Вы находитесь на странице: 1из 70

LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)

Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

BAB 4.
METODOLOGI / RENCANA KERJA

4.1. PENDEKATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1.1. Pendekatan Umum


Agar dapat mendukung proses studi sehingga didapatkan suatu hasil yang optimal, perlu
dibuat tata laksana prosedur yang baik. Dan untuk merealisasikan perlu disusun
"Organisasi dan Tata cara pelaksanaan pekerjaan " yaitu antara Penyedia Jasa sebagai
pelaksana dan Proyek dalam hal ini sebagai Pengguna Jasa.
1. Organisasi
Tim Penyedia Jasa yang akan melaksanakan pekerjaan ini adalah PT. RANCANG
MANDIRI
Para pelaksana pekerjaan ini terdiri dari para tenaga ahli dan tenaga pendukung
yang telah berpengalaman pada bidangnya masing-masing.
Organisasi Tim Penyedia Jasa sebagai pelaksana, personalia tenaga ahli yang
ditugaskan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, diuraikan secara rinci pada Bagian
Organisasi dan Personil .
2. Tata Cara Pelaksanaan
Mempertimbangkan sifat dan jenis studi, Tim Penyedia Jasa dalam melaksanakan
pekerjaan ini akan menerapkan "Sistem Analisis Koordinatif" artinya dalam
menentukan alternatif setiap hasil studi akan dilakukan pembahasan secara
bertingkat berdasarkan tahapan-tahapan studi. Sehingga setiap tenaga ahli akan
melakukan koordinasi, baik yang menyangkut intern maupun ekstern dalam sistem
alir koordinasi pelaksanaan yang telah direncanakan.
Ketua Tim , akan selalu melakukan fungsi koordinasi tersebut baik intern maupun
ekstern, sehingga sistem koordinasi akan dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
Disamping itu, Ketua Tim berkewajiban melakukan koordinasi dalam hal kesimpulan
hasil akhir studi dari beberapa tenaga ahli agar tujuan dan sasaran studi dapat
tercapai dengan baik.

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-1

4 -1
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

4.1.2. Pendekatan Teknis

1. Standard dan Peraturan Teknis


Konsultan harus mempelajari berbagai literatur-literatur yang terkait dengan jenis
pekerjaan ini. Literatur-literatur yang diacu dapat diperoleh dari hasil studi terdahulu,
peraturan perundangan, Standar SNI dan ISPM yang berlaku dan relevan dengan
kegiatan ini.

2. Referensi Hukum
Acuan pedoman pelaksanaan pekerjaan meliputi semua aturan perundang-
undangan yang berlaku seperti :

1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 1974, tentang


Pengairan;
2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1967 Tentang
ketentuan-ketentuan pokok pertambangan;
3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2008 Tentang
Air Tanah;
5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sumber Daya air;
6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 20 Tahun 2006
tentang Irigasi.
7) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2012 Tentang
Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi, dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional;
8) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2011 Tentang
Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air;
9) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2011 Tentang
Penetapan Cekungan Air Tanah;
10)Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2011 Tentang
Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air;
11)Peraturan Menteri pekerjaan Umum Nomor 49/PRT/1990 Tentang Tata
Cara dan Persyaratan Izin Penggunaan Air Dan Atau Sumber Air;

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-2

4 -2
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

12)Peraturan Menteri Energi Dan sumber Daya Mineral Nomor 15 Tahun


2012, Tentang Penghematan Penggunaan Air Tanah;
13)Peraturan Menteri Energi Dan sumber Daya Mineral Nomor 13 Tahun 2009
Tentang Pedoman Penyusunan Rancangan Penetapan Cekungan Air
Tanah.
14)Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 94/PMK.02/2013 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2014.
15)Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 390/KPTS/M/2007 tentang
Penetapan Status Daerah Irigasi Yang Pengelolaannya Menjadi
Wewenang dan Tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota.
16)Keputusan Direktur Jenderal Sumber Daya Air Nomor : 153/KPTS/D/2008
tentang Pembentukan Tim Pengelola Sistem Informasi Sumber Daya Air.

3. Sistematika Pelaksanaan Studi


Urut-urutan Pekerjaan dapat dibagi dalam 5 (lima) tahapan utama / general item,
yang meliputi ; Pekerjaan Pendahuluan, Pengumpulan Data Primer, Pekerjaan Kajian
Teknis; Pembahasan dan Asistensi serta Penyusunan Laporan.

Kegiatan 1 : Pekerjaan Pendahuluan


a. Mobilisasi tenaga ahli/personil dan alat
b. Menyiapkan rencana kerja
c. Mengumpulkan data dasar dan studi terdahulu (jika ada)
d. Menyiapkan general plan/konsep
e. Menyiapkan Kriterian Disain/Kajian Teknis

Kegiatan 2 : Pengumpulan Data Primer


a. Inventarisasi Data.
b. Walktrought.
c. Pemantauan Kondisi Fisik Sarana/Prasarana.

Kegiatan 3 : Pekerjaan Kajian Teknis


a. Rekapitulasi Hasil Survey & Inventarisasi Data
b. Validasi / Pemutakhiran Data
c. Pemasukan Data ke Komputer & Pengolahan
d. Analisis Fungsi dan AKNOP (Angka Kebutuhan Nyata OP)

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-3

4 -3
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Kegiatan 4 : Pembahasan dan Asistensi


Pembahasan yang harus disiapkan dan diikuti oleh konsultan mencakup:
1. Kickoff Meeting
Konsultan harus mengikuti rapat persiapan pelaksanaan kontrak (kickoff
meeting) untuk menyampaikan penjelasan teknis, konsep umum, sinkronisasi
rencana kerja dan finalisasi Rencana Mutu Kontrak (RMK). Acara ini
menghadirkan direktur dan team leader yang pelaksanaannya paling lambat 7
(tujuh) hari setelah penandatanganan kontrak.

2. Pembahasan Laporan Pendahuluan


Konsultan harus menyerahkan draft laporan pendahuluan yang antara lain
memuat konsep dasar/general plan, kriteria teknis dan metode pelaksanaan.

3. Pembahasan Laporan Akhir


Konsultan harus menyerahkan draft Laporan Akhir yang memuat seluruh hasil
kajian yang telah dilakukan.

Kegiatan 5 : Penyusunan Laporan


Penyusunan laporan disesuaikan dengan yang tercantum dalam Kerangka Acuan
Kerja baik jenis maupun kuantitasnya. Adapun jenis laporan yang dipersyaratkan
yaitu :

1. Rencana Mutu Kontrak Desain


2. Draft Laporan Pendahuluan
3. Laporan Pendahuluan
4. Laporan Bulanan
5. Laporan Penyusunan AKNOP
6. Laporan Audit Teknis
7. Laporan Dokumentasi
8. Draft Laporan Akhir
9. Laporan Akhir
10. Executive Summary.

4.2. METODOLOGI / RENCANA KERJA


Dalam melaksanakan pekerjaan Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali
Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP ini diperlukan metoda pelaksanaan yang baik
dan terarah.
Adapun tahap pekerjaan atau langkah-langkah Konsultan untuk pelaksanaan pekerjaan
tersebut dapat dilihat pada Bagan Alir dan diterangkan pada paragrap berikut ini :

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-4

4 -4
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

4.2.1. Pekerjaan Pendahuluan


Tahap pekerjaan pendahuluan meliputi kegiatan :
a). Mobilisasi tenaga ahli/personil dan alat, meliputi :
Mobilisasi dan pengadaan tenaga ahli serta Staff Pendukung, kendaraan serta
peralatan lainnya.
Mempersiapkan surat pengantar dari Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I untuk
ke lapangan.
Mengurus perijinan dengan instansi terkait dan pemerintah daerah sebagai
pemilik lokasi.

b). Menyiapkan Rencana Kerja


Ketua tim bersama tenaga ahli bersama-sama menyiapkan rencana kerja yang
dituangkan didalam Rencana Mutu Kontrak. Rencana Mutu Kontrak ini akan
dipresentasikan antara Ketua Tim, Wakil Perusahaan dan Direksi Pekerjaan.

c). Mengumpulkan data dasar dan studi terdahulu (jika ada);

Collecting Data dasar/pendukung:


Konsultan wajib untuk mendapatkan data-data dalam rangka penyusunan database
baik melalui hasil kegiatan yang dilakukan di lapangan data-data dari sumber-
sumber resmi atau inatansi-instansi pemerintah lainnya.

Pengumpulan data awal:


Data-data yang kiranya diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini antara lain :
Pengumpulan desain dari berbagai sumber
Pengumpulan as built drawing
Pengumpulan hasil pengukuran terdahulu dan data BM
data curah hujan,
data debit sungai,
data klimatologi,
pengamatan dan investarisasi data pada kantor proyek maupun pada instansi-
instansi terkait, serta
data-data peta topografi skala skala 1: 25.000.

Pengumpulan data studi terdahulu:


Hasil kajian terdahulu yang ada di proyek maupun instansi terkait antara lain :
1. Penyusunan Master Plan Penanggulangan Sedimen dan Detail Desain Bangunan
Pengendali Sedimen di Kawasan Belanting Kecamatan Sambelia Kabupaten

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-5

4 -5
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Lombok Timur (Kontrak No. KU.08.08/KONT/PBPP/588/2006 Tanggal 24 Mei


2006)

2. Detail Desain Bangunan Pengendali Sedimen Di DAS Nangka/Belanting (Kontrak


Kerja Nomor KU.08.08/SPK-PP/630/2007 tanggal 3 Mei 2007)

3. Detail Desain Normalisasi Alur Sungai di Kawasan Belanting Kabupaten Lombok


Timur (Surat Perjanjian Kerja (SPK) Nomor PR.01.04-A5/SNVT-
PPSDA.NT.I/378/2008 tanggal 26 April tahun 2008).

4. Detail Desain Rehabilitasi Bangunan Pengendali Sedimen Di Kabupaten Lombok


Tengah (PR.03.04.AS/SNVT-PSDA.NT.I/435/2008, tanggal 7 Juni 2008)

5. Studi Potensi Banjir Sedimen Di Pulau Lombok Bagian Utara (Kontrak No.
PR.01.04-AS/SAT.BWS-NT.I/SPK-PP/1978/2011, tanggal 16 Juni 2011).

6. Pembuatan Peta Rawan Debris di DAS Nangka dan Pakendangan, Kabupaten


Lombok Timur. (Perjanjian Kontrak No : IK.02.04-AS/SAT.BWS-NT.I/SPK-
PP/2026/2012, tanggal 16 April 2012).

7. Detail Desain 2 (DUA) Buah Bangunan Sabo Dam Di Pulau Lombok (PR.01.04-
AS/SAT.BWS-NT.I/SPK-PP/1963/2011).

Dari hasil pengumpulan data-data studi terdahulu dilakukan kajian awal. Kajian
awal ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas kondisi lapangan
maupun analisa-analisa yang telah dilakukan. Kajian studi terdahulu sebagai
masukan didalam penyusunan Draft Laporan Pendahuluan.
Studi yang terkait dengan pekerjaan ini (bila ada), akan disiapkan oleh pihak Satuan
Pelaksanaan Kegiatan O & P SDA NT I. Apabila pihak Konsultan mendapatkan studi-
studi terdahulu lainnya untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan ini, harus
dikumpulkan atas biaya konsultan. Satuan Pelaksanaan Kegiatan O & P SDA NT I
akan membantu sebatas yang tersedia di lingkungan Satuan kegiatan dan jika
diperlukan dari instansi terkait, maka Satuan Kegiatan akan membantu sebatas
pada surat perjanjian pinjam.

d). Penyusunan General Plan / Konsep


Berdasarkan studi-studi terdahulu disusunlah general plan / perencanaan umum.
General plan yang disusun disesuaikan dengan rencana kerja yang telah dibuat.
Dengan disusunnya general plan ini maka langkah-langkah kerja diharapkan sesuai
dengan sasaran yang akan dicapai didalam studi ini
e). Penyusunan Kriteria Desain / Kajian Teknis

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-6

4 -6
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Konsultan harus mempelajari berbagai literatur-literatur yang terkait dengan jenis


pekerjaan ini. Literatur-literatur yang diacu dapat diperoleh dari hasil studi
terdahulu, peraturan perundangan, Standar SNI dan ISPM yang berlaku dan relevan
dengan jenis kegiatan ini.
Acuan pedoman pelaksanaan pekerjaan meliputi semua aturan perundang-
undangan yang berlaku seperti :
1) Undang-Undang Nomor 11 tahun 1974, tentang Pengairan
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 42 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 37 Tahun 2010 tentang
Bendungan
4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 2/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Departemen Pekerjaan Umum Yang Merupakan
Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri
5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 2/PRT/M/2010 tentang Rencana
Strategis Nasional Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010 2014
6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011.

4.2.2. Pekerjaan Pengumpulan Data


Untuk itu, pada tahap ini akan dilakukan pekerjaan - pekerjaan sebagai berikut :

a). Inventarisasi Data.

