Вы находитесь на странице: 1из 18

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

BIMBINGAN DAN KONSELING


DI PERGURUAN TINGGI

DI SUSUN OLEH :

NAMA : JIANA SUPRIATNA

ASEP AHMAD

YUDI HANDADI

YOGI. A

DANI PRAJA

UNIVERSITAS SUBANG
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami lantunkan kepada Dzat yang maha kuasa atas segala
rahmat dan karunianya kepada kami, hamba-Nya yang penuh dengan ketidak
sempurnaan ini, namun dengan rahmat-Nya kami yang tidak sempurna dapat
menyeleseikan tugas ini dengan lancar dan tidak ada hambatan yang begitu
berarti.

Sepatah kata ini merupakan sebuah pengantar dalam sistematika penyusunan


makalah, walaupun isinya adalah ungkapan syukur kami sebagai kelompok
penyusun. Tapi semoga saja ungkapan syukur kami juga bisa menjadi sebuah
pengantar menuju kebarakahan dan ridho Allah sehingga makalah ini mempunyai
nilai guna yang lebih dan bermanfaat bagi semuanya.

Kesadaran kami akan ketidak sempurnaan diri kami sehingga berdampak juga
pada ketidak sempurnaan makalah ini, maka dari itu kata maaf juga sudah
selayaknya menjadi pengantar dalam sistematika makalah ini dengan harapan
pembaca dapat memaklumi atas ketidak sempurnaan ini.

Terimakasih juga tak lupa kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Ucapan terimakasih ini juga
didasari atas ketidak sempurnaan kami sehingga kami harus dibantu oleh banyak
pihak.
DAFTAR ISI

LATAR BELAKANG .
DAFTAR ISI .
BAB I PENDAHULUAN .
1.1 Latar Belakang .
1.2 Rumusan masalah .
1.3 Tujuan .
1.4 Sistematika Makalah
BAB II MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN DAN
KONSELING
2.1 Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan .
2.2 Model-model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling.
2.3 Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling.
2.4 Teknik-Teknik Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling.
2.5 Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berangkat dari sebuah fenomena, fakta serta realita yang terjadi di dunia
pendidikan. Fakta yang menyaratkan adanya sebuah kesenjangan antara system
pembelajaran serta metode dengan pribadi seorang siswa secara psikologi.

Kondisi Psikologi siswa merupakan factor penting yang mempengaruhi proses


dan hasil pembelajaran sedangkan pada kenyataanya hal itu seringkali diabaikan
karena terikat pada suatu kurikulim dan system yang berlaku.

System serta model pembelajaran seperti itulah yang sudah seharusnya kita kritisi,
system serta model pembelajaran yang tidak mensyaratkan keberpihakannya
terhadap kondisi psikologi siswa. Karena system itu sudah jelas-jelas tidak sesuai
dengan kondisi kemanusian saat ini. Kondisi kemanusiaan yang saat ini menjadi
lebih komplek dan dihadapakan pada permasalahan sosial yang begitu kompleks
pula.

Permasalahan-permasalahan itu akan berdampak besar pada ketercapaian tujuan


dari pendidikan, sehingga kita tidak bisa menunggu lama untuk dapat mengatasi
kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan terjadi sebagai dampak dari
model pembelajaran yang saat ini dirasakan kurang tepat untuk digunakan.

Ini bukanlah tugas pemerintah, guru, atau lembaga-lembaga pendidikan saja. Ini
merupakan tugas kita semua. Apalagi kita adalah mahasiswa Pendidikan
Akuntansi UPI yang notabene disiapkan untuk menjadi pendidik. Maka dari itu
jangan sampai kita mengulangi kesalahan yang sama dengan menerapkan model
pembelajaran seperti itu. Kita harus menjadi generasi pelurus memberikan
kontribusi positif untuk dunia pendidikan

