Вы находитесь на странице: 1из 8

BERMAIN PADA ANAK USIA REMAJA

Memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak

Disusun oleh

- Ida Nurhidayah 220111100010


- Siti Maelah 220111100014
- Dewi Tresnawati 220111100049
- Novita Sari 220111100056
- Ratu Hidyah Awaliyah 220111100064
- Joko Gunawan 220111100065

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG
2011
A. DEFINISI BERMAIN

Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting dalam
kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stress pada
anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell dan Glaser,
1995). Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya
makanan, perawatan dan cinta kasih. Dengan bermain anak akan menemukan kekuatan serta
kelemahannya sendiri, minatnya, cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain
(Soetjiningsih, 1995)

B. FUNGSI BERMAIN

Perkembangan Sensoris Motorik

Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang
digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.

Perkembangan Intelektual

Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada
di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan
objek.

Perkembangan Social

Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Pada saat
melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan
bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada
anak usia sekolah dan remaja.

Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya kedalam bentuk
objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan
mencoba untuk merealisasikan ide-idenya.

Perkembangan Kesadaran Diri

Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur mengatur tingkah laku.
Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain
dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah
lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga
temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti
teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama
dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari
perilakunya terhadap orang lain

Perkembangan Moral

Melalui kegiatan bermain anak akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana
yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah
dilakukannya. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak
melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.

Bermain Sebagai Terapi

Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan
dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan.
Hal tersebut terutama terjadi pada anak yang belum mampu mengekspresikannya secara verbal.
Dengan demikian, permainan adalah media komunikasi antar anak dengan orang lain, termasuk
dengan perawat atau petugas kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan
pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan atau
melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan teman kelompok bermainnya.

C. TUJUAN BERMAIN

1.Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit
anakmengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian,
selam anak dirawat di rumah sakit, kegiatan sitimulasi pertumbuhan dan perkembangan
masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya

2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.

3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah

4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah sakit.

D. CIRI-CIRI KEGIATAN BERMAIN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith et al; Garvev; Rubin, Fein dan Vandenberg
(Johnson et al, 1999) diungkapkan adanya beberapa cirri kegiatan bermain yaitu :

1. Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsic, maksud muncul atas keinginan pribadi serta untuk
kepentingan sendiri

2. Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-emosi yang
positif

3. Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lain
4. Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil akhir

5. Bebas memilih, dan ciri ini merupakan elemen yang sangat penting bagi konsep bermain pada
anak-anak kecil.

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PERIODE REMAJA (ADOLESCENCE)

A. Pertumbuhan Dan Perkembangan Fisik


Tumbuh kembang merupakan dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan
dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik sedangkan
perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ atau individu. Pertumbuhan dan
perkembangan pada masa remaja pada anak wanita dua tahun lebih cepat disbanding pada
anak laki-laki. Masa ini merupakan masa transisi dari anak ke dewasa.

B. Pertumbuhan Kelenjar-kelenjar Seks Dan Perkembangan Seksual


Pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks (gonads) remaja sesungguhnya bagian integral dari
pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara menyeluruh. Perkembangan erilaku seksual
yang berhubungan dengan pergaulan social remaja terasa kuatnya dorongn bagi mereka
untuk mendekati lawan jenis terutama dalam pertengahan dan masa akhir adolescent.

C. Pertumbuhan Otak Dan Perkembangan Intelektual


Pertumbuhan otak secara cepat terutama terjadi pada usia 3-10 tahun, 2-4 tahun, 6-8 tahun,
10-13 tahun dan 14-17 tahun. Mengenai perbedaan partumbuhan otak antara pria dan wanita
pendapat-pendapat terbaru menyimpulkan bahwa pertumbuhan otak anak wanita meningkat
lebih cepat dalam usia 11 tahun dibanding dengan pertumbuhan otak pria. Tetapi
pertumbuhan otak anak pria dalam usia 15 tahun meningkat dua kali lebih cepat
dibandingkan dengan ecepatan pertumbuhan anak wanita seusia. Dan periode operasional
formal (11-14 tahun) dalam periode operasional formal cirri-ciri berfikir adalah adanya
kesanggupan seseorang berfikir secara sistematis dan mencakup logika yang kompleks.

