Вы находитесь на странице: 1из 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Patient safety adalah suatu upaya dari petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang aman untuk pasien. World Health Organization (WHO) sebagai
induk organisasi kesehatan dunia telah mengkampanyekan program keselamatan pasien salah
satunya adalah menurunkan risiko infeksi nosokomial.
Infeksi yang muncul setelah 72 jam seseorang dirawat di rumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut
infeksi nosokomial. Kejadian infeksi ini menyebabkan lama perawatan (LOS), mortalitas dan
biaya pelayanan kesehatan meningkat. Sebuah penelitian menganalisis tentang keefektifan
biaya dari program pendidikan hand hygiene (kebersihan tangan), menemukan bahwa total
biaya penyediaan alkohol dan promosinya adalah kurang dari 1 % dari biaya infeksi
nasokomial.
Cuci tangan menjadi salah satu langkah yang efektif untuk memutuskan rantai
transmisi infeksi, sehingga insidensi nosokomial dapat berkurang. Pencegahan dan
pengendalian infeksi mutlak harus dilakukan oleh perawat, dokter dan seluruh 126 Majalah
Kedokteran Terapi Intensif Kepatuhan Cuci Tangan 5 Momen di Unit Perawatan Intensif
orang yang terlibat dalam perawatan pasien. Salah satu komponen standar kewaspadaan dan
usaha menurunkan infeksi nosokomial adalah
menggunakan panduan kebersihan tangan yang benar dan mengimplementasikan secara
efektif.
Hand hygiene adalah istilah yang digunakan untuk mencuci tangan menggunakan
antiseptik pencuci tangan. Pada tahun 2009,WHO mencetuskan global patient safety
challengedengan clean care is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand
hygiene untuk petugas kesehatan dengan My five moments for hand hygiene adalah
melakukan cuci tangan: Sebelum bersentuhan dengan pasien, Sebelum melakukan prosedur
bersih/steril, Setelah bersentuhan dengan ciaran tubuh pasien, risiko tinggi, Setelah
bersentuhan dengan pasien, Setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien.
Sebuah penelitian pada 40 rumah sakit melaporkan kepatuhan tenaga kesehatan yang
melakukan hand hygiene sebelum dan setelah ke pasien bervariasi antara 24% sampai 89%
(rata-rata 56,6%). Penelitian ini dilakukan setelah dipromosikannya program WHO dalam

1
pengendalian infeksi seperti tersebut di atas. Menurut data Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional berperilaku benar dalam cuci tangan adalah
23,2%8. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kepatuhan mencuci tangan pada petugas
kesehatan yang bekerja di unit perawatan intensif dan keefektifan program sosialisasi cuci
tangan 5 momen.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dirumuskan
adalah:bagaimana pelaksanaan five moment cuci tangan di Ruang IGD Rumah Sakit dr . M
.Salamun Bandung?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Laporan ini digunakan untuk mengidentifikasi Pelaksanaan five moment di Ruang
IGD Rumah Sakit dr . M .Salamun Bandung
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan kajian situasi di Ruang IGD RSAU. dr. M. Salamun sebagai dasar
untuk menyusun rencana strategis dan operasional unit
b. Melakukan analisa SWOT sesuai dengan analisis kajian situasi
c. Membuat matriks strategi berdasarkan analisa SWOT
d. Membuat prioritas masalah berdasarkan matriks SWOT
e. Melakukan analisis Fish Bone
f. Membuat Planning Of Action dari masalah five moment di ruang IGD

D. Waktu
Waktu pengkajian situasi sampai implementasi dilaksanakan selama 4 hari sejak
tanggal 29 Maret 1 April 2017, di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)
RSAU.dr.M.Salamun.

E. Metode Pengumpulan Data


Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data pelaksanaan five moment cuci
tangan sesuai dengan standar WHO di Ruang IGD RSAU dr.M. SALAMUN

2
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan kepala ruangan, CI ruangan, kepala tim, perawat
pelaksana terkait dengan pelaksanaan five moment cuci tangan di Ruang IGD RSAU
dr.M. SALAMUN.

F. Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini dibuat dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang, tujuan umum dan khusus, waktu dan tempat praktik,
metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.
2. Bab II Tinjauan teori
3. Bab III Uraian kegiatan terdiri dari Kajian Situasi Ruang IGD ,berisi profil Rumah
Sakit, profil ruangan, pengkajian situasi lingkungan, analisa SWOT, matriks
strategi, matriks SWOT, prioritas masalah, fish bone dan Planning of Action
(POA).
4. Bab IV Implementasi dan Evaluasi
5. Bab V Penutup (Kesimpulan dan Saran)

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Cuci Tangan


1. Pengertian Cuci Tangan
Mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
walaupun memakai sarung tangan dan alat pelindung diri lain. Tindakan ini untuk
mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran infeksi
dapat dikurangi (Nursalam dan Ninuk, 2007). Mencuci tangan adalah proses yang
secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan
menggunakan sabun biasa dan air (Depkes RI, 2009). Menurut Susiati (2008),
tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk mengangkat mikroorganisasi yang
ada ditangan, membuat kondisi tangan steril sehingga infeksi silang bisa dicegah.