Dari latar belakang diatas muncul pertanyaan besar, lalu bagaimana dan seperti
apa model pembelajaran yang berpihak pada kondisi psikologi siswa?. Sebuah
pertanyaan itulah yang menjadi latar belakang kami membahas tentang Model
Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan Konseling pada makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang mendasari adanya model pembelajaran berbasis bimbingan dan
konseling?
2. Bagaimana konsep model pemebelajaran berbasis bimbingan dan konseling?
3. Bagaimana Prinsip-prinsip umum model pembelajaran berbasis bimbingan dan
konseling?
4. Seperti apa teknis model pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling?
5. Apa cirri-ciri model pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling?
1.3 Tujuan
1. mengetahui alasan kenapa diadakannya model pembelajaran berbasis
bimbingan dan konseling
2. mendeskripsikan konsep model pembelajaran berbasis bimbingan dan
konseling.
3. mendeskripsikan prinsip-prinsip umum model pembelajaran berbasis
bimbingan konseling
4. menjelaskan secara teknis model pembelajaran berbasis bimbingan dan
konseling
5. mendeskripsikan cirri-ciri model pembelajaran berbasis bimbingan dan
konseling.
COVER
LATAR BELAKANG
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
1.4 Sistematika Makalah

BAB II MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN DAN


KONSELING
2.1 Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
2.2 Model-model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling.
2.3 Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling.
2.4 Teknik-Teknik Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling.
2.5 Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling.

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB II

PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN

2.1 Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan

Untuk mengetahui definisi dari pembelajaran berbasis bimbingan, maka


sebelumnya kita perlu mengetahui mengapa pembelajaran harus berbasis
bimbingan dan mengetahui apa itu pembelajaran dan apa itu bimbingan.

Secara filosofis, manusia memiliki potensi untuk dikembangkan seoptimal


mungkin. Potensi itu sendiri adalah laten power, yakni kekuatan, kemampuan,
keunggulan, keunikan yang belum tampak, belum menjadi prestasi, belum
mewujud dalam bentuk perilaku. Sedangkan perkembangan optimal adalah
perkembangan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Prestasi (achievment)
sesuai dengan yang diprediksikan.

Secara psikologis manusia itu bersifat unik, memiliki kebebasan, kemerdekaan


untuk mengembangkan keunikannya. Dilihat dari segi manusia sebagai makhluk
sosial, dalam kehidupan sosial budaya akan terjadi perubahan sistem nilai dalam
kehidupan sosial budaya. Nilai menjadi hal yang penting, oleh karenanya
bimbingan dan konseling membantu individu memelihara, menginternalisasikan,
memperhalus, dan memaknai nilai sebagai landasan dan arah mengembangkan
diri.

Hal lain yang menjadi alasan perlunya bimbingan adalah kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Peserta didik memerlukan bantuan dari pembimbing
untuk menyesuaikan minat dan kemampuan mereka terhadap kesempatan dunia
kerja yang cenderung semakin berubah dan meluas.

2.1.1 Konsep Bimbingan

Secara harfiah istilah guidance dari akar kata guide berarti : (1) mengarahkan
(to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir
(to steer). Banyak pengertian bimbingan dikemukakan oleh para ahli diataranya
sebagai berikut.

Shertzer dan Stone (1971:40) mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian


bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya).

Sunaryo Kartadinata (1998: 3) mengartikannya sebagai proses membantu


individu untuk mencapai perkembangan optimal. Sementara Rochman
Natawidjaja (1987: 37) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian
bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya
individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan
dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan
lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan
demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberi
sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya.
Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan optimal sebagai makhluk
sosial.

Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu
proses berkesinambungan sebagai upaya membantu untuk memfasilitasi individu
agar berkembang secara optimal.

Membantu merupakan sesuatu yang tidak dirasakan sebagai paksaan, dan makna
bantuan dalam bimbingan menunjukan bahwa yang aktif dalam mengembangkan
diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu atau peserta
didik sendiri, pembimbing hanya sebagai fasilitator. Istilah bantuan dalam
bimbingan juga dapat dimaknai sebagai upaya untuk :

a) Menciptakan lingkungan (fisik, psikis, sosial dan spiritual) yang kondusif


bagi perkembangan siswa

b) Memberikan dorongan dan semangat

c) Mengembangkan keberanian bertindak dan bertanggung jawab

d) Mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah


perilakunya sendiri.

Perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi individu


dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar. Perkembangan optimal
merupakan kondisi dinamik, dimana individu mampu mengenal dan memahami
diri, berani menerima kenyataan diri secara subyektif, mengarahkan diri sesuai
dengan kemampuan, kesempatan dan sistem nilai dan melakukan pilihan dan
mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri.

