Вы находитесь на странице: 1из 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan
oleh manusia dalam mempertahanankan keseimbangan fisiologi maupun
psikologi. Salah satunya adalah kebutuhan oksigen. Oksigen adalah salah satu
komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal
elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas.
(Wartonah Tarwanto, 2006).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme
sel tubuh. Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yang sangat berarti bagi
tubuh, salah satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu
dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar
terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen
merupakan tugas perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus
paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta
mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan
kebutuhan tesebut. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan
yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem
pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem
respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali
individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan
dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang
menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini,
individu merasakan pentingnya oksigen.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Apa pengertian oksigenasi?
1.2.2. Bagaimana Proses Oksigenasi?
1.2.3. Apa anatomi fisiologi respirasi?
1.2.4. Apa manfaat oksigen bagi tubuh ?
1.2.5. Apa tanda dan gejala kekurangan oksigen?
1.2.6. Bagaimana proses keperawatan dengan gangguan oksigenasi ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1. Untuk mengetahui dan memehami pengertian Oksigenasi.
1.3.2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana proses oksigenasi.
1.3.3. Untuk mengetahui anatomi fisologi respirasi.
1.3.4. Untuk mengetahui manfaat dari oksigenasi bagi tubuh.
1.3.5. Untuk mengetahui tanda dan gejala kekurangan oksigen.
1.3.6. Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan dengan
gangguan oksigenasi.
1.4 Manfaat Penulisan
Menambah wawasan tentang konsep pemenuhan kebutuhan oksigen dan
mengetahui bagaimana cara proses keperawatan dengan gangguan oksigenasi.
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematis, terdiri dari empat bab, yaitu :
1.5.1 Bab satu merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
sistematika penulisan dan metode penulisan.
1.5.2 Bab dua merupakan tinjauan teoritis yang dimulai dari pengertian
oksigenasi dan proses oksigenasi, kemudian dilanjut dengan anatomi
fisiologi sistem respirasi, manfaat oksigen bagi tubuh, tanda dan gejala
kekurangan oksigen, lalu yang terakhir proses keperawatan.
1.5.3 Bab tiga merupakan pembahasan yang berisi tentang analisa data dari
materi ini.
1.5.4 Bab empat merupakan bagian penutup yang berisikan tentang
kesimpulan, dan saran.

2
1.6 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah dengan studi kepustakaan,
yaitu dilakukan dengan mencari informasi internet yang diperlukan untuk
mendapat landasan teori yang berkaitan dengan materi yang berkaitan.

3
BAB II
TINJAUAUN TEORITIS

2.1 Pengertian dan Proses Oksigenasi


Oksigenasi merupakan peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen dan mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa dari
oksidasi dari tubuh. Penghisapan udara ke dalam tubuh disebut proses
inspirasi dan menghembuskan udara keluar tubuh disebut proses ekspirasi.
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga
tahapan, yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
2.2.1 Ventilasi
Proses ini merupakan proscs keluar dan masuknya oksigen dan
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat, maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin tinggi.
2. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis.
3. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri
atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem
saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan
relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf
parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan
vasokontriksi atau proses penyempitan.
4. Adanya refleks batuk dan muntah.
5. Adanya peran mukus siliaris sebagai penangkal benda asing yang
mengandung interveron dan dapat rnengikat virus. Pengaruh proses
ventilasi selanjutnya adalah contpliemce recoil. Complience yaitu
kemampuan paru untuk mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor, yaitu adanya surfaktan pada lapisan alveoli vang berfungsi untuk

4
menurunkan tegangan permukaan dan adanva sisa udara yang
menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan toraks. Surfaktan
diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, dan disekresi saat pasien
menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan
CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila contplience baik akan
tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat di keluar secara maksimal.
Pusat pernapasan yaitu medulla oblongata dan pons dapat memengaruhi
proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat
pernapasan. Peningkatan CO, dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik
merangsang pusat pernapasan dan bila paCO, kurang dari sama dengan 80
mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2.2.2 Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan
kapiler paru dan CO, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Luasnya permukaan paru.
2. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
3. Perbedaan tekanan dan konsentrasi oksigen hal ini dapat terjadi
sebagaimana oksigen dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena
tekanan oksigen, dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan oksigen
dalam darah vena pulmonalis, (masuk dalam darah secara berdifusi).
Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
2.2.3 Transportasi
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler
ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi,
akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam
plasma (3%), sedangkan C02 akan berikatan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian

5
menjadi HC03 berada pada darah (65%). Transportasi gas dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor di antaranya:
1. Kardiak output yang dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi
denyut jantung.
2. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.
2.2 Anatomi Fisiologi Sistem Respirasi
Saluran pernafasan dari atas kebawah dapat dirinci sebagai berikut :
Rongga hidung, faring, laring, trakea, percabangan bronkus, paru-paru
(bronkiolus, alveolus). Saluran nafas bagian atas adalah rongga hidung, faring
dan laring dan saluran nafas bagian bawah adalah trachea, bronchi, bronchioli
dan percabangannya sampai alveoli. Area konduksi adalah sepanjang saluran
nafas berakhir sampai bronchioli terminalis, tempat lewatnya udara
pernapasan, membersihkan, melembabkan dan menyamakan udara dengan
suhu tubuh hidung, faring, trakhea, bronkus, bronkiolus terminalis. Area
fungsional atau respirasi adalah mulai bronchioli respiratory sampai alveoli,
proses pertukaran udara dengan darah.
2.2.1 Hidung
Hidung adalah organ indra penciuman. Ujung saraf yang mendeteksi
penciuman berada di atap (langit-langit) hidung di area lempeng kribriformis
tulang etmoid dan konka superior. Ujung saraf ini distimulasi oleh bau di
udara. Impuls saraf dihantarkan oleh saraf olfaktorius ke otak di mana sensasi
bau dipersepsikan. Ketika masuk dihidung, udara disaring, dihangatkan, dan
dilembabkan. Hal ini dilakukan oleh sel epitel yang memiliki lapisan mukus
sekresi sel goblet dan kelenjar mukosa. Lalu gerakan silia mendorong lapisan
mukus ke posterior didalam rongga hidung dan ke superior saluran pernapasan
bagian bawah menuju faring. Nares anterior adalah saluransaluran didalam
lubang hidung. Saluran-saluran ini bermuara kedalam bagian yang dikenal
sebagai vestibulum hidung. Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat
kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farink dan
selaput.
Pada proses pernafasan secara khusus rongga hidung berfungsi antara lain :

6
1. Bekerja sebagai saluran udara pernafasan.
Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu
hidung.
2. Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa.
3. Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan
oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir atau hidung.
Pada bagian belakang rongga hidung terdapat ruangan yang disebut
nasopharing dengan rongga hidung berhubungan dengan :
1. Sinus paranasalis, yaitu rongga-rongga pada tulang kranial, yang
berhubungan dengan rongga hidung melalui ostium (lubang). Dan terdapat
beberapa sinus paranasalis, sinus maksilaris dan sinus ethmoidalis yang
dekat dengan permukaan dan sinus sphenoidalis dan sinus ethmoidalis
yang terletak lebih dalam.
2. Duktus nasolacrimalis, yang meyalurkan air mata kedalam hidung.
3. Tuba eustachius, yang berhubungan dengan ruang telinga bagian tengah.
Jika terjadi influenza atau hidung buntu, maka kemungkinan adalah
tertutupnya lubang-lubang tersebut (sinus paranasalis, duktus nasolacrimalis,
tuba eustachius), sehingga dapat menimbulkan penumpukan cairan dan terjadi
radang didalam sinus paranasalis dan ruang telinga tengah akibatnya bisa
terjadi sinusitis, otitis media, keluar air mata, karena duktus nasolacrimalis
buntu. Karena itu pada hidung buntu perlu diberi obat-obatan tetes hidung
untuk mengurangi kemungkinan tertutupnya lubang-lubang tersebut diatas.
2.2.2 Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
Bila terjadi radang disebut pharyngitis. saluran faring rnemiliki panjang 12-14
cm dan memanjang dari dasar tengkorak hingga vertebra servikalis ke-6.
Faring berada di belakang hidung, mulut, dan laring serta lebih lebar di bagian
atasnya. Dari sini partikel halus akan ditelan atau di batukkan keluar.

7
Udara yang telah sampai ke faring telah diatur kelembapannya sehingga
hampir bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh. Lalu mengalir ke kotak
suara (Laring). Ada beberapa fungsi faring, yaitu:
1. Saluran nafas dan makanan, faring adalah organ yang terlibat dalam sistem
pencernaan dan pernapasan: udara masuk melalui bagian nasal dan oral,
sedangkan makanan melalui bagian oral dan laring.
2. Penghangat dan pelembab, dengan cara yang sama seperti hidung, udara
dihangatkan dan dilembapkan saat masuk ke faring.
3. Fungsi bahasa, fungsi faring dalam bahasa adalah dengan bekerja sebagai
bilik resonansi untuk suara yang naik dari laring, faring (bersama sinus)
membantu memberikan suara yang khas pada tiap ndividu.
4. Fungsi Pengecap, terdapat ujung saraf olfaktorius dari indra pengecap di
epitelium oral dan bagian faringeal.
5. Fungsi Pendengaran, saluran auditori (pendengaran), memanjang dari
nasofaring pada tiap telinga tengah, memungkinkan udara masuk ke
telinga tengah. Pendengaran yang jelas bergantung pada adanya udara di
tekanan atmosfer pada tiap sisi membran timpani.
6. Fungsi Perlindungan, Jaringan limfatik faring dan tonsil laring
menghasilkan antibodi dalam berespon terhadap antigen, misal mikroba.
Tonsil berukuran lebih besar pada anak dan cenderung mengalami atrofi
pada orang dewasa.
Faring terbagi menjadi 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring dan laringofaring.
1. Nasofaring
Bagian nasal faring terletak di belakang hidung dan di atas palatum molle.
Pada dinding lateral, terdapat dua saluran auditori, tiap saluran mengarah
ke masing-masing bagian tengah telinga. Pada dinding posterior, terdapat
tonsil faringeal (adenoid), yang terdiri atas jaringan limfoid. Tonsil paling
menonjol pada masa kanak-kanak hingga usia 7 tahun. Selanjutnya, tonsil
mengalami atrofi.

