Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB IV

Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah

Dalam rangka mengimplementasikan MBS secara efektif dan efisien, guru harus berkreasi
dalam meningkatkan manajemen kelas. Guru adalah teladan dan panutan langsung para
peserta didik di kelas. Oleh karena itu, guru perlu siap dengan segala kewajiban, baik
manajemen maupun persiapan isi materi pengajaran.

A. Strategi Implementasi MBS

Kondisi sekolah di Indonesia sangat bervariasi dilihat dari segi kualitas, lokasi sekolah dan
partisipasi masyarakat (orang tua). Kualifikasi sekolah bervariasi dari sekolah yang sangat
maju sampai sekolah yang sangat ketinggalan, sedangkan lokasi sekolah bervariasi dari
sekolah yang terletak di perkortaan sampai sekolah yang letaknya di daerah terpencil.
Demikian pula partisipasi orang tua, bervariasi dari yang berpartisipasi tinggi sampai yang
kurang bahkan tidak berpartisipasi sama sekali. Oleh karena itu, agar MBS dapat
diimplementasikan secara optimal, perlu adanya pengelompokkan sekolah berdasarkan
tingkat kemampuan manajemen masing-masing, untuk mempermudah pihak-pihak terkait
dalam memberikan dukungan.

1. Pengelompokan Sekolah

Berdasarkan kemampuan manajemen, dengan mempertimbangkan kondisi lokasi dan kualitas


sekolah, terdapat tiga kategori sekolah, yaitu baik, sedang dan kurang yang tersebar di lokasi-
lokasi maju, sedang dan ketinggalan. Pada tabel berikut setiap kelompok sekolah,
menggambarkan juga tingkat kemampuan manajemen.

Tabel Kelompok Sekolah dalam MBS

Kemampuan Kepala Sekolah Partisipasi Pendapatan Anggaran


Sekolah dan Guru Masyarakat Daerah dan Sekolah
Orang Tua
1. Sekolah Kepala sekolah Partisipasi Pendapatan Anggaran
dengan dan guru masyarakat daerah dan sekolah di luar
kemampuan berkompetensi tinggi (termasuk orang tua tinggi anggaran
manajemen tinggi (termasuk dukungan dana) pemerintah
tinggi kepemimpinan) besar
2. Sekolah Kepala sekolah Partisipasi Pendapatan Anggaran
dengan dan guru masyarakat daerah dan sekolah di luar
kemampuan berkompetensi sedang orang tua sedang anggaran
manajemen sedang (termasuk pemerintah
sedang (termasuk dukungan dana) sedang
kepemimpinan)
3. Sekolah Kepala sekolah Partisipasi Pendapatan Anggaran
dengan dan guru masyarakat daerah dan sekolah di luar
kemampuan berkompetensi kurang orang tua rendah anggaran
manajemen rendah (termasuk pemerintah kecil
rendah (termasuk dukungan dana) atau tidak ada
kepemimpinan)
Perencanaan implementasi MBS harus menuju pada variasi tersebut, dan mempertimbangkan
kemampuan setiap sekolah. Perencanaan yang merujuk kemampuan sekolah sangat perlu,
khususnya untuk menghindari penyeragaman perlakuan (treatment) terhadap sekolah.

2. Pentehapan Implementasi MBS

Kompleksitas permasalahan pendidikan di Indonesia akan mempengaruhi kecepatan waktu


pelaksanaan MBS. Dengan mempertimbangkan kompleksitas tersebut, MBS diyakini dapat
dilaksanakan paling tidak melalui tiga tahap yaitu jangka pendek (tahun pertama sampai
dengan tahun ketiga), jangka menengah (tahun keempat tahun keenam), dan jangka panjang
(setelah tahun keenam).