2.1.2 Konsep Pembelajaran

Pembelajaran adalah penyediaan sistem lingkungan yang mengakibatkan


terjadinya proses belajar pada diri siswa. Sumber lain menyebutkan pembelajaran
merupakan upaya yang dilakukan pendidik agar peserta didik belajar atau
membelajarkan diri. Belajar yang dimaksud adalah proses perubahan perilaku
sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan disini sebagai hasil pembelajaran
bersifat positif dan normatif.

Dari pernyataan diatas, maka pembelajaran berbasis bimbingan itu sangatlah


penting untuk diterapkan karena pembelajaran yang baik, tidak hanya berorientasi
pada pencapaian kognitif saja akan tetapi dapat menghasilkan sebuah output
berupa lahirnya perubahan perilaku siswa atau peserta didik yang positif dan
normatif. Maka dari itu, pembelajaran seyogyanya berlandaskan pada prinsip-
prinsip bimbingan yaitu yang didasarkan pada:
a) Needs assesment (sesuai dengan kebutuhan)

b) Dikembangkan dalam suasana membantu (helping relationship):

1. Empati
2. Keterbukaan
3. Kehangatan Psikologis
4. Realistis

c) Bersifat memfasilitasi

d) Berorientasi pada:

1. Learning to be : belajar menjadi


2. Learning to learn : belajar untuk belajar
3. To work : belajar untuk bekerja dan berkarir
4. And to live together : belajar untuk hidup bersama
5. Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal

2.2 Model-model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling.

Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga


tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model
pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model
pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu,
dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi
siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu
sendiri.

Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan
alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi. Akan tetapi
sajian yang dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta
sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru
untuk melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.

1. Koperatif (CL, Cooperative Learning).

Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang
penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab
bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu,
belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling
berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling
membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah
miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan
kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara


berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar
kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 5
orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi,
dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk


kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.

2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau


tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata
kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi
yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi
konkret, dan suasana menjadi kondusif nyaman dan menyenangkan. Prinsip
pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan
mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan
sosialisasi.

Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan


model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian
kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning
(eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi,
inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar
kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry
(identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan),
constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan,
analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic
assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian
terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-
objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).

3. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)

Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada


keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran
langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur,
latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut
dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).

4. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)

Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini


melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah
suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan
menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis),
interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis,
generalisasi, dan inkuiri

5. Problem Solving

Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin,
belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau
menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma).
Sintaknya adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa
berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan,
siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya
menemukan solusi.

6. Problem Posing

Bentuk lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah
dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-
bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan
keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative,
menyusun soal-pertanyaan.

7. Problem Terbuka (OE, Open Ended)

Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang


menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan
solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan
menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-
interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk
berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi
dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga
diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian
model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan
membentuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.

Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan


gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan
berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan
(sedikit demi sedikit dilepas mandiri).

Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran,


perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat
kesimpulan.

8. Probing-prompting

Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan


serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi
proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya
dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa
mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan
demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.

Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk
siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif,
siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa
dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang,
namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru
hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara
menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana
menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa
yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah
berpartisipasi.

2.3 Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan


konseling.

Tugas guru di sekolah tidak hanya mengajar, banyak tugas yang yang harus
dikerjakan, ia harus membuat perencanaan pengajaran yang sistematis untuk
setiap pelajaran yang akan diberikan. Kemudian dari rencana itu ia melaksanakan
pengajaran dan membuat evaluasi dari proses dan hasil pengajaran yang
dilaksanakan. Didalam pelaksanannya itu, guru tidak hanya memberikan
pengajaran, akan tetapi guru juga harus memberikan bimbingan kepada siswanya
agar mereka mencapai perkembangan yang sesuai dengan kemampuannya.

Bimbingan ketika mengajar yang dapat dilakukan oleh guru berupa menjelaskan
tujuan dan manfaat pelajaran, cara belajar, mata pelajaran yang diberikan,
dorongan untuk berprestasi, membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi
individu, penyelesaian tugas, memberikan fasilitas belajar, dan lain-lain.

Berikut ini ada bebrapa prinsip-prinsip bimbingan yang harus diketahui oleh guru
sebagai pengajar sekaligus pembimbing.

