Вы находитесь на странице: 1из 19

HUBUNGAN RASIO HDL/LDL DENGAN DERAJAT KEPARAHAN

AKNE VULGARIS
Oleh :
Henyta1, Indria Intan2

Abstract :
Based on the survey by WHO in 2013, it was founded that the mortality rates of age 30-70 is
208 among 100.000 population. The bigest contributor is because of the cardiovasculer
disease and diabetes. Hypertension is become the most commonly cardiovascular disease.
Hypertension need to get the appropriate medication, otherwise it will cause serious
complication. For that reason, antihypertensive therapy should be given to patient with
hypertension to get a controlled blood pressure to prevent the complication. The adherence
of consuming the medications the most important key to achieve the impulses blood pressure.
This research is a descriptive research with the population of the employee of Tarumanagara
University. This research has purpose to knowing the profile of the adherence of consuming
the antihypertension medicine by the employee of Tarumanagara University and to procure
what is other factor that available into that. This research had been performed since July
2015 up to December 2015. The sample on this research amounted to 48 people with
concecutive non probability sampling technique. From the research we acquired 95,8% have
a low adherence, and 4,2% have high adherence with 25% respondent with a controlled
blood pressure, and the rest 75% is not. The adherence of consuming the antihypertension
medicine influenced by many factor both intrinsict or extrinsict and all the factor is interact
one another.
Key Words : Hypertension; medication adherence; complication; factors; Control

Abstrak :
Western diet berupa asupan tinggi karbohidrat, dairy products, dan lemak jenuh dapat
memicu peningkatan kadar IGF-1. IGF-1 SREBP-1c dapat meningkatkan metabolisme lipid
sistemik dan lokal serta perubahan free fatty acid sehingga pada folikel pilosebasea terjadi
hiperproliferasi keratinosit dan peningkatan sekresi sebum yang memicu inflamasi pada lesi
akne. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan rasio HDL/LDL terhadap derajat
keparahan akne vulgaris. Desain penelitian ini adalah cross sectional secara analitik dengan
sampel sejumlah 55 orang. Kadar HDL dan LDL diperiksa dan klasifikasi akne vulgaris
berdasarkan GAG score. Dari 55 pasien, didapatkan penderita akne dengan derajat ringan
sejumlah 14 (25,5 %) orang, sedang 23 (41,8%) orang, berat 10 (18,2 %) orang dan derajat
sangat berat sejumlah 8 (14,5%) orang. Kadar HDL pada derajat ringan (45-76 mg/dL),
sedang (43-88 mg/dL), berat (44-80 mg/dL), dan sangat berat (49-71 mg/dL). Kadar LDL
pada derajat ringan (80-146 mg/dL), sedang (46-163 mg/dL), berat (74-144 mg/dL), dan
sangat berat (103-185 mg/dL). Rasio HDL/LDL pada pasien akne derajat ringan (0,34-0,81),
derajat sedang (0,35-1,24), berat (0,36-0,86), sangat berat (0,29-0,65). Pasien dengan rasio
HDL/LDL baik ( 0,4) 42 orang dan buruk (< 0,4) sejumlah 13 orang. Secara statistik tidak
bermakna karena p value > 0,05, tetapi pasien akne vulgaris dengan rasio HDL/LDL yang
kurang dari nilai normal ( 0,4) memiliki kecenderungan sekitar 6,1 kali menderita akne
dengan derajat keparahan sangat berat.
Kata kunci: akne vulgaris, HDL, LDL, rasio HDL/LDL, western diet
bervariasi antar negara pada usia 18 tahun. Hasil
dan berbagai kelompok survei di RSU yang sama
etnis. Di Amerika, pada tahun 2011,
prevalensi akne vulgaris didapatkan penderita akne
sekitar 61,9 % pada vulgaris terbanyak pada
remaja berumur di atas 18 usia 17 tahun sebanyak 14
tahun.1 Sebuah studi di orang (20,59%), usia 18
Peru melaporkan tahun sebanyak 13 orang
prevalensi sekitar 16,33 (19,11%). Pasien akne
% pada siswa berumur 12 dengan usia termuda
tahun dan 71,23 % adalah 14 tahun dan tertua
berumur 17 tahun. Di 25 tahun, masing-masing
Australia, prevalensi akne sebanyak 4 orang
vulgaris sekitar 27,7 % (5,88%).5
pada siswa berumur 10 Pada penelitian
12 tahun dan 93,3 % pada Cordain dan kawan-
remaja berumur 16 18 kawan tahun 2011,
tahun.2 Di New Zealand kejadian akne dapat
sekitar 67,3 %. Di Inggris dipengaruhi oleh Western
prevalensinya sekitar 49,8 diet, prevalensinya sekitar
%. Di Iran prevalensi 79-95 %.6 Dan pada
akne vulgaris sekitar 93,2 penelitian Arora dan
%.3 Studi lain di Cina kawan-kawan tahun 2010,
melaporkan prevalensi sebanyak 56,57 % pasien
1
mencapai 46,8 % pada akne berkaitan dengan
Mahasiswa Fakultas umur 19 tahun. Pada studi diet tinggi lemak.7 Dalam
Kedokteran Universitas ini, 68,4 % memiliki akne penelitian Melnik BC
vulgaris derajat ringan, pada tahun 2015
Tarumanagara (Henyta);
26,0 % derajat sedang dan dikatakan bahwa western
2
Bagian Kulit dan 5,6 % derajat parah/ diet meliputi makanan
Kelamin, Fakultas berat.2 Hongkong tinggi karbohidrat, dairy
memiliki prevalensi akne products, dan tinggi
Kedokteran Universitas
vulgaris sekitar 91,3 %. lemak jenuh. Western diet
Tarumanagara (dr. Indria Prevalensi di Singapura ini berpengaruh pada
Intan, Sp.KK) sekitar 87,9 %.3 peningkatan sintesis lipid
Di Indonesia, secara sistemik dan lokal
Correspondence to : dr. kejadian akne vulgaris di yang akhirnya akan
Indria Intan, Sp.KK, Jakarta sekitar 75-80 %.4 memicu hiperproliferasi
Kejadian akne vulgaris keratinosit dan
Department of Dermatology
pada tahun 2010 peningkatan sekresi
and Venereology Faculty of berdasarkan survei di sebum yang akan memicu
Medicine, Tarumanagara Poliklinik Kulit dan inflamasi pada akne
Kelamin RSU dr. vulgaris. Western diet
University, Jl. Letjen S. Soedarso, Pontianak, memicu peningkatan
Parman No. 1,Jakarta pasien akne vulgaris pada insulin dan IGF-1. IGF-1
laki-laki sebanyak akan mengaktifkan
11440.
