Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SKRIPSI
OLEH
NIM : 080200130
FAKULTAS HUKUM
2012
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Hukum
OLEH
NIM : 080200130
Disetujui oleh :
FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2012
ABSTRAK
_____________________
* Dosen Pembimbing I, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU.
** Dosen Pembimbing II, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU.
*** Mahasiswi, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan berkat-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Halaman
ABSTRAKSI i
KATA PENGANTAR .. ii
DAFTAR ISI .. vi
BAB I : PENDAHULUAN . .. 1
A. Latar Belakang .. 1
B. Perumusan Masalah .. 5
C. Tujuan Penulisan ... 6
D. Manfaat Penulisan 6
E. Metode Penulisan . 7
F. Keaslian Penulisan 9
G. Sistematika Penulisan .. 10
DARAT 58
BAB V: PENUTUP .. 80
A. Kesimpulan ........ 80
B. Saran .... 81
DAFTAR PUSTAKA .. 82
LAMPIRAN
FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2012
ABSTRAK
_____________________
* Dosen Pembimbing I, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU.
** Dosen Pembimbing II, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU.
*** Mahasiswi, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan berkat-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
E. Suherman., Tanggung Djawab Pengangkut dalam Hukum UdaraIndonesia, Eresco,
Bandung, 1962, hal. 4.
2
Sinta, Uli., Pengangkutan: Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport, Angkutan
Laut, Angkutan Darat, dan Angkutan Udara, Medan, USUpress, 2006, hal. 1.
3
Sution Usman Adji, et.al.,Hukum Pengangkutan diIndonesia, Rineka Cipta, Jakarta,
1991, hal. 1.
4
Sri Redjeki Hartono, Pengangkutan dan HukumPengangkutan Darat, Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro, Semarang, 1982, hal. 1
serta padat dan tepat waktunya, tetapi juga mengenai pengangkutan orang-orang
Negara terutama dalam rangka pendistribusian kekayaan alam yang merata antar
suatu tempat dengan tempat lain. Sebab dengan pengangkutan yang baik akan
yang dihasilkan produsen dapat sampai ditangan konsumen hanya dengan cara
5
H. Hasnil Basri Siregar., Kapita Selekta Hukum Laut Dagang, Kelompok Studi Hukum
dan Masarakat Fakultas Hukum USU, Medan, 1993, hal. 1.
6
Suwardjoko P. Warpani, Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, ITB, Bandung,
2002, hal. 13.
berpindah dari suatu tempat ke tempat lain apabila dirasakan tempat yang lama
dan konsumen serta juga sebagai barometer stabilitas harga. Bila pengangkutan
berjalan dengan baik dan lancar maka dapat dijamin bahwa sektor ekonomi akan
merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda
Dengan peningkatan jumlah jasa angkutan yang ada perlu diikuti dengan
Dalam hal ini tersebut ditetapkan berdasarkan Undang-undang yang dibuat dan
selalu diadakan secara lisan tetapi didukung oleh dokumen pengangkutan yang
Dalam tulisan ini hanya akan di bahas hal-hal yang berhubungan dengan
Salah satu aspek dalam rangka perlindungan hukum bagi pemakai jasa
itu sendiri.
melalui darat yang dilaksanakan oleh PT. Bintang Rezeki Utama, yang banyak
7
Abdulkadir Muhammad., HukumPengangkutan Niaga, Bandung, Citra Aditya Bakti,
1991, hal.35.
lainnya seperti pesawat udara dan kapal laut.Sehingga adapun pertimbangan dan
alasan penulis memilih judul ini adalah ingin menguraikan dan memberikan
melalui darat. Oleh sebab itu, maka penulis memilih judul mengenai ASPEK
B. Permasalahan
perjanjian
D. Manfaat Penulisan
melalui darat dan untuk mengetahui apa saja yang menjadi tanggung
tersebut.
1. Jenis Penelitian
sarjana.
2. Jenis Data
Jenis data yang di pergunakan ialah data primer dan di dukung data
sekunder.
perundang-undangan yang berlaku yang dibuat dan ditetapkan oleh pihak yang
2. Undang-Undang No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang berupa informasi yang
diperoleh dari majalah, karya ilmiah, pendapat para ahli yang berhubungan
dengan permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini. Ada pun tujuan
dari bahan hukum sekunder ini ialah untuk memberikan penjelasan dari bahan
hukum primer.
Rezeki Utama.
sarjana yang berhubungan dengan tulisan ini untuk dijadikan landasan berfikir
PT. Bintang Rezeki Utama yang bergerak dalam pengangkutan barang melalui
materi skripsi dan dengan cara wawancara langsung dengan pimpinan PT.
4. Analisis Data
Dalam penulisan ini, analisis data yang digunakan adalah dengan cara
kualitatif, yaitu data-data yang diperoleh baik yang berasal dari bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, maupun hasil dari wawancara dengan narasumber
akan dipilih, diatur dan disusun secara sistematis sehingga akan diperoleh
metode deduktif yaitu penulis akan menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat
F. Keaslian Penulisan
bahan yang berkaitan dengan tanggung jawab pengangkut terhadap barang yang
diangkutnya, baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan maupun dari
ke lapangan dengan beberapa pihak yang terkait, kemudian dirangkai menjadi satu
karya tulis ilmiah.Oleh sebab itu penulis menyatakan bahwa skripsi ini adalah
pendapat atau kutipan dalam penulisan ini semata-mata dijadikan pendukung dan
G. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan.