1) Proses membantu individu

2) Bertitik tolak pada individu yang dibimbing

3) Didasarkan pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing

4) Pada batas tertentu perlu ada referal

5) Dimulai dengan identifikasi atas kebutuhan individu

6) Diselenggarakan secara luwes dan fleksibel

7) Sejalan dengan visi dan misi lembaga


8) Dikelola oleh orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan

9) Ada sistem evaluasi yang digunakan

Dalam memberikan bimbingan belajar, guru hendaknya memperhatikan beberapa


hal berikut ini:

1. Bimbingan belajar diberikan kepada semua siswa. Semua siswa baik yang
pandai, cukup, ataupun kurang membutuhkan bimbingan dari guru, sebab
secara potensial semua siswa bisa mempunyai masalah.
2. Sebelum memberikan bantuan, guru terlebih dahulu harus berusaha
memahami kesulitan yang dihadapi siswa, meneliti faktor-faktor yang
melatarbelakangi kesulitan tersebut.
3. Bimbingan belajar yang diberikan guru hendaknya disesuaikan dengan
masalah serta faktor-faktor yang melatarbelakanginya, bantuan hendaknya
disesuaikan dengan jenis masalah serta tingkat kerumitan masalah.
4. Bimbingan belajar hendaknya menggunakan teknik yang bervariasi.
Karena perbedaan individual siswa, perbedaan jenis dan kerumitan
masalah yang dihadapi siswa, perbedaan individual guru serta kondisi
sesaat, maka dalam memberikan bimbingan belajar guru hendaknya
menggunakan teknik bimbingan yang bervariasi.
5. Dalam memberikan bimbingan belajar hendaknya guru bekerja sama
dengan staf sekolah lain. Bimbingan belajar merupakan tanggung jawab
semua guru serta staf sekolah lainnya. Agar bimbingan berjalan efektif dan
efisien diperlukan kerjasama yang harmonis antara staf sekolah dalam
membantu mengatasi kesulitan siswa.
6. Orang tua adalah pembimbing belajar siswa dirumah. Penanggung jawab
utama siswa adalah orang tuanya. Karena keterbatasan kemampuannya,
orang tua melimpahkan sebagian dari tanggung jawabnya kepada sekolah,
tetapi tidak berarti mereka lepas sama sekali dari tanggung jawab tersebut.
Orang tua dituntut untuk memberikan bimbingan belajar di rumah. Agar
ada keserasian antara bimbingan belajar yang diberikan guru disekolah
dengan orang tua dirumah maka diperlukan kerjasama antara kedua belah
pihak.
7. Bimbingan belajar dapat diberikan dalam situasi belajar di kelas, di
laboratorium, ataupun dalam situasi-situasi khusus (konsultasi) baik di
sekolah ataupun di luar sekolah. Bimbingan belajar diberikan pada saat
pelajaran berlangsung, yaitu saat mengerjakan tugas-tugas atau latihan,
saat diskusi kelas, praktikum, dan lain-lain. Bimbingan juga dapat
diberikan diluar jam pelajaran, sebelum pelajaran dimulai, setelah
pelajaran selesai atau sore hari, disekolah ataupun di rumah.

Secara umum, bimbingan yang dapat diberikan oleh guru atau dosen dalam
kegiatan mengajar di kelas adalah:

1. mengenal dan memahami individu secara mendalam


2. memberikan perlakuan dengan memerhatikan perbedaan individual
3. memperlakukan individu secara manusiawi
4. memberi kemudahan untuk mengembangkan diri secara optimal
5. menciptakan suasana kelas yang menyenangkan

Seorang guru yang menerapkan prinsip-prinsip atau suasana bernuansa bimbingan


di kelas dalam proses belajar mengajar akan tampak kondisi sebagai berikut:

1. Tercipta iklim kelas yang permisif, bebas dari ketegangan dan


menempatkan siswa sebagai subjek pengajaran
2. Adanya arahan atau oientasi agar terselenggaranya belajar yang efektif,
baik dalam bidang studi yang diajarkannya, maupun dalam keseluruhan
pembelajaran
3. Menerima dan memperlakukan siswa sebagai individu yang mempunyai
harga diri dengan memahami kekurangan, kelebihan, dan masalah-
masalahnya
4. Mempersiapkan serta menyelenggarakan pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan individu
5. Membina hubungan yang dekat dengan siswa, menerima siswa yang akan
berkonsultasi dan meminta bantuan
6. Guru berusaha mempelajari dan memahami siswa untuk menemukan
kekuatan, kelemahan, kebiasaan, dan kesulitan yang dihadapinya, terutama
dalam hubungannya dengan bidang studi yang diajarkannya
7. Memberikan bantuan kepada siswa yang menghadapi kesulitan, terutama
yang berhubungan dengan bidang studi yang diajarkannya
8. Pemberian informasi tentang masalah pendidikan, pengajaran, dan jabatan
atau karier
9. Memberikan bimbingan kelompok di kelas
10. Membimbing siswa agar mengembangkan kebiasaan belajar yang baik
11. Memberikan layanan perbaikan bagi siswa yang memerlukannya
12. Bekerja sama dengan guru, wali kelas, konselor, dan tenaga pendidik
lainnya dalam memebrikan bantuan yang dibutuhkan oleh siswa
13. Memberikan umpan balik atas hasil evaluasi
14. Memberikan pelayanan rujukan (referal) bagi siswa yang memliki
kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh guru sendiri

