Вы находитесь на странице: 1из 97

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN

PENERAPAN PRINSIP ENAM BENAR PEMBERIAN OBAT


DI RUANG BEDAH RS TK.II PELAMONIA
MAKASSAR

THE ANALYSIS OF THE CORRELATION BETWEEN THE


WORKLOAD OF THE NURSES AND THE APPLICATION OF
THE RIGHT SIX PRINCIPLES OF THE MEDICATION IN THE
SURGERY ROOMS
OF PELAMONIA HOSPITAL CLASS II MAKASSAR

ANDI ARNOLI

PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
i

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN


PENERAPAN PRINSIP ENAM BENAR PEMBERIAN OBAT
DI RUANG BEDAH RS TK.II PELAMONIA
MAKASSAR

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Ilmu Keperawatan

Disusun dan diajukan Oleh

ANDI ARNOLI

Kepada

PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
ii
iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ANDI ARNOLI

Nomor Pokok : P4200210021

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis

ini karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Makassar, Juli 2014

Yang menyatakan

Andi Arnoli
iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala

rahmat dan karunia-Nya, nikmat kesehatan dan kekuatan yang diberikan

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Salam dan

Shalawat kepada junjungan kami, Rasulullah Muhammad SAW beserta

keluarganya. Perkenankan penulis dengan tulus menyampaikan rasa

hormat dan terima kasih yang dalam dan penghargaan yang sebesarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Syamsul Bachri, SH.,MS selaku Direktur Program Pasca

Sarjana Universitas Hasanuddin, beserta stafnya

2. Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin.

3. Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp., M.Kes selaku ketua Prodi Magister Ilmu

Keperawatan UNHAS Makassar, yang banyak memberikan arahan

dan masukan berharga, falsafah-falsafah hidup kepada penulis

sebagai mahasiswa.

4. Prof. Dr.dr. Suryani Asad, M.Sc. selaku ketua komisi penasehat

sekaligus pembimbing 1 yang tak pernah lelah di sela-sela

kesibukannya dan dengan penuh kesabaran memberikan arahan,

perhatian, motivasi, masukan dan dukungan moril sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis ini.

5. Dr. Werna Nontji, S.Kp.,M.Kep selaku anggota komisi penasehat

sekaligus pembimbing 2. yang tak pernah lelah di sela-sela


v

kesibukannya dan dengan penuh kesabaran memberikan arahan,

perhatian, motivasi, masukan dan dukungan moril sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis ini.

6. Prof.dr. Budu,Ph.D.,Sp.M(K).,M.MedEd dan Dr. dr. Irfan Idris,

M.Kes serta Dr. Elly L Sjattar, S.Kp., M.Kes atas kesediaannya

menjadi penguji yang banyak memberikan arahan dan masukan

berharga.

7. Seluruh dosen dan staf Fakultas kedokteran, khususnya Magister

Manajemen Ilmu keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar

8. Seluruh keluarga yang senantiasa memberikan dorongan serta doa

sampai dengan penulis menyelesaikan pendidikan Magister

Manajemen keperawatan.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

yang telah memberikan bantuan selama penulis melaksanakan

pendidikan pada Magister Manajemen keperawatan.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan masukan demi

kesempurnaan penulisan ini. Besar harapan penulis agar tesis ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Makassar, Juli 2014

Andi Arnoli
vi
vii
viii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ................................................... iii

KATA PENGANTAR ......................................................................... iv

ABSTRAK .......................................................................................... vi

ABSTRACT ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ............................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Penerapan Prinsip Enam Benar

Pemberian Obat ........................................................................... 11

B. Tinjauan Umum Tentang Beban Kerja ........................................ 21

C. Hubungan Beban Kerja dengan Penerapan Pemberian Obat ..... 33


ix

D. Penelitian Terkait ......................................................................... 34

E. Kerangka Teori Penelitian ............................................................ 36

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 37

B. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif .................................... 38

C. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 40

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian .......................................................................... 41

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 41

C. Populasi dan Sampel .................................................................... 42

D. Instrumen Penelitian ..................................................................... 42

E. Cara Pengumpulan Data ... ............................... 43

F. Alur Penelitian ............................................................................... 45

G. Pengolahan dan Analisa Data ............... 47

H. Pertimbangan Etik ........................ 48

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian.............................................................................. 51

B. Pembahasan ................................................................................. 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................... 73

B. Saran ............................................................................................ 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penelitian terkait beban kerja dan penerapan prinsip


pemberian obat
Tabel 5.1 Distribusi Perawat Menurut Umur, Jenis Kelamin,
Tingkat Pendidikan, Lama Bekerja Dan Status
Kepegawaian di Ruang Bedah RS TK. II Pelamonia
Makassar Tahun 2014
Tabel 5.2 Distribusi Perawat Berdasarkan Penerapan
Pemberian Obat di Ruang Bedah RS TK. II Pelamonia
Makassar Tahun 2014
Tabel 5.3 Distribusi Perawat Berdasarkan Beban Kerja di Ruang
Bedah RS TK. II Pelamonia Makassar Tahun 2014
Tabel 5.4 Distribusi Perawat berdasarkan Beban Keperawatan
Di Ruang Bedah RS TK. II Pelamonia Makassar
Tahun 2014
Tabel 5.5 Distribusi Perawat berdasarkan Beban Shift Kerja Di
Ruang Bedah RS TK. II Pelamonia Makassar Tahun
2014
Tabel 5.6 Analisis Hubungan Beban Kerja Keperawatan
Langsung Dengan Penerapan Pemberian Obat Di
Ruang Bedah RS TK. II Pelamonia Makassar Tahun
2014
Tabel 5.7 Analisis Hubungan Beban Kerja Keperawatan Tidak
Langsung Dengan Penerapan Pemberian Obat Di
Ruang Bedah RS TK. II Pelamonia Makassar Tahun
2014
Tabel 5.8 Analisis Hubungan Beban Kerja Non Keperawatan
Dengan Penerapan Pemberian Obat Di Ruang Bedah
RS TK. II Pelamonia Makassar Tahun 2014
Tabel 5.9 Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Penerapan
Pemberian Obat Di Ruang Bedah RS TK. II
Pelamonia Makassar Tahun 2014
xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori Penelitian ....................................................... 36

2. Kerangka Konsep Penelitian ..................................................... 37

3. Alur Penelitian .......................................................................... 45


xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner
2. Master Tabel Penelitian
3. Lampiran Output Analisis Variabel Penelitian
4. Surat Izin Penelitian dari Pascasarjana UNHAS
5. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari Rumah
Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar
6. Rekomendasi Komisi Etik
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan, jumlah

rumah sakit di Indonesia sudah mencapai 1.959 unit per Mei 2012. Rumah

sakit Pemerintah sebanyak 785 unit, yang terdiri dari Kemenkes sebanyak

40 unit, Pemerintah Provinsi 88 unit, Pemerintah Kabupaten 423 unit,

Pemerintah Kota 89 unit, Kementerian lain 2 unit, TNI 109 unit, dan Polri

34 unit. "Swasta non profit 699 unit, swasta private 403 unit, BUMN 77

unit.

Setiap rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien,

upaya pemenuhan sasaran keselamatan pasien meliputi: Ketepatan

identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan

keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat-lokasi, tepat-

prosedur, tepat-pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait

pelayanan kesehatan dan pengurangan risiko pasien jatuh (Depkes,

2008).

Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan

prosedur, banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga

profesi dan non profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam

terus menerus. Perawat atau profesional kesehatan harus menghindari

terjadinya kesalahan dalam memberikan obat, yang beberapa di


2

antaranya dapat membahayakan pasien. Untuk memastikan bahwa

pemberian obat telah sesuai dengan prinsip enam benar yaitu benar obat,

benar dosis, benar pasien, benar cara/rute, benar waktu dan benar

dokumen (Didona, 2013). Penerapan prinsip pemberian obat harus

dilakukan dengan akurat oleh perawat. Jika kinerja seorang perawat

kurang dalam pemberiannya obat serta aspek hukum atas tindakannya,

maka tidak menutup kemungkinan kesalahan dalam pemberian obat

dapat terjadi. Karena itu kinerja perawat sangatlah dibutuhkan (Potter,

2005).

Rumah sakit melaksanakan jaminan kesehatan nasional dimana

semua warga negara dijamin kesehatannya sesuai undang-undang No. 24

tahun 2011 tentang Badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS),

pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional dimulai pada 01 Januari 2014

yang memudahkan akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan

kesehatan yang akan meningkatkan angka Bed Occupancy Rate (BOR).

Peningkatan BOR akan menyebabkan peningkatan beban kerja perawat

dan petugas kesehatan lainnya yang bekerja di rumah sakit pemerintah.

Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang

dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan

keperawatan yang terdiri atas beban keperawatan langsung, tidak

langsung, dan non keperawatan (Marquis dan Houston, 2010). Beban

kerja yang tinggi akan menimbulkan kelelahan dan stres kerja. Kelelahan

perawat dalam bekerja dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan


3

kerja yang akan menyebabkan kemunduran penampilan kerja (Tappen,

1998). Kelelahan kerja perawat juga dapat memberi dampak pada asuhan

pelayanan yang diberikan tidak akan optimal. Tingginya beban kerja dapat

berefek pada penurunan kinerja personel rumah sakit (Ilyas (2010). Hal ini

sejalan dengan penelitian Kurniawati, (2012) yang menyatakan bahwa

ada hubungan antara kelelahan kerja dengan kinerja perawat.

Pelayanan keperawatan, merupakan pelayanan 24 jam dan terus

menerus, dengan jumlah tenaga keperawatan yang begitu banyak, berada

di berbagai unit kerja rumah sakit. Dalam memberikan pelayanan

keperawatan kepada pasien, perawat melakukan prosedur/tindakan

keperawatan yang banyak dan dapat menimbulkan risiko salah begitu

besar. Saat ini sudah ada pelaporan kejadian di rumah sakit, tetapi tidak

dianalisis. Perawat dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

berkolaborasi dengan dokter memberikan terapi kepada pasien yang

berpotensi besar melakukan suatu kesalahan jika tidak mempunyai tingkat

pengetahuan dan kesadaran yang tinggi bahwa tindakan yang dilakukan

akan memberikan efek negatif pada pasien. Salah satu diantaranya

adalah dalam pemberian obat. (Rusdiana, 2009).

Penentuan obat untuk pasien adalah wewenang dari dokter, tetapi

para perawat dituntut untuk turut bertanggung jawab dalam pengelolaan

obat tersebut. Mulai dari memesan obat sesuai order dokter, menyimpan

dan meracik obat sesuai order hingga memberikan obat kepada pasien.

Memastikan bahwa obat tersebut aman bagi pasien dan mengawasi akan
4

terjadinya efek samping dari pemberian obat tersebut pada pasien.

(Lestari, 2005)

Pemberian obat oleh perawat dengan memperhatikan prinsip enam

benar ini akan mempengaruhi keberhasilan pengobatan dan kesembuhan

penyakit pasien. Hal ini terutama akan mudah dilihat pada pasien yang

dirawat di ruang rawat inap. Penelitian yang dilakukan oleh Institute of

Medicine tahun 1999 menyatakan bahwa kesalahan medis (medical error)

telah menyebabkan lebih dari satu juta orang cidera dan 98.000 kematian

dalam setahun. Data yang didapatkan JCAHO juga menunjukkan bahwa

44.000 dan 98.000 kematian terjadi dirumah sakit setiap tahun disebabkan

oleh kesalahan medis (Kinninger& Reeder, 2003). Penelitian yang

dilakukan oleh Auburn University, Amerika pada tahun 2002 bahwa dari

312 jenis obat, 17% diberikan dengan dosis salah (JCAHO, 2002).

Berdasarkan penelitian oleh Pamuji, Tutik.dkk. 2008 terkait dengan

SPO memberikan obat per oral didapat nilai r = -0,011, berarti ada

hubungan antara pengetahuan SPO dengan kepatuhan terhadap

pelaksanaan SPO tetapi bersifat negatif, yaitu tingkat pengetahuan

perawat tinggi tetapi kepatuhannya cukup. Pada SPO memberikan obat

per oral, kurangnya kepatuhan perawat antara lain disebabkan oleh

pembagian obat per oral pasien dilakukan bersama-sama dengan

pembagian diit pasien. Padahal pembagian diit pasien tidaklah selalu

dilakukan oleh perawat tetapi oleh non perawat. Sehingga penjelasan

tentang nama dan guna obat bahkan kewajiban perawat untuk


5

menunggui/ mengetahui sampai obat benar-benar diminum oleh pasien

tidak dilakukan.

Berdasarkan penelitian Yuni, (2007) menyatakan tidak ada

hubungan antara tingkat pendidikan dan lama kerja denga prinsip 6 tepat

dalam pemberian obat. Penelitian lain yang dilakukan oleh Kuntarti (2004)

menunjukkan bahwa secara umum prinsip penerapan enam tepatdalam

pemberian obat oleh 81 perawat di RSCM Jakarta berada pada tingkat

sedang sampai tinggi. Hasil ini ditunjukkan dengan data penerapan tepat

waktu tingkat penerapannya sedang sebanyak 63%, tepat obat 75,3%

tingkat penerapannya tinggi, penerapan tepat cara 51,9% tingkat

penerapannya sedang, penerapan tepat dosis yang penerapannya tinggi

hanya 19,8% sedangkan ketepatan dokumentasi ketepatan penerapannya

59,3% tinggi. Penelitian ini menggunakan kuesioner tanpa mengamati

perilaku perawat sehingga kemungkinan obyektifitas masih kurang.