BAB III : Dalam bab III ini akan diuraikan mengenai Pengaturan hukum
prakteknya.
PERDATA
hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan
hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada
atau lebih, yang member hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain
rechtsbetrekking yang oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan cara
antara perorangan/ person adalah hal-hal yang terletak dan berada dalam
lingkungan hukum. 9
8
M.Yahya Harahap., Segi-Segi Hukum Perjanjian, Penerbit Alumni, Bandung, 1986,
hal. 6.
9
Ibid
seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji
Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut
itu setuju untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan dua perkataan (perjanjian
dan persetujuan) itu adalah sama artinya dengan perkataan kontrak, yang sifatnya
perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu
pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal, sedangkan pihak
Maka kalau seorang berjanji melaksanakan sesuatu hal, janji ini dalam
hukum pada hakekatnya ditujukan kepada orang lain. Berhubung dengan ini dapat
dikatakan bahwa, sifat pokok dari hukum perjanjian adalah semula mengatur
perhubungan hukum antara orang-orang, jadi semula tidak antara orang dan suatu
benda.
perdata memperbedakan hak terhadap benda dari pada hak terhadap orang,
sedemikian rupa bahwa meskipun suatu perjanjian adalah mengenai suatu benda,
perjanjian itu tetap merupakan perhubungan hukum antara orang dan orang, lebih
10
R. Subekti., Hukum Perjanjian, Cetakan ke IX, PT. Intermasa, Jakarta, 1984, hal. 1.
11
DR. Wirjono Prodjodikoro., Azas-Azas Hukum Perjanjian, Cetakan IX, Penerbit
Sumur, Bandung, 1981, hal. 9.
tertentu, berdasarkan atas suatu janji berwajib untuk melakukan sesuatu hal dan
berdasarkan kata sepakat diantara dua orang atau lebih untuk menimbulkan
apabila adanya kata sepakat. Apakah perjanjian tersebut dibuat baik secara
langsung misalnya saling berhadapan antara dua orang yang saling memiliki
berbeda tersebut menyatakan kesepakatannya maka dalam hal ini telah dapat
dibuat suatu perjanjian, karena apabila tidak ada kata sepakat antara kedua belah
Pengaturan tentang perjanjian, terdapat pada buku III KUH Perdata, yang
terdiri atas suatu bagian umum dan suatu bagian khusus. Bagian umum terdiri dari
empat (IV) bab, dan bagian khusus terdiri dari lima belas (XV) bab.
ketentuan khusus diatur dalam bab V s/d XVIII ditambah bab VII A. Suatu
perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak setuju untuk melakukan
12
K.R.M.T. Tirodiningrat., Ikhtisar Hukum Perdata dan Hukum Dagang, Cetakan ke IX,
ditambah dan diperbaharui, PT. Pembangunan, Jakarta, 1986, hal. 83.
pengertian kontrak. Akan tetapi perkataan kontrak lebih sempit karena ditujukan
yang diadakan secara tertulis atau yang diadakan dikalangan bisnis (dunia
usaha). 13
Persetujuan adalah suatu perbuatan, dimana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih. Teranglah bagi kita bahwa pasal 1313
KUH Perdata itu memberikan pengertian tentang arti perjanjian, lain dari pada itu
suatu perjanjian telah ada apabila ada perbuatan hukum dari satu orang atau lebih
mengikatkan diri.Sehingga oleh karena itu Pasal 1313 KUH Perdata dapat
Dengan demikian, melalui Pasal 1313 KUH Perdata ini dapat memberikan
sebagai berikut : semua persetujuan, baik yang mempunyai nama khusus maupun
yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu tunduk kepada peraturan-
peraturan umum yang termuat di dalam bab ini dan bab yang lalu.
13
R. Subekti., Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional, Penerbit Alumni, Bandung,
1980, hal. 11.
1. Perjanjian arti sempit yaitu perjanjian itu berarti segala perjanjian yang
diatur dalam buku III KUH Perdata dan KUHD yang juga dikuasai oleh
2. Perjanjian dalam arti luas yaitu segala macam hubungan hukum, dimana
janji itu merupakan inti pokok dari hubungan hukum itu. Jadi
III KUH Perdata, tetapi juga mencakup seluruh hubungan hukum, dimana
Misalnya :
perjanjian dijelaskan juga bahwa, tidak semua perjanjian itu mempunyai akibat
seperti yang terdapat dalam pasal 1320 KUH Perdata, misalnya : Judi.
akibat hukum. Tetapi sebaliknya bila perjanjian itu tidak melanggar pasal 1320
KUH Perdata, maka sekalipun tidak dinyatakan secara tegas bahwa perjanjian itu
akan menimbulkan akibat hukum bagi para pihak, dengan sendirinya perjanjian
14
Mariam Darus Badrulzaman., Asas-asas Hukum Perikatan I, Fakultas Hukum USU,
Medan, 1970, hal. 4.
1. Subjek Perjanjian
itu menduduki tempat yang berbeda.Satu orang menjadi pihak kreditur, dan yang
mempunyai hak atas prestasi dan debitur wajib memenuhi pelaksanaan prestasi.
terdiri dari beberapa orang kemudian yang tinggal hanya seorang kreditur saja
sebagaimana diatur pada Pasal 1329 KUH Perdata yang menyatakan bahwa setiap
adalah :
15
Soegijatna Tjakranegara., Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Rineka
Cipta, Jakarta, 1995, hal. 67.