Pelaksanaan jangka pendek diprioritaskan pada kegiatan yang tidak memerlukan perubahan
mendasar terhadap aspek-aspek pendidikan. Perlu ditekankan bahwa sosialisasi dan pelatihan
mempunyai peranan penting karena MBS memerlukan adanya perubahan sikap dan perilaku
tenaga kependidikan dan masyarakat yang selama ini berpola top-down. Kegiatan jangka
pendek dipilih dengan mempertimbangkan alasan-alasan berikut.

a. MBS perlu disosialisasikan agar sekolah dan masyarakat memahami hak dan
kewajiban masing-masing.
b. Pengalokasian dana langsung ke sekolah merupakan prioritas utama dalam
pelaksanaan otonomi sekolah.
c. Pelaksanaan MBS memerlukan tenaga yang memiliki keterampilan memadai,
minimal mampu mengelola dan mengerti prinsip-prinsip MBS.
d. Rekomendasi Bank Dunia merujuk pada dua hal diatas, yaitu kurangnya otonomi
kepala sekolah dalam mengelola keuangan sekolah di satu pihak dan kurangnya
kemampuan manajemen sekolah di lain pihak. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu
menjadi prioritas pertama dalam memperoleh pelatihan.

Berkaitan dengan pentahapan implementasi MBS, secara garis besar Fattah (2000)
membaginya menjadi tiga tahap yaitu sosialisai, piloting, dan desiminasi.

Tahap sosialisasi merupakan tahapan penting mengingat luasnya wilayah nusantara terutama
daerah yang sulit dijangkau oleh media informasi. Dengan begitu masyarakat dapat
beradabtasi lebih baik dengan lingkungan yang baru. Dalam mengefektifkan pencapaian
tujuan perubahan, diperlukan kejelasan tujuan dan cara yang tepat, baik menyangkut aspek
proses maupun pengembangan(Whitaks, 1991 dalam Fattah, 2000).

Tahap piloting merupakan tahap uji-coba agar penerapan konsep manajemen berbasis sekolah
tidak mengandung resiko. Efektivitas model uji coba memerlukan persyaratan dasar, yaitu
akseptabilitas (adanya penerimaan dari para tenaga kependidikan), akuntabilitas (dapat
dipertanggungjawabkan, baik secara konsep, operasional maupun pendanaannya),
reflikabilitas (model MBS yang diuji-cobakan dapat direflikasi di sekolah lain) dan
sustainabilitas (program tersebut dapat dijaga kesinambungannya setelah uji coba
dilaksanakan).
Tahap diseminasi merupakan tahapan memasyarakatkan model MBS yang telah diuji-
cobakan ke berbagai sekolah agar dapat mengimplementasikannya secara efektif dan efisien.

3. Perangkat Iplementasi MBS

Implementasi MBS memerlukan seperangkat peraturan dan pedoman-pedoman (guidelines)


umum yangdipakai sebagai pedoman dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi, serta
laporan pelaksanaan.

Rencana sekolah merupakan salah satu perangkat terpenting dalam pengelolaan MBS.
Rencana sekolah merupakan perencanaan sekolah untuk jangka waktu tertentu, yang disusun
oleh sekolah sendiri bersama dewan sekolah (visi, misi sekolah, tujuan sekolah, prioritas
yang akan dicapai, serta strategi untuk mencapainya).

Keberhasilan impleentasi MBS sangat bergantung pada kemampuan dan kemauan politik
pemerintah (political will) sebagai penanggung jawab pendidikan.

Pelaksanaan MBS akan menghadapi berbagai benturan karena mengubah kebiasaan


masyarakat yang telah sekian lama melekat tidaklah mudah. Tahap awal yang perlu diambil
adalah mempublikasikan model ini melalui media massa untuk mendapatkan tanggapan dan
dukungan dari berbagai pihak secara luas.

Berikut tabel tentang strategi implementasi manajemen berbasis sekolah beserta perangkat
pelaksanaannya hasil kajian BPPN dan Bank Dunia, 2000.

