Вы находитесь на странице: 1из 39

KAJIAN KESIAPAN PUSKESMAS MAESAN DALAM

PENERAPAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) DI


KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2017

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh
Adam Umbara
NIM 132110101096

BAGIAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat. Jenis fasilitas pelayanan kesehatan terdiri atas: tempat praktek mandiri
tenaga kesehatan, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), klinik, rumah sakit,
apotek, unit transfusi darah, laboratorium kesehatan, optikal, fasilitas pelayanan
kedokteran untuk kepentingan hukum, dan fasilitas pelayanan kesehatan tradisional.
Salah satu jenis dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah Puskesmas (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2016 Tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan). Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes) Nomor 75 Tahun
2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat). Pada saat ini, Puskesmas sudah tersedia
di seluruh wilayah Indonesia. Untuk meningkatkan akses pelayanan kepada
masyarakat, disediakan pula Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Dari segi
jumlah, Puskesmas di Indonesia terdiri dari 9759 Puskesmas yang tersebar di 34
Provinsi (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes) Nomor
HK.02.02/Menkes/488/2016 Tentang Data Pusat Kesehatan Masyarakat Per Akhir
Juni Tahun 2016).
Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
dan jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan

1
2

kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Badan Layanan


Umum Daerah (BLUD) adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau Unit
Kerja pada SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa
yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) adalah pola pengelolaan
keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan
praktek-praktek bisnis yang sehat untuk dapat meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah
pada umumnya. Penerapan BLUD di Puskesmas, memberikan keleluasaan dan
fleksibilitas Puskesmas untuk meningkatkan pelayanan serta meningkatkan tanggung
jawab seluruh jajaran Puskesmas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Selain memberikan fleksibilitas, BLUD juga dapat menjadikan Puskesmas lebih
mandiri dalam mengelola keuangannya tanpa bergantung pada Pemerintah Daerah
(Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah).
Pemerintah telah mengeluarkan pola fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan
daerah. Hal ini dibuktikan dengan dikeluarkannya Undang-Undang (UU) No 17
Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dan UU No 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara. Undang-undang ini juga yang menjadi dasar dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Badan Layanan Umum
yang mengatur fleksibilitas, transparansi, dan akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan. Pada tahun 2007 dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 61
Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah yang menjadi dasar daerah melakukan pengelolaan keuangan sesuai dengan
peraturan pemerintah. Pada tahun 2008 terbit Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No
900/2759/SJ Tentang Pedoman Penilaian Usulan Penerapan PPK-BLUD. Selanjutnya
3

pada tahun 2012 keluarlah Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2012 Tentang


Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Badan Layanan Umum. Setelah beberapa tahun, banyak daerah yang sudah
menerapkan PPK-BLUD pada SKPD (saat ini berganti Organisasi Perangkat Daerah
(OPD)) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT). Suatu OPD atau unit kerja dapat
menerapkan PPK-BLUD apabila tugas dan fungsi dari OPD bersifat operasional
dalam menyelenggarakan pelayanan umum yang menghasilkan semi barang atau
produk jasa (Peraturan Menteri Dalam Negeri No 61 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah). Beberapa unit kerja
di bidang kesehatan yang dapat menerapkan BLUD adalah Rumah Sakit, Puskesmas,
dan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda).
Puskesmas merupakan salah satu UPT di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten.
Puskesmas yang berstatus BLUD diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat yaitu dengan mengelola langsung pendapatan fungsional Puskesmas
untuk membiayai pengeluaran BLUD baik sebagai biaya operasional ataupun biaya
non operasional. Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun
2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah, tujuan
BLUD adalah meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat untuk
mewujudkan penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dalam memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu,
penerapan BLUD Puskesmas merupakan hal yang seharusnya dilakukan oleh
Pemerintah Daerah agar dalam operasional Puskesmas tidak bergantung pada
anggaran Pemerintah Daerah. Dari keseluruhan Puskesmas di Indonesia (9759
Puskesmas), tahun 2014 Puskesmas yang sudah menerapkan PPK-BLUD adalah
sebanyak 206 Puskesmas atau sebesar 2,1% dari total keseluruhan yang terdiri dari 91
Puskesmas dengan status PPK-BLUD Penuh, dan 115 Puskesmas dengan status PPK-
BLUD (Ditjen Keuda, 2014).
Kepemilikan Puskesmas per Kabupaten di Daerah Bekas Wilayah Pembantu
Gubernur Jember adalah sebagai berikut: Kabupaten Jember 50 Puskesmas,
4

Kabupaten Banyuwangi 45 Puskesmas, Kabupaten Bondowoso 25 Puskesmas dan


Kabupaten Situbondo 17 Puskesmas. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
pada Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso,
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten
Situbondo dari 137 Puskesmas di empat kabupaten tersebut, hanya ada 17 Puskesmas
yang sudah menerapkan PPK-BLUD yang semuanya di Kabupaten Situbondo sejak
berlakunya Peraturan Bupati nomor 55 Tahun 2015 tentang Pola Tata Kelola Badan
Layanan Umum Daerah Unit Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo.
Kabupaten Bondowoso memiliki 25 Puskesmas dan satu Labkesda yang
merupakan UPT Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso. 25 Puskesmas yang ada di
Kabupaten Bondowoso, semua Puskesmas merupakan Puskesmas Rawat Inap.
Pengelolaan keuangan Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Bondowoso menggunakan pola pengelolaan yang mengharuskan unit kerja
operasional menyetor pendapatan ke kas daerah. Hal ini tentu tidak memberikan
fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan secara mandiri. Sesuai dengan peraturan
PPK-BLUD, jika suatu unit kerja menerapkan PPK-BLUD maka pendapatan
fungsional dapat dikelola langsung untuk membiayai pengeluaran. Hal ini tentu
sesuai dengan tujuan BLUD yaitu meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat. Pengelolaan keuangan dengan menerapkan PPK-BLUD menjadikan
Puskesmas lebih leluasa dalam mengelola pendapatan untuk membiayai pengeluaran
tanpa menunggu anggaran dari daerah. PPK-BLUD sudah diatur sejak tahun 2005
tetapi belum diterapkan di Puskesmas wilayah Kabupaten Bondowoso. Oleh karena
itu Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso harusnya memberikan perhatian lebih
terhadap penerapan PPK-BLUD pada Puskesmas.
Berdasarkan PP No 23 Tahun 2005, pengelolaan keuangan dengan BLU akan
memberikan keleluasaan dan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan di instansi
operasionalnya. Di Kabupaten Bondowoso, penerapan BLUD pada instansi kesehatan
sudah diterapkan pada RSU dr. H. Koesnadi. RSU dr. H. Koesnadi pada tahun 2008
menjadi BLUD dengan status bertahap dan pada tahun 2011 menjadi BLUD dengan
5

