Вы находитесь на странице: 1из 53

1

LAPORAN LONG CASE STUDY


KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
PUSKESMAS 1 TAMBAK

GOUT ARTRITIS

Disusun Oleh :
Aqmarina Rachmawati
G4A014118

Pembimbing :
dr. Madya Ardi Wicaksono, M.Sc
dr. Yudanti Primasari

KEPANITERAAN KLINIK STASE KOMPREHENSIF


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2017
2

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA


LONG CASE GOUT ARTRITIS
PUSKESMAS TAMBAK 1

GOUT ARTRITIS

Disusun Oleh :
Nama : Aqmarina Rachmawati
NIM : G4A014118

Disusun untuk memenuhi laporan Kepaniteraan Klinik Stase komprehensif


Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan:


Pada tanggal, Januari 2017

Preseptor Lapangan Preseptor Fakultas

dr. Yudanti Primasari dr. Madya Ardi Wicaksono, M.Sc


NIP. 19850623.201502.2.001 NIP. 19810511.201012.1.003
3

BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. S


Alamat lengkap : Jl. Masjid Almatum 3/8
Bentuk Keluarga : nuclear family

Tabel 1.1 Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah
Pendidikan
No Nama Kedudukan L/P Umur Pekerjaan
terakhir
1 Tn. S Bapak L 54 SD Petani
2 Ny. S Ibu P 51 SD Pedagang
3 Nn. W Anak P 20 SMA Pelajar
Kandung
4 An. T Anak P 14 SD Pelajar
Kandung
Sumber : Data Primer, Januari 2017

Kesimpulan dari karakteristik demografi di atas adalah bentuk keluarga


dari Tn. S adalah nuclear family. Ibu (Ny. S) menderita penyakit gout artritis
sejak 2 tahun yang lalu. Bapak (Tn.S) menderita penyakit gout artritis sejak 3
bulan yang lalu.
4

BAB II
STATUS PENDERITA

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 51 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Kewargenegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Jl.Masjid Almatum RT 03/08 Desa Gumelar Lor
Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas

B. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama : Nyeri seperti ditusuk jarum-jarum kecil
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Onset : 2 tahun yang lalu
Lokasi : Jari kaki dan kedua lutut
Kuantitas : Sepanjang hari
Kualitas : Mengganggu aktivitasnya sebagai
pedagang
Yang memperberat : Memakan sayur hijau, kacang-kacangan
dan daging berlemak. Nyeri semakin
berat saat pagi hari bangun tidur, dan
saat digerakkan
Yang memperingan : Konsumsi obat dokter
Gejala penyerta : Seluruh sendi terasa kaku ,pegal dan sulit
digerakkan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat penyakit jantung : disangkal
b. Riwayat hipertensi : disangkal
5

c. Riwayat diabetes melitus : disangkal


d. Riwayat trauma : disangkal
e. Riwayat alergi : Pada suhu yang terlalu
tinggi, pasien menjadi pilek dengan sekret encer berwarna
bening yang mereda disaat siang.
f. Riwayat rawat inap di rumah sakit : diakui. 1 tahun yang lalu,
pasien mondok dengan keluhan nyeri hilang timbul pada
pinggang, terdiagnosis dengan batu ginjal dan telah dilakukan
tindakan laser

4. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat penyakit jantung : disangkal
b. Riwayat hipertensi : disangkal
c. Riwayat diabetes : disangkal
d. Riwayat alergi : diakui. Anak kedua (An.T) alergi
ikan asin yang dikeringkan

5. Riwayat Sosial dan Exposure


a. Community
Pasien tinggal bersama suaminya, dan kedua anaknya.
Semenjak pasien lahir hingga sekarang, pasien tinggal di daerah
ini. Tetangga di sekitar rumah pasien kebanyakan masih
berkerabat dekat. Kakak dan adik-adik pasien juga tinggal
berdekatan dengan rumah pasien saat ini. Pasien rutin mengikuti
kegiatan arisan, atau kumpul rukun tetangga
b. Home
Pasien tinggal di Desa Gumelar Lor, Kecamatan Tambak.
Pasien tinggal di sebuah rumah permanen dengan jumlah
penghuni empat orang penghuni, yakni pasien, suami dan kedua
anak pasien. Terdapat tujuh ruangan di rumah pasien, yakni ruang
tamu berukuran 4 x 3 m2, 3 buah kamar berukuran 3 x 3 m2, dapur
berukuran 2 x 2,5 m2 dan dua kamar mandi berukuran 1,5x2 m2.
Seluruh ruangan berdinding tembok permanen dan alas berupa
lantai keramik
6

Jumlah ventilasi dan pencahayaan di masing-masing


ruangan cukup. Sumber air bersih yang digunakan pasien untuk
kebutuhan sehari-hari berasal dari sumur dan air mineral galon.
Pada halaman belakang pasien memiliki sepuluh ayam dan empat
kambing yang digunakan untuk keperluan pribadi saja, tidak
diperjual belikan secara bebas.
c. Hobby
Pasien suka memasak dan beberapa kali telah mengikuti
les memasak pada perkumpulan yang ia ikuti.
d. Occupational
Pasien adalah pedagang baju di pasar saat pagi hingga
siang hari. Sore dan malam pasien dirumah untuk mengurus
keluarga. Pasien merupakan salah satu pengurus PKK
dilingkungannya.
e. Personal habit
Pasien dan keluarga memiliki kebiasaan untuk menjaga
kebersihan yang cukup baik. Sebelum makan, pasien selalu
mencuci tangan terlebih dahulu. Makanan yang dikonsumsi
pasien pun dijaga kebersihannya. Begitu juga dengan kondisi
rumah pasien yang dibersihkan setiap harinya. Akan tetapi, pasien
mengaku tidak rutin berolahraga.
f. Diet
Pasien sekitar 10 tahun terakhir suka mengkonsumsi daging
dan memakan emping. Untuk makanan sayur-sayuran hijau, tahu
tempe dan kacang-kacangan pasien mengaku mengkonsumsi
dalam jumlah secukupnya seperti 3 kali seminggu dalam 3-4
tahun terakhir. Namun semenjak memiliki kadar asam urat yang
tinggi, pasien mulai mengurangi kegemaran konsumsinya tersebut
sekitar 1 kali seminggu.
g. Drug
Pasien tidak memiliki alergi obat. Pasien diketahui telah
menderita penyakit gout artritis sejak 2 tahun yang lalu. Pasien
mengaku tidak rutin meminum obat.
6. Riwayat Gizi
7

Pasien makan teratur tiga kali dalam sehari dengan


memperbanyak konsumsi sayur putih dan mengurangi sayur hijau
sejak mengetahui memiliki kadar asam urat yang tinggi 2 tahun yang
lalu. Pasien mengaku untuk konsumsi tempe dan kacang-kacangan
sudah dikurangi, namun untuk daging berlemak pasien
mengkonsumsinya setidaknya satu kali tiap minggunya. Pasien tidak
mengkonsumsi susu. Pasien sesekali mengkonsumsi buah seperti jeruk.
Tidak ada riwayat gizi kurang ataupun gizi buruk pada pasien dan
keluarga.
7. Riwayat Psikologi
Pasien termasuk orang yang terbuka. Pasien sering
menceritakan masalah maupun keluhan mengenai pekerjan dan
penyakitnya pada keluarga terutama suaminya.
8. Riwayat Ekonomi
Pasien memiliki kondisi ekonomi menengah ke atas. Pasien
merupakan pedagang yang memiliki penghasilan. Suami pasien
bekerja sebagai petani. Kebutuhan keuangan keluarga ditanggung
bersama oleh suami dan pasien.
9. Riwayat Demografi
Hubungan antara pasien dengan keluarganya cukup harmonis.
Hal tersebut dapat terlihat dari komunikasi pasien dengan suaminya
yang tampak baik, dan seringnya pasiennya menyatakan keluh kesah
kepada suami. Suami cukup sering mengantar pasien jika ingin
berobat ke pelayanan kesehatan. Dari keluarga, pasien mengaku
bahwa keluarganya telah memberikan dukungan terhadap penyakitnya
dengan sering mengingatkan diet rendah purin pada berbagain
kesempatan.
10. Riwayat Sosial
Tetangga di sekitar rumah pasien merupakan kerabat dekat
pasien. Pasien aktif dalam mengikuti kegiatan RT, arisan atau PKK.
Lingkungan pekerjaan di pasar menurut pasien juga cukup nyaman.
Pasien mengaku tidak pernah mengalami perselisihan dengan tetangga
atau dengan pedagang lainnya di pasaar.
11. Anamnesis Sistemik
8

a. Keluhan Utama : Nyeri seperti ditusuk jarum-jarum kecil di


jari kaki dan kedua lutut.
b. Kulit : Warna sawo matang
c. Kepala : Simetris, ukuran normal, sakit
kepala (-)
d. Mata : Penurunan penglihatan (-)
e. Hidung : Keluar cairan (-)
f. Telinga : Pendengaran jelas,keluar cairan (-)
g. Mulut : Sariawan (-), mulut kering (-)
mukosa merah muda
h. Tenggorokan : Sakit menelan (-)
i. Pernafasan : Sesak nafas (-), mengi (-),batuk (-)
j. Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada (-)
k. Sistem Gastrointestinal : Mual (-), kembung (-), nyeri perut
bagian atas (-), BAB (+) normal.
l. Sistem Muskuloskeletal : Lemas (-)
m. Sistem Genitourinaria : BAK (+) N
n. Ekstremitas : Atas : Bengkak (-), nyeri (-)
Bawah: Bengkak (-), nyeri (+)
terutama saat digerakkan

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum/kesadaran
Sedang / compos mentis
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 90 x/menit
c. RR : 18 x/menit
d. Suhu : 36,5 oC per axiller
3. Status gizi
BB : 68 kg
TB : 158 cm
BMI : 27,2 kg/m2
Status gizi : obesitas I
4. Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, sebagian
9

rambut berwarna putih, tidak mudah dicabut.


