Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dalam rangka mengimplementasikan MBS secara efektif dan efisien, guru harus berkreasi
dalam meningkatkan manajemen kelas. Guru adalah teladan dan panutan langsung para
peserta didik di kelas. Oleh karena itu, guru perlu siap dengan segala kewajiban, baik
manajemen maupun persiapan isi materi pengajaran.
Kondisi sekolah di Indonesia sangat bervariasi dilihat dari segi kualitas, lokasi sekolah dan
partisipasi masyarakat (orang tua). Kualifikasi sekolah bervariasi dari sekolah yang sangat
maju sampai sekolah yang sangat ketinggalan, sedangkan lokasi sekolah bervariasi dari
sekolah yang terletak di perkortaan sampai sekolah yang letaknya di daerah terpencil.
Demikian pula partisipasi orang tua, bervariasi dari yang berpartisipasi tinggi sampai yang
kurang bahkan tidak berpartisipasi sama sekali. Oleh karena itu, agar MBS dapat
diimplementasikan secara optimal, perlu adanya pengelompokkan sekolah berdasarkan
tingkat kemampuan manajemen masing-masing, untuk mempermudah pihak-pihak terkait
dalam memberikan dukungan.
1. Pengelompokan Sekolah
Pelaksanaan jangka pendek diprioritaskan pada kegiatan yang tidak memerlukan perubahan
mendasar terhadap aspek-aspek pendidikan. Perlu ditekankan bahwa sosialisasi dan pelatihan
mempunyai peranan penting karena MBS memerlukan adanya perubahan sikap dan perilaku
tenaga kependidikan dan masyarakat yang selama ini berpola top-down. Kegiatan jangka
pendek dipilih dengan mempertimbangkan alasan-alasan berikut.
a. MBS perlu disosialisasikan agar sekolah dan masyarakat memahami hak dan
kewajiban masing-masing.
b. Pengalokasian dana langsung ke sekolah merupakan prioritas utama dalam
pelaksanaan otonomi sekolah.
c. Pelaksanaan MBS memerlukan tenaga yang memiliki keterampilan memadai,
minimal mampu mengelola dan mengerti prinsip-prinsip MBS.
d. Rekomendasi Bank Dunia merujuk pada dua hal diatas, yaitu kurangnya otonomi
kepala sekolah dalam mengelola keuangan sekolah di satu pihak dan kurangnya
kemampuan manajemen sekolah di lain pihak. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu
menjadi prioritas pertama dalam memperoleh pelatihan.
Berkaitan dengan pentahapan implementasi MBS, secara garis besar Fattah (2000)
membaginya menjadi tiga tahap yaitu sosialisai, piloting, dan desiminasi.
Tahap sosialisasi merupakan tahapan penting mengingat luasnya wilayah nusantara terutama
daerah yang sulit dijangkau oleh media informasi. Dengan begitu masyarakat dapat
beradabtasi lebih baik dengan lingkungan yang baru. Dalam mengefektifkan pencapaian
tujuan perubahan, diperlukan kejelasan tujuan dan cara yang tepat, baik menyangkut aspek
proses maupun pengembangan(Whitaks, 1991 dalam Fattah, 2000).
Tahap piloting merupakan tahap uji-coba agar penerapan konsep manajemen berbasis sekolah
tidak mengandung resiko. Efektivitas model uji coba memerlukan persyaratan dasar, yaitu
akseptabilitas (adanya penerimaan dari para tenaga kependidikan), akuntabilitas (dapat
dipertanggungjawabkan, baik secara konsep, operasional maupun pendanaannya),
reflikabilitas (model MBS yang diuji-cobakan dapat direflikasi di sekolah lain) dan
sustainabilitas (program tersebut dapat dijaga kesinambungannya setelah uji coba
dilaksanakan).
Tahap diseminasi merupakan tahapan memasyarakatkan model MBS yang telah diuji-
cobakan ke berbagai sekolah agar dapat mengimplementasikannya secara efektif dan efisien.
Rencana sekolah merupakan salah satu perangkat terpenting dalam pengelolaan MBS.
Rencana sekolah merupakan perencanaan sekolah untuk jangka waktu tertentu, yang disusun
oleh sekolah sendiri bersama dewan sekolah (visi, misi sekolah, tujuan sekolah, prioritas
yang akan dicapai, serta strategi untuk mencapainya).
Keberhasilan impleentasi MBS sangat bergantung pada kemampuan dan kemauan politik
pemerintah (political will) sebagai penanggung jawab pendidikan.