Rumah sakit perlu membuat Standar Operating Prosedur mengenai

prinsip penerapan enam tepat dalam pemberian obat perawat serta

penanganan kesalahan pemberian obat. Fredna (2009) dalam tesisnya

yang berjudul analisis beban kerja perawat pelaksana dalam

mengevaluasi kebutuhan tenaga perawat di ruang rawat inap Rumah

Sakit Umum Prof. dr R. D. Kandou Manado, menyatakan bahwa beban

kerja perawat pelaksana berdasarkan jenis kegiatan perawat yaitu untuk

kegiatan keperawatan langsung sebesar 46,67%, kegiatan keperawatan

tidak langsung sebesar 19,39 % dan kegiatan lainnya sebesar 33,94%.


6

Berdasarkan hasil penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja

perawat pelaksana di ruang rawat inap Irina B yaitu persentase tingkat

hunian tempat tidur, jumlah pasien, tingkat keparahan penyakit, dan

jumlah variasi kasus pasien.

Erna Kusuma (2011) dalam penelitiannya berjudul Kebutuhan Riil

Tenaga Perawat dengan Metode WISN di RSU Negara Bali menyatakan

Beban kerja obyektif tenaga perawat di ruang Medikal Bedah Rumah Sakit

Umum Negara Bali termasuk tinggi yaitu rerata 82,61%. Kebutuhan

tenaga perawat berdasarkan workload indicator staff need (WISN) di

ruangan Medikal Bedah Rumah Sakit Umum Negara Bali adalah 54 orang

perawat, tenaga yang ada sebanyak 24 orang sehingga kekurangan 30

orang perawat.

Rumah Sakit Tk.II Pelamonia Makassar adalah rumah sakit tipe B,

dengan jumlah tempat tidur 407 buah dan jumlah perawat di instalasi

rawat inap 208 orang serta rata-rata BOR 68,1% pada tahun 2013.

Berdasarkan permenkes No.340/Menkes/Per/III/2010 perbandingan

tenaga perawat dengan tempat tidur untuk rumah sakit tipe B adalah 1 : 1

(407 TT : 208 perawat) sehingga memberikan gambaran beban kerja

perawat yang tinggi.

Selain itu dari hasil observasi dan wawancara sederhana yang

peneliti lakukan di ruang rawat inap RS Tk.II Pelamonia Makassar periode

Januari 2014 pada 12 perawat pelaksana didapatkan data sebagai berikut

33,3% obat yang diberikan perawat tidak membubuhkan tandatangan /


7

paraf dan keluhan pasien dokumenta, 16.5 % obat diberikan perawat tidak

melakukan pengecekan dua kali, 25% obat diberikan tidak tepat waktu,

8.3% obat tidak diberikan, 16.5% obat diberikan perawat tidak memanggil

nama pasien.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian guna memperoleh informasi yang jelas tentang analisis

hubungan beban kerja perawat dengan penerapan prinsip enam benar

pemberian obat di ruang bedah RS Tk.II Pelamonia Makassar.

B. Rumusan Masalah

Perawat di rumah sakit harus memiliki profesionalisme yang tinggi,

sehingga mampu mempertahankan citra dan kinerja yang memenuhi

standar profesi. Pemberian obat yang aman dan akurat adalah akurat

merupakan salah satu tugas terpenting perawat (Potter, 2005).

Penerapan prinsip enam benar dalam pemberian obat,

pelaksanaanya dipengaruhi besar beban kerja perawat. Beban kerja yang

terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik maupun mental

dan reaksi-reaksi emosional. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu

sedikit dimana pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak akan

menimbulkan kebosanan, rasa monoton yang mengakibatkan kurangnya

perhatian pada pekerjaan sehingga potensial membahayakan pekerja dan

orang disekitarnya (Manuaba, 2000).


8

Ruang bedah Rumah Sakit Tk.II Pelamonia jumlah tempat tidur 83

buah dan jumlah perawat 43 orang sehingga rasio Tempat tidur dengan

perawat adalah 2 : 1 ini memberikan gambaran beban kerja perawat yang

tinggi.

Berdasarkan latar belakang diatas maka pertanyaan dalam

penelitian ini adalah :

1. Apakah ada hubungan beban kerja keperawatan langsung dengan

penerapan prinsip enam benar pemberian obat di ruang bedah RS.

Tk.II Pelamonia Makassar ?

2. Apakah ada hubungan beban kerja keperawatan tidak langsung

dengan penerapan prinsip enam benar pemberian obat di ruang

bedah RS. Tk.II Pelamonia Makassar ?

3. Apakah ada hubungan beban kerja non keperawatan dengan

penerapan prinsip enam benar pemberian obat di ruang bedah RS.

Tk.II Pelamonia Makassar ?

4. Apakah ada hubungan beban kerja dengan penerapan prinsip

enam benar pemberian obat di ruang bedah RS. Tk.II Pelamonia

Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

beban kerja perawat dengan penerapan prinsip enam benar pemberian

obat di ruang bedah RS Tk.II Pelamonia Makassar.


9

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk:

a. Mengetahui hubungan beban kerja keperawatan langsung dengan

penerapan prinsip enam benar pemberian obat di ruang bedah RS

Tk.II Pelamonia Makassar.

b. Mengetahui hubungan beban kerja keperawatan tidak lansung

dengan penerapan prinsip enam benar pemberian obat di ruang

bedah RS Tk.II Pelamonia Makassar.

c. Mengetahui hubungan beban kerja non keperawatan dengan

penerapan prinsip enam benar pemberian obat di ruang bedah RS

Tk.II Pelamonia Makassar.

d. Mengetahui hubungan beban kerja dengan penerapan prinsip enam

benar pemberian obat di ruang bedah RS Tk.II Pelamonia Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan

yang yang berkaitan dengan hubungan beban kerja perawat dengan

penerapan prinsip enam benar pemberian obat dan menjadi bahan

referensi dan bahan bacaan diperpustakaan serta dapat memperkaya

khasanah ilmu pengetahuan dan diharapkan mampu mendorong

pengembangan penelitian selanjutnya.


10

2. Manfaat Aplikatif

a. Hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber informasi

Kesehatan daerah militer VII/Wirabuana dalam menentukan arah

kebijakan perencanaan tenaga perawat di jajaran Kesdam

VII/Wirabuana.

b. Menjadi sumber informasi bagi RS Tk.II Pelamonia Makassar dalam

pelaksanaan pasien safety utamanya peningkatan keamanan obat

yang perlu diwaspadai sehingga meningkatkan citra rumah sakit.

c. Menjadi sumber informasi bagi RS Tk.II Pelamonia Makassar dalam

pengelolaan sumber daya perawat berdasarkan beban kerja.


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Penerapan Prinsip Enam Benar

Pemberian Obat

Setiap rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan

pasien, upaya pemenuhan sasaran keselamatan pasien meliputi:

Ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif,

peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat-

lokasi,tepat-prosedur, tepat-pasien operasi, pengurangan risiko infeksi

terkait pelayanan kesehatan dan pengurangan risiko pasien jatuh

(Depkes, 2008).

1. Pengertian Obat

Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang

digunakan semua mahluk untuk bagian dalam maupun luar, guna

mencegah, meringankan, maupun menyembuhkan penyakit

(Syamsuni, 2012).

Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk

merawat penyakit, membebaskan gejala, atau mengubah proses

kimia dalam tubuh (Sutejo, 2008).

Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang

dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis,


12

mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan

penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan

rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau

memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat

tradisional (Harjo, 2004).

Obat paten adalah obat yang memiliki kandungan zat yang

dilindungi oleh undang-undang paten. Obat branded generic

adalah obat yang telah habis masa hak patennya, yang diproduksi

dan dipasarkan dengan nama dagang. Obat generik adalah obat

yang diproduksi dan dipasarkan dengan menggunakan nama

kimia (Sampurno, 2009)

2. Pemberian Obat

Dokter, perawat dan apoteker memainkan peran kunci dalam

menjamin obat yang benar diberikan ke individu yang benar.

Pemberian obat yang aman dan akurat adalah akurat merupakan

salah satu tugas terpenting perawat . Tujuan pemberian obat adalah

memberikan obat sesuai dengan dosis dan cara pemakaian obat yang

benar agar obat dapat memberikan efek penyembuhan terhadap

suatu penyakit ataupun keluhan yang dirasakan oleh seseorang.

(Potter, 2005).

Obat biasanya bekerja dengan salah satu dari keempat cara

berikut:

a. Mengganti atau bekerja sebagai pengganti zat kimia yang hilang.


13

b. Meningkatkan atau menstimulasi aktivitas selular tertentu.

c. Menekan atau menghambat aktivitas seluler.

d. Mengganggu fungsi sel asing, seperti mikroorganisme atau

neoplasma (Karch, 2011).

3. Prinsip Pemberian Obat

Perawat atau profesional kesehatan harus menghindari terjadinya

kesalahan dalam memberikan obat, yang beberapa di antaranya

dapat membahayakan pasien untuk memamastikan bahwa pemberian

obat telah sesuai dengan petunjuk enam banar (Didona, 2013).

Menurut Potter, 2005 dan Didonna, 2013 Prinsip enam benar

pemberian obat adalah :

a. Benar Obat

Sebelum menyiapkan obat apapun untuk diberikan, periksa

permintaan obat dengan permintaan dokter. Perbandingkan

permintaan tertulis dengan catatan pemberian obat untuk

menyakinkan bahwa obat yang benar sedang dipersiapkan.

Hanya perawat yang sama yang dapat memberikan dan

membuang sisa obat yang telah diberikan. Selain itu periksa label

pada kemasan sebanyak tiga kali sebelum memberikan obat

kepada pasien :

1) Dilakukan setelah obat dikeluarkan dari kemasannya.

2) Dilakukan sebelum dosis disiapkan.


14

3) Dilakukan setelah obat disiapkan tetapi sebelum diberikan

kepada pasien.

b. Benar Dosis

Sistem unit-dosis distribusi obat meminimalkan kesalahan

karena kebanyakan obat tersedia dalam dosis yang sesuai.

Mencampur/ mengoplos obat sesuai petunjuk pada label/

kemasan obat. Apabila sebuah obat harus disediakan dari volume

atau kekuatan obat yang lebih besar atau lebih kecil dari yang

dibutuhkan pertimbangkan ketersediaan obat dan dosis yang

diresepkan/diminta dan batas yang direkomendasikan bagi dosis

obat tersebut serta kondisi/berat badan pasien (mg/KgBB/hari),

perawat harus mengecek hasil hitungan dosis dengan perawat

lain. Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya.

Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang

menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika

pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi.

Tablet harus dipotong dan dibagi dengan rata, jika tidak buang

semua tablet. Jika obat harus digerus gunakan penggerus yang

bersih, dan jika pasien tidak dapat minum obat yang disiapkan,

cari tahu kemungkinan dosis dalam bentuk cair.


15

c. Benar Pasien

Langkah penting dalam pemberian obat dengan aman adalah

menyakinkan bahwa obat tersebut diberikan pada klien yang

benar. Pasien berhak untuk mengetahui alasan pemberian obat

dan dapat menolak pemberian sebuah obat. Perawat sering

bertanggung jawab untuk memberikan obat pada banyak pasien.

Pasien sering mempunyai nama yang serupa dan ini menyulitkan

untuk mengingat setiap nama dan wajah, khususnya bila perawat

bebas tugas sebelumnya selama beberapa hari.

Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa

(papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan

langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak

sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat

dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup

mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran,

harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan

langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari

gelang identitasnya.

d. Benar Cara/Rute

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda.

Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh

keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat

kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan.


16

Obat diberikan dengan cara/ rute :

1. Oral adalah pemberian obat melalui mulut dan ditelan.

Sebelum obat diberikan perhatikan kemampuan menelan

pasien dan pastikan obat telah ditelan pasien. Rute ini paling

umum dan paling banyak dipakai karena ekonomis, nyaman

dan aman.

2. Sublingual adalah obat diletakkan dibawah lidah dan tidak

boleh ditelan serta pasien tidak boleh minum air sampai

seluruh obat larut.

3. Inhalasi adalah pemberian obat melalui saluran pernafasan

dalam bentuk gas atau uap.

4. Topikal adalah pemberian obat melalui kulit atau membran

mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray dan tetes mata.

5. Rectal adalah pemberian obat melalui anus atau rectal berupa

enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu tubuh.

6. Pervaginam adalah pemberian obat melalui vagina

7. Parenteral adalah memberikan obat dengan menggunakan

injeksinya ke dalam jaringan tubuh. Pemberian parenteral

melalui empat tipe injeksi :

a). Subcutan adalah injeksi ke dalam jaringan tepat di bawah

lapisan dermis kulit.

b). Intradermal adalah injeksi ke dalam dermis tepat di bawah

epidermis
17

c). Intramuskular adalah injeksi ke dalam otot tubuh.

d). Intravena adalah injeksi ke dalam vena atau melalui infus.

e. Benar Waktu

Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah

ditetapkan, seperti dua kali sehari, tiga kali sehari, empat kali

sehari dan 6 kali sehari sehingga kadar obat dalam plasma

tubuh dapat dipertimbangkan. Pemberian obat harus sesuai

dengan waktu paruh obat (t). Obat yang mempunyai waktu

paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang

memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari

pada selang waktu tertentu.

Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum

atau sesudah makan atau bersama makanan. Jika obat harus

diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang

diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Antibiotik

tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat

mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap.

Obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari

iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam

mefenamat. Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan

aspirin yang dapat mengiritasi mukosa lambung bersama-

sama dengan makanan.