status penuh. Pada tahun 2016 Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso


merencanakan penerapan kebijakan BLUD pada Puskesmas. Seluruh Puskesmas
diberikan keleluasaan untuk mengajukan usulan penerapan BLUD di instansi masing-
masing. Berdasarkan informasi dari Kepala Seksi Pelayanan Primer Dinas Kesehatan
Kabupaten Bondowoso menyatakan bahwa penerapan PPK-BLUD pada Puskesmas
merupakan keharusan. Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso memberikan
kesempatan kepada 25 Puskesmas untuk mengusulkan penerapan BLUD di unit kerja
tersebut. Dari keseluruhan Puskesmas, terdapat lima Puskesmas yang dinyatakan siap
untuk penerapan BLUD. Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Maesan, Tapen,
Wonosari, Sukosari, dan Kotakulon.
Berdasarkan hasil Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) tahun 2015, Puskesmas
Maesan mendapatkan nilai tertinggi pada kegiatan manajemen Puskesmas
dibandingkan lima Puskesmas yang lain. Kegiatan manajemen Puskesmas meliputi
manajemen operasional Puskesmas, manajemen alat dan obat, manajemen keuangan
di Puskesmas, manajemen ketenagaan, manajemen pembiayaan, dan manajemen
pengelolaan barang dan aset. Perolehan nilai PKP kegiatan manajemen masing-
masing Puskesmas adalah sebagai berikut Puskesmas Maesan 9,0; Puskesmas
Kotakulon 8,9; Puskesmas Sukosari 7,2; Puskesmas Wonosari 7,1; dan Puskesmas
Tapen 7,1.
Berdasarkan penelitian Rawung (2016), penerapan BLUD pada Puskesmas
dapat meningkatkan kinerja Puskesmas. Perbandingan penerapan status BLUD Penuh
dengan status BLUD Bertahap juga berbeda pada aspek keuangan. Aspek keuangan
pada BLUD dengan status penuh lebih fleksibel dalam mengelola keuangan dari
pendapatan fungsional karena BLUD Penuh diberikan keleluasaan dalam mengelola
pengadaan barang, pengelolaan utang, serta pengelolaan investasi. Sedangkan
Puskesmas dengan status BLUD bertahap kurang leluasa dalam melakukan praktek
bisnis yang sehat untuk meningkatkan pendapatan jasa layanannya. Penerapan PPK-
BLUD pada Puskesmas memungkinkan meningkatkan pendapatan dengan cara
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Manfaat dari penerapan BLUD pada
6

Puskesmas adalah terjaminnya ketersediaan alat dan bahan habis pakai (ABHP)
seperti obat, alat bahan medis sehingga tidak terjadi kekosongan di Puskesmas.
Manfaat lain dari penerapan BLUD pada Puskesmas adalah meningkatnya
akuntabilitas pengelolaan keuangan Puskesmas.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan pengkajian seberapa
jauh kesiapan Puskesmas Maesan untuk penerapan PPK-BLUD. Berdasarkan Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/2759/SJ, Penilaian suatu unit kerja yang
akan menerapkan PPK-BLUD lebih menekankan pada aspek persyaratan
administratif. Selain persyaratan administratif, Puskesmas juga harus melakukan
persiapan untuk memenuhi persyaratan substantif, dan teknis.
Berdasarkan penelitian di Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Semarang, dan
Kota Balikpapan, permasalahan yang sering muncul dalam proses penerapan BLUD
sebagian besar berasal dari masukan (input) yang tersedia, proses persiapan menuju
BLUD, serta keluaran (output) yaitu kesiapan dari Puskesmas. Unsur masukan,
proses, dan keluaran dari sistem akan saling berpengaruh dalam keberhasilan suatu
kebijakan. Oleh Karena itu penting untuk melakukan kajian terhadap persiapan
Puskesmas dalam penerapan kebijakan BLUD.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu
masalah sebagai berikut: Bagaimana kesiapan Puskesmas Maesan dalam penerapan
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di Kabupaten Bondowoso Tahun 2017?.
7

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji kesiapan Puskesmas
Maesan dalam penerapan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di Kabupaten
Bondowoso Tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengkaji kesiapan masukan (input) terdiri dari sumber daya manusia,
anggaran, material, metode, dan waktu pada Puskesmas Maesan Kabupaten
Bondowoso.
b. Mengkaji kesiapan proses yang terdiri dari rekomendasi kebijakan,
implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan pada penerapan BLUD pada
Puskesmas Maesan Kabupaten Bondowoso.
c. Mengkaji kesiapan keluaran (output) yaitu terpenuhinya persyaratan substantif,
teknis, dan administratif BLUD pada Puskesmas Maesan Kabupaten
Bondowoso.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat khususnya keilmuan administrasi dan
kebijakan kesehatan terkait kesiapan Puskesmas dalam penerapan kebijakan BLUD
dan dapat digunakan sebagai referensi penelitian terkait di masa depan.
8

1.4.2 Manfaat Praktis


a. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tentang kajian
administrasi dan kebijakan kesehatan, terutama terkait penerapan kebijakan BLUD
pada Puskesmas.
b. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau
rekomendasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten terkait penerapan kebijakan BLUD
pada Puskesmas di Kabupaten Bondowoso.
c. Bagi Puskesmas di Kabupaten Bondowoso
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu langkah
untuk persiapan puskesmas terkait penerapan kebijakan BLUD pada Puskesmas di
Kabupaten Bondowoso.
d. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan atau referensi untuk
melakukan penelitian terkait kesiapan Puskesmas dalam penerapan kebijakan BLUD
dari sisi perumusan masalah, dan forecasting/peramalan.
e. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan,
dan pengalaman bagi peneliti.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)