Venektasi temporal (-/-)
5. Kulit : Sianosis (-), ikterik (-), keriput, tugor kulit normal
6. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata
cekung (-/-), pupil bulat isokor (3mm/3mm)
7. Telinga : Bentuk dan ukuran normal, cairan sekret (-/-)
8. Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), discharge (-/-).
9. Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa mulut basah (+)
10. Tenggorokan : Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
11. Leher : JVP 5 + 2 cmH2O, Deviasi trakea (-), limfonodi
cervicalis tidak teraba membesar
12. Thoraks :
Paru
Inspeksi : Simetris, retraksi (-/-), ketertinggalan gerak (-/-)
Palpasi : Simetris, ketertinggalan gerak (-/-), vokal fremitus
Paru kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri, batas
paru hepar SIC V LMCD
Auskultasi : Suara dasar vesikular (+/+), RBK (-/-), RBH basal
(-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC VI 2 jari lateral LMCS
Pulsasi parasternal dextra sinistra (-/-) pulsasi
epigastrium (-)
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC VI 2 jari lateral LMCS,
kuat angkat (-)
Perkusi : Batas jantung kanan atas SIC II LPSD
Batas jantung kiri atas SIC II LPSS
Batas jantung kanan bawah SIC V LPSD
Batas jantung kiri bawah SIC VI 2 jari lateral
LMCS
Auskultasi : S1>S2, reguler, murmur (-), gallop (-)
13. Punggung : Skoliosis (-)
14. Abdomen
Inspeksi : cembung
10

Auskultasi : Bising usus (+) normal


Perkusi : Timpani
Palpasi : Abdomen supel, pekak sisi (-), pekak alih (-), nyeri tekan
(-) tes undulasi (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba
15. Genitalia : Tidak diperiksa
16. Anorektal : Tidak diperiksa
17. Ekstremitas
Superior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-), tofus (-/-)
Inferior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-), tofus (-/-)
Kaki diabetic (-).
Genu Gerakan aktif (+/+) nyeri, pasif (+/+) nyeri
Digiti Pedis Gerakan aktif (+/+) nyeri, pasif (+/+) nyeri
18. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : Dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : Dalam batas normal
Fungsi Sensorik : Dalam batas normal
Fungsi motorik :
KM 5 5 T N N RF + + RP - -
5 5 N N + + - -
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan asam urat : 9 mg/dl

E. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Urin Rutin
2. Profil Lipid
a. HDL
b. LDL
c. Koleterol Total
d. Trigliserid
3. Fungsi Ginjal
a. Ureum
b. kreatinin
11

F. RESUME
Anamnesis
Ny.S datang ke Puskesmas Tambak 1 dengan keluhan nyeri seperti
ditusuk jarum-jarum kecil pada kedua jari dan kedua lutut, sejak 2 tahun yang
lalu. Nyeri dirasa sepanjang hari, dan mengganggu aktivita. Nyeri dirasa
semakin berat saat memakan sayur hijau, kacang-kacangan dan daging
berlemak. Nyeri dirasa berkurang saat mengkonsumsi obatdokter. Nyeri juga
ditambah rasa kaku, pegal dan sulit digerakkan.
Penderita Ny. S usia 51 tahun, tinggal dalam satu rumah bersama
suami, dan kedua anak kandung sehingga bentuk keluarga disebut nuclear
family. Kondisi psikologi keluarga cukup baik, yang terlihat dari suami yang
turut mengantar pasien, dan pengankuan pasien sendiri yang mengatakan ia
cukup terbuka terhadap berbagai masalah atau keluhan yang ia miliki. Status
ekonomi pasien termasuk kelas menengah keatas. Pasien bekerja sebagai
pedagang, dan suami sebagai petani yang memiliki beberapa petak sawah.
Pasien memiliki hubungan yang harmonis dengan suami, anak, saudara
maupun tetangga dna rekan kerja.

Pemeriksaan Fisik
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit regular
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,5oC
Fungsi Sensorik : Nyeri pada kedua sendi lutut dan jari kaki seperti ditusuk-
tusuk jarum kecil terutama saat digerakkan
Pemeriksaan Penunjang
Asam urat: 9 mg/dl

G. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek personal
Ny. S, usia 51 tahun tinggal bersama dengan suami dan kedua anak
kandung sehingga bentuk keluarga nuclear family.
a. Idea : Pasien datang ke Puskesmas Tambak 1 untuk berobat
b. Concern : Pasien merasa nyeri seperti ditusuk jarum kecil pada jari
kaki dan kedua lutut terutama saat digerakkan.
12

c. Expectacy : Pasien mempunyai harapan penyakitnya segera sembuh


agar dapat beraktivitas
d. Anxiety : nyeri yang pasien rasakan dirasa akan menurunkan
produktivitas penjualan barang dagangan saat dipasar
2. Aspek klinis
Diagnosis Kerja : Gout Arthritis
Gejala klinis : nyeri seperti tertusuk dirasa di persendian
Diagnosis Banding : Osteoartritis, Reumatoid Artritis
3. Aspek faktor intrinsik
Aspek faktor risiko intrinsik individu diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Pasien berjenis kelamin perempuan berusia 51 tahun
b. Pasien gemar mengkonsumsi makanan daging berlemak dan emping
c. obesitas
4. Aspek faktor ekstrinsik
Aspek faktor ekstrinsik pada pasien diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Tingkat pendidikan pasien rendah
b. Pasien turut aktif dalam kegiatan ibu PKK yang sering mengadakan
acara memasak sehingga pasien kesulitan untuk mengatur diet untuk
mengontrol kadar asam uratnya
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Pasien mengeluh nyeri dan kaku sendi yang mengganggu pekerjaan
pasien sebagai pedagang pakaian di pasar. Skala penilaian fungsi sosial
adalah 2, pasien mulai membatasi aktivitas pekerjaan sebagai pedagang,
namun aktivitas perawatan diri tidak terganggu.

H. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
1. Personal Care
Aspek kuratif
a. Medikamentosa
1) Anti Gout : Allopurinoll 100 mg 1x1
2) Anti Inflamasi : Meloxicam 5 mg 1x1
13

b. Non Medikamentosa
1) Olah raga secara teratur minimal 3 kali dalam seminggu selama
kurang lebih 15 menit, olahraga non-weight bearing seperti
berenang atau bersepeda.
2) Diet makanan rendah purin
3) Bed rest atau cukup istirahat bila nyeri hebat
c. Konseling, Informasi, dan Edukasi
1) Edukasi pasien mengenai definisi gout artritis
2) Edukasi pasien mengenai etiologi gout artritis
3) Edukasi pasien mengenai faktor risiko gout artritis
4) Edukasi pasien mengenai tanda dan gejala gout artritis
5) Edukasi pasien mengenai pencegahan gout artritis
6) Edukasi pasien mengenai komplikasi gout artritis
7) Edukasi pasien mengenai pengobatan gout artritis
Aspek Preventif dan Promotif
a. Konseling mengenai penyakit yang diderita pasien.
b. Menjelaskan diet yang baik sesuai kebutuhan pasien.
c. Menghimbau untuk rutin berolah raga
b. Motivasi pasien untuk rutin mengkonsumsi obat dan memeriksakan
kondisi kesehatannya ke unit pelayanan kesehatan terdekat
Aspek Rehabilitatif
Motivasi pasien untuk melakukan kontrol rutin untuk mencegah
komplikasi.
Motivasi pasien untuk melakukan fisioterapi mandiri dirumah seperti rutin
olahraga berenang
Monitoring
Monitoring terhadap keadaan umum, tanda vital, kemajuan terapi,
kemajuan aktivitas fisik pasien, dan kadar asam urat pasien minimal setiap
satu bulan sekali.
2. Family Care
a. Edukasi kepada keluarga terdekat agar pasien menghindari hal-hal
yang mampu memperberat gejala
b. Edukasi mengenai tanda dan gejala yang mengharuskan pasien dibawa
ke unit pelayanan kesehatan
14

c. Edukasi keluarga untuk selalu memotivasi pasien agar menjaga


kondisi kesehatan pasien
d. Edukasi keluarga untuk mencegah terjadinya penyakit di antara
anggota keluarga yang lain
3. Local Community Care
a. Edukasi komunitas setempat untuk memotivasi pasien agar menjaga
kondisi kesehatan pasien
b. Edukasi komunitas untuk mencegah terjadinya penyakit
H. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

I. FLOW SHEET
Hasil pemeriksaan dan terapi pasien dari awal masuk puskesmas sampai
home visit dijabarkan dalam tabel 2.1
Tabel 2.1. Flow Sheet Ny. S
T N BB TB Lab
No Tgl Problem Planning Target
mmHg x/1 kg
1. 11/01 Nyeri 110/70 100 68 155 Asam Habiskan nyeri
/17 jari kaki obat yang berkurang
Urat
dan diberikan,
11.00 lutut 9 makan
makanan
mg/dl
rendah purin,
berolahraga
secara teratur,
penderita
dianjurkan
istirahat
cukup
2 12/01 Nyeri 110/70 10 68 155 Habiskan nyeri
/2017 jari kaki 8 obat yang berkurang
dan diberikan,
17.00 lutut makan
(berkur makanan
ang) rendah purin,
berolahraga
secara teratur,
penderita
dianjurkan
istirahat
cukup
15

BAB III

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari Ny. S (51 tahun) dan Tn. S (56 tahun) serta
kedua anak kandungnya Nn. W, dan An.T. Ny. S adalah anak keenam
dari delapan bersaudara. Kakak, adik-adik dari Ny. S tinggal berdekatan
di lingkungan. Kedua orang tua Ny.S telah meninggal dunia. Fasilitas
kesehatan yang digunakan oleh Ny. S adalah puskesmas.
2. Fungsi Psikologis
Ny. S tinggal bersama suaminya. Tn. S dan kedua anaknya yang
memiliki perhatian yang cukup baik terhadap Ny. S. Keluarga besar
menjalin silahturahmi melalui arisan keluarga setiap dua bulan sekali.
Keluarga memotivasi pasien melalui gaya hidup sehat dan diet rendah
purin namun keluarga masih jarang untuk memotivasi Ny.S untuk rutin
kontrol ke puskesmas.
3. Fungsi Sosial
Ny. S senang bergaul terlihat dari aktifnya Ny.S dalam berbagai
kegiatan seperti arisan dan PKK. lingkungan perkerjaan di pasar dirasa
cukup harmonis oleh pasien dibuktikan dengan pasien yang selama ini
tidak pernah mengalami perselisihan dengan orang sekitar.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari Tn. S sebagai petani yang memiliki
beberapa sawah dan berasal dari Ny.S sebagai pedagang baju dipasar. Untuk
kedua anak Ny. S belum memiliki penghasilan. Ny. S mengaku bahwa total
penghasilan keluarga cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari.
Pembiayaan puskesmas atau unit kesehatan yang lain ditanggung oleh KIS

