Вы находитесь на странице: 1из 71

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

LAPORAN FIELDTRIP PETROLOGI

STUDI LITOLGI PENYUSUN DAERAH POROS KONAWE-KONAWE UTARA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KELOMPOK IX

RISAL GUNAWAN (F1B214012)

DEDI (R1D115087) MUH. AKBAR IDRIS (R1D115063)

MARWAN (R1D115061) MUH. ACHIDA (R1D115062)

NURLISNA YANTI (R1D115078) LA ODE USMANI (F1B214029)

NUR ASNUL L (R1D115077) RISDAN (R1D115088)

VESTI PERAWATI (R1D115103) GLORY SILABAN (F1B114009)

KENDARI

2017
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

LAPORAN FIELDTRIP PETROLOGI

STUDI LITOLGI PENYUSUN DAERAH POROS KONAWE-KONAWE UTARA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meluluskan mata kuliah Petrologi pada

Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas ilmu dan teknologi kebumian

Universitas Halu Oleo

OLEH

KELOMPOK IX

KENDARI

2017
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

LAPORAN FIELDTRIP PETROLOGI

STUDI LITOLGI PENYUSUN DAERAH POROS KONAWE-KONAWE UTARA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Disetujui Oleh:

Kordinator Asisten Asisten

Andi Awaludin S ABDUL JALIL

NIM: F1B2 14 086 NIM: F1B2 13 001

Mengetahui :

Dosen Pembimbing Mata Kuliah Petrologi

Dr. Ir. Muh. Chaerul S.T., S.Km., M.Sc.


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil

menyelesaikan Laporan Fieldtrip Petrologi ini yang syukur dan alhamdulillah selesai

tepat pada waktunya.

Dalam proses penyusunan laporan ini, penulis banyak mengalami kesulitan.

Namun berkat bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak, terutama kepada yang

terhormat dosen pembimbing mata kuliah Petrologi bapak Dr. Ir. Muh. Chaerul S.T.,

S.Km., M.Sc. serta para asisten yang memberikan bimbingan dan koreksi sehingga

laporan ini dapat terselesaikan, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih

serta penghargaan sebesar-besarnya, dan semoga Tuhan yang maha Esa dapat

melimpahkan Rahmat-Nya atas segala amal yang dilakukan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis

harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis sampaikan terima

kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini

dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan yang maha Esa senantiasa meridhoi segala

usaha yang telah dilakukan.

Kendari, 12 Januari 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul. ........................................................................................

Halaman Pengesahan. ............................................................................

Halaman Tujuan. .................................................................................. ..

Kata Pengantar........................................................................................

Daftar Isi. .................................................................................................

Daftar Foto.............................. ................................................................

Daftar Tabel...... .......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................

1.1 Latar Belakang. ....................................................................................

1.2 Maksud dan Tujuan. .............................................................................

1.3 Waktu, Letak dan Kesampaian Daerah. ..................................................

1.4 Alat dan Bahan.....................................................................................

1.5 Peneliti Terdahulu. ...............................................................................

1.6 Manfaat Penelitian.. ...............................................................................

BAB II GEOLOGI REGIONAL. ..................................................................

2.1 Geomorfologi Regional. ..........................................................................

2.2 Stratigrafi Regional. ...............................................................................

2.3 Struktur geologi Regional. ......................................................................

2.4 Geologi lokal daerah wawolesea.. ...........................................................

BAB III LANDASAN TEORI. .....................................................................

3.1 Pengertian Petrologi. .............................................................................

3.2 Batuan Beku. ........................................................................................

3.3 Batuan Piroklastik. .................................................................................


3.4 Batuan Sedimen. ...................................................................................

3.5 Batuan Metamorf...................................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............ .............................................

4.1 Hasil Penelitian . ....................................................................................

4.1.1 deskripsi litologi perstasiun . ...............................................................

4.2 pembahasan . .......................................................................................

4.2.1 kondisi lotologi daerah penelitian ........................................................

BAB V DISKUSI. .......................................................................................

5.1 Tema Diskusi Yang Di Pilih. ....................................................................

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.......... ...............................................

6.1 Kesimpulan.. .........................................................................................

6.2 Saran. ..................................................................................................

Daftar Pustaka.........................................................................................

Lampiran. .................................................................................................
DAFTAR FOTO
DAFTAR TABEL

Tabel 1.4.1 Alat dan bahan.............................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sulawesi dan daerah sekitarnya terletak pada pertemuan tiga lempeng yang

saling bertabrakan; Lempeng Benua Eurasia yang relatif diam, Lempeng Pasifik

yang bergerak ke barat dan Lempeng Australia-Hindia yang bergerak ke utara,

sehingga kondisi tektoniknya sangat kompleks, dimana kumpulan batuan dari

busur kepulauan, batuan bancuh, ofiolit, dan bongkah dari mikrokontinen

terbawa bersama proses penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya.

Adapun struktur geologi yang berkembang didominasi sesar-sesar mendatar,

dimana mekanisme pembentukan struktur geologi Sulawesi bisa dijelaskan dengan

model simple shear.

Pulau Sulawesi adalah pulau di negara Indonesia yang mempunyai batuan

penyusun paling kompleks diantara batuan penyususun pulau-pulau yang lain. Dari

beberapa provinsi di wilayah Sulawesi itu sendiri , salah satu daerah yang memiliki

struktur geologi yang kompleks adalah Sulawesi tenggara. Daerah Sulawesi

tenggara merupakan bagian dari kepingan benua kepulauan. Meski demikian ada

beberapa daerah yang temasuk dalam Sulawesi tenggara yang struktur geologinya

masih berkaitan erat dengan proses-proses geologi yang ada di mandala timur yang

terkenal dengan kompleks ofiolitnya.

Dari perkembang pengetahuan tentang peristiwa geologi sejak dahulu, manusia

ingin mengetahuai bagaimana terbentuknya batuan yang mempunyai beraneka

jenis bentuk, struktur, tekstur, warna yang berbeda untuk setiap jenisnya

bagaimana terbentuknya gunung api, perlapisan bumi atau lapisan-lapisan bumi,


gempa, tanah longsor dan lainnya. Juga bagaimana menentukan jurus dan

kemiringan batuan serta menentukan posisi pada peta. pengkajian secara teori

mengenai identifikasi batuan, menentukan strike dan dip serta menentukan posisi

pada peta tidaklah cukup hanya di lakukan di laboratorium saja. Dilakukannya

praktikum lapangan supaya mahasiswa kebumian dapat mengamati sendiri

singkapan batuan, dapat mengukur sendiri strike dan dip serta dapat menentukan

posisi pada peta berdasarkan koordinat yang di berikan oleh GPS yang digunakan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum lapangan petrologi adalah untuk mengamati litologi

penyusun Daerah poros Konawe-Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Adapun tujuan dari praktikum lapangan Fieltrip Geologi Dasar adalah sebagai

berikut

1. Mengetahiu litologi daerah poros konawe-konawe utara

2. Menentukan Strik dan Dip dari singkapan batuan yang didapatkan dilapangan

3. Menentukan titik kordinat dari singkapan batuan

1.3 Waktu, Letak dan Kesampaian daerah

Praktikum lapangan Petrrologi dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 12

November 2016. Perjalanan ke lapangan di daerah Wawolesea kabupaten konawe

utara, dimulai dari pelataran Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas

Halu Oleo pukul 7.00 WITA menggunakan 5 unit bus Damri. Di lapangan terdapat 9

stasiun yang akan menjadi objek pengmatan. Semua praktikan beserta dosen dan

asisten pendamping berjalan menuju daerah yang telah ditentukan mengunakan

kendaraan (bus Damri) dengan waktu 9 jam 20 menit. Dari pelataran Fakultas
Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo menuju stasin 1 membutukan

waktu 1 jam 20 menit . Dari stasiun 1 menuju stasiun 2 membutuhkan waktu

20 menit. Dari stasiun 2 menuju stasiun 3 membutuhkan waktu sekitar 15 menit.

Dari stasiun 3 menuju stasiun 4 membutuhkan waktu sekitar 50 menit. Dari stasiun

4 menuju stasiun 5 membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Dari stasiun 5 menuju

stasiun 6 membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Dari stasiun 6 ke stasiun 7

membutuhkan waktu sekitar 30 menit. S dari stasiun 7 menuju stasin 8

membutukan waktu skitar 30 dan yang terakhir sebelum sampai pada tempat

peristirahatan yaitu dari stasiun 8 ke stasiun 9 membutuhkan waktu sekitar 30

menit. Identifikasi perstasiun membutuhkan waktu sekitar 5-10 menit.