18

Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa

apakah klien telah dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik,

seperti tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi

pemeriksaan obat.

f. Benar Dokumentasi

Pendokumentasian yang benar mencakup dua bagian dalam

memberikan obat :

1) Membuat catatan yang benar untuk pengobatan pada catatan

pemberian obat yang mencakup nama pasien, nama obat dan

alergi, dosis, cara dan waktu pemberian.

2) Segera didokumentasikan setelah pemberian obat dengan

mencantumkan nama obat, dosis, cara, dan waktu pemberian,

keluhan atau penolakan pasien serta nama dan tanda tangan /

paraf petugas.

4. Faktor yang mempengaruhi pemberian obat

a. Pengetahuan perawat

Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat

sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat berusaha

membantu klien dalam membangun pengertian yang benar

dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat

yang dipesankan dan turut serta bertanggung jawab dalam

pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama dengan

tenaga kesehatan lain (Abram, 2009).


19

b. Keterampilan perawat

Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat,

tidak sekedar memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi

obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga

mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut.

Selain efek yang diharapkan, perawat juga harus memonitor efek

samping obat dan reaksi-reaksi lain setelah minum obat (Abram,

2009).

c. Ketersediaan 0bat

Perawat dalam memberikan obat juga harus

memperhatikan obat yang diberikan harus tepat, hitungan

yang tepat pada dosis yang diberikan sesuai resep.

Obat tersedia dalam bentuk :

a. Tablet adalah sedian farmasi yang padat, bulat, pipih atau

cembung rangkap.

b. Ampul adalah wadah gelas bening berisi cairan obat dosis

tunggal dengan bagian leher menyempit.

c. Vial adalah wadah dosis tunggal atau multi dosis dengan

penutup karet diatasnya.

d. Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk

pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir.

e. Supositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui

dubur, umumnya berbentuk torpedo. (Potter, 2000)


20

5. Penatalaksanaan Obat

1) Persiapan

Pertama perawat harus melihat obat apa yang akan di

berikan. Kemudian mengkaji obat (tujuan pemberian cara kerja efek

samping dosis dan lainnya). Setelah itu lakukan persiapan yang

berkaitan dengan pasien yaitu mengkaji riwayat pengobatan

pasien, pengetahuan pasien dan kondisi sebelum pengobatan.

2) Pemberian

Ada 6 prinsip yang harus diperhatikan perawat dalam

pemberian obat :

1. Benar obat

2. Benar dosis

3. Benar pasien,

4. Benar waktu pemberian

5. Benar cara pemberian

6. Benar pendokumentasian

3) Evaluasi

Perawat bertanggung jawab untuk memonitor respon pasien

terhada pengobatan. Untuk obat-obatan yang sering digunakan di

rumah sakit jiwa efek samping biasanya terlihat sampai 1 jam

setelah pemberian.
21

B. Tinjauan Umum Tentang Beban Kerja

1. Pengertian Beban Kerja

Perencanaan kebutuhan pegawai suatu instansi sangat diperlukan

dalam upaya memenuhi kebutuhan pegawai yang tepat baik jumlah,

waktu maupun kualitas. Melalui analisis beban kerja yang dilakukan

dapat memberikan gambaran pegawai yang dibutuhkan baik kuantitatif

maupun kualitatif yang dirinci menurut jabatan dan unit kerja yang

diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan selama jangka waktu

tertentu. (Moekidjat, 1999).

Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan, tindakan atau

aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di

suatu unit pelayanan keperawatan (Marquis dan Houston, 2000).

Menurut Simamora (2012) analisis beban kerja adalah proses

untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan atau

dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu,

atau dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan

berapa jumlah tenaga/personil dan berapa jumlah tanggung jawab atau

beban kerja yang tepat dilimpahkan kepada seorang karyawan maupun

kualifikasi karyawan yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.

Beban kerja dapat dibagi menjadi kegiatan produktif dan non produktif.

Kegiatan produktif artinya waktu yang digunakan perawat melakukan

tugas utama asuhan keperawatan sesuai tugas, peran dan fungsinya.


22

Ada hubungan beban kerja perawat dengan produktifitas kerja perawat

di intalasi rawat inap non bedah (Minarsih, 2012)

Dari perhitungan, setiap pegawai mempunyai beban kerja yang

efektif 80% dari waktu kerja sebulan. Waktu kerja normal perhari adalah

8 jam, jadi waktu yang efektif untuk tiap pegawai adalah 5 jam per hari.

Jadi dalam sebulan 8 x 24 hari sama dengan 150 jam/bulan. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa beban kerja standar setiap pegawai 80%-

100% dari waktu kerja normal atau 120-150 jam/bulan (Sumamur,

1995).

2. Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja

Menurut Sumamur (1984) bahwa kemampuan kerja seorang

tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainya dan sangat

tergantung pada tingkat keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan

gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh dari pekerja yang

bersangkutan (Tarwaka, 2004). Gillies (1994) dalam Hendianti (2012)

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja adalah jumlah

klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam satu unit, kondisi penyakit

atau tingkat ketergantungan klien, rata-rata hari perawatan klien,

pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung, frekuensi

tindakan yang dibutuhkan, rata-rata waktu keperawatan langsung dan

tidak langsung.

Rodahl (1989) dan Manuaba (2000) menyatakan bahwa beban

kerja dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :


23

a. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja,

seperti :

1) Tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun kerja,

tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja,

sikap kerja, sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti

kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung

jawab pekerjaan.

2) Organisasi kerja seperti lama kerja, waktu istirahat, kerja bergilir,

kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi,

pelimpahan tugas dan wewenang.

3) Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja

kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja

psikologis.

b. Faktor internal

Faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, ukuran

tubuh, status gizi, kondisi kesehatan) dan faktor psikis (motivasi,

persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan)adalah faktor yang

berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja

eksternal.

3. Dampak Beban Kerja

Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan

baik fisik maupun mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit

kepala, gangguan pencernaan, mudah marah dan konsentrasi


24

menurun. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana

pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan

kebosanan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari

karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan

kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga potensial

membahayakan pekerja dan orang disekitarnya (Manuaba, 2000).

Terdapat hubungan antara beban kerja dan stress kerja diinstalasi

gawat darurat (Haryanti, 2012).

Memperpanjang waktu kerja dari kemampuan, biasanya terlihat

penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk timbul kelelahan,

penyakit, dan kecelakaan (Sumamur, 1995).

Beban kerja yang tinggi akan menimbulkan kelelahan dan stres

kerja. Kelelahan perawat dalam bekerja dapat menyebabkan terjadinya

penyimpangan kerja yang akan menyebabkan kemunduran penampilan

kerja (Tappen, 1998).

Kelelahan kerja perawat juga dapat memberi dampak pada

asuhan pelayanan yang diberikan tidak akan optimal. Tingginya beban

kerja dapat berefek pada penurunan kinerja personel rumah sakit (Ilyas,

2004). Kinerja perawat dalam bentuk asuhan keperawatan

4. Beban Kerja Perawat

Menurut Situmorang 1994 dalam Kurniadi 2013, membagi aktifitas

atau tindakan keperawatan menjadi 3 kategori :


25

a. Kegiatan keperawatan langsung (Direct care)

Kegiatan keperawatan langsung adalah semua kegiatan yang

difokuskan langsung atau dirasakan langsung oleh pasien dan

keluarganya, seperti mengobservasi pasien, mengukur tanda-tanda

vital, memasang infus dan aff infus, mengganti cairan infus, injeksi,

memandikan pasien, merawat luka, mengatur posisi berbaring

pasien, memasang EKG, Memasang NGT, observasi keluhan

pasien, membagikan obat, melakukan suction, memberikan dan

mengontrol pemasangan oksigen dan mengantar dan menjemput

pasien untuk pemeriksaan. Menurut gillies (1994) waktu untuk

kegiatan keperawatan langsung setiap pasien adalah 4 jam/hari.

Adapun untuk pasien mandiri (self care) adalah x 4 jam = 2 jam,

pasien partial care adalah x 4 jam = 3 jam, pasien total care

adalah 1 - 1,5 x 4 jam = 4-6 jam, dan pasien intensive care adalah

2x4 jam = 8jam sedangkan pendidikan kesehatan tiap pasien =0,25

jam.

b. Kegiatan keperawatan tidak langsung (Indirect care)

Kegiatan keperawatan tidak langsung adalah kegiatan

keperawatan yang yang tidak langsung dirasakan pasien atau

sebagai pelengkap tindakan keperawatan langsung, seperti cuci

tangan, merumuskan diagnosa, merencanakan tindakan

keperawatan, mencatat laporan, menyiapkan ruangan untuk

pasien, operan jaga, mendampingi dokter visite, menyiapkan alat-


26

alat keperawatan, mengisi papan situasi pasien, amprah alat,

mengisi buku injeksi, membawa bahan pemeriksaan ke

laboratorium, administrasi pasien, penyuluhan sesuai dengan

diagnosa pasien, menjelaskan tindak lanjut pengobatan, memberi

dukungan kepada keluarga pasien. Menurut gillies (1989) waktu

yang diperlukan untuk kegiatan keperawatan tidak langsung untuk

tiap pasien adalah 38 menit / hari / pasien.

c. Kegiatan non keperawatan

Kegiatan non keperawatan adalah semua kegiatan untuk keperluan

pribadi perawat atau tidak ada hubungannya dengan pasien,

seperti upacara, apel, senam, mengikuti rapat, kerja bakti,

membimbing mahasiswa, makan minum, membaca buku/majalah,

ke toilet, sholat, menonton tv, mengobrol, menerima/mengirim

berita lewat media elektronik, stand by di nursing station dan yang

lainnya. Alokasi waktu 15% dari waktu jam kerja tiap shifnya.

Beban Kerja perawat ditentutukan dengan memperhatikan hal-hal:

jumlah pasien yang dirawat setiap hari, tingkat ketergantungan pasien,

rata-rata waktu perawatan dan frekuensi tindakan keperawatan yang

dibutuhkan (Arwani, 2006).

Menurut Ilyas 2010, Kebutuhan waktu perawatan untuk pasien

rawat inap dapat dirinci dengan melihat kebutuhan pasien untuk asuhan

keperawatan melalui kegiatan sebagai berikut :


27

1) Memandikan pasien 2 kali sehari @ 15 menit / pasien

2) Memeriksa nadi, tensi, dan suhu 3 kali sehari @ 15 menit / pasien

3) Menyediakan makan 3 kali sehari @ 15 menit / pasien

4) Menyuntik pasien rata-rata 2 kali sehari @ 5 menit / pasien

5) Perawatan intensif pasien ICU/kritis (15% pasien) 60 menit / pasien

6) Membersihkan ruangan 2 kali sehari @ 60 menit / ruangan

7) Turut visite dengan dokter 1 kali sehari @ 5 menit / pasien

8) Menyusun laporan 30 menit / hari

Perawat dikatakan produktif bila memanfaatkan waktu kerja

mencapai 80%. Bila lebih dari 80% maka tandanya beban kerja sudah

berlebihan sehingga harus ditambah perawat baru (Ilyas, 2004).

Produktifitas waktu kerja perawat sesuai perannya sebesar 61,6%

untuk penyakit dalan dan 70% untuk rawat bedah. Alokasi waktu lebih

tinggi pada shift pagi sebanyak 83% (348 menit dan 85%(361 menit)

dari 5 hari pengamatan (Erwin, 2011). Standar produktifitas menurut

ILO adalah 65% - 85% (Kurniadi, 2013). Lama kerja pershif Gillies

(1994) adalah 7 jam untuk shift pagi dan sore sedangkan shift malam

10 jam (Gillies, 1994).

Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6 -

8 jam dan sisanya (16-18 jam) digunakan untuk kehidupan dalam

keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Dalam

seminggu, seseorang biasanya dapat bekerja dengan baik selama 40-


28

50 jam. Jumlah 40 jam kerja seminggu ini dapat dibuat 5 atau 6 hari

kerja (Sumamur, 1995).

5. Pengukuran Beban Kerja

Pengukuran beban kerja, suatu pekerjaan dapat dilakukan

pengukuran kerja dengan mengobservasi apakah beban kerja yang ada

dapat diselesaikan dengan baik dengan waktu yang tersedia oleh

personel yang ada. Secara sederhana dapat dengan menanyakan

langsung kepada yang bertugas tentang beban kerja yang dipangku

saat ini. Waktu kita bertanya berapa tenaga yang dibutuhkan, maka kita

berbicara berapa beban kerja yang ada. Untuk menghitung beban kerja

personel ada 3 cara yang dapat digunakan yaitu work sampling, time

and motion study dan daily log (Ilyas, 2010).

Pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur

beban kerja perawat:

a. Work sampling

Teknik ini untuk melihat beban kerja personil pada suatu

unit, bidang, ataupun jenis tenaga kerja tertentu. Pada pengamatan

dengan pendekatan work sampling dapat diamati:

1) Aktivitas apa yang sedang dilakukan personil pada waktu jam

kerja

2) Apakah aktivitas personil berkaitan dengan fungsi dan tugas

pada waktu jam kerja


29

3) Proporsi waktu kerja untuk kegiatan produktif/ kegiatan

langsung atau tidak produktif/ kegiatan tidak langsung.

4) Pola beban kerja personil dikaitkan dengan waktu dan skedul

jam kerja

Untuk mendapatkan informasi tersebut dilakukan survei

terhadap personil tertentu. Pada Work Sampling yang menjadi

pengamatan adalah aktivitas keperawatan yang dilaksanakan

perawat dalam menjalankan tugasnya sehari-hari diruang kerjanya.