Tabel Strategi Implementasi MBS

Aspek Jangka pendek (Th ke- Jangka pendek (Th ke-4 Jangka pendek (Th ke-7
1 ke-3) ke-6) ke-10)
A. Ketenagaan - Sejumlah kepala - Kepala sekolah - Ada kewenangan yang
1. Kepala sekolah dipilih dari menerima pelatihan luas bagi kepala
sekolah semua kategori bagi yang belum dan sekolah dalam rangka
sekolah untuk pelatihan lanjutan bagi kebijakan nasional
mengikuti yang sudah - Pemilihan kepala
pelatihan tentang - Kepala sekolah sekolah dilakukan
prinsip-prinsip memiliki keleluasaan oleh dewan sekolah
MBS dan pengelola dalam mengatur (school council)
keuangan sekolah sekolah, antara lain dengan
dengan prinsip dalam: mempertimbangkan
MBS - Mengatur dana kompetensinya
- Pelatihan ini - Mengisi kurikulum (keterampilan,
dilakukan secara lokal (kurikulum pengalaman,
bertahap untuk lokal diisi di kepemimpinan,
sebanyak mungkin tingkat sekolah, kemampuan dalam
kepala sekolah. jika sekolah yang menggerakkan
bersangkutan masyarakat untuk
mampu). berpartisipasi dan
bersifat proaktif)
2. Guru - SD: seleksi dan SD:
pengangkatan di - Seleksi di Tk. I - Seleksi pengangkatan
Tk. I, sedangkan - Pengangkatan dan dan penempatan di
penempatan di Tk. penempatan di Tk. II. Dati II.
II. - Pemilihan berdasarkan
SLTP:
- SLTP: seleksi di
- Seleksi di Tk. I kompetensi
pusat,
pengangkatan dan - Pengangkatan dan - Penempatan guru
penempatan di Tk. penempatan di Tk. II sesuai dengan
I. - Pemilihan guru baik kebutuhan sekolah
SD maupun SLTP
- Diberlakukan insentif
didasarkan pada
dan disentif terhadap
kompetensi
sekolah yang memiliki
- Penempatan guru
kelebihan dan
sesuai dengan
kekurangan guru
kebutuhan sekolah
- Guru memperoleh
- Diberlakukan insentif
insentif sesuai dengan
dan disentif terhadap
prestasinya.
sekolah yang memiliki
kelebihan dan - Guru wajib menguasai
kekurangan guru prinsip-prinsip SBM
- Guru memperoleh
insentif sesuai dengan
prestasinya.
- Guru wajib menguasai
prinsip-prinsip SBM
3. Pengawas/ - Pelatihan tentang - Pelatihan lanjutan - Profesionalisai
pimpinan dan prinip-prinsip SBM - Profesionalisai pengawas/ pimpinan
staf Dinas - Profesionalisai pengawas/ pimpinan dan staf Dinas
Dikbud Dikbud
pengawas/ dan staf Dinas
pimpinan dan staf Dikbud
Dinas Dikbud
B. Keuangan Tetap seperti saat ini, Penetapan alokasi di Dati Diberikan dalam bentuk
1. DIK yaitu berasal dari II berdasarkan alokasi block grant ke Dati II.
anggaran rutin besaran dari pusat (khusus Dati II mengalokasikan ke
pemerintah. Penetapan gaji tenaga kependidikan). sekolah sesuai dengan
alokasi di Dati I jumlah dan kepangkatan
berdasarkan alokasi guru.
besaran dari pusat.
2. DIP - Tetap seperti saat - Dana dari anggaran ini - Dana dari anggaran ini
ini, yaitu dana dari diberikan kepada diberikan kepada
anggaran sekolah semuanya sekolah semuanya
pembangunan untuk dalam bentuk block
dalam bentuk block
bantuan operasional grant yang diterimakan
sekolah, pengadaan secara langsung ke grant
gedung, dan sekolah. - Sekolah memiliki
pengadaan - Sekolah memiliki keleluasaan dalam
laboratorium di Dati keleluasaan dalam mengelola anggaran
I untuk SD dan di mengelola anggaran tersebut dengan
pusat untuk SLTP tersebut dengan kontrol dari dewan
- Block grant sepengetahuan BP3 sekolah (school
langsung ke sekolah yang telah ditingkatkan
council).
- Bantuan pemerintah fungsinya.
untuk sekolah - Pengelolaan dana ini - Pengelolaan dana ini
swasta disesuaikan juga akan diikuti juga akan diikuti
dengan kemampuan dengan sistem dengan sistem
pemerintah. pengawasan yang pengawasan yang
intensif. intensif.
