Вы находитесь на странице: 1из 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ditinjau dari segi fungsi dan estetikanya, payudara merupakan organ yang penting bagi
wanita hanya saja didalam payudara tersebut sering terjangkit kanker. Menurut WHO 8-9%
wanita akan mengalami kanker payudara, ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker
yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun, lebih dara 250.000 kasus baru kanker
payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175.000 kasus di Amerika Serikat. Di seluruh
dunia kanker payudara menempati urutan kelima penyebab kematian oleh karena kanker
(kanker paru, kanker lambung, kanker hati, kanker usus besar). Pada tahun 2005, 502.000
penderita meninggal oleh karena kanker payudara (7% penyebab oleh karena kanker, 1% dari
semua penyebab kematian) dan ini merupakan penyebab kematian terbanyak yang terjadi pada
perempuan diseluruh dunia.

Angka harapan hidup kanker payudara sangat bervariasi di seluruh dunia, mulai dari
80% atau lebih di Amerika Utara, Swedia dan Jepang menjadi sekitar 60% di negara-negara
berpenghasilan menengah dan dibawah 40% di negara-negara berpenghasilan rendah. Tingkat
kelangsungan hidup yang rendah di negara berkembang kurang dapat dijelaskan terutama oleh
kurangnya program deteksi dini, mengakibatkan tingginya proporsi wanita dengan penyakit
stadium akhir, dan juga oleh kurangnya diagnosis yang memadai dan fasilitas pengolahan.

Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara
menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%), disusul
kanker leher rahim (11,78%). Ditambahkan, kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia
adalah kanker payudara dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan, disusul kanker
leher rahim dengan 16 per 100.000 perempuan.

Cara terbaik untuk menghadapi masalah kanker adalah dengan pencegahan atau
setidaknya dengan deteksi dini. Namun pasien kanker sering datang ke dokter dengan kondisi
yang sudah parah (stadium lanjut), karena pada stadium dini belum dirasakan gejala yang

1
mengkhawatirkan. Untuk kasus demikian keberhasilan penyembuhan tergantung pada
keberhasilan penanganan selanjutnya.

WHO melaksanakan program pengendalian kanker payudara secara komprehensif


yang meliputi pencegahan, deteksi dini, diagnosis dan pengobatan, rehabilitasi dan perawatan
paliatif. Deteksi dini dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu kesadaran dari tanda-
tanda awal dan gejala pada populasi yang memiliki gejala untuk memfasilitasi diagnosis yang
tepat dan pengobatan dini, dan skrining yang dilakukan pada populasi tanpa gejala. Hal ini
bertujuan untuk mengidentifikasi individu dengan kelainan sugestif kanker.

Skrining mammografi adalah metode yang telah terbukti efektif. Hal ini dapat
mengurangi angka kematian kanker payudara sebesar 20 sampai 30% pada wanita usia diatas
50 tahun pada negara-negara berpenghasilan tinggi ketika cakupan skrining lebih dari 70%.

Tujuan utama pemeriksaan mamografi adalah untuk mengenal secara dini keganasan
pada payudara. Berdasarkan penyelidikan, jika mamografi dan ultrasonografi dipakai bersama-
sama dalam prosedur diagnostik, maka akan diperoleh nilai ketepatan diagnosis sebesar 97%.
Apabila kedua teknik tersebut dipergunakan secara tersendiri akan diperoleh nilai ketepatan
diagnostik untuk mamografi sebesar 94% sedangkan USG hanya 78%.

Mamografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak yang
dominan serta jaringan fibroglandular yang relatif lebih sedikit dan ini biasanya ditemukan
pada wanita dewasa diatas umur 40 tahun, yang pada umur tersebut kekerapan terjadinya
keganasan payudara makin meningkat. Peranan mamografi menjadi berkurang pada payudara
yang mempunyai jaringan fibroglandular padat dimana keadaan ini sering terdapat pada wanita
muda dibawah 30 tahun. Mamografi juga berperan dalam mengenal keganasan payudara pada
penderita yang secara klinis teraba benjolan yang bersifat jinak, baik itu di payudara yang sama
atau payudara yang kontralateral. Skrining dengan menggunakan mamografi dapat
memperlihatkan kelainan yang tidak dapat diraba oleh seorang dokter.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Mammografi adalah proses pemeriksaan payudara manusia menggunakan sinar-X
dosis rendah (umumnya berkisar 0,7 mSv). Mammografi digunakan untuk melihat
beberapa tipe tumor dan kista, dan telah terbukti dapat mengurangi mortalitas akibat kanker
payudara. Selain mammografi, pemeriksaan payudara sendiri dan pemeriksaan oleh dokter
secara teratur merupakan cara yang efektif untuk menjaga kesehatan payudara. Beberapa
negara telah menyarankan mammografi rutin (1-5 tahun sekali) bagi perempuan yang telah
melewati paruh baya sebagai metode screening untuk mendiagnosa kanker payudara sedini
mungkin.

B. Anatomi dan Fisiologi


Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua sampai iga
enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media. Kelenjar ini dimiliki oleh
pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara wanita lambat laun akan membesar
hingga membentuk setengah lingkaran, sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini
terutama terjadi akibat penimbunan lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium
(Snell, 2006).
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan glandular
(kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi kelenjar susu
(lobus) dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang meliputi jaringan lemak
dan jaringan ikat. Selain itu, payudara juga memiliki aliran limfe. Aliran limfe payudara
sering dikaitkan dengan timbulnya kanker maupun penyebaran (metastase) kanker
payudara (Haryono dkk, 2011).

Menurut Saymor (2000) setiap payudara terdiri atas 15-20 lobus yang tersusun
radier dan berpusat pada papilla mamma. Saluran utama tiap lobus memiliki ampulla yang

3
membesar tepat sebelum ujungnya yang bermuara ke papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh
daerah kulit yang berwarna lebih gelap yang disebut areola mamma. Pada areola mamma,
terdapat tonjolan-tonjolan halus yang merupakan tonjolan dari kelenjar areola di
bawahnya. Jika dilakukan perabaan pada payudara, akan terasa perbedaan di tempat yang
berlainan. Pada bagian lateral atas (dekat aksila), cenderung terasa bergumpal-gumpal
besar. Pada bagian bawah, akan terasa seperti pasir atau kerikil. Sedangkan bagian di
bawah puting susu, akan terasa seperti kumpulan biji yang besar. Namun, perabaan ini
dapat berbeda pada orang yang berbeda. (Mangunkusumo, 2006).

Menurut Hoskins et, al (2005) Untuk mempermudah menyatakan letak suatu


kelainan, payudara dibagi menjadi lima regio, yaitu :
1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)
2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)
3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)
4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)
5. Regio puting susu (nipple)

4
Secara fisiologi, unit fungsional terkecil jaringan payudara adalah asinus. Sel epitel
asinus memproduksi air susu dengan komposisi dari unsur protein yang disekresi apparatus
golgi bersama faktor imun IgA dan IgG, unsur lipid dalam bentuk droplet yang diliputi
sitoplasma sel. Dalam perkembangannya, kelenjar payudara dipengaruhi oleh hormon dari
berbagai kelenjar endokrin seperti hipofisis anterior, adrenal, dan ovarium. Kelenjar
hipofisis anterior memiliki pengaruh terhadap hormonal siklik follicle stimulating hormone
(FSH) dan luteinizing hormone (LH). Sedangkan ovarium menghasilkan estrogen dan
progesteron yang merupakan hormon siklus haid. Pengaruh hormon siklus haid yang paling
sering menimbulkan dampak yang nyata adalah payudara terasa tegang, membesar atau
kadang disertai rasa nyeri. Sedangkan pada masa pramenopause dan perimenopause sistem
keseimbangan hormonal siklus haid terganggu sehingga beresiko terhadap perkembangan
dan involusi siklik fisiologis, seperti jaringan parenkim atrofi diganti jaringan stroma
payudara, dapat timbul fenomena kista kecil dalam susunan lobular atau cystic change yang
merupakan proses aging (Soetrisno, 2010; Sabiston, 2011).

C. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MAMOGRAFI


Upaya pertama penggunaan radiografi untuk diagnosis kelainan payudara dibuat di
akhir 1920-an, tapi mamografi yang kita pahami saat ini, menggunakan X-ray unit baru
dikembangkan di tahun 60an. Secara singkat ada tiga periode utama dalam sejarah
mamografi. Periode yang pertama dimulai pada tahun 1913 dengan pengamatan seorang ahli
bedah Jerman, A. Salomon memberikan konstribusi yang penting dalam sejarah mamografi.
Pada saat ini anatomi radiologi dibandingkan dengan hasil pemeriksaan mikroskopik. Pada
tahun 1940 sampai sekitar 1970 pengembangan teknik oleh ahli radiologi dan kemudian oleh
industri, dibawah dorongan Ch. Gross, sejak tahun Compagnie Generale de Radiologie
(CGR) membuat Senographe. Pemasaran peralatan mamografi mendorong revolusi dalam
pencitraan payudara. Pada kuarter terakhir sampai pada abad 20 ini, terutama sejak tahun
1970 mamografi merupakan teknik yang tepat skrining kanker payudara. Salah satu pelopor
adalah Ph Strax dari Amerika Serikat dengan penelitiannya yang diberi nama Health
Insurance Plan (HIP) of NY dimana dilaporkan penurunan angka mortalitas karena

5
mamografi. Kemudian pada akhir tahun 80an USG dan MRI merupakan teknik tambahan
untuk menunjang mamografi dalam diagnosis kanker payudara.

A B

Senographe pertama (A), mesin mamografi yang dproduksi pertama oleh CGR (B)

Mammografi pada awalnya dikembangkan secara konvensional dengan gambar yang


dituangkan dalam film (film dalam kaset yang dirancang khusus). Namun semakin
berkembangnya zaman, produsen mengembang alat mamografi digital. Keuntungan utama dari
sistem mamografi digital adalah pemisahan gambar, pengolahan akuisisi dan tampilan, yang
memungkinkan masing-masing langkah yang harus dioptimalkan. Mamografi digital juga banyak
mengalami perkembangan, dari yang menggunakan Photostimulable Fosfor Computed Radiografi
(CR), kemudian Charge Couple Device (CCD) dengan tujuan menghasilkan gambar dalam
format digital yang dapat memanipulasi tampilan dari gambar untuk mengoptimalkan kualitas
gambar. Mammogram digital terbaik dilaporkan menggunakan workstation dilengkapi dengan
monitor resolusi tinggi.

6
Mesin mamografi digital

Pembaca lebih suka film tampilan mammogram digital. Daerah anatomis yang
berbeda seperti kulit, wilayah dan daerah parenkim retromamillary padat terlihat lebih baik
digital dari pada layar/mammogram film. Kelainan seperti microcalcifications dan massa
mungkin lebih mencolok pada mammogram digital. Hal ini penting untuk menentukan
apakah peningkatan dalam visualisasi struktur di payudara berkaitan peningkatan tingkat
deteksi kanker.

A B

Skrening mammogram pada wanita usia 57 tahun, dengan parenkim payudara


padat dan microcalcifications jinak yang tersebar dengan proyeksi MLO (A) konvensional
/ film (B) sistem mamografi digital.