B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)


Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R
SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.
A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota
16

keluarga, kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga


secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.
Adaptation
Pasien sering menceritakan keluhannya terhadap keluarga. Sehingga
ketika Ny. S bercerita tentang sakit yang dialaminya atau masalah yang
sedang dihadapi, keluarga selalu berusaha untuk membantu menyelesaikan
masalahnya.
Partnership
Sebagai suami istri, Ny. S dan Tn. S memiliki peran masing-masing
dalam menjalani keseharian rumah tangganya dan saling menghargai satu
sama lain. Kedua anak kandung sebagai pelajar selalu mendukung dan
berusaha membantu masalah atau keluhan yang diutarakan oleh Ny.S.
Growth
Pasien terlihat puas atas segala bentuk dukungan dan bantuan dari keluarga
untuk kegiatan atau hal-hal baru yang hendak dilakukan pasien.
Affection
Pasien merasa puas dengan perhatian keluarga dalam menyayangi pasien.
Pasien mengaku sudah sangat mengenali perilaku dan emosi suami ataupun anak-
anak pasien.
Resolve
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien baik. Pasien mengaku
beberapa kali berkegiatan berlibur bersama keluarga.
Tabel 3.1 A.P.G.A.R SCORE Ny. S terhadap keluarga

Hampir
Hampir Kadang
A.P.G.A.R Ny. K Terhadap Keluarga tidak
selalu -kadang
pernah
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
A keluarga saya bila saya menghadapi v
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
P membahas dan membagi masalah v
dengan saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
G v
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A v
merespon emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll
17

Saya puas dengan cara keluarga saya


R v
dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 8, fungsi fisiologis Ny. S terhadap keluarga baik

Tabel 3.2 A.P.G.A.R SCORE Tn. S terhadap Keluarga


Hampir
Hampir Kadang-
A.P.G.A.R Tn. S tidak
selalu kadang
pernah
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
A keluarga saya bila saya menghadapi v
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
P membahas dan membagi masalah v
dengan saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
G v
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A v
merespon emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya
R v
dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7, fungsi fisiologis Tn. S terhadap keluarga cukup sehat

Tabel 3.1 A.P.G.A.R SCORE Nn. W terhadap keluarga

Hampir
Hampir Kadang
A.P.G.A.R Ny. K Terhadap Keluarga tidak
selalu -kadang
pernah
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
A keluarga saya bila saya menghadapi v
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
P membahas dan membagi masalah v
dengan saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
G v
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A v
merespon emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya
R v
dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7, fungsi fisiologis Nn. W terhadap keluarga cukup sehat
18

Tabel 3.1 A.P.G.A.R SCORE An. T terhadap keluarga

Hampir
Hampir Kadang
A.P.G.A.R Ny. K Terhadap Keluarga tidak
selalu -kadang
pernah
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
A keluarga saya bila saya menghadapi v
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
P membahas dan membagi masalah v
dengan saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
G v
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A v
merespon emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya
R v
dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7, fungsi fisiologis An.T terhadap keluarga cukup sehat

A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (8+ 7+ 7 + 7)/2 = 7.25

Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien cukup baik


Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah 29,
sehingga rata-rata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 7.25. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam
keadaan cukup sehat.

C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)


Fungsi patologis dari keluarga Ny. S dinilai dengan menggunakan
S.C.R.E.E.M sebagai berikut :
Tabel 3.3 S.C.R.E.E.M Keluarga Ny. S
SUMBER PATOLOGI KET
Interaksi sosial keluarga dengan tetangga dan saudara-
saudara di sekitar rumah cukup baik. Banyak tetangga
Social _
yang mendukung dan memotivasi agar kondisinya
membaik.
Dalam kegiatan sehari-hari, Ny. S dan suami berbahasa
Cultural Jawa. Ny. S jarang mempercayai obat-obatan
_
tradisional.
Religion Pemahaman agama baik. Pasien mengaku selalu
_
mengerjakan sholat 5 waktu tepat waktu. Suami pasien
19

sering mengikuti kegiatan sholat berjamaah ke mushola


terdekat.
Ekonomi keluarga ini tergolong menengah keatas
Economic Penghasilan yang didapatkan cukup untuk memenuhi -
kebutuhan sehari-hari.
Pendidikan dasar pasien rendah, sehingga pasien hanya
memahami sebagian saja penjelasan dari dokter.
Education +
Keluarga belum sepenuhnya paham mengenai penyakit
yang diderita
Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga
Medical menggunakan pelayanan puskesmas dan KIS. Akses
_
layanan ke Puskesmas sangat mudah karena letak
rumah pasien yang berdekatan dengan puskesmas.
Keterangan :
1. Education (+) oleh karena pengetahuan hanya terbatas pada penjelasan dan
edukasi oleh dokter puskesmas yang ternyata belum sepenuhnya dipahami
oleh pasien. Keluarga belum sepenuhnya paham mengenai penyakit yang
dialami oleh pasien
Kesimpulan :
Keluarga Ny. S, fungsi patologis yang ditemukan pada fungsi pendidikan.

D. GENOGRAM

1938 - 2010 1940 1940 - 2009 1944 - 2010


69 66
72 76

T T B T

1959 1962 1970 1959 1960 - 2013 1962 1963 1964 1966 1968 1970
57 52 54 53 52 50 48 46
57 54 46

W S R R T Y J R S T S

1997 2002
19 14

W T

Gambar 3.1 Genogram Keluarga Ny. S


Keterangan :
: Perempuan :
: Laki-laki

: Meninggal
: Tinggal satu rumah
20

BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN

A. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU


KELUARGA
1. Faktor Perilaku Keluarga
Pasien gemar mengkonsumsi makanan tinggi purin seperti daging
berlemak dan emping. Sebelum sakit, pasien jarang memeriksakan kondisi
kesehatannya ke pelayanan kesehatan sehingga sulit melakukan tindakan
pencegahan sebelum terkena penyakit. Pasien juga aktif dalam berbagai
perkumpulan, hal ini mengakibatkan pasien sulit mengontrol pola makan
terutama diet tinggi purinnya.
2. Faktor Non Perilaku
Pasien merupakan perempuan diatas usia 40 tahun dan obesitas.
Dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga menengah ke keatas.
Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan pelayanan
puskesmas dan menggunakan KIS.

Diagram 4.1. Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Perilaku:
Gemar mengkonsumsi makanan Lingkungan:
tinggi purin, aktif dalam berbagai Penduduk yang aktif
perkumpulan yang mengakibatkan
sulitnya mengontrol pola makan
dalam kegiatan,
terutama diet tinggi purin. Pasien mengakibatkan resiko
datang ke puskesmas hanya saat konsumsi makanan
ada keluhan saja, dan tidak rutin tinggi purin
berobat atau kontrol

Akses Pelayanan
Kesehatan :
Akses ke pelayanan
Biologis Ny. S kesehatan baik,
Perempuan, usia diatas 40 Gout Artritis pembiayaan
tahun, obesitas kesehatan
ditanggung KIS.

Keterangan:
: Faktor Perilaku

: Faktor Non Perilaku


21

B. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH


1. Gambaran Lingkungan
a. Keadaan rumah
Pasien tinggal di sebuah rumah permanen dengan jumlah
kamar tujuh ruangan, yakni ruang tamu berukuran 4 x 3 m2, , 3 buah
kamar berukuran 3 x 3 m2, dapur berukuran 2 x 2,5 m2 dan dua kamar
mandi berukuran 1,5x2 m2 seluruh ruangan berdinding tembok
permanen dan alas berupa lantai keramik
b. Keadaan Lingkungan sekitar Rumah
Rumah berada di suatu gang yang berjarak 20 meter dari jalan
besar. Kebersihan di lingkungan rumah pasien dinilai cukup baik.
22

BAB V
DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA

A. MASALAH MEDIS
1. Ny. S menderita Gout Artritis

B. MASALAH NON MEDIS


1. Ny. S memiliki pola makanan yang kurang baik. Hal ini dimungkinkan
karena kesadaran diri sendiri yang rendah mengenai hidup sehat.
2. Lingkungan di sekitar rumah pasien adalah komunitas yang sering
membuat Ny. S mengkonsumsi diet tinggi purin seperti pelatihan masak
ibu-ibu pkk.
3. Ny. S ke puskesmas bila saat ada keluhan saja, dan tidak rutin berobat atau
kontrol

C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

Perilaku:
Gemar mengkonsumsi makanan Lingkungan:
tinggi purin, aktif dalam berbagai Penduduk yang aktif
perkumpulan yang mengakibatkan
sulitnya mengontrol pola makan
dalam kegiatan,
terutama diet tinggi purin. Pasien mengakibatkan resiko
datang ke puskesmas hanya saat konsumsi makanan
ada keluhan saja, dan tidak rutin tinggi purin
berobat atau kontrol

Akses Pelayanan
Kesehatan :
Akses ke pelayanan
Biologis Ny. S kesehatan baik,
Perempuan, usia diatas 40 Gout Artritis pembiayaan
tahun, obesitas kesehatan
ditanggung KIS.
23

D. MATRIKULASI MASALAH
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks (Azrul, 1996)
Tabel 5.1 Matrikulasi masalah
I R Jumlah
No Daftar Masalah T
P S SB Mn Mo Ma IxTxR
1. Pasien dan keluarga 5 5 5 4 5 5 5 62500
pasien mempunyai
pengetahuan kurang
mengenai gout artritis
2. Lingkungan rumah 4 5 3 1 1 2 3 360
berada pada komunitas
tinggi konsumsi purin
3. Rendahnya kesadaran 5 4 4 3 4 3 4 11520
diri pasien untuk rutin
kontrol,
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
24

E. PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah
keluarga Ny. S adalah sebagai berikut :
1. Pasien dan keluarga pasien mempunyai pengetahuan kurang mengenai
gout artritis
2. Rendahnya kesadaran diri pasien untuk rutin kontrol,
3. Lingkungan rumah berada pada komunitas tinggi konsumsi purin

Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil adalah keluarga pasien mempunyai
pengetahuan kurang mengenai Gout Artritis. Pengetahuan tentang penyakit
yang kurang ini tentu saja berpengaruh terhadap segala aspek, misalnya cara
mencegah agar tidak terjadi kekambuhan, cara pengobatan, dan lain
sebagainya.

F. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


Beberapa alternatif pemecahan masalah yang bisa dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Pembinaan keluarga meliputi penyakit Gout Artritis mengenai definisi,
faktor risiko, tata cara penatalaksanaan, komplikasi, mencegah terjadinya
komplikasi, dan mencegah terjadinya penyakit ini pada anggota keluarga
yang lain.
2. Pembagian leaflet mengenai penyakit Gout Artritis

G. PENENTUAN ALTERNATIF TERPILIH


Penentuan alternatif terpilih berdasarkan Metode Rinke yang
menggunakan dua kriteria yaitu efektifitas dan efiseiensi jalan keluar. Kriteria
efektifitas terdiri dari pertimbangan mengenai besarnya masalah yang dapat
diatasi, kelanggengan selesainya masalah, dan kecepatan penyelesaian
masalah. Efisiensi dikaitkan dengan jumlah biaya yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah. Skoring efisiensi jalan keluar adalah dari sangat
murah (1), hingga sangat mahal (5).
25

Tabel 5.2 Kriteria dan Skoring Efektivitas dan Efisiensi Jalan Keluar
C
M
I V (jumlah biaya
(besarnya
(kelanggengan (kecepatan yang diperlukan
Skor masalah
selesainya penyelesaian untuk
yang dapat
masalah) masalah) menyelesaikan
diatasi)
masalah)
1 Sangat kecil Sangat tidak Sangat lambat Sangat murah
langgeng
2 Kecil Tidak langgeng Lambat Murah
3 Cukup besar Cukup langgeng Cukup cepat Cukup murah
4 Besar Langgeng Cepat Mahal
5 Sangat besar Sangat langgeng Sangat cepat Sangat mahal
Prioritas alternatif terpilih dengan menggunakan metode Rinke adalah
sebagai berikut:
Tabel 5.3 Alternatif Terpilih
Urutan
Daftar Alternatif Jalan Efektivitas Efisiensi MxIxV
No Prioritas
Keluar M I V C C
Masalah
1 Pembinaan keluarga 4 3 3 2 18 1
meliputi penyakit Gout
Artritis mengenai
definisi, faktor risiko, tata
cara penatalaksanaan,
komplikasi, mencegah
terjadinya komplikasi,
dan mencegah terjadinya
penyakit ini pada anggota
keluarga yang lain.
2 Pembagian leaflet 4 2 2 4 4 2
mengenai Gout Artritis

Berdasarkan hasil perhitungan penentuan alternatif terpilih menggunakan


metode Rinke, didapatkan alternatif terpilih yaitu pembinaan keluarga
meliputi penyakit Gout Artritis mengenai definisi, faktor risiko, tata cara
penatalaksanaan, komplikasi, mencegah terjadinya komplikasi, dan mencegah
terjadinya penyakit ini pada anggota keluarga yang lain dengan skor 18.
26

BAB VI
RENCANA DAN HASIL PEMBINAAN KELUARGA

A. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA


1. Tujuan
a. Tujuan umum
Pasien dan keluarga pasien lebih memahami mengenai penyakit
Gout Artritis serta cara pencegahan agar tidak terjadi komplikasi yang
akan memperparah kondisi pasien.
b. Tujuan khusus
1) Pasien dan keluarga pasien dapat mengerti definisi Gout Artritis
2) Pasien dan keluarga pasien mengetahui faktor-faktor risiko yang
berpengaruh terhadap terjadinya Gout Artritis sehingga dapat
mewaspadai timbulnya penyakit Gout Artritis pada anggota
keluarga lain.
3) Pasien dan keluarga pasien mengetahui cara penatalaksanaan dan
pencegahan Gout Artritis
4) Pasien dan keluarga mengetahui komplikasi yang bisa ditimbulkan
penyakit Gout Artritis serta cara pencegahannya.

2. Materi
Materi yang akan diberikan kepada penderita dan keluarga pasien
adalah dalam bentuk penyuluhan dan edukasi mengenai modifikasi
pengertian, gejala dan tanda, faktor risiko timbulnya penyakit Gout
Artritis, kegunaan/efek samping obat dan cara pembinaan bagaimana
pentingnya pola hidup sehat bagi penderita Gout Artritis.
Kunjungan pembinaan pembinaan keluarga :
Bagaimana seseorang dapat terkena Gout Artritis?
Menjelaskan bahwa Gout Artritis adalah penyakit yang tidak menular
dan diet tinggi purin menjadi salah satu faktor resikonya.
Apa saja gejala dan tanda penyakit Gout Artritis?

Menjelaskan bahwa penyakit memiliki tanda dan gejala yang khas


yaitu sensasi nyeri pada sendi-sendi kecil atau lutut yang terasa seperti
jarum kecil menusuk-nusuk.
27

Apa saja faktor risiko penyakit Gout Artritis?


Menjelaskan bahwa penyakit Gout Artritis memiliki faktor risiko
antara lain pola diet tinggi rutin, dan obesitas.
Bagaimana mengontrol penyakit Gout Artritis?
Menjelaskan bahwa penyakit Gout Artritis bisa dikontrol oleh
penderita. Tindakan pengelolaan yang bisa dilakukan antara lain
mengatur diet dan aktivitas olahraga non-weight bearing.
Seberapa penting melakukan pengobatan rutin?
Pasien dianjurkan pentingnya kedisiplinan dalam pengobatan Gout
Artritis terutama jika sudah lama menderita Gout Artritis (lebih dari 2
tahun). Hal ini diperlukan untuk mengontrol kadar asam urat di dalam
darah. Bila telah dilalui dengan baik, maka kemungkinan penyakit
Gout Artritis dapat dikontrol.
Apa sajaKomplikasi penyakit Gout Artritis?
Pasien diberi edukasi bahwa komplikasi dapat terjadi jika penyakit
Gout Artritis tersebut tidak terkontrol dengan baik. Komplikasi yang
dapat terjadi antara lain adalah gangguan ginjal dan gangguang sendi
permanen.

3. Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah ditentukan
bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan dan
edukasi pada penderita dan keluarga, dalam suatu pembicaraan santai
sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima.

4. Sasaran Individu
Pasien dan keluarga pasien

5. Target Waktu
Hari / Tanggal : Sabtu, 14 Januari 2017
Tempat : Rumah pasien
Waktu : 16.00 WIB

6. Rencana Evaluasi
1. Input : Terdiri dari 1 orang pemberi (pembina) materi pembinaan
28

keluarga
2. Proses : proses pembinaan diikuti dari awal sampai dengan akhir
oleh semua anggota keluarga yang ada di rumah
3. Output : Perubahan perilaku dan penambahan pengetahuan tentang
Gout Artritis yang diukur melalui pertanyaan yang diberikan oleh
pelaksana pembinaan keluarga di akhir proses pembinaan keluarga.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut diantaranya adalah :
a. Apa itu penyakit Gout Artritis? Biasanya dikenal dengan nama
apa?
b. Apa saja faktor risiko penyakit Gout Artritis?
c. Apa gejala jika terkena penyakit Gout Artritis?
d. Bagaimana cara mengobati penyakit Gout Artritis?
e. Apa saja komplikasi yang bisa ditimbulkan penyakit Gout
Artritis?
f. Bagaimana cara mencegah komplikasi penyakit Gout Artritis?
g. Apa saja yang perlu dihindari untuk mencegah penyakit Gout
Artritis ?
7. Angka keberhasilan
>80% : baik
60%-80% : cukup
<60% : kurang

B. HASIL EVALUASI
1. Evaluasi Formatif
Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada 4 orang yaitu pasien dan
seluruh keluarga. Metode yang digunakan berupa konseling edukasi
tentang penyakit Gout Artritis mulai dari definisi, etiologi, komplikasi,
penatalaksanaan serta pencegahan komplikasi dan pencegahan terjadinya
penyakit. Sebelum konseling, pasien diberikan pertanyaan pretest terlebih
dahulu.
2. Evaluasi Promotif
Sasaran konseling sebanyak 4 orang anggota keluarga pasien.
Waktu pelaksanaan kegiatan pada Sabtu, 14 Januari 2017 rumah pasien.
Konseling berjalan dengan lancar dan pasien merasa puas karena merasa
lebih diperhatikan dan lebih paham dengan adanya konseling serta
29

kunjungan untuk memberikan edukasi tentang penyakit yang sedang di


derita Ny. S.
3. Evaluasi Sumatif
Sebelum dilakukan konseling, pasien mengaku belum memahami
penyakit yang diderita, sehingga dengan adanya konseling pasien merasa
puas dan senang karena menjadi lebih paham tentang penyakitnya.
Setelah konseling dilakukan tanya jawab, narasumber memberikan 7
pertanyaan dan pasien dan suami mampu menjawab 6 (85%) pertanyaan,
sementara kedua anak pasien mampu menjawa 5 (71%) pertanyaan
dengan tepat.
30

BAB VII
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Arthritis Pirai (asam urat)

Penyakit asam urat disebut penyakit gout/ penyakit pirai (arthritis

pirai) adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme

(pemecahan) purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam

deoksiribonukleat DNA). Asam urat sebagian besar dieksresi melalu ginjal

dan hanya sebagian kecil melalui saluran cerna (Syukri, 2007).

Purin adalah zat alami yang merupakan salah satu kelompok struktur

kimia pembentuk DNA dan RNA. Ada dua sumber utama purin, yaitu purin

yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan purin yang didapatkan dari asupan

makanan. Zat purin yang diproduksi oleh tubuh jumlahnya mencapai 85%.

Untuk mencapai 100%, tubuh manusia hanya memerlukan asupan purin dari

luar tubuh (makanan) sebesar 15%. Ketika asupan purin masuk kedalam

tubuh melebihi 15%, akan terjadi penumpukan zat purin. Akibatnya, asam

urat akan ikut menumpuk. Hal ini menimbulka risiko penyakit asam urat

(Noviyanti, 2015).

