Вы находитесь на странице: 1из 6

LARASATI ENDAH SASANTI

2014017016

AKUNTANSI 4A1

AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN:

PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP SALDO UTANG USAHA

Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi semua kewajiban
yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari tanggal neraca atau
dalams siklus kegiatan normal perusahaan) dengan cara mengurangi aktiva yang dikelompokkan
dalam aktiva lancar atau dengan cara menimbulkan utang lancar yang lain.

Utang lancar digolongkan menjadi 6 kelompok berikut ini: (1) Utang usaha yang timbul dari
transaksi pembelian bahan baku dan bahan penolong, suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik
(factory supplies). (2) Utang jaminan masuk dari pelanggan. (3) Utang yang timbul dari
berlalunya waktu (accrued payable). (4) Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena
perusahaan ditunjuk sebagai pemungut pajak atau iuran yang lain, seperti PPN, PPh pasal 25,
uatng dana pensiun, utang asuransi karyawan. (5) Accrual yang timbul dari kegiatan usaha
perusahaan meskipun: jumlah uang tersebut harus ditaksir seperti uang bonus, krediturnya tidak
diketahui seperti utang biaya reparasi untuk produk perusahaan yang dijual dengan garansi, utang
yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang misalnya utang sewa, pendapatan yang
diterima dimuka, utang yang jumlahnya diihitung dari besarnya deplesi sumber alam. (6) Utang
lain yang diperkirakan akan dilunasi dalam jangka waktu pendek seperti utang bank (kredit modal
kerja), utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, utang pajak penghasilan, utang deviden.

PERBEDAAN KARAKTERISTIK UTANG LANCAR DENGAN KARAKTERISTIK AKTIVA


LANCAR

1. Dalam menyajikan aktiva lancar, klien berkecenderungan umum untuk menyajikan aktiva
tersebut lebih tinggi dari jumlah yang senyatanya. Dan menurunkan jumlah utang lancar,
umumnya dengan cara tidak mencatat utang lancar sehingga terdapat utang yang yang tidak
dicatat pada tanggal neraca (unrecorded liabilities). Kedua hal ini didorong oleh motif untuk
memberikan gambaran modal kerja yang lebih baik, sehingga kelihatannya perusahaan
memiliki likuiditas yang baik.

2. Dalam menyajikan aktiva lancar, klien menghadapi masalah penilian unsur-unsur aktiva lancar
per tanggal neraca. Kas harus disajikan pada nilai kursnya pada tanggal neraca. Di lain pihak,
dalam penyajian utang lancar, klien tidak menghadapi masalah penentuan nilai utang lancar
tersebut pada tanggal neraca. Apa yang menjaddi kewajiban perusahaan pada tanggal neraca
tidak perlu ditentukan nilainya.
PERBEDAAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG LANCAR DENGAN
PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP AKTIVA LANCAR

1. Pengujian substantif terhadap utang lancar ditunjukkan untuk menentukan adanya penyajian
utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya (understatement utang lancar),
sedangkan pengujian substantif terhadap aktiva lancar ditunjukkan untuk menentukan
adanya penyajian aktiva lancar yang lebih tinggi dari jumlah yang seharusnya
(overstatement aktiva lancar).

2. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi masalah penentuan
kewajaran nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat direalisasikan) yang dicantumkan
dalam neraca. Penentuan nilai aktiva lancar ini menyangkut penaksiran apa yang akan terjadi
di masa yang akan datang. Dalam pengujian substantif terhadap utang lancar, auditor
menghadapi fakta, menghadapi data historis mengenai kewajiban perusahaan yang terjadi di
masa yang lalu, yang dalam jangka pendek harus dilunasi.

PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM DALAM PENYAJIAN UTANG LANCAR DI


NERACA

(1) Setiap jenis utang lancar harus disajikan secara terpisah, jika jumlahnya material. (2) Utang
kepada perusahaan afiliasi, pemegang saham, dan karyawan perusahaan harus dipisahkan dari
utang kepada pihak ketiga yang independen. (3) Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang
lancar harus diungkapkan dalam laporan keuangan. (4) Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan
penyajiannya dalam jumlah neto. (5) Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.

TUJUAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG USAHA

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan utang
usaha. Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai kewajaran saldo utang usaha yang
dicantumkan dalam neraca, ia harus memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan keandalan
catatan akuntansi yang mendukung informasi utang usaha yang disajikan dalam neraca. Untuk
itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo utang usaha yang dicantumkan dalam neraca
dengan akun Utang Usaha dalam buku besar dan selanjutnya ke register bukti kas keluar dan
register cek.

2. Membuktukan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan
utang usaha yang dicantumkan di neraca. Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk
menemukan kemungkinan adanya unrecorded liabilities. Untuk membuktikan asersi
keberadaan aktiva dan keterjadian transaksi yang bersangkutan dengan utang lancar, auditor
melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini: pengujian analitik, pemeriksaan bukti
pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha, pemeriksaan pisah batas transaksi
yang berkaitan dengan utang usaha, konfirmasi piutang usaha, dan rekonsiliasi utang yang
tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh klien dari krediturnya.

