Вы находитесь на странице: 1из 8

TRAUMA SISTEM PENGLIHATAN

ALKALI DAN ASAM

A. Landasan Teoritis Trauma Alkali.


1. Pengertian.
Trauma yang terjadi karena bahan kimia basa menyebabkan proses
penyabunan membran sel disertai dehidrasi sel.

2. Tanda dan Gejala.


Klasifikasi menurut Hughes :
a) Ringan.
Terdapat erosi epitel dan kekeruhan ringan kornea.
Tidak terdapat iskemia dan nekrosis kornea atau konjunctiva.
Prognosis baik.
b) Sedang.
Terdapat kekeruhan kornea sehingga sukar melihat iris dan pupil
secara detail.
Terdapat nekrosis dan iskemia ringan konjunctiva dan kornea.
c) Berat.
Terdapat kekeruhan kornea, sehingga pupil tidak dapat dilihat.
Terdapat iskemia konjunctiva dan sklera, sehingga tampak pucat.
Prognosis buruk.

3. Patofisiologi.
Trauma bahan kimia pada mata menyebabkan proses penyabunan membran sel
disertai dehidrasi sel. Terjadi kerusakan jaringan yang menembus sampai ke
lapisan yang lebih dalam dengan cepat dan berlangsung terus hingga kerusakan
terus terjadi lama setelah trauma. Terbentuk koagulase yang akan menambah
kerusakan kolagen kornea. Bila menembus bola mata, akan merusak retina dan
berakhir dengan kebutaan. Bahan kaustik soda dapat menembus bilik mata depan
dalam waktu 7 detik.

4. Komplikasi.
Keratitis seka, parut, neovaskularisasi kornea, entropion, simblefaron,
glaukoma sudut tertutup, katarak, dan ftisis bulbi.

5. Penatalaksanaan Medis.
Irigasi secepatnya dengan air keran. Bila tersedia, sebaiknya dengan larutan
garam fisiologis yang isotonis minimal selama 15 menit. Lebih lama lebih
baik. Irigasi sebersih mungkin termasuk daerah forniks dengan swab kapas.
EDTA diberikan segera setelah trauma, 1 tetes tiap 5 menit selama 2 jam
selanjutnya beberapa kali sehari.
Anti biotik lokal untuk mencegah infeksi.
Sikloplegik ( sulfas atropin 1% ) 3x1 tetes perhari.
Steroid secara lokal atau sistemik diberikan bila peradangan sangat hebat
dengan pemantauan ketat. Pemberian setelah 2 minggu dapat menghambat
epitelisasi.
Analgesik dan anestetik topikal dapat diberikan.
Rawat.

B. Landasan Teori Trauma Asam.


1. Pengertian.
Trauma yang terjadi karena bahan kimia asam yang menyebabkan
pengendapan atau penggumpalan protein permukaan sel, sehingga bila
konsentrasi tidak tinggi tidak akan destruktif seperti alkali. Asam membentuk
suatu sawar presipitat pada jaringan yang terkena, sehingga membatasi kerusakan
lebih lanjut. Konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan yang lebih
dalam seperti truma alkali.
2. Penatalaksanaan Medis.
Irigasi secepatnya dengan air keran atau larutan garam fisiologis minimal 15
menit, lebih lama lebih baik. Irigasi sebersih mungkin termasuk daerah
formiks dengan menggunakan swabs kapas.
Antibiotik topikal untuk mencegah infeksi.
Sikloplegik ( sulfas atropin 1% ) bila terjadi ulkus kornea atau kerusakan lebih
dalam.
EDTA diberikan 1 minggu setelah trauma.

3. Prognosis.
Baik bila konsentrasi asam tidak terlalu tinggi sehingga hanya terjadi
kerusakan superfisial.

C. Asuhan Keperawatan.
1. Pengkajian.
Aktifitas / istirahat.
Perubahan aktifitas dari biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
Neuro sensori.
Gangguan penglihatan ( kabur / tak jelas ), sinar terang menyebabkan
silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan
kerja dengan dekat / merasa di ruang gelap.
Nyeri / kenyamanan.
Tajam penglihatan menurun secara progresif dan penglihatan seperti
berasap, kontra indikasi pemasangan lensa intra okuler pasca pembedahan.

2. Data Fokus.
Inspeksi.
Lensa mata menjadi keruh, berwarna putih abu-abu, pada pasien
timbul kekaburan penglihatan, pasien mengeluh silau dan hilangnya persepsi
warna. Terlihat seperti bintik hitam dengan latar belakang merah karena ia
memblokir pantulan cahaya dari retina.
Auskultasi.
-
Palpasi.
-
Perkusi.
-
3. Diagnosa Keperawatan.
1) Gangguan sensori-perseptual; penglihatan S.D gangguan penerimaan sensori /
status organ indra.
2) Resiko tinggi terhadap cidera S.D peningkatan tekanan intra okuler,
pendarahan intra okuler, kehilangan viterous.
3) Resiko tinggi terhadap infeksi S.D prosedur invasif.
4) Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) tentang kondisi, prognosis,
pengobatan S.D tidak mengenal sumber informasi, salah interpretasi
informasi, kurang terpajan / mengingat.