2.1.1 Definisi BLUD
2.1.2 Tujuan BLUD
2.1.3 Persyaratan BLUD
2.1.4 Tata Kelola BLUD
2.1.5 Pejabat Pengelola BLUD
2.1.6 Penetapan PPK-BLUD
2.1.7 Pencabutan Status BLUD
2.2 Kebijakan
2.2.1 Definisi Kebijakan
2.2.2 Proses Kebijakan
2.2.3 Kebijakan Kesehatan
2.2.4 Kebijakan BLU/BLUD
2.2.5 Perkembangan BLU/BLUD
2.3 Pusat Kesehatan Masyarakat
2.3.1 Definisi
2.3.2 Visi dan Misi Puskesmas
2.3.3 Prinsip Penyelenggaraan
2.3.4 Upaya Kesehatan di Puskesmas
2.3.5 Pendanaan Puskesmas
2.4 Pendekatan Sistem Penerapan BLUD Pada Puskesmas
2.4.1 Masukan
2.4.2 Proses
2.4.3 Keluaran
2.4.4 Dampak
2.4.5 Umpan Balik
2.4.6 Lingkungan

9
34

2.5 Kerangka Teori

Lingkungan

Input Proses Output Impact

1. Perumusan Masalah Meningkatnya


1. Man Terpenuhinya
2. Forecasting pelayanan
a. Komitmen persyaratan
3. Rekomendasi kepada
b. Pengetahuan Substantif,
Kebijakan masyarakat
2. Money Teknis, dan
Anggaran 4. Implementasi Administratif
kesiapan Kebijakan sehingga
penerapan 5. Evaluasi Kebijakan terbentuklah
BLUD BLUD pada
3. Material Puskesmas
Bahan guna
kesiapan
BLUD
4. Method
Tersedia
pedoman
BLUD dan
Peraturan
terkait BLUD
5. Time
Waktu
kesiapan
penerapan
BLUD

Umpan Balik

Gambar 2.4 Kerangka Teori Penelitian

Sumber: Modifikasi Teori Sistem (Azwar, 2010), Teori Edwards III (Subarsono, 2016), dan
George Terry (2000).
35

2.6 Kerangka Konsep

Input Proses Output

1. Man Terpenuhinya
a. Komitmen 6.
1. Perumusan
Perumusan persyaratan
b. Pengetahuan Masalah
Masalah Substantif,
2. Money 7.
2. Forecasting
Forecasting Teknis, dan
Anggaran Administratif
kesiapan 3. Rekomendasi sehingga
penerapan BLUD Kebijakan terbentuklah
3. Material 4. Implementasi BLUD pada
Bahan guna Kebijakan Puskesmas
kesiapan BLUD 5. Evaluasi
4. Method Kebijakan
Tersedia
pedoman BLUD
dan Peraturan
terkait BLUD
5. Time
Waktu kesiapan
penerapan BLUD

Diteliti

Tidak Diteliti

Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep diatas menjelaskan teori sistem yang merupakan konsep


untuk menjelaskan kesiapan Puskesmas dalam penerapan BLUD di Kabupaten
Bondowoso. Pendekatan sistem yang digunakan dapat menjelaskan kesiapan dari
berbagai sudut pandang, baik pada masukan, proses, keluaran, dampak, ataupun
umpan balik. Dari hal masukan terdapat beberapa komponen yangh meliputi
sumberdaya manusia, anggaran, bahan, metode, dan waktu yang diperlukan untuk
proses persiapan penerapan BLUD. Dari hal sumberdaya manusia terdapat faktor
36

komitmen dan pengetahuan. Komitmen dan pengetahuan ini adalah hal yang ada pada
pihak Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten dalam kesiapan penerapan BLUD.
Komitmen sangat dibutuhkan guna keberhasilan suatu penerapan kebijakan. Hal lain
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah dari anggaran, dimana anggaran juga
memiliki pengaruh dalam keberhasilan penerapan BLUD. Selain dua segi tersebut,
masih ada bahan (material) yang dibutuhkan untuk BLUD, metode yang akan
digunakan, serta waktu yang diperlukan selama proses penerapan BLUD pada
Puskesmas tersebut.
Selain dari hal masukan, penelitian ini juga membahas proses dalam
implementasi suatu kebijakan. Dalam implementasi kebijakan terdapat lima proses
yaitu perumusan masalah, forecasting, rekomendasi kebijakan, implementasi
kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Dalam penelitian ini, yang akan diteliti adalah
proses rekomendasi kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Pada
rekomendasi kebijakan, penelitian ini berfokus pada peraturan/kebijakan yang ada
dan digunakan sebagau landasan dalam pembuatan kebijakan BLUD pada Puskesmas
di Kabupaten Bondowoso. Pada implementasi kebijakan, fokus penelitian adalah
sejauh mana kebijakan BLUD pada Puskesmas diimplementasikan kepada Puskesmas
di Kabupaten Bondowoso. Evaluasi kebijakan berfokus pada pencapaian antara
rekomendasi kebijakan yang ada dengan implementasi kebijakan BLUD pada
Puskesmas. Hal ini dapat melihat sejauh mana kesiapan Puskesmas dan Dinas
Kesehatan Kabupaten dalam menerapkan kebijakan BLUD. Selain masukan dan
proses, penelitian ini juga melihat dari keluaran dari teori sistem yang digunakan
yaitu terpenuhinya persyaratan substantif, teknis, dan administratif. Sehingga
masukan, proses, dan keluaran tersebut dapat menggambarkan sejauh mana kesiapan
Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten dalam penerapan kebijakan BLUD pada
Puskesmas.
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Tujuan dari penelitian
deskriptif adalah untuk mendapatkan gambaran secara realita dan objektif
terhadap sesuatu kondisi tertentu yang sedang terjadi dalam kelompok masyarakat
(Imron, 2014:149). Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam
masyarakat serta tat acara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi
tertentu, termasuk hubungan, kegiatan, sikap, pendangan, serta proses yang
sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dalam fenomena (Nazir, 2009:54-55).
Penelitian ini diharapkan dapat mendapatkan informasi yang lebih dalam dari
mengenai kesiapan Puskesmas dalam penerapan kebijakan BLUD di Kabupaten
Bondowoso. Pada penelitian ini objek yang diteliti adalah Dinas Kesehatan
Kabupaten Bondowoso, Puskesmas Maesan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso, dan
Puskesmas Maesan.