Kriteria orang yang belum dewasa menurut Pasal 1330 KUH Perdata adalah :
ayat (1) : Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur
ayat (3) : Mereka yang belum dewasa dan tidak berada di bawah
dewasa yaitu 21 tahun, diluar ketentuan ini seseorang tersebut masih dinyatakan
belum dewasa, dengan demikian maka ia tersebut tidak dapat atau tidak cakap
Pengecualian dari ketentuan di atas dapat dilihat ayat (2) nya yang antara
lain menyatakan, apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur mereka genap
dewasa. Dan apabila mereka bercerai sedang usia mereka masih di bawah 21
kuratornya.
Menurut Pasal 1446 KUH Perdata, orang-orang yang belum dewasa atau
(vernietigbaar), oleh anak yang belum cakap umur itu (dalam hal ini dilakukan
oleh orang tuanya atau walinya) dapat diminta pada hakim agar perjanjian tersebut
dibatalkan, jadi pihak lawan tidak dapat minta pembatalan tersebut, dia telah
atas sesuatu barang. Berbuat sesuatu, adalah setiap prestasi untuk melakukan
sesuatu yang bukan berupa memberikan sesuatu, misalnya bekerja. Tidak berbuat
sesuatu, adalah jika debitur berjanji untuk tidak melakukan perbuatan tertentu,
kesusilaan;
timbul perjanjian.
yang tidak dapat melaksanakan prestasinya, misalnya seorang yang tidak pandai
Memperhatikan Pasal 1239, 1240, 1241, dan 1243, prestasi dalam pasal-
yang tidak berwujud berarti prestasi yang jadi objek perjanjian bisa saja
merupakan sesuatu yang tak bernilai uang.Pendapat ini, bertitik tolak dari
pengertian ganti rugi yang tak berwujud, yang berupa pemulihan kerugian
dibidang moral dan kesopanan. Akan tetapi ada yang berpendapat, prestasi suatu
dengan sendirinya prestasi itu harus mempunyai nilai uang.Inilah prinsip umum
yang melandasi suatu perjanjian.Tentang ketentuan yang mengatur ganti rugi yang
berupa sesuatu kerugian tak berwujud, yaitu kerugian dibidang moral yang tak
dapat dinilai dengan uang, adalah merupakan ketentuan pasal-pasal yang tidak
Sebuah perjanjian yang telah memenuhi syarat dan sah, mengikat sebagai
suatu perjanjian diakui oleh undang-undang, harus dibuat sesuai dengan syarat-
syarat yang telah ditentukan oleh undang-undang. Syarat sahnya suatu perjanjian
menurut ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata adalah sepakat mereka yang
mengikatkan diri, cakap membuat perjanjian, suatu hal tertentu, dan suatu sebab
yang halal. 18
saat lahirnya perjanjian atau untuk menentukan ada atau tidaknya perjanjian
satu sama lainnya tentang isi perjanjian dan mencerminkan kehendak untuk
mengikatkan diri. Hal yang penting pada suatu perjanjian adalah, bahwa masing-
lainnya.
dapat melakukan suatu hubungan hukum adalah pendukung hak dan kewajiban,
baik orang atau badan hukum, yang harus memenuhi syarat-syarat tertentu.Jika
yang membuat perjanjian adalah suatu badan hukum, badan hukum tersebut harus
18
Ibid., hal. 7.
kewajiban atau sebagai subyek hukum yang dapat melakukan hubungan hukum.
dianggap sebagai subyek hukum yang dapat melakukan hubungan hukum dengan
pihak lain, adalah orang-orang yang tidak termasuk di dalam ketentuan pasal 1330
adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan
syarat kecakapan yang menjadi salah satu syarat sahnya perjanjian, usia dewasa
untuk cakap membuat perjanjian kerja berbeda. Seseorang sudah dianggap dewasa
dewasa yang selalu berada dalam keadaan kurang akal, sakit ingatan atau
mampu menyadari tanggung jawabnya dan karena itu tidak cakap bertindak untuk
mengadakan perjanjian.
jawab yang dipikul oleh seorang yang mengadakan suatu perjanjian.Orang yang
ditaruh dibawah pengampuan menurut hukum tidak dapat berbuat bebas dengan
sama dengan seorang anak yang belum dewasa. Kalau seorang anak belum
dewasa harus diwakili oleh orang tua atau walinya, seorang dewasa yang telah
suatu perjanjian, memerlukan bantuan atau izin tertulis dari suaminya. Tidak
Negeri Belanda sendiri sudah dicabut, karena dianggap tidak sesuai lagi dengan
Mahkamah Agung menganggap Pasal 108 s/d 110 KUH Perdata tentang
wewenang seorang istri untuk melakukan perbuatan hukum dan untuk menghadap
di depan pengadilan tanpa izin atau bantuan dari suaminya, sudah tidak berlaku
Perkawinan, ketentuan seperti disebutkan pada Pasal 1330 KUH Perdata tersebut
menyebutkan, hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan
kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama
hukum.
dari ketentuan pasal 1601i KUH Perdata.Dalam ketentuan itu diatur bahwa
Suatu hal tertentu sebagai salah satu syarat sahnya perjanjian, adalah
Sebab yang halal adalah jika tidak dilarang oleh undang-undang, tidak
dibuat dengan sebab yang tidak halal, tidak sah menurut hukum.
Yang dimaksud dengan sebab yang halal adalah mengenai isi perjanjian,
harus dihilangkan suatu kemungkinan salah sangka, bahwa itu adalah sesuatu
menghiraukan apa yang berada dalam gagasan seorang atau apa yang dicita-
masyarakat.
