Вы находитесь на странице: 1из 6

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kemajuan teknologi semakin berkembang, sehingga masyarakat dalam hal


memperoleh informasi sangat cepat dan mudah, terutama dalam bidang kesehatan.
Masyarakat dengan sangat mudah mencari informasi tertutama tentang kewajiban dan
hak pasien dan penyakit yang mereka derita. Sehingga seorang dokter dalam praktik
klinis, sering dihadapkan dengan situasi ketidakpastian dalam membuat keputusan,
termasuk dalam membuat diagnosis, menentukan pilihan terapi atau manajemen untuk
menyelesaikan masalah klinis yang dihadapi pasien.
Pembuatan keputusan terhadap masalah-masalah klinis yang sensitif ethico-
medicolegal juga dihadapkan pada masalah yang sama yaitu ketidakpastian. Dokter
harus cakap dalam membuat keputusan klinis sekaligus ethico-medicolegal yang bisa
dipertanggungjawabkan tanpa akhirnya merasa bersalah dan berdosa. Karena itu
selain membutuhkan keterampilan clinical reasoning yang baik, dokter juga
membutuhkan kemampuan ethico and medicolegal reasoning secara memadai dalam
praktik sehari-hari mereka. Kecakapan seorang dokter dalam hal ethicomedicolegal
reasoning membutuhkan penguasaan yang memadai terhadap konsep-konsep teori
bioetika. Sedangkan untuk pendekatan bioetika sebagai disiplin ilmu, yang paling
mendasar adalah penelaahan filosofis yang dimaksudkan untuk mendapatkan alasan
yang logis (logical reasoning), kejelasan konsep, koherensi dan justifikasi yang
rasional.
Sementara itu, seorang dokter sering dihadapakan dalam persoalan medis yang
sensitif etik dalam praktik sehari-hari, bersifat sering, intensif dan menuntut
keputusan segera yang bisa dipertanggungjawabkan. Akibatnya, dokter sering ragu
saat harus memutuskan tindakan terbaik atau yang benar serta dapat
dipertanggungjawabkan untuk diterapkan pada pasien dalam keadaan tertentu.
Pertanyaan ini tidak saja berkaitan dengan aspek medis, tetapi juga harus dipahami
dalam perspektif etis. Dalam praktik kedokteran, dokter sering menjumpai dan sadar
mengenai ketidakpastian serta keterbatasan ilmu kedokteran. Di sisi lain, dokter
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk berusaha mengurangi terjadinya
kesalahan. Pada saat itu baik posisi dokter maupun pasien berada dalam keadaan
rentan. Posisi pasien jelas karena kesalahan bisa berdampak fatal bagi kesehatan
bahkan bagi kehidupannya. Dari sisi dokter, juga rawan karena selain perasaan
bersalah secara pribadi, juga secara hukum dapat dipersalahkan karena dianggap lalai
dalam melakukan kewajibannya.
Berdasarkan, tingkat keraguan seorang dokter yang dihadapkan dengan etik
dan dalam pengambilan keputusan diagnosis dan terapi, maka saya berkeinginan
untuk membahas tentang etika pelayanan kedokteran.

I.2. Tujuan Penulisan

Menerangkan mengapa etika penting dalam pengobatan


Mengidentifikasi sumber-sumber utama etika kedokteran
Mengenali pendekatan-pendekatan berbeda dalam membuat keputusan etis,
termasuk dari anda sendiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Teori kaidah dasar bioetika


Dalam dunia kedokteran, terdapat berbagai macam prinsip yang digunakan
dalam pengambilan keputusan. Namun, yang digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan terdiri dari empat prinsip yang biasa disebut sebagai
Kaidah Dasar Bioetik (KDB). Terdapat empat prinsip utama di dalam Kaidah
Dasar Bioetik, yaitu beneficence, non-maleficence, autonomy, dan justice.

a. Beneficence
Beneficence atau tindakan berbuat baik mengacu pada tindakan yang
dilakukan demi kebaikan pasien. Beneficence bersifat sangat umum dalam
dunia kedokteran. Artinya bahwa hampir setiap saat prinsip ini diterapkan
dalam mengambil keputusan.Adapun prinsip-prinsip dari beneficence adalah
sebagai berikut:

1. General beneficence :

melindungi & mempertahankan hak yang lain

mencegah terjadi kerugian pada yang lain,

menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,

2. Specific beneficence :
menolong orang cacat,

menyelamatkan orang dari bahaya.

3. Mengutamakan kepentingan pasien (altrualisme).

4. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan


dokter/rumah sakit/pihak lain tetapi juga sebagai saudara yang patut
ditolong.

5. Maksimalisasi akibat baik yang dapat diterima pasien.

6. Menjamin nilai pokok : apa saja yang ada, pantas (elok) kita bersikap
baik terhadapnya (apalagi ada yg hidup)

Beneficence biasanya diterapkan dalam kasus yang simpel dan umum.


