Вы находитесь на странице: 1из 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Eksantema Subitum

2.1.1 Definisi

Eksantema subitum mempunyai nama lain Roseola infantum, Sixth

disease dan Campak bayi merupakan suatu penyakit jinak pada anak-anak yang

biasanya

terjadi pada usia kurangdari 2 tahun, yang menyebabkan ruam yang diikutidengan

demam selama 3 hari4. Roseola adalah penyakit yang menyerang bayi usia 9-12

bulan yang ditandai

dengan demam tinggi selama 3 hari yang diikuti munculnya ruam makulo

papuler3. Roseola infantum adalah suatu penyakit virus menular pada bayi atau

anak-anak yang sangat muda, yang menyebabkan ruam dan demam tinggi.

2.1.2 Etiologi

HHV-6 adalah agen etiologi pada sekurang-kurangnya 80-92% kasus

eksantema subitum. HHV-6 merupakan salah satu dari tujuh virus herpes manusia.

Diameter virus ini besar (185-200 nm), berselubung, merupakan virus DNA untai

ganda sekitar 170 kilobasa. Pada mulanya diisolasi dari sel darah perifer manusia,

bereplikasi pada sel T manusia baik sel CD4 maupun CD8, monosit.

Megakariosit, sel pembunuh alamiah, sel glia, dan sel epitel serta sel salivarius.

HHV-6 ini mempunyai 2 varian, yaitu human herpes virus varian A yang tidak

menyebabkan suatu penyakit, dan huma herpes virus varian B yang paling banyak
menyebabkan infeksi HHV-6 primer. Virus ini menyebar melalui air ludah

(droplet) dan sekret genital.

2.1.3 Epidemiologi

Infeksi HHV-6 paling banyak ditemukan pada 2 tahun pertama kehidupan.

Diperkirakan Roseola menyerang 30 persen dari semua anak-anak. HHV-6 ini

mempunyai distribusi global, dengan gejala kadang asimtomatik. Morbiditas

penyakit ini rendah pada bayi dengan imunokompenten karena

menyebabkangejala yang ringan, akan tetapi mortalitas tinggi pada orang dewasa

yang menderita imunodefisiensi karena dapat menimbulkan beberapa gejala

seperti depresi saluran pernapasan, kejang dan gangguan multiorgan sehingga

dapat menyebabkan kematian.Insidens Roseola infantum tidak dipengaruhi oleh

ras dan jenis kelamin3.

2.1.4 Patofisiologi

HHV-6 sering terdeteksi dalam saliva manusia dan kadang pada

sekretgenital. Infeksi primer dapat disertai dengan gejala-gejala atau dapat tidak

bergejala. Viremia dapat dideteksi pada 4-5 hari pertama Roseola klinis dengan

rata-rata sel terinfeksi 103per 106 sel mononuklear. Jumlah virus dalam darah

dihubungkan secara langsung dengan keparahan penyakit.Terdapat respon imun

kompleks yang tersusun dari induksi berbagai sitokin (interferon alfa dan gamma,

interleukin beta, faktor nekrosis tumor alfa), respon antibodi, dan reaktivitas sel-T.

Hilangnya viremia primer, demam, dan munculnya ruam biasanya dihubungkan

dengan munculnya antibodi anti-HHV-6 neutralisasi serum dan mungkin

menaikkan aktivitas sel pembunuh alami.Antibodi transplasenta melindungi bayi


muda dari infeksi. Infeksi sel sumsumtulang in vitro menekan diferensiasi sel

pendahulu dari semua deretan sel. Infeksi HHV-6 in vitro menghambat respon

limfoproliferatif sel mononuklear darah perifer manusia.Kadar antibodi yang

tinggi pada orang dewasa, seiring dengan pelepasanvirus dalam ludah, dan deteksi

asam nukleat virus dalam kelenjar ludah dan selmononuklear darah perifer pada

anak yang seropositif dan orang dewasamendukung keadaan latensi HHV-6 yang

hidup lama. Sifat reaktivasi penyakitdapat terjadi pada anak yang lebih tua dan

orang dewasa, terutama pada merekayang mempunyai defek pada imunitas

seluler, seperti pada penderita transplanatau AIDS2.