- Block grant untuk - Sekolah dengan
sekolah swasta
kemampuan
disesuaikan dengan
kemampuan keuangan. manajemen rendah
memperoleh dana
lebih besar dari
sekolah dengan
kemampuan
manajemen sedang
dan sekolah dengan
kemampuan
manajemen sedang
memperoleh dana
lebih besar dari
sekolah
berkemampuan
manajemen tinggi.
- Block grant untuk
sekolah swasta
semakin meningkat
disesuaikan dengan
kemampuan keuangan
Negara.
3. Dana dari Tetap seperti saat ini, Ada kesepakatan secara Ada kesepakatan secara
orang tua dan yaitu masih ada orang demokratis antara orang demokratis antara orang
masyarakat tua yang diwajibkan tua dan sekolah apabila tua dan dewan sekolah
membayar ke sekolah orang tua dikenakan suatu dan sekolah apabila orang
biaya untuk anaknya. tua dikenakan suatu biaya
Sedangkan sumbangan untuk anaknya.
sukarela bergantung Sedangkan sumbangan
ketersediaan sumber daya sukarela bergantung
di masyarakat. Pengelolaan ketersediaan sumber daya
dana ini harus di masyarakat.
sepengetahuan BP3 yang Pengelolaan dana ini
telah ditingkatkan harus sepengetahuan
fungsinya. dewan sekolah (school
council) dan disertai
pengawasan dari
pengawas yang ditentukan
Dati II.
C. Kurikulum Tetap seperti saat ini, 1. Kurikulum inti (80%). a. Kurikulum inti
1. Materi yaitu ada kurikulum Disusun di pusat untuk (standar kompetensi
lokal 20% yang dilaksanakan di seluruh minimal) untuk
diserahkan ke daerah Indonesia. Sekolah menjaga kualitas
dan 80% masih disusun memiliki kelenturan pendidikan dan
di tingkat pusat. dalam mengalokasikan kesatuan bangsa,
waktu belajar. disusun di pusat untuk
2. Kurikulum muatan dilaksanakan di
lokal (20%). Disusun di seluruh Indonesia.
tingkat sekolah Waktu belajar boleh
berdasarkan potensi ditambah namun tidak
lingkungan setempat boleh dikurangi.
atau disediakan oleh b. Kurikulum elektif
Dati II bagi sekolah (termasuk muatan
yang tidak mampu lokal). Pedoman
menyusun sendiri. disusun di tingkat
pusat, materinya
ditentukan/ dipilih di
tingkat Dati II atau
sekolah dengan
mempertimbangkan
kondisi setempat.
2. Pengujian Tetap seperti saat ini, Baik untuk SD maupun Guidelines, kisi-kisi dan
yaitu pedoman dan SLTP, pedoman dan kisi- soal untuk standar
kisi-kisi disusun oleh kisi disusun di pusat, soal kompetensi minimal
pusat, soal dibuat di dibuat di Tk. I dibuat di pusat, sedangkan
Tk. I untuk SD. untuk elektif di Dati I.
Sedangkan untuk SLTP,
baik pedoman, kisi-
kisi, maupun soal
dibuat ditingkat pusat.
D. Sarana dan - Identifikasi dan Pengadaan sarana Pengadaan sarana
prasarana penataan ulang prasarana di tingkat prasarana di tingkat
sekolah pengadaan sarana sekolah sekolah
dan prasarana
sekolah
- Pengadaan sarana
dan prasarana
dilakukan di Dati II.
E. Partisipasi - Sosialisasi prinsip- Bentuk partisipasi Bentuk: komite/dewan
masyarakat prinsip SBM untuk masyarakat masih sekolah, terdiri atas: tokoh
masyarakat luas berbentuk BP3 yang masyarakat, seseorang
melalui media masa fungsinya ditambah yang memiliki keahlian
dan forum lainnya sebagai berikut: tertentu, kepala sekolah,
- Bentuk partisipasi 1. Bersama sekolah ikut perwakilan guru,
masyarakat melalui menyusun kurikulum perwakilan Dikbud Dati
BP3 lokal II, dan perwakilan
2. Mengawasi orangtua murid, dunia
penggunaan dana usaha.
sekolah dan dana dari Tugasnya antara lain:
masyarakat (kalau ada) - Memilih kepala
sekolah
- Mengorganisasi
sumbangan dari
orangtua dan
masyarakat.
- Mengawasi
pengelolaan keuangan
sekolah
- Ikut menyusun atau
memilih kurikulum
dan bahan ajar
- Memnbantu dan
mengawasi proses
belajar-mengajar.

