Вы находитесь на странице: 1из 23

A.

Pengertian

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman, 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang
menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,
Patrick manson, 2001).

B. Etiologi

1. Virus dengue sejenis arbovirus.


2. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1
dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue
3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue
berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan
natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.
Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3
merupakan serotif yang paling banyak.

C. Patofisiologi

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan
bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan
mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai
factor
meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui
endotel dinding itu.

Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi


(protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat ,
terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh


darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diathesis
hemorrhagic, renjatan terjadi secara akut.

Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak
diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian.

D. Tanda dan gejala


1. Demam tinggi selama 5 7 hari.
2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan sekitar mata.
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

E. Pemeriksaan penunjang

Darah
1. Trombosit menurun.
2. HB meningkat lebih 20 %
3. HT meningkat lebih 20 %
4. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5. Protein darah rendah
6. Ureum PH bisa meningkat
7. NA dan CL rendah

Serology : HI (hemaglutination inhibition test).


1. Rontgen thorax : Efusi pleura.
2. Uji test tourniket (+)

F. Penatalaksanaan

Tirah baring
Pemberian makanan lunak
Pemberian cairan melalui infus
Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik
Anti konvulsi jika terjadi kejang
Monitor tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Suhu, Nadi, RR).
Monitor adanya tanda-tanda renjatan
Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.

G. Tumbuh kembang pada anak usia 6-12 tahun

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan
masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat
badan 2 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan cirri sex
sekundernya.
Perkembangan menitikberatkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk
perubahan sosial dan emosi.

1. Motorik kasar
o Loncat tali
o Memukul
o Badminton
o Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap
meningkatkan irama dan kehalusan.
2. Motorik halus
o Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
o Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat
musik.
3. Kognitif
o Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
o Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah
o Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal
o Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang.
4. Bahasa
o Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
o Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan,
kata penghubung dan kata depan
o Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
o Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan.

1. Pengertian

DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam
atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty betina (Seoparman , 1990).
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes
aegepty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya
dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).

DHF (Dengue Haemoragic Fever) berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi
menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 1986):

1) Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet, trombositopenia
dan hemokonsentrasi.

2) Derajat II
Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.

3) Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah
(hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan).

4) Dejara IV

Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

2. Anatomi Fisiologi

Struktur nyamuk terdiri atas ; kepala, toraks yang setiap segmenya dilengkapi dengan
sepasang kaki yang beruas-ruas dan abdomen. Daerah kepala terdiri atas mata, antena
berbentuk poliform yang terdiri atas 15 segmen. Antena nyamuk betina disebut pilose dengan
bulu-bulu yang lebih sedikit sedangkan yang jantan memiliki banyak bulu disebut plumose.
Seperti halnya dengan serangga lain nyamuk memiliki sepasang mata majemuk oseli (mata
tunggal). Di bagian dorsal toraks terdapat bentuk bercak yang keras berupa dua garis sejajar
pada bagian tengah dan dua garis lengkung di bagian tepi. Vena sayap meliputi seluruh
bagian sayap sampai ke ujung berukuran 2,5 3,0 mm. Di bagian abdomen nyamuk betina
berukuran kecil terdapat dua caudal cerci yang berukuran kecil, sedangkan pada nyamuk
jantan terdapat organ seksual yang disebut hypopygium.

Nyamuk ini bersifat antropofilik ( senang sekali pada manusia), biasanya nyamuk betina
menggit di dalam rumah, kadang-kadang di luar rumah di tempat yang agak gelap. Pada
malam hari nyamuk beristirahat dalam rumah pada benda-benda yang digantung seperti
pakaian, kelambu, pada dinding dan tempat yang dekat dengan tempat peridukannya.
Nyamuk A.aegypti memilliki kebiasaan menggigit berulang-ulang (multiple biters) yakni
menggit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Keadaan ini sangat
berpengaruh terhadap peranannya sebagai vektor penyebab penyakit DBD ke beberapa orang
dalam sekali waktu. Nyamuk jantan juga tertarik terhadap manusia pada saat melakukan
perkawinan, tetapi tidak menggigit.