Asam urat sebenarnya memiliki fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai

antioksidan dan bermanfaat dalam regenerasi sel. Setiap peremajaan sel, kita

membutuhkan asam urat. Jika tubuh kekurangan asam urat sebagai

antioksidan maka akan banyak oksidasi atau radikal bebas yang bisa

membunuh sel-sel kita. Metabolisme tubuh secara alami menghasilkan asam

urat. Makanan yang dikonsumsi juga menghasilkan asam urat. Asam urat

menjadi masalah ketika kadar di dalam tubuh melewati batas normal


31

Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena

deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai

akibat dari hiperurisemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat)

disebabkan karena penumpukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari

ginjal. Artritis pirai adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran

khusus, yaitu artritis akut. Artritis akut disebabkan karena reaksi inflamasi

jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat (Arya,

2013).

B. Patofisiologi Arthritis Pirai

Penyakit pirai (gout) atau athritis pirai adalah penyakit yang disebabkan
oleh tumpukkan asam/kristal urat pada jaringan, terutama pada jaringan sendi.
Pirai berhubungan erat dengan gangguan metabolisme purin yang memicu
peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Hiperurisemia
adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah diatas
normal. Secara biokimia akan terjadi hipersaturasi yaitu kelarutan asam urat di
serum yang melewati ambang batasnya. Batasan hiperurisemia secara ideal
yaitu kadar asam urat diatas 2 standar deviasi hasil laboratorium pada populasi
normal (Hidayat, 2009). Biasanya kadar asam urat serum pada penderita gout
lebih dari 6.5-7,0 mg/dl (Bennion, 1979). Kadar normal asam urat dalam darah
adalah 2-5,6 mg/dL untuk perempuan dan 3-7,2 mg/dL untuk laki-laki (Arya,
2013).
Manifestasi hiperurisemia sebagai suatu proses metabolik yang
menimbulkan manifestasi gout, dibedakan menjadi penyebab primer pada
sebagian besar kasus, penyebab sekunder dan idiopatik. Penyebab primer berat
tidak penyakit atau sebab lain, berbeda dengan kelompok sekunder yang
didapatkan adanya penyebab yang lain, baik genetik maupun metabolik. Pada
99% kasus gout dan hiperurisemia dengan penyebab primer, ditemukan
kelainan molekuler yang tidak jelas (undefined) meskipun diketahui adanya
mekanisme akibat penurunan eksresi asam urat urin (undersecretion) pada 80-
32

90% kasus dan peningkatan metabolisme asma urat (overproduction) pada 10-
20% kasus (Noviyanti, 2015).
Sedangkan kelompok hiperurisemia dan gout sekunder, bisa melalui
mekanisme overproduction, seperti gangguan metabolisme purin. Pada
mekanisme undersecretion bisa ditemukan pada keadaan penyakit ginjal
kronik, dehidrasi, diabetes insipidus, peminum alkohol. Selai itu juga dapat
terjadi pada pemakaian obat seperti diuretik, salisilat dosis rendah,
pirazinamid, etabunol (Hidayat, 2009). Pada kasus hiperurisemia dan gout
idiopatik yaitu hiperurisemia yang tidak ditemukan jelas penyebabnya,
kelainan genetik, tidak ada kelainan fisiologis dan anatomi yang jelas
(Sidauruk, 2011).
Menurut Iskandar, 2012 penyebab asam urat darah tinggi
(hiperurisemia) terjadi karena:
1. Pembentukan asam urat berlebihan (gout metabolik):
a. Gout primer metabolik terjadi karena sintesa atau pembentukan asam
urat yang berlebihan.
b. Gout sekunder metabolik terjadi karena pembentukan asam urat
berlebihan karena penyakit. Seperti leukemia, terutama yang di obati
dengan sitostatika, psoriasis, polisitemia vera, dan mielofibrosis.
2. Pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang (gout renal):
a. Gout renal primer terjadi karena gangguan eksresi asam urat di tubuli
distal ginjal yang sehat.
b. Gout renal sekunder disebabkan oleh ginjal yang rusak, misalnya pada
glomerulonefritis kronik, kerusakan ginjal kronis (chronic renal failure).
3. Perombakan dalam usus yang berkurang. Serangan gout (arthritis gout akut)
secara mendadak, dapat dipicu oleh:
a. Luka ringan
b. Pembedahan
c. Konsumsi alkohol dalam jumlah besar atau makanan yang kaya akan
protein purin
d. Kelelahan
e. Stres secara emosional
33

f. Penyakit dan sejumlah obat yang menghambat sekresi asam urat, seperti
salisilat dosis kecil, hidroklorotiazid (diuretik), asam-asam keton hasil
pemecahan lemak sebagai akibat dari terlalu banyak mengkonsumsi
lemak

Kurang lebih 20-30% penderita gout terjadi akibat kelainan sintesa purin

dalam jumlah besar yang menyebabkan kelebihan asam urat dalam darah. Kurang

dari 75% pederita gout terjadi akibat kelebihan produksi asam urat, tetapi

pengeluarannya tidak sempurna (Noviyanti, 2015).

C. Metabolisme Purin dan Asam Urat

Metabolisme Purin

Purin adalah nukleotida yang terdapat di dalam sel yang


berbentuk nukleotida. Nukleotida ini berperan luas dalam berbagai proses
biokimia didalam tubuh. Bersama asam amino, nukleotida merupakan unit
dasar dalam proses biokomia penurunan sifat genetik. nukleotida mempunyai
peran yang penting dalam menjadi penyandi asam nuklead yang bersifat
essensial dalam pemeliharaan dan pemindahan informasi genetic (Noviyanti,
2015).
Nukleotida yang paling dikenal karena peranannya adalah nukleotida
purin dan piramidin. Kedua nukleotida yang berfungsi sebagai prazat
monomerik (pembentuk) asam ribonukleat (RNA) dan asam deoksiribonukleat
(DNA). nukleotida purin yang berhubungan dengan gout. Basa-basa purin yang
terpenting adalah adenin, guanin, hipoxantin, xantin. Di dalam bahan pangan,
purin terdapat dalam asam nukleat berupa nukleoprotein. Di usus, asam nukleat
dibebaskan dari nukleoprotein oleh enzim pencernaaan (Noviyanti, 2015).
Asam nukleat akan dipecah lagi menjadi mononukleotida.
Mononukleotida dihidrolisis menjadi nukleosida yang dapat secara langsung di
serap oleh tubuh dan sebagian di pecah menjadi purin dan piramidin. Purin
teroksidasi menjadi asam urat. Asam urat terbentuk dari hasil metabolisme
ikatan kimia yang mengandung nitrogen yang terdapat dalam asam nukleat
34

yang disebut purin. Asam urat dapat diabsorbsi melalui mukosa usus dan
dieksresikan melalui urin. Pada manusia, sebagian besar purin dalam asam
nukleat yang dimakan langsung diubah menjadi asam urat, tanpa terlebih
dahulu digabung dengan asam nukleat tubuh. Dengan demikian kondisi prazat,
pembentukan purin tersedia dalam jumlah yang mencukupi di dalam tubuh dan
purin bebas dari bahan pangan tidak berfungsi sebagai pembentuk asam
nuklead jaringan tubuh Asam urat sebagian merupakan produk akhir yang
dieksresikan dari pemecahan purin pada manusia (Noviyanti, 2015).

Gambar 1. Patofisiologi Gout

Metabolisme Asam Urat

Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, baik purin yang
berasal dari bahan pangan maupun dari hasil pemecahan purin asam nukleat tubuh.
Dalam serum, urat terutama berada dalam bentuk natrium urat, sedangkan dalam
saluran urin, urat dalam bentuk asam urat. Pada orang normal, jumlah pool asam
urat kurang lebih 1.000 mg dengan kecepatan turn over 600 mg/hari. Berdasarkan
pool asam urat ini, penderita gout dapat dibedakan 2 group. Grup pertama terdiri
dari penderita gout yang mengalami sedikit kenaikan dari besarnya total pool yaitu
1.300 mg dengan turn over normal 650 mg/hari. Grup kedua, penderita gout
35

dengan kenaikan yang jelas dari besarnya pool 2.400 mg dengan turn over
1.200 mg. Enzim yang berperan dalam sintesis asam urat adalah xantin oksidase
yang sangat aktif bekerja dalam hati, usus halus, dan ginjal. Tanpa bantuan enzim
ini, asam urat tidak dapat dibentuk (Arya, 2013).

Nukleo Protein
makanan

Gambar 2. Turn Over Asam Urat

D. Patogenesis Penyakit Arthritis Pirai

Kadar asam urat dalam serum merupakan hasil keseimbangan antar

produksi dan sekresi. Ketika terjadi keseimbangan dua proses tersebut maka

terjadi keadaan hiperurisemia, yang menimbulkan hipersaturasi asam urat yaitu

kelarutan asam urat di serum melawati ambang batasnya, sehingga merangsang

timbunan urat dalam bentuk garamnya terutama monosodium urat di berbagai

tempat/ jaringan (Hidayat, 2009).

Awalan (onset) serangan gout akut berhubungan dengan perubahan

asam urat serum, meninggi ataupun menurun. Pada kadar asam urat serum

yang stabil, jarangan mendapat serangan. Pengobatan dini dengan alopurinol

yang menurunkan kadar asam urat serum dapat mempresipitasi serangan gout

gout. Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium


36

urat dari depositnya dalam tofi (crystal shedding). Pada beberapa pasien gout

atau dengan hiperurisemia asimtomatik kristal urat ditemukan pada sendi

metatarsofalangeal dan lutut yang sebelumnya tidak pernah mendapatkan

serangan akut (Hidayat, 2009).

Pada peneliti yang dilakukan Tehupeiory (2009) didapat 21% pasien

gout dengan asam asam urat normal. Terdapat peranana temperatur, pH dan

kelarutan urat untuk timbul serangan gout akut. Menurunnya kelarutan sodium

urat pada temperatur yang lebih rendah seperti pada sendi perifer tangan dan

kaki, dapat menjelaskan kenapa kristal MSU (monosodium urat) mudah

diendapkan di pada kedua tempat tersebut. Predileksi untuk pengendapan

kristal MSU pada metatarsofalangeal-1 (MTP-1) berhubungan dengan trauma

ringan yang berulang-ulang pada daerah tersebut (Tehupeiory, 2009).

