Вы находитесь на странице: 1из 29

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Konsep Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu , ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2005). Dalam pendukung kegiatan proses belajar

mengajar, maka alat peraga disusun berdasarkan prinsip bahwa

pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap

melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk

menerima sesuatu, maka semakin banyak dan semakin jelas pula

pengertian atau pengetahuan yang diperoleh (Notoatmodjo, 2005).

b. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai

6 tingkatan (Notoatmodjo, 2005) yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingat materi setelah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam tingkat pengetahuan ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima, oleh

7
8

sebab itu tahu ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (komprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan tentang suatu obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi itu secara benar. Orang yang telah

paham terhadap obyek atau materi harus menjelaskan,

menyebutkan contoh, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek

yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai

penggunaan hukum - hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

suatu materi atau obyek dalam komponen - komponen tetapi masih

dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya

satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat


9

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi - formulasi yang sudah ada. Misalnya dapat

menyusun, merencanakan, meringkas dan menyelesaikan suatu

teori atau rumusan - rumusan yang telah ditetapkan.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau

obyek. Penelitian ini berdasarkan suatu kriteria yang sudah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

subyek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin

diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat - tingkat di

atas (Notoatmodjo, 2003).

c. Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Sedangkan faktor - faktor yang mempengaruhi pengetahuan

menurut Notoatmodjo (1997) adalah :

1) Faktor Internal

a) Pengalaman

Menurut Notoatmodjo (1997), bahwa pengalaman itu

merupakan sumber pengetahuan dan pengalaman, itu merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sehingga


10

semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, informasi

yang didapatkan akan semakin baik.

b) Umur

Menurut Huclok (1998) yang dikutip oleh Nursalam

(2003), bahwa semakin cukup umur tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan

jiwanya.

c) Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (1997), konsep dasar pendidikan

adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu

terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan

kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri

individu, kelompok dan masyarakat. Pengetahuan dipengaruhi

oleh pendidikan, jadi pengetahuan sangat erat kaitannya dengan

pendidikan dimana diharapkan adanya pendidikan maka akan

semakin luas pula pengetahuannya.

2) Faktor Eksternal

a) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara

komponen sosial yang ikut mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang

kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan

pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau


11

seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan mempengaruhi

pengetahuan kita.

b) Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media

massa seperti televisi, surat kabar, majalah dan lain - lain

mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan

kepercayaan seseorang. Dalam penyampaian informasi, media

massa membawa pesan - pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang.

c) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan. Kebudayaan

telah mewarnai sikap masyarakatnya, karena kebudayaan

pulalah yang memberi corak pengalaman individu - individu

yang menjadi anggota kelompok asuhannya.

d) Informasi

Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberi

landasan kognitif baru. Pesan - pesan sugestif yang dibawa oleh

informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberi dasar

afektif dalam menilai suatu hal.

2. Konsep Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Dari berbagai batasan tentang

sikap dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung
12

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup (Notoatmodjo, 1997).

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari - hari

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan

pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.

Diagram di bawah ini lebih dapat menjelaskan uraian tersebut:

Stimulus Reaksi tingkah


Proses stimulus
rangsang laku (terbuka )

Sikap ( tertutup )

Gambar 2.1. Proses terbentuknya sikap (Notoatmodjo, 1997)

Dalam bagian lain Allpart (1954) dalam Notoatmodjo (1997), menjelaskan

bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yakni :

a. Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu obyek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek

c. Kecenderungan untuk bertindak

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni :

a. Menerima (receiving)
13

Subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek.

a. Merespon (response)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap karena dengan

suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang

menerima ide tersebut.

b. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan

orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat

tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan

tingkat sikap yang paling tinggi.

Menurut Syafuddin Azwar (1995), faktor - faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap, yaitu :

a. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan

akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat

mempunyai tanggapan dan penghayatan seseorang harus mempunyai

pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologi. Apakah

penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif atau negatif

akan tergantung pada berbagai faktor lain.


