Вы находитесь на странице: 1из 9

AROMACARE MELATI MENINGKATKAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN TIDUR PADA LANSIA


(Aromacare of Jasmine Increased Sleep Needs in Elderly)

Heri Kusnaidi*, Joni Haryanto*, Makhfudli*


*Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, Kampus C Mulyorejo Surabaya
E-mail: ckoess@gmail.com

ABSTRACT
Introduction: Sleep disorder is one of the problems that faced by elderly. Progress of sleep change
from time to time, sleep patterns during the aging experience different than younger people. Sleep
patterns in elderly decreases according with increasing age and degenerative processes that occur in
physiological. Aroma of jasmine is the one of method to increase sleep needs, but giving the aroma of
jasmine with nursing intervention that called aromacare to reduce sleep disorder is never investigated.
Method: This study used quasy experiment pretest and posttest design. The population were elderly
with sleep disorder in Tresna Werdha Puspakarma Service Home Elderly Mataram. The samples were
recruited using purposive sampling, total samples were 14 respondents, according to inclusion and
exclusion criteria. The independent variable was aromacare of jasmine and the dependent variable
was sleep in elderly. Data were collected using structure questionnaire. Data were analyzed by using
wilcoxon sign rank test and mann whitney test to fulfillment adequacy of sleep based on quantity,
paired t test and independent t test to fulfillment adequacy of sleep on quantity with significance
0.05. Result: Result showed that aromacare of jasmine increase of fulfillment of the need of sleep
in quality (p < 0.016) and also effect the need of sleep in quantity (p < 0.001). Discussion: It can
be concluded that aromacare of jasmine has significantly effect on sleep need of the elderly. Further
research should measure the effect of aromacare of jasmine on fulfillment of the need of sleep with
the rate of melatonin and EEG (Electro Encephalo Gram).

Keyword: elderly, aromacare of jasmine, sleep

PENDAHULUAN pemberi asuhan keperawatan dapat mengurangi


Tidur merupakan salah satu kebutuhan keluhan tidur pada lansia dengan memberikan
dasar fisiologis manusia yang terjadi secara lingkungan yang tenang dan nyaman dengan
alami dan merupakan suatu proses perbaikan menggunakan aroma-aroma relaksan seperti
tubuh. Perkembangan tidur berbeda dari waktu aroma melati (jasmine). Aromacare merupakan
ke waktu, biasanya pola tidur pada masa pemberian aroma-aroma relaksasi untuk
penuaan mengalami perubahan-perubahan meningkatkan relaksasi dengan pendekatan
daripada orang yang lebih muda (Stanley and asuhan keperawatan melalui metode induksi,
Beare, 2007). Pola tidur pada lansia semakin namun pengaruh aromacare melati (jasmine)
berkurang sesuai dengan bertambahnya usia terhadap pemenuhan kebutuhan tidur pada
dan proses degeneratif yang terjadi secara lansia masih belum bisa dijelaskan.
fisiologis. Menurut Stanley and Beare (2007), Tidur mengalami perubahan seiring
gangguan pemenuhan tidur dialami 50% orang dengan pertambahan usia. Efisiensi tidur
yang berusia 65 tahun ke atas atau lebih yang (jumlah waktu tidur berbanding dengan waktu
tinggal di rumah dan 66% orang yang tinggal berbaring di tempat tidur) semakin berkurang.
di fasilitas perawatan jangka panjang dan Sementara kebutuhan tidurpun semakin
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur yang menurun, karena dorongan homeostatik
terbanyak yang dialami oleh lansia adalah untuk tidur juga berkurang. Tidur merupakan
susah untuk memulai tidur. Perawat sebagai salah satu kebutuhan biologis yang harus