Dalam perkembangan hidupnya nyamuk ini mengalami metamorfosis sempurna


(holometabola) yaitu dari telur menetas menjadi larva (jentik), kemudian menjadi pupa dan
selanjutnya menjadi nyamuk dewasa. Dalam keadaan optimal, perkembangan telur sampai
menjadi nyamuk dewasa berlangsung sekurang-kurangnya selama 9 hari. Nyamuk dewasa
baik jantan maupun betina membutuhkan glukosa sebagai bahan makanan yang dapat
diperoleh dari cairan tumbuhan, sedangkan nyamuk betina membutuhkan protein-protein dari
darah untuk pematangan sel telur setelah perkawinan. yamuk betina dewasa mulai menghisap
darah setelah berumur 3 hari, setelah itu sanggup bertelur sebanyak 100 butir. Nyamuk betina
mampu bertahan hidup 2 minggu lebih di alam, sedangkan nyamuk jantan setelah proses
kawin dalam waktu 1 minggu akan mati. Nyamuk betina dapat terbang sejauh 20 meter,
kemampuan normalnya adalah 40 meter.

3. Etiologi

Penyebab utama : virus dengue tergolong albovirus


Vektor utama :

Aedes aegypti.
Aedes albopictus.

Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :

1. kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari hari.


2. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
3. Penyediaan air bersih yang langka.

Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena.

1. Antar rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak


terbang aedes aegypti 40-100 m.
2. Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters) yaitu
menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat, (Noer, 1999).

4. Patofisiologi

klik gambar diatas untuk melihat dalam


ukuran besar

5. Tanda dan Gejala

Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :

1) Demam chiku nguya.

Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400C disertai
ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot.

2) Demam tyfoid

Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia,
limfositosis relatif.
3) Anemia aplastik

Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul karena
infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia.

4) Purpura trombositopenia idiopati (ITP)

Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi
hemokonsentrasi.

Meningkatnya suhu tubuh


Nyeri pada otot seluruh tubuh
Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita
Suara serak
Batuk
Epistaksis
Disuria
Nafsu makan menurun
Muntah
Ptekie
Ekimosis
Perdarahan gusi
Muntah darah
Hematuria masif
Melena

6. Komplikasi

a. Perdarahan luas.

b. Shock atau renjatan.

c. Effuse pleura

d. Penurunan kesadaran.

6. Klasifikasi

a. Derajat I :

Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni
dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II :

Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit
seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.

c. Derajat III :
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system
sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan
penderita gelisah.

d. Derajat IV :

Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan
yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :

1) Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 7 hari kemudian turun secara lisis demam
disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.

2) Manifestasi perdarahan :

1. Uji tourniquet positif


2. Petekia, purpura, ekimosi
3. Epistaksis, perdarahan gusi
4. Hematemesis, melena.

3) Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.

4) Dengan atau tanpa renjatan.

Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ). Renjatan
yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.

5) Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi

Laboratorium

Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat
dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nilai hematokrit
pada masa konvalesen.

Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan
hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan tepat.

Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada
saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnyam limfosit pada
saat peningkatan suhu pertama kali.

8. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

1. Tirah baring atau istirahat baring.


2. Diet makan lunak.
3. Minum banyak (2 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri
penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan
yang paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien
memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.

Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

1. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.


2. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda
vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
3. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

Pencegahan

Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :

1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan


melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat
sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara
spontan.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah,
rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.

Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :

1. Menggunakan insektisida.

Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah
malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik
(larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan. Cara
penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes
yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram
abate SG 1 % per 10 liter air.

2. Tanpa insektisida

Caranya adalah:

1. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu
(perkembangan telur nyamuk lamanya 7 10 hari).
2. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
3. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang
memungkinkan nyamuk bersarang

9. Pengkajian Keperawatan

Data obyektif yang sering ditemukan menurut Christianti Effendy, 1995 yaitu :

1.) Lemah.

2.) Panas atau demam.

3.) Sakit kepala.

4.) Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.

5.) Nyeri ulu hati.

6.) Nyeri pada otot dan sendi.

7.) Pegal-pegal pada seluruh tubuh.

8.) Konstipasi (sembelit).


Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien. Data
obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain:

1) Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.

2) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.

3) Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis,
hematoma, hematemesis, melena.

4) Hiperemia pada tenggorokan.

5) Nyeri tekan pada epigastrik.

6) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.

7) Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah,
sianosis perifer, nafas dangkal.

Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :

1) Ig G dengue positif.

2) Trombositopenia.

3) Hemoglobin meningkat > 20 %.

4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).