Sebelum dilakukan survei Invetarisasi terhadap Kondisi Sarana dan Prasarana


Masing-masing Lokasi Kajian, maka terlebih dahulu konsultan memberitahu kepada
koordinasi dengan Satuan Kerja, Pemda Provinsi dan Kabupaten/Kota serta
Instansi/Dinas mengenai rencana survey dan inventarisasi data karena dari mereka
diharapkan ada usulan-usulan dan masukan yang membantu Audit Teknis
Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP di Pulau
Lombok - NTB. Sebelum dimulai pelaksanaan survei penelusuran, maka personil
yang terlibat dalam survei perlu diberi pelatihan tentang pengisian Formulir Isian
agar dapat terlaksana dengan baik dan benar.

I. INVENTARISASI LAPANGAN

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-7

4 -7
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Sistem inventarisasi bangunan Sabo dilakukan dengan menggunakan formulir


model INVENT.1, INVENT.2, INVENT.3. Fomulir hasil inventarisasi sekaligus
dapat dipergunakan sebagai alat laporan rutin.
Formulir Inventarisasi Bangunan mempunyai karaktaristik sebagai berikut:
1. Bangunan yang diinventarisir dikiasifikasikan kedalam beberapa kategori jenis
bangunan, sesuai dengan alokasi biaya pemeliharaan.
2. Informasi yang disebutkan di dalam inventarisasi bangunan meliputi, struktur
bangunan, panjang bangunan, biaya konstruksi, tanggal penyelesaian
bangunan dan informasi lain yang bermanfaat dalam menyusun perkiraan
biaya pemeliharaan.
3. Bila diperlukan, dicantumkan peta lokasi, tampak samping dan tampak atas
bangunan, sehingga dapat memperjelas problema bangunan.
Ketegori jenis bangunan pengendali sedimen (Sabo) yang diinventarisir adalah:
1. Sungai atau saluran kanal yang selain mengangkut air, kadangkala juga
mengangkut sedimen atau dialiri debris (debris flow)
2. Tanggul dengan jalan inspeksinya yang dipergunakan untuk memantau
kondisi sungai / saluran kanal, terutama ketika terjadi banjir
3. Krib, berfungsi mengarahkan aliran untuk mengamankan tebing sungai
terhadap ancaman erosi atau kerusakan pada penguat tebing (revetment)
4. Penguat tebing (revetment), berfungsi melindungi tebing sungai terhadap
erosi, gerusan lokal dan penurunan dasar sungai (degradasi)
5. Ambang dasar (groundsill), struktur bangunan untuk mempertahankan dasar
sungai terhadap degradasi.

Sabo Dam diklasifikasikan dalarn Sabo Dam tipe tertutup dan tipe terbuka (slit).
Setiap tipe tersebut memiliki fungsi spesifik, namun fungsi utama dam tetap
sama.
Kegiatan inventarisasi bangunan harus dilaksanakan terpadu, terkoordinasi antar
instansi atau bagian yang menangani perencanaan dan desain bangunan,
maupun bagian yang menangani pelaksanaan pembangunan.
Formulir yang dipergunakan adalah formulir model INVENT.1, INVENT.2 dan
INVENT.3, berisi informasi dasar bangunan, yaitu:

1. Nomor lembar
2. Kode inventaris
3. Nama sungai atau jalan
4. Panjang (m)
5. Tipe bangunan

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-8

4 -8
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

6. Lokasi, kabupaten, kecamatan, desa


7. Data pembangunan, seperti tanggal, kontraktor dan biaya pembangunan
8. Pemeliharaan terakhir yang pernah dilakukan, tanggal, biaya, sumber dana
dan rincian pekerjaan pemeliharaan
9. Status atau kondisi bangunan
10. Catatan atau keterangan
Jika dipandang perlu, formulir dilengkapi lembaran lain yang berisi:
a. Gambar tampak atas (Plan view) dan potongan bangunan
b. Peta lokasi dan gambar struktur bangunan

Pengumpulan Data Bangunan


Pengumpulan data bangunan meliputi pengumpulan data di kantor dan di
lapangan dalam bentuk investigasi lapangan.
1. Pengumpulan data di kantor
Kegiatan pengumpulan data di kantor dilakukan sebelum melakukan
pengumpulan data lapangan, tujuannya untuk memperoleh Informasi dasar
secara umum bangunan, menggunakan formulir inventarisasi model INV.
Data yang dikumpulkan meliputi, Laporan desain detil dan perencanaan
bangunan termasuk gambar bangunan tampak samping dan tampak atas.
Gambar konstruksi bangunan (As-Built Drawing), yang meliputi, tanggal
selesainya proyek, nama kontraktor, sumber dana (APBN, APBD, bantuan LN,
dsb).
2. Pengumpulan data lapangan
Pengumpulan data lapangan melalui investigasi lapangan bertujuan untuk
mengkonfirmasikan data inventarisasi bangunan yang sudah, memastikan
tidak ada lagi bangunan yang belum tercatat dalam daftar inventarisasi.
Prosedur kegiatan investigasi lapangan dilakukan sebagai berikut:
a. Persiapan
Kegiatan dalam tahap persiapan meliputi:
1) Mengkonfirmasi lokasi bangunan terhadap peta wilayah
2) Membuat rencana pelaksanaan untuk setiap sistem sungai, arah dan
rute perjalanan maupun cara pelaksanaan
3) Menetapkan komposisi dan jumlah anggota tim
4) Menetapkan prioritas rute investigasi. Sungai utama yang ada
bangunannya diprioritaskan, kemudian baru sungai-sungai lainnya
5) Peralatan yang perlu dibawa:
a) Peta wilayah

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-9

4 -9
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

b) Formulir untuk mencatat hasil inventarisasi bangunan model


INV.l, INV.2 dan INV.3
c) Alat ukur panjang / meteran
d) Yalon (pole)
e) Kamera (digital camera)
f) Kompas
g) Alat komunikasi.
b. Kegiatan Lapangan
Meliputi beberapa kegiatan yaitu:
1) Identifikasi keberadaan bangunan
Keberadaan bangunan ditandai di peta, diberi label nama dan tipe
bangunan, diberi tanda (panah atau warna).
2) Pengukuran bangunan
Pengukuran bangunan di lapangan harus dilakukan apabila data
gambar desain yang ada (as-built drawings) tidak mencantumkan
ukuran dimensi bangunan yang diperlukan, seperti tinggi, lebar,
kemiringan, kedalaman, dan sebagainya.
c. Sketsa gambar
Jika gambar desain tidak tersedia, maka harus dibuat sketsa gambar
tampak atas (plan view) dan tampak samping (side view) bangunan yang
meliputi:
1) Tampak atas dengan konfigurasi struktur bangunan yang jelas
2) Tampak samping bangunan
3) Dimensi bangunan
4) Penjelasan tipe bangunan dan material yang digunakan.
d. Penyimpanan data inventarisasi
Data inventarisasi harus disimpan dengan baik oleh bagian atau bidang
yang berwenang pada instansi terkait. Data inventarisasi bangunan
sangat bermanfaat sebagai bahan rujukan yang legal untuk pemeliharaan
bangunan.
Penyimpanan data inventarisasi dapat dilakukan dalam bentuk cetakan
(hardcopy / paper print out) atau database (computer filing).

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-10

4 -10
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-11

4 -11
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-12

4 -12
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-13

4 -13
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

II. INVESTIGASI KERUSAKAN


Investigasi untuk mengetahui kerusakan bangunan pengendali sedimen berbeda
dengan kegiatan investigasi yang biasa dilakukan untuk perencanaan dan desain
struktur bangunan pengendali sedimen.

Gambar 4.1. Bagian-bagian Dam Pengendali Sedimen (Sabo Dam)

Jika hasil pemantauan sebelumnya ditemukan kerusakan bangunan pada tingkat


A atau 13 yang diperkirakan perlu tindakan perbaikan, maka harus
ditindakianjuti dengan investigasi kerusakan bangunan oleh instansi berwenang.
Tim investigasi terdiri atas para teknisi yang terlibat dalam perencanaan dan
desain bangunan bersangkutan.
Tujuan investigasi kerusakan bangunan pengendali sedimen adalah:

1. Mencatat dan memeriksa kondisi kerusakan bangunan secara detil,


dikonfirmasi terhadap data yang dikumpulkan dan kegiatan kantor.

2. Menganalisa penyebab kerusakan bangunan untuk bahan rekomendasi bagi


perencanaan, desain dan pelaksanaan pembuatan bangunan pengendali
sedimen.

3. Mengumpulkan dan meneliti berbagai kerusakan bangunan yang terjadi di


daerah lain yang berdekatan sebagai bahan pertimbangan dalam
menetapkan prioritisasi pemeliharaan bangunan.

4. Hasil investigasi dipergunakan sebagai bahan persiapan laporan dan daftar


prioritas kerusakan bangunan.
Hasil investigasi diserahkan kepada pihak yang mempunyai wewenang dan
tanggung jawab terhadap keselamatan dan keberadaan bangunan.

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-14

4 -14
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Macam Kegiatan Investigasi Kerusakan Bangunan


Sasaran investigasi
Sasaran investigasi ditetapkan untuk dapat memperoleh bahan masukan
tentang kondisi bangunan saat ini dan kerusakannya, yaitu:

1. Situasi dan kondisi daerah tangkapan sungai.

2. Kemiringan dasar sungai atau profil memanjang sungai.

3. Ukuran butiran dasar sungai.

4. Wilayah penting tertentu (cagar budaya, dsb).

5. Kapasitas pengaliran pada wilayah tertentu.

6. Debit banjir rencana (probable flood discharge).

7. Debit maksimum yang pernah terjadi.

8. Kedalaman maksimum gerusan lokal yang pernah terjadi.

9. Tendensi variasi perobahan dasar sungai.


Tergantung pada tipe bangunannya, sasaran yang diteliti dapat bersifat mutlak
(indispensable,) atau terekomendasi (recomanded) saja.

Pengumpulan data kantor


Sebelum melakukan kegiatan investigasi lapangan, informasi dasar harus
dikumpulkan dan diverifikasi terlebih dahulu di kantor.
Jika ternyata ada data yang tidak tersedia, maka data tersebut harus dicatat
masuk kedalam formulir investigasi lapangan.

1. Informasi bangunan
Sebelum ke lapangan, dilakukan pengumpulan informasi bangunan dan Daftar
Inventarisasi Bangunan (formulir model INVENT. 1 s/d 3) dan laporan
kerusakan yang telah dibuat sebelumnya dan diverifikasi. Informasi bangunan
yang dikumpulkan dan diverifikasi tersebut meliputi:

a. Data dan formulir inventarisasi


1) Kode inventarisasi
2) Nama bangunan
3) Panjang bangunan
4) Tipe bangunan
5) Lokasi bangunan

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-15

4 -15
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

6) Tanggal pembangunan
7) Nama kontraktor
8) Data terakhir perbaikan
9) Panjang kerusakan
Data tersebut harus dicocokkan dengan laporan desain, gambar rencana
bangunan (as-built drawings) dan survei lapangan. Bila temyata data
inventarisasi tidak benar maka harus diperbaiki oleh personil yang
manangani inventarisasi tersebut.

b. Daerah tangkapan
Daerah tangkapan dengan batas-batasnya digambarkan pada peta wilayah
untuk menghitung luas wilayah hulu bangunan yang rusak.

c. Elevasi Benchmark (BM) dan survei potongan melintang


Jika dalam investigasi lapangan ditemukan titik Benchmark dan elevasi,
maka hasil survei potongan melintang terdahulu dapat dipergunakan untuk
mengarialisa perubahan kedalaman dasar sungai, mengestimasi debit aliran,
kecepatan aliran dan mengidentifikasi setiap seksi sungai.

d. Desain
Untuk menganalisa penyebab kerusakan bangunan dan menetapkan
tindakan perbaikannya, bagian bangunan yang rusak dikopi dan gambar
desain yang ada pada as-built drawing dan laporan desain bangunan yang
terkait.

e. Informasi lain-lain
Dilakukan pengumpulan data ukuran butiran material dan elevasi atau
kemiringan di lokasi bangunan yang mengalami kerusakan untuk dilakukan
analisa dan evaluasi.

2. Informasi bencana
Informasi yang berkaitan dengan kejadian bencana perlu dikumpulkan dan
berbagai sumber instansi terkait, meliputi:

a. Data banjir dan cuaca yang mempengaruhi dari instansi terkait (BMG)

b. Data hujan
Data curah hujan dan berbagai instansi terkait di wilayah bersangkutan,
termasuk Balai Wilayah Sungai Departemen PU dan PR, Badan
Meteorologi dan Geofisika, instansi pertanian, kehutanan dan lembaga
lain yang mempunyai stasiun penakar curah hujan.

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-16

4 -16
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

c. Data tinggi muka air dan debit


Terutama data tinggi muka air dan debit banjir pada sekitar waktu
terjadinya kerusakan bangunan.

d. Informasi kerusakan bangunan secara umum akibat banjir.

