Вы находитесь на странице: 1из 6

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Beton prategang cukup banyak digunakan dalam konstruksi di Indonesia.
Penggunaan struktur beton prategang ini dinilai mempunyai banyak keuntungan,
antara lain (Triwiyono,2003) :
a. Struktur yang lebih ringan, langsing dan kaku.
b. Gaya prategang dapat mencegah atau mengurangi retak yang selanjutnya dapat
mencegah terjadinya korosi pada baja sehingga struktur lebih tahan terhadap
lingkungan yang korosif.
c. Lintasan tendon dapat diatur agar berkontribusi dalam menahan gaya lintang.
d. Penghematan maksimum dapat dicapai pada struktur bentang panjang yang
akan lebih ekonomis bila dibandingkan dengan struktur beton bertulang biasa
dan struktur baja.
e. Dapat digunakan untuk struktur pracetak yang dapat memberikan jaminan
kualitas yang lebih baik, kemudahan dan kecepatan dalam pelaksanaan
konstruksi serta biaya awal yang rendah.

Dengan alasan yang disebutkan di atas penggunaan struktur beton prategang


banyak digunakan untuk konstruksi jembatan bentang panjang. Apabila bentang
balok dari beton bertulang melebihi 70 sampai 90 ft (23 m sampai 30 m),maka
beban mati balok tersebut menjadi sangat berlebihan yang menghasilkan
komponen struktur yang lebih berat sehinggamenimbulkan retak dan defleksi
jangka panjang yang lebih besar. Jadi untuk bentang panjang, beton prategang
merupakan keharusan karena pembuatan struktur pelengkung mahal dan tidak
dapat berperilaku dengan baik akibat adanya rangkak dan susut jangka panjang
yang dialaminya, sedangkan bentang sangat besar, seperti jembatan segmental

1
2

ataujembatan cable stayed hanya dapat dilaksanakan dengan menggunakan beton


prategang (Nawy, 2001).

Balancecantileveradalah metode konstruksi jembatan secara segmental, dengan


membuat struktur kantilever yang dimulai dari pier menuju keluar untuk kedua
sisi-sisinya, setiap tahap dilakukan penegangan tendon (post-tension) ke dalam
struktur sehingga terbentuk struktur permanen yang menjadi tumpuan konstruksi
segmen berikutnya (Sauvageot, 2000).Durasi konstruksi jembatan secara
segmental cor di tempat dipengaruhi oleh durasi pemasangan form traveler,
bekesting dan tulangan, serta durasicuring beton, yaitu waktu yang dicapai beton
sampai pada kuat tekan sehingga mampu mendukung beban yang bekerja pada
tahap konstruksi. Beban tersebut meliputi berat sendiri, beban beton basah, form
traveler, beban hidup pekerja, dan pengaruh penegangan tendon prategang. Ketika
durasi pemasangan form traveler, bekesting dan tulangan sudah optimal,durasi
tahap konstruksi dapat dipercepat dengan percepatan durasicuring.

Rapid Hardening Concrete mencapai kuat tekannya pada umur yang relatif lebih
muda dibandingkan beton normal. Manfaat penggunaan material beton tipe ini
pada metode konstruksi jembatan secara segmental cor di tempat adalah
mempersingkat durasi pelaksanaan konstruksi. Karakteristik time dependent
properties dari material beton Rapid Hardening Concrete masih terbatas dalam
cakupan code yang ada saat ini. Sehingga nilai time dependent properties
ditentukan melalui data eksperimen dan pendekatan dengan code yang ada.

Setiawan (2012) melakukan penelitian jembatan segmental beton prategang pada


tahap konstruksi dengan metode balaced cantilever dengan analisis nonlinear
menggunakan program ATENA.Hasil analisis program ATENA pada penelitian
tersebut adalah displacement, tegangan, pola retak, pola keruntuhan struktur.
Program ATENA tidak memiliki fasilitas untuk input gaya prategang serta
perhitungan kehilangan gaya prategang secara otomatis. Sehingga dalam
pemodelannya gaya prategang dimodelkan sebagai initial strain yang bekerja
pada tendon prategang. Initial strain dihitung secara manual berasal dari
3

regangan akibat gaya prategang dikurangi dengan kehilangan gaya prategang.


Perhitungan seperti ini membutuhkan cukup banyak waktu dan tenaga. Pengaruh
umur beton terhadap tahap konstruksi tidak diteliti oleh peneliti ini, sehingga tidak
dapat diperkirakan lama tahap konstruksi yang paling efisien untuk dilaksanakan.

Pengetahuan mengenai pengaruh variasi umur beton saat penegangan


tendonprategang terhadap struktur bermanfaat untuk menentukan waktu
pelaksanaan setiaptahap konstruksi jembatan secara segmental cor di tempat,
sehingga dapat ditentukanwaktu pelaksanaan konstruksi setiap segmen yang
optimal dan struktur masih mampumendukung beban yang terjadi sesuai dengan
batasan yang ditentukan oleh code yang berkaitan.

Terdapat dua cara yang dapat dilakukan untuk mempelajari perilaku komponen
struktur beton. Cara yang pertama yaitu melalui penelitian eksperimental yang
akan menghasilkan perilaku aktual struktur namun memerlukan waktu dan biaya
yang cukup besar, serta peralatan laboratorium khusus. Cara yang kedua adalah
analisis linear dan non-linier, yaitu dengan metode numerik. Penggunaan program
komputer untuk menganalisis perilaku struktur beton menghasilkan suatu
pendekatan dari perilaku struktur. Pemahaman cara kerja program serta dengan
data yang akurat akan diperoleh perilaku yang mendekati perilaku aktual struktur,
selain itu penggunaan program komputer cukup efektif dalam hal waktu, biaya
dan peralatan yang digunakan.

Berlatar belakang dari permasalahan tersebut di atas, maka penelitian ini akan
membahas pemodelan analisis numerik linear dan non-linier tahap konstruksi
boxgirder Jembatan Lemah Ireng II dengan konfigurasi bentang 83,35-132,50-
83,35 m yang terletak pada Jalan Tol Semarang Solo, Ruas Semarang Bawen.
Analisis secara linear dilakukan untuk tinjauan struktur secara keseluruhan dengan
model elemen frame untuk mengetahui tegangan dan displacement struktur,
sedangkan analisis nonlinear dilakukan untuk tinjauan struktur pada zona
pengangkuran untuk mengetahui tegangan dan kemungkinan terjadi retak ataupun
karakter kegagalan struktur akibat gaya pengangkuran.
4

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah penelitian adalah: Pada umur berapa material beton aman bagi
struktur penampang boxgirder beton secara lokal dan global untuk dilakukan
penegangan tendon dengan jacking force sebesar 70% dan 75% dari fpu tendon
prategang.

1.3. Tujuan Penelitian


a. Mengetahui accumulativedisplacement struktur jembatan pada tiap tahap
konstruksi akibat pengaruh variasi jacking force 70% fpu dan 75%
fpudengandurasi curing beton yaitu 0,5; 1; 1,5; 2; 3; 4; dan 5 hari.
b. Mengetahui nilai prechamber struktur jembatan akibat beban mati dan
pengaruh waktu jangka panjang.
c. Mengetahui displacement struktur akibat kombinasi beban lajur dan pengaruh
gradien suhu.
d. Mengetahui tegangan-tegangan yang terjadi pada penampang boxgirder
struktur jembatandan membandingkan terhadap tegangan ijin pengaruhvariasi
jacking force 70% fpu dan 75% fpudengan durasi curing beton yaitu 0,5; 1; 1,5;
2; 3; 4; dan 5 haripada saat konstruksi dan masa layan.
e. Mengetahui kekakuan zona pengangkuran tendon prategang dengan variasi
durasi curing 0,5; 1; 1,5; 2; dan 3 hari.
f. Mengetahui kemungkinan terjadinya retak maupun kegagalan material beton
pada zona pengangkuran.
g. Mendapatkan informasi kondisi zona pengangkuran tendon prategang.
h. Mendapatkan umur dan kuat tekanbetonyang paling optimal untuk diberi gaya
prategang.

1.4. Batasan Penelitian


Penelitian ini terdapat batasan-batasan sebagai berikut:
a. Analisis struktur secara keseluruhan menggunakan model elemen frame 3D
secara linear elastis.
5

b. Analisis metode elemen hingga nonlinear dilakukan pada segmen kantilever


yang paling ujung.
c. Tinjauan pembebanan hanya beban-beban pada kondisi tahap
konstruksimeliputi berat sendiri struktur, beban form traveler, beban hidup
pekerja, pengaruh prategang tendon, susut, dan rangkak. Pada masa layan
meliputi beban lajur dan gradient suhu pada penampang boxgirder.
d. Orientasi creep dan shrinkage pada arah aksial elemen frame.
e. Pada pemodelan zona pengangkuran tendon pengaruh impact loading
diabaikan, jacking force dilakukan secara bersamaan pada ketiga angkur yang
berdekatan.

1.5. Keaslian Penelitian


Beberapa penelitian mengenai struktur jembatan beton prategang dan penggunaan
Rapid Hardening Concrete untuk konstruksi jembatan telah dilakukan,diantaranya
adalah:

a. Cangiano dkk.(2008) melakukan penelitian mengenai properties dari Rapid


Hardening Concrete yang diaplikasikan pada struktur jembatan bentang
pendek dimana jembatan dioperasikan untuk melayani beban truk berat
dengan pada umur beton 1 hari.
b. Pan dan Li. (2012) melakukan penelitian mengenai displacement struktur
jembatan beton prategangboxgirder metode konstruksi balance cantilever cor
di tempat pada saat konstruksi dengan cara membandingkan data displacement
dilapangan dengan analisis secara numerik menggunakan software Midas
Civil.
c. Zdenek dkk. (2010) melakukan penelitian mengenai penyebab terjadinya
excessive deflection dan keruntuhan jembatan beton prategang boxgirder di
Koror-Babeldaob, Palau yang diduga akibat fenomena susut dan rangkak
dengan metode elemen hingga menggunakan software Abaqus.
d. Amanat dkk. (2010) melakukan penelitian mengenai penyebab terjadinya
retak-retak pada struktur jembatan beton prategang boxgirder Bongobondhu
Jamuna, Dhaka, Bangladesh dengan metode elemen hingga.
6

e. Moon dkk.(2005) melakukan penelitian mengenai penyebab terjadinya retak


pada struktur jembatan box girderprecast pada saat konstruksi dengan metode
elemen hingga.
f. Tadros dkk. (1979) mengembangkan metode analisis tegangan dan deformasi
struktur jembatan beton prategang metode konstruksi balance cantilever
secara numerik.
g. Burdet (1990), dan Hengprathanee (2004) melakukan penelitian mengenai
perilaku zona pengangkuran tendon prategang.
h. Johnson (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan beton
serat baja untuk mereduksi penggunaan baja tulangan pada zona
pengangkuran tendon eksternal dengan metode elemen hingga solid 3D.
i. Oliva dan Okumus (2011) melakukan penelitian mengenai penyebab
terjadinya retak pada struktur jembatan beton precast penampang deep wide-
lange dengan metode elemen hingga solid 3D menggunakan software Abaqus.

Вам также может понравиться