3.2.2 Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni Agustus 2017.

3.3 Penentuan Informan Penelitian


Penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena berangkat kasus
tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu hasil kajiannya tidak akan
diberlakukan ke populasi (Sugiyono, 2016:50). Informan penelitian ini dipilih
37
38

dengan menggunakan purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel


sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya
orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau
mungkin dia sebagai penguasa sehingga memudahkan peneliti dalam menjelajahi
objek/situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2016:54). Informan pada penelitian ini
terdiri dari beberapa macam yaitu informan kunci, informan utama, dan informan
tambahan. Informan yang diperlukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Informan kunci adalah mereka yang terlibat dalam pelaksanaan pelayanan
dan memiliki informasi pokok yang dibutuhkan. Informan kunci penelitian ini
adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten, Kepala Bidang Pelayanan
Kesehatan.
b. Informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial
yang diteliti. Informan utama penelitian ini adalah Kepala Puskesmas, dan
Tim BLUD Puskesmas.
c. Informan tambahan adalah mereka yang dapat memberikan alternatif walau
tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan tambahan
penelitian ini adalah staf Puskesmas, pendamping BLUD dari Dinas
Kesehatan Kabupaten.

3.4 Fokus Penelitian dan Pengertian


Di dalam penelitian kualitatif, fokus penelitian dan pokok soal yang
hendak diteliti mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi apa yang
menjadi pusat perhatian serta kelas dibahas secara mendalam dan tuntas. Fokus
penelitian adalah pemusatan konsentrasi pada tujuan penelitian yang dilakukan.
Adapun fokus penelitian dan pengertian dalam penelitian ini adalah:
39

Tabel 3.1 Fokus Penelitian dan Definisi


Teknik dan
Instrumen
No Fokus Penelitian Pengertian Informan
Pengumpulan
Data
A Masukan
1 Sumber Daya Informan yang terlibat dalam
Manusia penerapan kebijakan BLUD
a. Komitmen Sikap kesediaan diri untuk Wawancara Informan
memegang teguh, dan menggunakan kunci,
kemauan untuk melaksanakan panduan informan
tugas terkait penerapan wawancara utama,
BLUD. informan
tambahan
b. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui Wawancara Informan
informan terkait kebijakan menggunakan kunci,
BLUD panduan Informan
wawancara utama,
informan
tambahan
2 Anggaran Sumber dana yang tersedia Wawancara Informan
guna penerapan kebijakan menggunakan kunci,
BLUD panduan informan
wawancara utama.
3 Material/bahan Ketersediaan bahan/dokumen Wawancara Informan
yang digunakan untuk menggunakan utama.
persiapan penerapan BLUD panduan
wawancara
4 Metode Ketersediaan pedoman, Wawancara Informan
peraturan, dan prosedur terkait menggunakan kunci,
penerapan kebijakan BLUD panduan informan
wawancara utama.
5 Waktu Periode yang digunakan untuk Wawancara Informan
mempersiapkan penerapan menggunakan kunci,
BLUD panduan informan
wawancara utama.
B Proses
1 Rekomendasi Ketersediaan peraturan yang Wawancara Informan
Kebijakan menjadi landasan penerapan menggunakan kunci.
kebijakan BLUD. panduan
wawancara
2 Implementasi Proses untuk melaksanakan Wawancara Informan
Kebijakan penerapan kebijakan BLUD. menggunakan kunci,
panduan informan
wawancara utama.

3 Evaluasi Kebijakan Kesesuaian antara target dan Wawancara Informan


capaian dari penerapan menggunakan kunci.
kebijakan BLUD. panduan
wawancara
C Keluaran
Terpenuhinya Adanya keserasian antara Studi
persyaratan BLUD capaian terhadap persyaratan dokumentasi
Puskesmas BLUD Puskesmas yaitu
40

Teknik dan
Instrumen
No Fokus Penelitian Pengertian Informan
Pengumpulan
Data
substantif, teknis, dan
administratif.

3.5 Data dan Sumber Data


Data berasal dari datum yang berarti materi atau kumpulan fakta yang
digunakan untuk keperluan suatu analisa, diskusi, presentasi ilmiah, dan tes
statistik (Imron, 2014:107). Data adalah hasil pencatatan peneliti baik yang berupa
fakta ataupun angka (Arikunto, 2006:129). Menurut Lofland dan Lofland (1984),
sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya (Moleong,
2016:157). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh
peneliti langsung pada data penelitian dilakukan (Imron, 2014:109). Sedangkan
data sekunder adalah sumber tidak langsung yang memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2016:62).
a. Data primer pada penelitian ini didapatkan dari wawancara mendalam dengan
informan, yaitu pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoao dan pihak
Puskesmas Maesan.
b. Data sekunder pada penelitian ini didapatkan melalui studi dokumentasi
terkait dokumen yang harus disiapkan dalam kesiapan penerapan BLUD pada
Puskesmas yaitu dokumen persyaratan administratif.

3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian,
yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Dalam
penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi
41

yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak
pada observasi serta wawancara mendalam (Sugiyono, 2016:63). Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara mendalam
kepada informan, melakukan observasi, studi dokumentasi, dan dilakukan
triangulasi.
a. Wawancara mendalam (in-depth interview)
Menurut WJS. Poerwadarminta, wawancara adalah tanya jawab dengan
seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai
sesuatu hal (Imron, 2014:115). Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden lebih
mendalam (Sugiyono, 2016:72). Wawancara mendalam dalam penelitian ini
dilakukan dengan wawancara tidak terstuktur (unstructured interview).
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2016:74). Pedoman wawancara
yang digunakan hanya berupa garis-garis permasalahan yang akan ditanyakan.
Wawancara tidak terstruktur dapat dilakukan apabila peneliti belom secara pasti
mengetahui data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak
mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.
b. Observasi
WJS. Poerwadarminta menjelaskan bahwa pengamatan adalah peninjauan
secara cermat dalam pengawasan terhadap perbuatan atau kegiatan orang lain
(Imron, 2014:113). Nasution menjelaskan bahwa observasi adalah dasar semua
ilmu pengetahuan. Pada observasi ini yang dilakukan adalah dengan mengamati
gejala nyata yang terjadi selama penelitian. Alat bantu yang sering digunakan
adalah daftar cek, dan alat perekam suara.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono,
2016:82). Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih
kredibel/dapat dipercaya jika didukung oleh sejarah atau data. Dokumentasi untuk
42

