Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
GOUT ARTRITIS
Disusun Oleh :
Aqmarina Rachmawati
G4A014118
Pembimbing :
dr. Madya Ardi Wicaksono, M.Sc
dr. Yudanti Primasari
2017
2
HALAMAN PENGESAHAN
GOUT ARTRITIS
Disusun Oleh :
Nama : Aqmarina Rachmawati
NIM : G4A014118
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Tabel 1.1 Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah
Pendidikan
No Nama Kedudukan L/P Umur Pekerjaan
terakhir
1 Tn. S Bapak L 54 SD Petani
2 Ny. S Ibu P 51 SD Pedagang
3 Nn. W Anak P 20 SMA Pelajar
Kandung
4 An. T Anak P 14 SD Pelajar
Kandung
Sumber : Data Primer, Januari 2017
BAB II
STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 51 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Kewargenegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Jl.Masjid Almatum RT 03/08 Desa Gumelar Lor
Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas
B. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama : Nyeri seperti ditusuk jarum-jarum kecil
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Onset : 2 tahun yang lalu
Lokasi : Jari kaki dan kedua lutut
Kuantitas : Sepanjang hari
Kualitas : Mengganggu aktivitasnya sebagai
pedagang
Yang memperberat : Memakan sayur hijau, kacang-kacangan
dan daging berlemak. Nyeri semakin
berat saat pagi hari bangun tidur, dan
saat digerakkan
Yang memperingan : Konsumsi obat dokter
Gejala penyerta : Seluruh sendi terasa kaku ,pegal dan sulit
digerakkan.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum/kesadaran
Sedang / compos mentis
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 90 x/menit
c. RR : 18 x/menit
d. Suhu : 36,5 oC per axiller
3. Status gizi
BB : 68 kg
TB : 158 cm
BMI : 27,2 kg/m2
Status gizi : obesitas I
4. Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, sebagian
9
F. RESUME
Anamnesis
Ny.S datang ke Puskesmas Tambak 1 dengan keluhan nyeri seperti
ditusuk jarum-jarum kecil pada kedua jari dan kedua lutut, sejak 2 tahun yang
lalu. Nyeri dirasa sepanjang hari, dan mengganggu aktivita. Nyeri dirasa
semakin berat saat memakan sayur hijau, kacang-kacangan dan daging
berlemak. Nyeri dirasa berkurang saat mengkonsumsi obatdokter. Nyeri juga
ditambah rasa kaku, pegal dan sulit digerakkan.
Penderita Ny. S usia 51 tahun, tinggal dalam satu rumah bersama
suami, dan kedua anak kandung sehingga bentuk keluarga disebut nuclear
family. Kondisi psikologi keluarga cukup baik, yang terlihat dari suami yang
turut mengantar pasien, dan pengankuan pasien sendiri yang mengatakan ia
cukup terbuka terhadap berbagai masalah atau keluhan yang ia miliki. Status
ekonomi pasien termasuk kelas menengah keatas. Pasien bekerja sebagai
pedagang, dan suami sebagai petani yang memiliki beberapa petak sawah.
Pasien memiliki hubungan yang harmonis dengan suami, anak, saudara
maupun tetangga dna rekan kerja.
Pemeriksaan Fisik
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit regular
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,5oC
Fungsi Sensorik : Nyeri pada kedua sendi lutut dan jari kaki seperti ditusuk-
tusuk jarum kecil terutama saat digerakkan
Pemeriksaan Penunjang
Asam urat: 9 mg/dl
G. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek personal
Ny. S, usia 51 tahun tinggal bersama dengan suami dan kedua anak
kandung sehingga bentuk keluarga nuclear family.
a. Idea : Pasien datang ke Puskesmas Tambak 1 untuk berobat
b. Concern : Pasien merasa nyeri seperti ditusuk jarum kecil pada jari
kaki dan kedua lutut terutama saat digerakkan.
12
H. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
1. Personal Care
Aspek kuratif
a. Medikamentosa
1) Anti Gout : Allopurinoll 100 mg 1x1
2) Anti Inflamasi : Meloxicam 5 mg 1x1
13
b. Non Medikamentosa
1) Olah raga secara teratur minimal 3 kali dalam seminggu selama
kurang lebih 15 menit, olahraga non-weight bearing seperti
berenang atau bersepeda.
2) Diet makanan rendah purin
3) Bed rest atau cukup istirahat bila nyeri hebat
c. Konseling, Informasi, dan Edukasi
1) Edukasi pasien mengenai definisi gout artritis
2) Edukasi pasien mengenai etiologi gout artritis
3) Edukasi pasien mengenai faktor risiko gout artritis
4) Edukasi pasien mengenai tanda dan gejala gout artritis
5) Edukasi pasien mengenai pencegahan gout artritis
6) Edukasi pasien mengenai komplikasi gout artritis
7) Edukasi pasien mengenai pengobatan gout artritis
Aspek Preventif dan Promotif
a. Konseling mengenai penyakit yang diderita pasien.
b. Menjelaskan diet yang baik sesuai kebutuhan pasien.
c. Menghimbau untuk rutin berolah raga
b. Motivasi pasien untuk rutin mengkonsumsi obat dan memeriksakan
kondisi kesehatannya ke unit pelayanan kesehatan terdekat
Aspek Rehabilitatif
Motivasi pasien untuk melakukan kontrol rutin untuk mencegah
komplikasi.