8
2. Orofaring
Bagian oral faring terletak di belakang mulut, memanjang dari bagian
bawah palatum molle hingga bagian vertebra servikalis ke-3. Dinding
lateral bersatu dengan palatum molle untuk membentuk lipatan di tiap sisi.
Antara tiap pasang lipatan, terdapat kumpulan jaringan limfoid yang
disebut tonsil palatin. Saat menelan, bagian nasal dan oral dipisahkan oleh
palaturn molle dan uvula. Uvula (anggur kecil) adalah prosesus kerucut
(conical) kecil yang menjulur kebawah dari bagian tengah tepi bawah
palatum lunak. Amandel palatinum terletak pada kedua sisi orofaring
posterior.
3. Laringofaring
Bagian laringeal faring memanjang dari atas orofaring dan berlanjut ke
bawah esofagus, yakni dari vertebra servikalis ke-3 hingga 6. Mengelilingi
mulut esophagus dan laring, yang merupakan gerbang untuk system
respiratorik selanjutnya.
Kebutuhan darah pada faring disuplai oleh beberapa cabang dari arteri
wajah. Aliran balik vena menuju vena fasialis dan jugularis interna. Faring
dipersarafi oleh pleksus faringeal yang dibentuk oleh saraf vagus dan
glosofaringeal (parasimpatik) serta ganglia servikalis superior (simpatik).
Faring dilapisi oleh tiga jaringan yaitu membran mukosa, jaringan fibrosa, dan
otot polos.
2.2.3 Laring
Terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-
otot yang mengandung pita suara, selain fonasi laring juga berfungsi sebagai
pelindung. Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi
jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring dapat tersumbat,
antara lain oleh benda asing (gumpalan makanan), infeksi (misalnya difteri)
dan tumor. pada waktu menelan, gerakan laring keatas, penutupan glotis
(pemisah saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah) seperti pintu
epiglotis yang berbentuk pintu masuk. Jika benda asing masuk melampaui

9
glotis batuk yang dimiliki laring akan menghalau benda dan sekret keluar dari
pernapasan bagian bawah. Ada beberapa fungsi laring, yaitu :
1. Produksi suara, Suara memiliki nada, volume, dan resonansi. Nada suara
bergantung pada panjang dan kerapatan pita suara. Pada saat pubertas, pita
suara pria mulai bertambah panjang, sehingga nada suara pria semakin
rendah. volume suara bergantung pada besarnya tekanan pada pita suara
yang digetarkan. Semakin besar tekanan udara ekspirasi, semakin besar
getaran pita suara dan semakin keras suara yang dihasilkan. Resonansi
bergantung pada bentuk mulut, posisi lidah dan bibir, otot wajah, dan
udara di paranasal.
2. Berbicara, berbicara terjadi saat ekspirasi ketika suara yang dihasilkan oleh
pita suara dimanipulasi oleh lidah, pipi, dan bibir.
3. Pelindung saluran napas bawah, saat menelan, laring bergerak ke atas,
menyumbat saluran faring sehingga engsel epiglotis menutup faring. Hal
ini menyebabkan makanan tidak melalui esofagus dan saluran napas
bawah.
4. Jalan masuk udara, bahwa Laring berfungsi sebagai penghubung jalan
napas antara faring dan trakea.
5. Pelembap, penyaring, dan penghangat, dimana proses ini berlanjut saat
udara yang diinspirasi berjalan melalui laring
Pad bagian larink terdapat beberapa organ yaitu, epiglotis merupakan
katup tulang rawan untuk menutup larynx sewaktu orang menelan. Bila waktu
makan kita berbicara (epiglottis terbuka), makanan bisa masuk ke larynx
(keslek) dan terbatu-batuk. Pada saat bernafas epiglotis terbuka tapi pada saat
menelan epiglotis menutup laring. Jika masuk ke laring maka akan batuk dan
dibantu bulu-bulu getar silia untuk menyaring debu, kotoran-kotoran. Jika
bernafas melalui mulut udara yang masuk ke paru-paru tak dapat disaring,
dilembabkan atau dihangatkan yang menimbulkan gangguan tubuh dan sel-sel
bersilia akan rusak adanya gas beracun dan dehidrasi. Pita suara, terdapat dua
pita suara yang dapat ditegangkan dan dikendurkan, sehingga lebar selasela