sumber data primer dalam penelitian ini adalah Undang-Undang, Peraturan


Pemerintah, Peraturan Menteri Dalam Negeri, Peraturan Menteri Keuangan, Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri, Peraturan Bupati, serta hasil rekaman wawancara
dan foto ketika wawancara. Dokumentasi untuk sumber data sekunder adalah
dokumen kesiapan Puskesmas dalam menerapkan BLUD.
d. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan
data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data
dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data (Sugiyono,
2016:83).
Triangulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah triangulasi teknik
yang berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan yang berbeda-beda untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama. Penelitian ini menggunakan teknik
wawancara mendalam, dokumentasi, dan observasi. Selain itu, penelitian ini juga
menggunakan triangulasi sumber, dimana untuk mendapatkan data dari sumber
yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Teknik pengumpulan data yang
digunakan yaitu wawancara mendalam untuk mendapatkan data dari Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Bondowoso, Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Primer,
Kepala Puskesmas, dan Tim BLUD Puskesmas.

3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data


Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Oleh Karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
selanjutnya terjun ke lapangan (Sugiyono, 2016:59). Karena instrumen utama
adalah peneliti, maka setelah fokus penelitian menjadi jelas kemungkinan akan
dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi
43

data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui wawancara
dan observasi.
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik (Arikunto, 2006:149). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
panduan wawancara (garis besar permasalahan) dan akan dibantu dengan
menggunakan perekam suara (recorder) yang pada penelitian ini akan
menggunakan handphone. Instrumen untuk observasi selama penelitian adalah
kamera handphone untuk lebih efisien.

3.7 Teknik Penyajian dan Analisis Data


3.7.1 Teknik Penyajian Data
Penyajian data adalah suatu pemaparan hasil dari suatu penelitian yang
telah disusun secara teratur (Imron, 2014:193). Data yang akan disajikan sudah
melalui suatu proses pengolahan data dan analisa data, sehingga dengan data
tersebut dapat membuktikan hipotesanya. Teknik penyajian data dalam pen elitian
kualitatif diungkapkan dalam bentuk kalimat serta uraian-uraian, bahkan berupa
cerita pendek (Bungin, 2015:103). Teknik penyajian data dalam penelitian ini
adalah dalam bentuk narasi atau uraian-uraian dan kutipan langsung hasil
wawancara dengan informan yang disesuaikan dengan pandangan informan.
Penyajian data menggunakan uraian-uraian yang sesuai dengan hasil wawancara
dengan informan.

3.7.2 Teknik Analisis Data


Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan
dilakukan secara terus-menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan terus-
menerus mengakibatkan variasi data tinggi. Data yang diperoleh biasanya bersifat
kualitatif (walau tidak menolak data kuantitatif), oleh karena itu analisa data yang
44

digunakan belum jelas. Analis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
temaunnya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan
dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain
(Sugiyono, 2016:88).
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis data terhadap jawaban
yang diwawancarai. Miles and Huberman (1984) (dalam Sugiyono, 2016:91),
mengemukaan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification.
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2016:92). Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu
oleh tujuan yang akan dicapai.
b. Penyajian Data (Data Display)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dalam
hal ini Miles and Huberman (1984) (dalam Sugiyono, 2016:95), yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
45

c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/verification)


Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2016:99).
46

3.8 Alur Penelitian

Langkah Hasil

Mengidentifikasi masalah Belum adanya penerapan


kebijakan BLUD pada Puskesmas
du Kabupaten Bondowoso

Menentukan informan penelitian


Kunci: Kepala Dinas Kesehatan,
Kabid Pelayanan Kesehatan
Utama: Kepala Puskesmas, Tim
BLUD Puskesmas
Tambahan: Staf Puskesmas,
Pendamping BLUD dari
Dinas Kesehatan

Menyusun teknik
pengumpulan data
Panduan Wawancara, Lembar
Observasi

Melakukan pengumpulan data


dengan wawancara, studi
dokumentasi, observasi, dan Data hasil wawancara, studi
triangulasi dokumentasi, observasi

Melakukan reduksi data Hal pokok sesuai tema dan fokus


penelitian

Penyajian data dan analisis data Kesesuaian data dengan kategori,


dan intepretasi data

Penarikan kesimpulan Hasil kesimpulan yang kredibel

Gambar 3.1 Alur Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Adam, E. S. 2016. Analisis Kesiapan Implementasi Badan Layanan Umum


Daerah Puskesmas Kota Semarang (Studi Kasus pada Puskesmas Ngesrep
dan Bandarharjo). Jurnal Kesehatan Masyarakat e-Journal. 5(1). 59-67.

Agustino, L. 2014. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Ayuningtyas, D. 2014. Kebijakan Kesehatan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Azwar, A. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta:


Binarupa Aksara.

Bungin, B. 2015. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,


dan Ilmu Sosial Lainnya Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Bungin, B. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan


Metodologis, ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Buse, K., N. Mays, dan G. Walt. 2005. Making Health Policy. New York. Open
University Press.

Dunn, W. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Imron, M. 2014. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan Edisi Kedua. Jakarta:


Penerbit Sagung Seto.

47
Listyowati, R. 2016. Persepsi Pengguna Layanan Kesehatan Primer Mengenai
Kualitas Pelayanan Pada Puskesmas Badan Layanan Umum
di Kabupaten Gianyar. Jurnal Arc-Com Health. 3(1). 47-55.

Lukman, M. 2015. Badan Layanan Umum Dari Birokrasi Menuju Korporasi.


Jakarta: Bumi Aksara.