192
Aromacare Melati (Jasmine) (Heri Kusnaidi)

dipenuhi oleh setiap orang selain makan fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan
dan bernapas. Sebagian besar waktu hidup tidur yang cukup untuk mempertahankan
seseorang dihabiskan dengan tidur (Prasadja, kesehatan tubuh, dapat terjadi efek-efek seperti
2009). Luce & Seagal mengungkapkan bahwa pelupa, konfusi, dan disorientasi, terutama
faktor usia merupakan faktor terpenting yang jika deprivasi tidur terjadi dalam jangka
berpengaruh terhadap kualitas tidur. Telah waktu yang lama. Akibatnya, lansia semakin
dikatakan bahwa keluhan terhadap kualitas berisiko mengalami jatuh dan depresi yang
tidur sering dengan bertambahnya usia. Pada berkepanjangan (Stanley dan Beare, 2007). Hal
kelompok lanjut 40 tahun hanya dijumpai 7% ini dapat diatasi dengan mengatur waktu tidur,
kasus yang mengeluh masalah tidur (hanya ikuti petunjuk sleep hygiene dan cobalah untuk
dapat tidur tidak lebih dari 5 jam sehari). Hal lebih berpikiran positif.
yang sama dijumpai pada 22% kasus pada Tenaga perawat yang merupakan "the
kelompok usia 70 tahun. Demikian pula, caring profession" memegang peranan penting
kelompok lanjut usia lebih banyak mengeluh dalam mengurangi gangguan tidur lansia
terbangun lebih awal dari pukul 05.00 pagi. (Kasnalia, 2010). Seorang perawat dapat
Selain itu, terdapat 30% kelompok usia melakukan asuhan keperawatan dengan
70 tahun yang banyak terbangun di waktu memberikan lingkungan yang nyaman
malam hari. Angka ini ternyata tujuh kali lebih untuk pemenuhan tidur seseorang. Ruangan
besar dibandingkan dengan kelompok usia 20 dan keadaan sekeliling yang nyaman akan
tahun (Fitri, 2009). Berdasarkan data awal menyebabkan tidur nyenyak. Salah satu
yang didapatkan peneliti di Panti Sosial Tresna cara yang dapat dilakukan adalah dengan
Werdha Puspakarma Mataram ditemukan menggunakan aroma-aroma yang menimbulkan
bahwa sebanyak 22 lansia (28%) dari 82 lansia relaksasi seperti aroma melati (jasmine). Aroma
yang ada, mengeluh sering bangun pada malam bunga melati dapat meningkatkan efisiensi
hari dan tidak puas dalam tidurnya. tidur seseorang dan mengurangi pergerakan
Ada dua tahap yang harus dilalui dalam seseorang ketika tidur, meningkatkan kualitas
tidur yaitu tidur REM (Rapid Eye Movement) tidur seseorang tanpa penambahan waktu tidur
dan NREM (Non-Rapid Eye Movement). (Raudensberg, 2005). Selain itu, aroma melati
NREM kemudian dibagi lagi menjadi empat (jasmine) mempunyai efek sedatif terhadap
tingkat, dengan tingkat tidur yang makin dalam aktivitas saraf otonom dan keadaan jiwa
yaitu NREM 1, NREM 2, NREM 3, dan NREM seseorang (Kuroda, 2005).
4. Perubahan yang terjadi adalah episode tidur Caring merupakan fenomena universal
REM pada lansia cenderung memendek dan yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir,
terdapat penurunan yang progresif pada tahap berperasaan dan bersikap ketika berhubungan
tidur NREM 3 dan 4. Beberapa lansia hampir dengan orang lain, sedangkan aromacare
tidak memiliki tahap 4 atau tidur yang dalam. merupakan penggunaan konsep caring yang
Seorang lansia akan terbangun lebih sering digunakan sebagai dalam asuhan perawatan
di malam hari dan membutuhkan waktu yang klien yang mengalami gangguan tidur dengan
lebih banyak untuk kembali tertidur (Potter pendekatan menggunakan aroma-aroma
dan Perry, 2005). relaksan. Pemberian aroma melati (jasmine)
Perubahan pola tidur pada lansia dengan diiringi pemberian asuhan keperawatan
disebabkan perubahan sistem saraf pusat yang selama ini tidak pernah dilakukan dalam
memengaruhi pengaturan tidur. Kerusakan mengatasi gangguan kebutuhan tidur pada
sensorik yang umum dengan penuaan, dapat lansia. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di
mengurangi sensitivitas terhadap waktu yang atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mempertahankan irama sirkardian (Potter dan mengenai pengaruh aromacare melati (jasmine)
Perry, 2005). Aktifnya saraf simpatis membuat terhadap pemenuhan kebutuhan tidur lansia di
lansia tidak dapat santai atau relaks sehingga Panti Sosial Tresna Werdha Puspa Karma
tidak dapat memunculkan rasa kantuk. Secara Mataram.