Langkah-langkah pengamatan beban kerja dengan metode work

sampling yaitu :

1) Ditentukan personil yang akan diteliti

2) Bila jenis personil jumlahnya banyak dilakukan pemilihan

sampel sebagai subyek yang akan diamati

3) Membuat formulir daftar kegiatan perawat yang dapat

diklasifikasikasikan sebagai kegiatan produktif atau tidak

produktif dapat juga kegiatan langsung atau tidak langsung

4) Pengamatan kegiatan perawat dilakukan dengan interval 2-15

menit atau tergantung kebutuhan peneliti, makin pendek jarak

waktu pengamatan makin banyak sampel pengamatan yang

bisa diamati oleh peneliti. Personil yang diamati tidaklah

penting tetapi apa yang dikerjakan yang jadi pengamatan.


30

b. Time And Motion Studies

Pada teknik ini peneliti mengamati dengan cermat tentang

kegiatan yang dilakukan oleh personil yang sedang kita amati.

Pelaksana pengamatan untuk pengambilan data ini haruslah

seorang yang mengetahui secara benar tentang kompetensi dan

fungsi. Pengamatan dapat dilakukan selama 3 shift dan

pengamatan bisa dihentikan bila pengamatan telah memenuhi

standar kompetensi penelitian.

Menurut Barry Rander 1991 time study atau studi waktu

adalah sebuah metode pengukuran waktu kerja dari suatu sampel

penelitian kerja, para pekerja dan penggunaannya untuk

menetapkan standar waktu kerja. Langkah-langkahnya :

1) Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan yang akan diamati

2) Membagi jenis-jenis kerjaan yang akan diamati kedalam

elemen-elemen kerja.

3) Masing-masing elemen harus mempunyai titik awal dan titik

akhir yang pasti untuk memudahkan pengukuran.

4) Menentukan berapa kali pengukuran atau pengamatan akan

dilakukan terhadap elemen-elemen kerja tersebut (berapa

sampel yang diperlukan)

5) Mengamati dan mengukur waktu tiap elemen kerja dari titik


akhir sebanyak sampel yang telah ditentukan dan mencatat
hasil pengukuran tersebut.
6) Menghitung jumlah waktu untuk pekerjaan yang telah diamati.
31

c. Pencatatan Kegiatan Sendiri (Daily Log)

Merupakan bentuk sederhana dari work sampling dimana

orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang

akan digunakan untuk suatu kegiatan. Penggunaan teknik ini

sangat bergantung terhadap kerjasama dan kejujuran dari personil

yang sedang diteliti. Peneliti biasanya membuat pedoman dan

formulir isian yang dapat dipelajari dan diisi sendiri oleh subyek

personil yang diteliti. Sebelum dilakukan penelitian perlu diberi

penjelasan dan cara pengiisian formulir. Dengan menggunakan

formulir kegiatan dapat dicatat jenis kegiatan, waktu dan lamanya

kegiatan dilakukan. Kegiatan mulai masuk kerja sampai pulang,

pencatatan dilakukan oleh informan sendiri

d. Hitungan Beban Kerja Metoda Ilyas

Menurut Ilyas 2010, untuk menghitung beban kerja personel

organisasi dibutuhkan informasi yang akurat tentang hal berikut ;

1. Kejelasan transaksi bisnis utama atau penunjang setiap

personel dan unit organisasi.

2. Kejelasan waktu yang dibutuhkan untuk setiap transaksi bisnis

utama atau penunjang.

3. Jenis dan jumlah transaksi bisnis per hari, perminggu, perbulan

atau per tahun.

4. Jumlah jam kerja efektif (produktif) per hari pada organisasi.

5. Jumlah hari kerja efektif dalam setahun organisasi.


32

Manager dapat menghitung beban kerja setiap unit perhari

dalam satuan waktu menit atau jam per hari kerja.

Beban kerja/hari (B.K) = JT x WT

B. K : Jenis Beban Kerja

J. T : Jumlah Transaksi per hari

W. T : Waktu (menit atau jam) untuk setiap jenis transaksi

e. Klasifikasi pasien

Douglas 1984 dalam Ilyas 2010, standar waktu pelayanan

pasien rawat inap rumah sakit dengan mengkategorikan pasien

sebagai berikut :

1. Self care : pasien membutuhkan perawatan 1 - 2 jam / hari.

Pasien masih bisa melakukan kegiatan pribadi, kecuali minum

obat harus tetap ditunggui, agar tidak salah obat. Pasien masih

bisa mandi sendiri, makan sendiri atau melakukan kebutuhan

pribadi lainnya, sehingga tidak terlalu banyak waktu yang

dibutuhkan untuk melayaninya.

2. Partial care : pasien membutuhkan perawatan 3 - 4 jam / hari.

Pasien masih bisa melakukan kegiatan pribadi tetapi

membutuhkan keahlian keperawatan untuk kegiatan fisik

karena pasien relatif lemah atau tidak diperbolehkan

meninggalkan tempat tidur.


33

3. Total care : pasien membutuhkan perawatan 5 - 7 jam / hari.

Pasien membutuhkan asuhan keperawatan dan kebutuhan

personel lainnya total bergantung kepada perawat.

C. Hubungan Beban Kerja dengan Penerapan Pemberian Obat

Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus

diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam

jangka waktu tertentu (Wedati, 2003).

Beban kerja yang tinggi akan menimbulkan kelelahan dan stres

kerja. Kelelahan perawat dalam bekerja dapat menyebabkan terjadinya

penyimpangan kerja yang akan menyebabkan kemunduran penampilan

kerja (Tappen, 1998). Kelelahan kerja perawat juga dapat memberi

dampak pada asuhan pelayanan yang diberikan tidak akan optimal.

Tingginya beban kerja dapat berefek pada penurunan kinerja personel

rumah sakit (Ilyas, 2004).

Setiap rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien,

upaya pemenuhan sasaran keselamatan pasien meliputi: Ketepatan

identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan

keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat-lokasi,tepat-

prosedur, tepat-pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait

pelayanan kesehatan dan pengurangan risiko pasien jatuh (Depkes,

2008). Perawat memberikan pelayanan dalam bentuk asuhan

keperawatan yang dievaluasi dengan menggunakan instrumen

pendokumentasian, kepuasan dan tindakan keperawatan dengan nilai


34

baik 85% (Depkes, 2005). Tindakan keperawatan salah satu yaitu

pemberian obat, persiapan dan pemberian obat harus dilakukan dengan

akurat oleh perawat (Potter, 2005).

D. Penelitian Terkait

Tabel 2.1
Penelitian terkait beban kerja dan penerapan prinsip pemberian obat

Peneliti Subjek Metode


No. Judul Penelitian Hasil Penelitian
& Tahun Penelitian Penelitian
Tingkat penerapan prinsip 6
tepat secara umum baik.
Tingkat penerapan prinsip 6
Kuntarti
tepat dalam pemberian obat Deskriptif
1. (2004) 81 orang Penerapan yang berkaitan
oleh perawat di ruang rawat Eksploratif
dengan aspek keamanan
inap
bagi perawat masih rendah
yaitu 51%
Hubungan tingkat
pendidikan dan lama kerja Tidak ada hubungan antara
perawat dengan penerapan tingkat pendidikan dan lama
Yuni
prinsip 6 tepat dalam Deskriptif kerja perawat dengan prinsip
2. arniati 70 sampel
pemberian obat di ruang Analitik 6 tepat dalam pemberian
(2007)
rawat inap RS. Dr. Kariadi obat di RS. Dr Kariadi
Semarang Semarang

Produktifitas waktu kerja


perawat sesuai perannya
sebesar 61,6% untuk
penyakit dalan dan 70%
Produktifitas waktu kerja
untuk rawat bedah.
Erwin perawat di ruang penyakit
3. 62 sampel Deskriptif
(2011) dalam dan bedah RSUD
Alokasi waktu lebih tinggi
Arifin Achmad provinsi Riau
pada shift pagi sebanyak
83%(348 menit) dan
85%(361 menit) dari 5 hari
pengamatan.
Terdapat hubungan antara
Hubungan antara Beban
beban kerja dan stress kerja
Kerja dengan Stress kerja
Haryanti Deskrptif perawat di Instalasi Gawat
3. Perawat di Instalasi Gawat 29 perawat
(2012) Korelasi Darurat RSUD Kab.
Darurat RSUD Kab.
Semarang, p Value 0,000
Semarang
(;0,05)
Kebutuhan Riil Tenaga
Beban kerja obyektif perawat
Erna Perawat dengan Netode Analitik
di ruang medikal bedah RSU
4. Kusuma Workload Indicator Staff 24 perawat Observasio
Negara Bali termasuk tinggi
(2011) Need (WISN) di RSU nal
yaitu 82,61%.
Negara Bali
35

Beban kerja perawat


pelaksana berdasarkan jenis
Analisis Beban Kerja
kegiatan perawat yaitu untuk
Fredna Perawat Pelaksana Untuk
kegiatan keperawatan
JM. Mengevaluasi Kebutuhan Deskriptif
5. 27 perawat langsung sebesar 46,67%,
Robot tenaga Perawat di Rumah analitik
kegiatan keperawatan tidak
(2009) Sakit Umum Prof. Dr.
langsung sebesar 19,39 %
Kandou Manado
dan kegiatan lainnya sebesar
33,94%.
Prinsip 6 benar perawat
Pengalamam Perawat
dapat dilaksanakan tetapi
Yustina Dalam Menerapkan Prinsip
Kualitatif karena beban kerja yang
Nanik Enam Benar Dalam
6. 9 perawat Metode tinggi menyebabkan
Lestari Pemberian Obat Di Ruang
wawancara pelaksanaanya tergesa-gesa
(2005) Rawat Inap Rumah Sakit
yang mengakibatkan tingkat
Mardi Rahayu Kudus
ketelitian menjadi berkurang.
Gambaran Beban Kerja Beban kerja perawat kategori
144 kali Observasio
Hendianti Perawat Pelaksana Unit IGD ringan, penggunaan waktu
7. sampel nal Work
(2011) RS Muhammadiyah produktif 57,44% kurang dari
pengamatan Sampling
Bandung 80% waktu kerja optimum
Hubungan Beban Kerja Ada hubungan beban kerja
Mike dengan Produktivitas Kerja perawat dengn produktivitas
Cross
8. Minarsih Perawat Di IRNA Non Bedah 75 perawat kerja perawat di IRNA Non
Sectional
(2011) (Penyakit dalam) Bedah (Penyakit dalam)
RSUP.DR.Djamil Padang RSUP.DR.Djamil Padang
Observasio
Hubungan Beban Kerja
nal Tidak ada hubungan beban
dengan Kinerja Perawat
Wa Satria pendekatan kerja dengan kinerja perawat
9. dalam Mengimplementaikan 64 perawat
(2012) Cross dalam mengimplementasikan
Patient Safety di RS
Sectional Patient Safety di RS UNHAS
Univrsitas Hasanuddin
Study
Dian Ada hubungan antara
Hubungan kelelahan Keja
Kurniawat kelelahan kerja denga kinerja
Dengan Kinerja Perawat di Cross
10. i, 80 perawat perawat di Bangsal Rawat
Bangsal Rawat Inap RSI Sectional
Solikhah Inap RSI fatimah Kab.
fatimah Kab. Cilacap
(2012) Cilacap, p=0,035 0,05
36

E. Kerangka Teori Penelitian

Faktor internal
yang berpengaruh
pada beban kerja
- Usia
- Jenis kelamin
- Keadaan Gizi
- Kesegaran jasmani Upaya pemenuhan sasaran
- Motivasi keselamatan pasien
- Persepsi
- Kepuasan 1. Ketepatan Identifikasi
- Kesegaran jasmani pasien
(Sumamur, 1995) 2. Komunikasi Efektif
3. Peningkatan Keamanan
Obat
4. Tepat lokasi, prosedur
Beban Kerja Perawat dan pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi
- Keperawatan Langsung
6. Pengurangan risiko pasien
- Keperawatan Tidak Langsung
jatuh
- Non Keperawatan
(Situmorang, 1994) (Depkes, 2008)

Faktor eksternal Metode Pengukuran Faktor yang


yang berpengaruh Beban Kerja berpengaruh pada
pada beban kerja - Work sampling pemberian obat
- Time and motion study
- Tugas fisik - Daily log - Pengetahuan
- Organisasi Kerja - Keterampilan
- Metode Ilyas
- Lingkungan Kerja - Fisik obat
- Klasifikasi Pasien
(Manuaba, 2000) (Abram, 2009 )
( Ilyas, 2010)

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian


37

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian

Beban Kerja :
Keperawatan
Langsung Penerapan Enam
Keperawatan tidak Prinsip Pemberian
langsung Obat
Non Keperawatan

Faktor yang
berpengaruh pada
pemberian obat

- Pengetahuan
- Keterampilan
- Fisik obat

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Tidak Diteliti

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian


38

B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Variabel Dependen

Penerapan prinsip enam benar pemberian obat dalam penelitian ini

adalah pelaksanaan prinsip pemberian obat dengan menggunakan

enam benar untuk menjamin peningkatan keamanan obat meliputi :

benar obat, benar dosis, benar pasien, benar cara, benar waktu

pemberian dan benar dokumentasi di ruang bedah RS Tk.II Pelamonia

diukur dengan menggunakan lembar observasi.