Kementerian Dalam Negeri RI. 2014. Daftar Implementasi PPK-BLUD Provinsi,


Kabupaten/Kota. Jakarta: Direktur Jenderal Keuangan Daerah.
http://keuda.kemendagri.go.id/datin/index/3/2014 [Diakses pada 12 April
2017].

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Data Dasar Puskesmas Provinsi Jawa Timur
Keadaan Desember 2014. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 488 Tahun 2016. Data Pusat Kesehatan
Masyarakat per Akhir Juni 2016. 16 September 2016. Jakarta.

Moleong, L. J. 2016. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya Offset.

Muninjaya, A. A. G. 2011. Manajemen Kesehatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

Nazir, M. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia

Peraturan Bupati Sidoarjo No 51 Tahun 2016. Pedoman Pemanfaatan


Pendapatan Fungsional Puskesmas sebagai Badan Layanan Umum
Daerah. 20 September 2016. Berita Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2016
Tahun 2016 No 51. Sidoarjo.

Peraturan Bupati Situbondo No 55 Tahun 2015. Pola Tata Kelola Badan Layanan
Umum Daerah Unit Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo. 31
Desember 2015. Berita Daerah Kabupaten Situbondo Tahun 2015 Nomor
55. Situbondo.

48
Peraturan Bupati Trenggalek No 73 Tahun 2015. Tata Kelola Badan Layanan
Umum Daerah pada Pusat Kesehatan Masyarakat. 31 Desember 2015.
Berita Daerah Kabupaten Trenggalek Tahun 2015 Nomor 73. Trenggalek.

Peraturan Bupati Trenggalek No 75 Tahun 2015. Pedoman Pengelolaan Badan


Layanan Umum Daerah Pusat Kesehatan Masyarakat. 31 Desember 2015.
Berita Daerah Kabupaten Trenggalek Tahun 2015 Nomor 75. Trenggalek.

Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No 61 Tahun 2007. Pedoman Teknis


Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. 7 November 2007.
Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014. Pusat Kesehatan


Masyarakat. 17 Oktober 2014. Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 1676. Jakarta.

Peraturan Pemerintah RI No 23 Tahun 2005. Pengelolaan Keuangan Badan


Layanan Umum. 13 Juni 2005. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 48. Jakarta.

Peraturan Pemerintah RI No 24 Tahun 2005. Standar Akuntansi Pemerintahan. 13


Juni 2005. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49.
Jakarta.

Peraturan Pemerintah RI No 74 Tahun 2012. Perubahan Atas Peraturan


Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum. 28 Agustus 2012. Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 171. Jakarta.

Peraturan Pemerintah RI No 47 Tahun 2016. Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 31


Oktober 2016. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
229. Jakarta.

Rawung, L. C. 2016. Evaluasi Kinerja Puskesmas yang Menerapkan Pola


Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (Studi pada
Puskesmas BLUD Kota Balikpapan. Jurnal Online Program Magister
Akuntansi UGM. 1-20.

49
Restianto, Y. E, dan I. R. Bawono. 2015. Pengelolaan Keuangan BLU/BLUD
Badan Layanan Umum/Badan Layanan Umum Daerah. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.

Rokhmah, D., I. Nafikadini, dan E. Istiaji. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.


Jember: Jember University Press.

Sastroasmoro, S, dan S. Ismael. 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis


Edisi ke-5. Jakarta: Sagung Seto.

Soenarko. 2005. Public Policy: Pengertian Pokok untuk Memahami dan Analisis
Kebijaksanaan Pemerintah. Surabaya: Airlangga University Press.

Subarsono, A. G. 2016. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2016. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/2759/SJ Tanggal 10 September


2008.

Sutiarini, N. K. 2011. Analisis SWOT untuk Rencana Stategik Pengembangan


Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Puskesmas di Kabupaten Gianyar.
Tesis. Denpasar: Program Magister Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Triprasetya, A. S. 2014. Analisis Kesiapan Penerapan Kebijakan Badan Layanan


Umum Daerah (BLUD) Puskesmas di Kabupaten Kulon Progo (Studi
Kasus di Puskesmas Wates Dan Puskesmas Girimulyo II Kabupaten Kulon
Progo. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia. 3(3): 124-137.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2004. Perbendaharaan


Negara. 14 Januari 2004. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5. Jakarta.

50
Universitas Jember. 2016. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember: UPT
Penerbitan UNEJ.

Wijayanti, H. T. 2015. Evaluasi Kinerja Pelayanan dan Keuangan RSUD yang


Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD di Subosukowonosraten.
Pro-Bank, Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Perbankan. 1(1). 28-38.

Winarno, B. 2011. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta:
CAPS.

51
LAMPIRAN A SURAT PERNYATAAN

Judul: Kajian Kesiapan Puskesmas Maesan dalam Penerapan Badan Layanan


Umum Daerah (BLUD) di Kabupaten Bondowoso Tahun 2017.

Kapada Yth. Bapak/Ibu


di ...

Dengan Hormat,
Dalam rangka pelaksanaan penelitian skripsi yang berjudul Kajian Kesiapan
Puskesmas Maesan dalam Penerapan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di
Kabupaten Bondowoso Tahun 2017, kami mohon partisipasi Bapak/Ibu secara
sukarela untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut secara benar dan jujur
dengan mengisi lembar persetujuan (Informed consent) yang telah disediakan
terlebih dahulu. Prosedur penelitian ini tidak akan menimbulkan resiko dan
dampak apapun terhadap Bapak/Ibu sebagai informan penelitian karena semata-
mata untuk kepentingan ilmiah. Kerahasian dari jawaban yang akan Bapak/Ibu
berikan, dijamin sepenuhnya oleh peneliti.
Atas partisipasi Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih.

Bondowoso, ....2017
Peneliti,

Adam Umbara
NIM. 132110101096

Judul: Kajian Kesiapan Puskesmas Maesan dalam Penerapan Badan Layanan


Umum Daerah (BLUD) di Kabupaten Bondowoso Tahun 2017.

