Вы находитесь на странице: 1из 22

II.

STUDI KEPUSTAKAAN

A. Persepsi Siswa

1. Pengertian persepsi siswa

Persepsi menurut bahasa sebagaimana yang dikutip oleh Drs. Bimo

Walgito (1986:53) memberikan pengertian sebagai berikut:

Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu


merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat reseptormya. Namun proses itu tidak berhenti sampai disitu
saja, melainkan stimulus itu di teruskan ke pusat susunan syaraf yaitu
otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari
dengan apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, dan sebagainya, dengan
demikian individu mengalami persepsi. Proses penginderaan akan terjadi
setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat
inderanya, melalui alat reseptornya. Alat indra merupakan penghubung
antara individu dengan dunia luarnya.

Sedangkan menurut Dra.Kartini Kartono (1984:77) memberikan

definisi persepsi sebagai berikut Persepsi adalah pengamatan secara global,

belum disertai kesadaran sedangkan subyek dan obyeknya belum terbedakan satu

dari lainnya (baru ada proses) memiliki tanggapan Menurut Salmeto

(2003:102) pengertian persepsi, Persepsi adalah proses yang menyangkut

masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia, dengan melalui persepsi

manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan

ini di lakukan lewat indranya, yaitu: indera penglihatan, pendengar, peraba dan

perasa.

Ada beberapa prinsip yang umum yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan persepsi, yaitu: pertama, makin baik persepsi mengenai sesuatu,


makin mudah peserta didik belajar mengingat sesuatu tersebut, kedua, dalam

pembelajaran perlu dihindari adanya persepsi yang salah karena hal ini akan

memberikan hal yang salah pula pada peserta didik, ketiga, dalam pembelajaran

perlu di upayakan berbagai sumber belajar yang dapat mendekati benda

sesungguhnya sehingga peserta didik memperoleh persepsi yang lebih akurat

(Fleming dan Levie, 1981).

Berdasasrkan definisi diatas maka ditarik kesimpulan bahwa persepsi

siswa adalah merupakan subyek didik yang memiliki sejumlah kegiatan yang

harus dilakukan, antara lain kegiatan mendengar, melihat, mengamati, bertanya,

mengerjakan, berdiskusi atau memecahkan masalah, mendemonstrasikan,

melukiskan atau menggambarkan dan mencoba sesuatu. Kegiatan tersebut

dilakukan oleh siswa berdasarkan arahan dan bimbingan dari guru. Kegiatan

belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kegiatan guru atau metode mengajar yang

digunakan guru.

2. Proses Terjadinya Persepsi Siswa

Miftah Thoha (2003:145) menyatakan, proses terbentuknya seseorang

didasari pada beberapa tahapan:

1) Stimulus atau Rangsangan

Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu

stimulus atau rangsangan yang hadir dari lingkungannya.

2) Registrasi
Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme

fisik yang berupa penginderaan dan saraf seseorang berpengaruh melalui alat

indera yang dimilikinya.

3) Interpretasi

Merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting

yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses

interpretasi bergantung pada cara pendalamannya, motivasi dan kepribadian

seseorang.

4) Umpan Balik (feed back)

Setelah melalui proses interpretasi, informasi yang sudah diterima

dipersepsikan oleh seseorang dalam bentuk umpan balik terhadap stimulus.

Proses persepsi menurut Marat (1992:108)

adanya dua komponen pokok yaitu seleksi dan interpretasi. Seleksi


yang dimaksud adalah proses penyaringan terhadap stimulus pada alat
indera. Stimulus yang ditangkap oleh indera terbatas jenis dan
jumlahnya, karena adanya seleksi. Hanya sebagian kecil saja yang
mencapai kesadaran pada individu. Individu cenderung mengamati
dengan lebih teliti dan cepat terkena hal-hal yang meliputi orientasi
mereka.Interpretasi sendiri merupakan suatu proses untuk
mengorganisasikan informasi, sehingga mempunyai arti bagi individu.
Dalam melakukan interpretasi itu terdapat pengalaman masa lalu serta
sistem nilai yang dimilikinya. Sistem nilai di sini dapat diartikan
sebagai 10 penilaian individu dalam mempersepsi suatu obyek yang
dipersepsi, apakah stimulus tersebut akan diterima atau ditolak.
Apabila stimulus tersebut menarik atau ada persesuaian maka akan
dipersepsi positif, dan demikian sebaliknya, selain itu adanya
pengalaman langsung antara individu dengan obyek yang dipersepsi
individu, baik yang bersifat positif maupun negatif.
Dengan demikian dapat dijelaskan proses terjadinya persepsi

sebagaimana menurut Bimo Walgito (1986:55), Bahwa :