Berikut tabel tentang strategi implementasi manajemen berbasis sekolah beserta perangkat
pelaksanaannya hasil kajian BPPN dan Bank Dunia, 2000.
Aspek Jangka pendek (Th ke- Jangka pendek (Th ke-4 Jangka pendek (Th ke-7
1 ke-3) ke-6) ke-10)
A. Ketenagaan - Sejumlah kepala - Kepala sekolah - Ada kewenangan yang
1. Kepala sekolah dipilih dari menerima pelatihan luas bagi kepala
sekolah semua kategori bagi yang belum dan sekolah dalam rangka
sekolah untuk pelatihan lanjutan bagi kebijakan nasional
mengikuti yang sudah - Pemilihan kepala
pelatihan tentang - Kepala sekolah sekolah dilakukan
prinsip-prinsip memiliki keleluasaan oleh dewan sekolah
MBS dan pengelola dalam mengatur (school council)
keuangan sekolah sekolah, antara lain dengan
dengan prinsip dalam: mempertimbangkan
MBS - Mengatur dana kompetensinya
- Pelatihan ini - Mengisi kurikulum (keterampilan,
dilakukan secara lokal (kurikulum pengalaman,
bertahap untuk lokal diisi di kepemimpinan,
sebanyak mungkin tingkat sekolah, kemampuan dalam
kepala sekolah. jika sekolah yang menggerakkan
bersangkutan masyarakat untuk
mampu). berpartisipasi dan
bersifat proaktif)
2. Guru - SD: seleksi dan SD:
pengangkatan di - Seleksi di Tk. I - Seleksi pengangkatan
Tk. I, sedangkan - Pengangkatan dan dan penempatan di
penempatan di Tk. penempatan di Tk. II. Dati II.
II. - Pemilihan berdasarkan
SLTP:
- SLTP: seleksi di
- Seleksi di Tk. I kompetensi
pusat,
pengangkatan dan - Pengangkatan dan - Penempatan guru
penempatan di Tk. penempatan di Tk. II sesuai dengan
I. - Pemilihan guru baik kebutuhan sekolah
SD maupun SLTP
- Diberlakukan insentif
didasarkan pada
dan disentif terhadap
kompetensi
sekolah yang memiliki
- Penempatan guru
kelebihan dan
sesuai dengan
kekurangan guru
kebutuhan sekolah
- Guru memperoleh
- Diberlakukan insentif
insentif sesuai dengan
dan disentif terhadap
prestasinya.
sekolah yang memiliki
kelebihan dan - Guru wajib menguasai
kekurangan guru prinsip-prinsip SBM
- Guru memperoleh
insentif sesuai dengan
prestasinya.
- Guru wajib menguasai
prinsip-prinsip SBM
3. Pengawas/ - Pelatihan tentang - Pelatihan lanjutan - Profesionalisai
pimpinan dan prinip-prinsip SBM - Profesionalisai pengawas/ pimpinan
staf Dinas - Profesionalisai pengawas/ pimpinan dan staf Dinas
Dikbud Dikbud
pengawas/ dan staf Dinas
pimpinan dan staf Dikbud
Dinas Dikbud
B. Keuangan Tetap seperti saat ini, Penetapan alokasi di Dati Diberikan dalam bentuk
1. DIK yaitu berasal dari II berdasarkan alokasi block grant ke Dati II.
anggaran rutin besaran dari pusat (khusus Dati II mengalokasikan ke
pemerintah. Penetapan gaji tenaga kependidikan). sekolah sesuai dengan
alokasi di Dati I jumlah dan kepangkatan
berdasarkan alokasi guru.
besaran dari pusat.
2. DIP - Tetap seperti saat - Dana dari anggaran ini - Dana dari anggaran ini
ini, yaitu dana dari diberikan kepada diberikan kepada
anggaran sekolah semuanya sekolah semuanya
pembangunan untuk dalam bentuk block
dalam bentuk block
bantuan operasional grant yang diterimakan
sekolah, pengadaan secara langsung ke grant
gedung, dan sekolah. - Sekolah memiliki
pengadaan - Sekolah memiliki keleluasaan dalam
laboratorium di Dati keleluasaan dalam mengelola anggaran
I untuk SD dan di mengelola anggaran tersebut dengan
pusat untuk SLTP tersebut dengan kontrol dari dewan
- Block grant sepengetahuan BP3 sekolah (school
langsung ke sekolah yang telah ditingkatkan
council).