14

b. Orang lain yang dianggap penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen

sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Diantara orang yang biasa

dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status

sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja,

istri atau suami dan lain - lain.

c. Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan sikap kita.

d. Media massa

Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan

kognitif baru bagi terbentuknya sikap melalui televisi, radio, surat

kabar, majalah dan lain - lainnya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan agama sebagai suatu sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan

dasar pengertian dan konsep moral.

f. Faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi

yang berfungsi semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego.


15

3. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap

Pengetahuan dan sikap merupakan bagian domain perilaku

kesehatan. Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang psikolog pendidikan

membagi perilaku itu kedalam 3 domain (ranah/kawasan) yaitu :

a. Ranah kognitif (cognitif domain)

b. Ranah afektif (affective domain)

c. Ranah psikomotor (psychomotor domain)

Ketiga kawasan perilaku ini mengajarkan bahwa tujuan pendidikan

membentuk dan atau meningkatkan kemampuan manusia yang mencakup

seluruh ranah tersebut, ketiga kemampuan tersebut harus dikembangkan

bersama - sama secara seimbang. Objek sikap/afektif akan dipersepsi oleh

individu dan hasil persepsi akan dicerminkan dalam sikap yang diambil

oleh individu yang bersangkutan. Dalam mempersepsikan objek sikap

individu akan dipengaruhi oleh salah satunya pengetahuan.

Rosenberg dalam buku Syaifuddin Azwar (1995) menyatakan

Dalam perjalanannya komponen afektif akan selalu berhubungan dengan

komponen kognitif dan hubungan tersebut dalam keadaan konsisten.

Rosenberg menciptakan skala sikap dan berpendapat bahwa adanya

hubungan yang konsisten antara komponen afektif dengan komponen

kognitif. Ini berarti bila seorang mempunyai sikap positif terhadap suatu

objek maka indeks kognitifnya juga akan tinggi demikian sebaliknya.


16

4. Konsep Diare

a. Pengertian Diare

Diare adalah Buang Air Besar (BAB) encer lebih dari 3 kali

sehari. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yang

lebih banyak dari biasanya (normal 100 - 200 cc per jam tinja) dengan

disertai frekwensi defekasi yang meningkat (WHO, 2000). Diare adalah

penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya

3 kali atau lebih per hari yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi

tinja dari penderita (Depkes RI, 2003). Diare adalah buang air besar

yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada umumnya 3 kali

atau lebih) perhari dengan konsistensi cair dan berlansung kurang dari 7

hari (Kemenkes RI, 2005). Diare adalah Buang Air Besar (defekasi)

dengan jumlah tinja yang lebih dari biasanya dengan tinja berbentuk

cair atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi

defekasi yang meningkat (Mansjoer, 1999).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas peneliti dapat mengambil

kesimpulan pengertian diare adalah suatu keadaan dimana terjadi

perubahan pola BAB lebih dari biasanya (>3x/hari) disertai perubahan

konsistensi tinja dari encer atau berair dengan atau tanpa darah lendir.

Diare dapat dibagi menjadi 2 berdasarkan mulai dan lamanya yaitu

diare akut dan kronis (Mansjoer A, 1992).

b. Etiologi Diare

1) Faktor infeksi
17

a) Infeksi gastrointestinal : infeksi saluran pencernaan makanan

yang merupakan penyebab utama diare pada bayi yaitu sebagai

berikut :

(1) Infeksi bakteri : vibrio, E-Coli, salmonella, shigella,

campylobacter, yersinia, aeromonas dan sebagainya.

(2) Infeksi virus : enterocirus (virus ECHO, poliomyelitis),

adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain - lain.

(3) Infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris,

srongylolais), protozoa (entamoeba histolytica, giardia

lambia, trichanonas homunis) dan jamur (candidia albicans).

b) Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan

seperti : Otitis Media Akut (OMA), tonsillitis / tonsilofaringitus,

bronkopneuminia, ensefalitas dan sebagainya. Keadaan ini

terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

2) Faktor malabsorpsi

a) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa

dan sukrosa) monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan

galaktosa) pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering

intoleransi laktosa.

b) Malabsorbsi lemak

c) Malabsorbsi protein

3) Faktor Makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan


18

4) Faktor Psikologis

Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih

besar).

c. Patogenesis Diare

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :

1) Gangguan Osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus, isi rongga usus

yang berlebihan akan merangsang untuk mengeluarkannya sehingga

timbul diare.