2.4 Teknik-Teknik Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan


konseling

Ada beberapa macam teknik bimbingan yang dapat digunakan untuk


membantu perkembangan individu, yaitu konseling, nasihat, bimbingan
kelompok, konseling kelompok, dan mengajar bernuansa bimbingan.

1. Konseling

Konseling merupakan bantuan yang bersifat terapeutik yang diarahkan untuk


mengubah sikap dan perilaku individu. Konseling dilaksanakan melalui
wawancara (konseling) langsung dengan individu. Konseling ditujukan kepada
individu yang normal, bukan yang mengalami kesulitan jiwa, melainkan hanya
mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dalam pendidikan, pekerjaan, dan
kehidupan sosial.

Dalam konseling terdapat hubungan yang akrab dan dinamis. Individu merasa
diterima dan dimengerti oleh konselor. Dalam hubungan tersebut, konselor
menerima individu secara pribadi dan tidak memberikan penilaian. Individu
(konseli) merasakan ada orang yang mengerti masalah pribadinya, mau
mendengarkan keluhan dan curahan perasaannya.

Dalam konseling berisi proses belajar yang ditujukan agar konseli (individu) dapat
mengenal diri, menerima, mengarahkan, dan menyesuaikan diri secara realistis
dalam kehidupannya di kampus ataupun luar kampus. Dalam konseling tercipta
hubungan pribadi yang unik dank has, dengan hubungan tersebut individu
diarahkan agar dapat membuat keputusan, pemilhan, dan rencana yang bijaksana,
serta dapat berkembang dan berperan lebih baik di lingkungannya. Konseling
membantu individu agar lebih mengerti dirinya sendiri, mampu mengeksplorasi
dan memimpin diri sendiri, serta menyelesaikan tugas-tugas kehidupannya. Proses
konseling lebih bersifat emosional diarahkan pada perubahan sikap, perubahan
pola-pola hidup sebab hanya dengan perubahan-perubahan tersebut
memungkinkan terjadi perubahan perilaku dan penyelesaian masalah.

1. Nasihat

Nasihat merupakan salah satu teknik bimbingan yang dapat diberikan oleh
konselor ataupun pembimbing. Pemberian nasihat hendaknya memerhatikan hal-
hal sebagai berikut.

1) Berdasarkan masalah atau kesulitan yang dihadapi oleh klien (individu)

2) Diawali dengan menghimpun data yang berkaitan dengan masalah yang


dihadapi

3) Nasihat yang diberikan bersifat alternatif yang dapat dipilih oleh individu,
disertai kemungkinan keberhasilan dan kegagalan

4) Penentuan keputusan diserahkan kepada individu, alternatif mana yang akan


diambil, serta

5) Hendaknya, individu mau dan mampu mempertanggungjawabkan keputusan


yang diambilnya
1. Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan


dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat beruapa penyampaian
informasi ataupun aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan,
pekerjaan, pribadi, dan sosial.

Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam tiga kelompok, yaitu kelompok kecil


(2-6 orang), kelompok sedang (7-12 orang), dan kelompok besar (13-20 orang)
ataupun kelas (20-40 orang). Pemberian informasi dalam bimbingan kelompok
terutama dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang kenyataan,
aturan-aturan dalam kehidupan, dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan tugas , serta meraih masa depan dalam studi, karier, ataupun
kehidupan. Aktivitas kelompok diarahkan untuk memperbaiki dan
mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan, penyesuaian diri,
serta pengembangan diri.