193
Jurnal Ners Vol. 6 No. 2 Oktober 2011: 192200

BAHAN DAN METODE hanya menggunakan 9 pertanyaan pribadi pada


PSQI. Pemberian aromacare melati (jasmine)
Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen semu (quasy experimental) ini menggunakan Standar Operasional Prosedur
bentuk pre post design. Rancangan ini (SOP) dengan panduan peneliti dan observasi.
untuk mengungkapkan hubungan sebab Bahan yang digunakan dalam aromacare ini
akibat dengan melibatkan kelompok kontrol adalah aroma melati dan burner aromaterapi.
di samping kelompok eksperimental. Tetapi Penelitian diawali dari mengidentifikasi
pemilihan kedua kelompok tidak menggunakan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi
teknik acak. Dalam rancangan ini kelompok dan ekslusi. Kemudian peneliti memberi
eksperimental diberikan perlakuan sedangkan lembar inform consent kepada responden
kelompok kontrol tidak. Kelompok perlakuan yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi
diawali dengan pretest, dan setelah pemberian sebagai persetujuan untuk menjadi sampel
perlakuan diadakan pengukuran kembali (post- dalam penelitian ini. Setelah itu peneliti
test). melakukan pre-test dengan menggunakan
Populasi dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner pemenuhan kebutuhan
lansia yang mengalami gangguan pemenuhan tidur PSQI yang telah dimodifikasi dan
kebutuhan tidur di Panti Sosial Tresna Werdha dilakukan pengukuran lama tidur responden
Puspakarma Mataram. Teknik sampling menggunakan lembar observasi lamanya tidur
dalam penelitian ini menggunakan teknik dengan cara wawancara. Kemudian peneliti
purposive sampling. Sampel ditentukan membagi responden menjadi dua kelompok,
berdasarkan kriteria inklusi, yaitu karakteristik yaitu kelompok perlakuan dan kelompok
umum subjek penelitian dari suatu populasi kontrol.
target yang terjangkau dan akan diteliti Pemberian pendidikan kesehatan
(Nursalam, 2009). Kriteria inklusi dalam mengenai pemberian aromacare melati
penelitian ini adalah Lansia yang kooperatif, (jasmine) diberikan kepada lansia yang pada
Bersedia menjadi responden, Lansia yang kelompok perlakuan sehari sebelum dilakukan
mengkonsumsi obat-obatan analgesik, obat intervensi. Pada hari pertama hingga hari ke
tidur, atau terapi insomnia lain, sedangkan empat belas, pemberian aromacare melati
kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah (jasmine) dilakukan pada malam hari, yaitu
Lansia yang tidak suka dengan aroma melati 1530 menit sebelum lansia beranjak ke
(jasmine), Lansia yang alergi terhadap aroma tempat tidur. Selama di tempat tidur pasien
melati (jasmine), Lansia yang tidak mengalami akan diberikan pengantar secara verbal sambil
gangguan penciuman dan pendengaran, Lansia diberikan aroma melati (jasmine). Peralatan
yang mengalami gangguan kejiwaan, Lansia yang digunakan adalah burner aroma melati
yang mengalami poliuri. (jasmine). Setelah itu, jika lansia telah siap
Variabel independen pada penelitian ini beranjak ke tempat tidur, yang minyak aroma
adalah aromacare melati (jasmine) dan variabel melati (jasmine) diteteskan pada mangkok pada
dependen yaitu pemenuhan kebutuhan tidur burner keramik dan ditambahkan air sebanyak
pada lansia secara kualitas dan kuantitas. 3/4 dari mangkok, kemudian lilin dinyalakan di
Instrumen yang digunakan dalam bawah mangkok sehingga aroma melati keluar.
pemenuhan tidur dalam hal kualitas adalah Peneliti lalu meminta lansia untuk berbaring di
dengan menggunakan Pittsburg Sleep Quality tempat tidurnya dengan posisi yang senyaman
Index (PSQI) yang terdiri dari 9 pertanyaan mungkin sambil menghirup aroma melati
pribadi dan 5 pertanyaan untuk pasangan atau (jasmine) dan diberikan pengantar secara
teman tidur, dengan penilaian jika jumlah verbal. Aroma yang ditimbulkan akan bertahan
skor 0 = sangat baik, 17 = agak baik, 814 = selama lebih kurang 4 jam. Dalam 2 minggu,
agak buruk, 1521 = sangat buruk, sedangkan peneliti akan memberikan intervensi. Setelah
instrumen yang digunakan untuk menilai dilakukan pemberian intervensi aromacare
kuantitas tidur adalah lembar observasi melati (jasmine) selama 2 minggu, pada hari ke
lamanya tidur. Pada penelitian ini peneliti empat belas lansia diberikan lembar kuesioner