Tabel Perangkat Pelaksanaan MBS

No Perangkat Bentuk Program Kerja


.
A. Kesiapan sumber 1. Sosialisasi 1.1 Media massa
daya manusia yang 1.2 Diskusi dan forum ilmiah
terkait dengan
pelaksanaan SBM 2. Pelatihan 2. Pelatihan kepala sekolah,
pengawas, guru, dan unsur
terkait lainnya.
3. Uji coba
Dipilih daerah dan sekolah yang
mewakili kriteria-kriteria sebagai
uji coba SBM.
B. Kategori sekolah 1. Jenjang sekolah 1.1. SD/MI: negeri dan swasta
dan daerah 1.2. SLTP/MTs: negeri dan
swasta
2. Kemampuan
manajemen sekolah 2.1. Sekolah dengan
kemampuan manajemen tinggi
2.2. Sekolah dengan
kemampuan manajemen
3. Kriteria daerah sedang
2.3. Sekolah dengan
kemampuan manajemen
rendah

3.1. Daerah dengan pendapatan


daerah tinggi
3.2. Daerah dengan pendapatan
daerah sedang

3.3. Daerah dengan pendapatan


daerah rendah

C. Peraturan/kebijakan 1. Peraturan/kebijakan Perlu dirumuskan seperangkat


dan pedoman dari pusat peraturan yang diperlukan untuk
pelaksanaan otonomi pada masing-
masing unsur

2. Pedoman pelaksanaan Pedoman dari pusat perlu


SBM dirumuskan sedemikian rupa,
meliputi kerangka nasional dan
otonomi sekolah. Pedoman ini
antara lain meliputi: rencana
sekolah, pembiayaan, evaluasi,
monitoring (internal monitoring)
dan laporan akhir.
D. Rencana Sekolah Rencana sekolah disusun oleh Rencana sekolah merupakan
sekolah dengan partisipasi program yang akan dilaksanakan
masyarakat yang tergabung oleh sekolah selama misalnya 3
dalam dewan sekolah. tahun. Rencana ini dititikberatkan
Rencana sekolah ini harus pada apa yang akan dicapai oleh
memperoleh persetujuan dari sekolah selama kurun waktu
Dati II. Rencana sekolah perlu tersebut.
mencantumkan visi, misi
sekolah, tujuan umum dan
khusus, nilai-nilai lokal dan
nasional, dan prioritas
pencapaiannya.
E. Rencana Rencana Anggaran Sekolah Sekolah menyusun anggaran yang
Pembiayaan yang disetujui oleh Dati II. diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan rencana sekolah.
F. Monitoring dan Monitoring dan evaluasi Pengelolaan sekolah yang terjalin
evaluasi internal internal (self-assessment) yang erat dengan masyarakat melakukan
dilakukan oleh diri sendiri monitoring internal (self-
assessment), menghasilkan laporan
tahunan yang berisi laporan
sekolah dan dewan sekolah
tentang pelaksanaan kegiatan
sekolah berdasarkan rencana
sekolah dan anggaran serta
kemajuan yang dicapai selama
tahun yang bersangkutan.
G. Monitoring dan Monitoring dan evaluasi oleh Kegiatan ini dilakukan oleh
evaluasi eksternal pihak eksternal pengawas, Dati II, Pusat/Dati I
atau Konsultan Independen. Hasil
dari monitoring dan evaluasi
digunakan sebagai tolak ukur
apakah sekolah akan memperoleh
tambahan dana, tetap atau
pengurangan pada tiga tahun
berikutnya.
H. Laporan Akhir Laporan Akhir disusun oleh Sekolah dan Dewan Sekolah
sekolah dan Dewan Sekolah bersama-sama menyusun laporan
akhir atau sekolah menyusun
laporan dan diajukan ke Dewan
Sekolah untuk memperoleh
persetujuan. Laporan berisi
pengelolaan sekolah, yang berisi
kemajuan, kegagalan dan
hambatan yang dihadapi dengan
melampirkan evaluasi dan
monitoring internal maupun
eksternal.