- Bantuan pemerintah fungsinya.
untuk sekolah - Pengelolaan dana ini - Pengelolaan dana ini
swasta disesuaikan juga akan diikuti juga akan diikuti
dengan kemampuan dengan sistem dengan sistem
pemerintah. pengawasan yang pengawasan yang
intensif. intensif.
- Block grant untuk - Sekolah dengan
sekolah swasta
kemampuan
disesuaikan dengan
kemampuan keuangan. manajemen rendah
memperoleh dana
lebih besar dari
sekolah dengan
kemampuan
manajemen sedang
dan sekolah dengan
kemampuan
manajemen sedang
memperoleh dana
lebih besar dari
sekolah
berkemampuan
manajemen tinggi.
- Block grant untuk
sekolah swasta
semakin meningkat
disesuaikan dengan
kemampuan keuangan
Negara.
3. Dana dari Tetap seperti saat ini, Ada kesepakatan secara Ada kesepakatan secara
orang tua dan yaitu masih ada orang demokratis antara orang demokratis antara orang
masyarakat tua yang diwajibkan tua dan sekolah apabila tua dan dewan sekolah
membayar ke sekolah orang tua dikenakan suatu dan sekolah apabila orang
biaya untuk anaknya. tua dikenakan suatu biaya
Sedangkan sumbangan untuk anaknya.
sukarela bergantung Sedangkan sumbangan
ketersediaan sumber daya sukarela bergantung
di masyarakat. Pengelolaan ketersediaan sumber daya
dana ini harus di masyarakat.
sepengetahuan BP3 yang Pengelolaan dana ini
telah ditingkatkan harus sepengetahuan
fungsinya. dewan sekolah (school
council) dan disertai
pengawasan dari
pengawas yang ditentukan
Dati II.
C. Kurikulum Tetap seperti saat ini, 1. Kurikulum inti (80%). a. Kurikulum inti
1. Materi yaitu ada kurikulum Disusun di pusat untuk (standar kompetensi
lokal 20% yang dilaksanakan di seluruh minimal) untuk
diserahkan ke daerah Indonesia. Sekolah menjaga kualitas
dan 80% masih disusun memiliki kelenturan pendidikan dan
di tingkat pusat. dalam mengalokasikan kesatuan bangsa,
waktu belajar. disusun di pusat untuk
2. Kurikulum muatan dilaksanakan di
lokal (20%). Disusun di seluruh Indonesia.
tingkat sekolah Waktu belajar boleh
berdasarkan potensi ditambah namun tidak
lingkungan setempat boleh dikurangi.
atau disediakan oleh b. Kurikulum elektif
Dati II bagi sekolah (termasuk muatan
yang tidak mampu lokal). Pedoman
menyusun sendiri. disusun di tingkat
pusat, materinya
ditentukan/ dipilih di
tingkat Dati II atau
sekolah dengan
mempertimbangkan
kondisi setempat.
2. Pengujian Tetap seperti saat ini, Baik untuk SD maupun Guidelines, kisi-kisi dan
yaitu pedoman dan SLTP, pedoman dan kisi- soal untuk standar
kisi-kisi disusun oleh kisi disusun di pusat, soal kompetensi minimal
pusat, soal dibuat di dibuat di Tk. I dibuat di pusat, sedangkan
Tk. I untuk SD. untuk elektif di Dati I.
Sedangkan untuk SLTP,
baik pedoman, kisi-
kisi, maupun soal
dibuat ditingkat pusat.
D. Sarana dan - Identifikasi dan Pengadaan sarana Pengadaan sarana
prasarana penataan ulang prasarana di tingkat prasarana di tingkat
sekolah pengadaan sarana sekolah sekolah
dan prasarana
sekolah
- Pengadaan sarana
dan prasarana
dilakukan di Dati II.
E. Partisipasi - Sosialisasi prinsip- Bentuk partisipasi Bentuk: komite/dewan
masyarakat prinsip SBM untuk masyarakat masih sekolah, terdiri atas: tokoh
masyarakat luas berbentuk BP3 yang masyarakat, seseorang
melalui media masa fungsinya ditambah yang memiliki keahlian
dan forum lainnya sebagai berikut: tertentu, kepala sekolah,
- Bentuk partisipasi 1. Bersama sekolah ikut perwakilan guru,
masyarakat melalui menyusun kurikulum perwakilan Dikbud Dati
BP3 lokal II, dan perwakilan
2. Mengawasi orangtua murid, dunia
penggunaan dana usaha.
sekolah dan dana dari Tugasnya antara lain:
masyarakat (kalau ada) - Memilih kepala
sekolah
- Mengorganisasi
sumbangan dari
orangtua dan
masyarakat.