52
LAMPIRAN B LEMBAR PERSETUJUAN/INFORMED CONSENT

LEMBAR PERSETUJUAN
INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Alamat :
Instansi :
No. Telp/HP :

Menyatakan bersedia menjadi informan penelitian dari:


Nama : Adam Umbara
NIM : 132110101096
Instansi : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
Judul : Kajian Kesiapan Puskesmas Maesan dalam
Penerapan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di
Kabupaten Bondowoso Tahun 2017.
Persetujuan ini saya buat secara sukarela dan tanpa paksaan dari pihak manapun.
Saya telah diberikan penjelasan mengenai penelitian dan saya telah diberikan
kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum saya mengerti. Dengan
ini saya menyatakan bahwa saya memberikan jawaban dengan sejujur-jujurnya.

Bondowoso, Juni 2017


Informan

(....)

53
LAMPIRAN C PANDUAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN KUNCI

Judul: Kajian Kesiapan Puskesmas Maesan dalam Penerapan Badan Layanan


Umum Daerah (BLUD) di Kabupaten Bondowoso Tahun 2017.

Tanggal Wawancara : ..
Panduan Wawancara
1. Mohon dengan hormat bantuan dan ketersediaan Bapak/Ibu dalam menjawab
seluruh pertanyaan yang ada.
2. Mohon jawab pertanyaan dengan jujur dan sesuai dengan hati nurani.

1. Karakeristik Responden:
a. Nama :
b. Usia :
c. Jenis Kelamin :
d. Jabatan :

2. Masukan
a. Sumber Daya Manusia
1) Bagaimana menurut bapak terkait penerapan kebijakan BLUD pada
Puskesmas?
2) Siapa saja yang terlibat dalam penerapan kebijakan BLUD pada
Puskesmas?
3) Apakah SDM yang ada telah memiliki kemampuan dalam penerapan
kebijakan BLUD pada Puskesmas?
4) Apakah SDM di Puskesmas mampu dalam penerapan kebijakan BLUD?
5) Bagaimana komitmen bapak sebagai tokoh kunci dalam keberhasilan
penerapan kebijakan BLUD pada Puskesmas?
6) Bagaimana komitmen Puskesmas yang akan menerapkan kebijakan BLUD?

54
7) Bagaimana komitmen Dinas Kesehatan Kabupaten dalam penerapan
kebijakan BLUD?
8) Dalam penerapan kebijakan BLUD, apakah ada tim pendamping dari Dinas
Kesehatan Kabupaten?
9) Jika iya, siapa yang menjadi anggota tim pendamping BLUD?
10) Apa saja syarat untuk menjadi tim pendamping BLUD?
b. Anggaran
1) Apakah dalam penerapan kebijakan BLUD ini membutuhkan alokasi
anggaran?
2) Apakah ada anggaran yang khusus disediakan dalam penerapan kebijakan
BLUD pada Puskesmas?
3) Jika ada, berapa jumlah anggaran yang khusus dialokasikan untuk
penerapan kebijakan BLUD?
4) Jika tidak ada anggaran khusus, darimana sumber anggaran yang tersedia?
5) Jika membutuhkan anggaran, kegiatan apa saja yang membutuhkan dana
selama proses penerapan kebijakan BLUD pada Puskesmas?
c. Material/bahan
1) Dalam penerapan kebijakan BLUD, dokumen apa yang dibutuhkan selama
proses?
2) Apakah ada kendala/hambatan dalam pemenuhan ketersediaan dokumen
yang diperlukan?
b. Metode/prosedur
1) Bagaimana mekanisme/proses dari penerapan kebijakan BLUD?
2) Apakah ada sosialisasi terkait kebijakan BLUD kepada Puskesmas?
3) Apakah semua Puskesmas mendapatkan sosialisasi kebijakan BLUD?
4) Apa saja isi dari sosialisasi kebijakan BLUD pada puskesmas?
5) Apakah terdapat hambatan dalam sosialisasi kebijakan BLUD pada
Puskesmas?
6) Apakah ada peraturan daerah yang mengatur penerapan kebijakan BLUD?
7) Apa saja kendala dalam koordinasi dengan Puskesmas selaku pihak yang
akan menerapkan kebijakan BLUD?

55
c. Waktu
1) Dalam berproses, berapa lama waktu yang digunakan untuk penerapan
BLUD?
2) Kapan kebijakan BLUD direncanakan?
3) Berapa lama target yang direncanakan untuk penerapan kebijakan BLUD?

3. Proses
a. Rekomendasi Kebijakan
1) Peraturan apa yang melandasi adanya kebijakan BLUD?
2) Apakah ada peraturan daerah terkait BLUD?
3) Jika ada, peraturan apa saja dan terakit hal apa?
b. Impelementasi Kebijakan
1) Bagaimana proses kesiapan penerapan kebijakan BLUD?
2) Bagaimana mekanisme kesiapan penerapan kebijakan BLUD?
3) Apakah ada hambatan dalam kesiapan implementasi kebijakan BLUD?
4) Jika ada, hambatan apa saja?
c. Evaluasi Kebijakan
1) Bagaimana pencapaian kesiapan penerapan BLUD?
2) Apakah ada hambatan dalam kesiapan penerapan kebijakan BLUD?
3) Dalam hal apa, hambatan yang ada?

56
LAMPIRAN D PANDUAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN UTAMA

Judul: Kajian Kesiapan Puskesmas Maesan dalam Penerapan Badan Layanan


Umum Daerah (BLUD) di Kabupaten Bondowoso Tahun 2017.

Tanggal Wawancara : ..
Panduan Wawancara
1. Mohon dengan hormat bantuan dan ketersediaan Bapak/Ibu dalam menjawab
seluruh pertanyaan yang ada.
2. Mohon jawab pertanyaan dengan jujur dan sesuai dengan hati nurani.

1. Karakeristik Responden:
a. Nama :
b. Usia :
c. Jenis Kelamin :
d. Jabatan :

2. Masukan
a. Sumber Daya Manusia.
1) Apa yang ibu ketahui terkait penerapan kebijakan BLUD pada Puskesmas?
2) Apa manfaat dari penerapan BLUD pada Puskesmas?
3) Apa saja syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menerapkan kebijakan
BLUD?
4) Apakah SDM yang ada di Puskesmas, mengetahui terkait penerapan
kebijakan BLUD?
5) Apakah SDM yang ada di Puskesmas sudah cukup mampu dalam
pengelolaan keuangan dengan BLUD?
6) Bagaimana keadaan SDM yang tersedia di Puskesmas terkait penerapan
kebijakan BLUD?

