Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LANDASAN TEORI
B. Patofisiologi:
Faktor-faktor yang memudahkan pecahnya selaput ketuban adalah
Koria amnionitis, menyebabkan selaput ketuban menjadi rapuh,
Inkompetensi serviks,kanalis servikalis yang selalu terbuka karena kelainan
serviks uteri (factor congenital,factor aknisita,atau factor fisiologik)
3
Kelainan letak tidak ada bagian terendah janin yang menutup PAP, yang dapat
mengurangi tekanan terhadap selaput bagian bawah.
Trauma, menyebabkan tekanan intra uterin mendadak meningkat.
Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Berkurangnya asam askorbik sebagi komponen kolagen.
Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban),
Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis)
Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah : multipara, malposisi,
disproporsi, cervix incompetent, dll
Pecah dini artificial (amniotomi),dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.
( Soetomo Soewarto buku ilmu kebidanan, hal :
PROM berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara
pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode laten = LP =
lag period. Makin muda umur kehamilan makin memanjang LP-nya.
Sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dari biasanya, yaitu pada primi
10 jam dan multi 6 jam.
Pengaruh PROM :
1. Terhadap janin, walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi
janin sudah terkena infeksi,karena infeksi intra uterin lebih dahulu terjadi
(amnionitis, vasculitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan jadi akan
meningkatkan mortalitas dan mordibitas perinatal.
2. Terhadap ibu, karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal
apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam, selain itu juga dapat dijumpai
infeksi puerperalis (nifas), peritonitis dan septikimia, serta dry-labour.
Ibu akan merasa lelah karena terbaring ditempat tidur,partus akan terjadi
lama,maka suhu badan naik,nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi.
4
C. GEJAL KLINIS/DIOGNOSIS :
Diagnosis harus dirasakan pada :
1. Anamnesis :
- kapan keluarnya cairan
- warna
- bau
- adakah partikel-partikel di dalam cairan
2. Inspeksi
keluar cairan pervaginam
3. Inspekulo
bila fundus ditekan atau bagian terendah digoyangkan, keluar cairan dari
OUE dan terkumpul di forniks posterior.
4. Periksa dalam
- adanya cairan dalam vagina
- selaput ketuban tidak ada
5. Pemeriksaan laboratorium
Dengan kertas lakmus menunjukkan reaksi basa (lakmus berubah menjadi
warna biru).
Bila dengan cara diatas ternyata selaput ketuban sudah pecah, maka
diambil ketentuan sbb:
1. Saat selaput ketuban pecah,ditentukan berdasarkan anamnesis pasti tentang
kapan pecahnya ?
2. Kalau anamnesis tidak pasti, maka saat selaput ketuban pecah adalah saat
penderita masuk kamar bersalin.
3. kalau berdasarkan anamnesis pasti bahwa selaput ketuban sudah pecah lebih
dari 12 jam,maka setelah masuk kamar bersalin dievalusi 2 jam. Bila stelah 2
jam idak ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi kehamilan (induksi /
SC).
5
D. PENATALAKSANAAN :
KPD dengan kehamilan aterm :
1. Diberikan antibiotic (injeksi ampisilin 1 gr/ 6 jam IV ), tes ampisilin
sebelumnya.
2. Observasi suhu rectal tiap 3 jam, bila meningkat lebih dari 37,6 c segera
terminasi,
3. Bila suhu rectal tidak meningkat ditunggu 12 jam, bila belum ada tanda-
tanda inpartu dilakukan terminasi.
Yang dimaksud terminasi adalah :
1. Induksi persalinan dengan oxytosin drip 5 IU dalam 500 cc Dextrose 5%
dimulai 8 tts/menit dinaikkan 4 tts tiap 30 menit sampai his adekuat,
maximal 40 tts/menit.
2. SC bila syarat oxytosin drip tidak terpenuhi atau oxytosin drip gagal.
3. Induksi peralinan dinyatakan gagal bila 2 botol( setiap 5 IU dalam 500cc
Dextrose 5%) belum ada tanda-tanda persalinan atau jika 12 jam belum
keluar dari fase laten,dengan tetesan maksimal.