10
antara pita-pita tersebut berubah ubah sewaktu bernafas dan berbicara. Selama
pernafasan pita suara sedikit terpisah sehingga udara dapat keluar masuk.
1. Epiglottis
a. Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol ke atas di belakang dasar
lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang Vertebra cartilago
thyroideum.
b. Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis
menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring.
2. Fonasi
Suara dihasilkan oleh vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara
yang dihasilkan dimodifikasi oleh gerakan palatum molle, pipi, lidah, dan
bibir, dan resonansi tertentu oleh sinus udara cranialis.
Laring diperdarahi oleh arteri laringeal dan dialiri oleh vena tiroid yang
bekerja sama dengan vena jugularis internal. Saraf parasimpatik yang
mempersarafi laring disusun oleh saraf laringeal superior dan laringeal
rekurens, yang merupakan cabang dari sarafvagus. Saraf simpatik yang
mempersarafi laring disusun oleh ganglia servikalis. Saraf ini mempersarafi
otot laring dan serat sensoris pada membran yang melapisinya.
2.2.4 Trakea
Trakea, merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20
cincin kartilago yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang terbentuk seperti C.
Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitilium bersilia dan sel
cangkir. Trakea hanya merupakan suatu pipa penghubung ke bronkus. Dimana
bentuknya seperti sebuah pohon oleh karena itu disebut pohon trakeobronkial.
tempat trakea bercabang menjadi bronkus di sebut karina. di karina menjadi
bronkus primer kiri dan kanan, di mana tiap bronkus menuju ke tiap paru (kiri
dan kanan), Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan
bronkospasme dan batuk berat jika dirangsang. Fungsi trakea, yaitu :
1. Penunjang dan menjaga kepatenan, Susunan jaringan kartilago dan elastik
menjaga kepatenan jalan napas dan mencegah obstruksi jalan napas saat
kepala dan leher digerakkan. Tidak adanya kartilago di bagian posterior

11
trakea, memungkinkan trakea berdilatasi dan berkontraksi saat esofagus
mengalami distensi saat menelan. Kartilago mencegah kolapsnya trakea
saat tekanan internal kurang dari tekanan intratoraksik, yaitu saat akhir
ekspirasi dengan upaya.
2. Eskalator mukosiliaris, Eskalator mukosiliaris adalah keselarasan
frekuensi gerakan silia membran mukosa yang teratur yang membawa
mukus dengan partikel yang melekat padanya ke atas laring di mana
partikel ini akan ditelan atau dibatukkan
3. Refleks batuk, Ujung saraf di laring, trakea, dan bronkus peka terhadap
iritasi sehingga membangkitkan impuls saraf yang dihantarkan oleh saraf
vagus ke pusat pernapasan di batang otak. Respons refleks motorik terjadi
saat inspirasi dalam yang diikuti oleh penutupan glotis, yakni penutupan
pita suara. Otot napas abdomen kemudian berkontraksi dan dengan tiba-
tiba udara dilepaskan di bawah tekanan, serta mengeluarkan mukus
dan/atau benda asing dari mulut
4. Penghangat, pelembap, dan penyaring, Fungsi ini merupakan kelanjutan
dari hidung, walaupun normalnya, udara sudah jernih saat mencapai trakea
Arteri yang memperdarahi trakea terutama adalah arteri bronkial dan
arteri tiroid inferior. Aliran balik vena yang memperdarahitrakea adalahvena
tiroid inferior yang mengalir menuju vena bronkiosefalik. Saraf parasimpatik
yang mempersarafi trakea adalah saraf laringeal rekurens dan percabangan
saraf vagus lainnya, sedangkan saraf simpatik yang mempersarafi trakea
adalah saraf dari ganglia simpatik. Stimulasi parasimpatik mengonstriksi
trakea dan stimulasi simpatik mendilatasi trakea. Pembuluh limfe bermula dari
saluran napas yang mengalir ke nodus limfe yang berada di sekitar trakea dan
di karina, suatu area yang membagi trakea menjadi dua bronkus.
2.2.5 Percabangan Bronkus
Bronkus, merupakan percabangan trachea. Setiap bronkus primer
bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan tersier
dengan diameter yang semakin kecil. Struktur mendasar dari paru-paru adalah
percabangan bronchial yang selanjutnya secara berurutan adalah bronki,

12
bronkiolus, bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorik, duktus alveolar, dan
alveoli. Dibagian bronkus masih disebut pernafasan extrapulmonar dan sampai
memasuki paru-paru disebut intrapulmonar.
Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebar serta hampir vertikal
dengan trakea. Sedangkan bronkus utama kiri lebih panjang dan sempit. Jika
satu pipa ET yang menjamin jalan udara menuju ke bawah, ke bronkus utama
kanan, jika tidak tertahan baik pada mulut atau hidung, maka udara tidak dapat
memasuki paru kiri dan menyebabkan kolaps paru (atelekteasis). Namun
demikian arah bronkus utama kanan yang vertikal menyebabkan mudahnya
kateter menghisap benda asing. Cabang Bronkus kanan dan kiri bercabang lagi
menjadi bronkus lobaris dan segmentalis. Percabangan ini terus menjadi kecil
sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis(saluran udara terkecil yang
tidak mengandung alveoli). bronkiolus,tidak diperkuat oleh cincin tulang
rawan. hanya otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Setelah iu
terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru, yaitu tempat pertukaran
gas. Asinus (lobulus primer), terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus
alveolaris, sakus alveolaris terminalis (akhir paru) yang menyerupai anggur
dipisahkan oleh septum dari alveolus di dekatnya. Dalam setiap paru terdapat
300 juta alveolus dengan luas permukaan seluas sebuah lapangan tenis.
Terdapat dua tipe lapisan sel alveolar: Pneumosit tipe I, merupakan
lapisan yang menyebar dan menutupi daerah permukan, Pneumosit tipe II,
yang bertanggung jawab pada sekresi surfaktan. Pada hakekatnya alveolus
adalah suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan kapiler sehingga
batas antara cairan dan gas membentuk tegangan permukan yang cenderung
mencegah pengembangan saat inspirasi dan kolaps saat ekspirasi, tetapi
dengan adanya lapisan yang terdiri dari zat lipoprotein (di sebut surfaktan)
yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan resistensi terhadap
pengembangan pada waktu inspirasi, dan mencegah kolaps alveolus pada
waktu ekspirasi. defisiensi surfaktan merupakan faktor penting pada
patogenesis sejumlah penyakit paru. Termasuk sindrom gawat nafas akut
(ARDS).