Motivasi pasien untuk melakukan fisioterapi mandiri dirumah seperti rutin
olahraga berenang
Monitoring
Monitoring terhadap keadaan umum, tanda vital, kemajuan terapi,
kemajuan aktivitas fisik pasien, dan kadar asam urat pasien minimal setiap
satu bulan sekali.
2. Family Care
a. Edukasi kepada keluarga terdekat agar pasien menghindari hal-hal
yang mampu memperberat gejala
b. Edukasi mengenai tanda dan gejala yang mengharuskan pasien dibawa
ke unit pelayanan kesehatan
14
I. FLOW SHEET
Hasil pemeriksaan dan terapi pasien dari awal masuk puskesmas sampai
home visit dijabarkan dalam tabel 2.1
Tabel 2.1. Flow Sheet Ny. S
T N BB TB Lab
No Tgl Problem Planning Target
mmHg x/1 kg
1. 11/01 Nyeri 110/70 100 68 155 Asam Habiskan nyeri
/17 jari kaki obat yang berkurang
Urat
dan diberikan,
11.00 lutut 9 makan
makanan
mg/dl
rendah purin,
berolahraga
secara teratur,
penderita
dianjurkan
istirahat
cukup
2 12/01 Nyeri 110/70 10 68 155 Habiskan nyeri
/2017 jari kaki 8 obat yang berkurang
dan diberikan,
17.00 lutut makan
(berkur makanan
ang) rendah purin,
berolahraga
secara teratur,
penderita
dianjurkan
istirahat
cukup
15
BAB III
A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari Ny. S (51 tahun) dan Tn. S (56 tahun) serta
kedua anak kandungnya Nn. W, dan An.T. Ny. S adalah anak keenam
dari delapan bersaudara. Kakak, adik-adik dari Ny. S tinggal berdekatan
di lingkungan. Kedua orang tua Ny.S telah meninggal dunia. Fasilitas
kesehatan yang digunakan oleh Ny. S adalah puskesmas.
2. Fungsi Psikologis
Ny. S tinggal bersama suaminya. Tn. S dan kedua anaknya yang
memiliki perhatian yang cukup baik terhadap Ny. S. Keluarga besar
menjalin silahturahmi melalui arisan keluarga setiap dua bulan sekali.
Keluarga memotivasi pasien melalui gaya hidup sehat dan diet rendah
purin namun keluarga masih jarang untuk memotivasi Ny.S untuk rutin
kontrol ke puskesmas.
3. Fungsi Sosial
Ny. S senang bergaul terlihat dari aktifnya Ny.S dalam berbagai
kegiatan seperti arisan dan PKK. lingkungan perkerjaan di pasar dirasa
cukup harmonis oleh pasien dibuktikan dengan pasien yang selama ini
tidak pernah mengalami perselisihan dengan orang sekitar.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari Tn. S sebagai petani yang memiliki
beberapa sawah dan berasal dari Ny.S sebagai pedagang baju dipasar. Untuk
kedua anak Ny. S belum memiliki penghasilan. Ny. S mengaku bahwa total
penghasilan keluarga cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari.
Pembiayaan puskesmas atau unit kesehatan yang lain ditanggung oleh KIS
Hampir
Hampir Kadang
A.P.G.A.R Ny. K Terhadap Keluarga tidak
selalu -kadang
pernah
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
A keluarga saya bila saya menghadapi v
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
P membahas dan membagi masalah v
dengan saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
G v
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A v
merespon emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll
17
Hampir
Hampir Kadang
A.P.G.A.R Ny. K Terhadap Keluarga tidak
selalu -kadang
pernah
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
A keluarga saya bila saya menghadapi v
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
P membahas dan membagi masalah v
dengan saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
G v
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A v
merespon emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya
R v
dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7, fungsi fisiologis Nn. W terhadap keluarga cukup sehat
18
Hampir
Hampir Kadang
A.P.G.A.R Ny. K Terhadap Keluarga tidak
selalu -kadang
pernah
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
A keluarga saya bila saya menghadapi v
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
P membahas dan membagi masalah v
dengan saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
G v
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A v
merespon emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya
R v
dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7, fungsi fisiologis An.T terhadap keluarga cukup sehat
D. GENOGRAM
T T B T
1959 1962 1970 1959 1960 - 2013 1962 1963 1964 1966 1968 1970
57 52 54 53 52 50 48 46
57 54 46
W S R R T Y J R S T S
1997 2002
19 14
W T
: Meninggal
: Tinggal satu rumah
20
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
Perilaku:
Gemar mengkonsumsi makanan Lingkungan:
tinggi purin, aktif dalam berbagai Penduduk yang aktif
perkumpulan yang mengakibatkan
sulitnya mengontrol pola makan
dalam kegiatan,
terutama diet tinggi purin. Pasien mengakibatkan resiko
datang ke puskesmas hanya saat konsumsi makanan
ada keluhan saja, dan tidak rutin tinggi purin
berobat atau kontrol
Akses Pelayanan
Kesehatan :
Akses ke pelayanan
Biologis Ny. S kesehatan baik,
Perempuan, usia diatas 40 Gout Artritis pembiayaan
tahun, obesitas kesehatan
ditanggung KIS.