Penelitian Simkin di dalam Tehupeiory (2009) didapatkan kecepatan

difusi molekul urat dari ruang sinovia kedalam plasma hanya setengah

kecepatan air. Dengan demikian konsentrasi asam urat dalam cairan sendi

seperti MTP-1 menjadi seimbang dengan asam urat dalam plasma pada siang

hari selanjutnya bila cairan sendi diresorbsi waktu berbaring, akan terjadi

peningkatan kadar asam urat lokal. Fenomena ini dapat menerangkan

terjadinya awalan (onset) gout akut pada malam hari pada sendi yang

bersangkutan. Keasaman dapat meningkatkan nukleasi urat in vitro melalui

pembentukan dari protonated solid phases (Tehupeiory, 2009).

Walaupun kelarutan sodium urat bertentangan terhadap asam urat,

biasanya kelarutan meninggi, pada penurunan pH dari 7,5 menjadi 5,8 dan

pengukuran Ph serta kapasitas buffer pada sendi dengan gout, gagal untuk

menentukan adanya asidosis. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pH secar

tidak signifikan mempengaruhi kristal MSU sendi (Tehupeiory, 2009).


37

Bertambah tinggi kadar asam urat dan bertambah lama ia menetap,

kemungkinan untuk menderita gout dan terbentuknya kristal urat akan

bertambah besar. Kristal monosodium urat cenderung untuk mengendap pada

jaringan jika konsentrasinya dalam plasma lebih 8-9 mg/dl. Pada PH 7 atau

lebih asam urat ada dalam bentuk monosodium urat (Depkes, 2006). Endapan

terjadi pada permukaan atau pada rawan sendi atau pada synovium dan juga

struktur sendi termasuk bursa, tendon dan selaputnya (Tehupeiory, 2009).

Asam urat tidak menimbulkan sakit pada sendi, yang menimbulkan

rasa sakit adalah pengendapan mikrokristal monosodium urat yang terdapat

pada celah sendi ataupun pembebasan deposit urat pada celah tersebut. Kristal

monosodium urat yang berbentuk jarum berukuran panjang 10 mikron dapat

jelas terlihat dengan mikroskop polarized. Secara eksperimental jika

disuntikkan kristal ini kedalam synovia orang normal maka akan terjadi proses

inflasi mirip serangan gout, sedangkan bila disuntikkan asam urat tidak terjadi

serangan (Tehupeiory, 2009).

Peradangan atau inflasi merupakan reaksi penting pada arthritis pirai

terutama gout akut. Reaksi ini merupakan reaksi pertahanan tubuh non spesifik

untuk menghindari kerusakan jaringan agen penyebab. Peradangan pada

arthritis gout akut adalah akibat penumpukan agen penyebab yaitu kristal

monosodium urat. Pelepasan kristal MSU akan meragsang proses inflasi denan

mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik maupun alternatif. Sel

makrofag, netrofil dan sel radang lain juga teraktivasi, yang akan

menghasilkan mediator-mediator kimiawi yang juga berperan pada proses

inflasi (Hidayat, 2009).


38

E. Tanda-tanda Penyakit Arthritis Pirai

Jumlah asam urat dalam dalam tubuh dicerminkan oleh kadar natrium
urat dalam serum darah. Bila kadar natrium urat dalam serum melampaui daya
larutnya maka serum menjadi sangat jenuh keadaan ini disebut hiperurisemia
dan dapat menstimulir terbentuknya kristal natrium urat yang mengendap.
Daya larut natrium urat dalam serum pada suhu 37 C adalah 7 mg/dl. Pada
suhu yang lebih rendah, kelarutan asam urat dal serum semakin rendah
(Hidayat, 2009).
Kristal natrium urat yang mengendap disebut tofi yang berasal dari kata
tufa yang berarti batu karang. Jika tofi berada di persendian, akan terjadi
arthritis gout akut, sakit rematik, atau radang sendi. Lama kelamaan, keadaan
itu akan mengakibatkan kerusakan sendi dan menimbulkan arthritis gout
kronis. Pada arthritis gout, rasa nyeri yang terjadi pada sendi mempunyai
karakteristik berupa serangan hebat yang timbul sering dimulai pada tengah
malam, padahal pada malam hari tidak merasakan sesuatu apapun. Tofi juga
menumpuk di telinga, tendon, bursa, ginjal, pembulu darah. Di dalam ginjal,
tofi akan membentuk batu asam urat yang biasa dikenal masyarakat sebagai
batu ginjal. Tidak semua batu ginjal berasal dari tofi asam urat, tapi juga dapat
berasal dari kalsium oksalat atau phospat. Pada telinga dan jari, ukuran tofi
mulai sebesar ujung jarum pentul hingga sebesar kelereng (Hidayat, 2009).
Serangan gout pertama hanya menyerang satu sendi dan berlangsung
selama beberapa hari, kemudian gejala menghilang secara bertahap, dimana
sendi kembala berfungsi dan tidak muncul gejala hingga muncul serangan
berikutya (Iskandar, 2012). Serangan pertama umunya mengenai jempol kaki
(MTP 1) yakni kira-kira 70% (Hamdani, 1993). 3-14% serangan juga bisa
terjadi di banyak sendi (poliarthritis). Biasanya urutan sendi yang terkena
serangan gout (poliarthritis) berulang adalah: ibu jari kaki (podogra), sendi
tarsal kaki, pergelangan kaki, sendi kaki belakangan, pergelangan tangan, lutut,
dan bursa olekranon pada siku (Iskandar, 2012).
Perjalanan arthritis pirai terdiri atas beberapa stadium. Tanda-tanda
penyakit gout pada stadium permulaan ditandai oleh hiperurisemia
asimptomatis selama beberapa tahun tanpa diketahui penderita karena tidak ada
39

gangguan apapun yang menyebabkan penderita merasa kesakitan. Pada


stadium ini, terjadi peningkatan kadar asam urat tanpa disertai arthritis, tofi,
maupun batu ginjal (Iskandar, 2012).
Stadium selanjutnya, serangan radang sendi disertai dengan rasa nyeri
yang hebat, bengkak, terasa panas pada sendi kaki. Serangan ini akan hilang
sendiri dalam beberapa hari (10 hari) dan bila diberi obat akan sembuh dalam
waktu kurang lebih tiga hari. Interval serangan yang cukup lama dan sendi
masih dalam keadaan normal disebut arthritis gout akut (Iskandar, 2012).
Setelah satu sampai dua tahun berikutnya, interval serangan bertambah
pendek, terbentuk tofi dan deformasi atau perubahan bentuk pada sendi-
sendiyang tidak dapat berubah ke bentuk seperti semula, ini disebut sebagai
suatu gejala yang irreversibel. Gejala berupa kulit diatasnya akan berwarna
merah atau keunguan, kencang dan licin, serta terasa hangat dan nyeri jika
digerakkan, serta muncul benjolan pada sendi yang disebut tofus. Jika sudah
lima hari, kulit diatasnya akan berwarna merah kusam dan terkelupas
(deskuamasi). Pada kondisi ini, frekuensi kambuh akan penyakit ini semakin
sering dan disertai rasa sakit yang lebih menyiksa akibat adanya tofi (Iskandar,
2012).

F. Gambaran Klinik Penyakit Arthritis Pirai dan Hiperurisemia


1. Hiperurisemia Asimptomatik
Hiperurisemia asimptomatik adalah keadaan kadar asam urat serum
tinggi tanpa adanya manifestasi klinik gout (Hidayat, 2009). Pada kondisi
ini pasien tidak membutuhkan pengobatan. Dalam beberapa hal,
hiperurisemia dapat ditemukan beberapa tahun sebelum serangan (Depkes,
2006). Fase ini akan berakhir ketika muncul serangan akut athritis gout
dan biasanya setelah 20 tahun keadaan hiperurisemia asimptomatik.
Terdapat 10-40% subyek dengan gout mengalami sekali atau serangan
kolik renal, sebelum adanya serangan arthritis.
40

2. Arthritis Gout akut


Serangan pertama biasanya terjadi antara umur 40-60 tahun
pada laki-laki, dan setelah 60 tahun pada perempuan. Onset sebelum 25
tahun merupakan bentuk tidak lazim arthitis gout, yang mungkin
merupakan manifestasi adanya gangguan enzimatik spesifik, penyakit
ginjal atau penggunaan siklosporin. Pada 85-90% kasus, serangan
berupa arthritis monoartikuler dengan predileksi MTP-1 yang biasa
disebut podagra. Gejala yang muncul sangat khas, yaitu radang sendi
yang sangat akut dan timbul sangat cepat dalam waktu singkat (Hidayat
2009).
Serangan timbul secara tiba-tiba pada malam hari selama 2-10
hari (Chairuddin, 2012). Pasien tidur tanpa gejala apapun, kemudian
bangun tidur terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Keluhan
monoartikuler berupa nyeri, bengkak, merah dan hangat, disertai
keluhan sistemik berupa demam, mengigil dan merasa lelah, disertai
lekositosis dan peningkatan laju endap darah. Sedangkan gambaran
radiologis hanya didapat pembengkakan pada jaringan lunak
periartikuler. Keluhan cepat membaik setelah beberapa jam bahkan
tanpa terapi sekalipun (Hidayat 2009).
Pada perjalanan penyakit selanjutnya, terutama tanpa terapi
yang adekuat, serangan dapat mengenai sendi-sendi lain seperti
pergelangan tangan/kaki, jari tangan/kaki, lutut dan siku. Serangan
menjadi lebih lama durasinya, dengan interval serangan yang lebih
singkat, dan masa penyembuhan yang lama. Kelainan pada sendi
metatarsofalangeal terjadi pada 50-70% dari serangan pertama dan
sebagian kecil mengenai sendi besar (panggul dan bahu) serta sendi-
sendi lainnya (Hidayat 2009).
41

Gambar 3. Sendi yang Menjadi Sasaran Utama Arthritis Gout

Berdasarkan penegakan diagnosa arthritis gout akut, dapat digunakan


kriteria dari ACR (American College of Rheumatology ) tahun1977 (Hidayat,
2009):
1. Ditemukannya kristal urat dicairan sendi
2. Adanya tofus yang berisi kristal urat
3. Terdapat 6 dari 12 kriteria klinis, laboratoris dan radiologis yaitu :
a. Terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis akut
b. Inflasi maksimal terjadi dalam waktu satu hari
c. Arthritis monoartikuler
d. Kemerahan pada sendi
e. Bengkak dan nyeri pada MTP-1
f. Arthritis unilateral yang melibatkan MTP-1
g. Arthritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal
h. Kecurigaan adanya tofus
i. Pembengkakan sendi yang asimetris (radiologis)
j. Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis)
k. Kultur mikroorganisme negative pada cairan sendi
42

Gambar 4. Struktur Sendi Yang Terkena Deposisi Kristal Asam Urat

Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet
tinggi purin, kelelahan fisik, tindakan operasi, pemakaian obat deuretik atau
penurunan dan peningkatan asam urat. Penurunan darah secara mendadak
dengan alpurinol atau obat urikosurik dapat menimbulkan kekambuhan
(Hidayat 2009).