Kondisi pasien sadar dan tidak begitu parah. Pengobatan yang diberikan
wajar tidak berlebihan ataupun dikurang-kurangi. Intinya, dokter
mengutamakan kepentingan pasien dan bertindak demi kebaikan pasien.

Daftar Pustaka

1. Gandes RR , McAleer S. Clinical reasoning of Indonesian medical students as


measured by diagnostic thinking inventory. South East Asian J Med Education.
2008;2(1):42-7.
2. Gandes RR. Metode penilaian penalaran klinis. Presented at Workshop Rumah Sakit
Pendidikan, Yogyakarta, 25 28 November 2008.
3. Suryadi. Clinical reasoning. Presented ar Workshop Rumah Sakit Pendidikan,
Yogyakarta, 25 28 November 2008.
4. Fournier JP, Demeester A, Charlin B. Script Concordance Test: Guidelines for
Construction; BMC Medical Informatics and Decision Making 2008; 8: 18;
http://www.biomedcentral.com/1472- 6947/8/18
5. Sibert L, Darmoni SJ, Dahamma B, Hellot MF, Weber J, Charlin B. On line clinical
reasoning assessment with Script Concordance Test in Urology: results of a Frenceh
pilot study, BMC Medical Education 2006, 6:45;
http://www.biomedcentral.com/1472-6920/6/45
6. Stefan Bremberg, Tore Nilstum. Patients autonomy and medical benefi t ethical
reasoning among GPs, Family Practice Vol 17 No 2 Oxford University Press, 2000
7. Beauchamp TL, Childress J. Principles of Biomedical Ethics 4th ed, Oxford
University Press, 1994
8. Ebbesen M, Pedersen BD. Empirical investigation of the ethical reasoning of
physicians and molecular biologists the importance of the four principles of
biomedical ethics; Philosophy, Ethics, and Humanities in Medicine 2007. 2.23
9. Torjuul K, Nordam A, Sorlie S., Ethical challenges in surgery as narrated by
practicing surgeon in BMC Medical Ethics, 28 February 2005, dol:10.1186/1472-
6939-6-2: http://www. biomedcentral.com
10. Kaldjian LC, Weir RF, Duff y TP, A Clinicians Approach to Clinical Ethical
Reasoning, J. General Internal Medicine 2005; 20;306 311
11. Tony Hope et al. Medical Ethics and Law The Core Curriculum; Churchil
Livingstone, 2003
12. Kasule OH. Aplikasi Nilai-nilai Islam pada Pengajaran Klinis; dipresentasikan di
Seminar dan Lokakarya Implementasi Nilai-nilai Islam di dalam Pendidikan
Kedokteran di Indonesia FKUNISMA 8 9 September 2007
13. Huda. Kuliah Maqasid Syariah Blok Bioetik, Hukum Kedokteran dan HAM bidang
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2009,
14. Gillon R. Medical ethics: four principles plus attention to scope, BMJ 1994;309:184
8
15. Purwadianto A. 2007, Segi Kontekstual Pemilihan Prima Facie Kasus Dilemma Etik
dan Penyelesaian Kasus Konkrit Etik, dalam bahan bacaan Program Non Gelar Blok
II FKUI Juni 2007
16. Kasule OH, Aplikasi Nilai-nilai Islam pada Pengajaran Klinis; dipresentasikan di
Seminar dan Lokakarya Implementasi Nilai-nilai Islam di dalam Pendidikan
Kedokteran di Indonesia FKUNISMA 8 9 September 2007
17. Calman KC. Evolutionary ethics: can values change, J Med Ethics 2004;30:366
370.doi: 10.1136/jme.2002.003582
18. Benagiano G, Carrara S, Filippi V. Sex and Reproduction: an evolving relationship,
Human Reproduction Update, 2010;16(1 ): 96 107.
19. Walker D, Gutierrez JP, Torres P., Betozzi SM. HIV prevention in Mexican school:
prospective randomized evaluation of intervention; British Medical Journal,
dol:10.1136/bmj.38796.457407.80 8 May 2006
20. Martiniuk ALC, OConnor KS, King WD. A cluster randomized trial of a sex
education programme in Belize, Central America. Internat. J. Epidemiol. 2003; 32:
131 6.
21. Steiner MJ, Cates Jr. W. Condoms and Sexually-Transmitted Infections, NEJM
2006;354;25 june 22, www.nejm.org.
22. Schenk KD. Emergency contraception: lessons learned from the UK, J Family
Planning and Reproductive Health Care 2003: 29(2).
23. Calman KC. Evolutionary ethics: can values change. J Med Ethics 2004;30:366
370.doi: 10.1136/jme.2002.003582
24. Hedayat KM, Pirzadeh R. Issues in Islamic Biomedical Ethics: A Primer for the
Pediatrician. Pediatrics, Oct 2001; 108: 965 71.
25. Aminah S. Implementasi Hak-Hak Reproduksi Isteri; Studi Kasus Terhadap
Penggunaan Alat Kontrasepsi Tanpa Izin Suami di Kecamatan Wonocolo Kota
Surabaya, Thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010

Вам также может понравиться