Kriteria Objektif :

- Diterapkan : Jika prinsip enam benar dilakukan 85%

- Tidak diterapkan : Jikaprinsip enam benar dilakukan < 85%

2. Variabel Independen

Beban kerja adalah semua kegiatan atau aktivitas yang dilakukan

perawat pada waktu jam kerja, yang terdiri atas kegiatan keperawatan

langsung, tidak langsung, dan non keperawatan yang diukur

berdasarkan waktu(menit) dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.

a. Beban keperawatan langsung : Semua kegiatan yang dilakukan

perawat yang langsung dirasakan oleh pasien dan keluarganya

seperti mengobservasi pasien, mengukur tanda-tanda vital,

memasang infus dan aff infus, mengganti cairan infus, injeksi,

memandikan pasien, merawat luka, mengatur posisi berbaring

pasien, memasang EKG, memasang NGT, observasi keluhan


39

pasien, membagikan obat, melakukan suction, memberikan dan

mengontrol pemasangan oksigen dan mengantar dan menjemput

pasien untuk pemeriksaan.

Kriteria objektif :

- Berat : Jika nilai 45 % dari total waktu transaksi

- Ringan : Jika nilai < 45 % dari total waktu transaksi

b. Beban keperawatan tidak Langsung : Semua kegiatan yang

dilakukan perawat yang tidak langsung dirasakan pasien atau

sebagai pelengkap tindakan keperawatan langsung seperti cuci

tangan, merumuskan diagnosa, merencanakan tindakan

keperawatan, mencatat laporan, menyiapkan ruangan untuk pasien,

operan jaga, mendampingi dokter visite, menyiapkan alat-alat

keperawatan, mengisi papan situasi pasien, amprah alat, mengisi

buku injeksi, membawa bahan pemeriksaan ke laboratorium,

administrasi pasien, penyuluhan sesuai dengan diagnosa pasien,

menjelaskan tindak lanjut pengobatan, memberi dukungan kepada

keluarga pasien.

Kriteria objektif :

- Berat : Jika nilai 35 % dari total waktu transaksi

- Ringan : Jika nilai < 35 % dari total waktu transaksi


40

c. Beban non keperawatan : Semua kegiatan yang dilakukan perawat

sebagai staff rumah sakit atau sebagai pribadi seperti upacara, apel,

senam, kerja bakti, makan minum, ke toilet, sholat, istirahat/tidur,

menonton tv, mengobrol, menerima/mengirim berita lewat media

elektronik, stand by di nursing station dan yang lainnya.

Kriteria objektif :

- Negatif : Jika nilai 20 % dari total waktu transaksi

- Positif : Jika nilai < 20 % dari total waktu transaksi

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis kerja yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan antara beban kerja keperawatan langsung dengan

penerapan prinsip enam benar pemberian obat di ruang bedah RS Tk.II

Pelamonia Makassar ?

2. Ada hubungan antara beban kerja keperawatan tidak lansung dengan

penerapan prinsip enam benar pemberian obat di ruang bedah RS Tk.II

Pelamonia Makassar ?

3. Ada hubungan antara beban kerja non keperawatan dengan penerapan

prinsip enam benar pemberian obat di ruang bedah RS Tk.II Pelamonia

Makassar ?

4. Ada hubungan antara beban kerja dengan penerapan prinsip enam

benar pemberian obat di ruang bedah RS Tk.II Pelamonia Makassar ?


41

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional study dimana variabel dependen dan

independen diamati pada waktu yang bersamaan atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di ruangan bedah instalasi rawat inap

Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar yang merupakan rumah

sakit tipe B milik TNI Angkatan Darat yang terletak di jalan Jenderal

Sudirman No. 27 Makassar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini di mulai dengan penyusunan proposal, pengumpulan

data pengolahan data dan penulisan laporan penelitian. Waktu

penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Mei sampai dengan 26 Juni

2014.
42

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian terdiri dari kumpulan

individu yang mempunyai beberapa karakteristik umum (Nursalam,

2009). Perawat RS. Tingkat II Pelamonia Makassar sebanyak 208

orang. Perawat pelaksana yang bekerja melaksanakan tugas dan

fungsinya sebagai pemberi pelayanan keperawatan di ruang

perawatan bedah RS Tingkat II Pelamonia Makassar sebanyak 37

orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua perawat pelaksana di

ruang perawatan bedah (ruang tulip, mawar dan anyelir) berjumlah 37

perawat yang ditentukan dengan menggunakan teknik total sampling.

Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah

sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2009).

D. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan informasi maka peneliti menggunakan alat

pengukuran berupa lembar observasi. Instrumen penelitian dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Penerapan Pemberian Obat

Untuk menilai penerapan pemberian obat oleh perawat, peneliti

menggunakan lembar observasi tindakan pemberian obat yang


43

diadaptasi dari instrumen observasi tindakan keperawatan di rumah

sakit dimana setiap responden diobservasi dengan menggunakan

SPO pemerian obat RS. Tk.II Pelamonia. Penerapan pemberian

obat baik apabila nilainya 85 % (Depkes RI, 2005)

2. Beban kerja

Untuk menilai beban kerja perawat, peneliti menggunakan

lembar observasi dengan menggunakan metode time and motion

yakni dengan mengamati aktifitas perawat selama jam kerja yang

meliputi kegiatan keperawatan langsung dan keperawatan tidak

langsung serta kegiatan non keperawatan. Untuk mendapatkan

beban kerja maka waktu dihitung dengan menggunakan metode

Ilyas.

Keperawatan langsung menjadi beban apabila waktu yang

digunakan lebih dari 45% total waktu, keperawatan tidak langsung

menjadi beban apabila waktu yang digunakan lebih dari 35% total

waktu dan kegiatan non keperawatan menjadi beban apabila waktu

yang digunakan lebih dari 20% total waktu dalam menit (Ilyas, 2010).

E. Cara Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan lembar observasi. Data terdiri 2 yaitu data

primer dan data sekunder.


44

Data primer yang diambil langsung dari responden yang meliputi

karakteristik responden (umur, pendidikan keperawatan, status

kepegawaian dan lama kerja) yang ditanyakan peneliti kepada responden

dan penerapan pemberian obat serta beban kerja (keperawatan langsung,

keperawatan tidak langsung dan non keperawatan) melalui pengamatan

langsung peneliti dengan menggunakan lembar observasi tanpa ada

perlakuan terhadap responden.

Data sekunder adalah data yang diambil dari data bagian sumber

daya manusia RS tingkat II Pelamonia Makassar yang berupa dokumen

asuhan keperawatan di ruang bedah, jurnal-jurnal penelitian, majalah

maupun data dokumen rumah sakit yang diperlukan dalam penelitian ini.

Pengumpulan data peneliti dibantu oleh 3 orang yang akan dilatih

tentang cara mengobservasi responden dan pengisian lembar observasi.


45

F. Alur Penelitian

Ujian Proposal

Mengurus Etika Clereance

Mengurus Ijin Penelitian

Populasi
Perawat pelaksana di ruang bedah 37 orang

Tehnik Sampling :Total Sampling

Sampel : 37 orang

Informed Consent
Menjelaskan dan meminta persetujuan responden

Pengumpulan data:
Observasi Beban Kerja (Variabel Independen)
Observasi Penerapan Pemberian Obat (Variabel Dependen)

Analisa Data:

Univariat, Bivariat

Hasil dan Pembahasan Penelitian

Kesimpulan
46

G. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS yang terlebih

dahulu melalui beberapa tahap yaitu :

1. Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing

Penyuntingan data dimulai di lapangan dan setelah data

terkumpul, maka lembar observasi diperiksa kelengkapannya

sesuai dengan kriteria sampel dan apabila terdapat data yang

tidak lengkap, maka tidak dilakukan penambahan jawaban atau

pernyataan dengan maksud data tersebut menjadi sesuai

dengan tujuan penelitian.

b. Koding

Apabila semua data telah terkumpul diberi tanda kode

tertentu terhadap jawaban. Hal ini dimaksudkan untuk

memudahkan pada waktu melakukan pengolahan data.

c. Tabulasi Data

Penyajian data dalam bentuk tabel yang berdasarkan sifat-

sifat yang dimiliki dan sesuai tujuan penelitian.


47

d. Entry Data

Data selanjutnya diinput ke dalam lembar kerja SPSS untuk

masing-masing variabel. Selanjutnya data dianalisa secara

deskriptif maupun analitik.

e. Cleaning Data

Cleaning data dilakukan pada semua lembar kerja untuk

membersihkan kesalahan yang mungkin terjadi selama proses

input data. Proses ini dilakukan melalui analisis frekuensi pada

semua variabel. Adapun data missing dibersihkan dengan

menginput data yang benar.

2. Analisis Data

Analisa data dilakukan untuk mempermudah interpretasi dan

menguji hipotesis penelitian tersebut sebagai berikut :

a. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan gambaran umum masalah

penelitian dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel yang

digunakan dalam variabel ini, yakni dengan melihat gambaran

distribusi frekuensi serta persentase tunggal yang terkait dengan

tujuan penelitian.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan

variabel dependen dan independen dalam bentuk tabulasi silang

(crosstab) dengan menggunakan sistem kumputerisasi program


48

SPSS (Statistical Package for Social Sciences). Untuk melihat

hubungan antar variabel independen dan dependen dengan

kemaknaan 0,05 jika n > 40 maka uji statistik yang digunakan

adalah uji Chi Square Test dengan koreksi kontinyuitas untuk

table 2x2.

Yates Correction

Dimana : X = Nilai Yates Corection

n = Besar sampel

Interpretasi : dinyatakan ada hubungan yang bermakna atau

Ho ditolak apabila p value < 0,05.

H. Pertimbangan Etik

Penelitian ini hanya melibatkan sampel atau responden yang

bersedia terlibat secara sadar dan tanpa paksaan. Sebelum penelitian

dilakukan, peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian

kepada responden. Selanjutnya peneliti meminta persetujuan responden

untuk terlibat.

Penelitian ini dilakukan berdasarkan rekomendasi persetujuan etik

nomor : 0941/H4.8.5.31/PP36-KOMETIK/2014 tertanggal 21 Mei 2014

dengan memperhatikan prinsip-prinsip etik meliputi:


49

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human

dignity).

Penelitian harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi harkat

dan martabat manusia. Subjek memiliki hak asasi dan kebebasan

untuk menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy).

Tidak boleh ada paksaan atau penekanan tertentu agar subjek

bersedia ikut dalam penelitian. Subjek dalam penelitian juga berhak

mendapatkan informasi yang terbuka dan lengkap tentang

pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan manfaat penelitian,

prosedur penelitian, resiko penelitian, keuntungan yang mungkin

didapat dan kerahasiaan informasi.

Setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan

mempertimbangkannya dengan baik, subjek kemudian menentukan

apakah akan ikut serta atau menolak sebagai subjek penelitian.

Prinsip ini tertuang dalam informed consent yaitu persetujuan untuk

berpartisipasi sebagai subjek penelitian setelah mendapatkan

penjelasan yang lengkap dan terbuka dari peneliti tentang

keseluruhan pelaksanaan penelitian.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and

confidentiality).

Peneliti perlu merahasiakan berbagai informasi yang

menyangkut privasi subjek yang tidak ingin identitas dan segala

informasi tentang dirinya diketahui oleh orang lain. Prinsip ini dapat
50

diterapkan dengan cara meniadakan identitas seperti nama dan alamat

subjek kemudian diganti dengan kode tertentu.

3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (Respect for justice

inclusiveness).

Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna

bahwa penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan

dilakukan secara profesional. Sedangkan prinsip keadilan

mengandung makna bahwa penelitian memberikan keuntungan dan

beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

subjek.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (Balancing

harm and benefits).

Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus

mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek

penelitian dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan

(beneficience). Kemudian meminimalisir resiko/ dampak yang

merugikan bagi subjek penelitian (nonmaleficience). Prinsip ini yang

harus diperhatikan oleh peneliti ketika mengajukan usulan penelitian

untuk mendapatkan persetujuan etik dari komite etik penelitian.

Peneliti harus mempertimbangkan rasio antara manfaat dan kerugian/

resiko dari penelitian.


51

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruangan bedah instalasi rawat inap

Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar yang berlangsung selama 5

minggu terhitung mulai bulan 22 Mei s/d 26 Juni 2014, tentang

hubungan beban kerja perawat dengan penerapan prinsip enam benar

pemberian obat di ruangan bedah instalasi rawat inap Rumah Sakit

Tingkat II Pelamonia Makassar. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah

sebanyak 37 orang. Pengumpulan data terhadap responden dilakukan

dengan menggunakan lembar observasi. untuk mendapatkan informasi

tentang penerapan pemberian obat.

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan

computer program SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan

crosstab (tabulasi silang). Adapun hasil penelitian diuraikan sebagai

berikut:

1. Karakteristik Umum Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah umur, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja dan status kepegawaian

responden.
52

Distribusi perawat menurut umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, lama bekerja dan status kepegawaian di Ruang Bedah RS

TK. II Pelamonia Makassar Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.1 :

Tabel 5.1 . Distribusi Perawat Menurut Umur, Jenis Kelamin, Tingkat


Pendidikan, Lama Bekerja Dan Status Kepegawaian di
Ruang Bedah RS TK. II Pelamonia Makassar Tahun 2014

Variabel n %
Umur
20-29 21 56.8
30-39 15 40.5
40-49 1 2.7
Jenis Kelamin
Laki-laki 4 10.8
Perempuan 33 89.2
Pendidikan Perawat
Diploma III 33 89,2

Ners 4 10,8
Lama Bekerja
5 Tahun 23 62.2
> 5 Tahun 14 37.8
Status Kepegawaian
Tetap 12 32.4
Tidak tetap 25 67.6
Total 37 100.0
Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa distribusi perawat berdasarkan

umur, persentase tertinggi berada pada kelompok umur 20-29 tahun

yaitu sebanyak 21 orang (56,8%) sedangkan persentase terendah

berada pada kelompok umur 40-49 tahun yaitu sebanyak 1 orang

(2,7%).
53

Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan, distribusi jenis kelamin

perawat dengan persentase tertinggi adalah jenis kelamin perempuan

sebanyak 33 orang (89,2%). Sedangkan persentase terendah adalah

laki-laki yaitu 4 orang (10,8%).

Berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa distribusi

pendidikan perawat dengan persentase tertinggi adalah Diploma III

yaitu sebanyak 31 orang (83,8%). Sedangkan persentase terendah

adalah berpendidikan Ners yaitu 6 orang (16,2%).

Berdasarkan lama bekerja menunjukkan bahwa distribusi lama

bekerja perawat dengan persentase tertinggi adalah perawat yang

bekerja 5 Tahun yaitu sebanyak 23 orang (62,2%). Sedangkan

persentase terendah adalah perawat yang bekerja > 5 tahun yaitu 14

orang (37,8%).

Berdasarkan status kepegawaian menunjukkan bahwa distribusi

status kepegawaian perawat pelaksana dengan persentase tertinggi

adalah perawat dengan status kepegawaian tidak tetap dalam hal ini

honorer yaitu sebanyak 25 orang (67,6%). Sedangkan persentase

terendah adalah perawat dengan status kepegawaian tetap dalam hal

ini PNS dan militer yaitu 12 orang (32,4%).

2. Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini yaitu penerapan pemberian

obat, beban kerja, beban keperawatan langsung, beban keperawatan

tidak langsung, beban non keperawatan dan beban tiap shift. Berikut
54

distribusi perawat berdasarkan penerapan pemberian obat dan beban

kerja di ruang bedah Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar :

Tabel 5.2. Distribusi Perawat Berdasarkan Penerapan Prinsip Enam


Benar Pemberian Obat di Ruang Bedah RS TK. II Pelamonia
Makassar Tahun 2014

Prinsip Pemberian Obat n %


Diterapkan 21 56.8
Tidak diterapkan 16 43.2
Total 37 100
Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa perawat pelaksana yang

menerapkan Prinsip Enam Benar pemberian obat yaitu sebanyak 21

orang (56,8%). Sedangkan perawat pelaksana yang tidak menerapkan

Prinsip Enam Benar pemberian obat yaitu 16 orang (43,2%).

Tabel 5.3. Distribusi Perawat Berdasarkan Beban Kerja di Ruang


Bedah RS TK. II Pelamonia Makassar Tahun 2014

Beban Kerja n %
Berat 20 54.1
Ringan 17 45.9
Total 37 100
Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa perawat pelaksana yang

mengalami beban berat untuk kegiatan keperawatan keseluruhan baik

keperawatan langsung, tidak langsung dan non keperawatan yaitu

sebanyak 20 orang (54,1%). Sedangkan perawat pelaksana yang


55

mengalami beban ringan untuk kegiatan keperawatan yaitu 17 orang

(45,9%).

Sedangkan distribusi perawat pelaksana berdasarkan beban

keperawatan di ruang bedah RS TK. II Pelamonia Makassar dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.4. Distribusi Perawat berdasarkan Beban Keperawatan Di


Ruang Bedah RS TK. II Pelamonia Makassar Tahun 2014

Beban Keperawatan
Kegiatan Total N
Ringan % Berat %
Keperawatan langsung 24 64,9 13 35,1 37 100
Keperawatan Tidak
22 59,5 15 40,5 37 100
Langsung
Non Keperawatan 8 21,6 29 78,4 37 100
Sumber : Data primer, 2014

Pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa perawat pelaksana di ruang

bedah dengan beban kerja keperawatan langsung sebanyak 24

(64,9%) dengan beban ringan dan 13 orang (35,1%) dengan beban

berat. sedangkan perawat pelaksana dengan beban kerja keperawatan

tidak langsung sebanyak 22 (59,5%) dengan beban ringan dan 15

orang (40,5%) dengan beban berat. Dan perawat pelaksana dengan

beban kerja non keperawatan sebanyak 8 (21,6%) dengan beban

ringan dan 29 orang (78,4%) dengan beban berat.

Sedangkan distribusi beban berdasarkan shift kerja diruang bedah

RS TK. II Pelamonia Makassar dapat dilihat pada tabel berikut :


56

Tabel 5.5. Distribusi Beban Keperawatan berdasarkan shif kerja Di


Ruang Bedah RS TK. II Pelamonia Makassar Tahun 2014

Beban keperawatan
Shif Kerja Total %
Ringan % Berat %
Kep. Langsung
Pagi 4 11,9 33 89,1 37 100
Siang 17 46,0 20 54,0 37 100
Malam 15 41,0 22 59,0 37 100
Kep. Tidak Langsung
Pagi 5 13,5 32 86,5 37 100
Siang 16 70,3 11 29,7 37 100
Malam 2 6,4 35 94,6 37 100
Non Keperawatan
Pagi 37 100,0 0 0 37 100
Siang 37 100,0 0 0 37 100
Malam 0 0 37 100,0 37 100
Sumber : Data primer, 2014

Pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa perawat pelaksana di ruang

bedah dengan beban kerja keperawatan langsung ringan pada shift

siang sebanyak 17 (46,0%) lebih tinggi dari shift pagi sebanyak 4

(11,9%) dengan beban berat pada shift pagi sebanyak 33 (89,1%) lebih

tinggi dari shift siang sebanyak 20 (54,0%). Dan perawat pelaksana

dengan beban kerja keperawatan tidak langsung ringan pada shift

siang sebanyak 16 (70,3%) lebih tinggi dari shift malam sebanyak 2

(6,4%) dengan beban berat pada shift malam sebanyak 35 (94,6%)

lebih tinggi dari shift siang sebanyak 11 (29,7%). Sedangkan beban


57

kerja non keperawatan ringan/positif pada shift pagi dan siang

sebanyak 37 (100%), dengan beban berat/negatif pada shift malam

sebanyak 37 (100%) lebih tinggi dari shift pagi dan siang.

3. Hasil Analisis Bivariat

a. Analisis Hubungan Beban Kerja Keperawatan Langsung Dengan

Penerapan Prinsip Enam Benar Pemberian Obat

Hubungan beban kerja keperawatan langsung dengan

penerapan prinsip enam benar pemberian obat di ruang bedah

Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar disajikan pada tabel 5.6

yaitu sebagai berikut:

Tabel 5.6. Analisis Hubungan Beban Kerja Keperawatan Langsung


Dengan Penerapan Pemberian Obat Di Ruang Bedah RS
TK. II Pelamonia Makassar Tahun 2014

Prinsip Pemberian Obat


Beban Kerja
Tidak P
Keperawatan Diterapkan Total %
Diterapkan value
Langsung
n % N %
Ringan 18 75,0 6 25,0 24 100
0,007
Berat 3 18,8 10 76,9 13 100

Total 21 56,8 16 43,2 37 100

Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa perawat di ruang bedah yang

memiliki beban kerja keperawatan langsung ringan cenderung

menerapkan prinsip enam benar pemberian obat sebanyak 18 orang

(75,0%), lebih tinggi dari perawat yang tidak menerapkan prinsip

enam benar pemberian obat sebanyak 6 orang (25,%). Sedangkan


58

perawat yang memiliki beban kerja keperawatan langsung berat

cenderung tidak menerapkan prinsip enam benar pemberian obat

sebanyak 10 orang (76,9%), lebih tinggi dari perawat yang

menerapkan prinsip enam benar pemberian obat sebanyak 3 orang

(18,8%).

Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = 0.007

(p<0,05). Hal ini ini berarti ada hubungan antara beban kerja

keperawatan langsung dengan penerapan prinsip enam benar

pemberian obat di ruang bedah Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia

Makassar.

b. Analisis Hubungan Beban Kerja Keperawatan Tidak Langsung

Dengan Penerapan Prinsip Enam Benar Pemberian Obat

Hubungan beban kerja keperawatan tidak langsung dengan

penerapan prinsip enam benar pemberian obat di ruang bedah RS

TK. II Pelamonia Makassar disajikan pada tabel 5.6 sebagai berikut:

Tabel 5.7. Analisis Hubungan Beban Kerja Keperawatan Tidak


Langsung Dengan Penerapan prinsip enam benar
Pemberian Obat Di Ruang Bedah RS TK. II Pelamonia
Makassar Tahun 2014

Beban Prinsip Pemberian Obat


Kerja Kep. Tidak P
Diterapkan Total %
Tidak Diterapkan value
langsung n % n %
Ringan 16 72,7 6 27,3 22 100
0,042
Berat 5 33,3 10 66,7 15 100
Total 21 56,8 16 43,2 37 100
Sumber : Data Primer, 2014
59

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa perawat di ruang bedah yang

memiliki beban kerja keperawatan tidak langsung ringan cenderung

menerapkan prinsip enam benar pemberian obat sebanyak 16 orang

(72,7%), lebih tinggi dari perawat yang tidak menerapkan prinsip

enam benar pemberian obat sebanyak 6 orang (27,3%). Sedangkan

perawat yang memiliki beban kerja keperawatan tidak langsung berat

cenderung tidak menerapkan prinsip enam benar pemberian obat

sebanyak 10 orang (66,7%), lebih tinggi dari perawat yang

menerapkan prinsip enam benar pemberian obat sebanyak 5 orang

(33,3%).

Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = 0.042

(p<0,05). Hal ini berarti ada hubungan antara beban kerja

keperawatan tidak langsung dengan penerapan prinsip enam benar

pemberian obat di ruang bedah Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia

Makassar.

c. Analisis Hubungan Beban Kerja Non Keperawatan Dengan

Penerapan Pemberian Obat

Hubungan beban kerja non keperawatan dengan penerapan

prinsip enam benar pemberian obat di ruang bedah RS TK. II

Pelamonia Makassar disajikan pada tabel 5.7 yaitu sebagai berikut:


60

Tabel 5.8. Analisis Hubungan Beban Kerja Non Keperawatan


Dengan Penerapan Prinsip Enam Benar Pemberian
Obat Di Ruang Bedah RS TK. II Pelamonia Makassar
Tahun 2014

Prinsip Pemberian Obat


Beban Kerja
Tidak P
Non Diterapkan Total %
Diterapkan value
Keperawatan
N % n %
Positif 4 50,0 4 50,0 8 100
0,974
Negatif 17 58,6 12 41,4 29 100
Total 21 56,8 16 43,2 37 100
Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa perawat di ruang bedah yang

memiliki beban kerja non keperawatan negatif cenderung

menerapkan prinsip enam benar pemberian obat sebanyak 4 orang

(50,0%), persentasenya sama dengan perawat yang tidak

menerapkan prinsip enam benar pemberian obat sebanyak 4 orang

(50,0%). Sedangkan perawat yang memiliki beban kerja non

keperawatan negatif cenderung menerapkan prinsip enam benar

pemberian obat sebanyak 17 orang (58,6%), lebih tinggi dari perawat

yang tidak menerapkan prinsip enam benar pemberian obat

sebanyak 12 orang (41,4%).

Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = 0.974

(p>0,05). Hal ini berarti tidak ada hubungan antara beban kerja non

keperawatan dengan penerapan prinsip enam benar pemberian obat

di ruang bedah Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar.


61

d. Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Penerapan Prinsip

Enam Benar Pemberian Obat

Hubungan beban kerja dengan penerapan prinsip enam benar

pemberian obat di ruang bedah RS TK. II Pelamonia Makassar

disajikan pada tabel 5.9 yaitu sebagai berikut:

Tabel 5.9. Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Penerapan


Prinsip Enam Benar Pemberian Obat Di Ruang Bedah
RS TK. II Pelamonia Makassar Tahun 2014

Prinsip Pemberian Obat


Tidak P
Beban Kerja Diterapkan Total %
Diterapkan value
n % n %
Ringan 17 100 0 0 17 100
0,000
Berat 4 20,0 16 80,0 20 100
Total 21 56,8 16 43,2 37 100
Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa perawat di ruang bedah yang

memiliki beban kerja ringan cenderung menerapkan prinsip enam

benar pemberian obat sebanyak 17 orang (100,0%). Sedangkan

perawat yang memiliki beban kerja berat cenderung tidak

menerapkan prinsip enam benar pemberian obat sebanyak 16 orang

(80,0%), lebih tinggi dari perawat yang menerapkan prinsip enam

benar pemberian obat sebanyak 4 orang (20,0%).

Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = 0.000

(p>0,05). Hal ini berarti ada hubungan antara beban kerja dengan

penerapan prinsip enam benar pemberian obat di ruang bedah

Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar.


62

B. Pembahasan

Rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien

upaya pemenuhan sasaran keselamatan pasien utamanya peningkatan

keamanan obat yang perlu diwaspadai. Perawat adalah profesi yang

memberikan pelayanan 24 jam secara konstan dan terus menurus kepada

pasien setiap harinya sehingga beban kerja perawat akan mempengaruhi

kinerja mereka dalam memberikan pelayanan kesehatan. Upaya untuk

meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit utamanya pelayanan

keselamatan pasien harus disertai dengan peningkatan pelayanan

keperawatan dengan penerapan standar dan prinsip pelayanan

keperawatan salah satunya adalah penerapan prinsip enam benar

pemberian obat. Berikut ini akan dibahas hasil penelitian tentang

hubungan beban kerja perawat dengan penerapan prinsip enam benar

pemberian obat di ruang bedah RS. Tk.II Pelamonia Makassar.