1.4 Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum lapanag ini yaitu :

Tabel 1.4.1 Alat dan bahan

NO Alat dan bahan Kegunaan

1. Kompas Sebagai alat penunjuk arah, penentuan strike,

dip,dan arah penyebaran batuan

2. GPS Sebagai alat untuk menentukan titik koordinat

3. Buku Lapangan Untuk menulis data singkapan dan

geomorfologi.

4. HCL Untuk menentukan reaksi pada sampel

5. Kamer Untuk memotret singkapan

6 Roll Meter Untuk Mengukur singkapan

7 ATK Alat mengisi hasil identifikasi


1.5 Peneliti Terdaluhu

Adapun nama-nama peneliti terdahulu adalah sebagai berikut :

1. Rusman, E Sukido, Sukarna. D. Haryono, E, Simanjuntak T.O 1993. Keterangan

Peta Geologi lembar Lasusua-Kendari, Sulawesi Tenggara, skala 1 :

250.000.puslitbang Geologi Bandung. Bandung

2. Sukamto, R. 1975. Struktural of Sulawesi in the light of Plate Tektonik. Dept. of

Mineral and Energi. Jakarta 21

4. Surono, 2013. Geologi lengan Tenggara Sulawesi. Badan geologi. Kementrian

energi dan sumber daya mineral. Bandung

1.6. Manfaaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui

Litolgi Penyusun Daerah Poros Konawe-Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara.


BAB II

GEOLOGI REGIONAL

2.1 GEOMORMORFOLOGI REGIONAL

Pulau Sulawesi, yang mempunyai luas sekitar 172.000 km2 (van

Bemmelen, 1949), di kelilingi oleh laut yang cukup dalam. Sebagian besar

daratannya dibentuk oleh pegunungan yang ketinggiannya mecapai 3.440 m

(gunung Latimojong). Seperti telah diuraikan sebelumnya, Pulau Sulawesi

berbentuk huruf K dengan empat lengan: LenganTimur memanjang timur laut

baratdaya, Lengan Utara memanjang barat timur dengan ujung baratnya

membelok kearah utara selatan, Lengan tenggara memanjang barat laut

tenggara, dan Lengan Selatan mebujur utara selatan. Keempat lengan tersebut

bertemu pada bagian tengah Sulawesi.

Sebagian besar Lengan Utara bersambung dengan Lengan Selatan

melalui bagian tengah Sulwesi yang merupakan pegunungan dan dibentuk oleh

batuan gunung api. Di ujung timur Lengan Utara terdapat bebera pagunungan

api aktif, di antaranya Gunung Lokon, Gunung Soputan, dan Gunung Sempu.

Rangakaian gunung aktif ini menerus sampai ke Sangihe.LenganTimur

merupakan rangkaian pegunungan yang dibentuk oleh batuan ofiolit.Pertemuan

antara Lengan Timur dan bagian Tengah Sulawesi disusun oleh batuan

malihan, sementara Lengan Tenggara di bentuk oleh batuan malihan dan

batuan ofiolit.

Seperti yang telah di uraikan sebelumnya, pulau Sulawesi dan daerah

sekitarnya merupakan pertemuan tiga lempeng yang aktif bertabrakan. Akibat

tektonik aktif ini, pulau Sulawesi dan daerah sekitarnya dipotong oleh sesar
regional yang masih aktif sampai sekarang. Kenampakan morfologi dikawasan

ini merupakan cerminan sistem sesar regional yang memotong pulau ini serta

batuan penyusunya bagian tengah Sulawesi,lengan tenggara,dan lengan

selatan dipotong oleh sesar regional yang umumnya berarah timur laut

baratdaya. sesar yang masih aktif sampai sekarang ini umumnya merupakan

sesar geser mengiri.

Van bemmelen (1945) membagi lengan tenggara sulawesi menjadi tiga

bagian: ujung utara, bagian tengah, dan ujung selatan Ujung utara mulai dari

palopo sampai teluktolo; dibentuk oleh batuan ofiolit, Bagian tengah , yang

merupakan bagian paling lebar (sampai 162,5 km), didominasi oleh batuan

malihan dan batuan sedimen mesozoikum. Ujung selatan lengan tenggara

merupakan bagian yang relative lebih landai ;batuan penyusunya didominasi

oleh batuan sedimen tersier, uraian dibawah ini merupakan berian morfologi

dan morfogenesis lengan tengah Sulawesi.

Morfologi bagian tengah lengan tenggara sulawesi di dominasi oleh

pegunungan yang umumnya memanjang hampir sejajar berarah barat

tengara. Pegunungan tersebut diantaranya adalah pegunungan mangkuka,

penungan tangke lembuke morfologi tanah ini sangat kasar dengan kemiringan

lereng yang tajam. Puncak tertinggi pada rangkaian pegunungan mangkoka

yang mempunyai ketinngian 2970 m dpl. Dengan ketinngian 1551 m dpl.

Setidakya ada lima satuan morfologi yang dibedakan dan bagian tengah

dan ujung selatan lengan teggara sulawesi yang pegunungan perbukitan tinggi.

Perbukitan rendah dan dataran karst.

Satuan perbukitan tinggi, menempati bagian selatan lengan tenggara.

Terutama di selatan kendari satuan ini terdiri dari bukit-bukit yang


mencapai ketinngian 500 m dpl. Dengan morfologi kasar. Batuan penyusun

moefologi ini berupa batuan klastika mezozoikum dan tersier.

Satuan perbukitan rendah, menempati luas di utara kendari dan ujung

selatan lengan tenngara sulawesi batuan ini terdiri dari bukit kecil dan

rendah dengan morfologi yang bergelombang. Batuan penyusun batuan ini

terutama batuan sedimen klastika dan mesozoikum.

Satuan karst, dicirikan perbukitan kecil dan sungai di bawah permukaan

tanah. Sebagian besar batuan penyusun satuan morfologi didominasi oleh

batu gamping berumur poleoen dan selebihnya batu gamping mesosoikum

perubahan ini erat hubungannya dengan pensesar narkan olehofiolit keatas

kepingan benua. Di sekitar kendari batugamping berubah tersebut

ditambang untuk bahan bangunan.

2.2 STATIGRAFI REGIONAL

Berdasarkan himpunan batuan, struktur dan umur batuan, terdapat 3

kelompok batuan . Pada daerah penelitian yaitu :

1. Batuan Malihan Kompleks Mekongga/ wawolesea

Batuan malihan berderajat rendah (low grade metamorphic) ini merupakan

batuan alas di lengan tenggara Sulawesi. Batuan malihan kompleks

Mekongga ini diperkirakan berumur Permo-Karbon. Dan termasuk

kepada batuan metamorf fasies epidot-amfibolit. Batuan malihan ini

terjadi karena adanya proses burial metamorphism. Batuan penyusunnya

berupa sekis mika, sekis kuarsa, sekis klorit, sekis mika-amfibol, sekis grafit

dan genes.

2. Kelompok Batuan Sedimen Mesozoikum


Di atas batuan malihan itu secara tak selaras menindih batuan sedimen

klastika, yaitu Formasi Meluhu dan sedimen karbonat Formasi Laonti.

Keduanya diperkirakan berumur Trias Akhir hingga Jura Awal. Formasi

Meluhu tersusun dari batusabak, filit dan kuarsit, setempat sisipan

batugamping hablur. Formasi Laonti terdiri atas batugamping hablur

bersisipan filit di bagian bawahnya dan setempat sisipan kalsilutit rijangan.

3. Kelompok Mollasa Sulawesi

Pada Neogen tak selaras di atas kedua mendala yang saling bersentuhan

itu, diendapkan Kelompok Molasa Sulawesi. Batuan jenis Molasa yang

tertua di daerah penelitian adalah Formasi Langkowala yang diperkirakan

berumur akhir Miosen Tengah. Formasi ini terdiri dari batupasir

konglomerat. Formasi Langkowala mempunyai Anggota Konglomerat

yang keduanya berhubungan menjemari. Di atasnya menindih secara

selaras batuan berumur Miosen Akhir hingga Pliosen yang terdiri dari

Formasi Eemoiko dan Formasi Boepinang. Formasi Eemoiko dibentuk

oleh batugamping koral, kalkarenit, batupasir gampingan dan napal.

Formasi Boepinang terdiri atas batulempung pasiran, napal pasiran, dan

batupasir. Secara tak selaras kedua formasi ini tertindih oleh Formasi

Alangga dan Formasi Buara yang saling menjemari. Formasi Alangga

berumur Pliosen, terbentuk oleh konglomerat dan batupasir yang belum

padat. Formasi Buara dibangun oleh terumbu koral, setempat terdapat

lensa konglomerat dan batupasir yang belum padat. Formasi ini masih

memperlihatkan hubungan yang menerus dengan pertumbuhan terumbu

pada pantai yang berumur Resen. Satuan batuan termuda yaitu endapan

sungai, rawa, dan kolovium.