Pemberian informasi banyak menggunakan alat-alat dan media pendidikan seperti,


OHP, kaset audio-video, film, bulletin, brosur, majalah, buku, dan lain-lain.
Kadang-kadang konselor mendatangkan ahli tertentu untuk memberikan ceramah
(informasi) tentang hal-hal tertentu.

Pada umumnya aktivutas kelompok menggunakan prinsip dan proses dinamika


kelompok seperti dalam kegiatan diskusi, sosiodrama, bermain peran, simulasi
dan lainnya. Bimbingan melalui aktivitas kelompok lebih efektif karena selain
peran individu lebih aktif, juga memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran,
pengalaman, rencana, dan penyelesaian masalah.

1. Konseling Kelompok

Koseling kelompok merupakan bantuan kepada individu dalam situasi kelompok


yang bersifat penvegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian
kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok
merupakan bersifat pencegahan dalam arti, bahwa individu yang bersangkutan
mempunyai kemampuan normal atau berfungsi secara wajar dalam masyarakat,
tetapi, memiliki beberapa kelemahan dalam kehidupannya sehingga mengganggu
kelancaran berkomunikasi dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat
memberi kemudahan bagi pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti
memberikan kesempatan, dorongan, juga pengarahan kepada individu-individu
yang bersangkutan untuk mengubah sikap dan perilakunya selaras dengan
lingkungannya.

Konseling kelompok merupakan proses antarpribadi yang dinamis, terpusat pada


pemikiran dan perilaku yang sadar, serta melibatkan fungsi-fungsi terapi, sperti
permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling mempercayai,
salingmemperlakukan dengan hangat, saling pengertian, saling menerima dan
mendukung. Fungsi-fungsi terapi itu diciptakan dan dikembangkan dalam suatu
kelompok kecil melalui cara saling mempedulikan diantara para peserta konseling
kelompok. Individu dalam konseling kelompok pada dasarnya adalah individu
normal yang memiliki berbagai kepedulian dan kemampuan, serta persoalan yang
dihadapi bukanlah gangguan kejiwaan yang tergolong sakit, hanya kekeliruan
dalam penyesuaian diri. Individu dalam konseling kelompok menggunakan
interaksi kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap
nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu untuk mempelajari atau menghilangkan
sikap-sikap dan perilaku yang tidak tepat.

1. Belajar Bernuansa Bimbingan

Individu akan lebih berhasil dalam belajar apabila guru/dosen menerapkan


prinsip-prinsip dan memberikan bimbingan waktu belajar. Secara umum
bimbingan yang dapat diberikan guru/dosen sambil mengajar adalah: (1)
mengenal dan memahami individu secara mendalam, (2) memberikan perlakuan
dengan memerhatikan perbedaan individual, (3) memperlakukan individu secara
manusiawi, (4) member kemudahan untuk mengembangkan diri secara optimal,
dan (5) menciptakan suasana kelasyang menyenangkan.

Suasana kelas dan proses belajar-mengajar yang menerapkan prinsip-prinsip


bernuansa bernuansa bimbingan tampak sebagai berikut.

1. Tercipta iklim kelas yang permisif, bebas dari ketegangan dan


menempatkan individu sebagai subjek pengajaran.
2. Adanya arahan/orientasi agar terselenggaranya belajar yang efektif, baik
dalam bidang studi yang diajarkannya, maupun dalam
keseluruhanperkuliahan.
3. Menerima dan memperlakukan individu sebagai individu yang
mempunyai harga diri dengan memahami kekurangan, kelebihan, dan
masalah-masalahnya.
4. Mempersiapkan serta menyelenggarakan perkuliahan sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan individu.
5. Membina hubungan yang dekat dengan individu, menerima individu yang
akan berkonsultasi dan meminta bantuan
6. Dosen/guru berusaha mempelajari dan memahami individu untuk
menemukan kekuatan, kelamahan, kebiasaan, dan kesulitan yang
dihadapinya, terutama dalam hubungannya dengan bidang studi yang
diajarkannya.
7. Memberikan bentuan kepada individu yang menghadapi kesulitan,
terutama yang berhubungan dengan bidang studi yang diajarkannya.
8. Pemberian informasi tentang masalah pendidikan, pengajaran, dan
jabatan/karier
9. Memberikan bimbingan kelompok di kelas
10. Membimbing individu agar mengembangkan kebiasaan belajar yang baik
11. Memberikan layanan perbaikan bagi individu yang memerlukannya
12. Bekerja sama dengan dosen, wali kelas,konselor, dan tenaga pendidik
lainnya dalam memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh individu.
13. Memberikan umpan balik atas hasil evaluasi
14. Memberikan pelayanan rujukan (referal)bagi individu yang memiliki
kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh dosen sendiri.