1. Hubungan Beban Kerja Keperawatan Langsung Dengan


Penerapan Prinsip Enam Benar Pemberian Obat

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa beban kerja

keperawatan langsung berat sebesar 35,1%, beban perawat shift pagi

sebesar 89,1% lebih tinggi dari shift siang sebesar 54%. Hal ini

menunjukkan perawat membutuhkan waktu yang lama dalam

melaksanakan kegiatan yang langsung dirasakan oleh pasien pada

shift pagi.
63

Hasil analisis bivariat perawat yang memiliki beban kerja

keperawatan langsung ringan tapi tidak menerapkan prinsip pemberian

obat 25 %, sedangkan yang memiliki beban kerja keperawatan

langsung berat tapi menerapkan prinsip enam benar pemberian obat

18,8%. Nilai yang di dapat dari hasil uji statistik dengan chi square

diperoleh nilai p = 0.007 atau < 0,005 (p-value < 0,05) yang berarti

ada hubungan antara beban kerja keperawatan langsung dengan

penerapan prinsip enam benar pemberian obat di ruang bedah Rumah

Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Virawan (2012) yang

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara beban kerja

keperawatan langsung dengan pelaksanaan 6 benar terutama

dengan benar waktu. Erwin (2011) produktifitas waktu kerja

perawat sesuai perannya untuk ruang bedah sebesar 70%.

Hasil pengamatan peneliti tingginya beban keperawatan

langsung berat pada shift pagi dikarenakan kegiatan perawat yang

paling banyak menggunakan waktu adalah merawat luka,

menjemput pasien di kamar operasi dan mengantar pasien

pemeriksaan rontgen. Sehingga aktifitas fisik perawat meningkat

yang menyebabkan kelelahan.

Perawat yang memiliki beban kerja keperawatan langsung

ringan tapi tidak menerapkan prinsip enam benar pemberian obat


64

terutama benar pasien dimana mereka tidak memanggil nama

pasien yang akan diberikan obat sebanyak 68,8%. Hal ini

dikarenakan masih rendahnya kemampuan komunikasi perawat

dimana 62,2 % perawat dengan lama kerja perawat 5 tahun

sehingga untuk meningkatkan kemampuan mereka perlu pelatihan

atau penyegaran tehnik komunikasi terapeutik.

Perawat yang memiliki beban kerja keperawatan langsung

berat tapi menerapkan prinsip enam benar pemberian obat hal ini

menunjukkan perawat berupaya semaksimal mungkin menerapkan

prinsip enam benar pemberian obat walaupun beban kerja berat.

Robbins (2006) bahwa masa kerja sesorang pada

pekerjaan tertentu memiliki hubungan yang positif dengan

produktifitas pekerjaan. Seseorang yang bekerja semakin lama

akan semakin terampil dan berpengalaman pula dalam

melaksanakan pekerjaannya. Simanjuntak (2005) menyatakan

bahwa pekerjaan yang sama dilakukan secara berulang-ulang

dalam waktu yang lama membuat sesorang menjadi tambah fasih

dan tembah cepat melakukan pekerjaannya.

Beban kerja yang tinggi akan menimbulkan kelelahan dan stres

kerja. Kelelahan perawat dalam bekerja dapat menyebabkan terjadinya

penyimpangan kerja yang akan menyebabkan kemunduran penampilan

kerja. Perawat profesional mempunyai peranan yang penting dalam

pelaksanaan pemberian obat. Untuk dapat memberikan obat secara


65

benar dan efektif, perawat harus mengetahui tentang indikasi, dosis,

dan cara pemberian obat dan efek samping yang mungkin terjadi dari

setiap obat yang diberikan (Priharjo, 2010).

2. Analisis Hubungan Beban Kerja Keperawatan Tidak Langsung


Dengan Penerapan Pemberian Obat

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa beban kerja

keperawatan tidak langsung berat sebesar 40,5% beban perawat shift

malam sebesar 94,6% lebih tinggi dari shift siang sebesar 29,7%. Hal

ini menunjukkan perawat membutuhkan waktu yang lama dalam

melaksanakan kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan

pasien atau sebagai pelengkap tindakan keperawatan pada malam

hari.

Hasil analisis bivariat perawat yang memiliki beban kerja

keperawatan tidak langsung ringan tapi tidak menerapkan prinsip

pemberian obat 27,3 %, sedangkan yang memiliki beban kerja

keperawatan tidak langsung berat tapi menerapkan prinsip enam benar

pemberian obat 33,3%. Nilai yang di dapat dari hasil uji statistik dengan

chi square diperoleh nilai p = 0.042 atau < 0,005 (p-value < 0,05)

yang berarti ada hubungan antara beban kerja keperawatan langsung

dengan penerapan prinsip enam benar pemberian obat di ruang bedah

Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar.

Hal ini sejalan dengan penelitian Griffiths, Peter., et.al. (2008)

bahwa variabel beban kerja perawat pelaksana dengan p value 0,001


66

dan OR 8,38 menunjukkan beban kerja perawat dalam mencuci tangan

sebelum dan sesudah melakukan tindakan pengobatan dan melakukan

penyuluhan ke pasien mempunyai pengaruh terhadap penerapan

pemberian obat.

Hasil pengamatan peneliti tingginya beban keperawatan

tidak langsung berat pada shift malam dikarenakan kegiatan

perawat yang paling banyak menggunakan waktu adalah mencatat

laporan, operan shift/jaga, dan melengkapi berkas rekam medik

pasien. Lamanya waktu kerja shift malam yakni 10 jam dimulai

pada pukul 21.00 sampai dengan 07.00 akan meningkatkan

kelelahan dan menurunkan konsenterasi sehingga pekerjaan

dilaksanakan dengan tergesa-gesa.

Perawat yang memiliki beban kerja keperawatan tidak

langsung ringan tapi tidak menerapkan prinsip enam benar

pemberian obat terutama benar cara pemberian dimana mereka

tidak mencuci tangan ketika memberikan obat oral sebanyak 29,7%

dan yang tidak menggunakan sarung tangan ketika melakukan

injeksi parenteral sebanyak 24,3% Hal ini dikarenakan masih

rendahnya pemahaman mereka tentang prinsip kewaspadaan

umum dan infeksi nasokomial dimana 89,2% perawat dengan

pendidikan terakhir diploma III (tiga) keperawatan. Sehingga untuk

meningkatkan kemampuan mereka perlu supervisi dari kepala

perawatan dan ketua komite keperawatan.


67

Mencuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan pasien

serta mengenakan sarung tangan saat kontak dengan cairan tubuh

pasien merupakan salah satu dari kegiatan keperawatan tidak langsung

dan prinsip kewaspadaan umum (universal precaution) yang dapat

mengurangi resiko transmisi mikroorganisme dan meningkatkan rasa

aman pada perawat. Mencuci tangan adalah tehnik yang paling dasar

dalam pencegahan dan pengontrolan penularan nfeksi (Perry &

Potter, 2005).

Bila sebelum melakukan tindakan pengobatan perawat tidak

cuci tangan maka dimungkinkan obat yang disiapkan dan diberikan

pada pasien menjadi tidak steril. The Center's for Desease Control

(C~C)dan Public Health Service mencatat bahwa mencuci tangan

paling sedikit 10-15 detik akan memusnahkan mikroorganisme transien

paling banyak dari kulit (Perry dan Potter, 2005).

3. Analisis Hubungan Beban Kerja Non Keperawatan Dengan


Penerapan Pemberian Obat

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa beban kerja non

keperawatan negatif sebesar 78,4%, beban perawat shift malam

sebesar 100%. Hal ini menunjukkan perawat membutuhkan waktu yang

lama dalam melaksanakan kegiatan yang bersifat pribadi dan tidak ada

hubungan dengan pasien dan keluarganya pada malam hari.

Hasil analisis bivariat perawat yang memiliki beban kerja non

keperawatan positif tapi tidak menerapkan prinsip pemberian obat 50%,


68

sedangkan yang memiliki beban kerja non keperawatan negatif tapi

menerapkan prinsip enam benar pemberian obat 58,6%. Nilai yang di

dapat dari hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = 0.974

atau < 0,005 (p-value < 0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara

beban kerja non keperawatan dengan penerapan prinsip enam benar

pemberian obat di ruang bedah Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia

Makassar.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mudayana (2012) menunjukkan bahwa beban kerja berlebih dalam

kegiatan non keperawatan meliputi menonton dan tidur (p value=0,063)

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerapan

pemberian obat dengan prinsip enam benar.

Hasil pengamatan peneliti tingginya beban non

keperawatan pada shift malam dikarenakan kegiatan perawat yang

paling banyak menggunakan waktu adalah istirahat/tidur dan

menonton serta apel pagi dan siang sehingga tidak produktif untuk

itu perlu ditingkatkan motivasi dan kreatifitas kerja.

Perawat yang memiliki beban kerja non keperawatan positif

tapi tidak menerapkan prinsip enam benar pemberian obat

terutama benar waktu dimana mereka tidak mengecek tanggal

kadaluarsa obat sebanyak 32,4% dan yang tidak memberikan obat

tepat waktu sebanyak 45,9%. Hal ini dikarenakan mereka berbagi


69

tugas sehingga ada perawat yang bertugas menyiapkan obat,

sementara pemberian obatnya dilakukan oleh perawat lain.

Perawat yang memiliki beban kerja non keperawatan

negatif tapi menerapkan prinsip enam benar pemberian obat. Hal

ini dikarenakan mereka memiliki waktu istirahat yang banyak

sehingga perhatian pada pekerjaan meningkat dan tidak terjadi

penyimpangan kerja karena tidak mengalami kelelahan dan stress

yang mengakibatkan peningkatan penampilan kerja.

Perawat seharusnya memberikan obat yang dipersiapkan

sendiri sehingga bila terjadi pengobatan perawat yang memberikan

obat bertanggungjawab terhadap efek obat (Perry & Potter, 2000).

4. Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Penerapan Prinsip Enam


Benar Pemberian Obat

Hasil analisis univariat beban kerja perawat diruang bedah

RS. Tk.II Pelamonia, 54,1% responden menyatakan beban kerja

berat. Sedangkan beban non keperawatan ringan/positif sebesar

78,4% lebih tinggi dari beban kerja keperawatan langsung

berat/negatif sebesar 35,1%. Hal ini berarti perawat dengan beban

kerja berat tetap berupaya semaksimal mungkin menerapkan prinsip

enam benar pemberian obat dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan untuk memperoleh hasil kerja sebaik mungkin dan

melindungi pasien dari bahaya pemberian obat namun masih banyak

perawat yang mengerjakan kegiatan yang bersifat pribadi atau


70

berlebih menggunakan waktu yang tidak memberi dampak pada

pasien atau keluarganya.

Hasil analisis bivariat perawat yang memiliki beban kerja berat

20% menerapkan prinsip enam benar pemberian obat sedangkan

perawat yang memiliki beban kerja ringan 100% menerapkan prinsip

enam benar pemberian obat. Nilai yang di dapat dari hasil uji statistik

dengan chi square diperoleh nilai p = 0.000 (p>0,05). Hal ini berarti

ada hubungan antara beban kerja dengan penerapan prinsip enam

benar pemberian obat di ruang bedah Rumah Sakit Tingkat II

Pelamonia Makassar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Budi W (2007) yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara beban kerja

dengan kinerja pegawai administrasi dibagian tata usaha Dinkes

Jawa Tengah. Beban kerja dipengaruhi oleh kapasitas kerja,

seseorang yang bekerja dengan beban maksimal akan

menyebabkan produktifitas menurun, Menurut Sumakmur, setiap

pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban yang dimaksud

bisa fisik, mental dan sosial.

Hasi pengamatan peneliti beratnya beban kerja perawat di

ruang bedah RS. Tk.II Pelamonia selain mengerjakan tugas dan

fungsi sebagi perawat juga mengerjakan tugas dan fungsi Rumah

sakit TNI AD sebagai dukungan operasional kesehatan dan

dukungan pertahanan dan kegiatan sosial bidang kesehatan.


71

Berdasarkan hasil analisis diketahui kegiatan yang menjadi beban

adalah beban kerja non keperawatan berat/positif sebesar 78,4%

lebih tinggi dari beban kerja keperawatan tidak langsung berat

sebesar 40,5% dan beban kerja keperawatan langsung berat

sebesar 35,1%.

Hal ini dikarenakan perawat yang berada di Instalasi Rawat

Inap RS TK.II Pelamonia Makassar terbiasa dengan beban kerja

tinggi, sehingga mengabaikan beberapa kegiatan dalam

keperawatan tidak langsung seperti mencuci tangan. Dengan adanya

beban yang tinggi kerja tiap hari tetapi kinerja baik dapat

memberikan dampak pada perawat tersebut dikemudian hari, karena

tidak selamanya daya tahan tubuh manusia akan selalu bertahan

pasti akan terjadi penurunan daya tahan tubuh. Beban kerja yang

terlalu berlebihan akan menimbulkan berbagai efek yakni kelelahan

baik fisik maupun mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit

kepala, gangguan pencernaan, kelalaian, lupa dan mudah marah

sehingga secara potensial membahayakan pekerja atau perawat

Jumlah pasien yang tidak sesuai dengan jumlah perawat,

dalam hal ini jumlah pasien yang lebih banyak dari jumlah perawat akan

menimbulkan beban psikis bagi perawat. Menurut Suyanto (2008) tidak

memadainya jumlah dan kualifikasi perawat ternyata berhubungan

dengan kejadian gangguan psikis pada perawat. Kurang kooperatifnya

pasien juga bisa menimbulkan beban psikis bagi perawat oleh karena
72

perawat perlu waktu dan tenaga yang lebih banyak untuk pasien yang

kooperatif serta setiap tindakan yang diberikan kepada pasien tidak

dipatuhi oleh pasien. Kelebihan beban kerja yang menyebabkan beban

psikis bisa terjadi karena perawat harus melaksanakan observasi

pasien secara ketat selama kerja, kontak langsung perawat dengan

klien secara terus menerus selama 24 jam, tuntutan keluarga pasien

untuk keselamatan dan kesehatan pasien, serta menghadapi pasien

dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan kondisi terminal. Hal-hal

tersebut bisa menjadi beban psikis bila perawat yang bersangkutan

kurang pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya.