194
Aromacare Melati (Jasmine) (Heri Kusnaidi)

untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan kelompok perlakuan menunjukkan p = 0,016


tidur pada lansia setelah diberikan intervensi artinya ada pengaruh pemberian aromacare
tersebut. melati (jasmine) terhadap pemenuhan kebutuhan
Analisa data menggunakan uji wilcoxon tidur lansia secara kualitas, sedangkan pada
sign test untuk mengetahui pemenuhan kelompok kontrol diperoleh hasil p = 0,577
kebutuhan tidur secara kualitas, paired t test artinya tidak ada perbedaan kualitas tidur antara
untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan hasil pre test dan post-test.
tidur secara kuantitas, mann whitney untuk
mengetahui perbandingan kualitas tidur lansia
Tabel 2. Pemenuhan kebutuhan tidur lansia
dan independent t test untuk mengetahui
kelompok perlakuan dan kelompok
perbandingan kuantitas tidur.
kontrol berdasarkan kuantitas sebelum
dan sesudah diberikan aromacare
HASIL melati (jasmine)

Hasil pengumpulan data pada lansia Lama tidur (jam)


yang mengalami gangguan pemenuhan No Perlakuan Kontrol
kebutuhan tidur diketahui bahwa pada kelompok pre Post pre post
perlakuan mayoritas lansia berusia 6074 1 3 6 3 2
tahun yaitu sebanyak 5 orang (71%), pada 2 3 4 5 5
kelompok kontrol sebagian besar lansia juga 3 4 5 3 3
berusia 7590 tahun yaitu sebanyak 5 orang 4 4 6 2 2
(71%). Distribusi responden menurut jenis 5 3 5 3 3
kelamin didapatkan bahwa pada kelompok 6 3 6 5 5
perlakuan lansia berjenis kelamin perempuan 7 3 5 4 4
yaitu sebanyak 4 orang (57%), pada kelompok Paired T Test p = 0,001 p = 0,356
kontrol lanjut usia berjenis kelamin perempuan Independent T Test p = 0,006
yaitu sebanyak 4 orang (57%).
Hasil uji statistik perubahan kualitas Hasil uji statistik mann whitney test
pemenuhan kebutuhan tidur lansia sebelum p = 0,023 yang berarti bahwa ada perbedaan
(pre-test) dan sesudah (post-test) pada kelompok post-test kualitas tidur pada kelompok perlakuan
yang diberikan perlakuan dan kontrol. Hasil dan kelompok kontrol. Hasil uji statistik
uji statistik wilcoxon signed rank test pada pemenuhan kebutuhan tidur lansia secara

Tabel 1. Pemenuhan kebutuhan tidur lansia kelompok perlakuan dan kelompok kontrol berdasarkan
kualitas sebelum dan sesudah diberikan aromacare melati (jasmine)
Skor PSQI
No. Perlakuan Kontrol
Pre Ket. Post Ket. Pre Ket. Post Ket.
1 15 sangat buruk 8 agak buruk 15 sangat buruk 15 sangat buruk
2 14 agak buruk 11 agak buruk 10 agak buruk 10 agak buruk
3 12 agak buruk 9 agak buruk 16 sangat buruk 16 sangat buruk
4 16 sangat buruk 9 agak buruk 14 agak buruk 16 sangat buruk
5 12 agak buruk 9 agak buruk 17 sangat buruk 15 sangat buruk
6 16 sangat buruk 11 agak buruk 11 agak buruk 10 agak buruk
7 11 agak buruk 8 agak buruk 13 agak buruk 12 agak buruk
Wilcoxon
Signed p = 0,016 p = 0,577
Rank Test
Mann Whitney p = 0,023

195
Jurnal Ners Vol. 6 No. 2 Oktober 2011: 192200

kuantitas kelompok perlakuan dan kelompok otak, meningkatnya frekuensi terbangun di