3. Arthritis Gout Interkritikal


Merupakan kelanjutan stadium akut, dimana secara klinik tidak
muncul tanda-tanda radang akut, meskipun pada aspirasi cairan sendi
masih ditemukan kristal urat, yang menunjukkan proses kerusakan
sendi yang terus berlangsung progresif. Stadium ini bisa berlangsung
beberapa tahun sampai 10 tahun tanpa serangan akut. Tanpa tatalaksana
yang adekuat akan berlanjut ke stadium gout kronik atau menahun
dengan pembentukan tofi (Hidayat 2009).

4. Arthritis Gout Kronis


Stadium ini umumnya pada pasien yang mengobati sendiri (self
medication) sehingga dalam waktu lama tidak berobat secara teratur
pada dokter. Arthritis gout kronis biassanya ditandai dengan adanya tofi
dan terdapat di poliartikuler, dengan predileksi cuping telinga, MTP-1,
oleh kranon, tendon Achilles dari jari tangan. Tofi sendiri tidak
menimbulkan nyeri, tapi mudah terjadi inflamasi disekitarnya, dan
menyebabkan destruksi yang progresif pada sendi serta menimbulkan
43

deformitas. Selain itu tofi juga sering pecah atau sulit sembuh, serta
terjadi infeksi sekunder (Hidayat 2009).

Gambar 5. Tofi Pada Cuping Telinga

Kecepatan pembentukkan deposit tofus tergantung beratnya dan


lamanya hiperurisemia, dan akan diperberat dengan gangguan fungsi
ginjal dan penggunaan deuretik. Pada beberapa studi didapatkan studi
didapatkan data bahwa durasi dari serangan akut pertama kali sampai
masuk stadium gout kronik berkisar 3-42 tahun, dengan rata-rata 11,6
tahun (Hidayat 2009).
Pada stadium ini sering disertai batu saluran kemih sampai
penyakit ginjal menahun atau gagal ginjal kronik. Timbunan tofi bisa
ditemukan juga pada miokardium, katub jantung, sistem konduksi,
beberapa struktur di organ mata terutama sklera, dan laring. Jika tidak
diobati tofi pada tangan dan kaki bisa pecah dan mengeluarkan kristal
yang menyerupai kapur (Iskandar, 2012). Pada tahap ini, penyakit ini
dapat mengakibatkan kerusakan sendi yang permanen dan kadang juga
ginjal. Dengan pengobatan yang benar, kebanyakan pasien dengan gout
tidak sampai ketahap ini (Hidayat 2009).
44

Gambar 6. Arthritis Gout Kronik Tanpa Pengobatan

G. Komplikasi Penyakit Arthritis Pirai


1. Penyakit Ginjal
Komplikasi asam urat yang paling umum adalah gangguan-
gangguan pada ginjal. Gangguan pada ginjal terjadi akibat dari penangan
pada penderia asam urat akut terlambat menangani penyakitnya. Pada
penderita asam urat ada dua penyebab gangguan pada ginjal yaitu terjadinya
batu ginjal (batu asam urat) dan risiko kerusakan ginjal.batu asam urat
terjadi pada penderita yang memiliki asam urat lebih tinggi dari 13 mg/dl
(Hidayat 2009).
Asam urat merupakan hasil buangan dari metabolisme tubuh melalui
urine. Seperti yang telah diketahui, urine di proses di ginjal. Oleh sebab itu,
jika kadar di dala darah terlalu tinggi maka asam urat yang berlebih akan
membentuk kristal dalam darah. Apabila jumlahnya semakin banyak, akan
mengakibatkan penumpukkan dan pembentukkan batu ginjal (Hidayat
2009).
Batu ginjal terbentuk ketika urine mengandung substansi yang
membentuk kristal, seperti kalsium, oksalat dan asam urat. Pada saat yang
sama, urine mungkin kekurangan substansi yang mencegah kristal menyatu.
Kedua hal ini menjadikannya sebua lingkungan yang ideal untuk
terbentuknya batu ginjal. Batu ginjal tidak menampakan gejala sampai batu
ginjal tersebut bergerak di dalam ginjal atau masuk ke saluran kemih
(ureter), suatu saluran yang menghubungkan ginjal dan kandungan kemih
(Noviyanti, 2015).
45

Sekitar 20-40% penderita gout minimal mengalami albuminuri


sebagai akibat gangguan fungsi ginjal. Terdapat tiga bentuk kelainan ginjal
yang diakibatkan hiperurisemia dan gout (Hidayat, 2009):
1. Nefropati urat yaitu deposisi kristal urat di interstitial medulla dan
pyramid ginjal, merupakan proses yang kronik, ditandai dengan
adanya reaksi sel giant di sekitarnya.
2. Nefropati asam urat yaitu presipitasi asam urat dalam jumlah yang
besar pada duktur kolektivus dan ureter, sehingga menimbulkan
keadaan gagal ginjal akut. Disebut juga sindrom lisis tumor, dan
sering didapatkan pada pasien leukemia dan limfoma pasca
kemoterapi.
3. Nefrolitiasis yaitu batu ginjal yang didapatkan pada 10-25% dengan
gout primer.
b. Penyakit Jantung
Kelebihan asam urat dalam tubuh (hiperurisemia) membuat
seseorang berpotensi terkena serangan jantung. Pada orang yang menderita
hiperurisemia terdapat peningkatan risiko 3-5 kali munculnya penyakit
jantung koroner dan stroke. Hubungan antara asam urat dengan penyakit
jantung adalah adanya kristal asam urat yang dapat merusak endotel atau
pembuluh darah koroner. Hiperurisemia juga berhubungan dengan sindroma
metabolik atau resistensi insulin, yaitu kumpulan kelainan-kelainan dengan
meningkatnya kadar insulin dalam darah, hipertensi, sklerosis (Noviyanti,
2015).

c. Penyakit Diabetes Mellitus


Berdasarkan hasil studi baru Eswar Krishnan yang merupakan asisten
Profesor Rheumatology di Stanford University dengan hasil penelitian yang
dipresentasikan di pertemuan tahunan American College of Rheumatology
didapati kesimpulan bahwa, kadar asam urat yang tinggi dalam darah
berkaitan dengan risiko peningkatan diabetes hampir 20% dan risiko
peningkatan kondisi yang mengarah pada perkembangan penyakit ginjal
dari 40% (Noviyanti, 2015).
46

Para peneliti meninjau catatan dari sekitar 2.000 orang dengan gout
dalam database Veterans Administration. Pada awal penelitian, semua
peserta penelitian tidak menderita diabete atau penyakit ginjal. Selama
periode tiga tahun, 9% laki-laki dengan gout yang memiliki kadar asam urat
tidak terkontrol berada pada kondisi yang mengarah pada perkembangan
diabetes dibandingkan dengan 6% dari mereka dengan kadar asam urat yang
terkontrol. Pada penderita diabetes ditemukan 19% lebih tinggi dengan
kadar asam urat yang tidak terkontrol. Kadar asam urat dalam darah yang
lebih tinggi dari angka 7 mg/dl dianggap tidak terkontrol (Noviyanti, 2015).
Penelitian kedua dilakukan oleh peneliti yang sama menggunakan
database yang sama. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa lebih
dari 3 tahun dengan periode gout pada pria yang memiliki kadar asam urat
yang tidak terkontrol memiliki risiko 40% lebih tinggi untuk penyakit ginjal
dibandingkan dengan pria dengan kadar asam urat terkontrol. Penelitian
tersebut tidak membuktikan bahwa kadar asam urat yang tidak terkontrol
menyebabkan masalah kesehatan, tetapi menunjukkan hubungan
peningkatan kadar tersebut dengan masalah kesehatan (Noviyanti, 2015).

H. Pencegahan Penyakit Arthritis Pirai


Pencegahan Primer
a. Pendidikan kesehatan
Usaha pencegahan serangan gout pada umumnya adalah dengan
menghindari segala sesuatu yang dapat menjadi pencetus serangan,
sehingga kita harus mengetahui makanan yang dapat memperbesar
terjadinya risiko asam urat misalnya latihan fisik berlebihan, stress dan
makanan yang mengandung purin berlebih seperti daging, jeroan (ginjal,
hati), bahkan ikan asin. Meskipun penderita asam urat yang telah sakit
berulang dapat di cegah dengan pemberian obat tetapi penderita harus
mengurangi makanan berlemak, dan alkohol dapat memperkecil serangan
gout. Untuk yang masyarakat sehat yang bukan penderita gout seharusnnya
mereka mengontrol makanan yang dikonsumsinya sehingga dapat
memperkecil terjadinya serangan gout. Mengenali makanan yang
47

mengandung kadar purinnya amat tinggi, sedang dan rendah, maka kita
dapat mengontrol asupan purin seminimal mungkin (Febby, 2013). Adapun
klasifikasi makanan berdasarkan kadar purinnya yaitu :
1. Makanan kadar purin tinggi (150-180 mg/100 gram), misal: jeroan (hati,
ginjal, jantung, limpa ,paru, otak dan saripati daging).
2. Makanan kadar purin sedang (50 150 mg/100 gram), misal: daging sapi,
udang, kepiting, cumi, kerang, kacang-kacangan, bayam, kembang kol,
kangkung, asparagus dan jamur.
3. Makanan kadar purin rendah (di bawah 50 mg/ 100 gram), misal: gula,
telor dan susu.

b. Spesifik Proteksi
1. Minum yang cukup untuk membantu memperlancar pembuangan asam
urat oleh tubuh.
2. Mengurangi berat badan bagi yang kegemukan dengan melakukan olah
raga yang juga bermanfaat untuk mencegah kerusakan sendi.
3. Mengurangi keletihan atau aktifitas berlebihan.
4. Menghindari minuman yang mengandung alkohol.
5. Menggunakan air hangat untuk mandi karena air hangat dapat
memperlancar pergerakan sendi.
6. Istirahat yang cukup di malam hari 8 hingga 9 jam per hari.