2.1.5 Gejala Klinis

Infeksi HHV-6 mulai dengan gejala mendadak, demam setinggi 39,4-

41,20C, fontanella anterior mencembung sehingga dapat timbul kejang.

Kejangdapat terjadi pada stadium pra-eruptif Roseola. Mukosa faring mungkin

sedikitmeradang dan sedikit koryza, biasanya anak tampak relatif baik walaupun

demam.Demam turun dengan cepat pada hari ke 3-4, ketika suhu kembali

normal,erupsi berbentuk makulopapular tampak diseluruh tubuh, mulai pada

badan,menyebar ke lengan dan leher, dan melibatkan muka dan kaki. Ruam

menghilangdalam 3 hari. Deskuamasi jarang dan tidak ada pigmentasi. Limfonodi

dapat membesar terutama di daerah servikal tetapi tidak meluas seperti pada ruam

rubela. Berikut uraian gejal klinis roseola terkait HHV-6:

1. Demam
Tingkat maksimum : 39-40C (kisaran 37,5-41,2C)
Lamanya : 3-4 hari (kisaran 1-7 hari)
2. Ruam
Hari Kemunculan : 3-5 hari sesudah mulai demam
Lamanya : 3-4 hari (kisaran 1-6 hari)
Tandanya : Makular, menyatu (seperti campak) 40%, papular

(seperti rubella) 55%.


Tempat : leher, perut, badan, punggung, tungkai
3. Tanda dan gejala terkait
Adenopati oksipital atau servikal : 30-35%
Tanda dan gejalan pernapasan : 50-55%
Diare ringan : 55-70%
Kejang : 5-35%
Edema palpebra : 0-30%
Pemcembungan fontanella anterior : 26-30%
Faringitis papular : 65%

2.1.6 Diagnosis Banding

1. Rubella

Pada Rubella didapatkan adanya pembesaran kelenjar limfonodi di

daerah suboksipital, servikal bagian posterior dan belakang telinga. Ruam pada

penyakit ini muncul ketika masih terjadi demam. Dan saat ruam menghilang dapat

terjadi deskuamasi.

2. Rubeola

Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak koplik, koryza, batuk

dan konjungtivitis. Ruam makulopapular terjadi disertai naiknya suhu badan.

Hilangnya ruam disertai adanya hiperpigmentasi.

3. Demam dengue
Ruam makulopapular biasanya timbul 5-12 jam sebelum naiknya

suhu pertama kali, yaitu pada hari ketiga sampai hari kelima dan

biasanya berlangsung selama 3-4 hari. Ruam ini menghilang pada

tekanan.
4. Demam Skarlet
Pada penyakit ini ruam makulopapular menyatu dengan tekstur

seperti kulit angsa yang secara jelas terdapat pada abdomen. Saat

ruam menghilang diikuti adanya deskuamasi.

2.1.7 Diagnosis

Penegakan diagnosis dibuat dari gambaran klinis berupa adanya demam

tinggi selama 3-4 hari dan setelah demam turun akan muncul ruam makulopapular

diseluruh tubuh, mulai dari badan, menyebar ke lengan dan leher, dan melibatkan

muka dan kaki. Ruam ini tidak menimbulkan rasa gatal dan akan menghilang

dalam waktu 2-3 hari tanpa adanya hiperpigmentasi. Dapat terjadi pembengkakan

limfonodi servikal, retroaurikular dan oksipital. Limpa juga agak membesar.

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukopenia dan leukkositosis

relatif. Adanya HHV-6 dapat ditemukan dengan kultur darah, tes serologi atau

PCR.

