Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
STROKE A. Konsep Dasar Penyakit Pengertian Menurut WHO (1997) stroke adalah adanya
tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global)
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000) Menurut Sylvia A.
Price (1995) pengertian dari stroke adalah suatu gangguan neurologik fokal yang dapat timbul
sekunder dari suatu proses patologi pada pembuluh darah serebral, misalnya trombosis, embolus,
ruptura dinding pembuluh atau penyakit vascular dasar, misalnya aterosklerosis, arteritis, trauma,
aneurisma dan kelainan perkembangan. Menurut Susan Martyn Tucker (1996), definisi Stroke
adalah awitan defisit neurologis yang berhubungan dengan penurunan aliran darah serebral yang
disebabkan oleh oklusi atau stenosis pembuluh darah karena embolisme, trombosis, atau
hemoragi, yang mengakibatkan iskemia otak. Dari beberapa pendapat tentang stroke diatas,
maka ditarik kesimpulan bahwa pengertian stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang
disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau
perdarahan serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara
mendadak. Stroke dibagi menjadi dua : a. Stroke Non Haemoragik Yaitu gangguan peredaran
darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang ditandai dengan kelemahan pada satu atau
keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan
dysfhagia. Stroke non haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke embolik dan stroke
trombotik. b. Stroke Haemoragik Yaitu suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai
dengan adanya perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi
adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal berupa hemiplegi, pupil
mengecil, kaku kuduk. 2. Review Anatomi fisiologi a Otak Berat otak manusia sekitar 1400
gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar
yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon.
(Satyanegara, 1998) Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks
serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang merupakan area motorik
primer yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan voluntar, lobur parietalis yang
berperanan pada kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi
tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls pendengaran dan lobus
oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan
menyadari sensasi warna. Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh
duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian
posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan
memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk
mempertahankan keseimbangan sikap tubuh. Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas
adalah medula oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan
pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan,
pengeluaran air liur dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada
merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi aquedikus sylvius, beberapa traktus
serabut saraf asenden dan desenden dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan hipotalamus.
Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus
fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan menimbulkan
hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi
tubuh. Epitalamus berperanan pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus
berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer yang
menyertai ekspresi tingkah dan emosi. (Sylvia A. Price, 1995) b Sirkulasi darah otak Otak
menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia
untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis
interna dan arteri vertebralis. Dan dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan
dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willisi.(Satyanegara, 1998) Arteri karotis
interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea.
Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma
optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior memberi suplai darah
pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, kapsula interna,
korpus kolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri,
termasuk korteks somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai darah untuk
lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri. Arteria vertebralis kiri dan kanan
berasal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui
foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu
membentuk arteri basilaris, arteri basilaris terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini
bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem
vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian
sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular. (Sylvia
A. Price, 1995) Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-venula (yang
tidak mempunyai nama) ke vena serta di drainase ke sinus duramatris. Dari sinus, melalui vena
terjadinya stroke adalah : a. Stroke Non Haemoragik 1). Trombosis Trombosis merupakan
penyebab stroke paling sering. Trombosis ditemukan pada 40% dari semua kasus stroke yang
telah dibuktikan oleh para ahli patologi. Biasanya ada kaitannya dengan kerusakan lokal dinding
pembuluh darah akibat aterosklerosis. 2). Embolus Embolisme serebri termasuk urutan kedua
dan merupakan 5-15% dari berbagai penyebab utama stroke. Dari penelitian epidemiologi
(community based) didapatkan bahwa sekitar 50% dari semua serangan iskemia otak, apakah
yang permanen atau yang transien, diakibatkan oleh komplikasi trombotik atau embolik dari
ateroma, yang merupakan kelainan dari arteri ukuran besar atau sedang; dan sekitar 25%
disebabkan oleh penyakit pembuluh darah kecil di intra cranial dan 20% oleh emboli dari jantung
(Lumbantobing, 2001). Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita
trombosis Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu thrombus dalam jantung, sehingga
Haemoragik 1). Perdarahan serebri Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua
penyebab kasus gangguan pembuluh darah otak dan merupakan persepuluh dari semua kasus
penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteria serebri. 2).