Investigasi lapangan
Investigasi lapangan dilakukan sesaat setelah terjadi banjir yang
menimbulkan kerusakan. Tim investigasi terdiri atas para teknisi bidang
perencanaan, desain, pelaksanaan dan pemeliharaan, melakukan diskusi di
lapangan tentang kerusakan dan perbaikan yang paling sesuai. Tindakan
yang dilakukan meliputi:

1. Persiapan berbagai alat yang diperlukan


a. Peta wilayah kerja
b. Alat ukur panjang (measuring tape)
c. Yalon (pole) minimal 2 buah
d. Kamera (digital)
e. Papan tulis kecil dan alat tulisnya
f. Sepatu panjang (long boots), jika perlu
g. Alat angkut (sesuai kebutuhan).
2. Menandai bekas banjir
Menandai bekas banjir dilakukan untuk memperkirakan penyebab
kerusakan bangunan dan besamya debit maksimum. Selain dan
ketinggian air banjir, menandai bekas banjir juga dapat melalui
identifikasi bekas sampah atau rumput yang tersangkut pada berbagai
bangunan, pohon atau jalan.

3. Mengumpulkan informasi kerusakan berbagai bangunan, yaitu:

a. Saluran kanal (channel works)


1) Profil memanjang dan melintang.
2) Distribusi butiran material dasar sungai.
b. Tanggul (dike)
1) Dimensi tanggul sesuai yang tercantum dalam formulir
inventarisasi model INVENT. 1.
2) Material pengisi tubuh tanggul (kerikil, pasir, tanah hat, dan
sebagainya).
3) Kondisi tanaman penutup (slope protection).

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-17

4 -17
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

4) Kondisi sungai pada lokasi tanggul yang rusak dan sekitarnya


(degradasi, sumbu tanggul, belokan, jembatan, penyempitan alur
sungai, dan sebagainya).
5) Lokasi dan dimensi (panjang dan kedalaman) bagian yang
terlimpasi.
6) Lokasi dan ukuran (panjang dan kedalaman) gerusan lokal dan
kondisi dasar sungai.
7) Lokasi dan ukuran rembesan (seepage) di dalam maupun di luar
tanggul (inlet dan outlet).
8) Lokasi dan ukuran erosi (panjang dan lebar).
c. Krib (spur dike)
1) Tipe bangunan krib sesuai klasifikasi dalam daftar inventarisasi.
2) Dimensi kerusakan krib seperti tercantum dalam formulir
inventarisasi bangunan model INVENT. 1.
3) Nomor seri / inventarisasi krib dan jarak antara.
4) Arah krib (tegakiurus, miring ke arah hilir atau hulu).
5) Tipe dan dimensi tebing sungai atau tanggul dan bangunan
perlindungan tebing di lokasi krib.
6) Kondisi tebing sungai, tanggul dan bangunan perlindungan lereng
di lokasi krib.
7) Kondisi sungai di lokasi krib yang rusak dan sekitamya
(degradasi, tikungan, sumbu tanggul atau tebing sungai,
jembatan, penyempitan sungai, dan sebagainya).
8) Posisi gerusan dan endapan di sekitar krib.
d. Perkuatan tebing (Revetment)
1) Tipe perkuatan tebing, pondasi dan perlindungan kaki tebing
sesuai yang tercantum didalam formulir inventarisasi bangunan.
2) Dimensi perkuatan tebing, pondasi dan perlindungan kaki tebing
sesuai dengan inventarisasi bangunan.
3) Kondisi sungai tepat di lokasi krib dan sekitarnya (degradasi,
tikungan, sumbu tebing atau tanggul, jembatan, penyempitan
alur sungai, dan sebagainya).
4) Kondisi kerusakan bangunan dan lokasi (mengguling, longsor,
runtuh, pergeseran, retak, dan sebagainya).
5) Kondisi dasar sungai dan kedalaman gerusan (kemungkinan
pondasi terlihat di atas dasar sungai).
e. Sabo Dam
1) Tipe Sabo Dam
2) Dimensi Sabo Dam

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-18

4 -18
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

3) Kondisi sungai di sekitar lokasi bangunan (degradasi, sumbu


tanggul atau tebing sungai, tikungan, jembatan, penyempitan
alur sungai, dan sebagainya)
4) Kondisi dan lokasi titik-titik kerusakan.
f. Saluran kanal
1) Tipe saluran kanal
2) Dimensi saluran kanal dan kemiringannya (elevasi)
3) Kondisi endapan sedimen atau timbunan sampah.
4. Survei Topografi
Survei topografi dilakukan jika ditengarai terjadi suatu perubahan yang
mencolok pada lokasi bersangkutan atau apabila telah dua tahun tidak
dilakukan survei dilokasi tersebut.

5. Investigasi material dasar sungai


Pengambilan contoh material dasar sungai dilakukan untuk memperoleh
data karakteristik sungai.

6. Kerusakan akibat banjir


Jika ditengarai ada ancaman kerusakan pada banjir di musim yang akan
datang, atau telah terjadi kerusakan akibat banjir di wilayah berdekatan,
maka survei kerusakan akibat banjir perlu dilakukan, meliputi:

a. Wilayah genangan banjir

Kondisi nyata di lapangan dapat diindikasikan kedalam peta wilayah,


seperti wilayah genangan, tanda-tanda bekas banjir maupun
wawancara dengan penduduk, kedalaman dan durasi banjir.

b. Pengaruh banjir terhadap penduduk dan permukiman

Banyaknya rumah, bangunan maupun korban manusia terluka,


meninggal atau hilang perlu didata melalui institusi terkait (Pemda,
PMI, Rumah Sakit, Badan Penanggulangan Bencana setempat).

c. Kerusakan akibat banjir lainnya

Tataguna lahan di wilayah bencana perlu diidentifikasi, termasuk


lahan pertanian sawah dan tanaman keras.

Formulir investigasi kerusakan bangunan


Formulir investigasi kerusakan bangunan model RUSAK. 1 mencatat
berbagai informasi yang terkait dengan kerusakan bangunan, meliputi:

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-19

4 -19
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

1. Kode inventarisasi, sesuai pada formulir inventarisasi bangunan

2. Nama bangunan, sesuai pada formulir inventarisasi bangunan

3. Panjang bangunan, dikonfirmasikan di lapangan terhadap kesesuaian


data yang ada pada formulir inventarisasi bangunan. Jika ternyata
data pada inventarisasi bangunan salah harus dikoreksi

4. Tipe bangunan, dikonfirmasikan di lapangan terhadap data pada


formulir inventarisasi bangunan. Jika data pada inventarisasi
bangunan salah harus dikoreksi

5. Lokasi bangunan ditulis dengan jelas, Kabupaten, kecamatan, desa

6. Daerah tangkapan (catchment area)

7. Tanggal pembangunan, kontraktor dan tanggal penyerahan pekerjaan


(diambil dan data inventarisasi bangunan)

8. Tanggal perbaikan terakhir yang pernah dilakukan

9. Tanggal survei lapangan, investigasi kerusakan bangunan

10. Panjang kerusakan bangunan yang sebenarnya

11. Kejadian banjir yang merusakkan bangunan

12. Kondisi sungai dimana bangunan berada

13. Kondisi banjir di sungai bersangkutan, seperti tinggi maksimum muka


air, debit yang merusakkan bangunan, tinggi muka air dan debit
maksimum yang pernah terjadi

14. Kondisi kerusakan bangunan

15. Kerusakan bangunan, kerusakan jalan, wilayah sekitar yang terkena


dampak, dan sebagainya

16. Phenomena penyebab kerusakan seperti gerusan lokal, degradasi,


dan sebagainya

17. Tindakan penanggulangan yang tepat beserta estimasi biaya yang


diperlukan.

Kegiatan ini dicatat menggunakan Formulir Model RUSAK1 dan


RUSAK2 seperti berikut ini

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-20

4 -20
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-21

4 -21
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-22

4 -22
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

f). Walktrought
Walk Through survey adalah survei untuk mendapatkan informasi monitoring yang relatif
sederhana tapi cukup lengkap dalam waktu yang relatif singkat sehingga diperlukan
upaya pengumpulan data untuk kepentingan penilaian secara umum dan analisa
sederhana.
Walk Through Survey dan Check list Walk through survey merupakan teknik utama yang
penting untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi terkini sarana dan prasarana
bangunan pengendali lahar / sedimen.
Walk Trought Dilaksanakan untuk mendapatkan datadata yang sesuai dengan kondisi
lapangan dan hasilnya dikumpulkan pada tim audit teknis.
Persiapan kegiatan ini antara lain meliputi:

Persiapan peralatan survey :


- payung/jas hujan,
- sepatu,
- topi,
- pensil,
- bolpen,
- kertas,
- penghapus,
- meter roll 10 meter,
- meter roll 50 m,
- kamera,
- kompas,
- GPS
Persiapan bahan survey :
- gambar pengukuran terdahulu,
- gambar as built drawing,
- form-form survey
Langkah kerja untuk melakukan inventarisasi kondisi dapat diuraikan sebagai berikut :

Mengisi form-form survey, sesuai dengan jenis bangunan konstruksi yang dijumpai
pada saat penelusuran.
Mencatat kondisi patok BM, hilang/tidak.
Mencatat posisi (menggunakan GPS) titik awal dan akhir setiap jenis konstruksi.
Mendokumentasikan seluruh kegiatan survey, terkait dengan pengamatan langsung
atau pemenuhan dokumentasi dalam rangka pengisian form survey.

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-23

4 -23
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Pada setiap prasarana dilakukan Penilaian Kondisi yang merupakan hasil evaluasi
atas kondisi terkini

g). Pemantauan Kondisi Fisik Sarana/Prasarana


Pekerjaan pemeliharaan bangunan selalu diawali dengan kegiatan pemantauan atau
monitoring. Pemantauan dilakukan secara langsung di lapangan dengan tujuan:

1. Melakukan klarifikasi terhadap berbagai tanda kerusakan atau ancaman


kerusakan bangunan yang disebabkan peristiwa alam maupun hal yang
berkaitan dengan desain bangunan.

2. Melakukan tindakan yang tepat untuk mengembalikan fungsi semula bangunan,


sehingga kerusakan yang lebih luas dan korban jiwa dapat dihindari.
Kegiatan pemantauan bangunan dilakukan oleh instansi lapangan terdepan yang
mempunyai tanggung jawab dan wewenang terhadap bangunan bersangkutan.

Kekerapan pemantauan
Berdasarkan pada kekerapan atau frekuensi kegiaatan pemantauan bangunan, ada
tiga (3) tipe kegiatan pemantauan bangunan, yaitu:

1. Pemantauan selama musim kemarau


Pemantauan selama musim kemarau dilakukan dua (2) kali, yaitu:
a. Pada awal musim kemarau, pemantauan untuk persiapan Laporan Status
b. Pada akhir musim kemarau, pemantauan untuk mempersiapkan Daftar
Inventarisasi.
2. Pemantauan selama musim hujan
Pemantauan selama musim hujan dilakukan sebelum, selama dan setelah banjir
berlangsung.
3. Pemantauan setelah terjadi bencana
Pemantauan khusus, dilakukan setelah terjadi bencana alam seperti gempa
bumi, tsunami, letusan gunungapi, banjir bandang, dan sebagainya.

Persiapan dan pelaksanaan pemantauan

Dalam melaksanakan kegiatan pemantauan, perlu mempertimbangkan beberapa hal


penting, yaitu:

1. Memahami problema lapangan dan bangunan yang akan dipantau, seperti:


a. Karakteristik sungai dan bagian bangunan yang rawan rusak

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-24

4 -24
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

b. Bagian alur sungai dan bangunan yang paling prioritas harus dipantau
terlebih dahulu.
2. Jadwal pemantauan
Jadwal pemantauan dibuat berdasarkan pada:
a. Pemahaman terhadap karakteristik lapangan yang ada
b. Anggaran dan personil yang tersedia.
3. Tim pemantau
Komposisi dan banyaknya tim pemantau ditentukan berdasarkan rute perjalanan
pemantauan dan banyaknya bangunan yang dipantau.
4. Sistem komunikasi
Sistem komunikasi antar personil maupun melalui organisasi radio komunikasi
resmi harus dipersiapkan dengan baik sebelumnya, terutama kesiapan
komunikasi pada saat kondisi darurat.
5. Laporan kegiatan pemantauan
Hasil kegiatan pemantauan dicatat dalam formulir hasil pemantauan dengan
jelas dan ditandatangani penanggungjawab kegiatan.

Problema lapangan yang dipantau


Problema lapangan dan bangunan yang dipantau dibuat setiap tahun, dibuat
berdasarkan informasi dari daftar inventarisasi sebelumnya.

1. Sungai dan saluran kanal


Identifikasi problematik sungai dan saluran kanal meliputi:

a. Pengaruh perilaku aliran dan erosi (scouring)


b. Lokasi bangunan pelindung erosi tebing
c. Erosi dasar sungai (local erosion)
d. Agradasi atau degradasi dasar sungai
e. Vegetasi di tebing sungai atau tanggul
f. Penganlbilan material dasar sungai (quary)
g. Tindakan manusia tanpa ijin (liar) yang beresiko, seperti penggalian,
penimbunan, pembuangan sampah, dan sebagainya.
2. Tanggul
Identifikasi problematik tanggul meliputi:
a. Limpasan pada bagian tertentu puncak tanggul
b. Gerusan lokal (scouring)
c. Longsoran sisi tanggul

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-25

4 -25
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

d. Rembesan pada tubuh tanggul (seepage / leekage)


e. Retakan tubuh tanggul (crack/cave in) yang disebabkan oleh, rembesan air,
runtuh pada sisi luar tanggul, pemadatan yang kurang sempurna
f. Erosi alur
g. Tindakan manusia tanpa ijin (liar) yang berisiko.
3. Penguat tebing (revetment)
Identifikasi problematik penguat tebing meliputi:
a. Retak, berongga dan longsor
b. Kerusakan pada ujung bangunan
c. Terlepasnya batu penguat tebing
d. Erosi di bagian puncak penguat tebing
e. Korosi, abrasi.
4. Krib (spur dike)
Kerusakan pada krib umumnya disebabkan oleh kecepatan aliran dan sedimentasi.