Menurut Gillies (1990) beban kerja perawat sangat

mempengaruhi performa perawat dalam memberikan pelayanan

kepada pasien. Beban kerja perawat disebabkan oleh kegiatan secara

langsung kepada pasien, kegiatan tidak langsung, pekerjaan pribadi

yang non produktif.


73

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan mengacu

pada rumusan masalah dan hipotesis peneltian, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan beban kerja keperawatan langsung dengan penerapan

pemberian obat di ruang bedah RS Tk.II Pelamonia Makassar.

2. Ada hubungan beban kerja keperawatan tidak langsung dengan

penerapan pemberian obat di ruang bedah RS Tk.II Pelamonia

Makassar.

3. Tidak ada hubungan beban kerja non keperawatan dengan penerapan

pemberian obat di ruang bedah RS Tk.II Pelamonia Makassar

4. Ada hubungan beban kerja dengan penerapan pemberian obat di ruang

bedah RS Tk.II Pelamonia Makassar

B. Saran

1. Kepada pihak manajemen rumah sakit dalam pengelolaan sumber daya

manusia keperawatan memperhatikan rasio perawat dengan tempat

tidur agar beban kerja perawat sesuai dengan standar sehingga

mereka dapat bekerja dengan optimal sehingga pelaksanaan pasien

safety utamanya dalam peningkatan keamanan obat dapat terlaksana

sebagaimana mestinya.
74

2. Kepada Kepala perawatan dan ketua komite keparawatan agar

melaksakan pengawasan secara berkala tentang perawat pelaksana

dalam penerapan prinsip enam benar pemberian obat sehingga pasien

terlindungi dan terhindar dari bahaya obat.

3. Perawat pelaksana dalam pemberian obat wajib memperhatikan prinsip

kewaspadaan umum (universal precaution) mencuci tangan sebelum

dan setelah memberikan obat, serta menggunakan sarung tangan.


75

DAFTAR PUSTAKA

Abram AC,at.al , 2009, Clinical Drug Therapy, Jurnal Keperawatan


Indonesi Volume 1.

Budi W, 2007, Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Pegawai


Administrasi Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.

Chernecky, C, et al. 2002. Real World Nursing Survival Guide:


drug Calculations and Drug Administration. Philadelpia: Wb
Saunders Co.

Didonna. Nancy, 2013, Sedian & Dosis Obat Panduan Penghitungan Dosis
dan Dasar-Dasar Pemberian Obat, Erlangga, Jakarta.

Erna Kusuma, 2011, Kebutuhan Riil Tenaga Perawat dengan Netode


Workload Indicator Staff Need (WISN), Jurnal Ners Vol 6 april 2011.

Erwin, 2011, Produktifitas waktu kerja perawat di ruang penyakit dalam


dan bedah Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau, Jurnal Ners Indonesia.
Vol.1 No.2 Maret 2011.

Fredna, J.M.R, 2009, Analisis Beban Kerja Perawat Pelaksana Untuk


Mengevaluasi Kebutuhan tenaga Perawat di Rumah Sakit Umum
Prof. Dr. Kandou Manado, Tesis tidak di publikasikan.

Gillies, D.A, 1989, Nursing Management, Sounders Company,


Philadelphia.

___________, 1999, Nursing Management: A system Approach, Sounders


Company, Philadelphia.

Griffiths, Peter., et.al. 2008. The Impact of Organotatioon and Management


Factors on Infection Control in Hospitals: a Scoping Review. London:
Kings College London, University of London.

Harjo P, 2004, Teknik Pemberian Obat Bagi Perawat, EGC, Jakarta

Ilyas, Yaslis, 2001, Kinerja, FKM-UI, Jakarta.

------------------, 2004, Perencanaan SDM Rumah Sakit, FKM-UI, Jakarta.

------------------, 2010, Perencanaan SDM Rumah Sakit, FKM-UI, Jakarta


76

Joint Commission and Accreditation of Health Organitation, 2002,


Research Shows disturbing Drug Error Rates. [online]
http://www.glencoe.com. tanggal 16 Januari 2013.

Karch. Amy M, 2011, Buku Ajar Farmakologi Keperawatan, EGC, Jakarta

Kinninger,T&Reeder,L. 2003, Establishing ROI for Technology to Reduce


Medication Errors is Both Science and Art. Diakses tanggal 8
Desember 2013

Kuntarti, 2004, Tingkat Penerapan Prinsip Enam Tepat Dalam


Pemberian Obat Oleh Perawat Di ruang Rawat Inap. Jurnal
Keperawatan Indonesia 1 Maret 2005: Fakultas Keperawatan
Universitas Indonesia.

Kurniadi Anwar, 2013, Manajemen Keperawatan Dan Prospektifnya,


Badan Penerbit FKUI, Jakarta.

Lestari, Yustina Nanik. 2005. Pengalamam Perawat Dalam Menerapkan


Prinsip Enam Benar Dalam Pemberian Obat Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, Jurnal keperawatan Indonesia
volume 9 No 1 Maret 2005

Manuaba, A, 2000, Ergonomi Kesehatan Keselamatan Kerja, PT.Guna


Widya, Surabaya.

Marquis, B.L., Huston,C.J, 2010, Kepemimpinan dan Manajemen


Keperawatan Teori dan Aplikasi,EGC, Jakarta.

Mudayana, Ahmad. 2012. Hubungan Beban Kerja Dengan Prinsip enam


benar di Rumah sakit Nur Hidayah Bantul. Universitas Ahmad
Dahlan. ISSN: 1978-0575 Kesmas Vol. 6 No.1, Januari 2012: 1-74.

Notoatmojo, 2003, Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, PT.Rineka Cipta,


Jakarta.

Nursalam, 2009, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian.
Salemba Medika, Jakarta.

Pamuji, Tutik. 2008. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Standar


Prosedur Operasional (SPO) Dengan Kepatuhan Perawat Terhadap
Pelaksanaan SPO Profesi Pelayanan Keperawatan Di Instalasi
Rawat Inap RSUD Purbalingga. Jurnal Keperawatan Soedirman (The
Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.1 Maret 2008.
77

Pemerintah RI. 2011, Undang-Undang No.24 Tahun 2011, Percetakan


Negara, Jakarta

Potter &Perry, 2000, Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar, EGC,
Jakarta.
____________,2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep
Proses dan Praktik, EGC, Jakarta.

Sampurno, 2009, Manajemen pemasaran Farmasi Gadjah Mada


University Press, Yogyakarta.

Simamora, 2012, Buku Ajar Manajemen Keperawatan, EGC, Jakarta.

Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Administrasi, Tarsito, Bandung.

Sumamur, 1995, Higiene perusahaan dan Kesehatan Kerja, PT. Gunung


Agung, Jakarta

Sutedjo, Ary, 2008. Mengenal obat obatan secara mudah dan


Aplikasinya dalam Perawatan.

Suyanto. 2008. Mengenal Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan


Di Rumah Sakit. Jogjakarta : Penerbit Mitra Cendikia.

Syamsuni, 2012, Ilmu Resep, EGC, Jakarta.

Tarwaka, dkk, 2004, Ergonomi Untuk Kesehatan, Keselamatan Kerja dan


Produktivitas, Uniba Press, Jakarta

Tim Depkes RI, 2005, Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan


Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta.

_____________, 2008, Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah


Sakit (Patient Safety) Edisi 2, KKP-RS, Jakarta.

Virawan, Made K. 2012. Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Staf


Perawat Menggunakan Enam Benar Dalam Menurunkan Kasus
Kejadian Yang Tidak Diharapkan di RSU Surya Husada. Tesis
dipublikasikan. Universitas Indonesia.

Wedati, Sri, 2003, Pengantar Manajemen Keperawatan, MMR UGM,


Yogyakarta.

Yuni arniati, 2007. Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Lama Kerja Perawat
Dengan Penerapan Prinsip 6 Tepat Dalam Pemberian Obat Di Ruang
78

Rawat Inap RS. Dr. Kariadi Semarang. Fikkiis Jurnal Keperawatan


Vol. 1 No. 1 ~ Oktober 2007 : 1 - 18.
79

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kepada Yth.
Responden Penelitian Perawat
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Tk II. Pelamonia
di
Makassar

Dengan hormat.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Andi Arnoli
NIM : P4200210021
Alamat : Jalan Pampang Raya Aswip II Blok A/4 Makassar

Adalah mahasiswa Program Pasca Sarjana Program Studi Magister


Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin akan melakukan penelitian
untuk tesis dengan judul : Analisis Hubungan beban kerja perawat
dengan penerapan prinsip enam benar pemberian obat di ruang bedah
Rumah Sakit Tk II. Pelamonia Makassar.
Penelitian ini tidak akan mempengaruhi kode etik atau
mengakibatkan hal yang merugikan bagi saudara. Informasi yang saudara
berikan akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan sebagai
penelitian.
Apabila saudara menyetujui, maka dimohon kesediannya untuk
menandatangani persetujuan dan mengisi kuesioner yang disediakan.
Terima kasih atas perhatian dan kerjasama yang baik dari saudara
sebagai responden.
Makassar, 2014
Peneliti

Andi Arnoli
80

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia


untuk menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
Program Pasca Sarjana Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Universitas Hasanuddin dengan judul Analisis Hubungan beban kerja
perawat dengan penerapan prinsip enam benar pemberian obat di ruang
bedah Rumah Sakit Tk II. Pelamonia Makassar.

Saya memahami dan menyadari bahwa penelitian ini tidak akan


mempengaruhi kode etik atau mengakibatkan hal yang merugikan bagi
saya, oleh karena itu saya bersedia menjadi responden dalam penelitian
ini.

Makassar, 2014
Responden

__________________
81

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN


PENERAPAN PRINSIP ENAM BENAR PEMBERIAN OBAT DI RUANG
BEDAH
RUMAH SAKIT TK II. PELAMONIA MAKASSAR

Nama (inisial) : ........................................


Umur : .............................. tahun
Pendidikan terakhir (perawat) : .........................................
Status Kepegawaian : .........................................
Lama kerja : .............................. tahun

1. DINAS PAGI

A. INSTRUMEN BEBAN KERJA KEPERAWATAN LANGSUNG

NO WAKTU KEGAIATAN FREKUENSI

B. INSTRUMEN BEBAN KERJA KEPERAWATAN TIDAK


LANGSUNG

NO WAKTU KEGAIATAN FREKUENSI


82

C. INSTRUMEN BEBAN KERJA NON KEPERAWATAN

NO WAKTU KEGAIATAN FREKUENSI

2. DINAS SIANG

A. INSTRUMEN BEBAN KERJA KEPERAWATAN LANGSUNG

NO WAKTU KEGAIATAN FREKUENSI

B. INSTRUMEN BEBAN KERJA KEPERAWATAN TIDAK


LANGSUNG

NO WAKTU KEGAIATAN FREKUENSI

C. INSTRUMEN BEBAN KERJA NON KEPERAWATAN

NO WAKTU KEGAIATAN FREKUENSI


83

3. DINAS MALAM

A. INSTRUMEN BEBAN KERJA KEPERAWATAN LANGSUNG

NO WAKTU KEGAIATAN FREKUENSI

B. INSTRUMEN BEBAN KERJA KEPERAWATAN TIDAK


LANGSUNG

NO WAKTU KEGAIATAN FREKUENSI

C. INSTRUMEN BEBAN KERJA NON KEPERAWATAN

NO WAKTU KEGAIATAN FREKUENSI


84

D. INSTRUMEN PENERAPAN PRINSIP ENAM BENAR


PEMBERIAN OBAT

Inisial Yang Dinilai :

No Kegiatan Diisi oleh peneliti


Dilakukan Tidak
dilakukan
Benar Obat
1. Mengecek program terapi pengobatan dari
dokter
2. Menanyakan ada tidaknya alergi obat
3. Menanyakan keluhan pasien sebelum
memberikan obat
4. Mengecek label obat
Benar Dosis
5. Menegecek dosis terapi pengobatan dari
dokter
6. Mengecek dosis pengobatan dengan perawat
lain (doubel check)
7. Mencampur/mengoplos obat sesuai petunjuk
Benar Waktu
8. Mengecek waktu terapi pemberian obat
9. Mengecek tanggal kadaluarsa obat
10. Memberikan obat tepat waktu
Benar Pasien
11. Mengecek nama pasien sesuai program terapi
pengobatan
12. Memanggil nama pasien yang akan diberikan
obat
13. Mengecek identitas pasien pada papan
ditempat tidur
Benar cara Pemberian
14. Mengecek cara pemberian obat sesuai
program terapi pengobatan
15. Mengecek pemberian obat pada kemasan
16. Memberikan obat sesuai SPO
Benar Dokumentasi
17. Mencatat nama pasien, nama obat, dosis, cara
dan waktu pemberian
18. Mencantumkan nama dan paraf perawat
19. Mencatat keluhan atau penolakan pasien
20 Mencatat segera setelah memberikan obat

Вам также может понравиться