Pecahnya aneurisma Biasanya perdarahan serebri terjadi akibat aneurisme yang pecah maka
penderita biasanya masih muda dan 20% mempunyai lebih dari satu aneurisme. Dan salah satu
dari ciri khas aneurisme adalah kecendrungan mengalami perdarahan ulang (Sylvia A. Price,
1995) 3). Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan). - Trombosis sinus dura -
Diseksi arteri karotis atau vertebralis - Vaskulitis sistem saraf pusat - Penyakit moya-moya
Penyalahgunaan obat (kokain dan amfetamin) - Kelainan hematologis (anemia sel sabit,
polisitemia atau leukemia) - Miksoma atrium. Faktor Resiko : - Yang tidak dapat diubah : usia,
jenis kelamin pria, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA atau stroke, penyakit jantung koroner,
fibrilasi atrium, dan heterozigot atau homozigot untuk homosistinuria. - Yang dapat diubah :
hypertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan obat dan alcohol, hematokrit meningkat,
bruit karotis asimtomatis, hyperurisemia dan dislidemia. 3. Patofisiologi Otak sendiri merupakan
2% dari berat tubuh total. Dalam keadaan istirahat otak menerima seperenam dari curah jantung.
Otak mempergunakan 20% dari oksigen tubuh. Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila
terjadi anoksia seperti yang terjadi pada CVA di otak mengalami perubahan metabolik, kematian
sel dan kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total).
Pembuluh darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri karotis Interna.
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak melalui
empat mekanisme, yaitu : 1. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan
atau penyumbatan lumen sehingga aliran darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat,
selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak. Bila hal ini terjadi
sedemikian hebatnya, dapat menimbulkan nekrosis. 2. Pecahnya dinding arteri serebral akan
sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak. 4. Edema serebri yang merupakan
pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan otak. Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula
menyebabkan sedikit perubahan pada aliran darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan
melampaui batas kritis terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri
otak akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih
mempunyai pendarahan yang baik berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur
anastomosis yang ada. Perubahan awal yang terjadi pada korteks akibat oklusi pembuluh darah
adalah gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit dilatasi arteri
serta arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah ini. Selama berlangsungnya perisriwa
ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga aliran darah mengikuti secara pasif segala
perubahan tekanan darah arteri. Di samping itu reaktivitas serebrovaskuler terhadap PCO2
terganggu. Berkurangnya aliran darah serebral sampai ambang tertentu akan memulai
serangkaian gangguan fungsi neural dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen Skema :
Perdarahan arteri / oklusi Penurunan tekanan perfusi vaskularisasi distal Iskemia Pelebaran
kontara lateral Anoksia Aktivitas elektrik terhenti Metabolisme Anaerob Pompa natrium dan
kalium gagal Metabolisme Asam Natrium dan air masuk ke sel Asidosis lokal Edema intra sel
Pompa natrium gagal Edema ekstra sel Edema dan nekrosis jaringan Perfusi jaringan serebral Sel
mati secara progresif (defisit fungsi otak) ( Satyanegara, 1998) 4. Tanda dan Gejala a. Vertebro
basilaris, sirkulasi posterior, manifestasi biasanya bilateral : - Kelemahan salah satu dari empat
anggota gerak tubuh - Peningkatan refleks tendon - Ataksia - Tanda babinski - Tanda-tanda
serebral - Disfagia - Disartria - Sincope, stupor, koma, pusing, gangguan ingatan. - Gangguan
penglihatan (diplopia, nistagmus, ptosis, paralysis satu mata). - Muka terasa baal. b. Arteri
Karotis Interna - Kebutaan Monokular disebabkan karena insufisiensi aliran darah arteri ke retina
- Terasa baal pada ekstremitas atas dan juga mungkin menyerang wajah. c. Arteri Serebri
Anterior - Gejala paling primer adalah kebingungan - Rasa kontralateral lebih besar pada tungkai
- Lengan bagian proksimal mungkin ikut terserang - Timbul gerakan volunter pada tungkai
terganggu - Gangguan sensorik kontra lateral - Dimensi reflek mencengkeram dan refleks
patologis d. Arteri Serebri Posterior - Koma - Hemiparesis kontralateral - Afasia visual atau buta
kata (aleksia) - Kelumpuhan saraf kranial ketiga hemianopsia, koreo athetosis e. Arteri
Serebri Media - Mono paresis atau hemiparesis kontra lateral (biasanya mengenai lengan) -
yang terkena) - Gangguan semua fungsi yang ada hubungannya dengan percakapan dan
lendir jika sesak. - Posisi kepala harus baik, jangan sampai saluran napas tertekuk. - Oksigenisasi
terutama pada pasien tidak sadar. 2). Blood (Tekanan Darah) - Usahakan otak mendapat cukup
darah. - Jangan terlalu cepat menurunkan tekanan darah pada masa akut. 3). Brain (Fungsi otak) -
Atasi kejang yang timbul. - Kurangi edema otak dan tekanan intra cranial yang tinggi. 4).