5. Ambang dasar (groundsil)


Identifikasi problematik ambang dasar meliputi.

a. Pelindung dasar (bed protection) dan erosi di hulu /hilir bangunan


b. Erosi di bagian sayap bangunan
c. Retak di bagian apron
d. Penurunan dan deformasi tubuh dam utama (main dam).
6. Dam Pengendali Sedimen
Beberapa bagian dam pengendali sedimen tipe terbuka maupun tipe tertutup yang
rawan terhadap kerusakan adalah pada bagian-bagian:

a. Lantai bawah (apron), sangat rawan terhadap kerusakan akibat jatuhan material
sedimen dengan batu-batu besar ketika terjadi banjir. Untuk itu lantai bawah
harus dibuat cukup tebal
b. Sub-dam, rusak akibat gerusan lokal di ujung bangunan atau penurunan dasar
sungai (degrdasi). Bentuk kerusakan sub-dam bervariasi seperti patah atau
terguling
c. Mercu dam, rusak akibat gerusan oleh aliran sedimen dengan batu-batu besar
yang terbawa aliran
d. Sayap dam utama, kerusakan seringkali terjadi pada sambungan antara bagian
bangunan
e. Lobang alir, kerusakan terjadi ketika lobang alir belum tertutup material,
sehingga aliran air dan sedimen terkonsentrasi melewati lobang alir menggerus
sisi bawah lobang.

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-26

4 -26
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Pelaksanaan Pemantauan
Kegiatan pemantauan dilakukan dengan menggunakan formulir model MON. 1. Pengisian
formulir dilakukan langsung pada sasaran di lapangan. Data yang tercantum di dalam
formulir pelaksanaan pemantauan meliputi:

1. Tanggal, waktu mulai dan selesainya kegiatan


2. Kondisi cuaca saat kegiatan dilakukan
3. Lokasi, wilayah kabupaten, kecamatam dan desa
4. Elevasi muka air sungai
5. Kondisi kerusakan, mencantumkan nama bangunan, detail letak
bagian bangunan yang rusak, kapan kerusakan diketahui, apakah bangunan sudah
masuk daftar inventarisasi, jika belum diberi catatan
6. Tingkat kerusakan bangunan, terkait dengan tindakan yang diperlukan
untuk mengatasi kondisi tersebut
7. Setelah formulir pelaksanaan pemantauan selesai diisi, secepatnya
diserahkan kepada instansi atau bagian instansi yang berwenang
8. Lembar formulir laporan pelaksanaan pemantauan harus segera
dievaluasi agar penetapan tindakan darurat yang perlu cepat dilakukan
9. Pelaksana tindakan darurat harus mengkonfirmasikan data didalam
formulir dengan kondisi di lapangan.

Tingkat Kerusakan Bangunan


Berdasarkan tingkat kepentingannya, kerusakan bangunan dapat dikelompokkan
kedalam tiga (3) tingkatan, yaitu:

1. Tingkat kerusakan (urgency) A


Kerusakan serius, potensi ancaman menimbulkan dampak kerusakan pada
infrastruktur dan jiwa manusia tinggi. Kerusakan tersebut dapat dalam kondisi sudah
terjadi atau masih dalam kondisi ancaman.

2. Tingkat kerusakan (urgency) B


Kerusakan tidak parah, meskipun perlu tindakan penanggulangan tetapi tingkat
kepentingannya tidak terlalu tinggi.

3. Tingkat kerusakan (urgency) C


Kerusakan kecil dan hanya diperlukan perbaikan ringan saja. Jika tindakan perbaikan
belum dapat dilakukan maka perlu dilakukan pemantauan terus-menerus (continuous
monitoring).

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-27

4 -27
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Beberapa contoh Kerusakan dan klasifikasi tingkat kerusakan bangunan adalah sebagai
berikut:
Tingkat kerusakan (urgency) A, terjadi pada tanggul atau perkuatan tebing:

a. Melimpas (overflow)
b. Badan tanggul patah / jebol
c. Perkuatan tebing (revetment) rusak akibat tanah dibelakang dinding berongga atau
rusak akibat gerusan lokal (scouring)
d. Kerusakan revetment yang meliputi bidang permukaan luas
e. Rembesan (seepage / leekage).

Tingkat kerusakan (urgency) B, terjadi pada tanggul atau perkuatan tebing:

a. Kerusakan kecil disertai rembesan kecil pada revetment


b. Tanah dibelakang dinding revetment keluar namun sedikit saja
c. Erosi di kaki atau pondasi revetment sudah tampak
d. Retakan dan lobang kecil pada tanggul (dike).

Tindakan terhadap bangunan yang rusak


Beberapa langkah tindakan yang perlu dilakukan pada bangunan yang mengalami
kerusakan berkaitan dengan anggaran yang harus disediakan antara lain:

1. Tingkat kerusakan (urgency) A


a. Memperbaiki atau merehabilitasi bangunan yang rusak.
b. Memberikan informasi kepada instansi diatasnya tentang kondisi kerusakan
tanggul terhadap ancaman banjir berikutnya.
c. Memberikan informasi sebagai masukan kepada instansi diatasnya terhadap
usaha penanggulangan banjir (flood fighting) yang perlu dilakukan.
d. Melaksanakan investigasi kerusakan bangunan sesuai prosedur tetap yang ada.
e. Persiapan dan pengajuan anggaran untuk perbaikan, rehabilitasi, atau
rekonstruksi terhadap bangunan yang rusak.

2. Tingkat kerusakan (urgency) B


a. Memperbaiki kerusakan atau rehabilitasi bangunan oleh instansi berwenang, jika
memungkinkan
b. Melaksanakan investigasi kerusakan bangunan sesuai prosedur tetap yang ada
c. Persiapan dan pengajuan anggaran untuk perbaikan, rehabilitasi, atau
rekonstruksi bangunan

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-28

4 -28
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

d. Pencatatan hasil pemantauan bangunan di lapangan dilakukan dengan


menggunakan Formulir model MON.1.

Tingkatan Dalam Pemeliharaan Bangunan


Bangunan Sabo merupakan bagian dan bangunan sungai, sehingga secara teknis
tindakan kaidah pemeliharaan bangunan Sabo dapat diklasifikasikan dalam tiga
tingkatan, yaitu:

1. Pemeliharaan bersifat preventif


a. Pemeliharaan peventif atau pencegahan menjaga agar bangunan pengendali
sedimen tetap dapat berfungsi secara optimal sesuai tingkat kegunaan atau
kinerja yang direncanakan
b. Kegiatan pemeliharaan ini dapat diprogramkan dengan pasti tanpa menunggu
munculnya gejala kerusakan bangunan
c. Kegiatan bersifat preventif terdiri dan beberapa jenis kegiatan pemeliharaan,
yaitu:
a). Pemeliharaan rutin, dilaksanakan secara terus-menerus, seperti pengaturan
alur sungai agar aliran tetap di tengah menjauhi kaki tanggul
b). Perneliharaan berkala, dilaksanakan menurut tenggang waktu tertentu,
meliputi pengecatan patok pengaman jembatan pelintas di dam pengendali
sedimen, pembersihan intake pada bangunan pengendali sedimen yang
difungsi-gandakan untuk pengambilan air irigasi atau tenaga air ( hydro
power)
c). Pemeliharaan bersifat reparasi, bersifat perbaikan ringan, seperti kerusakan
kecil pada dinding tepi dam pengendali sedimen.
2. Pemeliharaan bersifat korektif
Pemeliharaan korektif bertujuan untuk memperbaiki kerusakan bangunan pengendali
sedimen atau melakukan tindakan koreksi terhadap kekurangan yang ada pada
bangunan tersebut tanpa merubah tujuan dan sistem bangunan tersebut.
Jenis kegiatan pemeliharaan yang bersifat korektif, yaitu:

a. Pemeliharaan khusus, dilakukan jika pemeliharaan rutin tidak efektif lagi


b. Pemeliharaan rehabilitasi, dilakukan untuk mengembalikan fungsi bangunan
pengendali sedimen pada kondisi semula tanpa merubah sistem dan tingkat
layanan bangunan
c. Pemeliharaan rektfikasi, dilakukan untuk menyempurnakan fungsi dan kinerja
bangunan pengendali sedimen dengan melakukan koreksi dalam skala terbatas.
3. Pemeliharaan bersifat darurat
Pemeliharaan bersifat darurat merupakan tindakan yang harus dilakukan secepatnya
ketika dijumpai bangunan berada pada tingkat kerusakan ( urgency) A, sehingga
kualitas bangunan juga bersifat darurat. Disamping tindakan bersifat fisik ( structural

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-29

4 -29
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

measures) beupa perkuatan dan perbaikan kerusakan bangunan, perlu dilakukan


pula tindakan bersifat non-fisik , berupa:

a. Peningkatan kewaspadaan dan persiapan masyarakat untuk menghindar


terhadap ancaman bencana banjir
b. Penyebarluasan pada masyarakat tentang informasi ancaman bencana banjir

Beberapa Kasus Kerusakan Bangunan


Berbagai kasus kerusakan bangunan yang sering terjadi pada beberapa tipe bangunan
pengendali sedimen antara lain adalah:

Bangunan Penguat Tebing (Revetment)


1. Bangunan penguat tebing (Revetment) patah
Patahnya revetment terjadi akibat erosi dasar sungai di sepanjang pondasi. Erosi
seringkali disebabkan oleh perubahan arah aliran atau dasar sungai tererosi ketika
banjir.

Gambar 4.2. Penguat tebing (revetment) patah

2. Terbentuk rongga dibelakang bangunan penguat tebing (Revetment)


Terbentuknya rongga dibelakang bangunan penguat tebing terjadi akibat material
halus yang ada dibelakang dinding revetment keluar melalui celah sambungan
antara dinding revetment maupun melalui lubang alir.

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-30

4 -30
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Gambar 4.3. Terbentuk rongga di belakang dinding revetment

3. Bangunan penguat tebing runtuh akibat tekanan air di belakang dinding.


Ketika tinggi banjir turun, menyisakan tekanan air tanah di belakang dinding
revetment. Jika kemiringan revetment terlalu tegak, tekanan air tanah pada
dinding revetment terlalu besar, menyebabkan runtuhnya bangunan.

Gambar 4.4. Penguat tebing runtuh akibat tekanan air tanah

Bangunan Tanggul (Dike /Levee)


1. Limpasan banjir melewati puncak tanggul (overflow)
Limpasan banjir pada puncak tanggul merupakan ancaman terhadap runtuhnya
tanggul. Penetapan tinggi tanggul harus diperhitungkan secara cermat terhadap
debit banjir rencana

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-31

4 -31
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Gambar 4.5. Puncak tanggul dilimpasi banjir

2. Rembesan melalui badan tanggul (Seepage)


Rembesan air yang berkelanjutan dan sisi dalam tanggul dapat mengakibatkan
keruntuhan di sisi luar tanggul

Gambar 4.6. Rembesan melalui badan tanggul mengancam stabilitas tanggul

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-32

4 -32
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

BAB 4. Metodologi / Rencana Kerja E-33

4 -33
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

4.2.3. Pekerjaan Kajian Teknis

Pada tahap ini akan dilakukan pekerjaan - pekerjaan sebagai berikut :

a. Rekapitulasi Hasil Survey & Inventarisasi Data

Semua data hasil inventarisasi dimasukkan kedalam formulir-formulir yang sesuai dan
diisi di lapangan. Sebelum dimasukkan kedalam komputer terlebih dahulu diadakan
pengecekan antara lain:

Konsistensi nama-nama bangunan antara formulir satu dengan lainnya

Konsistensi angka-angka desain dalam hubungan bangunan dan lainnya

Kebenaran informasi mengenai kondisi, fungsi, tahun-tahun rehabilitasi, d.l.l

Penyusunan file-file foto serta keterangannya, jangan sampai tertukar satu dengan
lainnya.

Rekapitulasi dan serangkaian analisa. Rekapitulasi yang dilakukan ini akan menggunakan
perangkat lunak excel.

Perhitungan biaya baik untuk taksiran bila membangun baru, maupun biaya yang
diperlukan untuk perbaikan, meskipun tingkatannya masih kasar namun sebaiknya file
perhitungannya disimpan secara rapi sehingga bila diperlukan revisi mudah untuk
menemukan kembali.