2.3 Struktur Geologi Regional

Struktur geologi di Sulawesi didominasi oleh arah barat laut

tenggara yang berupa sesar mendatar sinistral dan sesar naik Sesar Palu

Koro memotong Sulawesi bagian barat dan tengah, menerus ke bagian utara

hingga ke Palung Sulawesi Utara yang merupakan batas tepi benua di Laut

Sulawesi. Jalur Sesar Palu Koro merupakan sesar mendatar sinistral dengan

pergeseran lebih dari 750 km (Tjia, 1973; Sukamto, 1975), arah gerak sesuai

dengan jalur Sesar Matano dan jalur Sesar Sorong. Sesar Sadang yang

terletak di bagian barat dan sejajar dengan Sesar Palu berada pada lengan

Selatan Sulawesi, lembah Sungai Sadang dan Sungai Masupu yang

sistemnya dikontrol oleh sesar mendatar (Hamilton, 1979).

Sesar Gorontalo merupakan sesar mendatar dekstral (Katili, 1969;

Sukamto,1975) yang berlawanan arah dengan Sesar Palu Koro dan pola

sesar sungkupnya memperlihatkan arah yang konsekuen terhadap platform

Banggai Sula sehingga memberikan gambaran adanya kemungkinan

kompresi mendatar yang disebabkan oleh dorongan platform Banggai Sula

kearah barat.

Sesar Matano merupakan sesar mendatar sinistral berarah barat laut

timur memotong Sulawesi Tengah dan melalui Danau Matano, merupakan

kelanjutan dari Sesar Palu ke arah timur yang kemudian berlanjut dengan

prisma akresi Tolo di Laut Banda Utara.

Sistem Sesar Lawanopo berarah barat laut tenggara, melewati Teluk

Bone dan Sulawesi Tenggara. Sesar ini kemungkinan berperan dalam

pembukaan Teluk Bone, seperti pembukaan yang terjadi di daratan Sulawesi

Tenggara yang merupakan zona sesar mendatar sinistral Neogen. Sesar


Lawanopo memisahkan mintakat benua Sulawesi Tenggara pada lengan

Tenggara Sulawesi dengan metamorf Sulawesi Tengah.

Sesar naik Batui terletak pada bagian timur lengan Timur Sulawesi,

merupakan hasil dari tumbukan platform Banggai Sula dengan Sulawesi

yang menyebabkan pergeseran secara oblique sehingga Cekungan Gorontalo

menjadi terangkat.

Kompleks Pompangeo diduga telah beberapa kali mengalami masa

perlipatan. Perlipatan tua diperkirakan berarah utara selatan atau baratdaya

timurlaut, sedangkan lipatan muda berarah baratlaut tenggara atau barat

timur, serta ada pula yang berarah hampir sama dengan lipatan tua.

Perdaunan atau foliasi juga umumnya berkembang baik dalam satuan

batuan malihan Kompleks Pompangeo dan di beberapa tempat dalam

amfibolit, sekis glaukofan dan serpentin yang tersekiskan dalam Kompleks

Ultramafik. Secara umum perdaunan berarah barat timur dan baratlaut

tenggara. Di beberapa tempat perdaunan terlipat dan pada jalur sesar

mengalami gejala kink banding. Belahan umumnya berupa belahan bidang

sumbu dan di beberapa tempat berupa belahan retak (fracture cleavage).

Belahan retak umumnya dijumpai dalam batupasir malih dan batugamping

malih. Secara umum bidang belahan berarah sejajar atau hampir sejajar

dengan bidang perlapisan; oleh karenanya belahan ini digolongkan

sebagai berjajar bidang sumbu.

Kekar dijumpai hampir pada semua batuan, terutama batuan beku

(Kompleks Ultramafik dan Mafik), batuan sedimen malih Mesozoikum,

dan batuan malihan (Kompleks Pompangeo). Dalam batuan Neogen kekar

kurang berkembang. Sejarah pengendapan batuan di daerah Sulawesi


Tenggara diduga sangat erat hubungannya dengan perkembangan tektonik

daerah Indonesia bagian timur, tempat Lempeng Samudera Pasifik,

Lempeng Benua Australia dan Lempeng Benua Eurasia saling

bertumbukkan.

2.4 Geologi Regional Daerah Wawolesea

Geologi regional untuk wilayah wawolesea diketahui bahwa terdapat

empat jenis morfologi yang ada di daerah wawolesea yaitu : lapis karst,

stalaktik jembatan alam dan travertinit. Pembentukan lapis stalaktik yang

diakibatkan oleh air meteorik jembatan alam terbentuk karna adanya sungai

yang menerobos suatu batu gamping dan travetin terbentuk karna adanya air

yang kaya akan kandungan Ca, serta memiliki kecepatan aliran yang lambat

dan di dukung oleh topografi di bawahnya.

Daerah konawe utara berdasarkan struktur litotektonik terletak pada

mandala timur (East Sulawesi Ophiolit Belt) berupa ofilit yang segmen kerak

samudra berimbrikasi dan batuan sedimen berumur trias-miosen.

Batuan kompleks ofiolit dan sedimen pelagis di Lengan Timur dan

Tenggara Sulawesi dinamakan Sabuk Ofiolit Sulawesi Timur. Sabuk ini terdiri

atas batuan-batuan mafik dan ultramafik disertai batuan sedimen pelagis dan

melange di beberapa tempat. Batuan ultramafik dominan di Lengan Tenggara,

tetapi batuan mafiknya dominan lebih jauh ke utara, terutama di sepanjang

pantai utara Lengan Tenggara Sulawesi. Sekuens ofiolit yang lengkap terdapat

di Lengan Timur, meliputi batuan mafik dan ultramafik, pillow lava dan batuan

sedimen pelagis yang didominasi limestone laut dalam serta interkalasi rijang

berlapis. Berdasarkan data geokimia sabuk Ofiolit Sulawesi Timur ini

diperkirakan berasal dari mid-oceanic ridge (Surono, 1995).


Continental terrain Sulawesi Tenggara (The Southeast Sulawesi

continental terrain = SSCT) menempati area yang luas di Lengan Tenggara

Sulawesi, sedangkan sabuk ofiolit terbatas hanya pada bagian utara

lengan tenggara Sulawesi. SSCT berbatasan dengan Sesar Lawanopo di

sebelah timur laut dan Sesar Kolaka di sebelah barat daya. Dataran ini

dipisahkan dari Dataran Buton oleh sesar mendatar, dimana pada ujung

timur terdapat deretan ofiolit yang lebih tua. SSCT memiliki batuan

dasar metamorf tingkat rendah dengan sedikit campuran aplitic, karbonat

klastik berumur Mesozoikum dan limestone berumur Paleogen. Deretan

sedimen klastik tersebut mencakup formasi Meluhu di akhir Triassic dan unit

limestone yang berumur Paleogen mencakup formasi Tamborasi dan formasi

Tampakura.

Batuan dasar metamorf tingkat rendah membentuk komponen utama

lengan Tenggara Sulawesi. Batuan metamorf tua terkait dengan proses

penguburan, sedangkan batuan metamorf muda disebabkan oleh patahan

dalam skala besar ketika continental terrain Sulawesi Tenggara bertabrakan

dengan sabuk ofiolit, Batuan metamorf ini diterobos oleh aplite dan ditindih

oleh lava kuarsa-latite terutama di sepanjang pantai barat Teluk Bone.