kontrol. Dari hasil uji statistik paired t test pada malam hari atau meningkatnya fragmentasi
kelompok perlakuan p = 0,001 yang artinya ada tidur karena seringnya terbangun pada malam
perbedaan kuantitas (lama tidur) pre dan post hari hal ini akan membuat lansia merasa
intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol letih dan tidak bugar pada saat bangun tidur.
didapatkan p = 0,356 yang artinya tidak ada Hal inilah yang membuat kualitas tidur pada
perbedaan kuantitas (lama tidur) antara hasil lansia cenderung berubah. Pada penelitian ini,
pre test dan post-test. kebanyakan lansia mengeluh kualitas tidurnya
terganggu karena susah memulai tidur dan
memerlukan waktu yang lama untuk bisa tidur
PEMBAHASAN
pulas.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa Hasil uji statistik pemenuhan kebutuhan
pada pre test responden, baik pada kelompok tidur lansia secara kuantitas kelompok
perlakuan dan kontrol memiliki kualitas tidur perlakuan dan kelompok kontrol dapat dilihat
agak buruk dan sangat buruk, di mana pada bahwa sebagian besar responden pada kedua
kelompok kontrol, sebanyak 3 orang memiliki kelompok hanya dapat tidur tidak lebih dari
kualitas tidur sangat buruk dan 4 orang 5 jam sehari yaitu 14 orang (100%). Hal ini
memiliki kualitas tidur agak buruk. Sedangkan sesuai dengan pernyataan Luce and Segal
pada kelompok perlakuan, 3 orang memiliki yang mengungkapkan bahwa faktor usia
kualitas tidur sangat buruk dan 4 orang merupakan faktor terpenting yang berpengaruh
memiliki kualitas tidur agak buruk. Berikut terhadap kuantitas tidur. Telah dikatakan bahwa
ini akan dibahas mengenai data usia dan jenis keluhan terhadap kuantitas tidur sering dengan
kelamin yang dapat memengaruhi pemenuhan bertumbuhnya usia. Pada kelompok lanjut 40
kebutuhan tidur lansia yang meliputi kualitas tahun hanya dijumpai 7% kasus yang mengeluh
dan kuantitas tidurnya. masalah tidur (hanya dapat tidur tidak lebih
Distribusi responden berdasarkan umur dari 5 jam sehari). Hal yang sama dijumpai
diketahui bahwa 5 orang responden pada pada 22% kasus pada kelompok usia 70 tahun.
kelompok perlakuan yaitu berusia 6074 Demikian pula, kelompok lanjut usia lebih
tahun dan 2 orang responden berusia 7590 banyak mengeluh terbangun lebih awal dari
tahun, dan pada kelompok kontrol 2 responden pukul 05.00 pagi. Selain itu, terdapat 30%
berusia 6074 tahun dan 5 orang responden kelompok usia 70 tahun yang banyak terbangun
berusia 7590 tahun. Fakta ini sesuai dengan di waktu malam hari. Angka ini ternyata tujuh
apa yang dipaparkan oleh Prasadja (2009) kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok
bahwa tidur mengalami perubahan seiring usia 20 tahun (Fitri, 2009). Hal ini dibuktikan
dengan pertambahan usia. Efisiensi tidur dari hasil data dari penelitian di mana rerata
(jumlah waktu tidur berbanding dengan waktu responden pada penelitian mengatakan bangun
berbaring di tempat tidur) semakin berkurang. sebelum pukul 04.00 WIB dan sering terbangun
Sementara kebutuhan tidur pun semakin pada malam hari. Seringnya terbangun pada
menurun, karena dorongan homeostatik untuk malam hari dan kesulitan untuk memulai
tidur pun berkurang. Hal ini juga didukung tidur menyebabkan lama tidur berkurang pada
oleh pendapat Potter dan Perry (2005) yaitu lansia.
kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada Distribusi responden berdasarkan jenis
kebanyakan lansia. kelamin dapat diketahui bahwa sebagian
Kualitas tidur menunjukkan adanya besar responden, yaitu sebanyak 8 orang
kemampuan individu untuk tidur dan berjenis kelamin wanita mengalami gangguan
memperoleh jumlah istirahat yang sesuai tidur. Pada usia lanjut, wanita lebih banyak
dengan kebutuhannya (Hidayat, 2008). Salah mengalami insomnia, dibandingkan pria yang
satu faktor yang menyebabkan perubahan lebih banyak menderita sleep apnea atau
kualitas tidur pada lansia adalah umur. Pada kondisi medis lain yang dapat mengganggu
lansia terjadi perubahan pada gelombang tidur. Gangguan tidur pada usia lanjut biasanya