Pada saat survey bagian-bagian bangunan dilakukan dengan menggunakan roll meter.
Dari pengukuran tersebut diperkirakan volume pekerjaan dan kemudian akan
didapatkan besar biaya perbaikan atau pembuatan bangunan baru.

b. Validasi / Pemutakhiran Data

Setelah validasi data, dilanjutkan dengan pemasukan data kedalam komputer dengan
menggunakan software pembuatan Data Base yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Kegiatan ini akan dilaksanakan segera setelah kegiatan Rekapitulasi Hasil Survey &
Inventarisasi Data selesai dilaksanakan. Batasan validasi ini dimana data yang telah
terekap telah memenuhi standar sebagai berikut :

Data berupa nama-nama bangunan antara formulir satu dengan lainnya telah
konsisten

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-34


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Data berupa angka-angka desain dalam hubungan bangunan satu dan lainnya telah
konsisten

Informasi mengenai kondisi, fungsi, tahun-tahun rehabilitasi, d.l.l telah benar

File-file foto serta keterangannya, telah tersusun dengan baik

c. Pemasukan Data ke Komputer & Pengolahan.

Setelah validasi data, semua data-data dimasukkan kedalam komputer dengan


menggunakan software pembuatan Data Base yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Data-data yang dimasukkan kedalam sistem Data Base dan sistem informasi geografi
(SIG) adalah:

(1) Data identitas wilayah sungai

Data identitas wilayah sungai yang diperlukan antara lain:

Nama Wialayah Sungai, Daerah Aliran Sungai

Lokasi hidrologis

Lokasi administratif

Lokasi geografis

Jenis layanan

Potensi, dan

Kinerja

(2) Data sekunder berisi:

Ketersediaan air

Data ketersediaan air adalah data debit dari sumber air berupa sungai atau air
tanah. Data yang dikumpulkan adalah data tahun-tahun yang lalu sebaiknya lima
tahun kebelakang.

Skema Sungai, irigasi dan skema bangunan SDA

Skema Sungai, irigasi dan skema bangunan SDA yang digunakan untuk melihat
kinerja masing-masing saluran dan bangunan.

Harga-harga satuan pekerjaan setempat.

Data data ini diperlukan untuk menghitung perkiraan biaya nilai asset
pengganti (bila dibangun baru) atau biaya perbaikan masing-masing saluran dan
bangunan.

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-35


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Data lahan

Data lahan irigasi yang bukan termasuk dalam aset irigasi namun dapat dijadikan
tingkat pelayanan dari irigasi, Data lahan rawa, dan Data Lahan Gambut.

(3) Data tentang sungai

Data sungai yang diperlukan antara lain dimensi, kondisi, fungsi, nilai dan
dokumentasi foto mutahir.

(4) Data tentang bangunan SDA

Data bangunan SDA yang diperlukan antara lain dimensi, kondisi, fungsi, nilai dan
dokumentasi foto mutahir/terkini.

d. Audit Teknis dan AKNOP (Angka Kebutuhan Nyata OP)

I). Audit Teknis Bangunan Pengendali Lahar / Sedimen

Umum

Air yang bercampur dengan material padat berupa pasir dan batu-batu besar
dalam konsentrasi sangat tinggi, bergerak bersama dengan cepat menuruni alur
curam di daerah gunungapi (Vulcanic) disebut aliran lahar. Aliran lahar
merupakan pergerakan sedimen bersifat kolektif (mass movement), dapat pula
terjadi di daerah bukan gunungapi (Non- Vulcanic) Secara teknis, pergerakan
sedimen semacam ini disebut sebagai aliran debris (debris flow). Aliran debris
memiliki kekuatan daya rusak yang besar, sehingga seringkali menimbulkan
ancaman bencana sepanjang pengalirannya dari hulu ke hilir.

Pengendalian aliran debris dilakukan dengan menerapkan sistem Sabo mulai dari
bagian hulu, tengah dan hilir, melalui berbagai macam bangunan pengendali
sedimen atau bangunan Sabo. Setiap bangunan Sabo memiliki fungsi masing-
masing yang harus bekerja didalam satu sistem pengendalian.

Macam Fasilitas Bangunan Pengendali Sedimen

Berbagai fasilitas bangunan pengendali sedimen atau bangunan Sabo yang


ditetapkan untuk mengendalikan aliran debris di daerah vulkanik maupun non-
vulkanik memiliki fungsi dasar yang sama, yaitu:

1. Menangkap aliran debris sehingga debit aliran berkurang

2. Memperlambat kecepatan aliran debris

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-36


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

3. Mengarahkan aliran debris

4. Menyediakan kapasitas tampungan aliran debris

5. Membatasi penyebaran aliran debris

6. Menekan terjadinya aliran debris

Berbagai macam bangunan pengendali sedimen yang diterapkan untuk


mengendalikan aliran debris sejak dan sumber sedimen, transportasi sedimen
hingga pengendapannya adalah:

1. Dam Pengendali Sedimen (Sabo Dam)

Merupakan bangunan melintang sungai yang mempunyai peranan paling


dominan diantara bangunan pengendali sedimen lainnya dalam satu sistem
pengendalian.

Fungsi utama Dam Pengendali Sedimen atau Sabo Dam adalah:

1. Memperlandai kemiringan dasar sungai, mengurangai kecepatan aliran


dan mencegah terjadinya erosi vertikal

2. Mengatur arah aliran untuk mencegah terj adinya erosi lateral

3. Menstabilkan kaki bukit untuk mencegah longsoran lereng bukit

4. Menahan dan mengendalikan sedimen yang mengalir ke arah hilir dengan


mereduksi debit puncak

2. Tanggul (Training dike)

Merupakan bangunan sejajar sungai yang bekerja dalam satu sistem


pengendalian aliran sedimen.

Fungsi utama banguna tanggul yang bekerja dalam sistem Sabo adalah:

1. Mengarahkan aliran debris menuju tempat yang aman

2. Mencegah limpasan aliran debris keluar alur sungai

3. Krib (Spur dike)

Merupakan bangunan yang membentuk sudut tegak lurus atau miring


terhadap sumbu sungai. Fungsi utama untuk mengendalikan arah aliran dan
melindungi tebing sungai.

4. Perkuatan Tebing (Revetment)

Merupakan bangunan sepanjang tebing sungai, mempunyai fungsi utama


untuk melindungi tebing dari ancaman erosi.

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-37


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

5. Saluran Kanal (Channel Works)

Merupakan bangunan sepanjang alur yang berfungsi untuk meluruskan alur


mengarahkan aliran debris ke hilir tanpa menimbulkan kerusakan.

Karakter Spesifik Dam Pengendali Sedimen

Dibandingkan dengan bangunan sungai lainnya, bangunan dam pengendali


sedimen atau Sabo Dam memiliki karakteristik yang berbeda sebagai berikut:

1. Pondasi bangunan Sabo Dam bersifat mengambang (floating foundation),


sehingga dalam pemilihan lokasi bangunan, fungsi bangunan lebih menjadi
pertimbangan daripada perletakan bangunan.

2. Kemiringan sisi hilir tubuh dam utama (main dam) Sabo sangat kecil (hampir
tegak) dibandingkan sisi hulu, dengan tujuan untuk menghindari benturan
batu-batu besar yang terbawa aliran banjir.

3. Lubang alir dibuat pada tubuh dam sebagai saluran pengelak ketika
pelaksanaan pembangunan. Saat bangunan selesai dibuat, lubang alir
berfungsi mengalirkan sedimen saat terjadi banjir kecil.

Bagian Dam Pengendali Sedimen Rawan Rusak

Penyebab hancurnya bangunan pengendali sedimen pada sering terjadi akibat


perubahan bangunan, seperti perubahan ukuran bangunan, perubahan dimensi
bagian bangunan, perubahan lokasi bangunan, perubahan hubungan fungsional
satu bangunan dengan bangunan lainnya.

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-38


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Gambar 4.7. Bagian Bangunan Dam Pengendali Sedimen

Kerusakan bangunan dam pengendali sedimen atau Sabo Dam pada umumnya
terjadi pada bagian apron, sub-dam, tanggul, lubang alir, mercu dan sayap.

Pengertian Operasi Dan Pemeliharaan

Operasi atau eksploitasi ialah usaha untuk pendayagunaan sesuatu sumber daya,
sedangkan pemeliharaan ialah usaha yang ditujukan untuk menjamin kelestarian
phisik sesuatu benda sehingga terjamin kelestarian fungsinya. Adanya hubungan
yang erat dan saling ketergantungan antara operasi dan pemeliharaan, maka
kedua kegiatan tersebut dapat disatukan menjadi satu kebulatan usaha yang
disebut dengan operasi dan pemeliharaan. Jadi pengertian operasi dan
pemeliharaan ialah usaha-usaha yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya
kelestarian fungsi dan keberadaan bangunan.

Siklus Perencanaan, Pelaksanaan Dan Pemeliharaan

Terdapat keterkaitan antara perencanaan (Plan), pelaksanaan (Do) dan


pemeliharaan bangunan (See) dalam hirarki siklus Plan-Do-See yang kelanjutan.
Suatu bangunan pengendali dibuat berdasarkan perencanaan yang sudah ada.

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-39


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Agar manfaat bangunan selalu terjaga sesuai yang direncanakan, perlu dilakukan
pemeliharaan dan pemantauan bangunan (see).

PLAN DO
(Perencanaan) (Pelaksanaan)
Suvey Untuk Perencanaan Suvey Pelaksanaan
& Desain dst Konstruksi dst

SEE
(PEMELIHARAAN)
Monitoring Fungsi
Bangunan & Perubahan
Bentuk Bangunan

Gambar 4.8. Siklus Perencanaan - Pelaksanaan - Pemeliharaan

Suatu bangunan pengendali sedimen dibuat (Do) didasarkan pada perencanaan


(Plan). Agar manfaat bangunan selalu terjaga, perlu dilakukan pemeliharaan dan
pemantauan bangunan (see). Proses tersebut berlangsung berkelanjutan,
meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan dan aspek pemantauan.

Dominasi Aspek Pemeliharaan Bangunan

Berdasarkan pada fungsi utama bangunan pengendali sedimen adalah untuk


mengendalikan aliran sedimen (debris flow) , maka:

Sasaran utama operasi dan pemeliharaan bangunan pengendali sedimen adalah


memelihara keberadaan bangunan agar bangunan tetap berdiri untuk
menjalankan fungsinya.

Aspek operasi pada bangunan pengendali sedimen lebih berorientasi pada usaha
memperoleh manfaat tambahan bangunan untuk berbagai keperluan, seperti
intake irigasi, jembatan pelintas, dan lain-lain.

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-40


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Jadi dalam operasi dan pemeliharaan bangunan pengendali sedimen aspek


pemeliharaan bangunan lebih dominan dan pada aspek operasi.

Aspek Penambangan Pasir Bagi Pemeliharaan Bangunan

Kegiatan penambangan pasir di lokasi Sabo Dam dapat memberikan kontribusi


positif bagi bangunan jika dilakukan dengan memperhatikan kaidah teknis
keamanan bangunan, sehingga menghasilkan kontribusi positif terhadap
penyediaan kembali kapasitas tampung bangunan untuk menerima pasokan
sedimen pada banjir berikutnya, yaitu dengan:

1. Memperhatikan batasan volume penambangan berdasarkan ketersediaan


bahan galian hingga akhir musim kemarau

2. Menghindari timbulnya dampak negatif penambangan terhadap kerusakan


lingkungan sungai dan bangunan sungai lainnya

3. Memperhatikan kelayakan penggunaan alat berat pada suatu lokasi


penambangan, sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial bagi
penambang rakyat

4. Memperhatikan legalitas usaha kegiatan penambangan sesuai aturan


perundangan yang berlaku

Untuk itu perlu dilakukan usaha yang terus menerus agar masyarakat memahami
manfaat bangunan pengendali sedimen bagi keselamatan manusia dan
lingkungan.

A). OPERASI BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN

Fungsi Bangunan Pengendali Sedimen

Bangunan pengendali sedimen dibuat dengan tujuan untuk mengendalikan


aliran sedimen agar tidak menimbulkan bencana aliran sedimen yang
berlebihan (excess sediment). Pengendalian dilakukan oleh setiap
bangunan pengendali sedimen sesuai fungsi masing-masing untuk
menekan produksi sedimen, mengendalikan aliran sedimen dan membatasi
penyebaran atau pengendapan sedimen. Peranan dominan dalam
mengendalikan aliran sedimen dilakukan oleh dam pengendali sedimen
atau dam Sabo, yang mempunyai fungsi menampung sedimen (Vs),
menahan sedimen (Vd), dan mengontrol sedimen (Vc).

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-41


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Setiap bangunan dengan fungsinya masing-masing bekerja dalam satu


sistem sistem Sabo atau Sabo Works. Sasaran utama sistem ini adalah
pergerakan sedimen massa yang berupa aliran debris. Oleh bangunan
Sabo, pergerakan aliran debris dipengaruhi sejak dan proses pembentukan,
pengeliran hingga pengendapannya. Berdasarkan perencanaan dasar
pengendalian sedimen yang mengatur pola keseimbangan sedimen, tipe
bangunan Sabo yang diperlukan dapat ditetapkan.