7
D. TEKNIK PEMERIKSAAN
Mammografi adalah foto rontgen payudara dengan mempergunakan peralatan
khusus. Cara ini sederhana dan dapat dipercaya untuk menemukan kelainan-kelainan di
payudara, tidak sakit dan memerlukan kontras. Mammografi mampu mendeteksi karsinoma
payudara ukuran kecil, lebih kecil dari 0,5 cm bahkan pada tumor yang tidak teraba
(unpalpable tumor). Cara ini dapat dipergunakan untuk scrining massal terutama golongan
resiko tinggi. Tujuan utama pemeriksaan mammografi adalah untuk mengenali secara dini
keganasan payudara.
Mamografi yang efektif membutuhkan gambar berkualitas tinggi dengan densitas
film dan kontras yang optimal, dengan resolusi tinggi dan dosis radiasi yang rendah. Hal
ini sangat penting untuk mendeteksi kanker kecil karena tanda-tanda radiologis mungkin
sangat halus. Peralatan mamografi dan teknik yang digunakan oleh karena itu harus
memperhitungkan variasi luas dalam ukuran payudara, variasi dalam jumlah relatif dari
jaringan lemak, kelenjar dan stroma jaringan, dan kontras rendah antara jaringan payudara
yang normal dan lesi patologis pada umumnya. Untuk menghasilkan gambar berkualitas
tinggi alat Xray mamografi harus dilengkapi dengan fitur sebagai berikut :
1. Generator. Generator modern dengan tegangan tinggi menghasilkan potensial output yang
konstan dengan output yang tinggi diharapkan dapat mengurangi waktu paparan dan
meminimalisasi ketidakjelasan gambar karena adanya pergerakan.
2. Tabung X-ray. Yang paling sering digunakan dengan kombinasi target-filter yaitu target
Molybdenum (Mo) dengan filter Mo 0,03 mm. Puncak kilovoltase antara 26-30 kv dan
tersering 28 kv. Energy yang lebih rendah antara 17-20 kv, dapat menghasilkan kontras
maksimum yang berasal dari jaringan lunak payudara.
3. Automatic exposure control (AEC). AEC secara otomatis mengontrol durasi pemaparan
densitas optimum dari mammogram dapat dipertahankan pada berbagai ukuran dan
kepadatan payudara yang berbeda. Biasanya perangakat AEC ini diposisikan 3-5 cm
posterior putting susu dimana diperkirakan jaringan kelenjar yang paling padat.
4. Grid radiasi sekunder. Penggunaan system grid yang bergerak meningkatkan resolusi dan
kontras dengan menurunkan radiasi hambur.
5. Kompresi. Biasanya kompresi payudara diharapkan mencapai ketebalan 4cm. Efek dari
kompresi adalah :

8
Menurunkan dosis
Mengurangi sinar hambur, meningkatkan kontras
Mengurangi ketidakjelasan geometric
Mengurang ketidakjelasan karena gerakan
Mengurangi perbedaan ketebalan dari berbagai bagian payudara
Mengurangi overlapping jaringan, meningkatkan resolusi.
Mamografi menggunakan radiasi pengion untuk gambar payudara. Risiko radiasi
pengion sudah banyak diketahui, untuk itu dijaga agar dosis radiasi yang diberikan
serendah mungkin. Dosis radiasi untuk pemeriksaan dua tampilan standar dari kedua
payudara adalah sekitar 4,5 mGy. Dosis yang lebih tinggi dalam program screening, dapat
merangsang terjadinya kanker payudara setelah terkena radiasi. Diperkirakan bahwa risiko
merangsang kanker payudara pada wanita telah dpublikasikan di Inggris melalui National
Health Service Breast Screening Program (NHSBSP) yaitu 1 dari 100 000 per mGy.
Perhitungan antara risiko dan manfaat telah dipertimbangkan dan hasilnya menunjukan
bahwa manfaat dari skrining jauh lebih besar daripada risiko merangsang kanker, dengan
rasio perbandingan nyawa yang diselamatkan dan yang hilang kira-kira 100 : 1.