2.5 Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling.

Pembelajaran berbasis bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:

1. Diperuntukkan bagi semua peserta didik dalam arti kata merupakan suatu
kinerja yang berorientasi sepenuhnya terhadap kebutuhan individual
peserta didik
2. Sangat memperhatikan keamanan psikologis peserta didik baik dalam
proses pembelajaran atau disaat prosesi istrahat
3. Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang unik dan sedang
berkembang;
4. Mengakui murid sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan;
5. Penuh penghargaan
6. Pemberian reward untuk semua prestasi peserta didik baik itu prestasi
yang besar ataupun yang kecil sekalipun. Contohnya disaat ada murid
yang tiba- tiba bisa menjawab pertanyaan gurunya lalu disana diberilah
reward pujian. Tujuannya agar murid mampu secara komprehensif
mengendalikan emosi semangatnya agar tetap stabil dan tidak menurun.
Karna terbukti disaat seseorang dipuji atas kebisaannya maka gelora
semangat akan muncul secara menggebu. Maka dari itu hal inilah yang
harus dimanfaatkan untuk pembimbingan anak.
7. Menghindari hukuman fisik agar tidak terjadi kecacatan mental dini dalam
dunia pendidikan. Disaat orang disentuh fisiknya tidak lebih baik dari pada
disentuh secara psikologis atau mental.
8. Demokratis bahwa disetiap pembelajaran yang berbau bimbingan
pembimmbingan wajib mendengarkan suara peserta didik terlebih
dahulu.agar terjadi komunikasi yang baik dan mendapat pemecahan
masalah yang mendalam dan runut.
9. Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secara
menyeluruh dan optimal; dan
10. Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung
aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas murid sesuai dengan
norma-norma kehidupan yang dianut.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Secara filosofis, manusia memiliki potensi untuk dikembangkan seoptimal


mungkin. Potensi itu sendiri adalah laten power, yakni kekuatan, kemampuan,
keunggulan, keunikan yang belum tampak, belum menjadi prestasi, belum
mewujud dalam bentuk perilaku. Sedangkan perkembangan optimal adalah
perkembangan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Prestasi (achievment)
sesuai dengan yang diprediksikan.

bimbingan adalah suatu proses berkesinambungan sebagai upaya membantu untuk


memfasilitasi individu agar berkembang secara optimal. Perkembangan itu bisa
meliputi kepribadian, akademik dan lain sebagainya yang selanjutnya akan
disebut sebagai tugas perkembangan.

Dengan demikian pembelajaran berbasis bimbingan itu sangatlah penting untuk


diterapkan karena pembelajaran yang baik, tidak hanya berorientasi pada
pencapaian kognitif saja akan tetapi dapat menghasilkan sebuah output berupa
lahirnya perubahan perilaku siswa atau peserta didik yang positif dan normatif.

Adapun Bimbingan ketika mengajar yang dapat dilakukan oleh guru berupa
menjelaskan tujuan dan manfaat pelajaran, cara belajar, mata pelajaran yang
diberikan, dorongan untuk berprestasi, membantu mengatasi kesulitan yang
dihadapi individu, penyelesaian tugas, memberikan fasilitas belajar, dan lain-lain

Dengan demikian Individu akan lebih berhasil dalam belajar apabila guru/dosen
menerapkan prinsip-prinsip dan memberikan bimbingan waktu belajar.

3.2 SARAN

Dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran haruslah


memperhatikan kondisi siswa, lingkungan dan sebagainya. Karena hal tersebut
merupakan factor-faktor yang penting dalam upaya tercapainya keoptimalan
belajar.

Belajar bukan semata-mata dalam hal kognitif, tapi banyak hal yang harus
dikembangkan melalui proses belajar tersebut seperti dalam hal kepribadian
siswa.

Dengan model pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling, akan membantu


mengembangkan potensi-potensi siswa secara menyeluruh sehingga proses
pembelajaran akan dirasakan optimal.

Mari bergerak menuju perubahan yang lebih baik lakukan yang terbaik dan
berikan yang terbaik tidak usah menjadi yang terbaik.

Вам также может понравиться