Bladder (Kandung Kemih) - Pasang katheter bila terjadi retensi urine 5). Bowel (Pencernaan) -
Defekasi supaya lancar. - Bila tidak bisa makan per-oral pasang NGT/Sonde. b. Menurunkan
kerusakan sistemik. Dengan infark serebral terdapat kehilangan irreversible inti sentral jaringan
otak. Di sekitar zona jaringan yang mati mungkin ada jaringan yang masih harus diselamatkan.
Tindakan awal yang harus difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak mungkin area iskemik.
Tiga unsur yang paling penting untuk area tersebut adalah oksigen, glukosa dan aliran darah
yang adekuat. Kadar oksigen dapat dipantau melalui gas-gas arteri dan oksigen dapat diberikan
pada pasien jika ada indikasi. Hypoglikemia dapat dievaluasi dengan serangkaian pemeriksaan
glukosa darah. c. Mengendalikan Hypertensi dan Peningkatan Tekanan Intra Kranial Kontrol
hypertensi, TIK dan perfusi serebral dapat membutuhkan upaya dokter maupun perawat. Perawat
harus mengkaji masalah-masalah ini, mengenalinya dan memastikan bahwa tindakan medis telah
dilakukan. Pasien dengan hypertensi sedang biasanya tidak ditangani secara akut. Jika tekanan
darah lebih rendah setelah otak terbiasa dengan hypertensi karena perfusi yang adekuat, maka
tekanan perfusi otak akan turun sejalan dengan tekanan darah. Jika tekanan darah diastolic diatas
kira-kira 105 mmHg, maka tekanan tersebut harus diturunkan secara bertahap. Tindakan ini
harus disesuaikan dengan efektif menggunakan nitropusid. Jika TIK meningkat pada pasien
stroke, maka hal tersebut biasanya terjadi setelah hari pertama. Meskipun ini merupakan respons
alamiah otak terhadap beberapa lesi serebrovaskular, namun hal ini merusak otak. Metoda yang
lazim dalam mengontrol PTIK mungkin dilakukan seperti hyperventilasi, retensi cairan,
meninggikan kepala, menghindari fleksi kepala, dan rotasi kepala yang berlebihan yang dapat
membahayakan aliran balik vena ke kepala. Gunakan diuretik osmotik seperti manitol dan
d. Terapi Farmakologi Antikoagulasi dapat diberikan pada stroke non haemoragik, meskipun
heparinisasi pada pasien stroke iskemik akut mempunyai potensi untuk menyebabkan komplikasi
haemoragik. Heparinoid dengan berat molekul rendah (HBMR) menawarkan alternatif pada
penggunaan heparin dan dapat menurunkan kecendrungan perdarahan pada penggunaannya. Jika
pasien tidak mengalami stroke, sebaliknya mengalami TIA, maka dapat diberikan obat anti
platelet. Obat-obat untuk mengurangi perlekatan platelet dapat diberikan dengan harapan dapat
merupakan kontraindikasi dalam keadaan adanya stroke hemoragi seperti pada halnya heparin. e.
Pembedahan Beberapa tindakan pembedahan kini dilakukan untuk menangani penderita stroke.