13
2.2.6 Paru-paru
Paru-paru berada dalam rongga torak, yang terkandung dalam susunan
tulang tulang iga dan letaknya disisi kiri dan kanan mediastinum yaitu struktur
blok padat yang berada dibelakang tulang dada. Paru-paru menutupi jantung,
arteri dan vena besar, esofagus dan trakea. Paru-paru berbentuk seperti spons
dan berisi udara dengan pembagaian ruang sebagai berikut :
1. Paru kanan, memiliki tiga lobus yaitu superior, medius dan inferior.
2. paru kiri berukuran lebih kecil dari paru kanan yang terdiri dari dua lobus
yaitu lobus superior dan inferior
Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh
limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan
alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli,
sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
permukaan/pertukaran gas.
Dalam tiap lobus, jaringan paru lebih lanjut terbagi menjadi selubung
halus jaringan ikat, yaitu lobulus. Tiap lobulus disuplai oleh udara yang
berasal dari bronkiolus terminalis, yang lebih lanjut bercabang menjadi
bronkiolus respirarorik, duktus alveolus, dan banyak alveoli (kantong-kantong
udara). Terdapat 150 juta alveoli di paru-paru orang dewasa. Hal ini
memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Saat jalan napas bercabang-cabang
menjadi bagian yang lebih kecil, dinding jalan napas menjadi semakin tipis
hingga otot dan jaringan ikat lenyap, menyisakan lapisan tunggal sel epitelium
skuamosa sederhana di duktus alveolus dan alveoli. Saluran napas distal
ditunjang oleh jaringan ikat elastik yang longgar di mana terdapar makrofag,
fibroblas, saraf, pembuluh darah, dan pembuluh limfe. Alveoli dikelilingi oleh
jaringan kapiler padat. Pertukaran gas di paru (respirasi eksternal) berlangsung
di membran yang disusun oleh dinding alveolar dan dinding kapiler yang
bergabung bersama. Membran ini disebut membran respiratorik. Di antara sel
skuamosa terdapat sel septal yang menyekresi surfaktan, suatu cairan
fosfolipid yang mencegah alveoli dari kekeringan. Selain itu, surfaktan
berfungsi mengurangi tekanan dan mencegah dinding aiveolus mengalarni

14
kolaps saat ekspirasi. Sekresi surfaktan ke saluran napas bawah dan alveoli
dimulai saat janin berusia 35 minggu.
Paru-paru dibungkus oleh pleura yang menempel langsung ke paru,
disebut sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura parietal menempel pada
dinding rongga dada dalam. Diantara pleura visceral dan pleura parietal
terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga
memungkinkan pergerakan dan pengembangan paru secara bebas tanpa ada
gesekan dengan dinding dada.
Trunkus pulmonal terbagi menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri,
yang membawa darah yang miskin oksigen ke tiap paru. Di dalam paru, arteri
pulmonalis terbagi menjadi banyak cabang, yang akhirnya bermuara di
jaringan kapiler padat di sekitar dinding alveoli. Dinding alveoli dan kapiler
terdiri atas hanya satu lapisan sel epitelium gepeng. Pertukaran gas antara
udara di paru dan darah di kapiler berlangsung pada dua selaput yang sangat
halus (keduanya disebut membran pernapasan). Kapiler pulmonal bergabung
membentuk dua vena pulmonalis di tiap paru. Vena ini keluar dari paru
melalui hilum dan membawa darah yang kaya oksigen ke atrium kiri jantung.
Kapiler darah dan pembuluh darah yang sangat banyak di paru ditunjang oleh
jaringan ikat.
Ada dua hal saat terjadi pernapasan yaitu (1) inspirasi dan (2) ekspirasi.
Inspirasi atau menarik napas adalah proses aktif yang diselengarakan kerja
otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah,
yaitu vertikel. Penaikan iga-iga dan sternum, yang ditimbulkan kontraksi otot
interkostalis, meluaskan rongga dada kedua sisi dan dari belakang ke depan.
Paru-paru yang bersifat elastis mengembang untuk mengisi ruang yang
membesar itu dan udara ditarik masuk ke dalam saluran udara. Otot interkostal
eksterna diberi peran sebagai otot tambahan, hanya bila inspirasi menjadi
gerak sadar. Ekspirasi, yaitu udara dipaksa keluar oleh pengenduran otot dan
karena paruparu kempis kembali yang disebabkan sifat elastis paru-paru itu.
Gerakan ini adalah proses pasif, dimana ketika pernapasan sangat kuat,
gerakan dada bertambah. Otot leher dan bahu membantu menarik iga-iga dan