2.1.8 Komplikasi

a. kejang demam

suhu tubh anak dapat dengan cepat meningkat sehingga menyebabkan

kejang.

b. encephalitis

apabila infeksi sampai menuju otak dapat menyebabkan ensefalitis

c. Meningitis

menurut Yoshikawa dan Asano, meningitis dapat terjadi pada 3 dari 8 anak

dengan kejang demam dan 3 dari 3 anak dengan ensefalitis karena adanya HHV-6

pada cairan serebrospinal.


2.1.9 Prognosis

Prognosis roseola adalah dubia (tidak dapat diramalkan) karena pada anak

denngan keadaan umum baik dan imunokompeten dapat bertahan tanpa adanya

komplikasi, akan tetapi pada anak dengan keadaan imunosupressed maka infeksi

dapat menjadi kronis dan timbul komplikasi yang dapat menyebabkan kematian.

2.1.10 Terapi

Tidak ada terapi antivirus yang tersedia untuk infeksi HHV-6. Akan tetapi

pada tahun 2002 Rapaort et al, melaporkan bahwa terapi profilaksis menggunakan

Gansiklovir dapat digunakan untuk mencegah reaktivasi HHV-6 pada pasien yang

mendapat transplantasi sumsum tulang.

Terapi yang direkomendasikan adalah terapi suportif. Antipiretik dapat

membantu dalam mengurangi demam. Dapat menggunakan asetaminofen atau

ibuprofen. Pada bayi dan anak muda yang cenderung untuk konvulsi, pemberian

sedatif ketika mulai muncul demam mungkin efektif sebagai profilaksis terhadap

kejang.

Setelah demam turun, sebaiknya anak dikompres dengan menggunakan

handuk atau lap yang telah dibasahi dengan air hangat (suam-suam kuku) guna

menjaga tidak terjadinya demam kembali. Jangan menggunakan es batu, air

dingin, alkohol maupun kipas angin.

2.2 Skabies

2.2.1 Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi

terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.1-3 Nama lain Skabies

yaitu Kudis, The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo.1

2.2.2 Epidemiologi

Skabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang bervariasi.

Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6% -

27% populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja. Ada

dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor

yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang

rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas,

kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit

ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual).4-6

3.2.3 Etiologi

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo

Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.

hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan

babi.7,8,9

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,

punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient,

berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar

antara 330 450 mikron x 250 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih

kecil, yakni 200 240 mikron x 150 200 mikron. Bentuk dewasa

mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk
melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,

sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut

dan keempat berakhir dengan alat perekat.1

Gambar 1 . Sarcoptes Scabiei4

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan)

yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat

hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang

telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan

kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir

sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 .1


Gambar 2. Siklus hidup Sarcoptes scabiei7

Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya.

Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva

yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan,

tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang

mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus

hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8

12 hari.1

Gambar 3. Sarcoptes scabiei membuat terowongan dalam stratum

korneum4
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 4 hari, kemudian larva

meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya

larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau

betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati

setelah kopulasi. 1-3

Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama

lebih kurang 7 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan

lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh

kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.1,3,6

2.2.4 Patogenesis

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi

juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau

bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit

timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh

sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-

kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai

dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan

garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan

kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.3-6
Gambar 4. Kelainan kulit pada Scabies8

2.2.5 Cara Penularan.

Penyakit scabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun

kontak tak langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung dan erat atau

dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan

penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita

dengan orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan, bahwa scabies

dapat ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat

utama.1,6,7,9

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan

lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama

disatu tempat yang relative sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki

oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan

penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang,

kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan

terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program


kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang

permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.3,9

Gambar 5. Siklus hidup dan Penularan Scabies4


Penularan scabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat

tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang

menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas

kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan

insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak langsung seperti tidur

bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di

lingkungan padat penduduk. Dibeberapa sekolah didapatkan kasus pruritus

selama beberapa bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan

pengobatan skabisid.5

2.2.6 Gejala Klinis.

Ada 4 tanda cardinal yaitu :

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan

karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab

dan panas. 1

2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam

sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.

Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,

sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau

tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota

keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak

memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier). 1-8


3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang

berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,

rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau

vesikel. 1-8

Gambar 6. Papul pada scabies8

Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule,

ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat

dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan

tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae

(wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah.

Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. 1-8
Gambar 7. Area predileksi Scabies6

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat

ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. 1-8

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal

tersebut.1-8

2.2.7 Klasifikasi.

Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit

dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk

tersebut antara lain :1

1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).


Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang

sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.3

2. Skabies incognito.

Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid

sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan

masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang

tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.3-5

3. Skabies nodular

Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus

biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal

dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau

scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang

ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu

tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.3

4. Skabies yang ditularkan melalui hewan.

Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda

dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela

jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang

sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan

lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini
bersifat sementara (4 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei

var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.7

5. Skabies Norwegia.

Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas

dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat

predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut,

telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan

skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi

bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat

banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga

sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak

dengan mudah.1

6. Skabies pada bayi dan anak.

Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh

kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder

berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi

di muka. 2

7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).

Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal

ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.8

2.2.8 Pembantu Diagnosis


Cara menemukan tungau Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada

ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan

diatas sebuah kaca objek, lalu ditutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.1

1) Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas

putih dan dilihat dengan kaca pembesar.

2) Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari

kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop

cahaya.

3) Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan Hematoksilin

Eosin.

2.2.9 Diagnosis

Diagnosis scabies ditegakkan atas dasar :2,4

1. Ada terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau

berkelok-kelok, panjangnya beberapa millimeter sampai 1 cm dan pada

ujungnya tampak vesikula, papula atau pustula.

2. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian

volar, siku, lipat ketiak bagian depan, areola mammae, sekitar umbilicus,

abdomen bagian bawah, genitalia eksterna pria.Pada oaring dewasa

jarang terdapat di muka dan kepala, kecuali pada penderita


imunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi di seluruh

permukaan kulit.

3. Penyembuhan cepat setelah pemberian obat anti skabies topical yang

efektif.

4. Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota

keluarga menderita gatal, harus dicurigai adanya skabies. Gatal pada

malam hari disebabkan oleh temperature tubuh menjadi lebih tinggi

sehingga aktivitas kutu meningkat.

2.2.10 Diferensial Diagnosis

Diagnosis bandingnya adalah :

1. Prurigo, biasanya berupa papul-papul yang gatal, predileksi pada

bagian ekstensor ekstremitas.

2. Gigitan serangga, biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan,

efloresensinya urtikaria papuler.

3. Folikulitis, nyeri berupa pustule miliar dikelilingi daerah yang

eritem.

2.2.11 Terapi

Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk

pasangan seksnya. Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan

scabies yaitu:1
a. Permetrin.

Merupakan obat pilihan untuk saat ini , tingkat keamanannya cukup

tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Dapat

digunakan di kepala dan leher anak usia kurang dari 2 tahun.

Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam

kemudian dicuci bersih

b. Malation.

Malation 0,5 % dengan dasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian

berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.

c. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %).

Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari.

Sering terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.

d. Sulfur.

Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif

digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat

ini digunakan pada malam hari selama 3 malam.

2.2.12 Prognosis

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat

pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di

berantas dan memberikan prognosis yang baik.

2.2.13 Pencegahan
Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies, orang-orang

yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal

skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran

scabies karena seseorang mungkin saja telah mengandung tungau scabies yang

masih dalam periode inkubasi asimptomatik.1

Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal,

handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan

dikeringkan dengan udara panas karena tungau scabies dapat hidup hingga 3 hari

diluar kulit, karpet dan kain pelapis lainnya sehingga harus dibersihkan (vacuum

cleaner).1

Вам также может понравиться