Sulit sekali untuk menentukan penderita mana yang menguntungkan untuk dibedah. Tujuan
utama pembedahan adalah untuk memperbaiki aliran darah serebral. Endarterektomi karotis
dilakukan untuk memperbaiki peredaran darah otak. Penderita yang menjalani tindakan ini
seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti hypertensi, diabetes dan penyakit
kardiovaskuler yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran
pernapasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan. 6. Komplikasi a. TIK meningkat
Pembatasan makan garam; dimulai dari masa muda, membiasakan memakan makanan tanpa
garam atau makanan bayi rendah garam. b. Khususnya pada orang tua, perawatan yang intensif
untuk mempertahankan tekanan darah selama tindakan pembedahan. Cegah jangan sampai
penderita diberi obat penenang berlebihan dan istirahat ditempat tidur yang terlalu lama. c.
Peningkatan kegiatan fisik; jalan setiap hari sebagai bagian dari program kebugaran. d.
kontrasepsi oral pada wanita yang merokok, karena resiko timbulnya serebrovaskular pada
wanita yang merokok dan menelan kontrasepsi oral meningkat sampai 16 kali dibandingkan
dengan wanita yang tidak merokok dan tidak menelan pil kontrasepsi. 8. Dampak Masalah a.
Bagi Individu 1). Biologis Penderita akan mengalami gangguan pernapasan akibat hilannya
reflek batuk dan penurunan kesadaran hingga terjadi akumulasi secret. Nyeri kepala akibat infark
serebri yang luas, penurunan kesadaran, gangguan kognitif, disorientasi, mual dan muntah,
gangguan menelan, tidak bisa menjalin komunikasi karena klien aphasia, terjadi konstipasi
akibat tirah baring dan kurangnya mobilisasi, dan dekubitus akibat tirah baring yang lama. 2).
Psikologis Cemas sedang akibat hemiparese, terutama pada penderita yang mempunyai beban
tanggung jawab pada keluarganya. Penderita dapat mengalami depresi disamping rasa rendah
diri yang bisa dipahami sebagai suatu reaksi emosional terhadap kemunduran kualitas dan
keberadaannya. 3). Sosial Apabila keadaan sakitnya sampai terjadi kelumpuhan dan gangguan
komunikasi, klien akan mengalami kesulitan untuk mengadakan interaksi dengan keluarga
maupun masyarakat. Mungkin juga klien akan menarik diri dari interaksi sosial karena merasa
harga dirinya rendah dan merasa tidak berguna. 4). Spiritual Penderita mungkin akan mengalami
kesulitan didalam melakukan kewajiban kepada Tuhan Yang Maha Esa karena keterbatasannya.
Mungkin juga penderita akan merasa bahwa Tuhan tidak adil kepada dirinya akibat dari depresi.
Penderita juga mengingkari dan menolak keberadaan dari Yang Maha Kuasa. b. Bagi keluarga
Penderita akan menjadikan beban bagi keluarga, karena keluarga yang sehat berupaya untuk
sangat tergantung dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Keluarga akan merasa cemas
mengenai keadaannya. Apabila penderita suami atau isteri mungkin menghadapi resiko depresi
awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah
kepada tindakan keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan
klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat
perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien. (Marilynn E. Doenges
et al, 1998) 1) Identitas klien Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis. 2) Keluhan utama Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak
sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. 3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak
sadar, disamping gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. 4)
Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Susan Martin Tucker, 1998) 5) Riwayat penyakit
keluarga Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus,
gangguan kejang, kelainan neurologis, kanker, stroke, retardasi mental. 6) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan
perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi
stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga. 7) Pola-pola fungsi kesehatan a) Pola persepsi
dan tata laksana hidup sehat Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan
obat kontrasepsi oral. b) Pola nutrisi dan metabolisme Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu
makan menurun, mual muntah pada fase akut. c) Pola eliminasi Biasanya terjadi inkontinensia
urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. d)
Pola aktivitas dan latihan Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah. e) Pola tidur dan istirahat Biasanya klien
mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot. f) Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi
akibat gangguan bicara. g) Pola persepsi dan konsep diri Klien merasa tidak berdaya, tidak ada
harapan, mudah marah, tidak kooperatif. h) Pola sensori dan kognitif Pada pola sensori klien
dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses
berpikir. i) Pola reproduksi seksual Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari
beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin. j) Pola
penanggulangan stress Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena
gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi. k) Pola tata nilai dan kepercayaan Klien
biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan
pada salah satu sisi tubuh. 8) Pemeriksaan fisik a) Keadaan umum (1) Kesadaran : umumnya
mengalami penurunan kesadaran (2) Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar
dimengerti, kadang tidak bisa bicara (3) Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut
nadi bervariasi b) Pemeriksaan integumen (1) Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak
pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji
tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus
bed rest 2-3 minggu (2) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis (3) Rambut :
umumnya tidak ada kelainan c) Pemeriksaan kepala dan leher (1) Kepala : bentuk normocephalik
(2) Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi (3) Leher : kaku kuduk
jarang terjadi (Satyanegara, 1998) d) Pemeriksaan dada Pada pernafasan kadang didapatkan
suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur
akibat penurunan refleks batuk dan menelan. e) Pemeriksaan abdomen Didapatkan penurunan
peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung. f) Pemeriksaan
inguinal, genetalia, anus Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine g) Pemeriksaan
ekstremitas Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. h) Pemeriksaan neurologi
(1) Pemeriksaan nervus cranialis Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII
central. (2) Pemeriksaan motorik Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu
sisi tubuh. (3) Pemeriksaan sensorik Dapat terjadi hemiparestesi (4) Pemeriksaan refleks Pada
fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks
fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks patologis. 9) Pemeriksaan penunjang a)
Pemeriksaan radiologi (1) CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel,
atau menyebar ke permukaan otak. (2) MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami
hemoragik. (Marilynn E. Doenges, 2000) (3) Angiografi serebral : untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler. (Satyanegara, 1998) (4) Pemeriksaan
foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri
yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke. b) Pemeriksaan
laboratorium (1) Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama. (Satyanegara, 1998) (2) Pemeriksaan darah rutin (3)
Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat
mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali. (4) Pemeriksaan
darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri. b Analisa data Analisa data
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata ataupun
potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi
atau dikurangi. (Lismidar, 1990) 1) Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan
intake cairan yang tidak adekuat. 6) Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan
otot mengunyah dan menelan. 7) Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan
baring lama. 9) Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
penurunan refleks batuk dan menelan. 10) Gangguan eliminasi uri (inkontinensia uri) yang
berhubungan dengan lesi pada upper motor neuron. 2 Perencanaan Setelah merumuskan
diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas
masalah keperawatan klien. Tahapan perencanaan keperawatan klien adalah penentuan prioritas
perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intra cerebral 1) Tujuan : Perfusi
jaringan otak dapat tercapai secara optimal 2) Kriteria hasil : - Klien tidak gelisah - Tidak ada
keluhan nyeri kepala, mual, kejang. - GCS 456 - Pupil isokor, reflek cahaya (+) - Tanda-tanda
vital normal(nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C, pernafasan 16-20 kali permenit) 3)
Rencana tindakan a) Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab peningkatan
TIK dan akibatnya Rasional ; keluarga lebih berpartisipasi alam proses penyembuhan. b)
Anjurkan kepada klien untuk bed rest totat Rasional ; Untuk mencegah perdarahan ulang c)
Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelain tekanan intrakranial tiap dua jam Rasional :
mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk menerapkan tindakan
yang tepat. d) Berikan posisi kepala lebib tinggi 15-30 dengan letak jantung ( beri bantal tipis)
Rasional : mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan drainage vena dan memperbaiki
sirkulasi serebral. e) Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan Rasional :
batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra cranial dan potensial terjadi perdarahan
ulang. f) Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung Rasional : rangsangan
aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan ketenangan
lainnya g) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor Rasional :
memperbaiki sel yang masih variabel. a Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
kemampuannya 2) Kriteria hasil - Tidak terjadi kontraktur sendi - Bertambahnya kekuatan otot -
Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas 3) Rencana tindakan a) Ubah posisi
klien tiap 2 jam Rasional : menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah
yang jelek pada daerah yang tertekan b) Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit Rasional ; Gerakkan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan
otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan. c) Lakukan gerak pasif pada ekstremitas
yang sakit Rasional : otot volunter akan kehilangan tonus otot dan kekuatannya bila tidak dilatih
untuk digerakkan d) Berikan papan kaki pada ekstremitas dalam posisi fungsionalnya Rasional :
Tinggikan kepala dan tangan Rasional : meningkatkan aliran balik vena dan membantu
mencegah terbentuknya edema. f) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
Rasional : program yang khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan yang
kemampuan yang nyata - Tidak terjadi disorientasi waktu, tempat, orang 3) Rencana tindakan a)
Tentukan kondisi patologis klien Rasional : untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami
suatu obyek dengan telaten dan seksama Rasional : agar klien tidak kebingungan dan lebih
halusinasi setiap saat. Rasional untuk mengetahui keadaan emosi klien e) Berbicaralah dengan
klien secara tenang dan gunakan kalimat-kalimat pendek. Rasional : memfokuskan perhatian
klien, sehingga setiap masalah dapat dimengerti. d Gangguan komunikasi verbal yang
berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak 1) Tujuan Proses komunikasi klien dapat
berfungsi secara optimal 2) Kriteria hasil - Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan
klien dapat dipenuhi - Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun
isyarat 3) Rencana tindakan a) Berikan metode alternatif komunikasi, misal dengan bahasa
Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi. Rasional : mencegah rasa putus asa dan
ketergantungan pada orang lain. c) Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan
yang jawabannya ya atau tidak. Rasional : mengurangi kecemasan dan kebingungan pada
saat komunikasi. d) Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien.