Keterangan:
: Faktor Perilaku
BAB V
DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA
A. MASALAH MEDIS
1. Ny. S menderita Gout Artritis
Perilaku:
Gemar mengkonsumsi makanan Lingkungan:
tinggi purin, aktif dalam berbagai Penduduk yang aktif
perkumpulan yang mengakibatkan
sulitnya mengontrol pola makan
dalam kegiatan,
terutama diet tinggi purin. Pasien mengakibatkan resiko
datang ke puskesmas hanya saat konsumsi makanan
ada keluhan saja, dan tidak rutin tinggi purin
berobat atau kontrol
Akses Pelayanan
Kesehatan :
Akses ke pelayanan
Biologis Ny. S kesehatan baik,
Perempuan, usia diatas 40 Gout Artritis pembiayaan
tahun, obesitas kesehatan
ditanggung KIS.
23
D. MATRIKULASI MASALAH
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks (Azrul, 1996)
Tabel 5.1 Matrikulasi masalah
I R Jumlah
No Daftar Masalah T
P S SB Mn Mo Ma IxTxR
1. Pasien dan keluarga 5 5 5 4 5 5 5 62500
pasien mempunyai
pengetahuan kurang
mengenai gout artritis
2. Lingkungan rumah 4 5 3 1 1 2 3 360
berada pada komunitas
tinggi konsumsi purin
3. Rendahnya kesadaran 5 4 4 3 4 3 4 11520
diri pasien untuk rutin
kontrol,
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
24
E. PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah
keluarga Ny. S adalah sebagai berikut :
1. Pasien dan keluarga pasien mempunyai pengetahuan kurang mengenai
gout artritis
2. Rendahnya kesadaran diri pasien untuk rutin kontrol,
3. Lingkungan rumah berada pada komunitas tinggi konsumsi purin
Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil adalah keluarga pasien mempunyai
pengetahuan kurang mengenai Gout Artritis. Pengetahuan tentang penyakit
yang kurang ini tentu saja berpengaruh terhadap segala aspek, misalnya cara
mencegah agar tidak terjadi kekambuhan, cara pengobatan, dan lain
sebagainya.
Tabel 5.2 Kriteria dan Skoring Efektivitas dan Efisiensi Jalan Keluar
C
M
I V (jumlah biaya
(besarnya
(kelanggengan (kecepatan yang diperlukan
Skor masalah
selesainya penyelesaian untuk
yang dapat
masalah) masalah) menyelesaikan
diatasi)
masalah)
1 Sangat kecil Sangat tidak Sangat lambat Sangat murah
langgeng
2 Kecil Tidak langgeng Lambat Murah
3 Cukup besar Cukup langgeng Cukup cepat Cukup murah
4 Besar Langgeng Cepat Mahal
5 Sangat besar Sangat langgeng Sangat cepat Sangat mahal
Prioritas alternatif terpilih dengan menggunakan metode Rinke adalah
sebagai berikut:
Tabel 5.3 Alternatif Terpilih
Urutan
Daftar Alternatif Jalan Efektivitas Efisiensi MxIxV
No Prioritas
Keluar M I V C C
Masalah
1 Pembinaan keluarga 4 3 3 2 18 1
meliputi penyakit Gout
Artritis mengenai
definisi, faktor risiko, tata
cara penatalaksanaan,
komplikasi, mencegah
terjadinya komplikasi,
dan mencegah terjadinya
penyakit ini pada anggota
keluarga yang lain.
2 Pembagian leaflet 4 2 2 4 4 2
mengenai Gout Artritis
BAB VI
RENCANA DAN HASIL PEMBINAAN KELUARGA
2. Materi
Materi yang akan diberikan kepada penderita dan keluarga pasien
adalah dalam bentuk penyuluhan dan edukasi mengenai modifikasi
pengertian, gejala dan tanda, faktor risiko timbulnya penyakit Gout
Artritis, kegunaan/efek samping obat dan cara pembinaan bagaimana
pentingnya pola hidup sehat bagi penderita Gout Artritis.
Kunjungan pembinaan pembinaan keluarga :
Bagaimana seseorang dapat terkena Gout Artritis?