2. Indikator Cuci Tangan


Menurut Himpunan Perawat Pengendali Infeksi Indonesia (HPPI) tahun 2010
waktu melakukan cuci tangan, adalah bila tangan kotor, saat tiba dan sebelum
meningggalkan rumah sakit, sebelum dan sesudah melakukan tindakan, kontak
dengan pasien, lingkungan pasien, sebelum dan sesudah menyiapkan makanan,
serta sesudah kekamar mandi. Indikator mencuci tangan digunakan dan harus
dilakukan untuk antisipasi terjadinya perpindahan kuman melalui tangan
(Depkes,2008) yaitu:
a. Sebelum melakukan tindakan, misalnya saat akan memeriksa (kontak langsung
dengan klien), saat akan memakai sarung tangan bersih maupun steril, saat
akan melakukan injeksi dan pemasangan infus.
b. Setelah melakukan tindakan, misalnya setelah memeriksa pasien, setelah
memegang alat bekas pakai dan bahan yang terkontaminasi, setelah
menyentuh selaput mukosa. WHO telah mengembangkan Moments untuk
Kebersihan Tangan yaitu FiveMoments for Hand Hygiene, yang telah
diidentifikasi sebagai waktu kritis ketika kebersihan tangan harus dilakukan
yaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum tindakan aseptik, setelah
terpapar cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak
dengan lingkungan pasien (WHO, 2009). Dua dari lima momen untuk
kebersihan tangan terjadi sebelum kontak. Indikasi "sebelum" momen

4
ditujukan untuk mencegah risiko penularan mikroba untuk pasien. Tiga lainya
terjadi setelah kontak, hal ini ditujukan untuk mencegah risiko transmisi
mikroba ke petugas kesehatan perawatan dan lingkungan pasien.
Berikut gambar 5 moment mencuci tangan:

Gambar: Five Moments Hand Hygiene (Sumber: WHO,2009)

3. Macam-macam Cuci Tangan


Cuci tangan medis dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
a. Cuci tangan sosial/mencuci tangan biasa: untuk menghilangkan kotoran dan
mikroorganisme transien dari tangan dengan sabun atau detergen paling tidak
selama 10 sampai 15 detik.
b. Cuci tangan prosedural/cuci tangan aseptik: untuk menghilangkan atau
mematikan mikroorganisme transien, disebut juga antisepsi tangan, dilakukan
dengan sabun antiseptik atau alkohol paling tidak selama 10 sampai 15 detik.
c. Cuci tangan bedah/cuci tangan steril: proses menghilangkan atau mematikan
mikroorganisme transien dan mengurangi mikroorganisme residen, dilakukan
dengan larutan antiseptik dan diawali dengan menyikat paling tidak 120 detik.

4. Teknik Mencuci Tangan


Teknik mencuci tangan biasa
Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan sabun dan air
bersih yang mengalir atau yang disiramkan, biasanya digunakan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan yang tidak mempunyai risiko penularan penyakit.

5
Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan biasa adalah setiap wastafel
dilengkapi dengan peralatan cuci tangan sesuai standar rumah sakit (misalnya kran
air bertangkai panjang untuk mengalirkan air bersih, tempat sampah injak tertutup
yang dilapisi kantung sampah medis atau kantung pembersih tangan yang
berfungsi sebagai antiseptik, lotion tangan, serta di bawah plastik berwarna kuning
untuk sampah yang terkontaminasi atau terinfeksi), alat pengering seperti tisu, lap
tangan (hand towel), sarung tangan (gloves), sabun cair atau cairan wastefel
terdapat alas kaki dari bahan handuk. Prosedur kerja cara mencuci tangan biasa
adalah sebagai berikut:
a. Melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau
jam tangan
b. Mengatur posisi berdiri terhadap kran air agar memperoleh posisi yang
nyaman.
c. Membuka kran air dengan mengatur temperatur airnya.
d. Menuangkan sabun cair ke telapak tangan.
e. Melakukan gerakan tangan, dimulai dari meratakan sabun dengan kedua
telapak tangan, kemudian kedua punggung telapak tangan saling menumpuk,
bergantian, untuk membersihkan sela-sela jari.
f. Membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan
g. Membersihkan kuku dan daerah sekitarnya dengan ibu jari secara bergantian,
kemudian membersihkan ibu jari dan lengan secara bergantian.
h. Membersihkan (membilas) tangan dengan air yang mengalir sampai bersih,
sehingga tidak ada cairan sabun dengan ujung tangan menghadap ke bawah
i. Menutup kran air menggunakan siku, bukan dengan jari karena jari yang telah
selesai kita cuci pada prinsipnya bersih.
Hal yang perlu diingat setelah melakukan cuci tangan yaitu mengeringkan
tangan dengan hand towel.

5. 6 Langkah Cuci Tangan


a. Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan
b. Gosokan punggung dan sela-sela jari tangan dengan tangan kanan dan
sebaliknya
c. Gosokan kedua telapak tangan dan sela-sela jari
d. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci

6
e. Kemudian gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya
f. Gosok dengan memutar ujung jari ditelapak tangan kiri dan sebaliknya

7
BAB III

KAJIAN SITUASI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)

A. Profil Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun Bandung


Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun Bandung merupakan rumah sakit tipe
B yaitu rumah sakit Militer Angkatan Udara di Bandung yang memiliki kebijakan mutu
dalam berupaya memenuhi kepuasan dan keselamatan pasien dengan senantiasa
memperbaiki sistem manajemen mutu, manajemen resiko, pendidikan dan
penelitiankesehatan berbasis bukti secara konsisten dan berkesinambungan (Pedoman
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, 2014).
Visi Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun Bandung adalah Menjadi
Rumah Sakit Rujukan TNI tebaik di Jawa Barat. Misi Rumah Sakit Angkatan Udara dr.
M. Salamun Bandung adalah:

1. Menyelenggarakan dukungan kesehatan yang diperlukan dalam setiap operasi dan


latihan TNI/TNI AU
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu terhadap anggota TNI/TNI AU
berikut keluarganya serta masyarakat umum
3. Meningkatkan kemampuan profesionalisme personal secara berkesinambungan

Falsafah Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun Bandung adalah Jiwa dan
Semangat Pengabdian TNI adalah Landasan Dalam Melaksanakan Pelayanan Kesehatan

Motto Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun Bandung adalah


H : Handal
E : Efisien
B : Bersih
R : Ramah
I : Indah
N : Nyaman
G : Gemilang

8
Landasan nilai dalam mencapai Visi dan Misi Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M.
Salamun Bandung adalah 3S, yaitu:
S Senyum, yaitu memberikan pelayanan dengan ikhlas dan sabar yang ditunjukkan
dengan ekspresi wajah yang selalu senyum dan ramah kepada semua orang.
S Sapa, yaitu komunikasi verbal yang menunjukkan sikap perhatian dalam rangka
mendukung kesembuhan pasien.
S Salam, yaitu bentuk silaturahmi dan doa terhadap kesembuhan pasien.

Tujuan Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun Bandung adalah:


a. Terselenggaranya dukungan kesehatan terhadap operasi dan latihan TNI/TNI AU
b. Sebagai pusat rujukan rumah sakit TNI se-Jawa Barat
c. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu bagi anggota TNI,PNS beserta
keluarganya serta masyarakat umum

B. Kajian Situasi Ruang IGD


Ruang IGD memiliki tenaga medis, perawat dan nonmedis. Tenaga perawat di ruang
IGD ada 20 orang dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan Ners 1 orang, Sarjana
Keperawatan 2 orang dan DIII Keperawatan 10 orang, DIII Kebidanan 5 orang, D4
kebidanan 1 orang. Selain tenaga medis dan perawat, ruang IGD juga memiliki 2 orang
tenaga administrasi yang mengurus administrasi ruangan dan 4 orang tenaga prakarya.
Pembagian jadwal dinas terbagi menjadi 3 shift yaitu dinas pagi, dinas sore dan dinas
malam yang telah disusun dan diatur oleh penanggung jawab jadwal yang diketahui oleh
ka admin gadar.
Untuk jadwal dinas di ruang IGD sudah tersusun dan dibuat oleh penanggung jawab
jadwal dengan beban kerja sesuai dengan pembagian tim. Ruangan IGD memiliki
fasilitas antara lain ruang Triase, ruang isolasi, ruang radiologi IGD, ruang non bedah,
ruang bedah, ruang OK emergensi, ruang ponek, ruang resusitasi, ruang laboratorium,
ruang spoelhoek, ruang loker, serta ruang perawat dan ruang dokter, kamar transit
jenasah, kamar mandi, ruang Ka Admin Gadar dan ruang pendaftaran IGD.

9
1. Sumber Daya Manusia Ruang IGD

Tabel 3.1
Distribusi Tenaga Kesehatan di ruang IGD
KUALIFIKASI
NO NAMA PENDIDIKAN LAMA KERJA
SERTIFIKAT
1. Mayor Elisabeth S1. Keperawatan PPGD 19 tahun 10 bulan
2. Kopda Agung D3. Keperawatan PPGD 17 tahun 9 bulan
3. PNS Novi D3. Keperawatan PPGD 11 tahun
4. PNS Nurwigati D4. Kebidanan PPGD 11 tahun 3 bulam
5. PNS Santi D3. Keperawatan PPGD 10 tahun
6. PNS Sutini S1. Keperawatan BTCLS 8 tahun 1 bulan
7. PNS Nofi Tri D3. Kebidanan BHD 6 tahun 3 bulan
8. PNS Eli D3. Kebidanan BHD 17 tahun
9. PNS Lilis D3. Kebidanan BHD 12 tahun 2 bulan
10. PNS Desi D3. Kebidanan BHD 17 tahun 1 bulan
11. PPPK Apan D3. Keperawatan PPGD 11 Tahun
12. PPPK Oktam D3. Keperawatan PPGD 5 Tahun 7 bulan
13. PPPK Taufik D3. Keperawatan PPGD 3 Tahun11 bulan
14. PPPK Hana D3. Kebidanan PPGD 5 Tahun
15. PPPK Hendra D3. Keperawatan PPGD 2 Tahun 2 bulan
16. PPPK Nenden D3. Keperawatan PPGD 1 Tahun 11 bulan
17. PPPK Agung S1. Kep + Ners PPGD 1 Tahun 2 bulan
18. PPPK Sigit D3. Keperawatan PPGD 10 bulan
19. PPPK Nurul A. D3. Keperawatan PPGD 1 bulan
20. PPPK Hani J. D3. Kebidanan BHD 1 bulan
Sumber: Data Ruang IGD
Interpretasi tabel :
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perawat Ruang
IGD berpendidikan D3 Keperawatan dengan masa kerja minimal 1 bulan dan
maksimal 17 tahun 9 bulan, D3 Kebidanan dengan masa kerja minimal 1 bulan dan
maksimal 17 tahun 1 bulan. Sebagian kecil berpendidikan S1 Keperawatan Ners
dengan masa kerja 1 tahun 2 bulan .

10
Tabel 3.2
Kualifikasi Pendidikan Perawat

Jenis Pendidikan Jumlah Presentase


Profesi Ners 1 Orang 5%
S1 Keperawatan 2 Orang 10 %
D4 Kebidanan 1 Orang 5%
D3 Keperawatan 10 Orang 50 %
D3 Kebidanan 6 Orang 30 %
Jumlah 20 Orang 100 %
Sumber: Data Ruang IGD
Interpretasi tabel :
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 5% tenaga kesehatan ruang IGD
berpendidikan Profesi Ners dan D4 Kebidanan, S1 Keperawatan sebanyak 10%,
D3 Kebidanan sebanyak 30% dan D3 Keperawatan sebanyak 50%.