Di daerah konawe utara, batuan dasar secara tidak selaras ditindih

oleh formasi Meluhu berumur Triassic, yang terdiri dari sandstone, shale dan

mudstone. Fragmen batuan metamorf di dalam sandstone

mengindikasikan bahwa area sumber formasi Meluhu didominasi oleh

batuan dasar metamorfik. Batuan metamorf itu mungkin tertutup oleh

sedimen tipis. Adanya sedikit fragmen vulkanik dalam formasi Meluhu

menunjukkan bahwa batuan vulkanik juga membentuk lapisan tipis dengan


cakupan lateral terbatas di daerah sumber. Sedikit fragmen igneous rock

mungkin berasal dari dyke yang menerobos basement metamorf. Umur

formasi Meluhu setara dengan umur formasi Tinala di dataran Matarombeo

dan umur formasi Tokala di dataran Siombok, hal ini disebabkan litologi ketiga

formasi tersebut serupa, dimana terdapat deretan klastik yang dominan

di bagian yang lebih rendah dan karbonat yang dominan di bagian yang lebih

tinggi dari ketiga formasi tersebut. Adanya Halobia dan Daonella di ketiga

formasi tersebut menunjukkan umur akhir Triassic, dimana kehadiran

ammonoids dan polen dalam wilayah Tuetue dari formasi Meluhu sangat

mendukung penafsiran ini. Formasi Tokala di daratan Konawe utara yang

berada di lengan timur Sulawesi, terdiri dari limestone dan napal dengan

sisipan shale dan chert (rijang). Adapun Steptorhynchus, Productus dan

Oxytoma yang sekarang berada di formasi Tokala menunjukan usia Permo-

Carbonaferous. Namun, Misolia dan Rhynchonella ditemukan dalam

lapisan limestone mengindikasikan umur akhir Triassic. Karena kesamaan

litologi antara formasi ini dan bagian atas formasi Meluhu, usia akhir Triassic

mungkin yang paling tepat untuk usia formasi Tokala, sedangkan usia Permo -

Carbonaferous mungkin merupakan usia basementnya, dimana formasi

Tokala ditindih oleh batuan konglomerat pink granite dari formasi Nanaka

yang mungkin berasal dari basement granit Kepulauan Banggai-Sula.


BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Petrologi

Petrologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang

mempelajari batuan pembentuk kulit bumi, mencakup aspek pemerian

(deskripsi) dan aspek genesa-interpretasi. Pengertian luas dari petrologi

adalah mempelajari batuan secara mata telanjang, secara optik/mikroskopis,

secara kimia dan radio isotop. Studi petrologi secara kimia sering disebut

petrokimia yang dapat dipandang sebagai bagian dari ilmu geokimia. Untuk

kuliah dan praktikum mahasiswa Teknik Geologi semester 2 maka studi

petrologi dibatasi secara megaskopis saja. Aspek pemerian antara lain meliputi

warna, tekstur, struktur, komposisi, berat jenis, kekerasan, kesarangan

(porositas), kelulusan (permebilitas) dan klasifikasi atau penamaan batuan.

Aspek genesa interpretasi mencakup tentang sumber asal (source) hingga

proses atau cara terbentuknya batuan. Batuan didefinisikan sebagai semua

bahan yang menyusun kerak (kulit) bumi dan merupakan suatu agregat

(kumpulan) mineral-mineral yang telah menghablur (mengkristal). Dalam arti

sempit, yang tidak termasuk batuan adalah tanah dan bahan lepas lainnya

yang merupakan hasil pelapukan kimia, fisis maupun biologis, serta proses

erosi dari batuan. Namun dalam arti luas tanah hasil pelapukan dan erosi

tersebut termasuk batuan.


Petrologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang

mempelajari batuan-batuan pembentuk kulit bumi, mencakup aspek

pemberian nama (deskripsi) dan aspek genesa-interpretasi. Pengertian luas

dari petrologi adalah mempelajari batuan dengan menggunakan mata

telanjang, optik/ mikroskopis, kimia dan radio isotop.Batuan, merupakan

agregasi (kumpulan) dari berbagai macam mineral ataupun mineral sejenis.

Andesit (sering disebut batu candi) tersusun oleh mineral-mineral plagioklas,

piroksin, hornblende dan sedikit kuarsa. Sedangkan marmer termasuk batuan

metamorf yang oleh mineral kalsit yang mengalami ubahan. Bagian terluar

Bumi yang disebut litosfir disusun oleh masa batuan padat yang keras dan

kaku. Berdasarkan proses pembentukannya batuan dikelompokkan menjadi

tiga jenis batuan: yaitu batuan beku (igneous rocks), batuan sediment

(sedimentary rocks), dan batuan metamorfosa/malihan (metamorphic rocks)

Aspek pemberian nama antara lain meliputi warna, tekstur, struktur,

komposisi, berat jenis, kekerasan, kesarangan (porositas), kelulusan

(permebilitas) dan klasifikasi atau penamaan batuan. Aspek genesa

interpretasi mencakup tentang sumber asal (source) hingga proses atau

cara terbentuknya batuan. Batuan didefinisikan sebagai semua bahan yang

menyusun kerak (kulit)bumi dan merupakan suatu agregat (kumpulan)

mineral-mineral yang telah menghablur (mengkristal). Dalam arti sempit, yang

tidak termasuk batuan adalah tanah dan bahan lepas lainnya yang merupakan
hasil pelapukan kimia, fisika maupun biologis, serta proses erosi dari batuan.

Namun dalam arti luas tanah hasil pelapukan dan erosi tersebut termasuk

batuan.

3.2 Batuan beku

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari permbekuan

magma dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik dibawah permukaan

sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun diatas permukaan sebagai batuan

ekstrusif (vulkanik).

Magma adalah cairan silikat yang sangat panas, mengandung oksida,

sulfida serta volatile. Volatile terdiri dari CO2, Sulfur (S), Chlorine (Cl), Flourine

(F) dan Boron (B) yang dikeluarkan ketika magma membeku. Magma terbagi

menjadi 3 macam :

1. Magma asam (granitis): Magma yang banyak mengandung kuarsa

(SiO2) seperti granit dan diorit dan berwarna terang. Magma ini dapat

menghasilkan letusan yang hebat karena magmanya yang bersifat kental.

Magma tipe ini menghasilkan tipe gunung api komposit (strato) dan gunung

api maar.

2. Magma basa (basaltis):Magma yang banyak mengandung besi dan

magnesium, dan berwarna gelap. Contohnya gabro, muskovit, basalt dan

biotit. Karena sifatnya yang cair magma dapat menutupi wilayah yang luas,
tetapi lapisannya tipis. Jenis magma ini dapat dijumpai pada pematang

samudera dimana kedua lempeng saling menjauh dan berada didataran

vulkanik serta plato pada benua. Tipe gunung api yang dihasilkan dari magma

ini adalah tipe Hawaii, tipe Pahoehoe dan tipe gunung api perisai (tameng)

3. Magma pertengahan (andesitis): magma yang mengandung kuarsa,

besi dan magnesium seimbang, dan berwarna kelabu gelap.

Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang

sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan

terjadi oleh salah satu dari proses-proses :

Kenaikan temperatur.

Penurunan tekanan.

Perbahan komposisi.

Lava adalah cairan larutan magma pijar yang mengalir keluar dari

dalam bumi melalui kawah gunung ber api atau melalui celah (patahan) yang

kemudian membeku menjadi batuan yang bentuknya bermacam-macam. Bila

cairan tersebut encer akan meleleh jauh dari sumbernya membentuk aliran

seperti sungaimelalui lembah dan membeku menjadi batuan seperti lava ropi

atau lava blok (umumnya di Indonesia membentuk lava blok). Bila agak

kental, akan mengalir tidak jauh dari sumbernya membentuk kubahlava dan

pada bagian pinggirnya membeku membentuk blok-blok lava tetapi suhunya


masih tinggi, bila posisinya tidak stabil akan mengalir membentuk awan panas

guguran dari lava

1. Tekstur Batuan Beku

Tekstur pada batuan beku adalah sifat yang menunjukkan derajat

pengkristalan, bentuk butir, ukuran butir dan pola susunan butir mineral-

mineral di dalam massa batuan.

1. Derajat Pengkristalan

Holokristalin, bila massa batuan seluruhnya terdiri dari kristal.

Hipokristalin, bila massa batuan terdiri dari kristal dan gelas

vulkanik.

Holohialin, bila massa batuan seluruhnya terdiri dari gelas

vulkanik.

2. Bentuk Kristal

Euhedral, bentuk kristalnya sempurna.

Subhedral, bentuk kristalnya kurang sempurna.

Anhedral, bentuk kristalnya tidak sempurna.

Berdasarkan keseragaman antar butirnya,batuan beku

dibagi menjadi:
Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir

sama

Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak

sama

3. Pola Susunan Butir

Faneritik, ukuran butir relatif seragam dan dapat dikenali

dengan mata telanjang.

Faneroporfiritik, fenokris dan massa dasar masih dapat dikenali

dengan mata telanjang.

Porfiroafanitik, fenokris dapat dikenali dengan mata telanjang,

massa dasar ridak dapat dikenali dengan mata telanjang.

2. Struktrur Batuan Beku

Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi

batuan beku ekstrusif dan intrusif. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan

perbedaan pada tekstur masing-masing batuan tersebut. Kenampakan dari

batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita

perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku.