Ada beberapa pokok tujuan perencanaan pengendalian sedimen yang erat


kaitannya dengan fungsi bangunan pengendali sedimen, yakni:

1. Aliran debris dalam perjalanannya dan hulu ke hilir mengalami proses


entrainment sediment load, mengerosi dasar dan tebing sungai
sehingga volume debris semakin bertambah

2. Aliran debris mudah melimpas keluar alur ketika penampang sungai


tidak memadai

3. Kelebihan sedimen yang membahayakan begi bagian hilir (excess


sediment), melalui perencanaan dasar pengendalian sedimen akan
dikelola oleh berbagai bangunan Sabo

4. Dalam merencanakan bangunan Sabo perlu mempertimbangkan


pemanfaatan bengunan untuk keperluan masyarakat setempat. Oleh
sebab itu keterlibatan masyarakat setempat perlu diperhatikan sejak
proses peleksanaan kegiatan

Memperhatikan tujuan utama dibuatnya bangunan pengendali sedimen


maupun peran dominan dan fungsi dam pengendali sedimen dalam
mengendalikan aliran sedimen, maka sasaran operasi bangunan pengendali
sedimen tertuju kepada aspek optimalisasi pemanfaatan bangunan.

Operasi Bangunan Pengendali Sedimen

Berdasarkan pada tujuan utama bangunan pengendali sedimen dan fungsi


masing-masing bangunan untuk mencapai tujuan tersebut, maka kegiatan
operasi Bangunan pengendali sedimen meliputi:

1. Mengatur ketersediaan kapasitas dam pengendali sedimen untuk


menampung, mengontrol dan menahan sedimen

2. Menjaga dam pengendali sedimen agar selalu mampu melepaskan


volume sedimen kontrol (Ve) ke arah hilir sesuai mekanisme kinerja
bangunan

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-42


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

3. Menjaga agar manfaat tambahan dam pengendali sedimen, seperti


pengambilan (intake) air untuk irigasi dan sebagainya dapat tetap
berlangsung

4. Menjaga bangunan tanggul, krib, groundsill maupun kantong pasir,


sebagai bagian dan bangunan pengendali sedimen agar dapat tetap
berfungsi sesuai tujuannya

Selain fungsi utama bangunan, seringkali keberadaan bangunan pengendali


sedimen dapat memberikan rnanfaat tambahan, atau bahkan sengaja
dibuat untuk dapat memberikan manfaat tambahan bagi masyarakat.
Dipandang dan aspek operasi atau eksploitasi bangunan pengendali
sedimen, manfaat tambahan tersebut dapat memberikan pengaruh positif
terhadap bangunan dalam menjalankan fungsi utamanya, sepanjang
persyaratan teknis untuk keamanan bangunan dipenuhi.

Beberapa manfaat tambahan bangunan pengendali sedirnen yang dapat


dieksploitasi, antara lain adalah:

1. Pemanfaatan tampungan pasir di sebelah hulu dam pengendali sedimen


atau bangunan lainnya untuk bahan galian golongan C, dapat
memberikan kontribusi positif terhadap penyediaan kembali kapsitas
tampung bangunan untuk banjir yang akan datang

2. Pemanfaatan air sungai yang diambil di bangunan pengendali sedimen


untuk berbagai keperluan, seperti irigasi, pembangkit listrik tenaga air
berskala kecil (mini hydro power) dan sebagainya

3. Pemanfaatan dam pengendali sedimen untuk jembatan pelintas


(submerged bridge).

Pemanfaatan sumber daya atau operasi bangunan yang dilakukan sesuai


ketentuan teknis akan memberikan kontribusi positif terhadap bangunan.

B). PEMELIHARAAN BANGUNAN SABO

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-43


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Pemeiharaan Bangunan

Agar fungsi bangunan pengendali sedimen tetap terjaga sesuai rencana,


maka setiap perubahan yang terjadi pada bangunan harus tidak
melemahkan fungsi, stabilitas dan kekuatan bangunan. Perubahan
bangunan yang terjadi harus dipantau secara rutin maupun secara berkala,
terutama setelah terjadi banjir. Alasan perlunya pemeliharaan bangunan
dilakukan, adalah:

1. Bangunan pengendali sedimen mempunyai batasan kekuatan tertentu,


sedangkan aliran debris sebagai parameter utama sasaran yang harus
dikendalikan sulit diperkirakan besaran kekuatan dan waktu
kedatangannya.

2. Setiap bagian bangunan dam pengendali sedimen, seperti sayap,


dinding tepi, apron, sub-dam, harus tetap terjaga fungsinya.

3. Perubahan yang terjadi pada setiap bagian bangunan pengendali


sedimen harus tidak melemahkan fungsinya.

4. Eksistensi bangunan pengendali sedimen diperlukan untuk menjamin


kelestarian fungsi bangunan.

Prosedur Kegiatan Pemeliharaan Bangunan

Prosedur kegiatan merupakan tahapan kegiatan pemeliharaan bangunan


yang dilakukan secara berkelanjutan, sehingga setiap perubahan bangunan
akan terekam dalam rutinitas pemeliharaan bangunan. Organisasi dalam
pemeliharaan bangunan terdiri atas organisasi lapangan sebagai inisiator
dan pelaksana program kegiatan dan organisasi diatasnya sebagai pemberi
persetujuan dan pembina pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan.

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-44


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Pengumpulan Data Bangunan Sabo

1. Pembuatan Daftar Inventarisasi Bangunan

Tingkat
Kerusakan C 2. Pemantauan

Penetapan Tingkat Kerusakan

Kerusakan B
Tingkat Kerusakan A

Tingkat
3. Penanganan Darurat

4. Investigasi Kerusakan Bangunan

5. Laporan Keadaan (Status) dan Daftar Prioritas

6. Pelaksanaan Pemeliharaan Bangunan

LAPORAN SELESAI

Gambar 4.9. Prosedur atau Bagan Alur Kegiatan Pemeliharaan Bangunan


Pengendali Sedimen (Bangunan Sabo)

Prosedur kegiatan Pemeliharaan meliputi enam (6) tahapan, yaitu:

1. Pembuatan dan penyerahan daftar inventarisasi bangunan

2. Pemantauan atau monitoring

3. Penanganan darurat

4. Investigasi kerusakan bangunan

5. Formulir keadaan (status) dan Daftar Prioritas

6. Pelaksanaan perbaikan dan / atau rehabilitasi

Tahapan Prosedur Pemeliharaan Bangunan

Aktivitas pemeliharaan bangunan pengendali sedimen dilakukan mengikuti


tahapan sesuai Bagan Alir Kegiatan Pemeliharaan Bangunan Pengendali
Sedimen atau Bangunan Sabo sebagai berikut :

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-45


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

1. Pembuatan Daftar Inventrarisasi Bangunan

1) Daftar Inventarisasi Bangunan dibuat melalui pengumpulan data


bangunan di kantor dan lapangan

2) Daftar inventarisasi bangunan dibuat oleh intansi lapangan yang


mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap bangunan
pengendali sedimen di wilayah kerjanya. Daftar inventarisasi
tersebut diserahkan kepada instansi vertikal diatasnya setiap tahun
pada akhir bulan tertentu (misal akhir bulan Juni)

3) Daftar inventarisasi meliputi seluruh bangunan pengendali sedimen


yang berada dibawah tanggung jawabnya, dilengkapi dengan peta
lokasi bangunan. Daftar Inventarisasi Bangunan yang diserahkan
menggunakan Formulir Model INVENT.1, INVENT.2 dan INVENT.3

2. Pemantauan atau Monitoring

Pemantauan atau monitoring bangunan dilakukan Instansi lapangan


atau bagian instansi terkait yang mempunyai tanggung jawab terhadap
bangunan bersangkutan. Jika dijumpai kerusakan bangunan, maka
kerusakan tersebut dikategorikan kedalam tiga (3) tingkatan, yaitu
tingkat kerusakan (urgency) A, B atau C, dicantumkan dalam formulir
pancatatan. Pemantauan bangunan dilakukan menggunakan lembar
daftar pencatatan Formulir Model MONIT.

3. Penanganan Darurat

Jika ditemukan bangunan rusak pada tingkat kerusakan A, seperti


bangunan tanggul yang terancam limpasan (overflow) atau terancam
putus pada banjir mendatang, maka instansi lapangan yang
mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap bangunan
tersebut harus menginformasikan kondisi tersebut pada instansi
diatasnya agar dapat dilakukan tindakan pengamanan secepatnya
berupa penanganan darurat menghadapi banjir mandatang.
Penanganan darurat perlu dilakukan bersama instansi terkait lainnya
dan masyarakat.

4. Investigasi Kerusakan dan Laporan Keadaan / Status Bangunan

Segera setelah ditemukan kerusakan bangunan, instansi lapangan yang


mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap bangunan
tersebut harus segera melakukan investigasi terhadap kerusakan dan

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-46


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

problemanya. Hasil investigasi kerusakan dicatat dalam Formulir Model


RUSAK.1 dan RUSAK.2

Pada akhir bulan tertentu (misal bulan Desember), instansi lapangan


yang berwenang harus menyerahkan Laporan Keadaan / Status
Bangunan menggunakan Formulir Model KEAD.

5. Daftar Prioritas

Berdasarkan pada anggaran biaya yang telah disetujui, instansi terkait


segera memilih dan menetapkan bangunan yang hendak diperbaiki
atau direhabilitasi dengan mempertimbangkan aspek benefiditas, aspek
pembiayaan dan aspek lingkungan.

Formulir daftar prioritas bangunan pengendali sedimen harus


diserahkan pada instansi vertikal atau bidang diatasnya untuk medapat
persetujuan. Persetujuan akan diberikan sepanjang bangunan tersebut
sudah masuk didalam daftar inventarisasi bangunan sebelumnya.

Digunakan Formulir Model PRIO.1 dan PRIO.2.

6. Pelaksanaan Perbaikan atau Rehabilitasi Bangunan

Pelaksanaan perbaikan maupun rehabilitasi terhadap kerusakan


bangunan pada prinsipnya dilakukan secara swakelola oleh tim teknis
instansi terkait. Dalam kondisi tertentu, dengan mempertimbangkan
berbagai aspek, seperti tingkat kerusakan bangunan yang tinggi,
tingkat kepentingan dan kompleksitas pelaksanaan perbaikan bangunan
yang tinggi, maka pekerjaan perbaikan atau rehabilitasi bangunan
dapat menggunakanjasa pihak kedua.

Model Formulir Untuk Kegiatan Pemeliharaan Bangunan

Model formulir yang dipergunakan didalam kegiatan pemeliharaan


bangunan pengendali sedimen terdiri atas, formulir model INVENT .1,
INVENT.2 dan INVENT.3, formulir model MONIT, formulir model RUSAK.1,
RUSAK.2, formulir model KEAD dan formulir model PRJO. 1, PRTO.2 yang
masing-masing terlampir dalam bab bersangkutan

C). Laporan Keadaan / Status Dan Prioritisasi Bangunan

Berdasarkan alokasi dana yang tersedia pada setiap tahun anggaran,


instansi yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab terhadap
bangunan pengendali sedimen di suatu wilayah melakukan seleksi untuk
menetapkan bangunan yang menjadi prioritas diperbaiki dan / atau

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-47


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

direhabilitasi. Seleksi untuk menetapkan prioritas tersebut dilakukan


mengacu pada Daftar Inventarisasi Bangunan dan Laporan Status
Bangunan yang telah dibuat dan diusulkan ke instansi atasan yang
berwenang. Penyampaian usulan biaya dilakukan sesuai waktu tertentu
yang telah ditetapkan (biasanya sebelum bulan Desember tahun anggaran
sebelumnya).

Laporan keadaan / status bangunan

Laporan status merupakan laporan tentang keadaan atau status bangunan


pengendali sedimen di wilayah bersangkutan. Laporan status dibuat oleh
instansi terdepan yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab
terhadap bangunan, dilampiri Formulir Investigasi Kerusakan Bangunan
Model RUSAK. 1 dan RUSAK.2, diserahkan kepada instansi diatasnya untuk
pengesahan pada setiap bulan tertentu (misal bulan Juni).

Didalam Laporan Status dicantumkan penjelasan beberapa hal sebagai


berikut:

1. Kode inventarisasi

2. Nama bangunan

3. Lokasi bangunan ( kabupaten, kecamatan dan desa)

4. Panjang bangunan

5. Tanggal / tahun pembangunannya dan perbaikan terakhir yang


dilakukan

6. Status atau kondisi bangunan (tingkat pemeliharaan yang diperlukan,


perbaikan ringan, perbaikan sedang atau perlu rehabilitasi)

7. Informasi kejadian banjir (tanggal, kondisi banjirnya, dan sebagainya)

8. Penanggulangan darurat (bentuk penanggulangan dan kapan


dilakukan)

9. Jenis perbaikan / penanggulangan yang diperlukan

10. Catatan / keterangan.

Formulir untuk laporan status / keadaan digunakan Formulir Model KEAD


diisi meliputi:

1. Kode inventarisasai, diisi sesuai kode inventarisasi yang tercantum


didalam formulir inventarisasi bangunan model INVENT. 1.

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-48


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

2. Nama bangunan, sesuai jenis bangunan yang tercantum didalam


formulir inventarisasi bangunan model INVENT. 1 maupun formulir
investigasi kerusakan bangunan model RUSAK. 1.

3. Lokasi, ditulis lokasi bangunan: kabupaten, kecamatan dan desa, sesuai


dalam formulir inventarisasi bangunan model INVENT. 1.

4. Panjang bangunan, sesuai dalam formulir model INVENT. 1.

5. Tanggal pembangunan dan perbaikan terakhir yang pemah


dilaksanakan, diisi berdasarkan formulir investigasi kerusakan bangunan
model RUSAK. 1 dan dan data lainnya. Jika belum pernah dilakukan
perbaikan diberi kode huruf tertentu untuk membedakan dengan
bangunan yang sudah pemah diperbaiki.

6. Status / keadaan, jika bangunan dalam keadaan baik tanpa kerusakan,


tuliskan Baik, tetapi jika terdapat kerusakan sebutkan tingkat
kerusakannya, yaitu tingkat A , B atau C.

7. Informasi kerusakan, harus disebutkan satu-persatu kerusakan yang


ada, termasuk pemantauan bangunan jika diperlukan.

8. Tindakan Darurat, berkaitan dengan kerusakan bangunan pada tingkat


A, terutama jenis bangunan yang biasanya memberikan ancaman
langsung pada penduduk, seperti tanggul yang terancam limpasan
banjir oleh berbagai sebab. Dicantumkan tanggal dan jenis tindakan
darurat yang pernah dilakukan.

9. Tingkat tindakan perbaikan diklasifikasikan kedalam:

a. Perbaikan ringan (minor repair)

Merupakan perbaikan dan bagian atau komponen bangunan saja


atau perbaikan reparasi.

b. Perbaikan berat (major repair)

Merupakan perbaikan atau restorasi beberapa kerusakan bagian


bangunan atau komponen bangunan yang luas atau bagian utama
dan bangunan. Perbaikan berat bersifat korektif.

Rehabilitasi, Restorasi bangunan pengendali sedimen secara


menyeluruh, untuk mengembalikan fungsi bangunan pada kondisi
semula.

10. Catatan atau keterangan, diisi jika ada informasi lainnya terutama yang
berkaitan dengan kerusakan bangunan.

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-49


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-50


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Prioritas bangunan

Kriteria yang dipergunakan untuk membuat daftar prioritas bangunan harus


jelas dipandang dari berbagai aspek, yaitu aspek biaya perbaikan atau
rehabilitasi, aspek peningkatan benefiditas, aspek sosial dan lingkungan.
Untuk memenuhi berbagai apek yang diperlukan dalam menetapkan
prioritisasi bangunan, diperlukan diskusi yang mamadai berdasar data
kerusakan bangunan yang ada.

Daftar prioritas bangunan dibuat dengan menggunakan Formulir Model


PRIO.1 dan PRIO.2.

Formulir model PRIO.1, merupakan daftar pekerjaan perbaikan /


rehabilitasi yang terpilih, berisi tentang nama pekerjaan dan kode
inventarisasi bangunannya, lokasi, tahapan pembiayaan dan jumlah biaya
dalam rupiah.

Formulir model PRIO.2, menjelaskan setiap pekerjaan, yaitu:

1. Latar belakang pekerjaan / kegiatan.

2. Sasaran pekerjaan / kegiatan.

3. Penyebab kerusakan dan cara penanggulangannya.

Kedua formulir tersebut bila perlu dilengkapi dengan gambar denah ( Plan
view) dan tampak samping (Plan side) bangunan.

Bila diperlukan pada setiap formulir dilengkapi dengan foto bangunan


bersangkutan.

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-51


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-52


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-53


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Formulir model PRIO.1, merupakan daftar pekerjaan perbaikan /


rehabilitasi yang terpilih, berisi tentang nama pekerjaan dan kode
inventarisasi bangunannya, lokasi, tahapan pembiayaan dan jumlah biaya
dalam rupiah.

Formulir model PRIO.2, menjelaskan setiap pekerjaan, yaitu:

1. Latar belakang pekerjaan / kegiatan.

2. Sasaran pekerjaan / kegiatan.

3. Penyebab karusakan dan cara penanggulangannya.

Kedua formulir tersebut bila perlu dilengkapi dengan gambar denah ( Plan
view) dan tampak samping (Plan side) bangunan.

II). Penyusunan AKNOP

1. Standar Estimasi Biaya O&P

a. Operasi dan pemeliharaan merupakan bagian dari pengelolaan


Sumber Daya Air.

b. Penentuan nilai satuan biaya operasi dan pemeliharaan didasarkan


pada perhitungan kebutuhan Makro Planning dan AKNOP yang dapat
dipertanggung jawabkan.

1.1. Untuk Keperluan Makro Planning

Untuk keperluan Makro Planning diperkirakan sebesar 2,5% dari


nilai aset.

1.2. Untuk Keperluan Penyusunan Perkiraan Biaya O&P

a. Sungai yang Mempunyai Aset

- Standar estimasi biaya O&P untuk sungai dan danau yang


mempunyai aset dihitung berdasarkan estimasi kebutuhan
biaya pemeliharaan bangunan:

Bangunan berumur < 5 th = 0,6% nilai asset

Bangunan berumur 5 25 th = 1.3% nilai asset

Bangunan berumur > 25 th = 1.9% nilai asset

- Estimasi kebutuhan biaya Operasional:

0.6 1.9 % nilai asset

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-54


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

b. Sungai yang Tidak Mempunyai Aset (Sungai Alam)

Sungai dan danau yang tidak mempunyai aset yang ekonomis


untuk dikelola maka pendanaan operasi dan pemeliharaan
sungai tersebut menjadi beban Pemerintah berdasarkan
taksiran kasar hasil survey global.

1.3. Untuk Penyusunan AKNOP Sabo Dam

Penyusunan Angka Kebutuhan Nyata O&P (AKNOP) Sabo Dam :

a. Penyusunan AKNOP Sabo Dam dilakukan dengan penelusuran


(walkthrough) investigasi/pemantauan bangunan dengan
mencatat kegiatan O&P yang diperlukan.

b. Penyusunan anggaran biaya berdasarkan urutan prioritas:


1. Pengamanan jiwa manusia dan harta benda masyarakat.

2. Mencegah potensi kerusakan lebih parah.

3. Pengamanan obyek vital.

4. Berhubungan dengan kesehatan dan kebutuhan pokok


manusia.

5. Pemeliharaan preventif.

6. Pemeliharaan korektif.

7. Pemeliharaan berat.

8. Rehabilitasi atau rekonstruksi.

9. Penghijauan dan reboisasi, konservasi tanah.

10. Pemetaan daerah rawan bencana.

11. Perencanaan dan pengendalian penggunaan lahan.

c. Setiap tahun menyusun AKNOP untuk 2 (dua) tahun anggaran.

d. Prosedur penyusunan AKNOP mengikuti manual O&P Sungai


dan Danau.

e. Sungai yang Mempunyai Aset


Penyusunan anggaran untuk O&P sungai dan danau yang
mempunyai aset dihitung atas dasar mempertahankan sungai
sebagai fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi, ditambah

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-55


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

biaya Operasi dan Pemeliharaan prasarana Sumber Daya Air dan


nilai jasa pelayanan yang diberikan kepada pemanfaat air,
misalnya :

Pelayaran yang memerlukan kedalaman sungai tertentu maka


biaya O&P ditentukan atas biaya pelayanan operasi dan
pemeliharaan alur sungai.

Pelayanan air baku yang memerlukan kualitas air dengan


standar tertentu maka biaya O&P ditentukan atas pelayanan
tersebut.

Sungai / Sabo Dam yang mempunyai kantong tambang galian


gol. C, biaya O&P ditentukan atas dasar pelayanan terhadap
para penambang yang meliputi biaya penataan daerah
tambang dan pemeliharaan akses angkutan masuk dan keluar
dari daerah tambang.

f. Sungai yang Tidak Mempunyai Aset


Penyusunan anggaran untuk sungai dan danau tidak beraset
dihitung atas dasar keperluan mempertahankan sungai dan
danau sebagai fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi,
meliputi :

1. Pengamatan setiap tahun (bantaran dan sempadan


sungai).

2. Pengukuran berkala minimal 5 thn sekali, terdiri dari


penampang melintang dan memanjang.

3. Pengukuran berkala kualitas air.

4. Pengawasan dan Pemantauan.

5. Pemanfaatan bantaran.

6. Pemanfaatan sempadan.

7. Papan larangan.

8. Kegiatan fisik :

- Pembersihan sampah/gulma;

- Pemotongan pohon yang menggangu aliran;

- Penstabilan tebing.

9. Pengelolaan hidrologi.

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-56


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

10. Pemantauan konservasi.

2. Sumber Dana

a. Biaya O&P

i. Biaya operasi dan pemeliharaan Sabo Dam ditetapkan berdasarkan


angka kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan (AKNOP) Sabo
Dam

ii. Sumber dana untuk operasi dan pemeliharaan dapat berupa :

- Anggaran Pemerintah

- Anggaran swasta; dan/atau

- Hasil penerimaan biaya jasa pengelolaan Sumber Daya Air

b. Sharing Pembiayaan O&P

Pembiayaan dapat dilakukan dengan sharing antara institusi yang


berwenang dengan stakeholder berdasarkan nota kesepahaman.

i. Pendanaan operasi dan pemeliharaan Sabo Dam dapat


dilaksanakan oleh dua atau lebih provinsi untuk sungai lintas
provinsi dan oleh dua atau lebih kabupaten/kota untuk sungai
lintas kabupaten/ kota (menyesuaikan).

ii. Pendanaan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sungai dapat


diatur melalui Nota Kesepahaman.

3. Urutan Prioritas Pendanaan O&P

Pendanaan kegiatan O&P dilaksanakan berdasarkan urutan prioritas


sebagai berikut :

1. Kegiatan yang terdapat dalam rencana pengelolaan wilayah sungai.

2. Kegiatan yang bersifat darurat.

Kegiatan yang dibiayai bersama antara stakeholder melalui nota


kesepahaman

4.2.4. Pembahasan Dan Asistensi

Pembahasan yang harus disiapkan dan diikuti oleh konsultan mencakup:

a). Kickoff Meeting

Konsultan harus mengikuti rapat persiapan pelaksanaan kontrak (kickoff meeting)


untuk menyampaikan penjelasan teknis, konsep umum, sinkronisasi rencana kerja

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-57


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

dan finalisasi Rencana Mutu Kontrak (RMK). Acara ini menghadirkan direktur dan
team leader yang pelaksanaannya paling lambat 7 (tujuh) hari setelah
enandatanganan kontrak.

b). Pembahasan Laporan Pendahuluan

Konsultan harus menyerahkan draft laporan pendahuluan yang antara lain memuat
konsep dasar/general plan, kriteria teknis dan metode pelaksanaan.

c). Pembahasan Laporan Akhir

Konsultan harus menyerahkan draft Laporan Akhir yang memuat seluruh hasil
kajian yang telah dilakukan.

4.2.5. Pekerjaan Peyusunan Laporan


Penyusunan laporan disesuaikan dengan yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja
baik jenis maupun kuantitasnya. Adapun jenis laporan yang dipersyaratkan yaitu :
1. Rencana Mutu Kontrak Desain
Laporan ini harus selesai dan diserahkan untuk dilakukan pembahasan pada saat
PreWork Meeting, sebelum Kontrak Kerja dilakukan. Laporan ini menguraikan
Prosedur Mutu Penyelesaian Pekerjaan dengan jelas tentang pengaturan dan tata
cara melaksanakan kegiatan pekerjaan dengan mengikuti petunjuk-petunjuk sesuai
prosedur mutu yang telah ditetapkan. Jumlah Laporan dibuat sebanyak 3 (tiga)
buku laporan.

2. Draft Laporan Pendahuluan


Jumlah laporan dibuat sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan dan diserahkan paling
lambat 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan pembahasan laporan dengan Tim
Perencanaan Teknis. Laporan ini berisi rencana kegiatan dan metodologi secara
rinci untuk dibahas pada diskusi draft laporan pendahuluan.

3. Laporan Pendahuluan
Laporan ini adalah merupakan penyempurnaan dari draft laporan pendahuluan yang
telah disetujui oleh pihak Direksi dan Tim Teknis di Lingkungan Balai Wilayah
Sungai Nusa Tenggara I. Laporan harus diserahkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.

4. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan, berisi : bahasan pekerjaan yang sedang dilaksanakan, realisasi
fisik masing-masing kegiatan, masalah yang ada, Program kerja bulan berikutnya,
personil dan peralatan yang dikerahkan, Daftar hadir personil, Jadwal pelaksanaan

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-58


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

disertai ploting realisasi kemajuan fisik, dan Kesimpulan. Laporan harus diserahkan
setiap bulannya paling lambat pada minggu pertama di bulan berikutnya sebanyak
5 (lima) buku laporan.

5. Laporan Penyusunan AKNOP


Laporan ini berisikan hasil-hasil penyusunan AKNOP pada lokasi kegiatan. Laporan
harus diserahkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.

6. Laporan Audit Teknis


Laporan ini berisi secara rinci tentang audit teknis. Laporan diserahkan sebanyak 5
(lima) buku laporan.

7. Laporan Dokumentasi
Laporan ini berisi secara rinci tentang dokumenasi dalam penyusunan AKNOP.
Laporan diserahkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.

8. Draft Laporan Akhir


Laporan ini memuat secara lengkap tentang hasil masing-masing kajian
berdasarkan tahapan-tahapan analisa yang telah dilakukan dalam pekerjaan ini
sesuai metode pelaksanaan dalam laporan pendahuluan. Laporan harus diserahkan
selambatlambatnya 7 (hari) sebelum pembahasan akhir sebanyak 10 (sepuluh)
buku laporan.