2. Akibat Hukumnya
Akibat hukum dari suatu perjanjian secara jelas disebutkan dalam pasal
bahwa semua persetujuan, baik persetujuan yang bernama maupun yang tidak
bernama yang dibuat sesuai dengan ketentuan hukum, mengikat para pihak yang
membuat atau dibuat secara sah yang berarti dalam pembuatan perjanjian itu
adalah sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata sehingga dengan
demikian perjanjian yang dibuat itu mengikat dan mempunyai kekuatan hukum
Jika dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata disimpulkan adanya azas
perjanjian yang dibuat para pihak tidaklah dapat ditarik seketika tanpa adanya kata
sepakat kedua belah pihak (Pasal 1338 ayat (2) KUH Perdata).
Selanjutnya menurut Pasal 1339 KUH Perdata, persetujuan itu tidak hanya
mengikat untuk hal-hal yang secara tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga
kebiasaan, undang-undang.
D. Jenis-Jenis Perjanjian
pihak saja, dan hak pada pihak lain, misalnya: perjanjian hibah, hadiah dan
perjanjian atas beban adalah perjanjian atas prestasi pihak yang satu terdapat
prestasi pihak yang lainnya. Antara kedua prestasi tersebut terdapat hubungan
hukum satu dengan yang lain, misalnya jual beli, sewa menyewa.
pinjam mengganti.
19
Mariam Darus., Hukum Perikatan, Alumni Bandung, 1987, hal 15.
haknya atas sesuatu benda kepada pihak lain. Sedangkan perjanjian obligatoir
hak milik atas benda yang diperjual belikan, masih diperlukan satu lembaga
lain yaitu penyerahan. Perjanjian jual belinya sendiri itu dinamakan perjanjian
undang-undang telah diatur secara khusus. Diatur dalam KUH Perdata bab V
s/d XVIII ditambah titel VII A, dalam KUHD perjanjian asuransi dan
pengngkutan.
Baik untuk perjanjian bernama atau tidak bernama pada azasnya berlaku
sedangkan perjanjian tidak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur secara
masih tetap ada. Hanya jika semua perikatan dari perjanjian telah hapus
tersebut tidak perlu lagi dipenuhi dan apa yang telah dipenuhi, harus pula
ditiadakan. Akan tetapi dapat juga terjadi, bahwa perjanjian berakhir/hapus untuk
waktu kedepannya saja, jadi kewajiban yang telah ada tetap ada.
peristiwa teertentu
e. Putusan hakim
20
Mohd Syaufii Syamsuddin, Op. Cit., hal. 41.
1. Itikad Baik
Itikad baik dalam perjanjian sangat erat kaitannya dengan kepatutan dan
sebagai kejujuran atau kepatutan, karena dalam suatu transaksi yang adil
membentuk perjanjian.
dan secara obyektif yaitu apabila dalam keadaan normal akibat tersebut
dapat diduga.
21
Ibid., hal. 28.
3. Ingkar Janji
dilakukan.
Ingkar janji tidak segera terjadi sejak saat seseorang tidak memenuhi
prestasinya.
Ganti rugi dapat di tuntut oleh pihak pengirim barang atau pun pemilik
kedalam utang pokok yang selanjutnya dikenakan pula bunga, hal itu
5. Penetapan Lalai
menentukan dengan pasti, pada saat kapan debitur dalam keadaan ingakar
prestasi.
6. Keadaan Memaksa
7. Resiko
terlaksana dan bertentangan dengan kesusilaan adalah batal. Dalam hal ini
9. Penentuan Hukum
Dalam membuat perjanjian, satu hal yang sangat mendasar adalah hak dan
wewenang yang diberikan oleh hukum kepada para pihak dalam membuat
Selain itu juga mengerti dan memahami hukum mana yang berlaku dan
undang.
maksud para pihak. Suatu perjanjian jelas bagi yang satu, tetapi belum
tentu bagi yang lain. Jadi kata jelas harus diartikan sebagai kata yang
perjanjian.
Indonesia, antara satu daerah dengan daerah lain makin lama makin terbuka dan
ataupun maju mundurnya suatu daerah. Pengangkutan ini akan dapat menunjang
Nilai dan daya guna suatu barang, tidak hanya tergantung dari barang itu
sendiri, tetapi juga tergantung pada tempat dimana barang itu berada, misalnya di
bertumpuk sayuran kol dan sejenisnya sampai menggunung. Di sana harga kol
sangat murah, tetapi setelah diangkut ke Medan, maka harga kol tersebut akan
menjadi dua atau tiga kali lipat. Misalnya lagi, bahwa di Maluku rempah-rempah
nilainya tidak begitu tinggi jika dibandingkan dengan di Eropah atau di Amerika
sana. Nah, dalam menaikkan dan meningkatkan nilai suatu barang terdapat fungsi
2. Pengertian Pengangkutan
pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan dengan
adalah alat-alat yang dipakai untuk membawa sesuatu dari suatu tempat ke tempat
Dari kedua pengertian diatas dapat dilihat bahwa sebelum terjadi transaksi
atau realisasi dari membawa atau mengangkut maka antara pengirim dan
ketempat tujuan yang diinginkan oleh pihak pengirim yakni dapat melalui darat,
Undangan Hukum Dagang (KUHD) tidak ada, yang ada hanya mengenai
22
H. Hasnil Basri Siregar, Op.Cit., hal. 5-6.
23
H.M.N. Purwosutjipto., Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Jilid 3
(Jakarta: Djambatan, 1981), hal.2.