3.3 Batuan piroklastik


Batuan piroklastik merupakan batuan yang susunannya disusun oleh

material hasil dari letusan gunung berapi akibat adanya gaya endogen. Yang

kemudian mengalami pengendapan sesuai dengan bidang pengendapannya,

lalu setelah proses pengendapan mengalami proses kompaksi (litifikasi) yang

kemudian menjadi batuan piroklastik

Klasifikasi Endapan Piroklastik

Endapan piroklastik mulanya terjadi akibat adanya jatuhan pada

saat gunung api meletus, dan pada saat pengendapan memiliki ukuran

ketebalan yang sama pada endapannya. Piroklastik lainnya yaitu

piroklastik aliran akan membentuk penebalan apabila pada proses

pengendapannya ada cekungan, dan piroklastik surge penyatuan antara

piroklastik endapan dan piroklastik aliran.

JenisPengendapan
1. PiroklastikJatuhan (Fall)

Endapan jatuhan piroklastik yang terjadi dari letusan gunung api

yang meledak yang kemudian terlempar pada suatu permukaan, memiliki

ketebalan endapan yang relative berukuran sama.

2. PiroklastikAliran (Flow)

Endapan piroklastik yang umumnya mengalir kebawah dari pusat

letusan gunung api yang memiliki kecepatan tinggi pada saat adanya

longsoran. Endapan aliran ini berisikan batu yang berukuran bongkah dan

abu.

3. Piroklastik Surge

Endapan piroklastik surge dihasilkan dari letusan gunungapi yang

kemudian mengalir karena adanya penyatuan dari jatuhan dan aliran.

Mineral Penyusun Batuan Piroklastik

Susunan mineral dari batuan piroklastik tidak jauh berbeda dengan

mineral pembentuk batuan beku. Hal ini disebabkan oleh zat yang

terkandung dalam mineral penyusunnya sama, yaitu magma. Dan yang

membedakannya hanyalah bentuk dari butirannya.Pada batuan beku

butirannya campuran dari beberapa butir, dan batuan piroklastik gabungan

dari butiran.

Tiga Jenis Fragmen Dalam Endapan Piroklastik


1. Fragmen Lava Baru

2. FragmenLitik

3. Kristal Individu

Tekstur Batuan Piroklastik

1. Ukuran Butir

Ukuran butir adalah ukuran dari batuan piroklastik itu sendiri,

terbagi menjadi beberapa macam, yaitu :

Block (untuk yang berbentuk menyudut) dan Bomb (untuk yang

membentuk membulat) berukuran lebih besar dari 32 mm.

Lapili yaitu untuk butiran dari 4 mm 32 mm diameternya.

Debu yaitu batuan yang lebih kecil dari 4 mm.

2. Bentuk Butir

Bentukbutiradalah bentuk dan keadaan batuan tersebut, ada

beberapa macam yaitu

Membulat sempurna, sangat bulat seperti bola.

Membulat hampir seperti bola.

Menyudut, yaitu memiliki sudut-sudut pada permukaannya.

3. Kompaksi

Kompaksiadalah tingkat kekerasan pada batuan piroklastik, ada 2

macam kompaksi yang dikenal dalam batuan piroklastik, yaitu :


Kompak, permukaannya kuat, keras dan padat.

Mudah hancur, bila dipegang meninggalkan serbuk pada tangan.

3.4 Batuan sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi sebagai hasil pengendapan,

pemadatan dan litifikasi hancuran batuan lain (klastik) dan atau pemadatan

dan litifikasi dari hasil reaksi kimia dan organik (nonklastik). Batuan sedimen

klastik yaitu batuan sedimen yang berasal dari rombakan/pecahan masa

batuan atau mineral yang sudah ada lebih dulu.

Tekstur batuan sedimen klastik meliputi:

A. Ukuran butir yaitu dilihat diskala wenworth

B. Derajat kebundaran adalah tingkat lengkung dari setiap tepi

fragmen/butiran. Meliputi:

- Membulat baik (welrounded)

- Membulat (rounded)

- Membulat tanggung (subrounded)

- Menyudut tanggung (sub angular)

- Menyudut (angular)

C. Sortasi yaitu tingkat keseragaman butir. Meliputi:

- Terpilih sangat baik

- Sangat baik

- Terpilih sedang
- Terpilih buruk

- Terpilih sangan buruk

D. Kemas adalah sifat hubungan antar butir, kesatuannya didalam satu masa

dasar atau diantaranya semen. Meliputi:

- Kemas terbuka yaitu butirnya tidak saling bersentuhan.

- Kemas tertutup yaitu butirnya saling bersentuhan.

E. Porositas yaitu perbandingan antara jumlah volume rongga dengan volume

keseluruhan dari satuan batuan. Meliputi:

- Sangat baik

- Baik

- Sedang

- Buruk

F. Permeabilitas yaitu kemampuan untuk menyerap air. Meliputi:

- Baik

- Buruk

3.5 Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan hasil dari perubahan perubahan

fundamental batuan yang sebelumnya telah ada. Proses metamorf terjadi

pada keadaan padat dengan perubahan kimiawi dalam batas batas tertentu

saja dan meliputi proses proses rekristalisasi, orientasi dan pembentukan


mineral mineral baru dengan penyusunan kembali elemen elemen kimia

yang sebenarnya telah ada.

Metamorfosa adalah proses rekristalisasi dikedalaman kerak bumi (3

20 km) yang keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan

padat, yakni tanpa melalui fasa cair. Proses metamorfosa suatu proses yang

tidak mudah untuk dipahami karena sulitnya menyelidiki kondisi dikedalaman

dan panjangnya waktu.

Proses perubahan yang terjadi disekitar muka bumi seperti pelapukan,

diagenesa, sementasi sedimen tidak termasuk kedalam pengertian

metamorfosa.

TIPE TIPE METAMORFOSA

A. Metamorfosa Lokal

Metamorfosa Kontak/Thermal

Panas tubuh batuan intrusi yang diteruskan kebatuan sekitarnya,

mengakibatkan metamorfosa kontak dengan tekanan berkisar antara 1000

3000 atm dan temperatur 300 800oC. Pada metamorfosa kontak,

batuan sekitarnya berubah menjadi hornfels atau hornstone (batutanduk).

Susunan batu tanduk itu sama sekali tergantung pada batuan sedimen

asalnya (batulempung) dan tidak tergantung pada jenis batuan beku di

sekitarnya. Pada tipe metamorfosa lokal ini, yang paling berpengaruh


adalah faktor suhu di samping faktor tekanan, sehingga struktur

metamorfosa yang khas adalah non foliasi, antara lain hornfels itu sendiri.

Metamorfisme Dislokasi/Dinamik/Kataklastik

Batuan ini dijumpai pada daerah yang mengalami dislokasi, seperti

di sekitar sesar. Pergerakan antar blok batuan akibat sesar memungkinkan

akan menghasilkan breksi sesar dan batuan metamorfik dinamik.

B. Metamorfisme Regional

Metamorfisme Regional Dinamotermal

Metamorfisme regional terjadi pada daerah luas akibat

orogenesis. Pada proses ini pengaruh suhu dan tekanan berjalan

bersama sama. Tekanan yang terjadi di daerah tersebut berkisar

sekitar 2000 13000 bars (1 bars = 106 dyne/cm3), dan temperatur

berkisar antara 200 800oC.

Metamorfisme Beban

Metamorfisme yang terjadi jika batuan terbebani oleh sedimen

yang tebal di atasnya. Tekanan mempunyai peranan yang penting dari

pada suhu. Metamorfisme ini pada umumnya tidak disertai oleh

deformasi ataupun perlipatan sebagaimana pada metamorfisme

dinamotermal. Metamorfisme regional beban, tidak berkaitan dengan

kegiatan orogenesa ataupun intrusi magma. Temperatur pada

metamorfisme beban lebih rendah dari pada metamorfisme


dinamotermal, berkisar antara 400 450oC. Gerak gerak penetrasi

yang menghsilkan skistositas hanya aktif secara setempat, jika tidak

biasanya tidak hadir.

Metamorfisme Lantai Samudera

Batuan penyusunnya merupakan material baru yang dimulai

pembentukannya di punggungan tengah samudera. Perubahan

mineralogi dikenal juga metamorfisme hidrotermal (Coomb, 1961).

Dalam hal ini larutan panas (gas) memanasi retakan retakan batuan

dan menyebabkan perubahan mineralogi batuan sekitarnya.