41,46% dan perempuan mechanistic target of
PENDAHULUAN 58,54%. Rata-rata pasien rapamycin complex 1
Prevalensi akne vulgaris akne pada usia 16-19 (MTORC1). Aktivasi
pada remaja dan dewasa tahun dengan puncaknya mTORC1 yang
merupakan regulator yang berperan dalam
anabolisme dan metabolism lipoprotein
pembentukan lipid juga ini akan mentransfer
akan menstimulasi kolesterol ester dari HDL
ekspresi PPAR dan (HDL2) ke VLDL dan
SREBP-1c yang dapat LDL, sehingga
memicu peningkatan berpengaruh terhadap
produksi sebum. IGF-1 peningkatan kadar LDL
juga menekan forkhead dan penurunan kadar
boxclass O1 (FoxO) yang HDL. Kadar abnormal
menyebabkan 4 faktor dari HDL dan LDL ini
transkripsi meningkat diduga sebagai dampak
yang berefek pada akibat diet tinggi
peningkatan jumlah karbohidrat, dairy
trigliserida dalam sebum. products, dan lemak
Trigliserida merupakan jenuh yang juga memicu
nutrisi bagi P. acnes dan terjadinya inflamasi pada
menjadikan lingkungan akne vulgaris.7,8
yang kondusif bagi P. Dari uraian di
acnes itu sendiri dan atas, penulis tertarik
terjadi inflamasi. Selain untuk melihat gambaran
itu, IGF juga memicu kadar HDL dan LDL pada
kadar hormon androgen. penderita akne vulgaris
Hormon androgen dan melihat apakah rasio
memicu terjadinya HDL/LDL mempunyai
hiperproliferasi folikel hubungan yang bermakna
pilosebasea dan dengan derajat keparahan
peningkatan produksi akne vulgaris.
sebum.8
IGF-1 memicu
peningkatan metabolisme
lipid secara sistemik,
yang bisa mempengaruhi
kadar HDL dan LDL.
Tugas Low Density
Lipoprotein (LDL) adalah
mengangkut kolesterol ke
jaringan perifer dan juga
mensintesis hormon
steroid. High Density
Lipoprotein (HDL)
bertugas mengangkut
kolesterol dari jaringan
perifer untuk
dimetabolisme di hati.
HDL berperan dalam
jalur reverse transport
pada metabolisme
9,10
lipoprotein. CETP
METODE PENELITIAN kuesioner tentang informasi demografi
responden serta kebiasaan dan pola
Desain penelitian yang digunakan
makanan responden yang diduga
pada penelitian ini adalah Cross-sectional
berhubungan dengan akne vulgaris yang
secara analitik dan dilakukan di RSUK
diderita, pengambilan foto untuk hitung
Tebet pada bulan Oktober 2015 dengan
lesi akne, dan pengambilan darah untuk
perkiraan besar sampel sebanyak 55
memeriksa kadar HDL dan LDL.
responden dengan akne vulgaris.
Analisis data dilakukan menggunakan
Digunakan teknik consecutive non-
perhitungan statistika dan hasilnya berupa
probability sampling untuk proses
data numerik, data kategorik yang akan
pengambilan sampel.
disajikan dalam bentuk table, grafik, atau
Kriteria inklusi dalam penelitian ini narasi.
adalah laki-laki dan perempuan berumur
HASIL PENELITIAN
15-45 tahun, menderita akne vulgaris
(akne derajat ringan-sangat berat), tidak 4.1 Keadaan Umum
mempunyai riwayat penyakit metabolik,
Dalam penelitian ini didapatkan
tidak mengkonsumsi obat isotretinoin oral
untuk menilai keadaan tekanan darah
dalam 1 bulan terakhir, tidak memakai
didapatkan sebanyak 78 karyawan
obat topikal jerawat dari dokter kulit
menderita hipertensi. Namun, hanya 48
dalam 1 bulan terakhir.
karyawan yang mengonsumsi obat dan
Cara kerja penelitian yang dilakukan
sebanyak 30 karyawan sisanya sama sekali
adalah peneliti menjelaskan kepada
tidak mengonsumsi obat antihipertensi.
responden mengenai penelitian dan
responden dimintai persetujuannya untuk Pada karyawan yang tidak
ikut dalam penelitian dalam bentuk mengonsumsi obat antihipertensi
informed consent. Selanjutnya, dilakukan didapatkan sebanyak 22 karyawan (73,3%)
pengambilan foto responden untuk menderita hipertensi derajat satu dan 8
menghitung lesi akne dan pengambilan karyawan (26,7%) menderita hipertensi
darah vena untuk pemeriksaan kadar HDL derajat dua.
dan LDL di laboratorium. Variabel yang
Tabel 4.1.1 Hasil pengukuran tekanan
dinilai dalam penelitian ini adalah akne
darah karyawan hipertensi
vulgaris, kadar HDL dan LDL.
yang tidak minum obat
Pengumpulan dan pengolahan data
antihipertensi.
dilaksanakan dengan memberikan lembar
Klasifikasi Tekanan Jumlah (%) Kepatuhan minum Jumlah (%)
Darah (n=30) obat (n=48)
Hipertensi derajat 1 22 (73,3%) Kepatuhan rendah 46 (95,8%)
Hipertensi derajat 2 8 (26,7%) Kepatuhan tinggi 2 (4,2%)

Pada karyawan yang mengonsumsi 4.2 Karakteristik Demografi


obat antihipertensi selanjutnya disebut Responden
sebagai responden karena memenuhi
Dari penelitian yang dilakukan sejak
kriteria inklusi. Didapatkan sebanyak 12
Juli 2015 hingga Desember 2015 di
responden (25%) memiliki tekanan darah
Universitas Tarumanagara pada 48
terkontrol dan 36 responden (75%)
responden didapatkan usia <40 tahun
memiliki tekanan darah tidak terkontrol.