Menjelaskan bahwa Gout Artritis adalah penyakit yang tidak menular
dan diet tinggi purin menjadi salah satu faktor resikonya.
Apa saja gejala dan tanda penyakit Gout Artritis?
3. Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah ditentukan
bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan dan
edukasi pada penderita dan keluarga, dalam suatu pembicaraan santai
sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima.
4. Sasaran Individu
Pasien dan keluarga pasien
5. Target Waktu
Hari / Tanggal : Sabtu, 14 Januari 2017
Tempat : Rumah pasien
Waktu : 16.00 WIB
6. Rencana Evaluasi
1. Input : Terdiri dari 1 orang pemberi (pembina) materi pembinaan
28
keluarga
2. Proses : proses pembinaan diikuti dari awal sampai dengan akhir
oleh semua anggota keluarga yang ada di rumah
3. Output : Perubahan perilaku dan penambahan pengetahuan tentang
Gout Artritis yang diukur melalui pertanyaan yang diberikan oleh
pelaksana pembinaan keluarga di akhir proses pembinaan keluarga.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut diantaranya adalah :
a. Apa itu penyakit Gout Artritis? Biasanya dikenal dengan nama
apa?
b. Apa saja faktor risiko penyakit Gout Artritis?
c. Apa gejala jika terkena penyakit Gout Artritis?
d. Bagaimana cara mengobati penyakit Gout Artritis?
e. Apa saja komplikasi yang bisa ditimbulkan penyakit Gout
Artritis?
f. Bagaimana cara mencegah komplikasi penyakit Gout Artritis?
g. Apa saja yang perlu dihindari untuk mencegah penyakit Gout
Artritis ?
7. Angka keberhasilan
>80% : baik
60%-80% : cukup
<60% : kurang
B. HASIL EVALUASI
1. Evaluasi Formatif
Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada 4 orang yaitu pasien dan
seluruh keluarga. Metode yang digunakan berupa konseling edukasi
tentang penyakit Gout Artritis mulai dari definisi, etiologi, komplikasi,
penatalaksanaan serta pencegahan komplikasi dan pencegahan terjadinya
penyakit. Sebelum konseling, pasien diberikan pertanyaan pretest terlebih
dahulu.
2. Evaluasi Promotif
Sasaran konseling sebanyak 4 orang anggota keluarga pasien.
Waktu pelaksanaan kegiatan pada Sabtu, 14 Januari 2017 rumah pasien.
Konseling berjalan dengan lancar dan pasien merasa puas karena merasa
lebih diperhatikan dan lebih paham dengan adanya konseling serta
29
BAB VII
TINJAUAN PUSTAKA
(pemecahan) purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam
Purin adalah zat alami yang merupakan salah satu kelompok struktur
kimia pembentuk DNA dan RNA. Ada dua sumber utama purin, yaitu purin
yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan purin yang didapatkan dari asupan
makanan. Zat purin yang diproduksi oleh tubuh jumlahnya mencapai 85%.
Untuk mencapai 100%, tubuh manusia hanya memerlukan asupan purin dari
luar tubuh (makanan) sebesar 15%. Ketika asupan purin masuk kedalam
tubuh melebihi 15%, akan terjadi penumpukan zat purin. Akibatnya, asam
urat akan ikut menumpuk. Hal ini menimbulka risiko penyakit asam urat
(Noviyanti, 2015).
antioksidan dan bermanfaat dalam regenerasi sel. Setiap peremajaan sel, kita
antioksidan maka akan banyak oksidasi atau radikal bebas yang bisa
urat. Makanan yang dikonsumsi juga menghasilkan asam urat. Asam urat
Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena
deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai
akibat dari hiperurisemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat)
disebabkan karena penumpukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari
ginjal. Artritis pirai adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran
khusus, yaitu artritis akut. Artritis akut disebabkan karena reaksi inflamasi
2013).
Penyakit pirai (gout) atau athritis pirai adalah penyakit yang disebabkan
oleh tumpukkan asam/kristal urat pada jaringan, terutama pada jaringan sendi.
Pirai berhubungan erat dengan gangguan metabolisme purin yang memicu
peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Hiperurisemia
adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah diatas
normal. Secara biokimia akan terjadi hipersaturasi yaitu kelarutan asam urat di
serum yang melewati ambang batasnya. Batasan hiperurisemia secara ideal
yaitu kadar asam urat diatas 2 standar deviasi hasil laboratorium pada populasi
normal (Hidayat, 2009). Biasanya kadar asam urat serum pada penderita gout
lebih dari 6.5-7,0 mg/dl (Bennion, 1979). Kadar normal asam urat dalam darah
adalah 2-5,6 mg/dL untuk perempuan dan 3-7,2 mg/dL untuk laki-laki (Arya,
2013).