15
sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa bergerak,
dan alae nasi (cuping atau sayap hidung) dapat kembang kempis.
Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit
(bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama
(trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli)
yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida
dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta
alveoli di dalam paru-paru manusia bersifat elastis.Ruang udara tersebut
dipelihara dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat
menetralkan kecenderungan alveoli untuk mengempis. Alveoli paru-paru
kantong udara merupakan kantong kecil dan tipis yang melekat erat dengan
lapisan pembuluh darah halus (kapiler) yang mebawa darah yang bebas
oksigen (deoxgenated) dari jantung. Molekul oksigen dapat disaring melalui
dinding pembuluh darah tersebut untuk masuk ke aliran darah. Sama halnya
dengan karbondioksida yang dilepaskan dari darah ke dalam kantong udara
untuk dikeluarkan melalui pernapasan, menentukan jumlah oksigen yang
masuk ke dalam darah dan jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari
darah. Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen
selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat
diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen
berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis, misalnya
orang bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup dan lain-lain. Bila oksigen
tidak mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti kebiru-biruan
misalnya yang terjadi pada bibir, telinga, lengan, dan kaki yang disebut
sianosis.
2.2.7 Rongga Dada
Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka
dada. Rangka dada ini terdiri dari costae (iga-iga), sternum (tulang dada)
tempat sebagian iga-iga menempel di depan, dan vertebra torakal (tulang
belakang) tempat menempelnya iga-iga di bagian belakang. Terdapat otot-otot

16
yang menempel pada rangka dada yang berfungsi penting sebagai otot
pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas. Rongga dada diperkuat
oleh tulang-tulang yang membentuk rangka dada. Rangka dada ini terdiri dari
costae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat sebagian iga-iga menempel di
depan, dan vertebra torakal (tulang belakang) tempat menempelnya iga-iga di
bagian belakang. Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang
berfungsi penting sebagai otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam
bernafas adalah sebagai berikut :
1. interkostalis eksterrnus (antar iga luar) yang mengangkat masing-masing
iga.
2. sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada).
3. skalenus yang mengangkat 2 iga teratas.
4. interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga.
5. otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut
mendorong diafragma ke atas.
6. otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma.
2.3 Manfaat Oksigen Bagi Tubuh
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat
mendasar dan mendesak. Tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh akan
mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak
merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak
masih mampu menoleransi kekurangan oksigen antara tiga sampai lima menit.
Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit, dapat terjadi
kerusakan sel otak secara permanen(kozier dan Erb 1998).
Sel tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk memertahankan
kelangsungan metabolisme sel da menyelamatkan nyawa. Oksigen merupan
suatu komponen yang sangat penting didalam memroduksi molekul Adenosin
Trifosfat (ATP) secara normal. ATP memberikan energi yang diperlukan oleh
sel untuk melakukan keperluan berbagai aktivitas untuk memelihara
efektivitas segala fungsi tubuh.

17
Bila oksigen tersedia secara adekuat, maka mitokondria akan
memproduksi ATP. Tanpa oksigen, mitokondria tidak dapat membuat ATP.
Walaupun dalam kondisi kekurangan oksigen akan diproduksi ATP melalui
proses glikolisis didalam sistol, akan tetapi ATP yang dihasilkan tidak
sebanyak di mitokondria. Oleh karena tidak adekuatnya oksigen, sel akan
kehilangan fungsinya dan selanjutnya akan mengakibatkan jaringan tubuh
jugakehilangan fungsinya dan selanjutnya akan mengakibatkan jaringan dan
organ tubuh juga kehilangan fungsinya. Hal tersebut menyebabkan ehidupan
seseorang berada dalam bahaya.
Oksigen dipasok kedalam tubuh melalui proses pernapasan/respirasi
yang melibatkan sistempernapasan. Sistem pernapasannya terdiri atas
serangkaian organ yang berfungsi melakukan pertukara gas antara atmosfer
dengan plasma melalui proses ventilasi paru-paru, difusi, transportasi oksigen,
dan perfusi ke jaringan. Fungsi ini berlangsung selama kehidupan untuk
mempertahankan homeostatis dengan mengataur penyediaan oksigen,
mengatur penggunaan nutrisi, melakukan eliminasi sisa metabolisme
(karbondioksida), da mengatur keseimbangan asam basa.
2.4 Tanda dan Gejala Kekurangan Oksigen
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan
oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan
oksigen di tingkat sel, tanda yang muncul seperti kulit kebiruan (sianosis).
Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan karena menurunnya kadar
Hb menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi
jaringan, atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.
Gejala hipoksia bisa mendadak muncul, cepat memburuk (akut), atau
bersifat kronis. Berikut ini beberapa tanda dan gejala hipoksia yang umumnya
terjadi:
1. Detak jantung cepat.
2. Napas berbunyi (mengi)
3. Napas pendek.
4. Kebingungan.