STRUKTUR JABATAN
INSTALASI GAWAT DARURAT
(IGD)

KA. GADAR
Konsulen
dr. Heru Wisnu Sp.An
Mayor kes NRP 527109

Clinical Instructor

Sutini S.Kep
Pengatur TK.IId
Nip. 198606202008122002

KA UNIT ADMINGADAR KA UNIT LOGGADAR KA UNIT YANGADAR

Elizabeth I.R., S.Kep Elizabeth I.R., S.Kep Sutini S.Kep


Mayor Kes NRP 522928 Mayor Kes NRP 522928 Pengatur TK.IId
Nip. 198606202008122002

Ket : kotak dengan garis putus putus


adalah struktur organisasi yang di lengkapi.

11
2. Model Asuhan Keperawatan Ruang IGD
Model asuhan keperawatan yang digunakan diruang IGD adalah model asuhan
keperawatan Tim. Model asuhan keperawatan Tim adalah suatu bentuk sistem atau
metode penugasan pemberian asuhan keperawatan, dimana Kepala Ruangan membagi
perawat pelaksana dalam beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh seorang
perawat professional atau berpengalaman. Metoda ini digunakan bila perawat
pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan memiliki kemampuan
(Arwani, 2006). Pembagian shift dibagi menjadi 3 shift yaitu: dinas pagi, dinas sore,
dan dinas malam yang perbulannya diatur oleh penanggung jawab jadwal yang di
ketahui oleh Ka admin gadar.

3. Fasilitas Ruang IGD


Tabel 3.3
Distribusi Fasilitas di Ruang IGD
No. Fasilitas Jumlah
1. Kamar Mandi
Perawat 1 buah
Dokter 1 buah
Pasien 4 buah
Total 6 buah
2. Spoel Hock 1 ruang
3. Gudang 1 ruang
4. Nurse Station 1 ruang
5. Ruang Depo Obat 1 ruang
6. Kantor Kepala Ruangan 1 ruang
7. Washtafel
Perawat 1 buah
Pasien 2 buah
Total 3 buah
8. Tempat Tidur
Ruang Triase 2 tempat tidur
Ruang Isolasi 2 tempat tidur
Ruang Non Bedah 4 tempat tidur
Ruang Bedah 3 tempat tidur
Ruang Resusitasi 3 tempat tidur
Ruang Ponek 2 tempat tidur
Total 16 tempat tidur
Sumber: Data Ruang IGD
Interpretasi tabel :
Pembagian area di ruang IGD cukup jelas yang terdiri dari ruang triase, ruang isolasi,
ruang non bedah, ruang bedah, ruang resusitasi, ruang ponek, spoel hock, gudang,

12
nurse station, ruang depo obat, kantor kepala ruangan. Selain itu fasilitas di ruang
IGD juga dilengkapi dengan 4 kamar mandi (1 untuk perawat, 1 untuk dokter dan 3
untuk pasien), 3 buah wastafel (1 untuk perawat dan 2 untuk pasien), jumlah tempat
tidur secara keseluruhan yaitu 16 tempat tidur.

4. BOR (Bed Occupancy Rate)


Jumlah tersebut di dapat dari rumus Depkes RI (2005) sebagai berikut :
/ /
=
/

= 50 orang 4 jam
7 jam
= 28,6 => 29 orang
BOR pada kapasitas tempat tidur 16 buah berarti setiap harinya pasien yang dirawat
sebanyak 29 orang.

5. Prosedural
Ruangan IGD memiliki kumpulan Standar Operasional Prosedur (SOP)
sebanyak 70 SOP.

6. 10 Besar Kasus Tersering di Ruang IGD

Tabel 3.4
Distribusi 10 Besar Kasus Tersering Di Ruang IGD
Periode Bulan Desember 2016-Februari 2017

No. Nama Kasus Jumlah


1. Dyspepsia 263
2. GEA 226
3. Obstetrik 206
4. DHF 120
5. Vulnus lateratum 120
6. Hipertensi 114
7. Vomitus 110
8. Stroke 105
9. CHF 102
10. Asma 91
Sumber: Data Ruang IGD

13
Interpretasi tabel : Berdasarkan tabel di atas dapat kasus terbanyak pertama di ruang
IGD adalah dyspepsia dengan jumlah 263 pasien, GEA dengan jumlah 226 pasien,
obstetric dengan jumlah 206 pasien, DHF dengan jumlah 120 pasien, vulnus lateratum
dengan jumlah 120 pasien, hipertensi dengan jumlah 114 pasien, vomitus dengan
jumlah 110 pasien, stroke dengan jumlah 105 pasien, CHF dengan jumlah 102 pasien
dan asma dengan jumlah 91 pasien.