Metamorfisme semacam ini melibatkan adanya penambahan unsur

dalam batuan yang di bawa oleh larutan panas dan lebih dikenal dengan

metasomatisme.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.2 Deskripsi Litologi Perstasiun

a. Stasiun 1

METERAN METERAN METERAN METERAN METERAN

0-1 1-2 2-3 3-4

4-5

JENIS BATUAN SEDIMEN SEDIMEN SEDIMEN SEDIMEN SEDIMEN

KLASTIK KLASTIK KLASTIK KLASTIK KLASTIK

WARNA LAPUK COKLAT

WARNA SEGAR PUTIH ABU-ABU MERAH PUTIH PUTIH

BATA

TEKSTUR

-BENTUK BUTIR ROUNDED ROUNDED ROUNDED ROUNDED ROUNDED

-UKURAN BUTIR LANAU LANAU PASIR LEMPUNG LEMPUNG

-KEMAS TERTUTUP TERTUTUP TERTUTUP TERTUTUP TERTUTUP

-POROSITAS BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK

-PERMEABILITAS RENDAH RENDAH RENDAH RENDAH RENDAH


STRUKTUR BERLAPIS BERLAPIS BERLAPIS BERLAPIS BERLAPIS

KOMPOSISI MATERIAL

-FRAGMEN

PEMBENTUK

-MATRIKS

-SEMEN SILIKA SILIKA SILIKA SILIKA

NAMA BATUAN LANAU LEMPUNG LANAU LEMPUNG LEMPUNG

b. Stasiun 2

DATA SINGKAPAN DATA MORFOLOGI DATA STRUKTUR

Dijumpai singkapan Ditumbuhi oleh tumbuhan Struktur dari singkapan

batuan sedimen pada rambutan, tingkat ini berlapis denga strike

titik koordinat S pelapukannya rendah, dip N128/88

35059,4 E 122236,9 stadia muda, relief yang Dengan arah

dengan arah penyebaran agak curam serta dengan penggambarannya yaitu

N 34E, dimana strike tata guna lahannya hanya N34

dipnya N 128E/88 dan sebagai hutan.

sloopnya 45 dengan

dimensi 3x10 meter.

Warna segar abu-abu,


warna lapuk coklat,

tekstur kristalin, struktur

berlapis dengan nama

batuan adalah

batugamping kristalin.

c. Stasiun 3

DATA SINGKAPAN DATA MORFOLOGI DATA STRUKTUR

Dijumpai suatu Ditumbuhi oleh tumbuhan Struktur dari singkapan

singkapan jenis batuan jati, tingkat ini adalah berlapis,

metasedimen dengan pelapukannyatinggi, stadia dengan slopnya yaitu

strike dip N 260/76 tua, relief yang curam 27 dan strike dipnya

dan slop 27 dengan dengan tata guna lahan yakni N 260/27 serta

arah penggambaran N sebagai area perkebunan. arah penggambaran N

23 E. dengan sifat fisik 23 E pada koordinat S

warna lapuk coklat, 34742,4 E 1222649.

warna segar hitam,

tekstur yang berfoliasi


dengan strukturnya yang

berlapis dimana nama

batuannya adalah

Batulempung

Karbonatan.

c. Stasiun 3

DATA SINGKAPAN DATA MORFOLOGI DATA STRUKTUR

Dijumpai singkapan Ditumbuhi oleh tumbuhan Struktur dari jenis

dengan jenis batuan jati, tingkat singkapan ini adalah

sedimen nonklastik pelapukannyatinggi, stadia berlapis dengan strike

dengan strike dip N tua, relief yang curam dip N 100/60 E, arah

100/60 dengan arah dengan tata guna lahan penggambaran N 38 E

penggambaran N 38 E sebagai area perkebunan pada titik koordinat S

serta arah penyebaran 34742,4 E 1222649.

batuan kearah kuadran

2, dengan warna segar

abu-abu, warna lapuk

coklat, bertekstur

kristalin dan berstruktur


berlapis dengan nama

batuan batugamping

kristalin

d. Stasiun 4

DATA SINGKAPAN DATA MORFOLOGI DATA STRUKTUR

Dijumpai singkapan Ditumbuhi oleh tumbuhan Struktur morfologi ini

batuan sedimen yang bervariasi, dengan adalah berlapis dengan

nonklastik yang berupa tingkat pelapukan yang arah penggambaran N

eksitu dengan arah tinggi, stadianya tua 192 E.

penggambaran N 192E. dengan relief yang landai.

dengan warna segar abu- Dimana tata guna

abu, warna lapuk coklat, lahannya itu sebagai

tekstur nonklastik serta wilayah tambang batu.

strukturnya yang berlapis

dengan nama batuan

batugamping kristalin.

e. Stasiun 5
DATA SINGKAPAN DATA MORFOLOGI DATA STRUKTUR

Dijumpai singkapan Ditumbuhi oleh tumbuhan Morfologi strukturnya

batuan sedimen klastik yang bervariasi, tingkat adalah berlapis dengan

pada daerah Konawe pelapukannya tinggi dan arah gambaran N 101 E.

Utara dengan strike dip N tergolong stadia tua

200 E dengan arah dengan tata guna lahan

penggambaran N101 sebagai perkebunan.

serta slop 19. Memiliki

warna segar abu-abu,

warna lapuk coklat,

ukuran butir 1/16-1/8,

bentuknya rounded,

dengan sortasi buruk,

kemasnya terbuka,

permeabilitas renda, serta

porositas rendah.

Berstruktur berlapis

dengan komposisi

materialnya adalah

lempung dengan nama

batuan batupasir halus.


f. Stasiun 6

DATA SINGKAPAN DATA MORFOLOGI DATA STRUKTUR

Dijumpai singkapan Ditumbuhi oleh tumbuhan Morfologi ini berstruktur

batuan sedimen yang bervariasi dengan berdegradasi dengan

nonklastik dengan warna tata guna lahan sebagai strike dip N 266 E dan

lapuk putih, warna segar tempat wisata slopnya 5 serta arah

hitam, teksturnya amorf permandian air panas. penggambarannya N

dan strukturnya 191 E.

berdegradasi dengan

nama batuan Travertin.


g. Stasiun 7

DATA SINGKAPAN DATA MORFOLOGI DATA STRUKTUR

Dijumpai singkapan Ditumbuhi oleh tumbuhan Morfologi ini berstruktur

batuan sedimen yang bervariasidan juga berlapis dengan arah

nonklastik yang berupa alang-alang, tingkat perlapisan mengikuti dip.

eksitu dengan strike dip pelapukannya tinggi,

N 48 E/83dengan arah dengan stadia tua dengan

penggambaran N 322 E tata guna lahan sebagai

dan slop 25, dengan area perkebunan.

warna segar abu-abu,

warna lapuk coklat,

teksturnya nonklastik,

strukturnya berlapis

dengan nama batuan

batugamping kristalin.
h. Stasiun 8

DATA SINGKAPAN DATA MORFOLOGI DATA STRUKTUR

Dijumpai singkapan Ditumbuhi oleh tumbuhan Morfologi ini berstruktur

batuan metamorf pada mangga, kelapa dan foliasi pada titik koordinat

titik koordinat S jeruk. Tingkat S 034204,7 E

034204,7 E pelapukannya tinggi, 1221709,3 dengan

1221709,3 dengan berstadia tua dengan tata arah gambar N 67 E.

warna lapuk coklat, warna guna lahan sebagai

segar hijau tua, memiliki tempat pemukiman.

tekstur kristaloblastik

serta strukturnya

berfoliasi dengan nama

batuan Sepertinite.

i. Stasiun 9

DATA SINGKAPAN DATA MORFOLOGI DATA STRUKTUR

Dijumpai singkapan Ditumbuhi oleh tumbuhan Morfologi struktur ini

batuan metamorf dengan jati putih dan tumbuhan berupa kristaloblastik

arah foliasi N 191 E. jenis lainnya. Memiliki dengan arah gambaran N

warna lapuknya coklat, tingkat pelapukan yang 195 E.

warna segar hijau, tinggi dengan relief yang


bertekstur kristaloblastik landai, berstadia tua

dan berstruktur foliasi dengan tata guna lahan

dengan nama batuan sebagai perkebunan.

Serpentinit.

j. Stasiun 10

DATA SINGKAPAN DATA MORFOLOGI DATA STRUKTUR

Dijumpai singkapan Ditumbuhi oleh tumbuhan Morfologi ini berstruktur

dengan jenis batuan yang bervariasi dengan massive dengan arah

beku, warna segarnya tingkat pelapukn yang penggambaran N 191 E.

hitam, warna lapuknya tinggi dengan stadia yang

coklat, teksturnya berupa tua serta dengan tata

kristalinitas berupa guna lahan yaitu sebagai

hipokristalin, tempat permandian

granularitasnya yang umum masyarakat

faneritik, dengan bentuk sekitar.

euhedral dan relasinya

inequigranular serta

berstruktur massive.