18
5. Berkeringat.
6. Kulit berubah warna, menjadi biru atau merah keunguan.
7. Sesak napas.
8. Halusinasi.
9. Batuk-batuk
10. Kelelahan.
11. Ketidakmampuan bernafas
12. Pusing
13. Kesulitan bernafas
14. Nyeri dada

2.5 Proses Keperawatan dengan Gangguan Oksigenasi


2.5.1 Pengkajian Keperawatan
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya
masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap
pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien
pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama
seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio,
Skala, dan Time)
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun

19
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami
masalah / penyakit yang sama.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
1) Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna,
bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
2) Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah
pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping
sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
e. Thoraks
1) Inspeksi.
a) Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis
klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
b) Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi
berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama
dengan diameter tranversal (1:1). Pada orang dewasa perbandingan
diameter antero-posterior dan tranversal adalah (1 : 2).

20
c) Pola napas
(1)Eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt,
klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya,
(2)Tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24
x/mnt, atau
(3)Bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari
16 x/mnt
(4)Apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
d) Kaji volume pernapasan
(1)Hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru
yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang
(2)Hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang
ditandai dengan pernapasan yang lambat.
e) Kaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah
pernapasan perut yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan
perut.
f) Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau
irreguler,
(1)Cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi
lambat dan kadang diselingi apnea.
(2)Kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan
biot yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur
dan diselingi periode apnea.
g) Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak
napas yang dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea
yaitu kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri
h) Perlu juga dikaji bunyi napas
(1)Stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas
bagian atas

21
(2)Stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat
inspirasi
(3)Wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul,
(4)Rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar
saat inspirasi
(5)Ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat
ekspirasi.
i) Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami
(1)Batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi,
(2)Non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi
(3)Hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
j) Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi
(1)Takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah
(2)Bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.
(3)Hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi
(4)Hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
k) Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah
a) Anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan
kurang
b) Hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah
kurang
c) Hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan
akibat kelainan internal atau eksternal
d) Cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku
atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb
e) Clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat
kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
2) Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada,
nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem

22
bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih
terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan
lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar.
2.5.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
a. Bunyi napas yang abnormal
b. Batuk produktif atau non produktif
c. Cianosis
d. Dispnea
e. Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
a. Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
b. Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
c. Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
d. Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
e. Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
f. Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit
untuk di expektoran
g. Immobilisasi
h. Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
2. Pola napas tidak efektif
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan
tidak adekuat
a. Tanda-tandanya :
1) Dispnea
2) Peningkatan kecepatan pernapasan
3) Napas dangkal atau lambat

23
4) Retraksi dada
5) Pembesaran jari (clubbing finger)
6) Pernapasan melalui mulut
7) Penambahan diameter antero-posterior
8) Cianosis, flail chest, ortopnea
9) Vomitus
10) Ekspansi paru tidak simetris
b. Kemungkinan faktor penyebab :
1) Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas,
nyeri
2) Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala,
keracunan obat anasthesi
3) Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang
menyebabkan kolaps paru.
4) CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
5) Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
6) Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang
menyebabkan spasme bronchial atau edema
7) Penimbunan CO2 akibat penyakit paru
3. Gangguan pertukaran gas
Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan
alkalosis respiratori.
a. Tanda-tandanya :
1) Dispnea,
2) Abnormal gas darah arteri
3) Hipoksia
4) Gelisah
5) Takikardia
6) Sianosis
7) Hipoksemia
8) Tingkat kedalaman irama pernafasan abnormal

24
b. Kemungkinan penyebab :
1) Penumpukan cairan dalam paru
2) Gangguan pasokan oksigen
3) Obstruksi saluran pernapasan
4) Bronkhospasme
5) Edema paru
6) Pembedahan paru
2.5.3 Rencana Keperawatan/Intervensi
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
a. Auskultasi dada bagian anterior dan posterior
Rasional: untuk mengetahui adanya penurunan atau tidaknya ventilasi
dan bunyi tambahan.
b. Lakukan pengisapan jalan napas bila diperlukan
Rasional : Merangsang terjadinya batuk atau pembersihan jalan napas
secara mekanik pada pasien yang tak mampu batuk secara efektif dan
penurunan kesadaran.
c. Pertahankan kaedekuatan hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi.
Rasional : memobilisasi keluarnya sputum
d. Instruksikan untuk batuk efektif dan teknis napas dalam
untuk memudahkan keluarnya sekresi.
Rasional : memudahkan ekspansi maksimal paru atau jalan napas lebih
kecil dan membantu silia untuk mempermudah jalan napas
e. Kolaborasi dengan berikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator, analgesik
Rasional : Untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret.
f. Kolaborasi dengan berikan obat sesuai indikasi :mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator.
Rasional : untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret
g. Kolaborasi dengan bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan
fisioterapi lain mis : spiromerti iasentif, perkusi, drainase postural.
Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan secret.