7. Fasilitas Alat Kesehatan


Tabel 3.5
Alat - Alat Kesehatan

No Nama Alat Jumlah Kondisi


1 Timbangan badan dewasa 1 buah Baik
2 Thermometer safety 3 buah Baik
3 Thermometer digital 1 buah Baik
4 Klem lurus 2 buah Baik
5 Korentang 1 buah Baik
6 Artery klem bengkok 14 cm 5 buah Baik
7 Printer 1 buah Baik
8 Tabung O2 kecil lengkap 1 buah Baik
9 Bak spuit 1 buah Baik
10 Kom betadine 1 buah Baik
11 Gunting verband 1 buah Baik
12 Pinset anatomis 2 buah Baik
13 Pinset chirugis 2 buah Baik
14 Korentang + tempat 1 buah Baik
15 Tensimeter duduk 2 buah Baik
16 Stetoscope 4 buah Baik
17 Regulator oksigen 3 buah Baik
18 Oksigen kit 1 buah Baik
19 Timbangan anak 1 buah Baik
20 Saturasi anak 1 buah Baik
21 Stetoscope anak 1 buah Baik
22 Lampu effendrof 1 buah Baik
23 Balon EKG @6 buah 1 buah Baik
24 WWZ 2 buah Baik
25 Tensimeter 1 buah Baik
26 Stetoscope 1 buah Baik
27 Arteri klem kecil 8 buah Baik
28 Klem kocher sedang 6 buah Baik
29 Pinset chirugis kecil 1 buah Baik
30 Reflex hammer 3 buah Baik
31 Scalpel handle no 3 3 buah Baik
32 Stetoscope 3 buah Baik
33 Tensimeter 1 buah Baik

14
34 Thermometer axila 3 buah Baik
35 Thermometer anal 1 buah Baik
36 Infusion pump 2 buah Baik
37 Suction pump 2 buah Baik
38 Beside monitor 2 buah Baik
39 Troli Emergensy 2 buah Baik
40 Instrumencabunet 1 buah Baik
41 Ambubag 2 buah Baik
42 Brandcard 2 buah Baik
43 Resusitasi anak 1 buah Baik
44 Resusitasi bayi 1 buah Baik
45 Laryngoscope 1 buah Baik
46 Nebulizer 1 buah Baik
47 Infant incubator mobile 3 buah Baik
48 Mobile Operating Lamp 1 Buah Baik
49 Diagnostik Set 1 Buah Baik
50 Autocleve 1 Buah Baik
Sumber: Data Ruang IGD
Interpretasi tabel : Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan, bahwa kondisi
peralatan di ruang IGD hampir secara keseluruhan dalam kondisi baik, hanya alat-alat
dalam Troly Emergensi masih dalam kondisi kurang.

8. Kebutuhan Tenaga Perawat


Loss Day tahun 2017 (Depkes RI 2005)

+ +
=

105 + 10 + 15
= 20 = 11,06
235

Jumlah tenaga yang diperlukan

= tenaga yang tersedia + loss day

= 20 orang + 11,06 = 31,06 (31 orang perawat)

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa ruang IGD


membutuhkan 11 orang perawat dan bidan untuk memaksimalkan pemberian
pelayanan serta asuhan keperawatan dan kebidanan setiap hari terhadap pasien di
tahun 2017.

15
C. Identifikasi SWOT
1. Kekuatan (Strength)
1. Terdapat tenaga keperawatan: Ners sebanyak 1 orang, Sarjana Keperawatan
sebanyak 2 orang, , Diploma Keperawatan sebanyak 11 orang, diploma
Kebidanan 5 orang, D4 kebidanan sebanyak 1 orang, dokter umum 20 orang,
Cleaning service 3 orang, tenaga administrasi 2 orang dan tenaga prakarya
keseahatan 4 orang.
2. Terdapat tenaga keperawatan dan kebidanan yang telah memiliki sertifikat
pelatihan
3. Terdapat pegawai orientasi yang terdiri dari 2 orang
4. Memiliki tenaga perawat yang berpengalaman, dengan masa kerja paling lama 19
tahun 10 bulan dan perawat baru paling lama 1 bulan
5. Diadakan breafing sebagai bentuk evaluasi dan laporan secara intern maupun
ekstern di ruangan
6. Mempunyai standar asuhan keperawatan
7. Mempunyai sarana dan prasarana untuk pasien dan tenaga kesehatan, antara lain:
a Memiliki nurse station
b Tersedianya tempat duduk di depan ruang IGD untuk ruang tunggu keluarga
pasien.
c Memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 16 bad (Non Bedah 4 bad, bedah 3,
resusitasi 3,triase 2,isolasi 2, Ponek 2 )
d Terdapat tempat sampah : ruang non bedah (infeksius 1,non infeksius 1,safety
box 2), ruang bedah (infeksius 2, non infeksius 1, linen infeksius 1, safety box
2), ruangan resusitasi ( infeksius 1, non infeksius 1).
e Terdapat 4 toilet untuk pasien dan keluarga ( ruang Non Bedah 2, ruang Ponek
1, ruang Isolasi 1) serta 1 kamar mandi untuk perawat, dan 1 kamar mandi
untuk dokter,1 kamar mandi untuk lab.
f Terdapat poster untuk langkah-langkah cuci tangan dibeberapa tembok
8. Terdapat administrasi penunjang ( SAK dan lainnya)
9. Terdapatnya handscrub di setiap pintu masuk ruangan
10. Terdapat 2 APAR
11. Lingkungan tertata baik karena terbagi atas beberapa sub bagian ruang tindakan
perawatan antara lain : ruang triase, ruang isolasi, ruang Ponek, ruang perawat,
ruang Radiologi, lab, ruang dokter, ruang spoolhock, ruang Non bedah, ruang