E.PROYEKSI MAMOGRAFI
Ada dua proyeksi standar mamografi yaitu : proyeksi obliq mediolateral (MLO)
dan proyeksi kraniokaudal (CC). MLO diambil dengan sinar X-ray yang diarahkan dari
superomedial ke inferolateral, biasanya pada sudut 30-60, dengan kompresi yang
diterapkan miring di dinding dada, tegak lurus dengan sumbu panjang dari otot pectoralis
mayor. Proyeksi MLO adalah proyeksi satu-satunya di mana semua jaringan payudara dapat
ditunjukkan pada gambar yang tunggal. Proyeksi MLO dengan posisi yang baik harus
menunjukkan sudut inframammary, puting diposisikan pada level batas bawah dari otot
pectoralis major, dengan otot melintasi batas posterior dari film pada sudut 25-30 ke
vertikal.
Untuk proyeksi CC, sinar X-ray diarahkan dari atas ke inferior. Posisi dicapai
dengan menarik payudara ke atas dan ke depan menjauh dari dinding dada, dengan kompresi
yang diterapkan dari atas. Proyeksi CC dengan posisi yang baik harus menunjukkan hampir
semua jaringan medial dan mayoritas dari jaringan lateral dengan pengecualian ekor aksiler

9
payudara. Otot pektoralis major terletak di tengah film CC pada sekitar sekitar 30% dari
individu dan kedalaman jaringan payudara harus didemonstrasikan dalam jarak 1 cm dari
puting ke pectoralis major pada proyeksi MLO.

Titik Pandang Pengambilan Citra


Berdasarkan citra yang diperoleh dari hasil pemeriksaan mamografi ini maka dapat dilihat
normal atau tidaknya payudara.

Proyeksi standart mamografi. Keterangan : proyeksi MLO (A), proyeksi CC (B)

10
A B

Mamogram. Keterangan : Proyeksi MLO (A). proyeksi CC (B)

Proyeksi tambahan dapat diambil untuk memecahkan masalah diagnostik tertentu.


Misalnya, tampilan CC bisa diputar untuk memvisualisasikan gambar yang lebih baik dari
aspek lateral atau medial payudara dibandingkan dengan proyeksi CC standar. Kompresi
lokal atau 'paddle wiew' dapat dilakukan melibatkan aplikasi kompresi lebih kuat untuk
area lokal dengan menggunakan dayung kompresi. Proyeksi ini digunakan untuk
membedakan lesi nyata dari superimposisi jaringan normal dan untuk menentukan batas
dari massa.

11
Posisi untuk proyeksi dengan kompresi local

Pandangan lateral dapat digunakan agar dapat membedakan superimposisi struktur


normal dari lesi nyata atau untuk meningkatkan ketepatan lokalisasi dari lesi yang tidak
teraba. Pandangan lateral yang benar dilakukan dengan unit mamografi yang diputar 90
dan sinar X-ray mediolateral atau lateromedial.
Proyeksi dengan pembesaran (magnifikasi) merupakan proyeksi yang paling sering
dilakukan untuk memeriksa area microcalcifications dalam payudara, untuk menentukan
ciri dan menetapakan luas dari kalsifikasi tersebut. Proyeksi dengan pembesaran biasanya
dilakukan dalam proyeksi craniocaudal dan lateral.
Teknik mammographi mungkin perlu dimodifikasi pada perempuan dengan
payudara implan. Silikon dan implan saline adalah radio-opak dan dapat mengaburkan
banyak jaringan payudara. Akibatnya, mamografi adalah nilai diagnosis yang terbatas pada
beberapa perempuan. Teknik Eklund dapat digunakan untuk menggantikan implan
posterior, belakang plat kompresi, memaksimalkan volume jaringan payudara yang
dikompresi dan dicitrakan.

Proyeksi tambahan pada mamografi. Keterangan: (A) suatu daerah yang menjadi perhatian
identifikasi pada proyeksi lateral kiri, (B) paddle view dilakukan kecurigaan adanya dua
lesi massa speculates. Keduanya terbukti menjadi karsinoma invasive pada biopsy
berikutnya

12
F. INDIKASI MAMOGRAFI
Indikasi pemeriksaan mamografi :
1. Adanya benjolan pada payudara
2. Adanya rasa tidak enak pada payudara
3. Pada penderita dengan riwayat risiko tinggi untuk mendapatkan keganasan payudara
4. Pembesaran kelenjar aksiler yang meragukan
5. Penyakit paget pada puting susu
6. Adanya penyebab metastasis tanpa diketahui asal tumor primer
7. Pada penderita dengan cancer-phobia.