sebanyak 0 (0%), usia 40-55 tahun
Tabel 4.1.2 Hasil pengukuran tekanan sebanyak 34(70,8%), dan usia >55
darah karyawan hipertensi sebanyak 14 (29,2%) yang terdiri dari 34
yang minum obat responden (70,8%) laki-laki dan 14
antihipertensi (responden). responden (29,2%) perempuan. Seluruh
responden sudah menikah. Tingkat
Keadaan Tekanan Jumlah (%)
pendidikan responden dibagi berdasarkan
Darah (n=48)
pendidikan terakhir yang dimilikinya yaitu
Terkontrol 12 (25%)
SMA sebanyak 18 responden (37,5%), D3
Tidak terkontol 36 (75%)
sebanyak 2 responden (4,2%), S1
sebanyak 12 responden (25%), S2
Dengan menggunakan kuesioner sebanyak 12 responden (25%), dan S3
untuk menilai tingkat kepatuhan minum sebanyak 4 responden (8,3%).
obat antihipertensi (Morisky 8-item
Tabel 4.2 Karakteristik demografi
Medication Adherence Scale) pada 48
responden.
responden tersebut, diketahui sebanyak 46
responden (95,8%) memiliki kepatuhan Jumlah (%)
Karakteristik
rendah dan dua responden (4,2%) (n=48)
memiliki kepatuhan tinggi. Usia
< 40 tahun 0 (0%)
Tabel 4.1.3 Tingkat kepatuhan
40-55 tahun 34(70,8%)
responden.
> 55 tahun 14 (29,2%) antihipertensinya, 40 responden (83,3%)
Jenis kelamin tidak mengeluhkan kompleksitas
Laki-laki 34 (70,8%) pengobatan, 30 responden (52,5%) tidak
Perempuan 14 (29,2%) mengeluhkan durasi pengobatan yang
Status pernikahan panjang, seluruh responden tidak
Menikah 48 (100%) mengeluhkan adanya efek samping obat
Belum menikah 0 (0%) yang mengganggu, 26 responden (54,2%)
Tingkat pendidikan merasa repot dengan perubahan pola hidup
SMA 18 (37,5%) yang dianjurkan, 46 responden (95,5%)
D3 2 (4,2%) tidak mengeluhkan rasa dari obat
S1 12 (25%) antihipertensi, 40 responden (83,3%)
S2 12 (25%) merasa puas pada prgoram pelayanan
S3 4 (8,3%) kesehatan, 42 responden (87,5%) merasa
efektifitas waktunya tidak terganggu, 42
responden (87,5%) mendapat dukungan
4.3 Karakteristik Faktor-faktor yang
sosial atas pengobatannya, 44 responden
Ada Pada Kepatuhan Responden
(91,7%) tidak keberatan terhadap
Dari penelitian ini didapatkan 34 pembiayaan pengobatannya, 42 responden
responden (70,8%) percaya terhadap (87,5%) tidak merasakan ada perburukan
efektifitas obat antihipertensi, 32 terhadap hipertensinya.
responden (66,7%) memiliki motivasi
Tabel 4.3 Karakteristik faktor-faktor
untuk patuh dalam pengobatan
yang ada pada kepatuhan
antihipertensi, 34 responden tidak merasa
responden.
cemas/takut/ depresi terhadap pengobatan
antihipertensinya, 44 responden (91,7%) Jumlah (%)
Karakteristik
memiliki presepsi yang baik terhadap (n=48)
dokter yang merawatnya, 36 responden Faktor Pasien
(75%) dapat membaca/ memahami/ Kepercayaan
mengingat pentunjuk pengobatan dan Percaya 34 (70,8%)
bertindak atas informasi kesehatan, 42 Tidak percaya 14 (29,2%)
responden (87,5%) tidak mengonsumsi Motivasi
rokok, seluruh responden tidak Memiliki motivasi 32 (66,7%)
mengonsumsi alkohol, 26 responden Tidak memiliki 16 (33,3%)
(54,2%) tidak lupa minum obat
motivasi Iya 26 (54,2%)
Sikap negatif Tidak 22 (45,8%)
Iya 14 (29,2%) Rasa obat
Tidak 34 (70,8%) Iya 2 (4,2%)
Hubungan dokter-pasien Tidak 46 (95,5%)
Baik 44 (91,7%) Faktor Pelayanan Kesehatan
Tidak baik 4 (8,3%) Pelayanan kesehatan
Melek kesehatan Puas 40 (83,3%)
Iya 36 (75%) Tidak puas 8 (16,7%)
Tidak 12 (25%) Faktor Sosial Ekonomi
Konsumsi rokok Efektifitas waktu
Iya 6 (12,5%) Terganggu 6 (12,5%)
Tidak 42 (87,5%) Tidak terganggu 42 (87,5%)
Konsumsi alkohol Dukungan sosial
Iya 0 (0%) Didukung 42 (87,5%)
Tidak 48 (100%) Tidak didukung 6 (12,5%)
Lupa Finansial
Iya 22 (45,8%) Iya 4 (8,3%)
Tidak 26 (54,2%) Tidak 44 (91,7%)
Faktor Pengobatan Faktor Penyakit
Kompleksitas obat Perburukan penyakit
Iya 8 (16,7%) Iya 6 (12,5%)
Tidak 40 (83,3%) Tidak 42 (87,5%)

Jumlah (%)
Karakteristik 4.4 Gambaran Tingkat Kepatuhan
(n=48)
Berdasarkan Data Demografi
Durasi pengobatan
Responden
Iya 18 (37,5%)
Tidak 30 (52,5%) Pada penelitian ini ditemukan 100%
Efek samping obat responden usia >55 tahun memiliki
Iya 0 (0%) kepatuhan rendah 100% responden
Tidak 48 (100%) perempuan memiliki kepatuhan rendah,
Derajat perubahan pola hidup seluruh responden sudah menikah
sehingga tidak bisa dinilai, 16,7% dari
responden yang memiliki pendidikan S3 4 (100%) 0 (0%)
terakhir S2 memiliki kepatuhan yang
tinggi.