c. Pencegahan Sekunder

1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah di gunakan untuk
diagnosis hiperurisemia, sedangkan pemeriksaan urin untuk melihat
ekskresi urat dan mendeteksi batu ginjal. Kadar normal asam urat dalam
darah adalah 2 sampai 6 mg/dL untuk perempuan dan 3 sampai 7,2
mg/dL untuk laki-laki. Bagi yang berusia lanjut kadar tersebut lebih
tinggi. Rata-rata kadar normal asam urat adalah 3.0 sampai 7,0 mg/dl.
Bila kadar asam urat darah lebih dari 7,0 mg/dl dapat menyebabkan
serangan gout. Bila hiperurisemia lebih dari 12 mg/dl dapat
48

menyebabkan terjadinya batu ginjal. Sebelum pemeriksaan di anjurkan


puasa selama kurang lebih 4 jam sebelumnya. Juga tidak boleh
menggunakan obat-obatan tertentu yang dapat mempengaruhi hasil,
yaitu: diuretika, etambutol, vinkristin, pirazinamid, tiazid, analgetik,
vitamin C dan levodopan, begitupun makanan tertentu yang kaya purin
(Iskandar,2012)

2) Terapi Obat
Pada kasus hiperurisemia tanpa gejala tidak memerlukan
pengobatan, tetapi dapat di cegah dengan terapi diet saja yang menjadi
masalah adalah jika sendi yang rusak sudah mengandung kristal-kristal
urat, sehingga sistem imunitas tubuh akan menyerang benda asing
tersebut. Sel darah putih ikut menginfiltrasi sendi dengan mengeradikasi
kristal tersebut. Namun keadaan ini justru akan menyebabkan terjadinya
inflamasi pembengkakan (radang) sendi yang akut (Iskandar,2012).
Sendi membengkak sehingga muncul rasa sakit yang hebat, akibat
tekanan pada kapsula sendi. Pengobatan di gunakan untuk menurunkan
kadar asam urat di dalam darah, misalnya alopurinol yang bekerja
sebagai inhibitor menekan produksi asam urat. Atau obat urikosurik,
misalnya probenesid untuk membantu mempercepat pembuangan asam
urat lewat ginjal. Obat penurun asam urat juga di perlukan, obat untuk
mengatasi radang dan rasa sakit yaitu golongan OAINS (obat anti
inflamasi non steroid) seperti indometasin, ibuprofen, ketoprofen, atau
deklofenak.Sedangkan untuk pencegahan serangan berulang, biasanya
diberikan kolkisin (Iskandar,2012)

3) Pencegahan Tersier

a) Pembatasan Purin
Apabila telah terjadi pembengkakan sendi atau kadar asam urat
serum lebih dari 10mg/dl, penderita harus diberikan diet bebas purin.
Namun pada, pada kenyataannya tidak mungkin merencanakan diet tanpa
purin karena hampir semua bahan makanan sumber protein mengandung
49

nulkeoprotein. Diet yang normal biasanya mengandung 600-1.000 mg


purin per hari. Oleh karena itu, diet bagi penderita gout harus dikurangi
kandungan purinnya hingga kira-kira hanya mengonsumsi sekitar mg
purin per hari (Iskandar,2012)

b) Kalori Sesuai dengan Kebutuhan


Jumlah konsumsi kalori harus sesuai dengan kebutuhan tubuh
yang didasarkan pada tinggi dan berat badan individu. Bagi penderita
gout yang kelebihan berat badan harus menurunkan berat badannya
dengan memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Jumlah kalori disesuai
kebutuhan dan dijaga agar jangan sampai mengakibatkan kurang gizi
atau berat badan dibawah normal. Kekurangan kalori akan meningkatkan
asam urat serum dengn adanya keton bodies yang dapat
mengurangipengeluaran asam urat melalui urin. Demikian juga halnya
yang akan terjadi jika penderita menjalani puasa atau diet yang ketat
(Iskandar,2012)
Pada penderita gout yang gemuk, konsumsi kalori perlu di
kurangi 10-15% dari total konsumsi kalori yang normal setiap harinya.
Dengan demikian, kelebihan berat badan dapat di turunkan secara
bertahap. Untuk mengatasi rasa lapar akibat pembatasan konsumsi kalori,
penderita dapat mengonsumsi banyak sayuran dan buah-buahan segar.
Dengan mengonsumsi buah dan sayur, dapat memberikan rasa
kenyangan dan kadar airnya yang tinggi sangat baik dalam membantu
melarutkan kelebihan asam urat dalam serum. Sayuran yang tidak
mengandung purin (kecuali asparagus, kacang polong, buncis, kembang
kol, bayam, jamur) di makan paling sedikit 300g/hari. Agar-agar juga
dapat dikonsumsi untuk mengatasi rasa lapar (Iskandar,2012).

c. Tinggi Karbohidrat
Karbohidrat diberikan sesuai dengan kebutuhan kalori.
Karbohidrat kompleks, seperti nasi, singkong, roti, ubi, sangat baik
dikonsumsi oleh penderita gout karena dapat meningkatkan pengeluaran
50

asam urat melalui urin. Konsumsi karbohidrat kompleks disarankan tidak


kurang dari 100 gr/hari. Penderita gout harus mengurangi konsumsi
karbohidrat sederhana jenis fruktosa, seprti gula, permen, arum manis,
dan sirup. Konsumsi fruktosa tersebut dapat meningkatkan kadar asam
urat serum (Iskandar,2012)

d. Rendah Protein
Penderita gout diberikan diet rendah protein karena protein dapat
meningkatkan produksi asam urta, terutama protein yang berasal dari
bahan makanan hewani. Sumber makanan yang mengandung protein
tinggi misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa (Iskandar,2012).

e. Rendah Lemak
Lemak dapat menghambat eksresi asam urat melalui urin. Oleh
karena itu, penderita gout sebaiknya diberi diet rendah lemak. Penderita
harus membatasi makanan yang digoreng dan bersantan serta
menghindari penggunaan margarin (berasal dari produk nabati) atau
mentega (berasal dari produk hewani). Lemak yang dapat dikonsumsi
sebaiknya 15% dari total kalori.

f. Tinggi Cairan
Konsumsi cairan yang tinggi, terutama dari minuman, dapat
membantu pengeluaran asam urat melalui urin. Usahakan dapat
menghabiskan minuman sebanyak 2,5 liter atau sekitar 10 gelas sehari.
Pemberian air hangat pada penderita di pagi hari atau ketika bangun tidur
sangat baik. Selain dari minuman, konsumsi cairan bisa juga diperoleh
dari kuah sayuran, jus buah, maupun buah-buahan segar yang banyak
mengandung air.
51

BAB VIII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Ny. S adalah seorang pasien denan gout artritis
1. Aspek personal
Ny. S, usia 51 tahun tinggal bersama dengan suami dan kedua anak kandung
sehingga bentuk keluarga nuclear family.
a. Idea : Pasien datang ke Puskesmas Tambak 1 untuk berobat
b. Concern : Pasien merasa nyeri seperti ditusuk jarum kecil pada jari
kaki dan kedua lutut terutama saat digerakkan.
c. Expectacy : Pasien mempunyai harapan penyakitnya segera sembuh
agar dapat beraktivitas
d. Anxiety : nyeri yang pasien rasakan dirasa akan menurunkan
produktivitas penjualan barang dagangan saat dipasar
2. Aspek klinis
Diagnosis Kerja : Gout Arthritis
Gejala klinis : nyeri seperti tertusuk dirasa di persendian
Diagnosis Banding : Osteoartritis, Reumatoid Artritis
3. Aspek faktor intrinsik
Aspek faktor risiko intrinsik individu diantaranya adalah sebagai
berikut :
d. Pasien berjenis kelamin perempuan berusia 51 tahun
e. Pasien gemar mengkonsumsi makanan daging berlemak dan emping
f. obesitas
4. Aspek faktor ekstrinsik
Aspek faktor ekstrinsik pada pasien diantaranya adalah sebagai
berikut :
c. Tingkat pendidikan pasien rendah
d. Pasien turut aktif dalam kegiatan ibu PKK yang sering mengadakan
acara memasak sehingga pasien kesulitan untuk mengatur pola makan
terutama diet tinggi purin
52

5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial


Pasien mengeluh nyeri dan kaku sendi yang mengganggu pekerjaan
pasien sebagai pedagang pakainan dipasar. Skala penilaian fungsi sosial
adalah 2, pasien mulai membatasi aktivitas pekerjaan sebagai pedagang,
namun aktivitas perawatan diri tidak terganggu.
B. Saran
1. Promotif : Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit Gout Artritis serta
perlunya pengendalian dan pemantauan penyakit tersebut. Mengenalkan
pola hidup sehat, meliputi pola makan dan olahraga teratur untuk penderita
dan keluarga.

2. Preventif : Makan makanan yang cukup bergizi dan diet rendah purin yang
harus dilaksanakan, rutin control asam urat, kolesterol,

3. Kuratif : Pasien minum obat yang diberikan dokter secara rutin dan teratur.
Suaminya harus selalu mengingatkan dan mengawasi untuk minum obat dan
mengontrol pola makan penderita dan ikut mendukung dengan
mengantarkan berobat ke pelayanan kesehatan.

4. Rehabilitatif : Penyesuaian aktivitas sehari-hari sangatlah penting dan


membantu penderita memiliki kembali rasa percaya diri untuk percaya
terhadap intervensi medis dan memberikan motivasi untuk terus merubah
sikap dan prilaku yang tidak sehat menjadi lebih sehat.
53

DAFTAR PUSTAKA

Arya, R. 2013. Artritis Pirai: Buku Ajar Ilmu Penyakit Jilid III. Editor: Sudoyo.
Interna Publishing. Jakarta.
Feby, D. 2013. Arthritis Gout. Indian Journal of Medical Research 138, August
2013, pp185-193
Iskandar. 2012. Malaysian Society of Rheumatology. Clinical Practice Guidelines
on the Management of Osteoarthritis. 2004. Academy of Medicine of
Malaysia.
Kingston, 2011. Arthritis Gout in Rheumatology. United Kingdom : Mosby Year
Book Europe Limited 2.1 10.6.
Noviyanti K. 2015. Artritis Pirai: Diagnosis dan Tatalaksana. 1:85 (1): 49-56.

Вам также может понравиться