B. Model MBS (Model Australia)


1. Konsep pengembangan
Manajemen Berbasis Sekolah /MBS (School Based Management) merupakan refleksi
pengelolaan desentralisasi pendidikan di Australia. MBS menempatkan sekolah
sebagai lembaga yang memiliki wewenang untuk menetapkan kebijakan menyangkut
visi, misi dan tujuan/sasaran sekolah yang membawa implikasi terhadap
pengembangan kurikulum sekolah dan program-program operatif lainnya.
2. Ruang lingkup kewenangan
a. Menyusun serta mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa
b. Melakukan pengelolaan sekolah
c. Membuat perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
d. Menjamin dan mengusahakan sumber daya (human and financial)
3. Jenis pengorganisasian MBS
a. Standar Flexibility Option (SO)
Dalam bentuk ini, peran dan dukungan kantor distrik lebih besar. Kepala sekolah
hanya bertanggungjawab terhadap penyusunan rencana sekolah (termasuk
penggunaan anggaran) dan pelaksanaan pembelajaran (implementasi kurikulum).
Peran Kantor pendidikan Negara bagian memberikan petunjuk/pedoman dan
dukungan.
b. Enhanced Flexibility Option (EO1)
Dalam posisi ini, peran kantor distrik adalah (1) memberikan dukungan kepada
kepala sekolah dalam pelaksanaan monitoring internal; (2) menandatangani/
membenarkan isi rencana sekolah (rencana strategis dan tahunan). Semantara itu,
peran kantor pendidikan Negara bagian mengembangkan dan menetapkan
prioritas program yang akan dijadikan sumber penyusunan perencanaan sekolah.
c. Enhanced Flexibility Option (EO2)
Disini keterlibatan kantor distrik sangat kurang, hanya berperan sebagai lembaga
konsultasi. Kantor distrik hanya memberikan dokumen yang disusun dan disahkan
oleh sekolah bersama school council berupa school planning overview, school
annual planning, dan school annual report. Kantor pendidikan Negara bagian
menyiapkan isi kurikulum inti (core curriculum), menerbitkan dokumen silabus,
dan mengkoordinasikan tes standard, serta melakukan school overview.

C. Prospek Gaji Guru dalam Manajemen Berbasis Sekolah


Guru merupakan pemeran utama proses pendidikan yang sangat menentukan tercapai
tidaknya tujuan. Dalam menjalankan tugasnya, guru memerlukan rasa aman secara
psikologis melalui kepastian karier dan insentif sebagai imbalan atas pekerjaannya.

