Вы находитесь на странице: 1из 20

Portofolio-2

Infeksi Saluran Kemih

Disusun Oleh :

dr. Sonia Annisa

Pendamping :

dr. Hedi Mulyadora

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAYUNG LENCIR


SUMATERA SELATAN
PROGRAM DOKTER INTERNSHIP KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2017
PORTOFOLIO

Kasus 2
Topik : Infeksi Saluran Kemih

Tanggal (Kasus) : 12 Februari 2017 Presenter : dr. Sonia Annisa


Tanggal Presentasi : 06 Maret 2017 Pendamping : dr. Hedi Mulyadora
Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan RSUD Bayung Lencir
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan
Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Neonatus
Deskripsi : Laki-laki, 17 tahun, Infeksi Saluran Kemih
Tujuan : Tatalaksana Infeksi Saluran Kemih
Bahan Bahasan : Tinjauan Riset Kasus Audit
Pustaka
Cara membahas Diskusi Presentasi Email Pos
dan diskusi

Data Pasien: Nama : Tn. T Umur : 17 tahun No. Reg :


Pekerjaan : Pelajar Alamat : Bayung
05.74.68
Lencir
Agama : Islam Bangsa : Indonesia
Nama RS: RSUD Bayung Telp : Terdaftar sejak :
Lencir
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / Gambaran Klinis: Infeksi Saluran Kemih / Keadaan umum :
tampak sakit sedang.
2. Riwayat Pengobatan : -
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :
Os datang ke RS dibawa oleh keluarganya dengan keluhan nyeri saat
BAK. Hal ini dirasakan os sejak 3 hari SMRS. os mengatakan terasa panas saat
BAK. Os juga mengatakan sering BAK namun hanya keluar sedikit-sedikit. Os
sebelumnya sudah pernah berobat ke klinik di jambi namun keluhan tidak
berkurang. Kencing berwarna merah (-), kencing berpasir (-).
4. Riwayat Keluarga : Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal.
5. Riwayat Pekerjaan : Pasien adalah pelajar
6. Lain-lain : Riwayat kencing manis, darah tinggi, dan riwayat penyakit infeksi
lainnya disangkal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tessy A, Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 3. Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;2001

2. Sukandar E. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI;200

3. Gardjito W, Puruhito, Iwan A et all. Saluran Kemih dan Alat Kelamin Lelaki.
Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit EGC;2005.

4. Widayati A, Wirawan IPE, Kurharwanti AMW. Kesesuaian Pemilihan


Antibiotika Dengan Hasil Kultur Dan Uji Sensitivitas Serta Efektivitasnya
Berdasarkan Parameter Angka Lekosit Urin Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih
Rawat Inap Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta (Juli Desember 2004).
Yokyakarta : Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma;2005.

5. Rani HAA, Soegondo S, Nasir AU et al. Standar Pelayanan Medik Ilmu


Penyakit Dalam. Edisi 2004. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FKUI;2004.

6. Rani HAA, Soegondo S, Nasir AU et al. Panduan Pelayanan Medik -


Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Edisi 2004. Jakarta :
Pusat Penerbitan IPD FKUI;2006.

7. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto;2003.

8. Liza. Buku Saku Ilmu Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta : FKUI;2006.

9. Pattman R, Snow M, Handy P et al. Oxford Handbook of Genitourinary


Medicine, HIV, and AIDS. 1st Edition. Newcastle : Oxford University
Press;2005.

10. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL et al. Harrisons Principles of Internal
Medicine. 17th edition. USA : The McGraw-Hill Companies;2008.

11. Hecht F, Shiel WC. Urinary Tract Infection. Disitasi dari :


http://www.emedicinehealth.com/urinary_tract_infections/article_em.htm%23
Urinary%2520Tract%2520Infections%2520Overview.htm. Pada tanggal 24
Agustus 2008. Perbaharuan terakhir [Januari 2009]

12. Siregar P. Manfaat Klinis Urinalisis dalam Nefrologi. Disampaikan pada :


Pertemuan Ilmiah Nasional VII PB. PABDI. Medan;2009.

Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis Infeksi Saluran kemih
2. Edukasi pada keluarga mengenai Infeksi Saluran kemih
3. Langkah-langkah penatalaksanaan Infeksi Saluran kemih
4. Motivasi kepatuhan pencegahan berulang
1. Subjektif :
Os datang ke RS dibawa oleh keluarganya dengan keluhan nyeri
saat BAK. Hal ini dirasakan os sejak 3 hari SMRS. os mengatakan terasa panas
saat BAK. Os juga mengatakan sering BAK namun hanya keluar sedikit-
sedikit. Os sebelumnya sudah pernah berobat ke klinik di jambi namun keluhan
tidak berkurang. Kencing berwarna merah (-), kencing berpasir (-).
2. Objektif :
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat ditegakkan
diagnosis Infeksi Saluran Kemih

Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
Keadaan sakit : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis, GCS 15
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 kali per menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 20 kali per menit, thoracoabdominal
Suhu : 36o C (aksila)

Status generalisata
o Kepala :
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
o Leher : Pembesaran KGB (-)
o Thorak : Bentuk dada normal, retraksi (-), nyeri tekan (-), nyeri
ketok (-), krepitasi (-), penggunaan otot bantu nafas (-)
Paru :
Inspeksi : Simetris Fusiformis
Palpasi : SF Kanan=Kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Sp : Vesikuler, St : wheezing (-), ronkhi (-)
Jantung
: HR 88 x/menit, reguler, bunyi jantung I dan II normal,
murmur (-), gallop (-)
o Abdomen : datar, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba, bising usus (+)
normal.
o Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Urin Rutin

3. Assessment :
Diagnosis ditegakkan berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien mengeluh
nyeri pada saat BAK. Nyeri terasa terbakar saat BAK.
Dari pemeriksaan fisik ad regio supra pubic ditemukan adanya nyeri
tekan.
Pada pemeriksaan urin rutin ditemukan adanya peningkatan jumlah
leukosit.
Diagnosis dapat ditegakkan yaitu Infeksi saluran kemih
4. Plan :
Diagnosis : Infeksi saluran kemih
Penatalaksanaan :
Non farmakologi :
- Banyak minum air putih
- Menjaga hyginitas

Farmakologi :
- Asam Mefenamat tablet 500 mg, 3x1 per oral
- Ciprofloksasin tablet 500 mg, 2x1 per oral

Prognosis :
Ad vitam : ad bonam

Ad fungsionam : ad bonam

Ad Sanationam : ad bonam

Edukasi keluarga :
1. Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai penyakit dan tatalaksana
yang akan diberikan.
Edukasi pasien :
Agar pasien berobat teratur.

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi akibat
terbentuknya koloni kuman di saluran kemih.5,6 Beberapa istilah yang sering
digunakan dalam klinis mengenai ISK :1,7
- ISK uncomplicated (sederhana), yaitu ISK pada pasien tanpa disertai
kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih.
- ISK complicated (rumit), yaitu ISK yang terjadi pada pasien yang
menderita kelainan anatomis/ struktur saluran kemih, atau adanya penyakit
sistemik. Kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika.
- First infection (infeksi pertama kali) atau isolated infection, yaitu ISK
yang baru pertama kali diderita atau infeksi yang didapat setelah
sekurangkurangnya 6 bulan bebas dari ISK.
- Infeksi berulang, yaitu timbulnya kembali bakteriuria setelah
sebelumnya dapat dibasmi dengan pemberian antibiotika pada infeksi yang
pertama. Timbulnya infeksi berulang ini dapat berasal dari re-infeksi atau
bakteriuria persisten. Pada re-infeksi kuman berasal dari luar saluran kemih,
sedangkan bakteriuria persisten bakteri penyebab berasal dari dalam saluran
kemih itu sendiri.5
- Asymtomatic significant bacteriuria (ASB), yaitu bakteriuria yang
bermakna tanpa disertai gejala.1
2. KLASIFIKASI

ISK diklasifikasikan berdasarkan :2,5,6,8


1. Anatomi
- ISK bawah, presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.
a. Perempuan Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai
bakteriuria bermakna Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis
tanpa ditemukan mikroorganisme (steril).
b. Laki-laki, Presentasi ISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis,
prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
- ISK atas
a. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
b. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih
serta refluk vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti
pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang
spesifik.2,8
2. Klinis - ISK Sederhana/ tak berkomplikasi, yaitu ISK yang terjadi pada
perempuan yang tidak hamil dan tidak terdapat disfungsi truktural ataupun ginjal.
- ISK berkomplikasi, yaitu ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria, ISK pada
anak-anak, laki-laki, atau ibu hamil.5,6

3. ETIOLOGI
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang
biasanya menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram
negatif tersebut, ternyata Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian
diikuti oleh :1

- Proteus sp
- Klebsiella
- Enterobacter
- Pseudomonas
Bermacam-macam mikro organisme dapat menyebabkan ISK, antara lain
dapat dilihat pada tabel berikut :9
Tabel 1. Persentase biakan mikroorganisme penyebab ISK

N Mikroorganisme
Persentase Biakan (%)
O
1 Escherichia Coli 50-90
2 Klebsiela atau Enterobacter 10-40
3 Proteus sp 5-10
4 Pseudomonas Aeroginosa 2-10
5 Staphylococcus Epidermidis 2-10
6 enterococci 2-10
7 Candida Albican 1-2
8 Staphylococcus Aureus 1-2

Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan
Enterococci dan Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu
saluran kemih, lelaki usia lanjut dengan hiperplasia prostat atau pada pasien yang
menggunakan kateter urin. Demikian juga dengan Pseudomonas aeroginosa dapat
menginfeksi saluran kemih melalui jalur hematogen dan pada kira-kira 25%
pasien demam tifoid dapat diisolasi salmonella dalam urin. Bakteri lain yang
dapat menyebabkan ISK melalui cara hematogen adalah brusella, nocardia,
actinomises, dan Mycobacterium tubeculosa.1,3

Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK


terutama pada pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, pasien DM, atau
pasien yang mendapat pengobatan antibiotik berspektrum luas. Jenis Candida
yang paling sering ditemukan adalah Candida albican dan Candida tropicalis.
Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara hematogen.1

Faktor predisposisi yang mempermudah untuk terjadinya ISK, yaitu :2,5,10

1. Bendungan aliran urin


- Anomali kongenital

- Batu saluran kemih

- Oklusi ureter (sebagian atau total)

2. Refluks vesikoureter

3. Urin sisa dalam buli-buli karena :

- Neurogenic bladder

- Striktura uretra

- Hipertrofi prostat

4. Diabetes Melitus

5. Instrumentasi

- Kateter

- Dilatasi uretra

- Sitoskopi

6. Kehamilan dan peserta KB

- PH urin yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman

7. Senggama

4. PATOGENESIS
Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari
mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat
mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berkembangbiak di dalam
media urin. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui 4 cara, yaitu :1,7

1. Ascending
2. Hematogen

3. Limfogen

4. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau


eksogen sebagai akibat dari pemakaian intrumen.

Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemis melalui cara


ascending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari
flora normal usus dan hidup secara komensal di introitus vagina, prepusium penis,
kulit perineum, dan sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih
melalui uretra prostat vas deferens testis (pada pria) buli-buli ureter dan
sampai ke ginjal. Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan
ascending, tetapi dari kedua cari ini ascending-lah yang paling sering terjadi :1,11

1. Hematogen Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan


daya tahan tubuh yang rendah, karena menderita sesuatu penyakit kronis,
atau pada pasien yang mendapatkan pengobatan imunosupresif.
Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya fokus infeksi di
tempat lain, misalnya infeksi S. aureus pada ginjal bisa terjadi akibat
penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel, atau
tempat lain. M. Tuberculosis, Salmonella, pseudomonas, Candida, dan
Proteus sp termasuk jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara
hematogen.3,7

Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan


infeksi ginjal yang berat, misal infeksi Staphylococcus dapat menimbulkan abses
pada ginjal.

2. Infeksi Ascending Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4


tahapan, yaitu : - Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah
introitus vagina - Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli -
Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih -
Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.
Gambar 1. Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih.
(1)kolonisasi kuman di sekitar uretra, (2)masuknya kumen melaui uretra ke buli-
buli, (3)penempelan kuman pada dinding buli-buli, (4)masuknya kumen melaui
ureter ke ginjal.7

Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan


antara mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel
saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena
pertahanan tubuh dari host yang menurun atau karena virulensi agent yang
meningkat.7

A. Faktor host

Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran


kemih disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

- Pertahanan lokal dari host

- Peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari imunitas selular dan
humoral.

Tabel 2. Pertahanan lokal terhadap infeksi.7

N Pertahanan lokal tubuh terhadap infeksi


O
1 Mekanisme pengosongan urin yang teratur dari buli-buli dan gerakan
peristaltik ureter (wash out mechanism)
2 Derajat keasaman (pH) urin
3 Osmolaritas urin yang cukup tinggi
4 Estrogen pada wanita usia produktif
5 Panjang uretra pada pria
6 Adanya zat anti bakterial pada kelenjar prostat atau PAF (prostatic
antibacterial factor) yang terdiri dari unsur Zn uromukoid (protein tamm-
Horsfall) yang menghambat penempelan bakteri pada urotelium

Pertahanan lokalsistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme


wash out urin, yaitu aliran urin yang mampu membersihkan kuman-kuman yang
ada di dalam urin. Gangguan dari sistem ini akan mengakibatkan kuman mudah
sekali untuk bereplikasi dan menempel pada urotelium. Agar aliran urin adekuat
dan mampu menjamin mekanisme wash out adalah jika :7

- Jumlah urin cukup

- Tidak ada hambatan didalam saluran kemih Oleh karena itu kebiasaan jarang
minum dan gagal ginjal menghasilkan urin yang tidak adekuat, sehingga
memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih. Keadaan lain yang dapat
mempengaruhi aliran urin dan menghalangi mekanisme wash out adalah adanya :

- Stagnansi atau stasis urin (miksi yang tidak teratur atau sering menahan
kencing, obstruksi saluran kemih, adanya kantong-kantong pada saluran kemih
yang tidak dapat mengalir dengan baik misalnya pada divertikula, dan adanya
dilatasi atau refluk sistem urinaria.

- Didapatkannya benda asing di dalam saluran kemih yang dipakai sebagai


tempat persembunyian kuman.7

B. Faktor agent (mikroorganisme) Bakteri dilengkapi dengan pili atau


fimbriae yang terdapat di permukaannya. Pili berfungsi untuk menempel pada
urotelium melalui reseptor yang ada dipermukaan urotelium. Ditinjau dari jenis
pilinya terdapat 2 jenis bakteri yang mempunyai virulensi berbeda, yaitu :

- Tipe pili 1, banyak menimbulkan infeksi pada sistitis.

- Tipe pili P, yang sering menimbulkan infeksi berat pielonefritis akut. Selain
itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen, menghasilkan
toksin (hemolisin), dan menghasilkan enzim urease yang dapat merubah suasana
urin menjadi basa.7

3. DIAGNOSIS
Gambaran klinis Gambaran klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi
mulai dari tanpa gejala hingga menunjukkan gejala yang sangat berat.5 Gejala
yang sering timbul ialah disuria, polakisuria, dan terdesak kencing yang biasanya
terjadi bersamaan, disertai nyeri suprapubik dan daerah pelvis.
Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi, yaitu :2,5
1. Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa nyeri supra pubik,
disuria, frekuensi, hematuri, urgensi, dan stranguria
2. Pada ISK bagian atas, dapat ditemukan gejala demam, kram, nyeri
punggung, muntah, skoliosis, dan penurunan berat badan.

Gambar 2. Hubungan antara lokasi infeksi dengan gejala klinis. 2


4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang
menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain : 1,12
1. Urinalisis
- Eritrosit Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan
penanda bagi berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler. Penyakit
nongromeluler seperti batu saluran kemih dan infeksi saluran kemih.
- Piuria Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh Stamm,
bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau
setara dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar pada urin yang di sentrifus.
Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per
mikroliter urin atau > 10.000 per ml urin. Piuria yang steril dapat ditemukan pada
keadaan : 12
Infeksi tuberkulosis
Urin terkontaminasi dengan antiseptik
Urin terkontaminasi dengan leukosit vagina
Nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik)
Nefrolitiasis Tumor uroepitelial
- Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal,
antara lain :12
Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau
vaskulitis ginjal
Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk
pielonefritis
Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau
pada gromerulonefritis akut
Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila
ditemukan bersaman dengan proteinuria nefrotik.
- Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal - Bakteri Bakteri dalam
urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan infeksi saluran kemih, lebih
sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.12
2. Bakteriologi
- Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa
diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri
lapangan pandang minyak emersi.
- Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan
diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai kriteria
Catteli. 1,2

Tabel 3. Kriteria Catteli untuk diagnosis bakteriuria yang bermakna.1,2


Wanita, simtomatik
102 organisme koliform/ mL urin plus piuria
atau
105 organisme patogen apapun/ ML urin
atau
Tumbuhnya organisme patogen apapun pada urin yang diambil
dengan cara aspirasi suprapubik
Laki-laki, simtomatik
103 organisme patogen/ mL urin
Pasien asimtomatik
105 organisme patogen/ mL urin pada 2 sampel urin berurutan

3. Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, di
antaranya yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya
adalah sebagian besar mikroba kecuali enterococci mereduksi nitrat.1,2 4.
4.Tes Plat Celup (Dip-Slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan plastik
bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat
khusus. Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan
digenangi urin. Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung
plastik tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu 37oC selama satu
malam. Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola
pertumbuhan kuman dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan
kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara 1000 dan 10.000.000
dalam tiap mL urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup
adekuat. Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat
diketahui.1,2
b. Radiologis dan Pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu
atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini
dapat berupa foto polos abdomen, pielonegrafi intravena, demikian pula dengan
pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CTScan.1,2

5. PENATALAKSANAAN

Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah :1

- Eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai

- Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi Tujuan


penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala,

mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan


mengurangi risiko kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian obat-
obatan yang sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal. Oleh
karenan itu pola pengobatan ISK harus sesuai dengan bentuk ISK, keadaan
anatomi saluran kemih, serta faktor-faktor penyerta lainnya. Bermacam cara
pengobatan yang dilakukan untuk berbagai bentuk yang berbeda dari ISK, antara
lain :

- Pengobatan dosis tunggal


- Pengobatan jangka pendek (10-14 hari)

- Pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)

- Pengobatan profilaksis dosis rendah

- Pengobatan supresif.1

a. Infeksi saluran kemih (ISK) bawah

Prinsip penatalaksanaan ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak,


antibiotik yang adekuat, dan bila perlu terapi simtomatik untuk alkalinisasi urin :2

- Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan


antibiotika tunggal, seperti ampisilin 3 gram, trimetroprim 200 mg.

- Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (leukosuria) diperlukan


terapi konvensional selama 5-10 hari.

- Pemeriksaan mikroskopis urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua
gejala hilang dan tanpa leukosuria. Bila pada pasien reinfeksi berulang (frequent
re-infection) :2

- Disertai faktor predisposisi, terapi antimikroba yang intensif diikuti dengan


koreksi faktor resiko.

- Tanpa faktor predisposisi, terapi yang dapat dilakukan adalah asupan cairan
yang banyak, cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba dosis
tunggal (misal trimentoprim 200 mg)

- Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan Pasien sindroma uretra akut
(SUA) dengan hitung kuman 103 -105 memerlukan antibiotika yang adekuat.
Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik dengan tetrasiklin. Infeksi yang
disebabkan mikroorganisme anaerobik diperlukan antimikroba yang serasi (misal
golongan kuinolon).2

Tabel 4. Antimikroba pada ISK bawah takberkomplikasi.6


Antimikroba Dosis Lama Antimikroba Dosis Antimikroba
terapi Lama terapi Dosis Lama terapi
Trimetoprim-Sulfametoksazol 2 x 160/ 800 mg 3 hari
Trimetroprim 2 x 100 mg 3 hari
Siprofloksasin 2 x 100 250 mg 3 hari
Levofloksasin 2 x 100 250 mg 3 hari
Sefiksim 2 x 250 mg 3 hari
Sefpodoksim proksetil 1 x 400 mg 3 hari
Nitrofurantoin makrokristal 2 x 100 mg 3 hari
Nitrofurantoin monohidrat 4 x 50 mg 7 hari
Nitrofurantoin monohidrat 2 x 100 mg 7 hari
makrokristal
Amoksisilin/ klavulanat 2 x 500 mg 7 hari

b. Infeksi saluran kemih (ISK) atas Pada umumnya pasien dengan


pielonefritis akut memerlukan rawat inap untuk memelihara status hidrasi
dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam.2
Tabel 5. Indikasi rawat inap pasien pielonefritis akut.2

Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap


antimikroba oral
Pasien sakit berat atau debilitasi
Terapi antibiotik oral selama rawat jalan mengalami kegagalan
Diperlukan investigasi lanjutan
Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi
Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes melitus, dan usia lanjut

The Infection Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga


alternatif terapi antibiotika intravena sebagai terapi awal selama 48-72 jam
sebelum diketahui mikroorganisme penyebabnya :2

- Flurokuinolon

- Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin


- Sefalosporin berspektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida

Tabel 6. Obat parental pada ISK atas akut berkomplikasi.6

Antimikroba Dosis interval


Sefepim 1 gram 12 jam
Siprofloksasin 400 mg 12 jam
Levoflpksasin 500 mg 24 jam
Ofloksasin 3-5 mg/ kgBB 12 jam
Gentamisin (+ 1 mg/ kgB 8 jam
ampisilin)
Ampisilin (+ 1-2 gram 6 jam
gentamisin)
Tikarsilin-Klavulanat 3,2 gram 8 jam
Piperasilin-Tazobaktam 3,375 gra 2-8 jam
Imipenem-silastatin 250-500 mg 6-8 jam

c. Infeksi saluran kemih berulang


Untuk penanganan ISK berulang dapat dilihat pada gambar berikut : 6

Gambar 3. Manajemen ISK berulang.6

Terapi jangka panjang yang dapat diberikan antara lain


trimetroprimsulfametoksazol dosis rendah (40-200 mg) tiga kali seminggu setiap
malam, Flurokuinolon dosis rendah, nitrofurantoin makrokristal 100 mg tiap
malam. Lama pengobatan 6 bulan dan bila perlu dapat diperpanjang 1-2 tahun
lagi.6

7. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu
saluran kemih, okstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multisitem,
gangguan fungsi ginjal.6

Вам также может понравиться