57
7) Apakah ada hambatan dalam proses penerapan kebijakan BLUD di
Puskesmas dari SDM?
8) Sejauh mana komitmen sebagai tokoh utama dalam penerapan kebijakan
BLUD?
9) Apa yang anda lakukan untuk mendukung kebijakan BLUD?
10) Dalam menerapkan kebijakan BLUD diperlukan tim BLUD Puskesmas,
apakah tim ini sudah dibentuk?
11) Jika sudah, apakah ada pelatihan untuk mempersiapkan tim BLUD?
12) Syarat apa saja yang dibutuhkan untuk dapat menjadi anggota tim BLUD?
13) Bagaimana komitmen dari petugas Puskesmas terkait penerapan kebijakan
BLUD?
14) Bagaimaana komitmen Dinas Kesehatan Kabupaten dalam penerapan
kebijakan BLUD?
b. Anggaran
1) Apakah dalam pelaksanaan kegiatan ini membutuhkan biaya?
2) Jika iya, darimana sumber dana tersebut berasal?
3) Apakah ada dana khusus dari Puskesmas untuk penerapan kebijakan
BLUD?
4) Apakah ada hambatan dalam proses penerapan kebijakan BLUD dari faktor
pendanaan?
c. Material/bahan
1) Apa saja dokumen yang disiapkan untuk penerapan kebijakan BLUD pada
Puskesmas?
2) Bagaimana ketersedian dokumen yang dibutuhkan selama persiapan
BLUD?
3) Adakah hambatan untuk memenuhi dokumen yang dibutuhkan?
d. Metode
1) Apakah tersedia pedoman terkait BLUD Puskesmas?
2) Jika ada, pedoman seperti apa yang digunakan?
3) Bagaimana prosedur persiapan penerapan BLUD?
4) Apakah tersedia peraturan terkait BLUD?

58
5) Apakah ada peraturan daerah yang menaungi BLUD?
e. Waktu
1) Menurut ibu/bapak, bagaimana ketersediaan waktu selama persiapan
penerapan BLUD?
2) Apakah ada permasalahan terkait dengan ketersediaan waktu?

3. Proses
a. Impementasi Kebijakan
1) Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi sebelum penerapan kebijakan
BLUD?
2) Bagaimana proses persiapan Puskesmas dalam penerapan kebijakan BLUD?
3) Apa saja yang disiapkan Puskesmas?
4) Berapa lama waktu yang tersedia untuk proses persiapan?
5) Berapa waktu yang digunakan untuk proses persiapan?
6) Adakah hambatan selama proses persiapan?
7) Jika ada, hambatan apa saja yang ada?

59
LAMPIRAN E PANDUAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN
TAMBAHAN

Judul: Kajian Kesiapan Puskesmas Maesan dalam Penerapan Badan Layanan


Umum Daerah (BLUD) di Kabupaten Bondowoso Tahun 2017.

Tanggal Wawancara : ..
Panduan Wawancara
1. Mohon dengan hormat bantuan dan ketersediaan Bapak/Ibu dalam menjawab
seluruh pertanyaan yang ada.
2. Mohon jawab pertanyaan dengan jujur dan sesuai dengan hati nurani.

1. Karakeristik Responden:
a. Nama :
b. Usia :
c. Jenis Kelamin :
d. Jabatan :

2. Masukan
a. Sumber Daya Manusia
1) Menurut bapak/ibu, Apakah kebijakan BLUD?
2) Sejauh mana bapak/ibu mengetahui kebijakan BLUD?
3) Bagaimana menurut bapak/ibu terkait kesiapan SDM di Puskesmas dalam
menerapkan kebijakan BLUD?
4) Apakah Puskesmas mampu menerapkan kebijakan BLUD dari sisi SDM?
5) Apakah ada sosialisasi BLUD dari pihak Dinas Kesehatan Kabupaten?
6) Apakah ada sosialisasi BLUD dari pihak Puskesmas?
7) Bagaimana komitmen bapak/ibu dalam penerapan kebijakan BLUD?
8) Sebagai pihak yang terpengaruh kebijakan, apakah bapak/ibu siap jika
kebijakan BLUD diterapkan?

60
LAMPIRAN F LEMBAR OBSERVASI

Judul: Kajian Kesiapan Puskesmas Maesan dalam Penerapan Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) di Kabupaten Bondowoso Tahun 2017.

Persyaratan Substantif
No Persyaratan Ya Tidak
1 Menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan dengan
penyediaan barang/dan jasa layanan umum.
2 Unit kerja melakukan kegiatan pemerintah yang bersifat
operasional

Persyaratan Teknis
No Persyaratan Ya Tidak
1 Kinerja pelayanan pada tugas dan fungsi layak dikelola dan
ditingkatkan pencapaiannya melalui BLUD atas rekomendasi
Kepala OPD
2 Kinerja keuangan Unit Kerja sehat sebagaimana ditunjukkan
dalam dokumen usulan penetapan BLUD

Persyaratan Administratif
No Persyaratan Indikator Ya Tidak
Pernyataan Adanya pernyataan kesanggupan oleh
kesanggupan Kepala UPT dan diketahui Kepala OPD
1
meningkatkan
kinerja
Adanya kebijakan mengenai organisasi
2 Pola Tata Kelola dan tata kelola
Adanya kebijakan tentang akuntabilitas
Rencana Strategi Adanya pernyataan visi dan misi
3
Bisnis
Tergambarnya program stategis
Tersedianya alat pengukuran pencapaian
kinerja
Laporan realisasi anggaran
Laporan
4 Laporan neraca
Keuangan
Catatan atas laporan keuangan

61
No Persyaratan Indikator Ya Tidak
SPM yang sesuai dengan jenis dan mutu
pelayanan
Kelengkapan dan kesesuai jenis dan
Standar
target kinerja
5 Pelayanan
Minimal
Adanya keterkaitan SPM dengan RSB
dan Anggaran
Adanya pengesahan dari Kepala Daerah
Adanya hasil penilaian audit terakhir
Laporan Audit
6 Adanya pernyataan bersedia diaudit
Terakhir
secara independen

62

Вам также может понравиться