4.5 Gambaran Tingkat Kepatuhan
Tabel 4.4 Gambaran tingkat kepatuhan Berdasarkan Faktor-faktor yang
berdasarkan data demografi Ada.
responden
Dari penelitian ini didapatkan 100%
Kepatuhan dari responden yang percaya terhadap
Kepatuhan
Rendah efektifitas obat antihipertensi memiliki
Karakteristik Tinggi
n= 46 kepatuhan rendah, 93,8% dari responden
n=2 (4,2%)
(95,8%) yang memiliki motivasi untuk patuh dalam
Usia pengobatan antihipertensi memiliki
< 40 tahun 0 (0%) 0 (0%) kepatuhan rendah, 94,1% dari responden
40-55 tahun 32 (94,1%) 2 (5,9%) yang tidak merasa cemas/takut/ depresi
> 55 tahun 14 (100%) 0 (0%) terhadap pengobatan antihipertensinya
Jenis kelamin memiliki kepatuhan rendah, 100% dari
Laki-laki 32 (94.1%) 2 (5,9%) responden memiliki presepsi yang tidak
Perempuan 14 (100%) 0 (0%) baik terhadap dokter yang merawatnya
Status pernikahan memiliki kepatuhan rendah, 100% dari
Menikah 46 (95,8%) 2 (4.2%) responden yang dapat membaca/
Belum 0 (0%) 0 (0%) memahami/ mengingat pentunjuk
menikah pengobatan dan bertindak atas informasi
kesehatan memiliki kepatuhan rendah,
100% dari responden yang mengonsumsi
Kepatuhan rokok memiliki kepatuhan rendah, seluruh
Kepatuhan
Rendah responden tidak mengonsumsi alkohol
Karakteristik Tinggi
n= 46 sehingga tidak dapat dinilai, 100% dari
n=2 (4,2%)
(95,8%) responden yang terbiasa lupa minum obat
Tingkat pendidikan antihipertensinya memiliki kepatuhan
SMA 18 (100%) 0 (0%) rendah, 100% dari responden yang
D3 2(100%) 0 (0%) mengeluhkan kompleksitas pengobatan
S1 12(100%) 0 (0%) memiliki kepatuhan rendah, 100% dari
S2 10(83,3%) 2 (16,7%) responden yang mengeluhkan durasi
pengobatan yang panjang memiliki
kepatuhan rendah, seluruh responden tidak Tidak percaya 12 (85,7%) 2 (14,3%)
mengeluhkan adanya efek samping obat Motivasi
yang mengganggu sehingga tidak dapat Memiliki 30 (93,8%) 2 (6,2%)
dinilai, 100% dari responden yang tidak motivasi
merasa repot dengan perubahan pola hidup Tidak 16 (100%) 0 (0%)
yang dianjurkan memiliki kepatuhan memiliki
rendah, 100 % dari responden yang motivasi
mengeluhkan rasa dari obat antihipertensi Sikap negatif
memiliki kepatuhan rendah, 100% dari Iya 14 (100%) 0 (0%)
responden yang tidak puas terhadap Tidak 32 (94,1%) 2 (5,9%)
program pelayanan kesehatan memiliki Hubungan dokter-pasien
kepatuhan rendah, 100% dari responden Baik 42 (95,5%) 2 (4.5%)
yang merasa efektifitas waktunya Tidak baik 4 (100%) 0 (0%)
terganggu memiliki kepatuhan rendah, Melek kesehatan
100% dari responden yang tidak mendapat Iya 36 (100%) 0 (0%)
dukungan sosial atas pengobatannya Tidak 10 (83,3%) 2 (16,7%)
memiliki kepatuhan rendah, 100% Konsumsi rokok
responden yang keberatan terhadap Iya 6 (100%) 0 (0%)
pembiayaan pengobatannya memiliki Tidak 40 (95,2%) 2 (4,8%)
kepatuhan rendah, 100% dari responden Konsumsi alkohol
yang merasakan ada perburukan terhadap Iya 0 (0%) 0 (0%)
hipertensinya memiliki kepatuhan rendah. Tidak 46 (95,8%) 2 (4,2%)

4.5 Gambaran tingkat kepatuhan Kepatuhan


Kepatuhan
berdasarkan faktor-faktor yang ada. Rendah
Karakteristik Tinggi
n= 46
Kepatuhan n=2 (4,2%)
Kepatuhan (95,8%)
Rendah
Karakteristik Tinggi Lupa
n= 46
n=2 (4,2%) Iya 22 (100%) 0 (0%)
(95,8%)
Tidak 24 (92,3%) 2 (7,7%)
Faktor Pasien
Faktor Pengobatan
Kepercayaan
Kompleksitas obat
Percaya 34 (100%) 0 (0%)
Iya 8 (100%) 0 (0%) didukung
Tidak 38 (95%) 2 (4,2%) Finansial
Durasi pengobatan Iya 4 (100%) 0 (0%)
Iya 18 (100%) 0 (0%) Tidak 42 (95,5%) 2 (4,5%)
Tidak 28 (93,3%) 2 (6,7%) Faktor Penyakit
Efek samping obat Perburukan penyakit
Iya 0 (0%) 0 (0%) Iya 6 (100%) 0 (0%)
Tidak 46 (95,8%) 2 (4,2%) Tidak 40 (95,2%) 2 (4.8%)
Derajat perubahan pola
hidup
PEMBAHASAN
Iya 24 (92,3%) 2 (7,7%)
Tidak 22 0 (0%) Berdasarkan keingintahuan peneliti,
(100,0%) dilakukan pengukuran tekanan darah pada
Rasa obat seluruh karyawan yang tidak memenuhi
Iya 2 (100%) 0 (0%) kriteria inklusi dan didapatkan sebanyak
Tidak 44 (95,7%) 2 (4,3%) 30 dari 78 karyawan yang memiliki
Faktor Pelayanan Kesehatan hipertensi dan sama sekali tidak
Pelayanan kesehatan mengonsumsi obat antihipertensi. Hal ini
Puas 38 (95,8%) 2 (5%) sejalan dengan hasil Riset Kesehatan
Tidak puas 8 (100%) 0 (0%) Dasar (Rikesdas) 2007 menunjukkan
Faktor Sosial Ekonomi memang sebagian besar kasus hipertensi di
Efektifitas waktu masyarakat belum terdiagnosis. Penderita
Terganggu 6 (100%) 0 (0%) hipertensi harus mengonsumsi obat
antihipertensi secara rutin agar mencapai
Kepatuhan tekanan darah yang terkontrol. Bagaimana
Kepatuhan
Rendah dengan pasien yang sama sekali tidak
Karakteristik Tinggi
n= 46 mengetahui bahawa ia mengidap
n=2 (4,2%)
(95,8%) hipertensi dan sama sekali tidak
Tidak 40 (95,2%) 2 (4,8%) mengonsumsi obat antihipertensi? Peneliti
terganggu amat menyayangkan hal ini, dengan ilmu
Dukungan sosial kedokteran yang sudah sedemikian maju
Didukung 40 (95,2%) 2 (4,8%) pesat, bahkan masih saja ada penderita
Tidak 6 (100%) 0 (0%) hipertensi yang belum terdiagnosis. Hal ini
mungkin akibat penderita sendiri yang
kurang waspada dan perduli terhadap dan pencegahan tersier. Ketika seseorang
kesehatannya ataupun dapat juga akibat telah didiagnosis mengidap hipertensi
kurangnya sosialisasi secara intensif dari berarti sudah harus dilakukan suatu