Manifestasi hiperurisemia sebagai suatu proses metabolik yang
menimbulkan manifestasi gout, dibedakan menjadi penyebab primer pada
sebagian besar kasus, penyebab sekunder dan idiopatik. Penyebab primer berat
tidak penyakit atau sebab lain, berbeda dengan kelompok sekunder yang
didapatkan adanya penyebab yang lain, baik genetik maupun metabolik. Pada
99% kasus gout dan hiperurisemia dengan penyebab primer, ditemukan
kelainan molekuler yang tidak jelas (undefined) meskipun diketahui adanya
mekanisme akibat penurunan eksresi asam urat urin (undersecretion) pada 80-
32
90% kasus dan peningkatan metabolisme asma urat (overproduction) pada 10-
20% kasus (Noviyanti, 2015).
Sedangkan kelompok hiperurisemia dan gout sekunder, bisa melalui
mekanisme overproduction, seperti gangguan metabolisme purin. Pada
mekanisme undersecretion bisa ditemukan pada keadaan penyakit ginjal
kronik, dehidrasi, diabetes insipidus, peminum alkohol. Selai itu juga dapat
terjadi pada pemakaian obat seperti diuretik, salisilat dosis rendah,
pirazinamid, etabunol (Hidayat, 2009). Pada kasus hiperurisemia dan gout
idiopatik yaitu hiperurisemia yang tidak ditemukan jelas penyebabnya,
kelainan genetik, tidak ada kelainan fisiologis dan anatomi yang jelas
(Sidauruk, 2011).
Menurut Iskandar, 2012 penyebab asam urat darah tinggi
(hiperurisemia) terjadi karena:
1. Pembentukan asam urat berlebihan (gout metabolik):
a. Gout primer metabolik terjadi karena sintesa atau pembentukan asam
urat yang berlebihan.
b. Gout sekunder metabolik terjadi karena pembentukan asam urat
berlebihan karena penyakit. Seperti leukemia, terutama yang di obati
dengan sitostatika, psoriasis, polisitemia vera, dan mielofibrosis.
2. Pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang (gout renal):
a. Gout renal primer terjadi karena gangguan eksresi asam urat di tubuli
distal ginjal yang sehat.
b. Gout renal sekunder disebabkan oleh ginjal yang rusak, misalnya pada
glomerulonefritis kronik, kerusakan ginjal kronis (chronic renal failure).
3. Perombakan dalam usus yang berkurang. Serangan gout (arthritis gout akut)
secara mendadak, dapat dipicu oleh:
a. Luka ringan
b. Pembedahan
c. Konsumsi alkohol dalam jumlah besar atau makanan yang kaya akan
protein purin
d. Kelelahan
e. Stres secara emosional
33
f. Penyakit dan sejumlah obat yang menghambat sekresi asam urat, seperti
salisilat dosis kecil, hidroklorotiazid (diuretik), asam-asam keton hasil
pemecahan lemak sebagai akibat dari terlalu banyak mengkonsumsi
lemak
Kurang lebih 20-30% penderita gout terjadi akibat kelainan sintesa purin
dalam jumlah besar yang menyebabkan kelebihan asam urat dalam darah. Kurang
dari 75% pederita gout terjadi akibat kelebihan produksi asam urat, tetapi
Metabolisme Purin
yang disebut purin. Asam urat dapat diabsorbsi melalui mukosa usus dan
dieksresikan melalui urin. Pada manusia, sebagian besar purin dalam asam
nukleat yang dimakan langsung diubah menjadi asam urat, tanpa terlebih
dahulu digabung dengan asam nukleat tubuh. Dengan demikian kondisi prazat,
pembentukan purin tersedia dalam jumlah yang mencukupi di dalam tubuh dan
purin bebas dari bahan pangan tidak berfungsi sebagai pembentuk asam
nuklead jaringan tubuh Asam urat sebagian merupakan produk akhir yang
dieksresikan dari pemecahan purin pada manusia (Noviyanti, 2015).
Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, baik purin yang
berasal dari bahan pangan maupun dari hasil pemecahan purin asam nukleat tubuh.
Dalam serum, urat terutama berada dalam bentuk natrium urat, sedangkan dalam
saluran urin, urat dalam bentuk asam urat. Pada orang normal, jumlah pool asam
urat kurang lebih 1.000 mg dengan kecepatan turn over 600 mg/hari. Berdasarkan
pool asam urat ini, penderita gout dapat dibedakan 2 group. Grup pertama terdiri
dari penderita gout yang mengalami sedikit kenaikan dari besarnya total pool yaitu
1.300 mg dengan turn over normal 650 mg/hari. Grup kedua, penderita gout
35
dengan kenaikan yang jelas dari besarnya pool 2.400 mg dengan turn over
1.200 mg. Enzim yang berperan dalam sintesis asam urat adalah xantin oksidase
yang sangat aktif bekerja dalam hati, usus halus, dan ginjal. Tanpa bantuan enzim
ini, asam urat tidak dapat dibentuk (Arya, 2013).