Nama batuannya adalah

batugranit.
4.2 Pembahasan

Identifikasi yang dilakukan pada stasiun 1 yaitu ditemukan litologi

batuan yang terdari diri batulanau dan batulempung. Batulanau terbentuk dari

hasil pengendapan material-material sedimen yang tertransportasi media air,

angin dan gletser serta memiliki ukuran butir <1/256 mm. Batulempung sama

dengan batulanau terbentuk dari hasil pengendapan material sedimenyang

memiliki ukuran butir <1/256 mm.

Identifikasi yang dilakukan pada stasiun 2 yaitu ditemukan litologi

batuan sedimen nonklastik, yaitu batugamping kristalin dimana proses

terbentuknya yaitu dari hasil pengendapan material-material sedimen yang

tertransportasi ke suatu cekungan dan memiliki tekstur yang dominan Kristal.

Identifikasi yang dilakukan pada stasiun 3 yaitu dijumpai litologi batuan

sedimen yang terdiri dari batulempung karbonatan. Batu inni terbentuk dari

hasil pengendapan material-material yang tertranspor oleh air, angin dan

gletserke suatu cekungan dan tersusun atas mineral-mineral karbonat.

Identifikasi yang dilakukan pada stasiun 4 yaitu dijumpai litologi batuan

sedimen yakni batudolomit. Batu ini terbentuk dari hasil pengendapan

material-material sedimen yang tertransportasi oleh media air, angin dan

gletser sebelum batuan tersebut mengalami reaksi kimia dan aktivitas

organism.
Identifikasi yang dilakukan pada stasiun 5 yaitu dijumpai litologi batuan

dengan jenis batuan sedimen yang merupakan batupasir halus. Batupasir

halus ini terbentuk berdasarkan pengendapan material-material yang

mempunyai ukuran relative sama.

Identifikasi yang dilakukan pada stasiun 6 yaitu dijumpai litologi batuan

dengan jenis batuan sedimen nonklastik berupa Travertin yang merupakan

endapan material-material sedimen.

Identifikasi yang dilakukan pada stasiun 7 yaitu dijumpai litologi batuan

sedimen berupa batugamping kristalin. Batuan ini terbentuk dari hasil

pengendapan material-material sedimen yang tertransportasi ke suatu

cekungan dan memiliki tekstur yang dominan Kristal.

Identifikasi yang dilakukan pada stasiun 8 dan yaitu dijumpai litologi

batuan dengan jenis batuan metamorf berupa serpentinite. Batuserpentinite

ini terbentuk melalui proses metamorfisme.

Identifikasi yang dilakukan pada stasiun 10 yaitu dijumpai litologi

batuan dengan jenis batuan beku yaitu batugranit. Batugranit ini terbentuk

dari proses pendinginan magma dan pengkristalan yang bersifat ultrabasa.


BAB V

DISKUSI

5.1 DAERAH WAWOLESEA

Hasil dari diskusi kelompok kami yaitu bahwa wilayah wawolesea terdapat 4

jenis morfologi yang menyusun wilayah ini yaitu capies karst, stalaktit, jembatan

alam, dan travertin. Pembentukan stalaktit dan capies ini di akibatkan oleh air

meorik, sedangkan jembatan alam karena adanya sungai yang menerobos suatu

batugamping dan travertinterbentuk karena adanya air yang kaya akan kandungan

Ca serta memiliki kecepatan aliran yang lambat dan di dukung topografi di

bawahnya. Wilayah wawolesea ini memiliki sumber air panas (hidrotermal) dan

sampai saat ini belum ada ahli geologi yang dapat memecahkan fenomena alam

ini. Daerah wawolesea ini memiliki banyak jenis abtuan yang dapat di jumpai

seperti batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.

Daerah pemetaan dapat di capai dari kendari ke konawe utara dengan

kendaraan darat. Sarana hubungan dari ibukota kecamatan ke tiap desa ke

konawe hanya dengan kendaraan darat. Perjalanan dari kota kendari ke kabupaten

konawe utara membutuhkan waktu 4 jam menggunakan kendaraan darat.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pada litologi di daerah wawolesea terdapat 3 jenis batuan yaitu batuan

beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Batuan beku adalah batuan

yang terbentuk dari hasil kristalisasi magma. Batuan sedimen yaitu batuan

yang mengalami proses pelapukan, transportasi, pengendapan dan

mengalami litifikasi serta kom[aksi kemudian mengalami pembatuan.

Batuan metamorf adalah batuan yang trerbentuk dari pengaruh suhu,

tekanan, dan aktifitas fluida.

2. Pada data geomorfologi di daerah penelitian terdapat beberapa aspek yang

dapat di amati, seperti luas wilayah, reliefnya (kemiringan lereng, bentuk

lembah, dan puncak). Tingkat pelapukan, jenis dan tipe erosi, jenis gerakan

tanah, soil, sungai, litologimya, struktur geologi dan tata guna lahan.

6.2 Saran

Saran yang dapat di berikan oleh kelompok kami mengenai praktikum

lapangan (fieldtrip) ini agar alat (kompas) di perbanyak lagi supaya pada saat

mengukur strike dan dip tidak menunggu alat dari kelompok lain.
DAFTAR PUSTAKA

Dari buku/ jurnal

Calvert, S. J. & Hall, R., 2003, The Cenozoic Geology Of The Lariang And Karama

Regions, Western Sulawesi: New Insight Into The Evolution Of The

Makassar Straits Region, Proceeding 29th, Indonesian Petroleum

Association.

Rusmana, E., Sukido, Sukarna, D., Haryono, E., Simandjuntak, T.O. 1993.

Keterangan Peta Geologi Lembar Lasusua Kendari, Sulawesi Tenggara,

skala 1:250.000. Puslitbang Geologi, Bandung.

Sukamto, R. 1975. Structural of Sulawesi In The Light of Plate Tectonic. Dept.of

Mineral & Energi, Jakarta 21.

Surono,2013, Geologi Lengan Tenggara Sulawesi, Badan Geologi, Kementrian

Energi dan Sumber daya Mineral, Bandung.

Dari internet

Anonim https://www.academia.edu/8825662/batuan_piroklastik diakses 24

januari 2017 pukul 16.32 )

Hasan Pemetaan 2013 Geologi https://keratongeo.wordpress.com/2013/09/2

8/pemetaan-geologi/ (diakses 24 januari 2017 pukul 16.06 )

Hamzahiya 2013. Petrologi http://hamzahiya2.blogspot.co.id/2013/09/petrologi-

bab-i.html (diakses 24 januari 2017 pukul 16.06 )


Acara : Fieldtrip Petrologi Cuaca : Cerah

Hari,Tanggal : Sabtu , 12 November 2016 No. Stasiun : I

Lokasi pengamatan : Paku jaya

N 180o E

Data singkapan

Di jumpai singkapan batuan batuan sedimen klastik dengan dimensi 4 x

5 meter dengan titik koordinat S 03 56 02,5 dan E 122 24 26. Bersifat

insitu dengan arah penyebaran yang berbeda-beda dimana dengan pada litologi

pertama dari barat timur laut sampai timur tenggara, litologi dua dari barat

timur laut sampai timur tenggara begitu juga dengan litologi tiga dan lima

sedangkan pada litologi empat dari barat sampai ketimur yang bersifat selaras.

Dengan arah foto 90 dengan strike 123, 116,105,90 dan 113 dan dip

66,56,65,66,55.
Data Litologi 1

Dengan jenis batuan sedimen klastik, memiliki warna lapuk coklat dan

warna segar putih dan tekstur yang terdiri dari ukuran butir lempung, bentuk

butir rounded atau membundar dengan porositas rendah dan dengan kemas

tertutup serta permeabilitas tinggi dan dengan struktur berlapis jadi dapat

disimpulkan dari hasil identifikasi bawah nama batuannya adalah batu lempung.

Data Litologi 2

Dengan jenis batuan sedimen klastik, dengan warna lapuk merah dan

warna segar coklat. Dengan tekstur yang terdiri dari ukuran butir lempung,

bentuk butir rounded,sortasi baik,porositas rendah,dengan kemas tertutup serta

dengan permeabilitas tinggi dengan struktur berlapis. Jadi dapat disimpulkan

dari hasil identifikasi nama batuannya adalah batu lempung

Data Litologi 3

Dengan jenis batuan sedimen klastik, dengan warna lapuk coklat dan

warna segar abu-abu. Dengan tekstur yang terdiri dari ukuran butir

lempung,bentuk butir rounded, sortasi baik, porositas rendah dengan kemas

tertutup dan permeabilitas tinggi dengan struktur berlapis. Jadi disimpulkan

bahwa nama batuannya adalah batu lempung.