5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia,
hipokloremia.

Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit,
monosit, dan basofil

1) SGOT/SGPT mungkin meningkat.

2) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.

3) Waktu perdarahan memanjang.

4) Asidosis metabolik.

5) Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.

10. Diagnosa Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).


2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia
4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
dinding plasma
5. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi tirah baring.
6. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan
tubuh
7. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia

11. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia)

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien dapat berkurang
dengan kriteria hasil:

Pasien mengatakan kondisi tubuhnya nyaman.


Suhu 36,80C-37,50C
Tekanan darah 120/80 mmHg
Respirasi 16-24 x/mnt
Nadi 60-100 x/mnt

Intervensi:

1. Kaji saat timbulnya demam.


2. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam
3. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam)
4. Berikan kompres hangat
5. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal
6. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter

Rasional:

1. untuk mengidentifikasi pola demam pasien.


2. tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
3. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
4. Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan
suhu tubuh.
5. pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh
6. pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi

2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan nyeri pasien dapat berkurang dan
menghilang dengan kriteria hasil:

Pasien mengatakan nyerinya hilang


Nyeri berada pada skala 0-3
Tekanan darah 120/80 mmHg
Suhu 36,80C-37,50C
Respirasi 16-24 x/mnt
Nadi 60-100 x/mnt

Intervensi:

1. Observasi tingkat nyeri pasien (skala, frekuensi, durasi)


2. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman dan tindakan kenyamanan
3. Berikan aktifitas hiburan yang tepat
4. Libatkan keluarga dalam asuhan keperawatan.
5. Ajarkan pasien teknik relaksasi
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik

Rasional:

1. Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda


perkembangan/resolusi komplikasi
2. Lingkungan yang nyaman akan membantu proses relaksasi
3. Memfokuskan kembali perhatian; meningkatkan kemampuan untuk menanggulangi
nyeri.
4. Keluarga akan membantu proses penyembuhan dengan melatih pasien relaksasi.
5. Relaksasi akan memindahkan rasa nyeri ke hal lain.
6. Memberikan penurunan nyeri.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan mual, muntah, anoreksia
Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam diharapkan perubahan status


nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria:

Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat


Menunjukkan tingkat energi biasanya
Berat badan stabil atau bertambah

Intervensi:

1. Observasi keadaan umam pasien dan keluhan pasien.


2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang
dapat dihabiskan oleh pasien
3. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
4. Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki yang sesuai dengan program diit.
5. Ajarkan pasien dan Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti mual.

Rasional:

1. Mengetahui kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.


2. Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik
3. Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya)
4. Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam pencernaan makan,
kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang
5. Meningkatkan rasa keterlibatannya; Memberikan informasi kepada keluarga untuk
memahami nutrisi pasien
6. Pemberian obat antimual dapat mengurangi rasa mual sehingga kebutuhan nutrisi
pasien tercukupi.

4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas


dinding plasma

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan selama x 24 jam diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi


dengan kriteria hasil:

TD 120/80 mmHg
RR 16-24 x/mnt
Nadi 60-100 x/mnt
Turgor kulit baik
Haluaran urin tepat secara individu
Kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi:

1. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tanda vital.


2. Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
3. Kaji suhu warna kulit dan kelembabannya
4. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
5. Pantau masukan dan pengeluaran cairan
6. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang
dapat ditoleransi jantung.
7. Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
8. Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak
teratur
9. Berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan
laboratorium(Ht, BUN, Na, K)

Rasional:

1. hipovolemia dapat dimanisfestasikan oleh hipotensi dan takikardi


2. pernapasan yang berbau aseton berhubungan dengan pemecahan asam aseto-asetat
dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi
3. demam dengan kulit kemerahan, kering menunjukkan dehidrasi.
4. merupakan indicator dari dehidrasi
5. memberi perkiraan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan program pengobatan.
6. mempertahankan volume sirkulasi.
7. kekurangan cairan dan elektrolit menimbulkan muntah sehingga kekurangan cairan
dan elektrolit.
8. pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat berpotensi menimbulkan kelebihan
beban cairan
9. mempercepat proses penyembuhan untuk memenuhi kebutuhan cairan

5. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi tirah baring

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan selama x 24 jam diharapkan pasien dapat mencapai


kemampuan aktivitas yang optimal, dengan kriteria hasil:

Pergerakan pasien bertambah luas


Pasien dpt melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan (duduk, berdiri,
berjalan)
Rasa nyeri berkurang
Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan

Intervensi:

1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.


2. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas.
3. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesui
kemampuan
4. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain: dokter (pemberian analgesik)

Rasional:
1. mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.
2. Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan
keperawatan
3. melatih otot otot kaki sehingga berfungsi dengan baik
4. Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi
5. Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri.

6. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan


tubuh

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan tidak terjadi syok hipovolemik dengan
kriteria hasil:

TD 120/80 mmHg
RR 16-24 x/mnt
Nadi 60-100 x/mnt
Turgor kulit baik
Haluaran urin tepat secara individu
Kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi:

1. Monitor keadaan umum pasien


2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.
3. Monitor tanda perdarahan
4. Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit
5. Berikan transfusi sesuai program dokter
6. Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik.

Rasional:

1. memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saat terjadi
perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan dapat segera ditangani.
2. tanda vital normal menandakan keadaan umum baik
3. Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai syok
hipovolemik
4. Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien sebagai
acuan melakukan tindakan lebih lanjut
5. Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang
6. Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin

7. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan tidak terjadi perdarahan dengan kriteria
hasil:
Tekanan darah 120/80 mmHg
Trombosit 150.000-400.000

Intervensi:

1. Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis


2. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
3. Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut
4. Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya

Rasional:

1. Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah.


2. Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan
3. Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin
4. Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang diberikan

DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo, Soemarno, (1998), Demam Berdarah Pada Anak, UI ; Jakarta.

Effendy, Christantie, (1995), Perawatan Pasien DHF, EGC ; Jakarta.

Hendarwanto, (1996), Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, FKUI ; Jakarta.

Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan, EGC ; Jakarta.

Share this:

Facebook1
Cetak

Like this:

Suka
Be the first to like this post.
Posted in KEPERAWATAN
Older Entry
Newer Entry

Tinggalkan Balasan

Halaman
o ABOUT
o ANTIBIOTIKA
AMINOGLIKOSIDA
KLORAMFENIKOL
KUINOLON
MAKROLIDA
PENISILIN
SEFALOSFORIN
TETRASIKLIN
o MARTH STORE
o PUISI
TAKKAN LAGI BISA
o UU NO.23 Thn 1992 Ttg KESEHATAN
KEPMENKES NO.1239 Ttg REGISTRASI & PRAKTIK PERAWAT
RUU KEPERAWATAN
UU NO 20 Ttg SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
o WISATA PACITAN
PANTAI SRAU
PANTAI TELENG RIA
RECENT POSTS
o SKIN CARE PRODUCT
o DIAPERS STORE
o BABY CAR SEATS STORE
o Apple MacBook Pro MD313LL/A Review
o Toshiba Portege R835-P81 Review
o HEALTH & FITNESS MAGAZINES
o Vicks Warm Mist Humidifier
o Amazon Kindle Touch 3G
o Kindle Wi-Fi Features
o Acer AC700-1099 Chromebook Review
o Apple MacBook Pro MC700LL/A Review
o Lenovo Z370 10252EU Review
o Toshiba Portege R835-P81 Review
o The 10 Best Kindle Accessories
BEST PRODUCT

Langganan Surel
Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima
pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui surel.

Bergabunglah dengan 7 pengikut lainnya.


Blog pada WordPress.com. Tema: Bold Life oleh Jay Hafling.