Nukleo Protein
makanan
produksi dan sekresi. Ketika terjadi keseimbangan dua proses tersebut maka
asam urat serum, meninggi ataupun menurun. Pada kadar asam urat serum
yang menurunkan kadar asam urat serum dapat mempresipitasi serangan gout
urat dari depositnya dalam tofi (crystal shedding). Pada beberapa pasien gout
gout dengan asam asam urat normal. Terdapat peranana temperatur, pH dan
kelarutan urat untuk timbul serangan gout akut. Menurunnya kelarutan sodium
urat pada temperatur yang lebih rendah seperti pada sendi perifer tangan dan
difusi molekul urat dari ruang sinovia kedalam plasma hanya setengah
kecepatan air. Dengan demikian konsentrasi asam urat dalam cairan sendi
seperti MTP-1 menjadi seimbang dengan asam urat dalam plasma pada siang
hari selanjutnya bila cairan sendi diresorbsi waktu berbaring, akan terjadi
terjadinya awalan (onset) gout akut pada malam hari pada sendi yang
biasanya kelarutan meninggi, pada penurunan pH dari 7,5 menjadi 5,8 dan
pengukuran Ph serta kapasitas buffer pada sendi dengan gout, gagal untuk
jaringan jika konsentrasinya dalam plasma lebih 8-9 mg/dl. Pada PH 7 atau
lebih asam urat ada dalam bentuk monosodium urat (Depkes, 2006). Endapan
terjadi pada permukaan atau pada rawan sendi atau pada synovium dan juga
pada celah sendi ataupun pembebasan deposit urat pada celah tersebut. Kristal
disuntikkan kristal ini kedalam synovia orang normal maka akan terjadi proses
inflasi mirip serangan gout, sedangkan bila disuntikkan asam urat tidak terjadi
terutama gout akut. Reaksi ini merupakan reaksi pertahanan tubuh non spesifik
arthritis gout akut adalah akibat penumpukan agen penyebab yaitu kristal
monosodium urat. Pelepasan kristal MSU akan meragsang proses inflasi denan
makrofag, netrofil dan sel radang lain juga teraktivasi, yang akan
Jumlah asam urat dalam dalam tubuh dicerminkan oleh kadar natrium
urat dalam serum darah. Bila kadar natrium urat dalam serum melampaui daya
larutnya maka serum menjadi sangat jenuh keadaan ini disebut hiperurisemia
dan dapat menstimulir terbentuknya kristal natrium urat yang mengendap.
Daya larut natrium urat dalam serum pada suhu 37 C adalah 7 mg/dl. Pada
suhu yang lebih rendah, kelarutan asam urat dal serum semakin rendah
(Hidayat, 2009).
Kristal natrium urat yang mengendap disebut tofi yang berasal dari kata
tufa yang berarti batu karang. Jika tofi berada di persendian, akan terjadi
arthritis gout akut, sakit rematik, atau radang sendi. Lama kelamaan, keadaan
itu akan mengakibatkan kerusakan sendi dan menimbulkan arthritis gout
kronis. Pada arthritis gout, rasa nyeri yang terjadi pada sendi mempunyai
karakteristik berupa serangan hebat yang timbul sering dimulai pada tengah
malam, padahal pada malam hari tidak merasakan sesuatu apapun. Tofi juga
menumpuk di telinga, tendon, bursa, ginjal, pembulu darah. Di dalam ginjal,
tofi akan membentuk batu asam urat yang biasa dikenal masyarakat sebagai
batu ginjal. Tidak semua batu ginjal berasal dari tofi asam urat, tapi juga dapat
berasal dari kalsium oksalat atau phospat. Pada telinga dan jari, ukuran tofi
mulai sebesar ujung jarum pentul hingga sebesar kelereng (Hidayat, 2009).
Serangan gout pertama hanya menyerang satu sendi dan berlangsung
selama beberapa hari, kemudian gejala menghilang secara bertahap, dimana
sendi kembala berfungsi dan tidak muncul gejala hingga muncul serangan
berikutya (Iskandar, 2012). Serangan pertama umunya mengenai jempol kaki
(MTP 1) yakni kira-kira 70% (Hamdani, 1993). 3-14% serangan juga bisa
terjadi di banyak sendi (poliarthritis). Biasanya urutan sendi yang terkena
serangan gout (poliarthritis) berulang adalah: ibu jari kaki (podogra), sendi
tarsal kaki, pergelangan kaki, sendi kaki belakangan, pergelangan tangan, lutut,
dan bursa olekranon pada siku (Iskandar, 2012).
Perjalanan arthritis pirai terdiri atas beberapa stadium. Tanda-tanda
penyakit gout pada stadium permulaan ditandai oleh hiperurisemia
asimptomatis selama beberapa tahun tanpa diketahui penderita karena tidak ada
39
Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet
tinggi purin, kelelahan fisik, tindakan operasi, pemakaian obat deuretik atau
penurunan dan peningkatan asam urat. Penurunan darah secara mendadak
dengan alpurinol atau obat urikosurik dapat menimbulkan kekambuhan
(Hidayat 2009).
deformitas. Selain itu tofi juga sering pecah atau sulit sembuh, serta
terjadi infeksi sekunder (Hidayat 2009).