24
H. Hasnil Basri Siregar, Op.Cit ., hal. 2.
25
Ibid., hal. 2.
perjanjian carter menurut waktu atau carter menurut perjalanan, baik dengan
barang yang seluruhnya barang yakni melalui darat atau sebagian melalui lautan.
Pengangkutan dalam arti bab ini adalah barang siapa yang baik dengan
carter menurut waktu atau carter menurut perjalanan baik dengan perjalanan lain
Dari dua defenisi yang dikemukakan dalam pasal 466 Kitab Undang-
pengangkutan adalah :
Barang siapa yang melakukan penawaran umum bagi siapa saja untuk
Kata barang siapa dalam ketentuan ini dapat berupa orang pribadi atau badan
diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang atau orang dari tempat tujuan
26
Sution Usman Adji, Hukum Pengangkutan Di Indonesia, Penerbit Rineka Citra,
1990, hal,. 6.
pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ketempat tujuan tertentu
adalah :
itu. 28
1. Jenis-Jenis Pengangkutan
hal ini disertai dengan peningkatan permintaan jasa angkutan oleh masyarakat
angkutan tidak terbatas pada kebutuhan untuk memindahkan orang, barang dari
suatu tempat ke tempat lain, melainkan kebutuhan angkutan barang maupun orang
1. Pengangkutan Darat
2. Pengangkutan Udara
4. Pengangkutan Laut
pengangkutan melalui darat terutama bagi pedagang yang akan menjual barang
laut.
untuk membayar biaya pengangkutan barang dan atas dasar itu dia
29
H.M.N. Purwosutjipto, Op. Cit., hal. 2-3.
2. Pengangkut (Carrier)
pengangkut laut dan bukan pengangkut pada umumnya, dalam hal ini
Jalan Raya.
30
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Penerbit PT Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2008, hal. 72.
31
H.M.N. Purwosutjipto, Op. Cit., hal. 3-4.
32
Ibid., hal. 2.
Angkutan Jalan.
Kereta api, sebaiknya lebih dahulu mengetahui apa itu perkereta apian dan apa itu
kereta api.
Mengenai perkereta apian dapat kita jumpai pada pasal 1 angka 1 Undang-
undang No. 23 tahun 2007 tentang perkereta apian yang berbunyi : perkereta
apian adalah sesuatu yang berkaitan dengan saranan dan fasilitas penunjang kereta
api untuk menyelenggarakan angkutan kereta api yang disusun dalam suatu
sistem.
33
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hal. 62.
34
Ibid, hal. 63.
kepada masyarakat
pengalihan pelayanan lintas kereta api disertai dengan alasan yang jelas.
oleh peralatan teknik yang ada pada kendaraan itu yang digunakan untuk
pengangkutan barang dan orang yang dijalankan di jalan umum selain dari pada
umum adalah undang-undang No. 3 tahun 1965 tentang lalu lintas dan angkutan
tahun 2009. Menurut undang-undang No. 22 tahun 2009 yang dimaksud dengan
jalan umum adalah : seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, yang berada pada
permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air,
serta diatas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.
karcis penumpang atau surat angkutan barang. Pengusaha angkutan umum wajib
barang.
dalam Pasal 3 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam pasal
selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk
surat itu dilakukan dengan kereta kuda, yang disebut kereta pos dan kudanya
disebut kuda pos.karena dari jauhnya perjalanan, maka kudanya itu harus sering
diganti, dan tempat pemberhentian untuk mengganti kuda pos itu dinamai
pemberhentian pos ada. pengantaran surat-surat itu tidak hanya dilakukan oleh
kereta pos saja, juga dapat dilakukan oleh orang, burung merpati, anjing dan lain-
lain. Dilaut sering dilakukan, bilamana ada keadaan darurat, misalnya ada
kecelakaan, surat dikirimkan dengan sebuah botol yang diberi pasir sedikit lalu
dilempar dilaut. Sekarang Pos itu merupakan lembaga umum, yang bertugas
undang ini ialah PN Pos dan Giro. Di Indonesia dinas pos dikuasai oleh Negara
dan diselenggarakan oleh PT Pos dan Giro. Pada waktu undang-undang ini mulai
Telegrap dan Telepon (disingkat: Jawatan PTT). Sekarang Jawatan PTT itu sudah
dipecah menjadi dua, yakni: PN Pos dan Giro serta Perum Telekomunikasi. PN ini
pengangkutan adalah :
a. Pengangkutan Barang
barang.Barang yang dimaksud disini adalah barang yang sah dan dilindungi
35
H.M.N. Purwosutjipto, Op. Cit., hal. 82.
berupa bus, jenis barang muatan yang dapat diangkut dapat berupa :
ataupun orang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan selamat
b. Pengangkutan Orang
terlambat sampai di tempat tujuan maupun karna rusak atau musnahnya barang-
barang tersebut.
atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dan dilakukan dengan cara yang
berbeda. Dan untuk terlaksananya pengangkutan itu secara tertib dan tentram,
Jalan Raya
Jalan
Jalan
Kecelakaan Penumpang
36
Ibid., hal. 51.