seluruh tenaga-tenaga kesehatan.8 pencegahan sekunder dimana tekanan
darah harus diturunkan sampai 140/90
Berdasarkan penelitian yang
mmHg pada semua hipertensi yang tidak
dilakukan pada 48 orang penderita
berkomplikasi, penurunan sampai 130/80
hipertensi yang mengonsumsi obat
mmHg pada penderita dengan diabetes dan
antihipertensi di Universitas Tarumanagara
penyakit ginjal kronik, dan penurunan
didapatkan bahwa hanya 4,2% yang
tekanan darah sampai 125/75 mmHg pada
memiliki kepatuhan tinggi terhadap
penderita proteinuria > 1g/hari. Pada
pengobatan antihipertensi. Menurut teori,
penelitian ini didapatkan seluruh
salah satu penyebab hipertensi resisten
responden yang memiliki kepatuhan
adalah ketidakpatuhan pasien dalam
minum obat yang rendah memiliki tekanan
penggunaan obat antihipertensi. Sebuah
darah yang tidak terkontrol. Oliveira
penelitian cross-sectional yang dilakukan
dalam penelitiannya yang menghubungkan
oleh Alfredo et al dengan menggunakan
kepatuhan minum obat yang dinilai
kuesioner kepatuhan yang sama dengan
menggunakan Morisky 8-Item Medication
penelitian ini (Morisky 8-Item Medication
Adherence Questionnaire dengan keadaan
Adherence Questionnaire) didapatkan
tekanan darah pasien mendapatkan
bahwa hanya 19,7% yang memiliki
hubungan yang signifikan antara
kepatuhan tinggi. Interaksi berbagai faktor
kepatuhan minum obat dengan keadaan
turut berperan mempengaruhi kepatuhan
tekanan darah yang terkontrol.1,25
dari program pengobatan hipertensi,
faktor-faktor tersebut secara garis besar Dalam penelitian ini usia
dibagi menjadi faktor dari dalam diri dikekompokkan menjadi < 40 tahun
pasien sendiri, faktor terapi, faktor (kelompok usia muda), 40-55 tahun
pelayanan kesehatan faktor sosial (kelompok usia menengah), dan > 55
ekonomi, dan faktor penyakit.11,14,25 tahun (kelompok lansia). Berdasarkan data
demografik yang didapatkan peneliti pada
Tekanan darah penderita hipertensi
penelitian ini didapatkan semakin tua usia,
harus selalu dijaga untuk selalu berada
kepatuhan minum obat antihipertensi
dalam batasan yang terkontrol. Konsep
semakin rendah. Beberapa penelitian justru
pengobatan hipertensi terdiri dari
mendapatkan sebaliknya seperti yang
pencegahan primer, pencegahan sekunder,
didapatkan oleh Krousel-Wood et al pada pengaruh jenis kelamin terhadap
penelitiannya yang melihat faktor kunci kepatuhan seseorang. Hal ini menandakan
untuk mencapai kontrol tekanan darah dan bahwa jenis kelamin sebenarnya bukan
hasil klinis yang baik pada pasien merupakan prediktor yang baik dalam
hipertensi. Pada penelitian ini didapatkan kepatuhan minum obat pasien. 17,20-22
hasil yang berbeda mungkin diakibatkan
Pada penelitian ini, seluruh
perbedaan jumlah proporsi umur
responden sudah menikah sehingga faktor
responden. Jumlah responden yang berusia
ini tidak dapat dinilai atau dijadikan
> 55 tahun sebanyak 14 orang sedangkan
prediktor untuk menentukan kepatuhan.
yang berusia 40-55 tahun sebanyak 32
Namun pada penelitian yang dilakukan
orang. Dengan perbedaan hampir
oleh Cooper et al yang melakukan studi di
setengahnya ini, menurut peneliti hal ini
11 negara untuk melihat kepatuhan pada
tidak dapat dibandingkan. Namun
orang dewasa yang lebih tua didapatkan
beberapa penelitian lain menyebutkan
bahwa sudah menikah dapat
tidak ada hubungan antara kepatuhan
mempengaruhi kepatuhan pasien menjadi
dengan usia pasien seperti yang dilakukan
lebih baik.18
oleh Wai CT et al pada pasien yang
mengalami hepatitis kronis.45,46 Pada penelitian ini didapatkan
seluruh jenjang pendidikan terakhir yang
Horne dan Weinman dalam
diperoleh responden tidak menjamin
penelitiannya yang melihat tentang
kepatuhannya, hanya 16,7% dari yang
kepercayaan pasien pengidap penyakit
berpendidikan terakhir S2 yang memiliki
kronis terhadap obat-obatan yang
kepatuhan tinggi, selebihnya memiliki
diresepkan pada mereka tidak menemukan
kepatuhan yang rendah. Sama halnya
hubungan antara jenis kelamin dan
dengan jenis kelamin, tingkat pendidikan
kepatuhan dalam pengobatan. Beberapa
ini tidak dapat dijadikan indikator dalam
penelitian mendapatkan perempuan lebih
kepatuhan minum obat, mengingat pada
patuh dibanding laki-laki namun ada juga
berbagai penelitian hasilnya sangat
yang mendapatkan sebaliknya. Pada
beragam. Studi yang dilakukan oleh
penelitian ini didapatkan laki-laki
Okuno et al yang melihat apakah
memiliki kepatuhan lebih tinggi dibanding
kerusakan kognitif merupakan faktor
perempuan. Namun, penelitian yang
risiko yang dapat mempengaruhi
dilakukan oleh Vic et al mengatakan
kepatuhan minum obat pada masyarakat
bahwa mereka belum menemukan
lansia di Jepang menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan yang lebih tinggi yang berat bagi kesehatannya memiliki
memiliki kepatuhan yang lebih tinggi, kepatuhan dalam pengobatan yang baik
namun pada penelitian yang dilakukan dan hal ini juga bertentangan dengan
oleh Kyngas dan Lahdenpera yang menilai penelitian yang peneliti lakukan.11,12,13,27
kepatuhan pasien hipertensi didapatkan
Dalam penelitian ini didapatkan
pasien yang memiliki tingkat pendidikan
100% dari responden yang tidak memiliki
yang lebih rendah memiliki kepatuhan
motivasi untuk patuh dalam pengobatan
yang lebih tinggi. Sedangkan beberapa