196
Aromacare Melati (Jasmine) (Heri Kusnaidi)

muncul dalam bentuk kesulitan untuk tidur dan saling pengaruh-memengaruhi satu dengan
dan sering terbangun atau bangun terlalu awal lainnya dengan tujuan untuk membina suatu
(Prasadja, 2009). hubungan (Siregar, 2009).
Jenis kelamin merupakan status gender Peplau menggambarkan proses
dari seseorang yaitu laki-laki dan perempuan. interpersonal sebagai metode transformasi
Wanita secara psikologis memiliki mekanisme energi atau perubahan pola tidur klien oleh
koping yang lebih rendah dibandingkan perawat yang terdiri dari empat fase yaitu fase
dengan laki-laki dalam mengatasi suatu orientasi, tahap ini ditandai di mana perawat
masalah. Adanya gangguan secara fisik melakukan kontak awal untuk membangun
maupun secara psikologis tersebut maka kepercayaan (membina hubungan saling
wanita akan mengalami suatu kecemasan, percaya) dan kemudian mengumpulkan data
jika kecemasan itu berlanjut maka akan awal mengenai kualitas dan kuantitas tidur
mengakibatkan seseorang lansia wanita lansia, fase Identifikasi, perawat mendiskusikan
lebih sering mengalami kejadian insomnia masalah dan menjelaskan tindakan yang akan
dibandingkan dengan laki-laki. Fase biologis dilakukan, fase eksplorasi, fase ini merupakan
dari kehidupan wanita seperti menopause, dan inti hubungan dalam proses interpersonal.
faktor hormonal membuat wanita lebih banyak Dalam hal ini perawat membantu klien dengan
mengalami gangguan tidur, wanita lebih mudah memberikan aromacare melati (jasmine) serta
mengalami berbagai gangguan tidur daripada proses sugesti untuk membantu memperbaiki
pria, seperti insomnia, begitu juga dengan kualitas dan kuantitas tidur lansia. Adanya
lansia yang berusia di atas 60 tahun akan perkembangan hubungan antara perawat
mengalami gangguan tidur yang lebih buruk dan klien, akan membuat kedua belah pihak
karena adanya faktor-faktor stres psikologis mendapatkan keuntungan. Klien mendapatkan
seperti menopause, perubahan-perubahan fisik keuntungan dengan memanfaatkan pelayanan
akan meningkatkan kecemasan lansia. yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya
Pemberian aromaterapi melati (jasmine) dan perawat membantu klien dalam
dengan pendekatan asuhan keperawatan hal mengatasi perubahan tidurnya yang
melalui proses sugesti yang disebut aromacare berhubungan dengan masalah kesehatannya,
ini dimaksudkan untuk meningkatkan fase resolusi, secara bertahap klien telah dapat
pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia. melepaskan diri dari perawat.
Pemberian aromaterapi melati (jasmine) sendiri Keempat fase tersebut di atas yang
dapat meningkatkan kualitas pemenuhan diaplikasikan dalam kegiatan aromacare
tidur pada seseorang di mana lansia dapat ternyata memberi dampak yang sangat positif
berpartisipasi dalam pelayanan kesehatannya terhadap hasil penelitian. Fakta tersebut
dan mempraktikkan pemberian aromaterapi sesuai dengan teori interpersonal menurut
melati untuk mendapatkan istirahat secara Hildegard E. Peplau bahwa seorang perawat
teratur. berusaha memandirikan seorang klien melalui
Pengidentifikasian dan penanganan serangkaian proses pengembangan di mana
gangguan pola tidur lansia adalah tujuan seorang perawat membimbing pasien dari rasa
penting perawat. Sebab, memperoleh kualitas ketergantungan yang tinggi menjadi interaksi
tidur terbaik adalah penting untuk membantu yang saling tergantung dalam sosial. Pemaparan
pemenuhan kebutuhan klien. Dalam hal ini, ini menunjukkan bahwa teori Hildegard E.
perawat diharapkan dapat mendidik klien untuk Peplau berfokus pada individu, perawat, dan
memenuhi kebutuhan tidurnya melalui proses proses interaktif yang menghasilkan hubungan
interpersonal dan terapeutik. Artinya suatu antara perawat dan klien.
hasil proses kerja sama manusia (perawat) Hasil uji statistik wilcoxon untuk pre-
dengan manusia lain (klien) supaya menjadi test dan post-test pada kelompok perlakuan
tetap sehat. Dalam ilmu komunikasi, proses didapatkan nilai signifikasi 0,016 yang
interpersonal didefinisikan sebagai proses menunjukkan ada pengaruh pemberian
interaksi secara simultan dengan orang lain aromacare melati (jasmine) terhadap