Data Litologi 4

Dengan jenis batuan sedimen klastik, dengan warna lapuk coklat dan

warna segar abu-abu. Dengan tekstur yang terdiri dari ukuran butir lempung,
bentuk butir rounded, sortasi baik, porositas rendah, kemas tertutup, serta

permeabilitas tinggi dengan struktur berlapis. Jadi dapat disimpulkan nama

batuannya adalah batu lempung.

Data Litologi 5

Dengan jenis batuan sedimen klastik, dengan warna lapuk coklat dan

warna segar merah dengan tekstur yang terdiri dari sortasi baik, porositas

rendahm kemas terbuka, permeabilitas tinggi, dengan tekstur berlapis. Jadi

dapat disimpulkan dari hasil identifikasi bahwa nama batuannya adalah batu

lanau.
Acara : Fieltrip Petrologi Cuaca : Cerah

Hari,Tanggal : Sabtu , 12 November 2016 No. Stasiun :II

Lokasi pengamatan : Wawolesea

N 124o E

Data singkapan

Di jumpai singkapan batuan sedimen non klastik dengan dimensi 3x3

meter pada strike 47o dan dip 27o pada titik koordinat () yang bersifat insitu

memiliki kenampakan hubungan yang selaras dengan sekitarnya dengan arah

penyebaran dari barat daya timur laut dengan arah foto 195o

Data litologi

Litologi pertama di jumpai jenis batuan sedimen non klastik dengan

warna lapuk coklat dan warna segar abu-abu yang memiliki tekstur kristalin

dengan struktur oolitik dengan komposisi mineralnya yaitu kalsit, dolomit, dan
aragonite. Dari ciri fisik yang di miliki batuan ini dapat di ketahui nama

batuannya adalah batulempung karbonat.

Litologi dua di jumpai sedimen non klastik dengan warna segar abu-abu

dan warna lapuk coklat dengan tekstur non klastik dan struktur oolitik,

komposisi mineralnya yang terdiri dari mineral kalsit, dolomit, dan aragonite.

Dari ciri fisiknya dapat di ketahui nama batuan ini adalah batugamping
Acara : Fieltrip Petrologi Cuaca : Cerah

Hari,Tanggal : Sabtu , 12 November 2016 No. Stasiun : III

Lokasi pengamatan : Wawolesea


Data singkapan

Di jumpai singkapan batuan sedimen dengan arah penyebarannya dari

barat laut ke timur tenggara dengan dimensi 2x3 meter yang bersifat insitu,

hubungan dengan batuan di sekitarnya berlapis pada strike dip pada litologi

pertama yaitu 132o dan 45o serta pada litologi kedua yaitu 45o dan 49o pada

titik koordinat

Data litologi

Litologi pertama di jumpai batuan sedimen dan memiliki warna lapuk

coklat dan warna segar abu-abu serta tekstur yang tersusun atas ukuran butir

lempung (<1/256) dengan bentuk angular dan sortasi tertutup dan memiliki

kemas tertutup dengan permeabilitas tinggi serta porositas rendah. Batuan ini
mempunyai struktur yang berlapis. Dari ciri fisik di atas dapat di ketahui nama

batuan ini adalah batulempung karbonatan

Litologi kedua di jumpai jenis batuan sedimen dengan warna lapuk coklat

dan warna segar abu-abu, tekstur batuan ini yaitu non klastik dengan struktur

amorf. Komposisi mineral penyusun batuan ini terdiri dari mineral kalsit, dolomit

dan aragonite. Dari ciri fisik di atas dapat di ketahui nama batuan ini adalah

batugamping.
Acara : Fieltrip Petrologi Cuaca : Cerah

Hari,Tanggal : Sabtu , 12 November 2016 No. Stasiun : IV

Lokasi pengamatan : Wawolesea

Data singkapan :

Di jumpai singkapan batuan batuan sedimen non klastik yang berupa

eksitu dengan arah pengambaran dua dimensi.

Data litologi :

Pada singkapan ini terdapat jenis batuan sedimen non klastik yang

memiliki warna lapuk coklat dan warna segar abu-abu serta teksturnya non

klastik dan memiliki struktur berlapis. Dari data diatas sehingga nama batuan

diatas dapat disimpulkan adalah gamping kristalin.


Data geomorfologi :

Ditumbuhi oleh tumbuhan yang berfariasi dengan tingkat pelapukan

yang tinggi, stadia tua dimana reliefnya landai dan tata guna lahannya

pemukiman.
Acara : Fieltrip Petrologi Cuaca : Cerah

Hari,Tanggal : Sabtu , 12 November 2016 No. Stasiun : V

Lokasi pengamatan : Wawolesea

N 160O E

Data singkapan :

Dijumpai singkapan sedimen non klastik dengan dimensi dua kali lima
meter dengan arah penyebarannya dari barat daya ke timur laut yang bersifat
insitu dengan kenampakan atau hubungan batuan sekitarnya selaras dengan
arah foto 160o dengan slop 10o.

Data litologi :
Dengan jenis batuan sedimen non klstik dengan warna lapuk coklat dan
warna segar abu-abu dengan tekstur kristalin dengan komposisi mineral yang
terdiri dari kalsit, dolomit, dan aragonit. Dengan struktur styolit. Dengan
keterangan bereaksi dengan hcl namun tidak terlalu banyak. Jadi dapat
disimpulkan pada hasil identifikasi nama batuannya adalah batugamping.
Acara : Fieltrip Petrologi Cuaca : Cerah

Hari,Tanggal : Sabtu , 12 November 2016 No. Stasiun : VI

Lokasi pengamatan : Wawolesea

Data singkapan:

Di jumpai singkapan batuan sedimen non klastik dengan dimensi 2x2

meter. Bersifat insitu dengan arah penyebaran dimana hubungan batuan yang

selaras di sekitarnya.

Data litologi
Jenis batuan edimen non klastik warna lapuk abu-abu dan warna segar

putih, dengan tekstur kristalin, dan komposisi mineral yang terdiri dari kalsit,

dolomit dan aragonit dan struktur cone in cone. Jadi dapat di simpulkan dari

hasil identifikasi batuanya bernama batugamping evaporit.


Acara : Fieltrip Petrologi Cuaca : Cerah

Hari,Tanggal : Sabtu , 12 November 2016 No. Stasiun : VII

Lokasi pengamatan : Wawolesea

Data singkapan

Di jumpai pada singkapan batuan sedimen non klastik yang berupa insitu

dengan strike n 48c / 83 dengan arah penggambaran N 322 c dan slope 25.

Dimana mempunyai warna lapuk coklat serta warna segar abu-abu, dengan

tekstur non klastik serta strukturnya berlapis dengan nama batuan

batugamping kristalin.

Data morfologi:
Ditumbui oleh tumbuhan berfariasi dan juga alang-alang. Dengan tingkat

pelapukan tinggi dengan stadia tua, denga tata guna lahan yaitu sebagai

perkebunan.

Data struktur

Morfologi ini bertstruktur berlapis dengan arah perlapisan mengikuti dip.


Acara : Fieltrip Petrologi Cuaca : Cerah

Hari,Tanggal : Sabtu , 12 November 2016 No. Stasiun : VIII

Lokasi pengamatan : Wawolesea

Data singkapan

Di jumpai singkapan batuan metamorf dengan arah foliasi 270 yaitu

bersifat insitu dengan arah penyebaran yag selaras.

Data litologi

Dengan jenis batuan metamorf dengan warna segar hijau dan warna

lapuk abu-abu, dengan tekstur lepidoblastik, dengan struktur foliasi, denga

komposisi mineral terdiri dari olivin, serpetin, piroksin,amphibole, oligoklas dan

kuarsa. Jadi dapat di simpulkan nama batuanya adalah serpentin.


Acara : Fieltrip Petrologi Cuaca : Cerah

Hari,Tanggal : Sabtu , 12 November 2016 No. Stasiun : IX

Lokasi pengamatan : Wawolesea

Data singkapan

Di jumpai singkapan batuan beku ultrabasa dengan dimensi 5x6 meter

yang bersifat insitu. Kenampakan hubungan dengan batuan di sekitarnya

selaras.

Data litologi

Di jumpai batuan beku ultrabas dengan warna lapuk abu-abu dan warna

segar hijau dengan tekstur kristalinitas adalah hipokristalin dengan granularitas

porfiritik dengan bentuk euhedral-subhedral serta relasi in equigranular.

Komposisi mineral penyusun batuan ini terdiri dari mineral olivin, biotit,
oligoklas, kuarsa dan piroksen, Struktur batuan ini massive. Dari ciri fisik di atas

ldapat di ketahui nama batuan ini adalah peridotit

Вам также может понравиться