Para peneliti meninjau catatan dari sekitar 2.000 orang dengan gout
dalam database Veterans Administration. Pada awal penelitian, semua
peserta penelitian tidak menderita diabete atau penyakit ginjal. Selama
periode tiga tahun, 9% laki-laki dengan gout yang memiliki kadar asam urat
tidak terkontrol berada pada kondisi yang mengarah pada perkembangan
diabetes dibandingkan dengan 6% dari mereka dengan kadar asam urat yang
terkontrol. Pada penderita diabetes ditemukan 19% lebih tinggi dengan
kadar asam urat yang tidak terkontrol. Kadar asam urat dalam darah yang
lebih tinggi dari angka 7 mg/dl dianggap tidak terkontrol (Noviyanti, 2015).
Penelitian kedua dilakukan oleh peneliti yang sama menggunakan
database yang sama. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa lebih
dari 3 tahun dengan periode gout pada pria yang memiliki kadar asam urat
yang tidak terkontrol memiliki risiko 40% lebih tinggi untuk penyakit ginjal
dibandingkan dengan pria dengan kadar asam urat terkontrol. Penelitian
tersebut tidak membuktikan bahwa kadar asam urat yang tidak terkontrol
menyebabkan masalah kesehatan, tetapi menunjukkan hubungan
peningkatan kadar tersebut dengan masalah kesehatan (Noviyanti, 2015).
mengandung kadar purinnya amat tinggi, sedang dan rendah, maka kita
dapat mengontrol asupan purin seminimal mungkin (Febby, 2013). Adapun
klasifikasi makanan berdasarkan kadar purinnya yaitu :
1. Makanan kadar purin tinggi (150-180 mg/100 gram), misal: jeroan (hati,
ginjal, jantung, limpa ,paru, otak dan saripati daging).
2. Makanan kadar purin sedang (50 150 mg/100 gram), misal: daging sapi,
udang, kepiting, cumi, kerang, kacang-kacangan, bayam, kembang kol,
kangkung, asparagus dan jamur.
3. Makanan kadar purin rendah (di bawah 50 mg/ 100 gram), misal: gula,
telor dan susu.
b. Spesifik Proteksi
1. Minum yang cukup untuk membantu memperlancar pembuangan asam
urat oleh tubuh.
2. Mengurangi berat badan bagi yang kegemukan dengan melakukan olah
raga yang juga bermanfaat untuk mencegah kerusakan sendi.
3. Mengurangi keletihan atau aktifitas berlebihan.
4. Menghindari minuman yang mengandung alkohol.
5. Menggunakan air hangat untuk mandi karena air hangat dapat
memperlancar pergerakan sendi.
6. Istirahat yang cukup di malam hari 8 hingga 9 jam per hari.
c. Pencegahan Sekunder
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah di gunakan untuk
diagnosis hiperurisemia, sedangkan pemeriksaan urin untuk melihat
ekskresi urat dan mendeteksi batu ginjal. Kadar normal asam urat dalam
darah adalah 2 sampai 6 mg/dL untuk perempuan dan 3 sampai 7,2
mg/dL untuk laki-laki. Bagi yang berusia lanjut kadar tersebut lebih
tinggi. Rata-rata kadar normal asam urat adalah 3.0 sampai 7,0 mg/dl.
Bila kadar asam urat darah lebih dari 7,0 mg/dl dapat menyebabkan
serangan gout. Bila hiperurisemia lebih dari 12 mg/dl dapat
48
2) Terapi Obat
Pada kasus hiperurisemia tanpa gejala tidak memerlukan
pengobatan, tetapi dapat di cegah dengan terapi diet saja yang menjadi
masalah adalah jika sendi yang rusak sudah mengandung kristal-kristal
urat, sehingga sistem imunitas tubuh akan menyerang benda asing
tersebut. Sel darah putih ikut menginfiltrasi sendi dengan mengeradikasi
kristal tersebut. Namun keadaan ini justru akan menyebabkan terjadinya
inflamasi pembengkakan (radang) sendi yang akut (Iskandar,2012).
Sendi membengkak sehingga muncul rasa sakit yang hebat, akibat
tekanan pada kapsula sendi. Pengobatan di gunakan untuk menurunkan
kadar asam urat di dalam darah, misalnya alopurinol yang bekerja
sebagai inhibitor menekan produksi asam urat. Atau obat urikosurik,
misalnya probenesid untuk membantu mempercepat pembuangan asam
urat lewat ginjal. Obat penurun asam urat juga di perlukan, obat untuk
mengatasi radang dan rasa sakit yaitu golongan OAINS (obat anti
inflamasi non steroid) seperti indometasin, ibuprofen, ketoprofen, atau
deklofenak.Sedangkan untuk pencegahan serangan berulang, biasanya
diberikan kolkisin (Iskandar,2012)
3) Pencegahan Tersier
a) Pembatasan Purin
Apabila telah terjadi pembengkakan sendi atau kadar asam urat
serum lebih dari 10mg/dl, penderita harus diberikan diet bebas purin.