25
2. Pola napas tidak efektif
a. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi semi fowler
Rasional : Merangsang fungsi pernapasan atau ekspansi paru
b. Bantu klien untuk melakukan batuk efektif & napas dalam
Rasional : Meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas, sehingga mudah
untuk dikeluarkan.
c. Berikan tambahan oksigen masker/ oksigen nasal sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan
sirkulasi.
d. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian ekspektoran
Rasional : Membantu mengencerkan secret, sehingga mudah untuk
dikeluarkan
3. Gangguan pertukaran gas
a. Berikan O2 sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar dan dapat
memperbaiki hipoksemia jaringan
b. Pantau GDA Pasien
Rasional : Nilai GDA yang normal menandakan pertukaran gas semakin
membaik
c. Pantau pernapasan
Rasional : Untuk evaluasi distress pernapasan.
2.5.4 Implementasi Keperawatan
1. Membersihkan jalan napas tidak efektif
2. Melakukan pengisapan jalan napas
3. Mengistrusikan batuk yang efektif
4. Mempertahankan kaedekuatan hidrasi untuk menurunkan viskositas
sekresi.
5. Memberikan o2 sesuai indikasi
6. Mengkaji pernapasan
7. Memberikan tambahan masker/oksigen sesuai indikasi

26
2.5.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yaitu, membandingkan pencapaian klien terhadap
tujuan intervensi dan hasil akhir yang diharapkan dari rencana asuhan
keperawatan. Klien diharapkan dapat mempertahankan jalan napasnya,
mempertahankan pola napasnya, kemudian juga mempertahankan pertukaran
gas.

27
BAB III
PEMBAHASAN

Proses pengkajian keperawatan dengan gangguan oksigenasi diawali dengan


pengkajian terlebih dahulu agar dapat bisa melakukan tahap selanjutnya dalam
proses keperawatan. Dalam pengkajian berisi tentang biodata pasien seperti nama,
agama, sex. Pengisian biodata sangat penting dilakukan untuk menunjukan tahap
perkembangan pasien baik fisik atau psikologis untuk mengetahui apakah ada
hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya maslah penyakit. Keluhan utama
dan riwayat keluhan utama, riwayat perkembangan, riwayat kesehatan keluarga
maksudnya dikeluarga apakah ada yang mengalami kejadian ini sebelum nya.
Misal, pasien mengeluhkan sulit bernapas. Dicatatan nya bahwa pasien ini
memiliki disalah satu keluarganya pernah mengalami itu sebelumnya. Kemudian
riwayat sosial, riwayat psikologis, riwayat spiritual, pemeriksaan fisikbisa kita
lakuakan dengan cara palpasi, inspeksi.
Kemudian proses keperawatanselanjutnya adalah diagnosa
keperawatan.dalam menentukan diagnosa bisa kita peroleh dari data-data yang
telah dikumpulkan pada proses pengkajian. Bila diagnosa keperawatan telah
dibuat kemudian kami menyusun perencanaan keperawatan atau intervensi.
Misalnya, pasien Cahaya TTV nya 100/80. Selanjutanya tahap implementasi dan
tahap terakhir yaitu evaluasi merupakan membenadingkan intervensi dan
pancapaian yang ingin diharapkan dalam proses oksigenasi. Contoh evaluasi
gangguan oksigenasi yaitu mempertahankan pola napas, mempertahankan jalan
napas. Jika itu dipertahankan maka kita hentikan tindakan keperawatan dan
masalah teratasi.

28
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Oksigenasi merupakan peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 dan mengeluarkan Co2 sebagai sisa dari oksidasi dari tubuh.
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga
tahapan, yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
Saluran pernafasan dari atas kebawah dapat dirinci sebagai berikut :
Rongga hidung, faring, laring, trakea, percabangan bronkus, paru-paru
(bronkiolus, alveolus). Saluran nafas bagian atas adalah rongga hidung, faring
dan laring dan saluran nafas bagian bawah adalah trachea, bronchi, bronchioli
dan percabangannya sampai alveoli. Salah satu tanda gejala kekurangan
oksigen yaitu hipoksia.
Manfaat oksigen bagi tubuh kita sendiri yaitu untuk salah satunya
adalah kelancaran peredarahan darah, untuk kecerdasan otak.
Proses keperawatan dengan gangguan oksigenasi, sama hal lainnya
dengan proses-proses gangguan lain seperti kekurangan cairan dan elektrolit.
Tahap pertama yang harus kita lakukan adalah pengkajian. Pengkajian sangat
perlu dilakaukan untuk mengetahui dan mendapatkan data-data pasien, dan
dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya. Bila data-data sudah terkumpul bisa
kita menyusun diagnosa pada pasien tersebut, selanjutnya adalah intervensi,
implementasi dan evaluasi.
4.2 Saran
Penulis menyarankan kepada semua pembaca setelah membaca materi
ini, pembaca memberi saran dan kritiknya untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

29
DAFTAR PUSTAKA

adysetiadi.files.wordpress.com/2012/11/anatomi-dan-fisiologi-sistem-
respirasi.pdfalodokter.com/hipoksia (diakses pada tanggal 9 juni 2017, pukul
14.00)
Budiono, Sumirah Budi Pertami. 2016. Konsep Dasar Keperawatan-cet.2.
Jakarta. Bumi Medika.
C. Pearce Evelyn. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia.
http://nyusandalan.com/manfaat-oksigen/ (diakses pada tanggal 10 juni 2017,
pukul 19.22)
Teknik Prosedural Konsep & Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Penerbit salemba.

30

Вам также может понравиться