Menurut referensi lainya, indikasi mamografi adalah :


1. Skrening pada wanita asimptomatik pada wanita usia 50 tahun atau lebih.
2. Skrening pada wanita asimptomatik pada usia 35 tahun atau lebih yang mempunyai resiko
berkembangnya kanker payudara:
Wanita yang memiliki satu atau lebih saudara pada derajat pertama keluarga yang
didiagnosis menderita kanker payudara postmenopause.
Wanita yang memiliki faktor resiko yang ditemukan secara histologik pada operasi
yang dilakukan sebelumnya contohnya hyperplasia duktal atipik.
3. Investigasi pada wanita dengan gejala pada usia 35 tahun atau lebih dengan benjolan di
payudara atau bukti klinis lain dari kanker payudara.
4. Pengawasan payudara setelah eksisi lokal kanker payudara.
5. Evaluasi benjolan payudara pada wanita setelah mendapat mammoplasty.
6. Investigasi benjolan payudara yang mencurigakan pada pria.

G. SKRINING KANKER PAYUDARA


Tujuan utama skrining dengan mamografi adalah untuk menurunkan angka
mortalitas dari kanker payudara dengan mendeteksi kanker ketika masih kecil, sebelum
kanker tersebut berkembang dan menyebar secara lebih luas dan prognosis dari terapi yang
dilakukan akan lebih baik dibandingkan tumor yang lebih besar.

13
Ketepatan mamografi bergantung pada banyak factor diantaranya teknik, kualitas
gambar, pengalaman ahli radiologi dalam membaca mamogram, namun ketepatan
mamografi ini berkisar antara 66-98%. Nilai ketepatan diagnostik mamografi berkisar
antara 80-94% untuk tumor ganas dan 90-93% untuk tumor jinak.

H. PERSIAPAN PASIEN
Persiapan mammogram dimulai pada penjadwalan ketika pasien diberi petunjuk
khusus untuk mempersiapkan diri untuk melakukan pemeriksaan. Penjadwalan
mammogram setelah menstruasi akan mengurangi ketidaknyamanan yang mungkin terjadi
saat menekan payudara. Cara terbaik adalah untuk jadwal mammogram bagi perempuan
yang tidak menopause 5 sampai 7 hari terakhir setelah mens.
Pasien akan melepas semua pakaian dari pinggang ke atas, sehingga disarankan
untuk memakai celana dan blus yang mudah dilepas. Pasien tidak boleh menggunakan
deodoran, parfum, atau bedak sebelum pemeriksaan karena dapat menghasilkan artefak
pada mammogram yang mengakibatkan salah tafsir.. Riwayat penyakit pasien harus
diketahui karena dapat mengungkapkan apakah diperlukan proyeksi mammogram
tambahan. Setiap mammogram yang sudah dilakukan di tempat lain sebelumnya dibawa.

I. PEMBACAAN MAMOGRAM
Mammogram harus dilihat dalam kondisi pencahayaan yang optimal. Film-film
harus diperiksa apakah identifikasinya label benar dan kualitas radiografi. Pola parenkim
keseluruhan payudara dinilai. Standar gambaran proyeksi mediolateral oblique dan
craniocaudal dipelajari dengan tepat pada film payudara kiri dan kanan `back to back'
sehingga simetri payudara jaringan dapat diperiksa. Sebuah pencarian sistematis untuk
tanda-tanda mammographic abnormal dibuat dan tanda-tanda abnormal apapun harus
dianalisis untuk memutuskan perlunya penyaringan pemeriksaan lainya.
Gambaran patologi payudara :
1. Kelainan jinak payudara (benigna)
Untuk tumor jinak mamografi memberikan tanda :
Lesi dengan densitas meningkat, batas tegas, licin, dan teratur
Adanya halo

14
Kadang-kadang tampak perkapuran yang kasar dan umumnya dapat dihitung
a) Kista
Kista merupakan penyebab paling umum dari massa payudara, walaupun mereka
sering multiple dan bilateral. Biasanya sering terjadi antara usia 20 dan 50 tahun, dengan
insiden puncak antara 40 dan 50 tahun. Kista sederhana (simple cyst) tidak terkait dengan
peningkatan risiko keganasan dan tidak memiliki potensi ganas. Pada mamografi terlihat
massa bulat atau oval dan kadang terlihat karakteristik halo. Diagnosis yang lebih akurat
dari pemeriksaan USG tampak masa oval dengan posterior enhancement.