Lintas Jalan
2007. Menurut ketentuan Pasal 1 ayat 2, pengertian kereta api adalah sarana
dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak dijalan
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3479) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
dimana seperti yang disebutkan dalam Pasal 132 dan Pasal 141 Undang-undang
37
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hal. 9.
pemegang karcis yang namanya tercantum dalam karcis itu berhak untuk
diangkut. Dengan demikian, surat pengangkutan barang diterbitkan atas nama (on
pengangkutan barang adalah pemilik dan berhak untuk menerima barang. Karcis
penumpang dan surat pengangkutan barang atas nama tidak dapat dialihkan
kepada pihak lain karena ada kaitannya dengan asuransi yang melindungi dalam
Pemerintah Nomor 240 Tahun 1961 (Lembaran Negara 1961-306) telah didirikan
dipisah menjadi dua perusahaan yang mandiri yaitu PT. Pos dan PT. Telkom.
penumpang dan surat penngangkutan barang. Hal ini diatur dalam Undang-
38
Ibid.
contohnya karcis penumpang bus kota; dan dapat pula diterbitkan atas nama
Perum Damri yang sudah dibakukan dengan memuat rincian isi berikut ini : 39
39
Dokumen Pengangkutan Penumpang Perum Damri.
tidak mengatur rincian keterangan yang dimuat dalam surat pengangkutan barang.
Rincian tersebut diatur dalam Pasal 90 KUHD Indonesia. Karena itu, ketentuan
Pasal 90 KUHD Indonesia dapat diikuti sebagai standar isi surat pengangkutan
dan menandatanganinya. 40
dapat berupa : 41
peruntukannya, memenuhi persyaratan teknis, dan layak jalan, serta sesuai dengan
kelas jalan yang dilalui. Agar kendaraan bermotor itu memenuhi persyaratan
teknis dan layak jalan, wajib diuji tipe dan uji berkala yang dibuktikan dengan
tanda bukti lulus uji. Dalam surat tanda bukti uji dicantumkan daya angkut
40
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hal. 154.
41
Ibid., hal. 210.
telah disepakati sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Penumpang yang
sudah memiliki karcis dapat naik ke kendaraan bermotor (bus umum, bus kota),
atau barang yang akan diangkut dimuat kedalam kendaraan bermotor (truk, boks).
kendaraan bermotor wajib memiliki surat izin mengemudi. Surat izin mengemudi
identitas pengemudi.
kerja dan waktu istirahat bagi pengemudi.Pengaturan ini perlu, mengingat factor
umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang, pengirim
barang, atau pihak ketiga. Tanggung jawab terhadap penumpang dimulai sejak
tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul apabila dia dapat
menderita luka atau meninggal dunia, PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja akan
biaya penyimpanan barang dan wajib dilunasi ketika barang itu diambil.Apabila
barang itu tidak diambil dan biaya penyimpanan tidak dilunasi, barang itu
dinyatakan sebagai barang tak bertuan dan dapat dijual secara lelang sesuai
mengakibatkan kecelakaan.
terjadi penarikan biaya pengangkutan yang melebihi tarif resmi, baik dilakukan
Angkutan Darat
menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu tempat
pengangkut adalah bebas untuk memilih sendiri alat pengangkutan yang hendak
dipakainya. 42
Perdata (BW), tepatnya dalam buku III.Perikatan yang dapat lahir dari suatu
undang-undang dapat dibagi lagi atas perikatan-perikata yang lahir dari undang-
undang saja dan yang lahir dari undang-undang karena suatu perbuatan
dapat dibagi lagi atas perikatan-perikatan yang lahir dari suatu perbuatan yang
diperbolehkan dan yang lahir dari perbuatan yang berlawanan dengan hukum. 43
sebagaimana dimaksudkan oleh Pasal 1235 KUH Perdata, dalam perikatan mana
itu telah ditetapkan pada buku IIIdari Kitab Undang-undang Hukum Perdata pula,
kesepakatan (consensus) sebagai salah satu unsur Pasal 1320 Kitab Undang-
dalam pasal-pasal hukum perjanjian B.W., akan tetapi oleh undang-undang telah
44
Ibid, hal. 72.
45
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hal. 139.
46
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil., Modul Hukum Dagang, Djambatan, Jakarta,
2001, hal. 343-344.
Pengangkutan Barang
melalui jalan raya, ada kalanya tidak terlaksana dengan baik sebagaimana yang
majeure).
Dalam hal ini kewajiban untuk memikul kerugian akibat dari kejadian
tersebut dinamakan risiko.Kerugian juga dapat terjadi karena cacat pada barang
itu sendiri dan juga akibat dari kesalahan atau kealpaan pihak pengirim.Selain itu
ditempat tujuan dengan selamat serta tepat waktunya. Jika barang yang diangkut
itu selamat, maka akan timbul dua hal yaitu barangnya sampai ketempat tujuan,
tetapi rusak sebagian atau seluruhnya dan mungkin barangnya tidak sampai
Masalah lain yang sering timbul dalam pengangkutan barang yaitu tentang
pihak pengirim.
barang yang timbul diluar kesalahan atau kelalaian pihak pengangkut dalam
force majeure), cacat pada barang itu sendiri yaitu dapat diketahui oleh
sendiri.
1. Aliran yang objektif (de objective overmatch leer) atau absolute yaitu
tidak mungkin dilaksanakan oleh siapapun juga atau setiap orang. Dalam
ajaran ini pikiran para sarjana tertuju pada bencana alam ataupun
dapat memenuhi prestasi, juga barang musnah atau hilang diluar dugaan.
2. Aliran subjektif (de subjective overmacht leer) atau relative, yaitu keadaan
sehingga dalam keadaan yang demikian itu kreditur tidak dapat menuntut
Perjanjian
pengangkutan tidak selamat, akan terjadi dua hal yaitu barangnya sampai di
tempat tujuan tidak ada (musnah) atau ada tetapi rusak sebagian atau seluruhnya.