hipertensi memiliki kepatuhan yang
study tidak menemukan hubungan,
rendah, hal ini sejalan dengan penelitian
contohnya pada penelitian yang dilakukan
yang dilakukan di Malaysia oleh Lim dan
oleh Horne dan Weinmann.20,23,24
Ngah pada tahun 1991 untuk melihat
Penelitian ini menemukan 100% dari penyebab putus obat pada pasien
responden yang memiliki kepercayaan hipertensi dan mendapatkan pada 85%
terhadap efektifitas obat antihipertensi pasien hipertensi didapatkan kurangnya
memiliki kepatuhan yang rendah hal ini motivasi sebagai alasan untuk
sangat bertentangan dengan penelitian ketidakpatuhan dalam pengobatan.30
Krousel-WoodMA yang melihat faktor
Dari hasil penelitian ini diketahui
kunci untuk mencapai kontrol tekanan
sebanyak 100% responden yang memiliki
darah dan hasil klinis yang baik pada
sikap negatif memiliki kepatuhan yang
pasien hipertensi menunjukkan bahwa
rendah. Sikap negatif itu sendiri
kepatuhan minum obat akan meningkat
merupakan rasa depresi, cemas, ketakutan,
saat pasien percaya bahwa terapi akan
atau tidak bisa menerima keadaan
efektif dan merasakan manfaatnya, hal ini
penyakitnya. Hasil ini sejalan dengan studi
mungkin diakibatkan karakteristik
yang dilkukan oleh Gascon et al yang
demografi yang berbeda antara sampel
mencari tahu mengapa pasien hipertensi
yang digunakan, jumlah sampel pada
tidak patuh terhadap pengobatan.32
penelitian ini yang tidak mencukupi, atau
pendekatan skala kepatuhan yang berbeda. Hasil studi yang dilakukan oleh
Loffr et al pada tahun 2003 yang Moore et al mengenai faktor psikososial
melakukan penelitian pada pasien yang menyebabkan pasien menghindar
skizofrenia mendapatkan bahwa pada dari perawatan medis menunjukkan bahwa
pasien yang percaya bahwa komplikasi kepatuhan meningkat ketika dokter
penyakitnya dapat memberi konsekuensi mendukung secara emosional,
memberikan jaminan atau rasa hormat, dan dilakukan di tempat yang berbeda oleh
mengobati pasien sebagai mitra yang Fodor, Cooper, dan Balbay tentang
sejajar. Hasil studi yang dilakukan Moore kepatuhan dan menemukan bahwa pasien
sejalan dengan penelitian ini karena yang merokok dan minum alkohol lebih
didapatkan 100% responden yang tidak mungkin untuk tidak patuh terhadap
memiliki hubungan baik dengan dokter pengobatan.14,17-19
yang merawatnya memiliki kepatuhan
Berdasarkan penelitian ini,
yang rendah.31
ditemukan ada 100% responden yang
Penelitian Nichols-Inggris dan mengeluhkan kompleksitas dari
Poirier mengenai faktor yang pengobatan dan memiliki kepatuhan
mempengaruhi kepatuhan terapi rendah. Iskedjian et al berdasarkan bukti
menyebutkan pasien yang tidak melek meta-analisis dalam penelitiannya
akan kesehatan memiliki kepatuhan yang menyebutkan kepatuhan tidak berkorelasi
rendah. Namun pada penelitian yang dengan jumlah obat yang diresepkan
peneliti lakukan, didapatkan 100% dari melainkan lebih berkorelasi dengan
responden yang melek kesehatan justru frekuensi perharinya. Hasil studi Cramer et
memiliki kepatuhan yang rendah. al menyebutkan bahwa peningkatan
Perbedaan ini mungkin diakibatkan ketidakpatuhan berhubungan dengan
perbedaan karakteristik demografi, jumlah frekuensi minum obat perhari: 20% untuk
sampel yang kurang, atau skala kepatuhan sekali sehari; 30% untuk 2 kali sehari;
yang digunakan berbeda.11 60% untuk tiga kali sehari 70% utuk empat
kali sehari. Walaupun penelitian mengenai
Pada penelitian ini tidak didapatkan
faktor ini memiliki hasil yang sama
responden yang mengonsumsi alkohol
dengan penelitian lain, namun pengertian
sehingga tidak dapat dinilai. Kebiasaan
kompleksitas obat yang digunakan peneliti
merokok merupakan salah satu faktor
adalah jumlah obat dalam resep bukan
risiko penyakit hipertensi yang sebaiknya
frekuensi minum obat perhari.33,34
dihindari, namun ternyata dalam
pelaksanaannya masih didapatkan Sebanyak 100% dari responden
penderita hipertensi yang merokok secara mengeluhkan durasi pengobatan
aktif. Didapatkan 12,5% responden antihipertensi memiliki kepatuhan minum
merokok dan seluruhnya memiliki obat yang rendah. Hal ini tidak sejalan
kepatuhan yang rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
dengan beberapa penelitian yang Dhanireddy yang menyebutkan bahwa
lebih lama durasi pengobatan, kepatuhan terhadap terapi, hal ini mungkin
pasien akan meningkat. Perbedaan ini diakibatkan perbedaan karakteristik
mungkin diakibatkan oleh perbedaan demografi, jumlah sampel yang kurang,
pemahaman. Menurut peneliti durasi atau skala kepatuhan yang digunakan
pengobatan antihipertensi yang lama berbeda.26,37
adalah jangka waktu minum obat yang
Dalam penelitian ini, 100% dari
harus dihadapi pasien. Sedangkan pada
responden yang mengeluhkan rasa obat
penelitian lain, durasi pengobatan yang
antihipertensi memiliki kepatuhan yang
dimaksud adalah pasien telah minum obat
rendah. Dalam literatur dikatakan salah
dalam jangka waktu lama sehingga
satu faktor terapi yang berperan
memiliki toleransi dalam pengobatannya.35
mempengaruhi kepatuhan pasien dalam
Pada penelitian ini, seluruh minum obat adalah rasa dari obat.11
responden tidak mengeluhkan adanya efek
Seluruh responden yang mengaku
samping obat yang mengganggu sehingga
tidak puas dengan proses pelayanan
faktor ini tidak dapat dinilai oleh peneliti.