16
Bedah, ruang KASSA, ruang Ka.IGD, ruang jenazah, ruang transit, ruang
dispensing, Gudang.
12. Lingkungan IGD memiliki jalur TRIASE yang telah diberi tanda atau warna
sesuai tingkat kegawat daruratan.
13. Terdapat struktur organisasi, dan visi misi serta, motto,hak dan kewajiban dan
falsafah bidang keperawatan yang terpampang di dindig ruangan.
14. Lingkungan IGD terletak di depan RS dan memiliki akses langsung dari jalan raya
dan tanpa hambatan.
15. Akses masuk ruang gawat darurat dilengkapi dengan tanda penunjuk jalan yang
jelas.
16. Semua tenaga kesehatan sudah mengikuti pelatihan BHD
17. Adanya mahasiswa praktek dan perawat orientasi
18. Tenaga kesehatan memiliki kedisiplinan yang baik
19. Memiliki 4 buah ambulance dengan kelengkapan yang siap digunakan dan 1
mobil jenazah.
20. Memilki gelang identitas sebagai tanda pengenal pasien sesuai jenis kelamin dan
kartu tanda resiko jatuh.
21. Adanya kerja sama antar Rumah Sakit dr. M. Salamun dengan Rumah Sakit di
Jawa Barat.
22. Rumah sakit memiliki hubungan kerjasama dengan poltekes ciumbeuleuit.
23. Adanya suatu kebijakan bersifat militer yang dapat menunjang tingkat
kedisiplinan pegawai.

2. Kelemahan/ Weakness
1. Persediaan alat pemeriksaan fisik masih kurang, seperti stetoskop hanya 3 buah,
tensi meter hanya 3 buah, termometer hanya 2 buah.
2. Hasil tanya jawab dengan pasien pada tanggal 21 dan 22 maret 2017 dari 15
responden, terdapat 13 pasien mengatakan tidak mengetahui nama perawat dan 2
orang mengetahui nama perawat.
3. Terindentifikasi beberapa Perawat kurang memperhatikan kebersihan dan
kerapihan alat setelah digunakan (bengkok, kom, khususnya setelah rawat luka,
hacting dan tindakan lainnya).
4. Teridentifikasi tenaga kesehatan di ruang IGD belum optimal menerapkan 5
moment 6 langkah cuci tangan dengan tepat khususya pada moment sebelum

17
melakukan tindakan, sebelum kontak dengan pasien, setelah kontak dengan
lingkungan pasien.
5. Pemilahan sampah medis dan Non medis belum dilakukan secara tepat (kadang
terdapat sampah non medis seperti: kemasan obat, bungkusan spuit, hepafix yang
tidak terkontaminasi, dan lain-lain di dalam tempat sampah medis)
6. Hasil observasi pada tahap komunikasi pra interaksi sebelum melakukan
intervensi keperawatan belum dilakukan secara optimal (fase orientasi).
7. Masih kurangnya leaflet pada kotak leaflet yang tersedia.
8. Kurangnya poster peringatan tentang bahaya penyebaran infeksi
9. Kebijakan tata tertib untuk pendamping/keluarga pasien belum berjalan dengan
baik.
10. Ditemukan lingkungan toilet pasien terlihat kurang bersih.
11. Kurangnya alat di ruang triase (nursing kit) belum memenuhi standar jumlah
nursing kit sederhana yang harus ada di ruang triase yaitu minimal 2 (kepmenkes
RI No 856 ,tahun 2009).
12. Belum adanya kotak informasi.
13. Teridentifikasi belum efektifnya pelaksanaan tindakan sesuai dengan SOP
(penggunaan APD, desinfektan, kesesuaian penggunaan alat medis).

3. Peluang (Opportunity)
1. Adanya organisasi PPNI yang menaungi profesi keperawatan.
2. Adanya pelatihan di berbagai himpunan Rumah Sakit.
3. Adanya tuntutan akreditasi KARS.
4. Adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
perlindungan konsumen untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
5. Adanya Undang-undang perlindungan konsumen No. 8 tahun 1999 Konsumen
adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup
lain dan tidak untuk diperdagangkan
4. Ancaman (Treathened)
1. Banyaknya pembangunan rumah sakit swasta di wilayah kota Bandung yang
memiliki mutu dan fasilitas yang lebih lengkap, dan bertaraf internasional.
2. Masyarakat semakin kritis terkait dengan pelayanan kesehatan.
3. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih pofesional.

18
4. Tersedianya RS yang mmpunyai standar pelayanan kesehatan yang sama
sehingga menjadi saingan dari RS. Salamun seperti RS. Borromeus dan RS.
Advent.
5. Tersedianya RS yang lebih lengkap fasilitasnya untuk melakukan pelayanan.

19
D. MATRIKS SWOT
Eksternal Strengths (S) : Weakness (W) :
1. Terdapat tenaga keperawatan: Ners 1. Persediaan alat pemeriksaan fisik masih
sebanyak 1 orang, Sarjana Keperawatan kurang, seperti stetoskop hanya 3 buah,
sebanyak 2 orang, , Diploma Keperawatan tensi meter hanya 3 buah, termometer
sebanyak 11 orang, diploma Kebidanan 5 hanya 2 buah.
orang, D4 kebidanan sebanyak 1 orang, 2. Hasil tanya jawab dengan pasien pada
dokter umum 20 orang, Cleaning service 3 tanggal 21 dan 22 maret 2017 dari 15
orang, tenaga administrasi 2 orang dan responden, terdapat 13 pasien mengatakan
tenaga prakarya keseahatan 4 orang. tidak mengetahui nama perawat dan 2
2. Terdapat tenaga keperawatan dan kebidanan orang mengetahui nama perawat.
yang telah memiliki sertifikat pelatihan 3. Terindentifikasi beberapa Perawat kurang
3. Terdapat pegawai orientasi yang terdiri dari memperhatikan kebersihan dan kerapihan
2 orang alat setelah digunakan (bengkok, kom,
Internal
4. Memiliki tenaga perawat yang khususnya setelah rawat luka, hacting dan
berpengalaman, dengan masa kerja paling tindakan lainnya).
lama 19 tahun 10 bulan dan perawat baru 4. Teridentifikasi tenaga kesehatan di ruang
paling lama 1 bulan IGD belum optimal menerapkan 5
5. Diadakan breafing sebagai bentuk evaluasi moment 6 langkah cuci tangan dengan