197
Jurnal Ners Vol. 6 No. 2 Oktober 2011: 192200

pemenuhan kebutuhan tidur lansia secara aktivitas saraf parasimpatis dan menurunkan
kualitas, sedangkan pada kelompok kontrol heart rate seseorang, dan adanya kandungan
yang tidak diberikan intervensi menunjukkan sedatif (linalool) dapat meningkatkan relaksasi
tidak ada perbedaan kualitas tidur antara hasil seseorang. Adanya kandungan linalool pada
pretest dan post-test. Hasil uji statistik mann aroma melati (jasmine) akan merangsang
whitney test p = 0,023 yang berarti bahwa ada hipotalamus untuk menghasilkan zat-zat
pengaruh aromacare melati (jasmine) terhadap sedatif dalam tubuh seperti endorfin, enkefalin,
kualitas pemenuhan kebutuhan tidur lansia. serotonin sehingga dapat memunculkan rasa
Hasil uji statistik pemenuhan kebutuhan gembira, senang, dan rileks. Produksi serotonin
tidur lansia secara kuantitas pada kelompok dapat menghasilkan respons peningkatan
perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil melatonin sehingga dapat memengaruhi
uji statistik paired t test pada kelompok pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia. Hal
perlakuan p = 0,001 yang artinya ada perbedaan ini akan meningkatkan relaksasi individu
kuantitas (lama tidur) pre dan post intervensi, sehingga dapat tidur dengan nyenyak dan
sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan terjadi peningkatan pada kualitas dan kuantitas
p = 0,356 yang artinya tidak ada perbedaan tidurnya.
kuantitas (lama tidur) antara hasil pre-test dan Pemberian aromacare menyebabkan
post-test. responden pada kelompok perlakuan mengalami
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian peningkatan kuantitas tidur. Hal ini dibuktikan
yang dilakukan Raudensberg yang menyatakan dengan bertambahnya kuantitas tidur rerata
aroma bunga melati dapat meningkatkan efisiensi responden antara 13 jam. Responden pada
tidur seseorang dan mengurangi pergerakan kelompok perlakuan juga mengatakan lebih
seseorang ketika tidur, meningkatkan kualitas cepat tidur (< 30 menit) setelah dilakukan
tidur seseorang tanpa penambahan waktu tidur intervensi. Sebelum dilakukan intervensi,
(Raudensberg, 2005). Kandungan senyawa beberapa responden mengaku lebih susah
linalool yang berfungsi sebagai zat sedatif untuk memulai tidur setelah bangun pada
yang ada pada aroma melati (jasmine) akan malam hari akan tetapi setelah dilakukan
meningkatkan relaksasi pada seseorang, selain intervensi rerata responden bisa tidur lagi lebih
itu pemberian sugesti merupakan salah satu cepat sehingga hal inilah yang meningkatkan
teknik relaksasi kepada seseorang yang dapat kuantitas tidur pada kelompok perlakuan. Hal
meningkatkan respons relaksasi dari tubuh ini disebabkan oleh masih adanya efek dari
seseorang sehingga menyebabkan seseorang aroma melati (jasmine). Dengan demikian
lebih cepat memulai tidur dan mempertahankan dapat meningkatkan kuantitas pemenuhan
tidurnya sehingga tercapai kualitas tidur yang kebutuhan tidur.
maksimal. Perubahan pola tidur pada lansia
Aroma melati (jasmine) yang mengandung disebabkan perubahan sistem saraf pusat yang
akan disampaikan menuju nukleus olfactorius memengaruhi pengaturan tidur. Kerusakan
anterior melalui nervus olfaktorius dan bulbus sensorik yang umum dengan penuaan, dapat
olfaktorius, di mana senyawa tersebut akan mengurangi sensitivitas terhadap waktu yang
sampai ke hipotalamus yang berhubungan mempertahankan irama sirkardian (Potter dan
dengan sistem saraf otonom. Oleh karena Perry, 2005). Aktifnya saraf simpatis membuat
itu, stimulasi olfaktorius bisa memengaruhi lansia tidak dapat santai atau relaks sehingga
aktivitas saraf otonom melalui hipotalamus. tidak dapat memunculkan rasa kantuk. Melalui
Selanjutnya hipotalamus mempunyai hubungan latihan distraksi yang diberikan melalui proses
dengan amigdala terkait emosi (perasaan). sugesti, lansia dilatih untuk dapat memunculkan
Inhalasi dari partikel aroma melati (jasmine) respons relaksasi sehingga dapat mencapai
dapat menurunkan aktivitas vasokonstriktor keadaan tenang. Respons relaksasi ini terjadi
simpatis pada otot dan menurunkan tekanan melalui penurunan bermakna dari kebutuhan
darah. Selain itu, kandungan senyawa pada zat oksigen oleh tubuh, yang selanjutnya
aroma melati (jasmine) dapat meningkatkan aliran darah akan lancar, neurotransmiter

