Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG
2011
A. DEFINISI BERMAIN
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting dalam
kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stress pada
anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell dan Glaser,
1995). Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya
makanan, perawatan dan cinta kasih. Dengan bermain anak akan menemukan kekuatan serta
kelemahannya sendiri, minatnya, cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain
(Soetjiningsih, 1995)
B. FUNGSI BERMAIN
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang
digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.
Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada
di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan
objek.
Perkembangan Social
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Pada saat
melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan
bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada
anak usia sekolah dan remaja.
Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya kedalam bentuk
objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan
mencoba untuk merealisasikan ide-idenya.
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur mengatur tingkah laku.
Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain
dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah
lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga
temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti
teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama
dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari
perilakunya terhadap orang lain
Perkembangan Moral
Melalui kegiatan bermain anak akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana
yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah
dilakukannya. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak
melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan
dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan.
Hal tersebut terutama terjadi pada anak yang belum mampu mengekspresikannya secara verbal.
Dengan demikian, permainan adalah media komunikasi antar anak dengan orang lain, termasuk
dengan perawat atau petugas kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan
pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan atau
melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan teman kelompok bermainnya.
C. TUJUAN BERMAIN
1.Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit
anakmengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian,
selam anak dirawat di rumah sakit, kegiatan sitimulasi pertumbuhan dan perkembangan
masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah sakit.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith et al; Garvev; Rubin, Fein dan Vandenberg
(Johnson et al, 1999) diungkapkan adanya beberapa cirri kegiatan bermain yaitu :
1. Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsic, maksud muncul atas keinginan pribadi serta untuk
kepentingan sendiri
2. Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-emosi yang
positif
3. Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lain
4. Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil akhir
5. Bebas memilih, dan ciri ini merupakan elemen yang sangat penting bagi konsep bermain pada
anak-anak kecil.
Merujuk pada proses tumbuh-kembang anak remaja, dimana anak remaja berada dalam suatu
fase peralihan, yaitu disatu sisi akan meninggalkan masa kanak-kanak dan disisi lain masuk
pada usia dewasa dan bertindak sebagai individu. Oleh karena itu, dikatakan bahwa anak
remaja akan mengalami krisis identitas dan apabila tidak sukses melewatinya, anak akan
mencari kompensasinya pada hal yang berbahaya, seperti obat-obatan terlarang dsb. Melihat
karakteristik anak remaja yang senang berkumpul dengan teman-temannya perlu mengisi
kegiatan yang konstruktif, misalnya dengan melakukan permainan berbagai macam olahraga,
mendengarkan dan/atau bermain musik serta melakukan kegiatan organisasi remaja yang
positif, seperti kelompok basket, sepak bola, karang taruna dll. Prinsip kegiatan bermain bagi
anak remaja tidak hanya sekedar mencari kesenangan dan meningkatkan perkembangan
fisio-emosional, tetapi juga lebih juga ke arah menyalurkan minat, bakat dan aspirasi serta
membantu remaja untuk menemukan identitas pribadinya. Untuk itu alat permainan yang
tepat bisa berupa berbagai macam alat olah raga, alat musik dan alat gambar atau lukis.