3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan
saldo utang usaha yang disajikan di neraca. Tujuan pembuktian asersi penilaian tidak berlaku
terhadap saldo utang usaha pada tanggal neraca. Pembuktian asersi kelengkapan utang usaha
lebih ditujukan untuk mencari adanya unrecorded liabilities pada tanggal tersebut. Untuk
membukikan bahwa utang usaha yang dicantumkan di neraca mencakup semua kewajiban
klien kepada kreditur pada tanggal neraca dan mencakup semua transaksi yang berkaitan
dengan utang usaha dalam tahun yang diaudit, auditor melakukan berbagai pengujian substantif
berikut ini: pengujian analitik, pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan
utang usaha, pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha, konfirmasi
piutang usaha, dan rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang
diterima oleh klien dari krediturnya.

Transaksi yang berkaitan dengan timbul dan berkurangnya utang usaha mempunyai
pengaruh yang langsung terhadap perhitungan saldo utang usaha pada tanggal neraca, sehingga
ketidaktepatan dalam penetapan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan utang usaha
akan berdampak langsung terhadap perhitungan akun Utang Usaha dan Pembelian (purchases).
Oleh karena itu harrus dilakukan pengujian substantif untuk membuktikan asersi kelengkapan
utang usaha yaitu pemerikasaan terhadap ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan
dengan utang usaha.

4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca. Untuk membuktikan kewajiban


klien yang tercermin dalam utang usaha yang dicantumkan di neraca, auditor melakukan
pengujian substantif berikut ini: pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan
utang usaha, konfirmasi piutang usaha, dan rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke
pernyataan piutang yang diterima oleh klien dari krediturnya.

5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca. Pengujian


substantif terhadap utang usaha diarahkan untuk mencapai salah satu tujuan untuk
membuktikan apakah unsur utang usaha telah disajikan dan diungkapkan oleh klien di
neracanya sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Pengujian substantif untuk
membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca adalah: konfirmasi
utang usaha, rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima
oleh klien dari krediturnya, dan pembandingan penyajian utang usaha di neraca dengan prinsip
akuntansi berterima umum yang diaudit dengan prinsip akuntansi berterima umum.

PROGRAM PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG USAHA

Prosedur Audit Awal

Sebelum membuktikan apakah saldo utang usaha yang dicantumkan oleh klien di dalam
neracanya sesuai dengan utang usaha yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor
melakukan rekonsiliasi antara informasi utang usaha yang dicantumkan di neraca dengan catatan
akuntansi yang mendukungnya. Auditor melakukan enam prosedur audit berikut ini dalam
melakukan rekonsiliasi tersebut:

1. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang Usaha yang
bersangkutan di dalam buku besar. Untuk akun Utang Usaha, jika perusahaan menggunakan
sistem bukti kas keluar (voucher system) dalam pengendalian kasnya, akun Utang Usaha ini
disebut dengan akun Bukti Kas Keluar yang Akan Dibayar (Voucher Payable).
2. Hitung kembali saldo akun Utang Usaha di buku besar. Auditor menghitung kembali saldo
akun Utang Usaha dan Utang Wesel dengan cara menambah saldo awal dengan jumlah
pengkreditan dan menguranginya dengan jumlah pendebitan tiap-tiap akun tersebut.

3. Usut saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun yang lalu.

4. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun
Aktiva Tetap dan Akumulasi Depresesiasinya.

5. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Utang Usaha ke jurnal yang bersangkutan.

6. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun kontrol Utang Usaha di buku
besar.

Prosedur Analitik

1. Auditor melakukan perhitungan berbagai ratio berikut ini:

a. Tingkat perputaran utang usaha = Pembelian rerata utang usaha

b. Ratio utang usaha dengan utang lancar = saldo utang usaha utang lancar

2. Auditor melakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang didasarkan pada data
masa lalu, data industri, jumlah yang dianggarkan, atau data lain.

3. Auditor membandingkan akun biaya dengan akun biaya yang sama tahun lalu atau biaya yang
dianggarkan untuk mendapatkan indikasi kemungkinan adanya understatement utang lancar.

Pengujian terhadap Transaksi Rinci

Auditor melakukan pengujian substantif terhadap transaksi rinci yang mengkredit dan
mendebit akun Utang Usaha dan pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi
yang berkaitan dengan akun tersebut.

1. Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun Utang Usaha ke dokumen yang
mendukung timbulnya transaksi tersebut.

a. Periksa pengkreditan akun utang usaha ke dokumen pendukung bukti kas keluar
(voucher), laporan penerimaan barang, dan surat order pembelian. Auditor mengambil
sampel transaksi yang dicatat di sebelah kredit akun kreditur yang terpilih dalam
sampel, kemudian melakukan prosedur audit berikut ini: mengambil dari arsip bukti kas
keluar beserta dokumen pendukungnya yaitu laporan penerimaan barang, faktur
pembelian dari pemasok, dan surat order pembelian; memeriksa kelengkapan dokumen
yang mendukung bukti kas keluar; memeriksa kesesuaian data yang di-posting ke
dalam akun kreditur berdasarkan bukti kas keluar; dan memeriksa bahwa semua bukti
kas keluar yang disampel telah dicatat di sebelah kredit akun kreditur.

b. Periksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen pendukung bukti kas keluar, memo
debit untuk retur pembelian.
2. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pembelian. Periksa dokumen yang
mendukung transaksi pembelian dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu
pertama setelah tanggal neraca.

3. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas. Periksa dokumen yang
mendukung transaksi pembayaran utang usaha dalam minggu terakkhir tahun yang diaudit
dan minggu pertama setelah tanggal neraca.

4. Lakukan pencarian utang yang belum dicatat.

a. Periksa bukti-bukti yang mendukung transaksi pengeluaran kas yang dicatat setelah
tanggal neraca.

b. Periksa bukti kas keluar yang dibuat setelah tanggal neraca.

c. Periksa catatan sediaan barang konsinyasi masuk.

d. Pelajari peraturan perpajakan yang menyangkut bisnis klien.

e. Lakukan review terhadap anggaran modal (capital budged), perintah kerja (work order),
dan kontrak pembangunan untuk memperoleh bukti adanya utang yang belum diacatat.

Pengujian terhadap Saldo Akun Rinci

1. Lakukan konfirmasi utang

a. Lakukan identifikasi penjualan besar dengan me-review register bukti kas keluar atau buku
pembantu utang, arsip induk utang, dan kirimkan konfirmasi kepada kreditur yang akun
utang klien kepadanya memiliki karakteristik berikut ini: bersaldo besar, terdapat kegiatan
pembelian yang luar biasa, bersaldo kecil atau nol, dan bersaldo debit.

b. Lakukan penyelidikan dan sesuaikan jika terjadi perbedaan.

c. Periksa dokumen yang mendukung pembayaran Utang Usaha setelah tanggal neraca.

2. Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan
yang diterima oleh klien dari kreditur.

Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan

1. Periksa klasifikasi Utang Usaha di neraca

Unsur utang lancar harus disajikan di neraca menurut urutan jatuh temponya. Jika
jumlahnya material, utang usaha harus disajikan di neraca menjadi tiga golongan: (1) utang
saha kepada kreditur usaha, (2) utang usaha kepada perusahaan afiliasi, dan (3) utang usaha
kepada direksi, pemegang saham utama, manager, dan karyawan perusahaan. Auditor harus
memeriksa saldo debit akun Utang Usaha. Jika saldo debit akun Utang Usaha jumlahnya
material, saldo debit akun Utang Usaha ini harus dikelompokkan sebagai unsur aktiva lancar,
tidak boleh dikurangkan dari utang usaha.
2. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang nonusaha. Jika utang jangka panjang
yang segera jatuh tempo dilunasi dengan aktiva tidak lancar, maka jumlah utang ini tetap
disajikan di neraca dalam kelompok utang jangka panjang, bukan utang lancar untuk
menghindari pengaruh signifikan terhadap perhitungan perubahan posisi keuangan (modal
kerja).

3. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang usaha. Utang usaha harus selalu
dinyatakan dalam jumlah bersih setelah dikurangi dengan trade discounts.

4. Mintalah informasi dari klien untuk menemukan komitmen yang belum diungkapkan dan utang
bersyarat dan periksa penjelasan yang bersangkutan dengan utang tersebut.

Dalam pengujian substantif terhadap utang usaha auditor berkewajiban untuk menentukan ada
atau tidaknya komitmen yang tidak diungkapkan dan utang bersyarat pada tanggal neraca, dan
jika ada, apakah klien telah mengungkapkan secara memadai mengenai utang tersebut.

Utang bersyarat merupakan kewajiban potensial yang mempunyai kemungkinan akan sungguh-
sungguh menjadi utang atau akan dapat diselesaikan tanpa pengeluaran uang di masa yang
akan datang. Utang bersyarat bebeda dengan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca
(unrecorded liabilities). Contoh utang bersyarat adalah piutang wesel yang didiskontokan ke
bank, biaya/denda pengadilan, tambahan pengenaan pajak, klaim dari pembeli, biaya repasrasi
produk yang dijual dengan garansi.

Utang bersyarat harus dicantumkan di neraca dengan salah satu dari tiga cara berikut ini: (1)
Utang bersyarat dicantumkan di dalam tanda kurung, dalam kelompok utang lancar. Jumlah
utang bersyarat ini tidak ditambahkan kepada utang lancar yang lain. (2) Utang bersyarat
dicantumkan di bawah judul Utang Bersyarat di neraca. Jumlah utang bersyarat tidak
diperhitungkan dalam menjumlah utang lancar. (3) Jika memerlukan penjelasan yang panjang,
utang bersyarat disajikan di bagian penjelasan laporan keuangan (notes to financial statement).

Untuk menentukan macam utang bersyarat dan cukup atau tidaknya penjelasan terhadap utang
tersebut, auditor menempuh cara pemeriksaan berikut ini:

a. Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan.

b. Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualan, dan kontrak yang lain.

c. Mintalah informasi dari pengacara klien mengenai perkara pengadilan yang melibatkan
klien.

d. Kirimkan konfirmasi ke bank.

e. Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan.

Вам также может понравиться