4. Perencanaan.
Diagnosa 1.
1) Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata
terlibat.
2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di areanya.
3) Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana
dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.
4) Ingatkan pasien menggunakan kacamata yang tujuannya memperbesar
kurang lebih 25 %, penglihatan perifer hilang, dan buta titik mungkin ada.
5) Letakkan barang yang dibutuhkan / posisi bel pemanggil dalam jangkauan
pada sisi yang tidak dioperasi.
Diagnosa 2.
1) Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri, pembatasan
aktifitas, penampilan, balutan mata.
2) Batasi aktifitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata,
membungkuk.
3) Dorong nafas dalam, batuk untuk bersihan paru.
4) Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
5) Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk
buah pir.
6) Berikan obat sesuai indikasi. ( Tindakan Kolaboratif )
Diagnosa 3.
1) Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh / mengobati
mata.
2) Gunakan / tunjukan tehnik yang tepat untuk membersihkan mata dari
dalam keluar dengan tissu basah / bola kapas untuk tiap usapan, ganti
balutan dan masukkan lensa kontak bila menggunakan.
3) Tekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang dioperasi.
4) Observasi / diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan, kelopak
bengkak, drainage purulen, identifikasi tindakan kewaspadaan bila terjadi
infeksi saluran kemih.
Diagnosa 4.
1) Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur / lensa.
2) Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
3) Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat,
mengejan saat defikasi, membungkuk pada panggul, meniup hidung,
pergunakan sprei, bedak bubuk, merokok ( sendiri / orang lain ).
4) Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca perlindungan selama hari
pembedahan / penutup pada malam hari.
5. Implementasi dan Rasionalisasi Keperawatan.
Diagnosa 1.
1) Menentukan ketajaman penglihatan, mencatat apakah satu atau kedua
mata terlibat.
Rasional :
Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab
kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap
mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda, tetapi biasanya hanya satu
mata diperbaiki per prosedur.
2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf dan orang lain diareanya.
Rasional :
Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan,
menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi.
3) Memperhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata,
dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.
Rasional :
Gangguan penglihatan / iritasi dapat berakhir 1 2 jam setelah
tetesan mata tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan.
4) Meletakkan barang yang dibutuhkan / posisi bel pemanggil dalam
jangkauan pada sisi yang tidak dioperasi.
Rasional :
Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan
memudahkan panggilan untuk pertolongan bila diperlukan.

Diagnosa 2.
1) Mendiskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri,
pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata.
Rasional :
Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja sama
dalam pembatasan yang diperlukan.
2) Membatasi aktifitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk
mata, membungkuk.
Rasional :
Menurunkan stres pada area operasi / menurunkan TIO.
3) Mendorong nafas dalam, batuk untuk bersihan paru.
Rasional :
Batuk meningkatkan TIO.
4) Mempertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
Rasional :
Digunakan untuk melindungi dari cidera kecelakaan dan
menurunkan gerakan mata.

Diagnosa 3.
1) Mendiskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh /
mengobati mata.
Rasional :
Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi
area operasi.
2) Menekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang
dioperasi.
Rasional :
Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.
3) Mengobservasi / mendiskusikan tanda terjadinya infeksi contoh
kemerahan, kelopak bengkak, drainage purulen, identifikasi tindakan
kewaspadaan bila terjadi infeksi saluran kemih.
Rasional :
Mengetahui perkembangan tindakan yang dilakukan dan
memberikan rasa tenang terhadap pasien.
Diagnosa 4.
1) Mengkaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur /
lensa.
Rasional :
Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dengan
program pasca operasi.
2) Menginformasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
Rasional :
Dapat bereaksi silang / campur dengan obat yang diberikan.
3) Menganjurkan pasien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat,
mengejan saat defikasi, membungkuk pada panggul, meniup hidung,
pergunakan sprei, bedak bubuk, merokok ( sendiri / orang lain ).
Rasional :
Aktifitas yang menyebabkan mata lelah / tegang, manuver valsava
atau meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan
mencetuskan pendarahan.
Catatan : Iritasi pernafasan yang menyebabkan batuk / bersin dapat
meningkatkan TIO.
4) Menekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca perlindungan selama
hari pembedahan / penutup pada malam hari.
Rasional :
Mencegah cedera kecelakaan pada mata dan menurunkan resiko
peningkatan TIO sehubungan dengan berkedip atau posisi kepala.

6. Daftar Pustaka.
Doengos, Marily E. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian. Edisi 3 EGC; Jakarta.
Mansjoer Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Media Aesculapius
FKUI, EGC; Jakarta.

Вам также может понравиться