PENDAHULUAN KTI DHF

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penyakit DemamBerdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
(Kristina, isminah, leni wulandari 2010). Kasus penyakit ini pertama kali ditemukan di Manila, Filipina
pada tahun 1953. kasus di Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di Surabaya dan Jakarta dengan
jumlah kematian sebanyak 24 orang (Kristina, isminah, leni wulandari 2010).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak di Asia,
dan Dengue Shock Syndrome (DSS) yang parah menyebabkan kematian yang cukup signifikan pada
anak-anak (Ngo Thi Nhan et al., 2001). Sampai saat ini DHF merupakan suatu permasalahan
kesehatan pada masyarakat yang sangat signifikan dikebanyakan negara tropis Asia Tenggara dan
wilayah Pasifik Barat. Penyakit ini termasuk dalam sepuluh penyebab perawatan di rumah sakit dan
penyebab kematian pada anak-anak, yang tersebar sedikitnya di delapan Negara-negara tropis Asia
(DepKes RI, 1990; Gubler, 1998). Angka morbiditas dan mortalitas DHF dari tahun ke tahun terus
menunjukkan peningkatan dan terjadi di semua propinsi di Indonesia (Setiati et al., 2006). Pada
tahun 2004 terjadi kenaikan kejadian DHF yang cukup signifikan dan terjadi pada 30 propinsi dari 32
propinsi di Indonesia (Ahmad, 2004). Penyakit Demam Berdarah disebabkan oleh Virus Dengue
dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Keempat tipe virus tersebut telah ditemukan
diberbagai daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta (Kristina et al.,2004). Faktor yang
mempengaruhi penyebaran DBD adalah pertumbuhan penduduk, urbanisasi yang tidak terkendali,
tidak adanya control vektor nyamuk, dan peningkatan sarana transportasi (DepKes RI, 1990) (nanang
2009).
Dinas kesehatan kabupaten Pekalongan 2009 mengatakan sebanyak 650 kasus demam berdarah
dengue selama 2009 terjadi di Kabupaten pekalongan, dan tujuh korban diantaranya meninggal
dunia. Kasus DBD pada 2009 ini cenderung meningkat dibandingkan pada 2008 yang hanya 403
kasus dengan korban 10 meninggal dunia. Kenaikan jumlah kasus DBD memang telah mencapai 50%
lebih jika dibandingkan pada tahun sebelumnya. Namun jika dihitung dari jumlah korban meninggal
dunia terjadi penurunan, sejumlah daerah yang menjadi endemis DBD, antara lain di daerah Bojong,
Kedungwuni, Karanganyar, Kesesi, Wonopringgo, dan Buaran (Kutnadi, 2009)
Data yang di dapat dari catatan Rekam Medis Rumah Sakit Islam Pekajangan Januari sampai
Desember 2009 total pederita Demam Berdarah Dengue di RSI PKJ 719, terdiri dari 431 kasus DBD
anak-anak dan 288 kasus DBD orang dewasa dan pada bulan Januari 2010 kasus DBD di RSI
Pekajangan 98 kasus. Jadi penderita DBD di RSI Pekajangan sangat banyak, maka penulis sangat
tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Klien dengan
Demam Berdarah Darah pada An. M di Ruang Flamboyan RSI Pekajangan Pekalongan.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari karya tulis dengan judul asuhan keperawatan klien demam berdarah dengue
adalah agar penulis dapat memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada demam berdarah
dengue dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Penulisan karya tulis ini adalah agar :
a. Dapat mengkaji klien dengan kasus demam berdarah dengue.
b. Dapat menganalisa masalah-masalah yang muncul pada klien dengan DBD.
c. Dapat memprioritaskan masalah dan merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan DBD.
d. Dapat mengidentifikasi perencanaan keperawatan pada klien dengan DBD.
e. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien DBD
f. Dapat mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien DBD.
C. Manfaat
1.Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dalam penanganan kasus DBD.
2. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengalaman bagi penulis tentang penanganan kasus DBD.
3. Bagi Institusi
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada umumnya
dan meningkatkan mutu pelayanan pada klien dengan DBD sehingga dapat
mengurangi terjadinya komplikasi.

Diposkan oleh taufik blog di 10:45

Reaksi:

0 komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DEMAM


BERDARAH / DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)

A. Pengertian Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan
oleh Arbovirus (Arthropodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AEDES
(AEDES ALBOPICTUS dan AEDES AEGEPTY)
B. Penyebab Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

Penyebab Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah Arbovirus


(Arthropodborn Virus) melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes
Aegepty)

C. Tanda dan gejala Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

Tanda dan gejala penyakit DHF adalah :

1. Meningkatnya suhu tubuh


2. Nyeri pada otot seluruh tubuh
3. Suara serak
4. Batuk
5. Epistaksis
6. Disuria
7. Nafsu makan menurun
8. Muntah
9. Ptekie
10. Ekimosis
11. Perdarahan gusi
12. Muntah darah
13. Hematuria masif
14. Melena

D. Klasifikasi Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

Klasifiksi DHF menurut WHO

1. Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquet positif)
2. Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
3. Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmhg, kulit
dingin, lembab, gelisah, hipotensi)
4. Derajat IV
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur

Pemeriksaan Diagnostik Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

1. Darah Lengkap = Hemokonsentrasi (Hemaokrit meningkat 20 % atau lebih),


Thrombocitopeni (angka thrombosit 100. 000/ mm3 atau kurang)
2. Serologi = Uji HI (hemaaglutinaion Inhibition Test)
3. Rontgen Thorax = Effusi Pleura

E. Pathways Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

1. Download Pathway Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

F. Penatalaksanaan Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

Medik

1. DHF tanpa Renjatan


1. Beri minum banyak ( 1 - 2 Liter / hari )
2. Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
3. Jika kejang maka dapat diberi luminal ( anticonvulsan ) untuk anak <1 th dosis 50 mg
IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi
luminal dengan dosis 3 mg / Kg BB anak <1 th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/
Kg BB.
4. Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2. DHF dengan Renjatan
1. Pasang infus RL
2. Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 30 ml/ kg
BB )
3. Tranfusi jika Hb dan Ht turun

Keperawatan

1. Pengawasan tanda tanda Vital secara kontinue tiap jam


1. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
2. Observasi intike - output
3. Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam ,
periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 liter 2 liter per hari, beri
kompres
4. Pada pasien DHF derajat II : Pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
5. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2 pengawasan
tanda tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi produksi urine tiap jam,
periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
2. Resiko Perdarahan
1. Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
2. Catat banyak, warna dari perdarahan
3. Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan Tractus Gastro Intestinal
3. Peningkatan suhu tubuh
1. Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
2. Beri minum banyak
3. Berikan kompres

F. Asuhan Keperawatan pada pasien Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

1. Pengkajian
1. Kaji riwayat Keperawatan
2. Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda perdarahan, mual muntah, tidak nafsu
makan, nyeri ulu hai, nyeri otot dan tanda tanda renjatan (denyut nadi cepat dan
lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab, terutama pada ekstremitas, sianosis,
gelisah, penurunan kesadaran)
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ,
perdarahan, muntah, dan demam
2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
tidak ada nafsu makan
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
5. Perubahan proses proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak
3. Perencanaan
1. Anak menunjukkan tanda tanda terpenuhinya kebutuhan cairan
2. Anak menunjukkan tanda tanda perfusi jaringan perifer yang adekuat
3. Anak menunjukkan tanda tanda vital dalam batas normal
4. Keluarga menunjukkan koping yang adaptif
4. Implementasi
1. Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan
1. Mengobservasi tanda tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
2. Monitor tanda tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak
elastis, ubun ubun cekung, produksi urine menurun
3. Mengobservasi dan mencatat intake dan output
4. Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
5. Memonitor nilai laboratorium : elektrolit / darah, BJ urin , serum tubuh
6. Mempertahankan intake dan output yang adekuat
7. Memonitor dan mencatat berat badan
8. Memonitor pemberian cairan melalui intra vena setiap jam
9. Mengurangi kehilangan cairan yang tidak telihat (insesible water loss / IWL)
2. Perfusi jaringan Adekuat
1. Mengkaji dan mencatat tanda tanda Vital (kualitas dan Frekwensi denyut
nadi, tekanan darah , Capillary Refill )
2. Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas (suhu , kelembaban dan
warna)
3. Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti
dingin , nyeri , pembengkakan kaki )
3. Kebutuhan nutrisi adekuat
1. Ijinkan anak memakan makanan yang dapat ditoleransi anak. Rencanakan
untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
2. Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi
3. Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik
porsi kecil tetapi sering
4. Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan
skala yang sama
5. Mempertahankan kebersihan mulut pasien
6. Menjelaskan pentingnya intake nutirisi yang adekuat untuk penyembuhan
penyakit
4. Mempertahankan suhu tubuh normal
1. Ukur tanda tanda vital suhu tubuh
2. Ajarkan keluarga dalam pengukuran suhu
3. Lakukan tapid sponge (seka) dengan air biasa
4. Tingkatkan intake cairan
5. Berikan terapi untuk menurunkan suhu
5. Mensupport koping keluarga Adaptif
1. Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap
situasi yang penuh stress
2. Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang
lebar dan identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga
3. Identifikasikan koping yang biasa digunakan dan seberapa besar
keberhasilannya dalam mengatasi keadaan

G. Pencegahan Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan cara:

1. Rumah selalu terang


2. Tidak menggantung pakaian
3. Bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal 4 hari sekali
4. Kubur barang barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat terkumpulnya air hujan
5. Tutup tempat penampungan air