- Mengawasi
pengelolaan keuangan
sekolah
- Ikut menyusun atau
memilih kurikulum
dan bahan ajar
- Memnbantu dan
mengawasi proses
belajar-mengajar.
BAB V
Efektifitas, Efisiensi dan Produktivitas Manajemen Berbasis Sekolah
A. Efektifitas
Efektifitas MBS berarti bagaimana MBS berhasil melaksanakan semua tugas
pokok sekolah, menjalin partisipasi masyarakat, mendapatkan serta memanfaatkan
sumber daya, sumber dana dan sumber belajar untuk mewujudkan tujuan sekolah
Thomas (1979) melihat efektivitas pendidikan dalam kaitannya dengan
produktivitas, berdasarkan tiga dimensi berikut ini.
1. The administrator production function; fungsi ini meninjau produktivitas
sekolah dari segi keluaran administratif
2. The psychologists production function; fungsi ini melihat produktivitas dari
segi keluaran, perubahan perilaku yang terjadi pada peserta didik.
3. The economics production function; fungsi ini melihat produktivitas sekolah
ditinjau dari segi keluaran ekonomis yang berkaitan dengan pembiayaan
layanan pendidikan di sekolah.
B. Efisiensi
Suatu kegiatan dikatakan efisien jika tujuan dapat dicapai secara optimal dengan
penggunaan atau pemakaian sumber daya yang minimal.
Depdikbud (1989) membedakan efisiensi pendidikan menjadi efisiensi internal
dan efisiensi eksternal. Efisiensi internal menunjukkan perbandingan antara
prestasi belajar dan masukan biaya pendidikan. Adapun efisiensi eksternal
dihubungkan dengan metode cost-benefit analysis, yaitu perbandingan keuntungan
finansial pendidikan, biasanya diukur dari penghasilan lulusan dengan seluruh
jumlah dana yang dikeluarkan untuk pendidikannya.
C. Produktivitas
Thomas (1982) mengemukakan bahwa produktivitas pendidikan dapat ditinjau
dari tiga dimensi sebagai berikut.
a. Meninjau produktivitas sekolah dari segi keluaran administratif
b. Meninjau produktivitas dari segi keluaran perubahan perilaku
c. Melihat produktivitas sekolah dari keluaran ekonomis yang berkaitan dengan
pembiayaan layanan pendidikan di sekolah.
BAB VI
A. Pengertian kepemimpinan
Kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu
adanya pemimpin dan karakteristikanya; adanya pengikut; serta adanya situasi
kelompok tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi.
B. Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas
pada saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih pemimpin untuk
dikerjakan, cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok
membentuk gaya kepemimpinannya.
C. Kepemimpinan dalam peningkatan kerja
Dalam rangka pelaksanaan MBS, kepala sekolah, sebagai pemimpin, harus
memiliki berbagai kemampuan diantaranya yang berkaitan dengan pembinaan
disiplin pegawai dan motivasi.
- Pembinaan disiplin
Taylor dan User (1982) mengemukakan strategi umum membina disiplin
sebagai berikut
a. Konsep diri, untuk menumbuhkan konsep diri, pemimpin disarankan
bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka sehingga para pegawai
dapat mengeksplorasi pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah.
b. Keterampilan berkomunikasi;
c. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; perilaku-perilaku yang salah
terjadi karena pegawai telah mengembangkan kepercayaan yang salah
terhadap dirinya, untuk itu pemimpin disarankan a) menunjukkan secara
tepat tujuan perilaku yang salah sehingga membantu pegawai dalam
mengatasi perilakunya b) memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari
perilaku yang salah.
d. Klarifikasi nilai; membantu pegawai dalam menjawab pertanyaannya
tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.
e. Latihan keefektifan pemimpin; untuk menghilangkan metode represif dan
kekuasaan
f. Terapi realitas; pemimpin perlu bersikap positif dan bertanggung jawab.
- Pembangkitan motivasi
Motivasi adalah keinginan yang menggerakkan atau mendorong seseorang atau
diri sendiri untuk berbuat sesuatu. Adapun motif tidak lain dari dorongan atau
daya gerak yang mendorong seseorang berbuat sesuatu.
- Penghargaan penghargaan sangat penting untuk meningkatkan kegiatan yang
produktif dan mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Dengan
penghargaan, pegawai akan terangsang untuk meningkatkan kinerjanya yang
positif dan produktif.