembali: "Kalian tidak seperti saya. Kalau saya tidur, Allah memberi saya
makan dan minum. Oleh karena itu, perbanyaklah dan giatlah bekerja sekemampuan
kalian" (HR. Bukhari Muslim).

C. HIKMAH-HIKMAH PUASA
Bertakwa dan menghambakan diri kepada Allah Subhanahu wa Taala, takwa adalah
meninggalkan keharaman, istilah itu secara mutlak mengandung makna mengerjakan
perintah, meninggalkan larangan , Firman Allah SWT: Artinya: Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa(QS. Al-Baqarah: 183)
Puasa adalah serupa dengan revolusi jiwa untuk merombak cara dan kebiasaan yang
diinginkan oleh manusia itu, sehingga mereka berbakti pada keinginannya dan nafasnya
itu berkuasa padanya
Puasa menunjukkan pentingnya seseorang merasakan pedihnya laparmaupun tidak
dibolehkan mengerjakan sesuatu. Sehingga tertimpa pada dirinya dengan suatu
kemiskinan atau hajatnya tidak terlaksana. Dengan sendirinya lalu bisa merasakan
keadaan orang lain, bahkan berusaha untuk membantu mereka yang berkepentingan
dalam hidup ini.
Puasa dapat menyehatkan tubuh kita, manfaat puasa bagi kesehatan adalah sebagai
berikut:
a. Puasa membersihkan tubuh dari sisa metabolisme. Saat berpuasa tubuh akan
menggunakan zat-zat makanan yang tersimpan. Bagian pertama tubuh yang
mengalami perbaikan adalah jaringan yang sedang lemah atau sakit.

10
b. Melindungi tubuh dari penyakit gula. Kadar gula darah cenderung turun saat
seseorang berpuasa. Hal ini memberi kesempatan pada kelenjar pankreas untuk
istirahat. Seperti Anda ketahui, fungsi kelenjar ini adalah menghasilkan hormon
insulin.
c. Menyehatkan sistem pencernaan. Di waktu puasa, lambung dan sistem
pencernaan akan istirahat selama lebih kurang 12 sampai 14 jam, selama lebih
kurang satu bulan. Jangka waktu ini cukup mengurangi beban kerja lambung
untuk memroses makanan yang bertumpuk dan berlebihan. Puasa mengurangi
berat badan berlebih. Puasa dapat menghilangkan lemak dan kegemukan, secara
ilmiah diketahui bahwa lapar tidak disebabkan oleh kekosongan perut. Tetapi juga
disebabkan oleh penurunan kadar gula dalam darah.

11
BAB 3
PENUTUP

A.KESIMPULAN
1. Puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkan mulai dari terbit fajar hingga
terbenam matahari disertai dengan niat
2. Awal ditetapkannya puasa ramadhan yaitu pada tahun 2 Hijriyah
3. Pelaksanaan puasa sudah diwajibkan atas umat tedahulu sebelum nabi Muhammad
4. Puasa bukan membuat kita sakit, akan tetapi dapat menyehatkan kita.
5. Ada keringanan bagi orang-orang yang tidak bisa melasanakan puasa karena hal-hal tertentu
seperti sakit, musafir, sudah tua dan lain-lain

12
DAFTAR PUSTAKA

Hasan Halim Abdul, Tafsir Ahkam, Kencana Prendala Media Grup, Jakarta, 2006

Suparta, DR. H, Fiqh Madrasah Aliyah X, CV. Toha Putra, Semarang, 2004

Aep Saepulloh Darusmanwiati,Fiqhus Shiyam Menuju Kesempurnaan Ibadah Puasa, diaskes


dari http//indonesianschool.org

Al-Hafidz Ibnu Hajjar Ashqolani Al-Hafidz Ibnu Hajjar Kitab Hadist Bulughul Maram, ,
diaskes dari http://opi.110.mb.com/

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Fiqh Manjha Rasul diaskes dari

http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1623%bagian=0

13

Вам также может понравиться