BAB V
Efektifitas, Efisiensi dan Produktivitas Manajemen Berbasis Sekolah
A. Efektifitas
Efektifitas MBS berarti bagaimana MBS berhasil melaksanakan semua tugas
pokok sekolah, menjalin partisipasi masyarakat, mendapatkan serta memanfaatkan
sumber daya, sumber dana dan sumber belajar untuk mewujudkan tujuan sekolah
Thomas (1979) melihat efektivitas pendidikan dalam kaitannya dengan
produktivitas, berdasarkan tiga dimensi berikut ini.
1. The administrator production function; fungsi ini meninjau produktivitas
sekolah dari segi keluaran administratif
2. The psychologists production function; fungsi ini melihat produktivitas dari
segi keluaran, perubahan perilaku yang terjadi pada peserta didik.
3. The economics production function; fungsi ini melihat produktivitas sekolah
ditinjau dari segi keluaran ekonomis yang berkaitan dengan pembiayaan
layanan pendidikan di sekolah.
B. Efisiensi
Suatu kegiatan dikatakan efisien jika tujuan dapat dicapai secara optimal dengan
penggunaan atau pemakaian sumber daya yang minimal.
Depdikbud (1989) membedakan efisiensi pendidikan menjadi efisiensi internal
dan efisiensi eksternal. Efisiensi internal menunjukkan perbandingan antara
prestasi belajar dan masukan biaya pendidikan. Adapun efisiensi eksternal
dihubungkan dengan metode cost-benefit analysis, yaitu perbandingan keuntungan
finansial pendidikan, biasanya diukur dari penghasilan lulusan dengan seluruh
jumlah dana yang dikeluarkan untuk pendidikannya.
C. Produktivitas
Thomas (1982) mengemukakan bahwa produktivitas pendidikan dapat ditinjau
dari tiga dimensi sebagai berikut.
a. Meninjau produktivitas sekolah dari segi keluaran administratif
b. Meninjau produktivitas dari segi keluaran perubahan perilaku
c. Melihat produktivitas sekolah dari keluaran ekonomis yang berkaitan dengan
pembiayaan layanan pendidikan di sekolah.

Dalam mengukur produktivitas pendidikan, termasuk produktivitas MBS sebagai


paradigma baru manajemen pendidikan dapat digunakan metode dan teknik yang
berbeda.

1. Tenaga kerja kependidikan (Educational Manpower)


Seiring dengan berkembangnya ekonomi, adabtabilitas tenaga kerja yang
sudah ada menjadi sesuatu yang penting dipertimbangkan; dan tingkat
pendidikan umum yang tinggi merupakan suatu prasarat utama bagi banyak
perubahan yang terjadi dalam lingkungan pekerjaan.
2. Guru dan gaji Guru
Sistem gaji guru hendaknya dipandang dengan menggunakan kacamata
konvensi-konvensi sosial, periode lamanya seorang guru mengabdi, juga harus
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan gaji-nya. Oleh karena
itu, diharapkan agar sistem pembayaran gaji guru tidak dilakukan dengan
metode yang kaku, tetapi sangat dibutuhkan metode-metode baru yang dapat
digunakan secara fleksibel.
3. Ahli ekonomi dan sekolah
Suatu sistem pendidikan harus dinilai kembali secara kontinu, dengan tujuan
untuk melihat relevansi dan efisiensi pengajaran yang diselenggarakan
sekolah. Jika pendidikan dipandang memiliki fungsi utama mempertahankan
tradisi, tentu akan menimbulkan bahaya tertentu bila keberhasilannya dikaji
hanya dari sudut pandang ekonomi. Oleh karena itu, mengkaji situasi
kependidikan perlu dilakukan dari berbagai aspek yang mempengaruhi
penyelenggaraan pendidikan tersebut, mulai dari ideologi Negara dan
masyarakat, harapan masyarakat pada pendidikan, sampai pendidikan guru
dan sebagainya.
4. Pendidikan dan pertumbuhan ekonomi
Pendidikan merupakan suatu senjata yang potensial baik untuk pertumbuhan
ekonomi maupun untuk kemajuan masyarakat pada umumnya.
5. Analisis produktivitas pendidikan
Untuk mengetahui produktivitas pendidikan termasuk, MBS sebagai
paradigma baru manajemen pendidikan, antara lain dapat dilakukan melalui
analisis efektivitas biaya, analisis biaya minimal (Least-cost analisis) dan
analisis manfaat (Cost-utility analysis)
a. Analisis efektivitas biaya
Sedikitnya terdapat lima indikator yang bisa digunakan dalam melakukan
analisis efektivitas biaya, yaitu unit cost, cycle cost, attrition cost, cost per-
unit achievement dan cost per-unit dispersion
- Unit cost (biaya keseluruhan dibagi dengan jumlah peserta didik)
- Cycle cost (jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh setiap peserta
didik yang lulus setiap tahunnya dari suatu sekolah atau lembaga
pendidikan).
- Attrition cost (seluruh biaya yang dikeluarkan dan kontribusinya
terhadap keluaran)
- Cost per-unit achievement (perhitungannya dari nilai rata-rata yang
diperoleh pengukuran)
- Cost per-unit dispersion, analisis efektifitas biaya ini berasumsi bahwa
setiap biaya yang dikeluarkan mempunyai kontribusi pada peningkatan
output maupun outcomes.
b. Analisis biaya minimal
Analisis biaya minimal berupaya mencari cara produksi yang paling murah
untuk mencapai efektivitas, dengan menggunakan alternatif analisis atau
kombinasi alternatif-alternatif yang dapat digunakan.
c. Analisis manfaat biaya
Analisis manfaat biaya dilakukan berdasarkan interpretasi subjektif. Dalam
hal ini setiap pengeluaran sekolah diidentifikasi sumbangannya terhadap
kepuasan kerja, dan tingkat kepuasan tersebut dibandingkan dengan
jumlah biaya yang dikeluarkan.