Kista dengan masa bulat batas tegas dengan halo.


b) Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan penyebab paling umum dari suatu massa padat jinak di
payudara, secara klinis masa halus, batas tegas, benjolan mobile. Paling sering ditemui
pada wanita muda dengan puncak kejadian pada dasawarsa ketiga. Pada mamografi,
fibroadenoma dipandang sebagai massa yang jelas, bulat atau oval. Pada kebanyakan kasus
mereka soliter, tetapi pada 10-20% multipel. Kalsifikasi kasar dapat ditemukan pada
fibroadenoma, terutama pada wanita yang lebih tua.

15
Fibroadenoma.
c) Papiloma
Papiloma adalah neoplasma jinak, timbul di saluran, baik secara sentral atau perifer
dalam payudara. Banyak papiloma mengeluarkan material cair yang mengarah ke puting
mengakibatkan nipple discharge. Papiloma sering rapuh dan mudah berdarah, sehingga
mungkin berlumuran darah. Pada mamografi, dapat dilihat sebagai massa yang jelas,
umumnya di lokasi retroareolar. Kadang-kadang massa dikaitkan dengan
microcalcifications.

Papiloma kecil multipel

d) Lipoma
Lipoma adalah tumor jinak terdiri dari lemak secara klinis lembut, massa lobulated.
Lipoma besar mungkin terlihat pada mammografi sebagai massa radiolusen

16
Lipoma, masa dengan densitas lemak, dengan kapsul yang tipis.

e) Hamartoma
Hamartoma adalah massa payudara jinak terdiri dari struktur lobular, stroma dan
jaringan adiposa, komponen yang membentuk jaringan payudara normal. Mereka terjadi
pada semua usia. Pada pencitraan mereka mungkin dibedakan dari massa jinak lainnya,
seperti fibroadenoma. Hamartomas kadang-kadang besar, dan mudah terdeteksi pada
pemeriksaan mammogram, massa berbatas tegas baik berisi campuran daerah padat dan
berkilau, yang mencerminkan komponen jaringan yang berbeda ini. Diagnostiknya sulit
karena spesimen biopsi perkutan dapat dilaporkan sebagai jaringan payudara normal.

Hamartoma, tampak masa lobulated dengn berbagai daerah padat yang mencerminkan adanya
unsure-unsur jaringan lemak dan jaringan lunak.
2. Kelainan ganas payudara
Tanda primer :
Kepadatan tumor dengan peningkatan densitas, batas tumor tak teratur, merupakan spikula
atau mempunyai ekor seperti komet.

17
Perbedaan besar tumor pada pemeriksaan klinis dan mamografi.
Adanya mikrokalsifikasi yang spesifik.
Tanda sekunder :
Perubahan pada kulit berupa penebalan dan retraksi.
Kepadatan yang asimetris.
Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular yang tak teratur.
Bertambahnya vaskularisasi yang asimetri.
Pembesaran kelenjar aksiler.
Bentuk tumor ganas mempunyai banyak variasi :
a) Tumor yang dikelilingi akar radier (speculated mass= stellate mass)
Merupakan gambaran mamografi yang paling sering ditemukan pada kanker payudara
invasive. Terdiri atas masa tumor jaringan lunak di sentral dan spikula pada permukaan yang
menyebar ke skitarnya. Semakin besar tumor, akar spikula akan semakin panjang. Kadang
disertai dengan kalsifikasi yang kasar dan sering dikaitkan dengan besarnya tumor yang
mengakibatkan nekrosis.