D. Perkembangan Dan Pertumbuhan Sikap Dan Perasaan (Emosi)


Sikap adolescent yang berkembang terutama menonjol dalam sikap social lebih berhubungan
dengan teman sebaya. Sikap positif adolescent terhadap teman sebaya berkembang dengan
pesat setelah remaja mengenal adanya kepentingan dan kebutuhan yang sama. Sikap solider
atau senasib sepenanggungan dirasakan dalam kehidupan kelompok baik dalam kelompok
yang sengaja dibentuk maupun yang dibentuk dengan sendirinya.

E. Perkembangan Cita-Cita Dan Minat


Dalam masa remaja minat dan cita-cita berkembang, hal itu bersifat pemilihan dan berarah
tujuan. Pengaruh social memegang peranan dalam menetapkan minat remaja terhadap
sesuatu hal. Beberapa bentuk minat atau cita-cita yang penting dan menonjol dapat
dikelompokkan dalam minat pribadi dan social, minat terhadap rekreasi, minat terhadap
agama, dan minat atau citacita pendidikan dan jabatan. Penyebab lain karena adanya
kesadaran adolescent bahwa lingkungan social menilai dirinya dengan melihat dirinya,
sekolahnya, keuangannya, benda-bena lain yang dimilikinya itu dapat mengangkat atau
menjatuhkan pandangan teman-teman sebaya terhadap dirinya.

F. Perkembangan Pribadi, Sosial dan Moral


Remaja dengan citra dirinya, menilai diri sendiri dan lingkungannya terutama di lingkungan
social. Dalam masa adolescent serngkali remaja menilai dirinya tidak selaras dengan keadaan
yang sesungguhnya. Maksudnya, adolescent sering memiliki citra diri yang lebih tinggi atau
lebih rendah dari yang semestinya, umumnya remaja putrid seringkali menilai diri lebih
tinggi (overestimate) dan remaja pria menilai diri lebih rendah (underestimate).

Merujuk pada proses tumbuh-kembang anak remaja, dimana anak remaja berada dalam suatu
fase peralihan, yaitu disatu sisi akan meninggalkan masa kanak-kanak dan disisi lain masuk
pada usia dewasa dan bertindak sebagai individu. Oleh karena itu, dikatakan bahwa anak
remaja akan mengalami krisis identitas dan apabila tidak sukses melewatinya, anak akan
mencari kompensasinya pada hal yang berbahaya, seperti obat-obatan terlarang dsb. Melihat
karakteristik anak remaja yang senang berkumpul dengan teman-temannya perlu mengisi
kegiatan yang konstruktif, misalnya dengan melakukan permainan berbagai macam olahraga,
mendengarkan dan/atau bermain musik serta melakukan kegiatan organisasi remaja yang
positif, seperti kelompok basket, sepak bola, karang taruna dll. Prinsip kegiatan bermain bagi
anak remaja tidak hanya sekedar mencari kesenangan dan meningkatkan perkembangan
fisio-emosional, tetapi juga lebih juga ke arah menyalurkan minat, bakat dan aspirasi serta
membantu remaja untuk menemukan identitas pribadinya. Untuk itu alat permainan yang
tepat bisa berupa berbagai macam alat olah raga, alat musik dan alat gambar atau lukis.

Contoh bermain pada Remaja


Olah raga
Bermain Basket, sepak bola, futsal, bulu tangkis
Musik
Mendengarkan radio, nonton TV, mendengarkan CD player
Games
Video games, permainan computer ( games on line )
Telepon pribadi
Seni
Menggambar/melukis, menari (cheersleader), vocal group, marching band,
Idola dan koleksi
Membaca majalah dan mengoleksi gambar / musik idola

Вам также может понравиться