Namun pada, pada kenyataannya tidak mungkin merencanakan diet tanpa
purin karena hampir semua bahan makanan sumber protein mengandung
49
c. Tinggi Karbohidrat
Karbohidrat diberikan sesuai dengan kebutuhan kalori.
Karbohidrat kompleks, seperti nasi, singkong, roti, ubi, sangat baik
dikonsumsi oleh penderita gout karena dapat meningkatkan pengeluaran
50
d. Rendah Protein
Penderita gout diberikan diet rendah protein karena protein dapat
meningkatkan produksi asam urta, terutama protein yang berasal dari
bahan makanan hewani. Sumber makanan yang mengandung protein
tinggi misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa (Iskandar,2012).
e. Rendah Lemak
Lemak dapat menghambat eksresi asam urat melalui urin. Oleh
karena itu, penderita gout sebaiknya diberi diet rendah lemak. Penderita
harus membatasi makanan yang digoreng dan bersantan serta
menghindari penggunaan margarin (berasal dari produk nabati) atau
mentega (berasal dari produk hewani). Lemak yang dapat dikonsumsi
sebaiknya 15% dari total kalori.
f. Tinggi Cairan
Konsumsi cairan yang tinggi, terutama dari minuman, dapat
membantu pengeluaran asam urat melalui urin. Usahakan dapat
menghabiskan minuman sebanyak 2,5 liter atau sekitar 10 gelas sehari.
Pemberian air hangat pada penderita di pagi hari atau ketika bangun tidur
sangat baik. Selain dari minuman, konsumsi cairan bisa juga diperoleh
dari kuah sayuran, jus buah, maupun buah-buahan segar yang banyak
mengandung air.
51
BAB VIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Ny. S adalah seorang pasien denan gout artritis
1. Aspek personal
Ny. S, usia 51 tahun tinggal bersama dengan suami dan kedua anak kandung
sehingga bentuk keluarga nuclear family.
a. Idea : Pasien datang ke Puskesmas Tambak 1 untuk berobat
b. Concern : Pasien merasa nyeri seperti ditusuk jarum kecil pada jari
kaki dan kedua lutut terutama saat digerakkan.
c. Expectacy : Pasien mempunyai harapan penyakitnya segera sembuh
agar dapat beraktivitas
d. Anxiety : nyeri yang pasien rasakan dirasa akan menurunkan
produktivitas penjualan barang dagangan saat dipasar
2. Aspek klinis
Diagnosis Kerja : Gout Arthritis
Gejala klinis : nyeri seperti tertusuk dirasa di persendian
Diagnosis Banding : Osteoartritis, Reumatoid Artritis
3. Aspek faktor intrinsik
Aspek faktor risiko intrinsik individu diantaranya adalah sebagai
berikut :
d. Pasien berjenis kelamin perempuan berusia 51 tahun
e. Pasien gemar mengkonsumsi makanan daging berlemak dan emping
f. obesitas
4. Aspek faktor ekstrinsik
Aspek faktor ekstrinsik pada pasien diantaranya adalah sebagai
berikut :
c. Tingkat pendidikan pasien rendah
d. Pasien turut aktif dalam kegiatan ibu PKK yang sering mengadakan
acara memasak sehingga pasien kesulitan untuk mengatur pola makan
terutama diet tinggi purin
52
2. Preventif : Makan makanan yang cukup bergizi dan diet rendah purin yang
harus dilaksanakan, rutin control asam urat, kolesterol,
3. Kuratif : Pasien minum obat yang diberikan dokter secara rutin dan teratur.
Suaminya harus selalu mengingatkan dan mengawasi untuk minum obat dan
mengontrol pola makan penderita dan ikut mendukung dengan
mengantarkan berobat ke pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arya, R. 2013. Artritis Pirai: Buku Ajar Ilmu Penyakit Jilid III. Editor: Sudoyo.
Interna Publishing. Jakarta.
Feby, D. 2013. Arthritis Gout. Indian Journal of Medical Research 138, August
2013, pp185-193
Iskandar. 2012. Malaysian Society of Rheumatology. Clinical Practice Guidelines
on the Management of Osteoarthritis. 2004. Academy of Medicine of
Malaysia.
Kingston, 2011. Arthritis Gout in Rheumatology. United Kingdom : Mosby Year
Book Europe Limited 2.1 10.6.
Noviyanti K. 2015. Artritis Pirai: Diagnosis dan Tatalaksana. 1:85 (1): 49-56.