Rasional : mengurangi rasa isolasi social dan meningkatkan komunikasi yang efektif. e) Hargai
kemampuan klien dalam berkomunikasi. Rasional : memberi semangat pada klien agar lebih
sering melakukan komunikasi. f) Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan wicara. Rasional :
melatih klien belajar berbicara secara mandiri dengan baik dan benar. e Kurangnya perawatan
terpenuhi 2) Kriteria hasil - Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
bantuan sesuai kebutuhan 3) Rencana tindakan a) Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan
pemenuhan kebutuhan secara individual. b) Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan
aktivitas dan beri bantuan dengan sikap sungguh. Rasional : meningkatkan harga diri dan
semangat untuk berusaha terus menerus. c) Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat
dilakukan klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan. Rasional : klien mungkin
menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan
bermanfaat dalam mencegah frustasi adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak
mungkin untuk dirinya untuk mempertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan. d)
Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau keberhasilannya.
Rasional : meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk
bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan
penyokong khusus. f Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelemahan otot mengunyah dan menelan 1) Tujuan Tidak terjadi gangguan nutrisi 2) Kriteria
hasil - Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan - Hb dan albumin dalam batas normal 3)
Rencana tindakan a) Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk.
Rasional : menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien. b) Letakkan posisi kepala
lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan. Rasional : klien lebih mudah menelan
karena gaya gravitasi. c) Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual
dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan. Rasional : membantu dalam
melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler. d) Letakkan makanan pada daerah
mulut yang tidak terganggu. Rasional : memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang
dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan masukan. e) Berikan makan dengan
berlahan pada lingkungan yang tenang. Rasional : klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme
makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar. f) Mulailah untuk memberikan makan peroral
setengah cair, makan lunak ketika klien dapat menelan air. Rasional : makanan lunak mudah
menggunakan sedotan meminum cairan. Rasional : menguatkan otot fasial dan otot menelan dan
nafsu makan. i) Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan cairan melalui IV atau
makanan melalui selang. Rasional : mungkin diperlukan untuk memberikan asupan makanan
cairan pengganti jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu ke mulut. g
Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak
adekuat 1) Tujuan Klien tidak mengalami konstipasi 2) Kriteria hasil - Klien dapat defekasi
secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat - Konsistensi faeces lunak - Tidak teraba
masa pada kolon ( scibala ) - Bising usus normal ( 15-30 kali permenit ) 3) Rencana tindakan a)
Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi. Rasional : klien dan
keluarga akan mengeti tentang penyebab obstipasi. b) Auskultasi bising usus. Rasional : bising
usus menandakan sifat aktivitas peristaltik c) Anjurkan pada klien untuk makan makananan yang
mengandung serat. Rasional : diit seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltic usus
dan eliminasi reguler. d) Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada
faeces yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi reguler. e) Lakukan mobilisasi sesuai
dengan keadaan klien. Rasional : aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki
tonus otot abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltic. f) Kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian pelunak faeces (laxatif, suppositoria, enema). Rasional ;pelunak faeces
meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang melunakkan faeces dan membantu eliminasi.
h Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama 1) Tujuan Klien
mampu mempertahankan keutuhan kulit 2) Kriteria hasil - Klien mau berpartisipasi terhadap
pencegahan luka - Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka - Tidak ada tanda-
tanda kemerahan atau luka 3) Rencana tindakan a) Anjurkan untuk melakukan latihan ROM
(range of motion) dan mobilisasi jika mungkin. Rasional : meningkatkan aliran darah kesemua
daerah. b) Rubah posisi tiap 2 jam. Rasional : menghindari tekanan yang berlebihan dan
meningkatkan aliran darah. c) Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-
daerah yang menonjol. Rasional : menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang
menonjol. d) Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada
terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan
jaringan tiap merubah posisi. Rasional : hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan. f)
Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit. Rasional :
mempertahankan keutuhan kulit. i Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang
berhubungan dengan menurunnya refleks batuk dan menelan, imobilisasi 1) Tujuan : Jalan nafas
tetap efektif. 2) Kriteria hasil : - Klien tidak sesak nafas - Tidak terdapat ronchi, wheezing
ataupun suara nafas Tambahan - Tidak retraksi otot bantu pernafasan - Pernafasan teratur, RR
16-20 x per menit 3) Rencana tindakan : a) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang
sebab dan akibat ketidakefektifan jalan nafas Rasional ; klien dan keluarga mau berpartisipasi
dalam mencegah terjadinya ketidak efektifan bersihan jalan napas. b) Rubah posisi tiap 2 jam
sekali. Rasional ; perubahan posisi dapat melepaskan secret dari saluran pernapasan. c) Berikan
intake yang adekuat (2000 cc per hari). Rasional : air yang cukup untuk mengencerkan sekret d)
Observasi pola dan frekuensi nafas. Rasional : mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan jalan
napas. e) Auskultasi suara nafas. Rasional : mengetahui kelainan suara napas. f) Lakukan
fisioterapi nafas sesuai dengan keadaan umum klien. Rasional : agar dapat melepaskan secret dan
dengan kehilangan tonus kandung kemih, kehilangan kontrol sfingter, hilangnya isarat berkemih.
1) Tujuan : Klien mampu mengontrol eliminasi urinya 2) Kriteria hasil : - Klien akan
melaporkan penurunan atau hilangnya inkontinensia - Tidak ada distensi bladder 3) Rencana
tindakan : a) Identifikasi pola berkemih dan kembangkan jadwal berkemih sering. Rasional :
berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan dari distensi kandung kemih yang berlebih. b)
Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam Rasional pembatasan cairan pada
malam hari dapat mencegah terjadinya enuresis c) Ajarkan teknik untuk mencetuskan refleks
Rasional : melatih dan membantu pengosongan kandung kemih. d) Bila masih terjadi
inkontinensia, kurangi waktu antara berkemih pada jadwal yang telah direncanakan Rasional :
kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk menampung volume urine sehingga
memerlukan untuk lebih sering berkemih. e) Berikan penjelasan tentang pentingnya hidrasi
optimal (sedikitnya 2000 cc per hari bila tidak ada kontraindikasi). Rasional : hidrasi optimal
diperlukan untuk mencegah infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal. DIPOSKAN OLEH ARI
BOY DI 03.52 TIDAK ADA KOMENTAR: Poskan Komentar LINK KE POSTING INI Buat
sebuah Link Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
MENGENAI SAYA ARI BOY raih lah ilmu sedalam mungkin, jangan sia2kan ilmu yang ada di
depan mata anda!!!!!!!!!! LIHAT PROFIL LENGKAPKU ARSIP BLOG 2008 (30)
Agustus (30) Agu 30 (2) Agu 31 (28) Askep trauma kapitis HIPERTENSI STROKE
ATRESIA ANI Asuhan Keperawatan pada Klien Anak dengan DIARE Gastritis erosif GE
Apendiksitis STROKE Stroke Haemoragic Asuhan Keperawatan KLIEN dengan ARDS (Adult
PENGKAJIAN KASUS TRAUMA Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPGD) thorax:
TRAUMA THORAKS Trauma Thoraks I Trauma Toraks II: Kelainan Spesifik Askep Asma
Serosis Hepatis JUMLAH PENGUNJUNG