Objek yang menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indra atau
reseptor, proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulis yang
diterima oleh alat indra dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak, proses ini
dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak,
sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor
itu, sebagai suatu akibat dari stimulus yang di terimanya. Proses yang
terjadi dalam otak atau pusat kesadaran itu di namakan proses psikologis.
Maka taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang
apa yang diterima melalui alat indera atau reseptor.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka ditarik kesimpulan bahwa

proses terjadinya persepsi karena adanya sebuah objek yang diterima oleh otak

melalui proses stimulus kemudian terjadilah sebuah proses di otak sehingga

individu (siswa) menyadari apa yang ia terima melalui indera atau reseptor itu.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Siswa

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses persepsi menurut

Bimo Walgito (1990:54-55) "Faktor stimulus itu sendiri dan faktor lingkungan

dimana persepsi itu berlangsung dan ini merupakan faktor eksternal. Stimulus dan

lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor internal yang

saling berinteraksi dalam individu untuk mengadakan persepsi

a. Faktor Internal

Faktor internal yang dapat mempengaruhi persepsi siswa yaitu individu

itu sendiri. Individu ini dapat mempengaruhi hasil persepsi dari dua sumber

yaitu, yang berhubungan dengan segi kejasmanian dan yang berhubungan

dengan segi psikologis.


b. Faktor Psikologis

1) Intelegensi

Inteligensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu

kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang

baru dengan cepat dan efektif, untuk mengetahui konsep-konsep yang

abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan

cepat. Intelgensi ini besar pegaruhnya dalam kemajuan PBM, dalam

situasi yang sama , bila siswa mempunyai tingkat intelgensi yang tinggi

maka akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi

yang rendah.

2) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang di tertinggi, jiwa pun akan

tertuju pada semata-mata suatu obyek atau sekumpulan obyek. Untuk

menjamin dalam hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai

perhatian yang tinggi terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan

pelajaran tidak menjadi perhatian bagi siswa, maka akan timbul suatu

kebodohan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.

3) Minat

minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan. Dengan demikian minat sangat besar

pengaruhnya bagi persepsi siswa dalam PBM.

4) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar, bakat sangat besar

mempengaruhi persepsi siswa pada guru dalam PBM, karena bila

pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya. maka dalam hasil

belajarnya akan baik karena sesuai dengan bakatnya.

5) Motivasi

Motivasi itu sangat erat sekali hubungannya dengan tujuan yang

ingin dicapai, dalam menentukan tujuan itu disadari atau tidak. Akan

tetapi dalam mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi

penyebab berbuat adalah motif, sebagai penggerak dan pendorong. Maka

dalam belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa

dalam belajarnya sehingga dapat belajar dengan baik.Keinginan atau

dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi.

6) Kesiapan

Kesiapan atau readiness adalah kesiapan untuk memberi respons

atau bereaksi. Maka dalam belajar harus mempunyai kesiapan untuk

mencapai hasil belajar yang maksimal.

c. Faktor Eksternal

Faktor eksternal atau lingkungan, ini dilatarbelakangi oleh stimulus

yang akan berpengaruh dalam persepsi yaitu bisa yang jadi objek persepsi

adalah manusia. Karena objek dan lingkungan yang melatar belakangi objek

merupakan kebulatan atau kesatuan yang sulit untuk dipisahkan faktor eksternal
dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan

faktor masyarakat.

1. Faktor Keluarga

Faktor keluarga ini merupakan hal yang penting bagi peserta didik,

karena siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga yang

berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana

rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Keluarga adalah lingkunagan

yang paling dekat dengan anak. Oleh karena itu orang tua harus memberikan

pendidikan dengan baik dan bimbingan yang benar, dalam hal ini H.M

Arifin M. Ed, mengatakan : hubungan antara shalat dan rumah merupakan

faktor yang ikut menentukan berhasilnya pendidikan anak. Didalam

hubungan keluarga mengandung arti saling pengertian dan bekerjasama yang

baik.

2. Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini yang mencakup dalam

metode pemgajaran, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, juga sarana dan

prasarana dalam sekolah.

3. Faktor Masyarakat

Faktor masyarakat ini, merupakan faktor yang ekstern yang juga akan

berpengaruh dalam belajar siswa, karena pengaruh itu terjadi dari

keberadaannya siswa dalam masyarakat.Lingkungan masyarakat juga ikut


menentukan keberhasilan anak dalam mengajar. Lingkungan masyarakat

yang baik akan memberi pengaruh positif sedangkan lingkungan yang

kurang baik akan membawa pengaruh yang negatif.