2) Gangguan Sekresi

Akibat rangsangan terlalu (misalnya toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan

selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3) Gangguan Mortalitas Usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus

untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh

berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

d. Patofisiologi Diare

1) Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal

merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan

elektrolit yang berlebihan.


19

2) Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga exstra

seluler ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan

elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.

3) Diare yang terjadi merupakan proses dari :

a) Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit

ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi

dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit.

b) Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk

mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan - bahan makanan.

Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi.

c) Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan

absorbsi intestinal (Suriadi, 2001).

e. Manifestasi Klinis Diare

1) Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.

2) Terdapat tanda dan gejala dehidrasi : turgor kulit jelek, ubun - ubun dan

mata cekung, membran mukosa kering.

3) Kram abdominal

4) Demam

5) Mual dan muntah

6) Anorexsia

7) Lemah dan pucat

8) Perubahan tanda - tanda vital

9) Menurun atau tidak ada pengeluaran urine (Suriadi, 2001).


20

f. Penyebaran Penyakit Diare

1) Penyebaran kuman yang menyebabkan diare

Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain

melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja atau kontak

langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku yang menyebabkan

makanan terkena kuman enterik dan meningkatkan resiko terjadinya

diare, perilaku tersebut antara lain :

a) Tidak memberikan ASI secara penuh pada 6 bulan pertama. Pada

bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk penderita diare lebih besar

dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita

dehidrasi berat lebih besar.

b) Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan

pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan.

c) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan

disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar

dan kuman akan berkembang biak.

d) Menggunakan air minum yang tercemar.

e) Tidak membersihkan tangan sesudah BAB dan sesudah membuang

tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.

f) Tidak membuang tinja termasuk tinja bayi dengan benar, sering

beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal

sesungguhnya virus atau bakteri dalam jumlah besar.

2) Faktor yang mempengaruhi terjadi diare

a) Faktor gizi
21

Sebelum kita ketahui, keuntungan memberikan ASI terutama

kolostrum karena ASI mempunyai nilai yang lebih baik dari pada

susu formula. ASI mampu menurunkan paparan terhadap kuman

pathogen. Insiden penyakit berkembang pada periode dimulainya

pemberian makanan tambahan dimana penyakit diare ditemukan

pada anak kurang gizi. Makanan buruk dan keadaan kurang gizi

makin sering dan berat diarenya (Depkes RI, 1995).

b) Faktor makanan yang terkontaminasi pada masa sapih

Insiden diare mulai bertambah pada saat anak anak untuk pertama

kali mengenal makanan tambahan dan mencapai puncak pada saat

anak anak mulai disapih. Makanan yang disapih bila tidak terjaga

kebersihannya akan lebih mudah terkontaminasi sehingga

mengakibatkan diare pada anak - anak.

c) Faktor sosial ekonomi

Kebanyakan anak - anak yang mudah menderita diare berasal dari

keluarga besar, daya beli rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak

punya penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan,

rendah pendidikan serta kebiasaan yang tidak menguntungkan.

d) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan ini meliputi sanitasi lingkungan yang buruk,

kurangnya penyediaan air minum yang bersih dan memenuhi

persyaratan kesehatan, kurangnya pembuangan kotoran yang sehat,

keadaan rumah yang umumnya tidak sehat, usaha hygiene dan


22

sanitasi makanan yang belum menyeluruh, kurangnya pengawasan

dan pencegahan pencemaran lingkungan.

g. Upaya Pencegahan Diare

Upaya pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang

dapat dilakukan (Kemenkes RI, 2011) adalah sebagai berikut :

1) Pemberian ASI

a) Ibu sebaiknya hanya memberikan ASI untuk bayi mereka selama

6 bulan pertama.

b) Seorang ibu baru harus diajarkan mengenai bagaimana cara

memberikan ASI kepada bayinya.

c) Agar pemberian ASI berlangsung dengan efektif, maka ibu harus

mulai memberikan ASI sesegera mungkin setelah bayi lahir dan

jangan memberikan cairan yang lain kepada bayi selama 6 bulan

pertama dari kehidupan.