20
dan laporan secara intern maupun ekstern di tepat khususya pada moment sebelum
ruangan melakukan tindakan, sebelum kontak
6. Mempunyai standar asuhan keperawatan dengan pasien, setelah kontak dengan
7. Mempunyai sarana dan prasarana untuk lingkungan pasien.
pasien dan tenaga kesehatan, antara lain: 5. Pemilahan sampah medis dan Non medis
a. Memiliki nurse station belum dilakukan secara tepat (kadang
b. Tersedianya tempat duduk di depan terdapat sampah non medis seperti:
ruang IGD untuk ruang tunggu keluarga kemasan obat, bungkusan spuit, hepafix
pasien. yang tidak terkontaminasi, dan lain-lain di
c. Memiliki kapasitas tempat tidur dalam tempat sampah medis)
sebanyak 15 bad (Non Bedah 4 bad, 6. Hasil observasi pada tahap komunikasi pra
bedah 3, resusitasi 3,triase 2,isolasi 2, interaksi sebelum melakukan intervensi
Ponek 1 ) keperawatan belum dilakukan secara
d. Terdapat tempat sampah : ruang non optimal (fase orientasi).
bedah (infeksius 1,non infeksius 7. Masih kurangnya leaflet pada kotak leaflet
1,safety box 2), ruang bedah (infeksius yang tersedia.
2, non infeksius 1, linen infeksius 1, 8. Kurangnya poster peringatan tentang
safety box 2), ruannng resusitasi ( bahaya penyebaran infeksi
infeksius 1, non infeksius 1). 9. Kebijakan tata tertib untuk
e. Terdapat 3 toilet untuk pasien dan pendamping/keluarga pasien belum
keluarga ( ruang Non Bedah 1, ruang berjalan dengan baik.

21
Ponek 1, ruang Isolasi 1) serta 1 kamar 10. Ditemukan lingkungan toilet pasien
mandi untuk perawat, dan 1 kamar terlihat kurang bersih.
mandi untuk dokter,1 kamar mandi 11. Kurangnya alat di ruang triase (nursing
untuk lab. kit) belum memenuhi standar jumlah
f. Terdapat poster untuk langkah-langkah nursing kit sederhana yang harus ada di
cuci tangan dibeberapa tembok ruang triase yaitu minimal 2 (kepmenkes
8. Terdapat administrasi penunjang ( SAK dan RI No 856 ,tahun 2009).
lainnya) 12. Belum adanya kotak informasi.
9. Terdapatnya handscrub di setiap pintu 13. Teridentifikasi belum efektifnya
masuk ruangan pelaksanaan tindakan sesuai dengan SOP
10. Terdapat 2 APAR (penggunaan APD, desinfektan,
11. Lingkungan tertata baik karena terbagi atas kesesuaian penggunaan alat medis).
beberapa sub bagian ruang tindakan
perawatan antara lain : ruang triase, ruang
isolasi, ruang Ponek, ruang perawat, ruang
Radiologi, lab, ruang dokter, ruang
spoolhock, ruang Non bedah, ruang Bedah,
ruang KASSA, ruang Ka.IGD, ruang
jenazah, ruang transit, ruang dispensing,
Gudang.
12. Lingkungan IGD memiliki jalur TRIASE

22
yang telah diberi tanda atau warna sesuai
tingkat kegawat daruratan.
13. Terdapat struktur organisasi, dan visi misi
serta, motto,hak dan kewajiban dan falsafah
bidang keperawatan yang terpampang di
dindig ruangan.
14. Lingkungan IGD terletak di depan RS dan
memiliki akses langsung dari jalan raya dan
tanpa hambatan.
15. Akses masuk ruang gawat darurat
dilengkapi dengan tanda penunjuk jalan
yang jelas.
16. Semua tenaga kesehatan sudah mengikuti
pelatihan BHD
17. Adanya mahasiswa praktek dan perawat
orientasi
18. Tenaga kesehatan memiliki kedisiplinan
yang baik
19. Memiliki 4 buah ambulance dengan
kelengkapan yang siap digunakan dan 1
mobil jenazah.

23
20. Memilki gelang identitas sebagai tanda
pengenal pasien sesuai jenis kelamin dan
kartu tanda resiko jatuh.
21. Adanya kerja sama antar Rumah Sakit dr.
M. Salamun dengan Rumah Sakit di Jawa
Barat.
22. Rumah sakit memiliki hubungan kerja sama
dengan poltekes ciumbeuluit
23. Adanya suatu kebijakan bersifat militer yang
dapat menunjang tingkat kedisiplinan
pegawai
Opportunities (O) : SO Strategi: WO Strategi :
1. Diharapkan dapat saling bekerjasama untuk 1. Adanya tenaga diploma yang banyak
1. Adanya organisasi PPNI yang memberikan tindakan pelayanan kesehatan mempunyai kemampuan untuk melakukan
menaungi profesi keperawatan. yang optimal. tindakan dengan cepat.
2. Adanya pelatihan di berbagai 2. Informasikan pada perawat ruangan perlunya 2. Penambahan jumlah tenaga perawat untuk
himpunan Rumah Sakit. perhatian terhadap keluarga klien yang turut meningkatkan pelayanan asuhan
3. Adanya tuntutan akreditasi KARS. serta dalam perawatan klien. keperawatan.
4. Adanya Undang-Undang Republik 3. Jumlah perawat yang D3 dapat meningkatkan 3. Penempatan perawat di ruang triase untuk
Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 kejenjang yang lebih tinggi dan pelatihan- memaksimalkan pelaksanaan tindakan
Tentang perlindungan konsumen pelatihan dari luar dan dari dalam rumah triase.