Barang tidak ada, mungkin disebabkan karena terbakar, dicuri orang dan lain-
lain.Barang rusak sebagian atau seluruhnya, meskipun barangnya ada tetapi tidak
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Kalau barang muatan tidak ada atau
ada tetapi rusak, menjadi tanggung jawab pengangkut, artinya pengangkut harus
membayar ganti kerugian terhadap barang yang musnah atau rusak tersebut,
kecuali kalau kerugian itu timbul dari beberapa macam sebab yaitu :
Kesalahan pengirim juga dapat terjadi karena salah mengira atau salah
kekurangan jumlah barang yang tidak sesuai dengan faktur barang adalah di luar
dilihat dalam Pasal 468 ayat 3 KUHD yang berbunyi : Ia bertanggungjawab atas
47
Hasil wawancara dengan pimpinan PT. BRU
dimana seperti yang disebutkan dalam Pasal 186 yang berbunyi : Perusahaan
umum wajib mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang atau pengirim
menanggung segala akibat yang menimbulkan kerugian yang terjadi pada barang-
terima untuk diangkut, kecuali kerugian yang diakibatkan karena sesuatu cacat
pada barang itu sendiri, karena keadaan memaksa atau karena kesalahan atau
kealpaan pengirim.
akibat-akibat tersebut dan harus mengganti kerugian yang terjadi atas kerusakan
membuktikan bahwa kerugian itu timbul sebagai akibat dari cacat pada barang itu
Dalam praktek dapat dilihat bahwa kerugian akibat dari kemusnahan atau
terjadi kebakaran pada kendaraan tersebut.Maka dalam hal ini pihak yang
memikul resiko terhadap rusaknya barang tersebut adalah pihak pengirim dan
bahwa pembungkusan barang kurang sempurna. Jika hal ini tidak dilakukan, maka
barang tersebut dianggap utuh atau bersih. Dalam arti bahwa kerusakan atas
48
Achmad Ichsan, Op. Cit, hal. 45.
Dalam hal ini berarti, jika kelalaian terjadi diluar kesalahannya maka
barang tersebut. Kerugian akibat kemusnahan atau kerusakan yang terjadi karena
cacat pada barang itu sendiri, maka yang harus mengganti rugi adalah pihak
Cacat pada barang itu sendiri dimaksud karena sifat dari barang itu sendiri.
Atau dengan kata lain kerusakan tersebut mengakibatkan tidak tahan lama barang
jumlah barang yang dimasukkan kedalam bungkusan yang akan dikirim. Jadi
kekurangan julah barang tidak sesuai dengan faktur barang adalah diluar tanggung
jawab pihak pengangkut. Karena hal ini dapat dilihat pada ketentuan yang
Bahwa kiriman yang tidak sesuai dengan faktur barang adalah tanggung
jawab pengirim. Selain itu juga ada ketentuan lain menyatakan: isi tidak
diperiksa. 50
49
Hasil Wawancara dengan Pimpinan PT. BRU Jakarta
50
Ibid
isinya adalah bahwa setiap kerusakan dan kemusnahan yang terdapat dalam
bahwa kerugian itu terjadi diluar kesalahannya, maka resiko dan tanggung jawab
dilarang, karena ketentuan seperti ini tidak bersifat memaksa asal tidak
tanggung jawab itu dimuat pada surat muatan yang menyertai barang tersebut.
bahwa ia sama sekali tidak bertanggung jawab tetapi hal seperti itu jarang terjadi,
sebab para pengirim akan memilih pengangkut yang mau bertanggung jawab atas
penempatan atau kurang tepatnya cara penempatan barang didalam angkutan, jika
hal ini dapat dibuktikan oleh pihak pengirim atau pemilik barang, maka yang
wajib mengganti kerugian itu adalah pihak pengangkut. Pengangkut dalam hal ini
bukanlah supir ataupun kru yang menjalankan kendaraan tersebut, tetapi yang
dimaksud adalah majikan.Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 1367 KUH Perdata
yaitu seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan
Jadi timbulnya suatu kerugian yang diderita oleh sipengirim atau sipemilik
barang karena suatu kejadian atau keadaan yang mengakibatkan musnah atau
hilangnya barang tersebut, maka bentuk tanggung jawab yang diberikan oleh
pihak pengangkutan yaitu berupa ganti rugi dalam bentuk uang sesuai dengan
ketentuan yang termuat dalam surat muatan, dimana ganti rugi yang diberikan atas
kerusakan atau kehilangan barang hanya diganti rugi sebesar 10 (sepuluh) kali
ongkos kirim.
pengangkutan barang secara tidak baik (tidak sempurna) di dalam praktek adalah
sebagaimana yang termuat dalam surat muatan, karena surat muatan itu
Bila ternyata barang-barang muatan itu ada yang rusak atau tidak lengkap
jumlahnya, maka mulai saat ini penerima barang dapat melakukan tuntutan ganti
menuntut penggantian kerugian yang betul-betul atau nyata-nyata ada pada saat
itu.Hal ini berarti bahwa penerima tidak dibenarkan untuk menuntut pergantian
kerugian secara keseluruhan kerugian jika barang yang musnah atau rusak itu
sebagian saja.