2) Makanan Pendamping ASI

Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan

pendamping ASI yang lebih baik yaitu :

a) Perkenalkan makanan lunak ketika anak berumar 6 bulan tetapi

teruskan pemberian ASI. Tambahkan makanan sewaktu anak

berumur 6 bulan atau lebih. Tambahkan makanan lebih sering

(4 x sehari).

b) Tambahkan minyak, lemak dan gula kedalam nasi/bubur dan

biji - bijian untuk energi.


23

c) Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging,

kacang kacangan, buah - buahan dan sayuran berwarna hijau

kedalam olahan makanannya.

d) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak,

suapi anak dengan sendok yang bersih.

e) Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya di tempat

yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada

anak.

3) Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar - benar

bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan

dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat

dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan

menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi

mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

a) Ambil air bersih dari sumber air yang bersih.

b) Ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta

gunakan gayung khusus untuk mengambil air.

c) Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan

untuk mandi anak - anak.

d) Gunakan air yang direbus

e) Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan

cukup.
24

4) Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan

yang penting dalam penularan diare adalah mencuci tangan. Mencuci

tangan dengan sabun terutama sesudah BAB, sesudah membuang tinja

anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak

dan sebelum makan mempunyai dampak dalam kejadian diare.

5) Menggunakan Jamban

Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat

jamban dan keluarga harus BAB di jamban.Yang harus diperhatikan

oleh keluarga adalah sebagai berikut :

a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat

dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

b) Bersihkan jamban secara teratur.

c) Bila tidak ada jamban jangan biarkan anak - anak pergi ketempat

BAB sendirian, BAB hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan

tempat anak - anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber

air, hindari BAB tanpa alas kaki.

6) Membuang tinja bayi yang benar.

7) Kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan buang ke jamban.

8) Bantu anak - anak BAB di tempat yang bersih dan mudah dijangkau

olehnya.

9) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak seperti

di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.

10) Bersihkan tangan dengan benar memakai sabun setelah BAB.


25

11) Pemberian Imunisasi Campak

Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian

imunisasi campak juga mencegah diare. Oleh karena itu beri anak

imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan.

h. Konsep Dehidrasi Pada Diare

1) Definisi Dehidrasi

Dehidrasi adalah hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit terutama

natrium dan kalium dan sering disertai dengan asidodis metabolic

(Soegijanto, 2002).

2) Penyebab Dehidrasi

Penyebab dehidrasi pada penderita diare yaitu kehilangan cairan yang

berlangsung cepat, berat badan akan turun dalam waktu yang sangat

singkat, kehilangan sejumlah air dan elektrolit bertambah bila ada

muntah dan meningkat apabila disertai dengan panas

(Soegijanto, 2002).

3) Klasifikasi Diare

Derajat dehidrasi seseorang berdasarkan defisit berat badan dapat

digolongkan sebagai berikut :

a) Dehidrasi ringan

Bila penurunan berat badan kurang dari 5% (rata - rata 4%)

b) Dehidrasi sedang

Bila penurunan berat badan antara 5 - 10% (rata rata 5%)

c) Dehidrasi berat
26

Bila penurunan berat badan lebih dari 10% (rata - rata 10%)

(Soegijanto, 2002).

Tabel 2.1. Penilaian derajat dehidrasi penderita diare

Penilaian Ringan Sedang Berat

1. Lihat : a. Baik sadar a. Gelisah, rewel a. Lesu, tidak sadar


a. Keadaan umum b. Normal b. Cekung b. Sangat cekung
b. Mata c. Ada c. Tidak ada c. Tidak ada
c. Air mata d. Basah d. Kering
d. Mulut & lidah e. Minum biasa e. Rasa haus
e. Rasa haus f. Tidak haus f. Minum banyak

2. Periksa : Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat


Turgor kulit lambat
3. Derajat dehidrasi Tidak Dehidrasi Dehidasi ringan Dehidrasi berat
sedang
4. Terapi Terapi A Terapi B Terapi C