Perencanaan pemulangan dan Pendidikan Kesehatan

1. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas sesuai dengan tingkat


perkembangan dan kondisi fisik anak
2. Jelaskan terapi yang diberikan, dosis, efek samping
3. Menjelaskan gejala gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk
mengatasi gejala
4. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor : Sumarmo, S Purwo Sudomo,
Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI jkt 2002.
2. Christantie, Effendy. SKp, Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995
3. Prinsip Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 267
Description: Askep Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF) Reviewer: Kang Kapuk -
ItemReviewed: Askep Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)
Kang Kapuk

Askep Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF) Updated at: 19:54

Label: ASKEP ANAK, ASKEP DALAM, MAKALAH KEPERAWATAN, MAKALAH KESEHATAN

Google +10 59 45 ShareThis104

Dengan memasukan alamat email dibawah ini, berarti anda akan dapat kiriman artikel terbaru
dari kapukonline.com

Read more:
http://www.kapukonline.com/2011/09/askepdemamberdarahdenguehemoragicfeverd.html#ixzz1w
QFTOuUB

Вам также может понравиться

  • Ambon
    Ambon
    Документ1 страница
    Ambon
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Askep Buat Seminar
    Askep Buat Seminar
    Документ33 страницы
    Askep Buat Seminar
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ32 страницы
    Daftar Pustaka
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • D Pathway
    D Pathway
    Документ1 страница
    D Pathway
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Hard Cover Kti Diare
    Hard Cover Kti Diare
    Документ1 страница
    Hard Cover Kti Diare
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ32 страницы
    Daftar Pustaka
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ5 страниц
    Bab I
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Katarak Buat Seminar
    Katarak Buat Seminar
    Документ13 страниц
    Katarak Buat Seminar
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • PP Kti 2012
    PP Kti 2012
    Документ21 страница
    PP Kti 2012
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Ambon
    Ambon
    Документ28 страниц
    Ambon
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Ambon
    Ambon
    Документ23 страницы
    Ambon
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • D Pathway
    D Pathway
    Документ1 страница
    D Pathway
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ32 страницы
    Daftar Pustaka
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • DHF PENYAKIT
    DHF PENYAKIT
    Документ22 страницы
    DHF PENYAKIT
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Ambon
    Ambon
    Документ28 страниц
    Ambon
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ1 страница
    Daftar Isi
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ32 страницы
    Daftar Pustaka
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi Kti 2
    Daftar Isi Kti 2
    Документ2 страницы
    Daftar Isi Kti 2
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi Kti 2
    Daftar Isi Kti 2
    Документ2 страницы
    Daftar Isi Kti 2
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ1 страница
    Daftar Isi
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Leaflet Anemia Aplastik
    Leaflet Anemia Aplastik
    Документ2 страницы
    Leaflet Anemia Aplastik
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Ambon
    Ambon
    Документ28 страниц
    Ambon
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Satuan Acara Pengajaran Anemia Hendri
    Satuan Acara Pengajaran Anemia Hendri
    Документ3 страницы
    Satuan Acara Pengajaran Anemia Hendri
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Document PDF
    Document PDF
    Документ1 страница
    Document PDF
    Sentho Rawul
    Оценок пока нет
  • ASKEP Anemia Popri
    ASKEP Anemia Popri
    Документ11 страниц
    ASKEP Anemia Popri
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Kisi Ujian Perawat
    Kisi Ujian Perawat
    Документ14 страниц
    Kisi Ujian Perawat
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Satuan Acara Pengajaran Anemia Hendri
    Satuan Acara Pengajaran Anemia Hendri
    Документ3 страницы
    Satuan Acara Pengajaran Anemia Hendri
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Leaflet Anemia Aplastik
    Leaflet Anemia Aplastik
    Документ2 страницы
    Leaflet Anemia Aplastik
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Mawar Nic Anemia
    Mawar Nic Anemia
    Документ10 страниц
    Mawar Nic Anemia
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет
  • Bagi Kamu Yang Penasaran Dengan Rasa Es Kepal Milo
    Bagi Kamu Yang Penasaran Dengan Rasa Es Kepal Milo
    Документ3 страницы
    Bagi Kamu Yang Penasaran Dengan Rasa Es Kepal Milo
    Tri Angga Dewi
    Оценок пока нет