B. Metode Mengajar

1. Pengertian Metode Mengajar

Dari segi bahasa, metode berasal dari dua kata, yaitu meta dan hados.

Meta berarti melalui dan hados berarti jalan atau cara. Dengan demikian

metode adalah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai sebuah tujuan.

Ada juga yang mengatakan bahwa metode ialah istilah yang digunakan untuk

mengungkapkan pengertian cara yang paling cepat dan tepat dalam melakukan

sesuatu. Karena metode berarti cara yang paling tepat dan cepat, maka urutan

kerja dalam suatu metode selalu merupakan hasil yang eksperimen. Bahwa kita

tahu, suatu konsep yang dieksperimenkan haruslah telah lulus uji teori, dengan

kata lain suatu konsep yang telah diterima secara teoritis yang boleh

dieksperimenkan (https://ujangjaka48.wordpress.com).

Menurut Abu Ahmadi (2005:52) metode mengajar adalah teknik

penyajian yang dikuasai oleh seorang guru untuk menyajikan materi pelajaran

kepada murid di dalam kelas baik secara individual atau secara kelompok agar

materi pelajaran dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh murid dengan

baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode Mengajar

adalah sebuah tekhnik cara yang paling tepat dan cepat dalam Mengajar. Kata

cepat dan tepat inilah yang sering di ungkapkan dalam ungkapan efektif dan

efisien kalau begitu metode mengajar adalah cara yang paling efektif dan efisien

dalam mengajar.

2. Macam-Macam Metode Mengajar


Metode mengajar merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam

mengadakan hubungan dengan siswa pada saat kegiatan pembelajaran

(https://a410080251.wordpress.com).

a. Metode Ceramah

Menurut Nana Sudjana (2005: 76), Ceramah adalah penuturan

bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak senantiasa jelek bila

penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung dengan alat,

media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya.

Menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih (2003:106), Metode ceramah

merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama

dilaksanakan oleh guru. Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara

lisan.

b. Metode Tanya Jawab

Menurut Nana Sudjana (2005: 76), Metode Tanya jawab adalah

metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang

bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru
dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab, atau siswa bertanya guru

menjawab. Menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih (2003: 106), Metode

Tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya

komunikasi langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama

terjadi dialog antara guru dan siswa. Dalam komunikai ini terlihat adanya

hubungan timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.

c. Metode Diskusi

Menurut Nana Sudjana (2005: 76), Diskusi pada dasarnya ialah

tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara

teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas

dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan

merampungkan keputusan bersama. Menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih

(2003: 106), Metode diskusi pada dasarnya adalah bertukar informasi,

pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk

mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih cermat tentang

permasalahan atau topik yang sedang dibahas. Dalam diskusi, setiap orang

diharapkan memberikan sumbangan pikiran, sehingga dapat diperoleh

pandangan dari berbagai sudut berkenaan dengan masalah tersebut.

d. Metode Tugas

Menurut Nana Sudjana (2005: 76), Tugas dan resitasi tidak sama

dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa

dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya.


Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara

individual maupun secara kelompok. Menurut R. Ibrahim dan Nana

Syaodih (2003: 106), Metode ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan

kepada siswa melakukan tugas/kegiatan yang berhubungan dengan

pelajaran, seperti mengerjakan soal-soal, mengumpulkan kliping, dan

sebagainya.

e. Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen

Menurut Nana Sudjana (2005: 76), Demonstrasi dan eksperimen

merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para

siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data)

yang benar. Demonstrasi yang dimaksud ialah suatu metode mengajar yang

memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu. Dalam

pelaksanaannya demonstrasi dan eksperimen dapat digabungkan, artinya

demonstrasi dulu lalu diikuti dengan eksperimen. Menurut R. Ibrahim dan

Nana Syaodih (2003: 106), Metode demonstrasi merupakan metode

mengajar yang cukup efektif sebab membantu para siswa untuk memperoleh

jawaban dengan mengamati suatu proses atau peristiwa tertentu.

f. Metode Sosiodrama

Menurut Nana Sudjana (2005: 76), Sosiodrama pada dasarnya

mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah

sosial. Tujuan yang diharapkan dengan sosiodrama antara lain ialah :

1) Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.


2) Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.

3) Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok

secara spontan.

4) Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.

Menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih (2003: 106), Metode

sosiodrama atau bermain peran, merupakan metode yang sering digunakan

dalam mengajarkan nilai-nilai dan memecahkan masalah-masalah yang

dihadapi dalam hubungan sosial dengan orang-orang di lingkungan keluarga,

sekolah maupun masyarakat.

g. Metode Karyawisata

Menurut Nana Sudjana (2005: 76), Karyawisata dalam arti metode

mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dengan karyawisata dalam

arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka

belajar. Menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih (2003: 106), Melalui

metode ini, siswa-siswa diajak mengunjungi tempat-tempat tertentu di luar

sekolah. Tempat-tempat yang akan dikunjungi dan hal-hal yang perlu

diamati telah direncanakan terlebih dahulu, dan setelah selesai melakukan

kunjungan, siswa-siswa diminta untuk membuat/menyampaikan laporan.

Berdasarkan teori tersebut, dapat disimpulkan jenis-jenis metode

mengajar terdiri dari tujuh jenis. Ketujuh jenis metode mengajar tersebut yaitu,

metode ceramah,metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas,

metode demonstrasi dan eksperimen, metode sosiodrama dan metode karyawisata.


3. Faktor yang Mempengaruhi Metode dalam Proses Belajar Mengajar

Menurut Winarno Surakhmad yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah

(2006: 78), pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu:

a. Anak Didik

Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual

dan psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang mana

sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif

dalam sekon yang relatif lama demi tercapainya tujuan pengajaran yang

telah dirumuskan secara operasional. Dengan demikian jelas, kematangan

anak didik yang bervariasi mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode

pengajaran.

b. Tujuan

Perumusan tujuan instruksional akan mempengaruhi kemampuan

yang bagaimana yang terjadi pada diri anak didik. Proses pengajaranpun

dipengaruhinya. Demikian juga penyeleksian metode yang harus guru

gunakan di kelas. Metode yang guru pilih harus sejalan dengan taraf

kemampuan yang hendak diisi ke dalam diri setiap anak didik. Artinya,

metodelah yang harus tunduk kepada kehendak tujuan dan bukan sebaliknya.

Karena itu, kemampuan yang bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan,

maka metode harus mendukung sepenuhnya.

c. Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak

selamanya sama dari hari ke hari. Pada suatu waktu boleh jadi guru ingin

menciptakan situai belajar mengajar di alam terbuka, yaitu di luar ruang

sekolah. Guru dalam hal ini tentu memilih metode mengajar yang sesuai

dengan situasi yang diciptakan itu. Di lain waktu, sesuai dengan sifat bahan

dan kemampuan yang ingin dicapai oleh tujuan, maka guru menciptakan

lingkungan belajar anak didik secara berkelompok. Anak didik dibagi ke

dalam beberapa kelompok belajar di bawah pengawasan dan bimbingan

guru. Di sana semua anak didik dalam kelompok masing-masing diserahi

tugas oleh guru untuk memecahkan suatu masalah. Dalam hal ini tentu saja

guru telah memilih metode mengajar untuk membelajarkan anak didiknya,

yaitu metode problem solving. Demikianlah, situasi yang diciptakan guru

mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.

d. Fasilitas

Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan

penentuan metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang

belajar anak didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan

mempengaruhi pemilihan metode mengajar. Keampuhan suatu metode

mengajar akan terlihat jika faktor lain mendukung.

e. Guru

Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Kepribadian,

latar belakang pendidikan, dan pengalaman mengajar adalah permasalahan


intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode

mengajar.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, penulis dapat simpulkan

bahwa harus adanya kesesuaian antara metode yang digunakan dengan

tujuan yang ingin dicapai serta kesesuaian metode yang digunakan dengan

kompetensi atau kemampuan yang dimiliki oleh guru karena berhasil

tidaknya suatu strategi pembelajaran tergantung dari kepiawaian guru dalam

menggunakan metode.

C. Guru Bahasa Daerah

1. Pengertian Guru

Menurut Enco Mulyasa (2006:37) mengatakan bahwa guru adalah

pendidik, yang menjadi tokoh,panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik,

dan lingkungannya. Sedangkan syaodih (E.Mulyasa 2006:13) mengemukakan

bahwa Guru adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi

kelasnya. Karena guru juga merupakan barisan pengembang kurikulum terdepan

maka guru pulalah yang selalu melakukan evaluasi dan penyempurnaan terhadap

kurikulum. Guru adalah tenaga profesional yang menjadi penentu keberhasilan

pemelajran (Dadang,2012:1)

2. Peran Guru

a. Guru Sebagai Pendidik


Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi

para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki

standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan

disiplin.

b. Guru Sebagai Pengajar

Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti

motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal,

tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Guru

harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil

dalam memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang

guru dalam pembelajaran, yaitu : Membuat ilustrasi, Mendefinisikan,

Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan

kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk

mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada

perasaan.

c. Guru Sebagai Pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan

pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu.

Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga
perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan

kompleks.

d. Guru Sebagai Pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan,

baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai

pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis

kompetensi, karena tanpa latihan tidak akan mampu menunjukkan penguasaan

kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang

dikembangkan sesuai dengan materi standar.

e. Guru Sebagai Penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua,

meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam

beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Peserta didik

senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam

prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai

orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami

psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.

f. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)


Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan

yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan

luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman

orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik

yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia

yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan.

g. Guru Sebagai Model dan Teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua

orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar

untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak.

Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat

sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau

mengakuinya sebagai guru. Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan

antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian

menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan

sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.

h. Guru Sebagai Pribadi

Guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik.

Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara
yang tepat disikapi sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan

masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik.

Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui

kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan

kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya

akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh

masyarakat.

i. Guru Sebagai Peneliti

Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan

penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan

berbagai penelitian, yang didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru

adalah seorang pencari atau peneliti. Menyadari akan kekurangannya guru

berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk meningkatkan kemampuannya

dalam melaksanakan tugas. Sebagai orang yang telah mengenal metodologi

tentunya ia tahu pula apa yang harus dikerjakan, yakni penelitian.

j. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas

Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan

guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas

tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan


cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya

kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh

seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Akibat dari

fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam

melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia

memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas

menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari

yang telah dikerjakan sebelumnya (https://anomsblg.wordpress.com).

Berdasarkan pendapat diatas, peneliti menarik kesimpilan bahwa Guru

adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga

akhir (kulminasi). Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan

serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada

muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.

Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang

begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru

mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan

dan motivasi bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada

yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan

terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut

bergerak menuju kehancuran.


3. Mata Pelajaran Bahasa Daerah

Mata Pelajaran Bahasa Daerah pengembangannya sepenuhnya ditangani

oleh sekolah dan komite sekolah yang membutuhkan penanganan secara

profesional dalam merencanakan, mengelola, dan melaksanakannya. Dengan

demikian di samping mendukung pembangunan daerah dan pembangunan

nasional, perencanaan, pengelolaan, maupun pelaksanaan pembelajaran Bahasa

Daerah memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum tingkat satuan

pendidikan. Penanganan secara profesional muatan lokal merupakan tanggung

jawab pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu sekolah dan komite sekolah

(https://www.academia.edu).

Pemberlakuan KTSP membawa implikasi bagi sekolah dalam

melaksanakan KBM sejumlah mata pelajaran, dimana hampir semua mata

pelajaran sudah memiliki Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk

masing-masing pelajaran. Sedangkan untuk Mata Pelajaran Bahasa Daerah yang

merupakan kegiatan kurikuler yang harus diajarkan di kelas tidak mempunyai

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasarnya. Hal ini membuat kendala bagi

sekolah untuk menerapkan Mata Pelajaran Bahasa Daerah. Meskipun demikian

banyak sekolah bahkan guru-guru bidang tersebut merancang Standar Kompetensi

dan Kompetensi dasarnya. Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar untuk mata pelajaran Bahasa Daerah bukanlah pekerjaan yang mudah,
karena harus dipersiapkan berbagai hal untuk dapat mengembangkan Mata

Pelajaran Bahasa Daerah.

Pembelajaran Bahasa Daerah Makassar sebagai pelajaran muatan lokal

memegang peranan penting dalam kehidupan sosial-budaya masyarakat Makassar,

yakni sebagai sarana pembinaan dan pengembangan budaya Makassar. Fungsi

pembelajaran Bahasa Daerah Makassar diselaraskan dengan kedudukan sebagai

bahasa daerah dan sastra Makassar sebagai sastra Nusantara. Pembelajaran Bahasa

Daerah Makassar berfungsi sebagai :

1) Sarana pembinaan sosial budaya regional Sulawesi Selatan.

2) Sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka

pelestarian dan pengembangan budaya.

3) Sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meraih

dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4) Sarana pembakuan dan penyebarluasan pemakaian Bahasa Daerah

Makassar untuk berbagai keperluan.

5) Sarana pengembangan penalaran, serta

6) Sarana pemahaman aneka ragam budaya daerah makassar

(http://ojs.unm.ac.id/index.php/JEST).

Вам также может понравиться