kesehatan di tempat mereka biasanya
Namun pada penelitian yang dilakukan
melakukan kontrol memiliki kepatuhan
oleh Dusing et al di Jerman menyebutkan
yang rendah. Dan seluruh pasien yang
bahwa alasan paling umum kedua untuk
puas terhadap proses pelayanan kesehatan
ketidakpatuhan dengan terapi
seluruhnya patuh untuk minum obat,
antihipertensi adalah efek samping.36
sejalan dengan itu pada penelitian yang
Program tatalaksana hipertensi tidak dilakukan oleh Haynes et al yang menilai
hanya dengan mengonsumsi obat simple clinical measurements dalam
antihipertensi, namun harus disertai mendeteksi ketidakpatuhan pasien
perubahan pola hidup sesuai dengan diketahui bahwa pada pasien yang merasa
guideline yang berbeda pada tiap negara. puas saat kunjungan klinik memiliki
Pada penelitian ini didapatkan 100% dari kepatuhan yang baik. 38
responden yang merasa tidak terganggu
Didapatkan seluruh responden
dengan perubahan pola hidup memiliki
merasa efektifitas waktunya terganggu dan
kepatuhan yang rendah. Hal ini
seluruhnya memiliki kepatuhan minum
bertentangan dengan hasil penelitian
obat yang buruk, hal ini sejalan dengan
Vincez et al yang berkata bahwa tingkat
studi yang dilakukan oleh Siegal dan
perubahan perilaku yang diperlukan terkait
Greenstein yang menyebutkan bahwa
dengan motivasi pasien untuk patuh
pasien kerah putih memiliki kepatuhan menurut penelitian Shea et al mengatakan
yang kurang karena mereka memiliki bahwa individu yang memiliki pendapatan
prioritas lain. Pada penelitian yang rendah, lebih mungkin untuk patuh dalam
dilakukan di Malaysia oleh Chuah pengobatan.42,43
mendapatkan bahwa ibu rumah tangga
Pada tahap awal gejala hipertensi
dengan TB lebih patuh dalam pengobatan,
sering berfluktuasi atau bahkan tidak
hal ini dikarenakan mungkin waktu yang
tampak dan hal ini mungkin menyebabkan
dimiliki ibu rumah tangga lebih mudah
penderita hipertensi tidak patuh terhadap
beradaptasi.39,40
pengobatan. Namun, perlu diketahui
Dari hasil penelitian ini seluruh bahwa penyakit hipertensi jika tidak
responden yang tidak mendapat dukungan terkontrol dapat meningkatkan risiko
dari keluarga maupun kerabat memiliki terjadinya komplikasi kardiovaskular dan
kepatuhan yang rendah. Hasil ini sesuai kerusakan organ target baik secara
dengan dapatan DiMatteo yang langsung maupun tidak langsung. Dalam
mengatakan bahwa pasien yang memiliki penelitian ini didapatkan seluruh
dukungan emosional dan bantuan dari responden yang merasa penyakitnya
anggota keluarga dan kerabat memiliki memberat memiliki kepatuhan yang
kepatuhan yang lebih.41 rendah. Hal ini bertentangan dengan
penelitian Wild et al pada tahun 2004 yang
Dalam penelitian ini, seluruh
membuktikan bahwa subyek dengan
responden yang mengeluhkan masalah
tingkat keparahan penyakit yang lebih
biaya dan memiliki kepatuhan rendah.
besar berdasarkan evaluasi klinis memiliki
Shaw dan et al mengatakan biaya
kepatuhan yang lebih tinggi dibanding
merupakan masalah penting dalam
yang sehat.14-16
kepatuhan pasien terutama untuk pasien
penyakit kronis dengan masa pengobatan KESIMPULAN
bisa sampai seumur hidup. Masalah biaya 1. Dari seluruh responden didapatkan
pengobatan ini sebenarnya relatif untuk 95,8% memiliki kepatuhan rendah
tiap-tiap orang karena bergantung dari dalam minum obat antihipertensi
pendapatan orang tersebut, jadi dua hal ini sedangkan hanya sebesar 4,2% yang
adalah saling terkait. Jika pasien memiliki memiliki kepatuhan tinggi.
pendapatan relatif besar seharusnya biaya 2. Faktor-faktor yang ada pada
kesehatan tidak menjadi suatu masalah. kepatuhan pasien dalam minum obat
Jika dihubungkan dengan kepatuhan, antihipertensi di lingkungan
Universitas Tarumanagara adalah 6. Sheerwood L. Fisiologi manusia:
Dari Sel Ke Sistem. 6th ed. Jakarta:
motivasi, sikap negatif, hubungan
EGC; 2012.
dokter pasien, konsumsi rokok,
7. Gunawan SG, Rianto S, Nafrialdi,
kompleksitas pengobatan, rasa obat, Elysabeth. Farmakologi dan Terapi.
pelayanan kesehatan, efektifitas 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI; 2012.
waktu, dukungan sosial, dan masalah
8. Depkes RI. Riset kesehatan dasar
finansial
2007 (updated _______; cited 2013
3. Seratus persen dari responden yang Oktober). Avalable from
:www.depkes.go.id/index.php?vw=2
memiliki kepatuhan tinggi dalam
&id=1909
minum obat antihipertensi memiliki
9. United States Departement of Health
tekanan darah yang terkontrol, 78,3 and Human Service. The seven
% dari responden yang memiliki report of the join national committee
on prevention, detection, evaluation,
kepatuhan rendah memiliki tekanan and treatment of high blood pressure.
darah yang tidak terkontrol. United States: NIH Publication;
2003.
10. Martin J. Hypertention guidelines:
Revisiting the JNC 7
DAFTAR PUSTAKA recommendations. The journal of
Lancaster General Hospital. 2008;
1. Yogiantoro M. Pendekatan klinis 3(3): 91-7.
hipertensi. Dalam: Setiati siti, Idrus
11. Jin J, Grant ES, Vernon MSO, Shu
Alwi, Aru W. Sudoyo, et al, editors
CL. Factors affecting theurapeutic
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
compliance: A review from the
Jilid II. 6th ed. Jakarta: Interna
patients prespective. NCBI. 2008
Publishing; 2014. hal. 2267-82.
Feb; 4(1): 269-286.
2. World Health Organization. World
12. Seo MA, Min SK. Development of a
health statistics 2013. Italy: WHO;
structural model
2013.
explainingmedication compliance of
3. Katzung BG. Farmakologi dasar dan persons with schizophrenia. Yonsei
klinik buku 1. Jakarta: Salemba Med J. 2005; 46: 331-40.
Medika; 2001.
13. Loeffler W, Kilian R, Toumi M, et
4. World Health Organization. World al. Schizophrenic patients subjective
health statistics 2012. France: WHO; reaseon for compliance and
2012. noncompliance with neuroleptic
treatment. Pharmacopsychiatry.