9. Laporan Akhir
Laporan ini merupakan pemutakhiran dari draft laporan akhir yang telah direvisi dan
dilengkapi sesuai rekomendasi hasil diskusi akhir. Laporan harus diserahkan
sebanyak 5 (lima) buku laporan.

10. Executive Summary


Laporan ini merupakan resume dari seluruh kegiatan yang diringkas dari laporan
akhir untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait yang membutuhkan.
Laporan harus diserahkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan.

Semua Laporan tersebut di atas (kecuali gambar dan peta) diketik dengan huruf
Arial font 11, alenia block dan dicetak dengan ukuran kertas A4. Naskah asli, peta,
photo dan skema dalam bentuk full colour. Pada bagian punggung cover, dituliskan
judul pekerjaan yang dimaksud.

Selain dalam bentuk hardcopy, konsultan diharuskan menyampaikan dalam bentuk


soft copy.

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-59


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

4.3. PROGRAM KERJA


Berdasarkan pengalaman Konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan sejenis, secara umum
pelaksanaan pekerjaan proyek ini adalah melalui beberapa tahapan pekerjaan yang
berurutan. Tahapan-tahapan pekerjaan yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut:

4.3.1. Tahap Pendahuluan


Pada tahap pekerjaan pendahuluan, pekerjaan yang dilaksanakan pada dasarnya adalah
inventarisasi data yang ada dan peninjauan areal proyek yang akan distudi. Pekerjaan-
pekerjaan yang harus dilaksanakan pada tahap ini antara lain sbb:
1) Mobilisasi personil & peralatan

Pada awal pekerjaan, mobilisasi tenaga ahli adalah:

Ketua Tim
Ahli Operasi dan Pemeliharaan
Ahli Sistem Informasi Geografi (GIS)
Tenaga Pendukung
Peralatan yang disediakan, kantor, meja kursi, meja rapat, kendaraan R-4,
computer, printer.

Bahan yang disediakan adalah ATK

Waktu yang diperlukan untuk mobilisasi tersebut diatas adalah 1 (satu) minggu.

2) Menyiapkan Rencana Kerja

Menyiapkan rencana kerja dilakukan kolektif antara ketua tim dan tenaga ahli yang
terlibat. Untuk kegiatan ini membutuhkan waktu 2 (dua dua) minggu.

3) Mengumpulkan Data Dasar Dan Studi Terdahulu.

- Pengumpulan data hidrologi, sosial ekonomi dan data lainnya


- Pengumpulan laporan dari kajian terdahulu
Periode pelaksanaan tahap ini diselesaikan selama 2 (empat) minggu.

4). Menyiapkan General Plan/Konsep

Penyusunan general plan dilakukan kolektif antara ketua tim dan tenaga ahli. Untuk
kegiatan ini membutuhkan waktu 2 (dua) minggu.
5). Menyiapkan Kriterian Disain/Kajian Teknis

Penyusunan kriteria desain dilakukan kolektif antara ketua tim dan tenaga ahli.
Untuk kegiatan ini membutuhkan waktu 2 (dua) minggu.

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-60


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

4.3.2. Tahap Pengumpulan Data Primer


1) Inventarisasi Sarana & Prasarana Sistem Sabo
Pekerjaan pengukuran meliputi pekerjaan survey inventarisasi lapangan
khususnya bangunan sarana dan prasarana bangunan pengendali lahar /
sedimen.
Dalam tahap ini peralatan yang digunakan selain peralatan kantor adalah
peralatan survey lapangan antara lain GPS, Kendaraan R-4
Pekerjaan pengukuran dilakukan selama 1.5 bulan.
2) Walktrought
Dokumentasi Kegiatan Survey ini dilaksanakan bersamaan dengan Inventarisasi
sarana dan prasarana sistem sabo selama 1.5 bulan.
Peralatan yang digunakan adalah camera digital.
3) Pemantauan Kondisi Fisik Sarana/Prasarana
Pemantauan Kondisi Fisik Sarana/Prasarana ini dilaksanakan dengan menilai
kondisi sarana dan prasarana bangunan pengendali lahar / sedimen.
Pemantauan Bangunan ini dilaksanakan selama 1.5 bulan.

4.3.3. Tahap Kajian Teknis


1) Rekapitulasi Hasil Survey & Inventarisasi Data
Rekapitulasi Hasil Survey & Inventarisasi Data dilakukan selama 2 minggu.
Personil yang terlibat antara lain Ketua Tim, Ahli Operasi dan Pemeliharaan, Ahli
Sistem Informasi Geografi (GIS).
2) Validasi / Pemutakhiran Data
Validasi / Pemutakhiran Data dilakukan selama 2 minggu.
Personil yang terlibat antara lain Ketua Tim, Ahli Operasi dan Pemeliharaan, Ahli
Sistem Informasi Geografi (GIS).
3) Pemasukan Data ke Komputer & Pengolahan
Pemasukan Data ke Komputer & Pengolahan dilakukan selama 2 minggu.
Personil yang terlibat antara lain Ketua Tim, Ahli Operasi dan Pemeliharaan, Ahli
Sistem Informasi Geografi (GIS).
4) Analisis Fungsi dan AKNOP (Angka Kebutuhan Nyata OP)
Penyusunan Panduan Operasional dan Pemeliharaan dilakukan selama 2 minggu.
Personil yang terlibat antara lain Ketua Tim, Ahli Operasi dan Pemeliharaan, Ahli
Sistem Informasi Geografi (GIS).

4.3.4. Pembahasan / Assistensi

Pembahasan didalam studi ini dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu :

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-61


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

1. Kickoff meeting

2. Pembahasan laporan pendahuluan

3. Pembahasan laporan akhir

4.3.5. Tahap Penyusunan Laporan

Laporan dan produk pekerjaan lainnya yang harus dibuat dan diserahkan oleh Penyedia
Jasa kepada Pengguna Jasa adalah sbb :

1) Rencana Mutu Kontrak Desain

2) Draft Laporan Pendahuluan

3) Laporan Pendahuluan

4) Laporan Bulanan

5) Laporan Penyusunan AKNOP

6) Laporan Audit Teknis

7) Laporan Dokumentasi

8) Draft Laporan Akhir

9) Laporan Akhir

10) Executive Summary

4.3.6. Organisasi Dan Personil


Berdasarkan pada pengalaman Konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan studi selama ini,
sangat diperlukan struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan, disertai pula dengan
penempatan personil tenaga ahli yang berkualitas sesuai dengan spesialisasi masing-
masing.
Didalam melaksanakan pekerjaan ini, efektifitas dan efesiensi hubungan kerja antar
masing-masing pihak ( Pengguna Jasa dengan Penyedia Jasa ) akan berpengaruh
terhadap hasil akhir pekerjaan
Untuk mencapai target pekerjaan yang optimal dalam menyelesaikan pekerjaan ini,
maka Struktur Organisasi pelaksanaan pekerjaan disusun berdasarkan macam pekerjaan
seperti dalam KAK.

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-62


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Ketua Tim bertanggungjawab penuh terhadap kinerja tim dan hasil pekerjaan yang akan
diserahkan kepada pengguna jasa, dibantu oleh segenap anggota tim. Dengan
mempertimbangkan Tim Konsultan yang akan dipakai, yakin bahwa kecukupan tenaga
ahli yang diusulkan sudah memadai untuk memberikan hasil yang terbaik untuk
pekerjaan Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan
Penyusunan AKNOP .
Adapun Bagan Organisasi Konsultan yang menggambarkan hubungan kerja antara Tim
Konsultan, Perusahaan selaku penyedia jasa dan Direksi Pekerjaan selaku pengguna jasa
disajikan pada Gambar di bawah ini. Sedangkan untuk personil yang ditugaskan beserta
jadwal penugasannya dapat dilihat pada Tabel Jadwal Penugasan Tenaga Ahli.

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-63


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

BALAI WILAYAH NUSA


TENGGARA I

Pejabat Pembuat Komitmen Operasi dan Pemeliharaan Sumber


Daya Air I

PT. RANCANG
Direksi Pekerjaan
MANDIRI

Ketua Tim/Ahli SDA 3.00


(Fernando Sinaga, ST) MM

Ahli Operasi dan Pemeliharaan 2.00 Ahli Sistem Informasi Geografi (GIS) 1.50
(Erwien Haryanta, ST) MM (Ali Swastanta Hadijaya, ST) MM

Staf Pendukung

Gambar 4.10. Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan
AKNOP

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-64


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

MULAI
REFERENSI : OUTCOME:
1. KAK 1. RMK
2. Kontrak Kerja PEKERJAAN PENDAHULUAN :
3. SPMK
4. Hasil Asistensi a. Mobilisasi tenaga ahli/personil dan alat
b. Menyiapkan rencana kerja
c. Mengumpulkan data dasar dan studi terdahulu (jika ada) KICKOFFMEETING
KICKOFF MEETING
d. Menyiapkan general plan/konsep
e. Menyiapkan Kriterian Disain/Kajian Teknis

Penyusunan Laporan Pendahuluan


OUTCOME:
1. Laporan Pendahuluan (Draft).
REFERENSI : 2. Laporan Pendahuluan (Final)
1. KAK
2. Kontrak Kerja
3. SPMK
4. Hasil Asistensi / Diskusi
TIDAK
4. Buku-buku literatur. Dikusi DISKUSIPENDAHULUAN
DISKUSI PENDAHULUAN
5. Laporan Terdahulu

YA

PENGUMPULAN DATA PRIMER

Inventarisasi Data Walktrought Pemantauan Kondisi Fisik Sarana/Prasarana

A B C

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-65


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

A B C
REFERENSI : OUTCOME:
1. KAK. 1. Analisis Fungsi : Dilaksanakan untuk mengetahui
2. Kontrak Kerja. kondisi fungsi dari sistem bangunan pengendali sedimen
3. SPMK. 2. Klasifikasi dan rencana pemulihan
4. Data Dasar. KAJIAN TEKNIS a) Terhadap kondisi dilakukan klasifikasi, yaitu :
- Peta Dasar Rupa Bumi Skala 1:25.000 - Kondisi baik.
(BAKOSURTANAL). - Kondisi rusak ringan : apabila fungsi tidak terganggu.
- As Built Drawing Bangunan Eksisting - Kondisi rusak sedang : apabila tidak segera dilakukan
Pengendali Sedimen (Sabodam). a. Rekapitulasi Hasil Survey & Inventarisasi Data perbaikan fungsi akan terganggu.
5. Standar Teknis - Kondisi rusak berat : fungsi terganggu.
- Literatur-literatur yang terkait pekerjaan. b. Validasi / Pemutakhiran Data b) Menyusun rencana pemulihan / perbaikan, mencakup :
- Peraturan perundangan. c. Pemasukan Data ke Komputer & Pengolahan - jenis dan titik kerusakan,
- Standar SNI & ISPM - besaran atau volume, serta
(International Standards For d. Analisis Fungsi dan AKNOP - jumlah biaya yang diperlukan
Phytosanitary Measures). (Angka Kebutuhan Nyata OP) - jadwal target penyelesaiannya
6. Studi-Studi Terdahulu
- Studi terdahulu pada 4 bangunan
pengendali sedimen PENYUSUNAN DRAFT AKHIR
(Sabo Belanting, Sabo Pakendangan, -
Sabo Buani, Sabo Meloang).
7. Referensi Hukum
- Semua aturan perundang-undangan REVISI
yang berlaku terkait dengan pekerjaan.
TIDAK
Dikusi DISKUSIAKHIR
DISKUSI AKHIR

YA
REFERENSI : OUTCOME:
1. KAK 1. Laporan Pendahuluan (Draft)
PENYUSUNAN LAPORAN 2. Laporan Pendahuluan (Final)
2. Kontrak Kerja
3. Laporan Bulanan @ 3 Buku
3. SPMK
4. Laporan Akhir (draft)
4. Hasil Asistensi / Diskusi I, II, III 5. Laporan Akhir (final)
6. Laporan Penunjang :
LAPORAN UTAMA LAPORAN PENUNJANG - Rencana Mutu Kontrak
- Hidrologi
- Hidrolika dan Struktur
- Penyelidikan Geologi dan Mekanika Tanah
- Laporan Pengukuran
- BOQ, RAB dan Analisa Ekonomi
- Executive Summary
SELESAI 7. Gambar
- Cetak Gambar kalkir A1
- Gambar Blue Print A1
- Gambar A3

Gambar 4.11. Bagan Alir (Flow Chart) Pelaksanaan Pekerjaan AUDIT TEKNIS SARANA/PRASARANA PENGENDALI LAHAR/SEDIMEN DAN PENYUSUNAN AKNOP

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-66


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Gambar 4.12. Jadual Pelaksanaan Pekerjaan (time schedule)

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja 4-67


LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Gambar 4.13. Jadwal Personil

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja


4-68
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Gambar 4.14. Jadual Penggunaan Peralatan

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja


4-69
LAPORAN PENDAHULUAN (Draft)
Audit Teknis Sarana/Prasarana Pengendali Lahar/Sedimen dan Penyusunan AKNOP

Gambar 4.15. Jadual Material / Bahan

BAB 4. Metodologi dan Rencana Kerja


4-70

Вам также может понравиться