Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh:
YOGYAKARTA
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan pada klien Ny.P dengan gangguan nyaman nyeri di
RSUD Sleman disusun untuk memenuhi tugas mandiri PKK KDM Semester
III, Pada:
Hari : Senin
Praktikan
Mengetahui,
CI Lahan CI Akademik,
(.................................) (...................................)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasa nyeri adalah peringatan bagi individu bahwa ada suatu kelainan
yang sedang terjadi didalam tubuh. Nyeri adalah fenomena fisiologik yang
seringkali sangat mengganggu individu atau pada usaha tindakan
penyembuhan. Rasa nyeri merupakan rasa yang tidak menyenangkan,
melibatkan emosi serta keadaan afektif seseorang dan persepsinya berbeda
dari satu orang ke orang lain, berbeda dari waktu ke waktu pada satu orang
yang sama.
B. Tujuan
1. Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
2. Meminimalisir rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman.
3. Untuk mencegah terjadinya nyeri kronis.
4. Untuk mempertahankan tingkat kesehatan.
5. Untuk memahami kebutuhan fisiologis pasien dalam mengurangi rasa
nyeri
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Nyeri adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan disebabkan
oleh stimulus spesifik seperti: mekanik, termal, kimia, mikroorganisme atau
elektrik pada ujung saraf serta tidak dapat diserah terimakan kepada orang
lain (Copp B. Summer.1985)
Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersift individual. Stimulus nyeri dapat
berupa stimulus fisik atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada
fungsi atau ego seseorang (Mohan,1994)
Berdasarkan teori diatas nyeri didefinisikan sebagai suatu rasa yang tidak
nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri bersifat sangat individual dan tidak
dapat diukur secara subjektif, serta hanya pasien yang dapat merasakan
adanya nyeri. Nyeri merupaan mekaisme fisiologis yang bertujuan untuk
melindungi diri. Nyeri merupkan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku
B. Etiologi
Penyebab timbulnya nyeri adalah sebagai berikut :
1. Trauma
a. Mekanik
Nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya
akibat benturan luka.
b. Thermis
Nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsang akibat panas, dingin,
misal karena api dan air.
c. Khemis
Timbul karena dari zat kimia yang berasal dari asam atau basa kuat
d. Elektrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang mengenai reseptor rasa nyeri yang
menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar
e. Neoplasma : Jinak dan ganas
f. Peradangan
Nyeri karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan
atau terjepit oleh pembengkakan contoh abses
g. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
C. Jenis Nyeri
a. Nyeri Akut
Nyeri akut akan dapat menghilang dengan atau tanpa pengobatan
setelah keadaan pulih pada area yang rusak. Fungsi dari nyeri akut adalah
memberikan peringatan akan cedera atau penyakit yang akan datang.
Nyeri akut biasanya berlangsung secara singkat, misalnya nyeri karen
terkilir, nyeri pada patah tulang, atau pembedahan abdomen.
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronik dapat menjadi penyabab utama ketidakmampuan fisik
dan psikologi sehingga akan timbul masalah seperti kehilangan pekerjaan
pekerjaan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari- hari yang
sederhana, disfungsi seksual, dan isolasi sosial dari keluarga atau teman-
teman. Individu yang mengalami nyeri kronik seringkali tidak
memperlihatkan gejala yang berlebihan dan tidak beradaptasi terhadap
nyeri. Gejala nyeri kronik meliputi keletihan, insomnia, penurunan berat
badan, depresi, putus asa, dan kemarahan. Nyeri kronik berkembang
lebih lambat dan terjadi dalam waktu yang lebih lama dan pasien sering
sulit mengingat sejak kpan nyeri mulai dirasakan
c. Nyeri Somatogenetik
Merupakan nyeri yang terjadi secara fisik
d. Nyeri Psikogenik
Merupakan nyeri yang terjadi secara psikis atau mental
E. Manifestasi klinik
1. Gangguan tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan menghindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Nadi meningkat
8. Pernafasan meningkat
9. Depresi,frustasi
F. Patofisiologi
Ketika sel saraf mengalami kerusakan akibat trauma jaringan, maka
terbentuklah zat-zat kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik.
Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor
nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui
saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan di persiapkan sehingga
individu mengalami nyeri. Selain di hantarkan ke hypotalamus nyeri dapat
menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitive pada termosensitif
sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri. (wahit
chayatin,N.mubarak,2007).
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di
abdomen.
2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal.
3. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya.
CT Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang
pecah di otak.
H. Komplikasi
1. Edema Pulmonal
2. Hipovolemik
3. Kejang
4. Hipertermi
5. Masalah Mobilisasi
6. Hipertensi
I. Penatalaksanaan
1. Anak-anak
2. Dewasa
a. Skala intensitas nyeri deskriptif
b. Skala identitas nyeri numerik
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan (secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik)
7-9 : Nyeri berat (secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
10 : Nyeri sangat berat (Pasien sudah tidak mampu lagi mengikuti perintah
K. Pengkajian Fokus
Tindakan perawat yang perlu dilakuan dalam mengkaji pasien selama nyeri
akut adalah:
1. Mengkaji perasaan pasien (respon psikologis yang muncul).
2. Menetapkan respon fisiologis pasien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.
3. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.
Untuk pasien yang mengalami nyeri kronis maka pengkajian yang lebih baik
adalah dengan memfokouskan pengkajian pada dimensi perilaku, afektif,
kognitif.
e. Durasi (Time)
Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi,
dan rangkaian nyeri. Faktor yang memperberat/memperingan, perlu
mengkaji faktor-faktor yang mempererat nyeri pasien untuk
memberikan tindakan yang tepat untuk menghindari peningkatan
respon nyeri pada pasien.
M. Intervensi