4) Tanda dan Gejala

a) Dehidrasi ringan

Keadaan umum sadar, baik, rasa haus (+), sirkulasi darah atau nadi

normal, pernafasan biasa, mata agak cekung, turgor atau tonus biasa,

kencing biasa (Hassan R., 1995 ).

b) Dehidrasi sedang

Keadaaan umum gelisah, rasa haus (+), sirkulasi darah atau nadi

cepat, mata cekung, turgor atau tonus agak berkurang, kencing

sedikit.

c) Dehidrasi berat

Keadaan umum apatis atau koma, rasa haus (+), sirkulasi darah atau

nadi cepat sekali (>140x/menit), pernapasan kusmual


27

(cepat dan dalam), mata cekung sekali, turgor kurang sekali, kencing

tidak ada.

5) Rencana pengobatan berdasarkan derajat dehidasi

a) Rencana terapi A : untuk mengobati diare di rumah (penderita diare

tanpa dehidrasi) menerangkan tiga cara terapi diare di rumah :

(1) Berikan anak lebih banyak cairan dari pada biasanya untuk

mencegah dehidrasi :

(a) Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti

larutan oralit, makanan yang cair (seperti sup, air tajin)

dan kalau tidak ada air matang gunakan larutan oralit

untuk anak, seperti dijelaskan dalam kotak di bawah

(catatan jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum

makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air

matang daripada makanan yang cair)

(b) Berikan larutan ini sebanyak anak mau, berikan jumlah

larutan oralit seperti di bawah.

(c) Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.

(2) Berikan makanan untuk mencegah kurang gizi :

(a) Teruskan ASI

(b) Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa

diberikan. Untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum

mendapat makanan padat dapat diberikan susu.

(c) Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan

padat
28

(3) Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik

dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut :

(a) BAB cair lebih sering

(b) Muntah berulang ulang

(c) Rasa haus yang nyata

(d) Makan atau minum sedikit

(e) Demam

(f) Tinja berdarah

b) Rencana terapi B untuk dehidrasi ringan atau sedang :

(1) Jumlah oralit yang di berikan dalam 3 jam pertama

(a) Oralit yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat

badan penderita (kg) dengan 75 ml.

(b) Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk

memudahkan di lapangan, berikan oralit sesuai dengan

tabel di bawah ini :

Tabel 2.2. Pemberian oralit berdasarkan umur


Umur < 1 th 1 4 th > 5 th Dewasa
Jumlah 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml
oralit

(c) Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah

(d) Bujuk ibu untuk menentukan ASI

(e) Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI,

berikan juga 100 - 200 ml air masak selama masa ini

(f) Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan


29

(g) Tunjukkan cara memberikannya 1 sendok teh tiap 1 - 2

menit untuk anak dibawah 2 tahun, beberapa teguk dari

gelas untuk anak yang lebih tua

(h) Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah

(i) Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan

pemberian oralit tetapi lebih lambat, misalnya 1 sendok

tiap 2 - 3 menit

(j) Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian

oralit dan berikan air masak atau ASI, beri oralit sesuai

rencana terapi A bila pembengkakan telah hilang

(k) Bila tidak ada dehidrasi ganti ke rencana terapi A,

bila dehidrasi telah hilang anak biasanya kencing dan lelah

kemudian mengantuk dan tidur

(l) Bila tanda - tanda menunjukkan dehidrasi ringan atau

sedang, ulangi rencana terapi B tetapi tawarkan makanan,

susu dan sari buah seperti rencana terapi A

(m) Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan

rencana terapi C

(n) Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B

(o) Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam

terapi 3 jam di rumah

(16) Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti

dijelaskan dalam rencana terapi A

(p) Tunjukkan cara melarutkan oralit


30

(q) Jelaskan 3 cara dalam rencana terapi A untuk mengobati

anak di rumah

c) Rencana terapi C

(1) Mulai diberi cairan IntraVena (IV) segera. Bila penderita bisa

minum, berikan oralit sewaktu cairan IV dimulai beri

100 ml/kg cairan RL (atau cairan normal salin bila RL tidak

tersedia)

(2) Nilai kembali penderita tiap 1 - 2 jam, bila rehidrasi belum

tercapai percepat tetesan IV.