Dalam hal jumlah ganti rugi yang telah ditentukan pada perjanjian
pengangkutan barang, maka besarnya ganti rugi yang dapat dipenuhi oleh
pengangkut.
keluarkan oleh PT. Bintang Rezeki Utama (BRU) di dalam surat muatannya
hilang diganti sepuluh kali ongkos kirim. Sedangkan surat-surat hanya diganti
ongkos kirim dan isi dari paket, tas, pihak perusahaan tidak bertanggung jawab.
kehilangan barang kiriman (paket) hanya diganti rugi sebesar sepuluh kali ongkos
kirim.
Dalam pemberian ganti rugi dalam bentuk uang dipandang dari sudut
pelaksanaannya lebih praktis jika dibandingkan ganti rugi dalam bentuk barang.
Sedangkan pemberian ganti rugi dalam bentuk barang, ada kemungkinan barang
perlindungan hukum bagi pemakai jasa angkutan dan pihak-pihak yang mungkin
kerugian pada pihak lain karena perbuatannya yang melawan hukum wajib
pihak lain (pengirim atau pemilik barang) ada beberapa hal yang bukan menjadi
tanggungjawab pihak PT. BRU, artinya apabila kemudian timbul kerugian yang
atas keselamatan barang muatannya. Hal-hal yang membebaskan PT. BRU dari
rusak
kerusakan pegawainya.
overmacht seperti kendaraan terbakar, banjir dan tanah longsor, maka yang
member ganti rugi sebesar sepuluh kali ongkos kirim, seperti yang
2. Keterlambatan pengiriman
kerugian yang diderita oleh pengirim atau pemilik barang. Namun bila
memberi ganti rugi kepada pengirim atau pemilik barang, asalkan mereka
sipengirim sampai barang itu diterima oleh sipenerima ditempat tujuan.Hal ini
dilaksankan oleh PT. BRU selaku pengangkut dan untuk memberikan pelayanan
yang baik kepada semua pelanggan. Walaupun PT. BRU telah mengasuransikan
tanggungjawab kepada pihak asuransi, bukan berarti PT. BRU bebas dari segala
timbul kerugian yang besar yang diderita oleh sipengirim atau pemilik barang.
diberikan terhadap barang-barang yang rusak atau hilang hanya diganti sebesar
selalu bertanggungjawab atas setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang
maka ia dibebaskan dari kerugian. Yang dimaksud tidak bersalah adalah tidak
Jakarta.
Syarat mutlak tuntutan ganti rugi, ialah bahwa kerugian itu disebabkan
dalam menjalankan prestasinya aksi-aksi atas dasar Pasal 1365 dan 1367 KUH
mendapatkan ganti rugi, ditinjau dari beban pembuktian Pasal 1365 pada aksi-aksi
51
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal 28.
terjadi dalam pengangkutan oleh PT. BRU adalah barang-barang yang diangkut
kedaerah tujuan. Kerusakan atau musnahnya barang yang diangkut tersebut bisa
keterlambatan itu bias saja disebabkan oleh kerusakan kendaraan, kecelakaan atau
sengaja ataupun tidak sengaja. Namun isi barang yang diangkut juga terkadang
baik. Oleh karena PT. BRU memiliki motto bahwa pihak pengangkut tidak akan
memeriksa isi dari barang yang akan diangkut, maka hal inilah terkadang
Walaupun pihak PT. BRU dalam hal ini tidak mengetahui apa-apa saja isi
dari barang yang diangkut, namun pihak PT. BRU juga terkena imbasnya dengan
maka sudah pasti barang-barang yang diangkut tidak akan sampai ditempat tujuan
sesuai dengan waktu yang ditentukan, sehingga keadaan ini bisa membuat barang
52
Soegijatna Tjakranegara, Op. Cit., hal. 83.
karena suatu kejadian atau keadaan yang mengakibatkan kerusakan atau hilangnya
barang tersebut, maka bentuk tanggung jawab yang diberikan oleh pihak
pengangkutan yaitu berupa ganti rugi dalam bentuk uang sesuai dengan ketentuan
yang termuat dalam surat muatan, dimana ganti rugi yang diberikan atas
kerusakan atau kehilangan barang hanya diganti rugi sebesar 10 (sepuluh) kali
ongkos kirim. 53
53
Hasil Wawancara dengan Pimpinan BRU
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang sering digunakan karena ongkos/biaya yang diperlukan lebih murah jika
dibandingkan dengan angkutan lain seperti angkutan laut dan udara. Objek
dalam pengangkutan melalui darat yaitu berupa orang dan barang. Dimana
tujuan dari pengangkutan ini adalah untuk meningkatkan nilai dan guna dari
pada pasal 1320 KUH Perdata. Dalam pengangkutan melalui darat diperlukan
kegunaan dari dokumen tersebut adalah sebagai bukti telah terjadi perjanjian
rugi. Ganti rugi yang diberikan adalah berupa uang dan diberikan sebatas
prosedur yang berlaku pada PT. BRU yaitu sebesar sepuluh kali ongkos
yang telah ditentukan dan mengakibatkan barang tersebut menjadi rusak atau
busuk.
B. Saran
sebagai berikut :
dilakukan.
oleh sipengirim atau pemilik barang adalah akibat dari kelalaian dari pihak
pengangkut.
A. BUKU-BUKU
Uli, Sinta., 2006, Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport, Angkatan Laut,
Angkutan darat, dan Angkutan Udara. Cet. Ke-1. Medan: USUPress.
Siregar, Hasnil Basri., 1993, Kapita Selekta Hukum Laut Dagang, Kelompok
Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, Medan.
Kansil, C.S.T dan Christine S.T Kansil., 2001, Modul Hukum Dagang,
Djambatan, Jakarta.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-undang No. 22 TAHUN 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
Undang-undang No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang