Вы находитесь на странице: 1из 11

BAB IV

GEOLOGI DAERAH PEMETAAN

4.1Geomorfologi Daerah Pemetaan

Dengan menggunakan klasifikasi menurut varstepan dan van zuidam. Klasifikasi


pembagian satuan geomorfologi daerah pemetaan didasarkan pada pengamata
morfogenesa, morfometri, dan morfografi terhadap proses-proses geologi berdasarkan
perhitungan data koreksi morfologi hasil pengambilan data di lapangan yang
mengontrol pembentukan morfologi daerah pemetaan dan juga bersumber pada peta
kontur. Morfografi adalah karakteristik deskriptif geomorfologi suatu area seperti
dataran, perbukitan, pegunungan dan plato. Morfometri adalah karakteristik kuantitatif
10 geomorfologi suatu daerah seperti kecuraman lereng, ketinggian dan kekasaran
terrain. Unsur-unsur morfometri antara lain berupa kemiringan lereng (ukuran
kemiringan lereng serta panjang lereng), ketinggian absolut, relief, dan perbedaan
ketinggian serta kerapatan pengaliran. Morfogenesa adalah bentuk bentang alam yang
diklasifikasikan berdasarkan atas mulajadi (genetic) dan perkembangan bentuk lahan
serta proses yang terjadi padanya.

Daerah penelitian terbagi menjadi 3 satuan geomorfologi, yaitu satuan perbukitan


berlereng agak curam struktural, satuan perbukitan berlereng landai struktural, dan
satuan dataran alluvium.
Gambar 4.1 satuan geomorfologi daerah pemetaan

4.1.1 Subsatuan Perbukitan Landai Struktural

Satuan geomorfologi ini memiliki luas yang meliputi 47% keseluruhan daerah
penelitian yang letaknya berada pada bagian tengah, Timur Laut, dan Tenggara daerah
penelitian.

Pola pengaliran pada satuan geomorfologi ini adalah dendritik. Elevasinya berkisar
30-100 mdpl, dan slopenya 5-12 % . Litologi yang menyusun morfologi landai ini
didominasi batu gamping, dan batulempung. Bentuk lembah sungai pada satuan ini
berbentuk v yang mendakan sungai muda.
4.1.2 Subsatuan Perbukitan Agak Curam Struktural

Satuan geomorfologi ini memiliki luas yang meliputi 28% dari daerah penelitian.
Satuan geomorfologi ini berada di bagian tengah daerah penelitian.

Elevasinya sekitar 100-150 mdpl, dan slopenya sekitar 10-17%, dengan pola
pengliran dendritic dan pararel, dan bentuk lembah V. Litologi yang menyusun satuan
geomorfologi ini adalah batu gamping.

4.1.3 Subsatuan Daerah alluvium

satuan geomorfologi ini memiliki luas meliputi 25%dari daerah


penelitian.satuan geomorfologi ini berada dibagian selatan wilayah penelitian.

Elevasinya sekitar 0-30mdpl, dan slopenya sekitarnya 0-5% dengan pola


pengaliran trellis dan sungai tua. Bentuk lembah sungai berbentuk u-v. litologi
penyusun satuan geomorfologi ini adalah endapan campuran.

4.2Pola Penyaluran &Stadia Daerah


4.2.1 Pola Penyaluran sungai
Pola penyaluran mempunyai kaitan yang erat dengan resistensi batuan,
struktur geologi, dan stadia geomorfologi,dengan demikian tidak hanya
menyangkut sungai dan lembah yang berisi air sepanjang tahun saja, melaikan
menyangkut juga seluruh system aliran yang terpolakan akibat erosi sepanjang
sejarah geologi daerah tersebut. Howard dalam Van Zuidam (1985) membuat
klasifikasi pola penyaluran dasar dengan ciri-ciri dan sifat berbeda. Adapun
jenis pola penyaluran sungai pada daerah penelitian terbagi menjadi 3(tiga)
jenis pola pengaliran sungai sebagai berikut:
Gambar 4.2 Peta pola aliran daerah pemetaan
A.Pararel
Pola penyaluran aliran sungai pararel berada pada bagian utara dan
selatan daerah pemetaan. Bentuk umum cenderung sejajar, berlereng landai
sampai agak curam sebagian berada di perbukitan. Pola penyaluran sungai
tersebut merupakan transisi dari pola penyaluran denditrik.
B.Denditrik
Pola penyaluran sungai berjenis denditrik berada pada bagian tengah
daerah pemetaan. Bentuk umum seperti akar pohon, berkembang pada batuan
dengan kekerasan relative sama, batuan sedikit tahan akan pelapukan, daerah
tidak terjadi struktur geologi.
C.Trellis
Pola penyaluran sungai ini berada pada daerah selatan pemetaan.
Bentuk umum seperti pagar.batuan di sekitar merupakan batuan lunak.
4.2.2 Stadia Daerah Sungai
Jenis stadia sungai pada daerah penelitian, adalah stadia sungai muda dan
stadia sungai dewasa, hal tersebut diambil dari data interpretasi sungai dan
gejala gejala geologi yang terjadi di lapangan.

A. Stadia Sungai dewasa


Berdasarkan hasil data pemetaan, bahwa sungai dengan stadia dewasa pada
Sungai permanen yaitu sungai bengawan solo, hal tersebut di buktikan
dengan analisa data tinjauan pemetaan dan interpretasi data yang di peroleh
yakni sungai dicirikan erosi yang berkembang sehingga elevasinya semakin
rendah dengan kecepatan arus mulai melambat dengan kecepatan arus
sedang, terdapat meander dan penampang sungai membentuk huruf U.

Foto 4.1 Kenampakan jenis stadia sungai dewasa


B. Stadia Sungai Muda
Berdasarkan hasil data pemetaan, bahwa sungai dengan stadia muda berada
pada jenis pola aliran denditrik dan pararel. Hal tersebut di buktikan dengan
analisa data tinjauan pemetaan dan interpretasi data yang di peroleh yakni
sungai dicirikan dengan elevasi tinggi, adanya sungai sungai berkembang
dengan jenisnya konsequen, pola denditrik, pada daerah puncak terdapat
cekungan. Dataran yang masih tinggi dengan lembah sungai relative curam
dimana erosi vertical lebih dominan. Kecepatan sungai relative deras, dan
penampang sungai menyerupai huruf V.
Foto 4.2 kenampakan stadia sungai muda

4.3Stratigrafi Daerah Pemetaan


Untuk analisa satuan stratigrafi daerah pemetaan dapat dilihat berdasarkan sample
batuan di lapangan, ciri litologi di lapangan, dan diterminasi batuan. Acuan yang
digunakan adalah satuan litostratigrafi.
Straigrafi daerah pemetaan dapat dikelompokan menjadi 3 satuan litostratigrafi dari
satuan battuan tertua hingga satuan batuan termuda, sebagai berikut:
1. Satuan batu gamping
2. Satuan batu lempung
3. Endapan campuran

Gambar 4.3 peta geologi satuan batuan daerah pemetaan


Gambar 4.5 kolom stratigrafi daerah pemetaan
4.3.1 Satuan Batu lempung
Metode yang digunakan dalam penentuan satuan adalah kesamaan ciri
litologinya dan dominasi sebarannya. Penamaan meggunakan sandi stratigrafi,
dengan system penamaan tidak resmi.
Ciri litologi
Warna: Abu abu
Struktur: Masif
Besar butir : Kurang dari 1/256mm
Porositas: Buruk
Kemas :Tertutup
Pemilahan:Terpilah baik
Kebundaran:Membundar baik
Semen :silika
Matrik :Lempung
Fragmen :Fosil
Kekompakan: Mudah di retas

Foto 4.3 batu lempung


4.3.2 Satuan Batu Gamping
Metode yang digunakan dalam penentuan satuan adalah kesamaan ciri
litologinya dan dominasi sebarannya. Penamaan meggunakan sandi stratigrafi,
dengan system penamaan tidak resmi.
Ciri litologi
Warna: putih
Struktur: Masif
Besar butir : pasir halus
Porositas: Baik
Kemas :Terbuka
Pemilahan:Terpilah baik
Kebundaran:Membundar baik
Semen :karbonat
Matrik :pasir
Fragmen :Fosil
Kekompakan: agak keras

Foto 4.4 batu gamping


4.3.3 Endapan Campuran
Pada endapan terdapakan dari bokahan,krakal,krikil pasir, lempung dan lanau
atau merupakan batuan endapan sungai bengawan solo.

4.4Geologi Sejarah Daerah Pemetaan

Daerah penelitian berada dalam zona rembang. Sejarah


pembentukan batuan dimulai dari terbentuknya satuan batu lempung
pada masa miosen awal yang diperkirakan bahwa dahulu daerah
penelitian merupakan daerah rawa. Kemudian dilanjutkan
pembentukan satuan batu gaping pada masa plistosen yang
diperkirakan dahulu derah penelitian merupakan subuah laut dangkal.
Dan pembutukan terakhir di daerah penelitian adalah endapan
campuran. Endapan campuran terbentuk pada masa holosen.dimana
endapan campuran terbentuk dari endapan sungai bengawan solo.

4.5Potensi Geologi Daerah Pemetaan

Potensi geologi pada umumnya dibagi menjadi 2 yaitu, potensi


geologi positif dan potensi geologi negative. Potensi geologi positif
merupakan segala aspek geologi baik di permukaan dan di dalam bumi
yang dapat di manfaatkan. Potensi geologi negative merupakan segalah
aspek geologi yang terjadi yang menyebabkan kerugian bagi manusia.
4.5.1 Potensi Geologi Positif
A. Penggunaan Lahan
Pemanfaatan lahan pada daerah penelitian di daerah dataran
alluvium sebagian besar sawah, tambak,dan lading sedangkan di
daerah perbukitan digunakan sebagai hutan jati, dan ladang.
B. Potensi Air
Pemanfaatan air di daerah pemetaan di gunankan sebagai sumber mata air
oleh warga sekitar dan sumberair panas yang digunakan sebagai wisata
pemandian.
C. Bahan galian
Bahan galian yang dapat di tambang pada daerah penelitian adalah batu
gamping. Potensi bahan galian gamping digunakan sebagai bahan baku
bangunan, uruk jalan, dan bahan baku pupuk.

4.5.2 Potensi Geologi Negatif


A. Longsor
Longsor merupakan pergerakan lahan yang terjadi pada tanah yang
memiliki resistensi rendah dan kuat geser tanah yang lemah, factor pemicu
diakibatkan oleh penambangan batu gamping yang sembarangan dan hujan
yang mengakibatkan tanah longsor.
B. Banjir
Banjir terjadi di daerah pemetaan terjadi karna luapan sungai bengawan
solo, pola hujan, dan kondisi tanah yang rendah.

Вам также может понравиться