BAB VI

Kepemimpinan Dalam Manajemen Berbasis Sekolah

A. Pengertian kepemimpinan
Kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu
adanya pemimpin dan karakteristikanya; adanya pengikut; serta adanya situasi
kelompok tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi.
B. Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas
pada saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih pemimpin untuk
dikerjakan, cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok
membentuk gaya kepemimpinannya.
C. Kepemimpinan dalam peningkatan kerja
Dalam rangka pelaksanaan MBS, kepala sekolah, sebagai pemimpin, harus
memiliki berbagai kemampuan diantaranya yang berkaitan dengan pembinaan
disiplin pegawai dan motivasi.
- Pembinaan disiplin
Taylor dan User (1982) mengemukakan strategi umum membina disiplin
sebagai berikut
a. Konsep diri, untuk menumbuhkan konsep diri, pemimpin disarankan
bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka sehingga para pegawai
dapat mengeksplorasi pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah.
b. Keterampilan berkomunikasi;
c. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; perilaku-perilaku yang salah
terjadi karena pegawai telah mengembangkan kepercayaan yang salah
terhadap dirinya, untuk itu pemimpin disarankan a) menunjukkan secara
tepat tujuan perilaku yang salah sehingga membantu pegawai dalam
mengatasi perilakunya b) memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari
perilaku yang salah.
d. Klarifikasi nilai; membantu pegawai dalam menjawab pertanyaannya
tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.
e. Latihan keefektifan pemimpin; untuk menghilangkan metode represif dan
kekuasaan
f. Terapi realitas; pemimpin perlu bersikap positif dan bertanggung jawab.
- Pembangkitan motivasi
Motivasi adalah keinginan yang menggerakkan atau mendorong seseorang atau
diri sendiri untuk berbuat sesuatu. Adapun motif tidak lain dari dorongan atau
daya gerak yang mendorong seseorang berbuat sesuatu.
- Penghargaan penghargaan sangat penting untuk meningkatkan kegiatan yang
produktif dan mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Dengan
penghargaan, pegawai akan terangsang untuk meningkatkan kinerjanya yang
positif dan produktif.

D. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif


Kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitannya dengan MBS adalah
segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah
dalam mengimplementasikan MBS di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif
dalam MBS dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut:
1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran
dengan baik, lancar dan produktif
2. Dapat menyelesaiakan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan
3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat hingga dapat
melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan
pendidikan
4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah
5. Bekerja dengan tim manajemen; serta
6. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.

Вам также может понравиться