5. Sudoyo AW, Bambang S, Idrus A, 2003;36:105-12.
Marcellus SK, Siti S. Buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. 5th ed. 14. Mohani CI. Hipertensi Primer.
Jakarta: Interna Publishing; 2009. Dalam: Setiati S, Idrus A, Aru W.S,
et al, editors Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. 6th ed.
Jakarta: Interna Publishing; 2014. among seniors. Ann Prarmacoter.
hal. 2292. 2004; 38:303-12
15. Vlasnik JJ, Aliotta SL, DeLor B. 23. Okuno J, Yanagi H, Tomura S. Is
Medication adherence: factors cognitive impairement a risk factor
influencing compliance with for poor compliance among Japanese
prescribed medication plans. Case elderly in the community? Eur J Clin
Manager. 2005;16:47-1. Pharmacol. 2001; 57:589-94.
16. Wild MR, Eugleman Hm, Douglas 24. Kyngas H, Lahdenpera T.
NJ, et al.Can phychological factors Compliance of patients with
help us to determine adherence to hypertension and associated factors.
CPAP? A prospetive study. Eur J Ad Nurs. 1999;29:832-9.
Respir J. 200;24:461-5
25. Oliveira-Filho, et al. Association
17. Fodor GJ, Kotrec M, Bacskai K, et between the 8-item Morisky
al. Is interview a reliable method to Medication Adherence Sale
verify the compliance with (MMAS-8) and Blood Presure
antihypertensive therapy? An Control. Arq Bras Cardiol, 2012;
international central-European study. [online]. Ahead ptint, PP. 0-0
J Hypertens. 2005; 23: 1261-6.
26. Chobanian AV, Bakris HR, et.al.
18. Cooper C, Carpenter I, Katona C, et Seventh report of the joint national
al. The AdHOC study of older adults commite on prevention, detection,
adherence to mdication in 11 evaluation, and treatment of high
countries. Am J Geriatry Psychiatry. blood pressure. Hypertension. 2003;
2005; 13:1067-76 42: 1206-52.
19. Balbay O, Annakkaya AN, Arbak P, 27. Krousel-Wood MA, Thomas S,
et al. Which patients are able to Munther P, et al. Medication
adherence to tuberculosis treatment? adherence: a key factor in achieving
A study in a rural area in the blood pressure control and good
nothwest part of Turkey. Jpn J Infect clinical outcomes in hypertensive
Dis. 2005;58:152-8. patients. CurrOpin
Cardiol.2004;19:357-62.
20. Horne R, Weinman J. Patients
belies about prescribed medicines 30. Lim TO, Ngah BA. The Mentakab
and their role ini adherence to hypertension studyproject. Part II-
tratment in chronic physical ilness. J why do hypertensives drop out of
Phychosom Res. 1999;47:555-67 treatment? Singapore Med J. 1991;
32:249-51
21. Hertz RP, Unger AN, Lustik MB.
Adherence with pharmacotherapy 31. Moore PJ, Sickel AE, Malat J, et al.
for type 2 diabetes: a retrospective Physcosocial factors in medical and
cohort study of adults with psychological treatment avoidance:
employer-sponsored health the role of the doctor-patient
insurance. Clin Ther. 2005;27:1064- relationship. J Health Psychol.
73. 2004;9:421-33.
22. Vic SA, Maxwell CJ, Hogan DB. 32. Gascon JJ, Sanchez-Ortuno M, LIor
Measurement, coreelates, and health B, et al. Treatment compliance in
outcomes of medication adherence hypertension study group. Why
hypertensive patients do not comlply transplant coordinators.
with the tratment: result from a TransplCoord. 1999;9:104-8
qualitative study. Fam Pract. 2004;
21: 125-30 41. Di Matteo MR. Social support and
patient adherence to medical
33. Iskedjian M, Einarson TR, treatment: a meta-analysis. Health
MacKeigan LD, et al. Relationship Psychol. 2004;23:207-18.
between daily dose frequency and
adherence to antihypertensive 42. Shaw E, Anderson JG, Maloney M,
pharmacotherapy: evidence from et al. Factors associated with
meta-analysis. Clin Ther. noncompliance of patients taking
2002;24:302-16. antihypertensive medication. Hosp
Pharm. 1995; 30; 201-3, 206-7.
34. Cramer JA, Mattson RH, Prevey
ML, et al. How often is medication 43. Shea S, Misra D, Ehrlich MH, et al.
taken as prescribed? A novel Correlates of non adherence to
assessment technique. hypertension treatment in an inner-
JAMA.1989;261:3273-7 city minority population, AmJ Public
Health; 1992;82:1607-12.
35. Dhanireddy KK, Maniscalco J, Kirk
AD. Is tolerance induction the 44. Mahan L. Kathleen, Sylvia Escot
answer to adolescent non-adherence? Stump. Krauses Food & Nutrition
PediatrTransplant. 2005; 9: 357-63 Therapy International Edition. 12th
ed. Kanada: Saunders Elsevier; 2008
36. Dusing R, Weisser B, Mengden T, et
al. Changes in antihypertensive 45. Krousel-Wood MA, Thomas S,
therapy-the role of adverse effects Munther P, et al. Medication
and compliance. Blood Press. adherence: a key factor in achieving
1998;7:313-5 blood pressure control and good
clinical outcomes in hypertensive
37. Vince G, Barner JC, Lopez D. patients. Curr Opin Cardiol. 2004;
Factors associated with adherence to 119:357-62.
self-monitoring of blood glucose
among persongs with diabetes. 46. Wai CT, Wong ML, Ng S, et al.
Diabetes Educ. 2004; 30: 112-25. Utility of the health belief model
predicting compliance of screening
38. Haynes RB, Taylor DW, Sackett DL, in patients with chronic hepatitis B.
et al. Can simple clinical Aliment Pharmacol Ther. 2005; 21:
measurements detect patient 1255-62
noncompliance? Hypertension.
1980; 2: 757-64 47. Culig Josip, Marcel Leppee. From
Morisky to Hill-Bone; self-report
39. Chuah SY. Factors associated with scales for measuring adherence to
poor patient compliance with medication. Antropol. 2014; 1:55-62
antituberculosis therapy in
Northwest Perak, Malaysia. 48. Morysky DE, Green LW, Levine
Tubercle. 1991;72:261-4 DM. Concurent and predictive
validity of self-reported measure of
40. Siegal B, Greenstein SJ. Compliance medication adherence. Med Care.
and noncompliance in kidney 1986; 24: 67-74.
transplant patients: cues for

Вам также может понравиться