A B

Masa spikula (ditunjukan dengan tanda panah) karsinoma invasive, (A) proyeksi lateral, (B)
kompresi local dengan magnifikasi.
b) Tumor dengan batas yang rata.
Tumor dengan batas yang rata (malignan) paling sering terdapat pada intracystic carcinoma,
medullary carcinoma (tumbuh dengan cepat biasanya pada wanita umur kurang dari 50 tahun,

18
mucinous/ colloid carcinoma (prognosisnya baik, dan biasanya pada wanita lebih dari 50
tahun) dan jarang terdapat pada carcinoma ductal invasive atau sarcoma.

1. Karsinoma duktus invasive, 2. Mucinous carcinoma

Intracistic carcinoma. Dengan kompresi local menunjukan masa berbatas tegas dan
mikrokalsifikasi ireguler.
c) Mikrokalsifikasi
Deteksi adanya mikrokalsifikasi yang ditemukan secara tunggal menunjukan kelainan sebesar
25% dalam mendeteksi karsinoma. Kalsifikasi duktal ditemukan pada Ductal Carcinoma in
situ (DCIS) yang merupakan transformasi ganas dari sel epitel yang melapisi saluran yang
dapat meluas ke lobulus dan di mana sel berkembang biak yang dibatasi oleh membran basal
utuh.

19
Duktal karsinoma in situ-tipe (A-C) microcalcification bercabang tidak teratur linier

20
BAB III
KESIMPULAN

Mamografi merupakan pemeriksaan yang sensitive dan akurat dalam menemukan kanker
payudara secara dini. Bila dilaksanakan dengan peralatan dan teknik pemeriksaan yang baik oleh
radiografer dan radiolog yang terlatih dan berpengalaman.
Mamografi digunakan sebagai skrining telah terbukti bermanfaat dalam menurunkan
angka mortalitas kanker payudara. Perkembangan mesin maupun teknik pemeriksaan mamografi
telah banyak berubah seiring dengan perkembangan zaman agar didapatkan hasil mammogram
yang lebih baik. Proyeksi standard adalah MLO dan CC, proyeksi tambahan lainya mungkin
diperlukan jika dicurigai suatu lesi. Ciri-ciri dari gambaran mamografi dapat membedakan tumor
payudara jinak maupun ganas.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Coleman MP et al. Cancer survival in five continents: a worldwide population-based study


(CONCORD). Lancet Oncol 9 : 73056, 2008.
2. Boyle P, Levin B. Word cancer report 2008. Available from :
http://www.iarc.fr/en/publications/pdfs-online/wcr/2008/index.php [cited 2011 May 23]
3. Makes D : Mamografi payudara. Radiologi Diagnostik edisi kedua. Jakarta. Departemen
Radiologi FK UI RSCM. 2005.
4. James JJ et al. The Breast in Womens Imaging. Grainger & Allison's Diagnostic
Radiology, 5th ed. Philadelpia. Churcill Livingstone. 2008.
5. Meschan I, Bertrand ML. Radiologi of the breast. Roentgen Signs in Diagnostic Imaging
second edition. Philadelpia. W.B Saunders Company. 1987:221-262.
6. Joseph N. Breast Mammography: Correlated Ultrasound, MRI, CT, and SPECT-CT.2008.
Available from : http://www.ceessentials.net/article40.html [cited 2011 May 23]
7. Brisson J, Diorio C, Masse B : Wolfes Parenchymal pattern and percentage of the breast
with mammographic densities: redundant or complementary classification? Cancer
Epidemiol Biomarkers 12:728-732, 2003.
8. Kerlikowske K et al: Longitudinal Measurement of Clinical Mammographic Breast
Density to Improve Estimation of Breast Cancer Risk. J Natl Cancer Inst 99: 386 95,
2007.
9. Steen VA, Tiggelen RV: Short History of Mammography: A Belgian Perspective. JBR-
BTR 90: 151-153, 2007.
10. Michell MJ. The breast in Textbook of Radiology and Imaging Volume II seventh edition.
Philadlpia : Churchill Livingstone. 2003: 1451-86.

22

Вам также может понравиться