198
Aromacare Melati (Jasmine) (Heri Kusnaidi)

penenang akan dilepaskan, sistem saraf akan Hidayat, A.A., 2008, Pengantar Kebutuhan
bekerja secara baik otot-otot tubuh yang Dasar Manusia edisi 2: Aplikasi Konsep
relaks menimbulkan perasaan tenang dan dan Proses Keperawatan, Jakarta,
nyaman. Perasaan tenang dan nyaman akan Salemba Medika, hlm. 127.
memudahkan lansia untuk tidur terlelap. Inoue, N., Kuroda, K., Sugimoto, A., Kakuda
T., Fushiki, T., 2003. Different
autonomic nervous responses according
SIMPULAN DAN SARAN to preference for the odor of jasmine tea.
Simpulan Biosci Biotechnol Biochem, 67:1206
1214, (Online), (http://www.jstage.
Pemberian aromacare melati (jasmine) jst.go.jp/article/bbb/67/6/67_1206/_
dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan article/-char/en., diakses pada tanggal 07
tidur lansia yang ada di panti di Panti Sosial februari 2012, jam 15.30 WIB).
Tresna Werdha Puspakarma Mataram baik Kasnalia, 2010. Hubungan Perilaku Caring
secara kualitas maupun kuantitas. Perawat Dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Kanker Serviks Di Ruang IV
Saran Rumah Sakit Umum Daerah Pirangadi
Medan, (Online), (http://www.scribd.
Pemberian aromacare melati (jasmine)
com., diakses pada tanggal 11 desember
dapat dijadikan salah satu program untuk
2011, jam 20.30).
mengatasi gangguan pemenuhan kebutuhan Kuroda, K., et al., 2005. Sedative effects of
pada lansia yang ada di panti. the jasmine tea odor and (R)-()-linalool,
Bagi perawat yang ada di pelayanan one of its major odor components,
kesehatan dapat dijadikan aromacare melati on autonomic nerve activity and
(jasmine) salah satu intervensi keperawatan mood states, (Online), (http://www.
untuk mengatasi gangguan pemenuhan springerlink.com., diakses pada tanggal
kebutuhan tidur pada lansia. Bagi responden 14 november 2010).
dan masyarakat, dapat dijadikan salah satu Stanley, M., Beare, P.G., 2007. Buku Ajar
alternatif untuk digunakan masyarakat/ Keperawatan Gerontik, 2 nd edition,
lansia untuk mengatasi gangguan pemenuhan Jakarta: EGC, hlm. 447450.
kebutuhan tidur. Nursalam, 2009. Konsep dan metodologi
Perlunya dilakukan penelitian lebih penelitian ilmu keperawatan: pedoman
lanjut tentang pengaruh aromacare melati skripsi, tesis, dan instrumen penelitian
(jasmine) terhadap pemenuhan kebutuhan keperawatan, Jakarta: Penerbit Salemba
Medika, hlm. 77100, 114.
tidur dengan mengukur kadar melatonin dan
Potter, P.A., Perry, A.G., 2005. Buku Ajar
melalui pemeriksaan Electro Ensephalo Gram
Fundamental Keperawatan: konsep,
(EEG). proses, dan praktik, 4th edition,vol 2,
Jakarta: EGC, hlm. 274, 14701480.
KEPUSTAKAAN Prasadja, A., 2009. Ayo Bangun! Dengan Bugar
Karena Tidur Yang Benar., Jakarta:
Asmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan, Hikmah, hlm. 910, 4041, 6584,
EGC: Jakarta, hlm. 132135. 117122.
Currentnursing, 2010. Theory of Interpersonal Raudensberg, B., 2005. Positive Effects
Relations, (Online), (http:// of Odorant Administration On
currentnursing. com/nursing_theory/ Humans: A Review. (Online), (http://
interpersonal_theory., html., diakses www.senseofsmell.org/research/
pada tanggal 30 november 2011, jam B.Raudenbush-Positive-Effects-of-
20.00). Odors-on-Humans.pdf., diakses pada
Fitri, M., 2009. Gangguan Tidur pada Lansia, tanggal 14 november 2011, jam16.00)
(Online),(http://www.stikeskabmalang. Rusli, M.S., 2010. Sukses Memproduksi Minyak
files.wordpress.com., diakses pada Atsiri, Jakarta: Agromedia Pustaka, hlm.
tanggal 12 november 2011, jam 22.00). 36, 5253

199
Jurnal Ners Vol. 6 No. 2 Oktober 2011: 192200

Siregar, Elisa, 2009. Model Keperawatan Smyth, C.E., 2008. Evaluating Sleep Quality
Menurut Hildegard Peplau, (Online), In Older Adult, (Online), (http://www.
(http://www. elisasiregar. wordpress. nursingcenter.com., diakses pada tanggal
com., diakses pada tanggal 10 januari 11 desember 2011, jam 16.00).
2012, jam 21.00).

200

Вам также может понравиться