(3) Juga berikan oralit (5 ml/kg/jam) bila penderita bisa minum,

biasanya setelah 3 - 4 jam (bayi) atau 1 - 2 jam (anak).

(4) Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita

menggunakan tabel penilaian, kemudian pilihlah rencana terapi

yang sesuai (A, B atau C) untuk melanjutkan terapi.

(5) Kirim penderita untuk terapi IV.

(6) Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara

memberikannya selama di perjalanan.

(7) Mulai rehidrasi dari mulut dengan oralit, berikan cairan

pelan pelan.

(8) Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk penderita

untuk terapi IV.

(9) Setelah 6 jam nilai kembali penderita dan pilih rencana terapi

yang sesuai.
31

(10) Mulai rehidrasi melalui mulut dengan oralit. Berikan

20 ml/kg/jam selama 6 jam (total 120 ml/kg).

(11) Nilailah penderita tiap 1-2 jam.

5. Konsep Balita

Masa Balita dimulai dari usia 0 - 59 bulan yang ditandai dengan

pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan

dalam kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2007).

Selama periode ini, bayi sepenuhnya tergantung pada perawatan

dan pemberian makan oleh ibunya. Nursalam (2005), mengatakan bahwa

tahapan pertumbuhan pada masa bayi dibagi menjadi masa neonatus

dengan usia 0 - 28 hari dan masa pasca neonatus dengan usia 29 hari

sampai 12 bulan. Pada umur 1 3 tahun (toddler) anak akan semakin

mandiri dan disertai kemampuan mobilitas dan kognitif yang meningkat

(Perry & Potter, 2009)

a. Pertumbuhan Balita

Supariasa (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan berkaitan

dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan fungsi tingkat sel,

organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram,

pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan

keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).

Pertumbuhan fisik merupakan hal yang kuantitatif yang dapat diukur.

Indikator ukuran pertumbuhan meliputi perubahan tinggi dan berat

badan, gigi, struktur skelet dan karakteristik seksual (Perry & Potter,

2005). Pertumbuhan pada masa anak - anak mengalami perbedaan yang


32

bervariasi sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum,

pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki (cephalokaudal).

Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih

dahulu, kemudian secara berangsur - angsur diikuti oleh tubuh bagian

bawah. Selanjutnya pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara

teratur (Nursalam, 2003).

b. Ciri ciri pertumbuhan

Hidayat (2008) mengatakan bahwa seseorang dikatakan

mengalami pertumbuhan bila terjadi perubahan ukuran dalam hal

bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan/panjang

badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, perubahan proporsi

yang terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai

dari masa konsepsi sampai dewasa. Terdapat ciri baru yang secara

perlahan mengikuti proses kematangan seperti adanya rambut pada

daerah aksila, pubis atau dada, hilangnya ciri - ciri lama yang ada

selama masa pertumbuhan seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya

gigi susu atau hilangnya refleks tertentu.

c. Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

Supariasa (2001) mengatakan pertumbuhan dipengaruhi oleh

dua faktor utama yaitu faktor internal seperti biologis, termasuk genetic

dan faktor eksternal seperti status gizi.

1) Faktor internal (genetik)

Faktor internal (genetik) antara lain termasuk berbagai faktor

bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan ras
33

atau suku bangsa. Apabila potensi genetik ini dapat berinteraksi

dengan baik dalam lingkungan, maka pertumbuhan optimal akan

tercapai (Supariasa, 2001)

2) Faktor eksternal

Faktor - faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan antara

lain keluarga, kelompok teman sebaya, pengalaman hidup,

kesehatan lingkungan, kesehatan prenatal, nutrisi, istirahat, tidur

dan olah raga, status kesehatan serta lingkungan tempat tinggal

(Perry & Potter, 2005).


34

B. Kerangka Konseptual Penelitian

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kejadian Diare Pada Balita di
Puskesmas Kotaraja Kecamatan sikur.

Faktor internal :
1. Pengalaman
2. Pendidikan
3. Umur

Variabel
Variabel Independen (x)
Dependen (y)
(x1)Pengetahuan ibu Kejadian diare
(x2) Sikap Ibu
pada Balita

Faktor eksternal :
1. Pengaruh orang lain
yang dianggap penting
2. Media massa
3. Kebudayaan
4. Informasi

Ket : : variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.2. Kerangka konseptual Penelitian


35

C. Hipotesis Penelitian

H0 : tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang diare dengan

kejadian diare pada Balita di Puskesmas Kotaraja Kecamatan Sikur.

H1 : ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang diare dengan

kejadian diare pada Balita di Puskesmas Kotaraja Kecamatan Sikur.

Вам также может понравиться

  • Transparan Bab 5
    Transparan Bab 5
    Документ6 страниц
    Transparan Bab 5
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • Blanko Pencapaian TB
    Blanko Pencapaian TB
    Документ1 страница
    Blanko Pencapaian TB
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • No Tulen
    No Tulen
    Документ4 страницы
    No Tulen
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • Hasil Uji Statistik Spearman Rank
    Hasil Uji Statistik Spearman Rank
    Документ1 страница
    Hasil Uji Statistik Spearman Rank
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • Ni Wayan Dewi Tarini
    Ni Wayan Dewi Tarini
    Документ140 страниц
    Ni Wayan Dewi Tarini
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • BAB 4 - 5 Revisi.
    BAB 4 - 5 Revisi.
    Документ9 страниц
    BAB 4 - 5 Revisi.
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • Daftar ISI
    Daftar ISI
    Документ4 страницы
    Daftar ISI
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • Proposal
    Proposal
    Документ1 страница
    Proposal
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Anak Usia Prasekolah
    Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Anak Usia Prasekolah
    Документ23 страницы
    Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Anak Usia Prasekolah
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • Kerangka Acuan UKM Pengembangan
    Kerangka Acuan UKM Pengembangan
    Документ2 страницы
    Kerangka Acuan UKM Pengembangan
    Ismail Rahama
    100% (7)
  • Lamp Iran
    Lamp Iran
    Документ21 страница
    Lamp Iran
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • Lembar Pengesahan Kadekning
    Lembar Pengesahan Kadekning
    Документ2 страницы
    Lembar Pengesahan Kadekning
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • Cover Luar
    Cover Luar
    Документ1 страница
    Cover Luar
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • Proposal
    Proposal
    Документ1 страница
    Proposal
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • Surat Permintaan Menjadi Responden
    Surat Permintaan Menjadi Responden
    Документ1 страница
    Surat Permintaan Menjadi Responden
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • Koesioner Studi
    Koesioner Studi
    Документ4 страницы
    Koesioner Studi
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • BAB IV Hasil Spss
    BAB IV Hasil Spss
    Документ15 страниц
    BAB IV Hasil Spss
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • Bab 11
    Bab 11
    Документ56 страниц
    Bab 11
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • Ijin Data
    Ijin Data
    Документ2 страницы
    Ijin Data
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ2 страницы
    Daftar Pustaka
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • BAB 5 Revisi
    BAB 5 Revisi
    Документ14 страниц
    BAB 5 Revisi
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • Ceklist
    Ceklist
    Документ4 страницы
    Ceklist
    hadi belo
    100% (1)
  • Bab V
    Bab V
    Документ3 страницы
    Bab V
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • JUDUL
    JUDUL
    Документ2 страницы
    JUDUL
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ2 страницы
    Daftar Isi
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • BAB IV Umur
    BAB IV Umur
    Документ16 страниц
    BAB IV Umur
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • Bab 1
    Bab 1
    Документ81 страница
    Bab 1
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • BAB IV Hasil Spss
    BAB IV Hasil Spss
    Документ15 страниц
    BAB IV Hasil Spss
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • Bab V
    Bab V
    Документ3 страницы
    Bab V
    hadi belo
    Оценок пока нет
  • Bab 111
    Bab 111
    Документ12 страниц
    Bab 111
    hadi belo
    Оценок пока нет