24
untuk meningkatkan mutu pelayanan sakit. 4. Informasikan kepada perawat untuk
kesehatan. 4. Diharapkan setiap perawat dan tenaga memperhatikan kebersihan alkes setelah
5. Adanya kerja sama antar Rumah kesehatan di RS dr. M. Salamun tetap digunakan (bengkok, kom, toungue spatel,
Sakit dr. M. Salamun dengan Rumah menjaga kedisplinan terkait dengan kebijakan dll).
Sakit di Jawa Barat. yang bersifat militer. 5. Informasikan kepada perawat dan tenaga
6. Rumah sakit memiliki hubungan kesehatan lainnya dalam memperhatikan
kerjasama dengan poltekes indicator keselamatan pasien yaitu :
ciumbeuleuit pemilahan sampah,identifikasi pasien dan
7. Adanya suatu kebijakan bersifat resiko infeksi dengan 5 momen 6 langkah
militer yang dapat menunjang tingkat cuci tangan.
kedisiplinan pegawai 6. Meningkatkan metode tim serta
8. Adanya Undang-undang meningkatkan pengalaman kerja perawat-
perlindungan konsumen No. 8 tahun perawat di ruangan dengan cara menangkap
1999 Konsumen adalah setiap orang peluang kebijakan rumah sakit dalam
pemakai barang dan/atau jasa yang mengadakan pelatihan-pelatihan bagi
tersedia dalam masyarakat, baik bagi perawat.
kepentingan diri sendiri, keluarga, 7. Meningkatkan komunikasi yang efektif
orang lain maupun makhluk hidup antara tenaga kesehatan dengan pasien untuk
lain dan tidak untuk diperdagangkan. menambah kualitas pelayanan di rumah
sakit.

25
Threats (T) : ST Strategi : WT Strategi :
1. Banyaknya pembangunan rumah 1. Peningkatan kuantitas perawat terhadap 1. Peningkatan prasarana yang belum maksimal
sakit swasta di wilayah kota Bandung pembagian shift. 2. Melengkapi peralatan kesehatan yang belum
yang memiliki mutu dan fasilitas 2. Koordinasi dengan pengatur ruangan untuk ada.
yang lebih lengkap, dan bertaraf mengajukan pengadaan alat-alat yang kurang. 3. Meningkatkan pengawasan dan penjagaan
internasional. 3. Mengikutsertakan tenaga kerja perawat dalam kepada pasien dengan selalu memasang kunci
2. Masyarakat semakin kritis terkait pelatihan dan melanjutkan pendidikan. pada bed pasien tersebut.
dengan pelayanan kesehatan. 4. Memotivasi perawat untuk melanjutkan 4. Koordinasi dengan pengatur ruangan dalam
3. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. pemanfaatan tenaga administrasi.
untuk pelayanan yang lebih 5. Koordinasi dengan pengatur ruangan untuk
pofesional. penambahan SDM.
4. Tersedianya RS yang mmpunyai 6. Koordinasi dengan pengatur ruangan dalam
standar pelayanan kesehatan yang penugasan penaggungjawab pasien.
sama sehingga menjadi saingan dari 7. Informasikan kepada perawat mengenai
RS. Salamun seperti RS. Paru dr. H. pentingnya melakukan triase sebelum
A. Rotinsulu dan RS. Advent. dimasukan ke ruangan tindakan.
5. Tersedianya RS yang lebih lengkap 8. Koordinasikan dengan kepala ruangan
fasilitasnya untuk melakukan mengenai tindakan triase yang belum
pelayanan. dilakukan dengan peralatan yang harus
disiapkan di ruang triase.

26
9. informasikan kepada tenaga kesehatan di
IGD untuk lebih meningkatkan komunikasi
yang efektif dengan pasien dan tenaga
kesehatan yang lain.
10. Koordinasi dengan kepala ruangan untuk
memfasilitasi tentang pelaksanaan tindakan
keperawatan sesuai dengan SOP

27
E. MATRIKS IFE

No Faktor Bobot Rating Skor

1. Kekuatan
1. Terdapat tenaga keperawatan: Ners sebanyak 1 orang, 0.04 4 0.16
Sarjana Keperawatan sebanyak 2 orang, , Diploma
Keperawatan sebanyak 11 orang, diploma Kebidanan 5
orang, D4 kebidanan sebanyak 1 orang, dokter umum 20
orang, Cleaning service 3 orang, tenaga administrasi 2
orang dan tenaga prakarya keseahatan 4 orang.
2. Terdapat tenaga keperawatan dan kebidanan yang telah 0.04 4 0.16
memiliki sertifikat pelatihan
3. Terdapat pegawai orientasi yang terdiri dari 2 orang 0.04 4 0.16
4. Memiliki tenaga perawat yang berpengalaman, dengan 0.02 3 0.06
masa kerja paling lama 19 tahun 10 bulan dan perawat baru
paling lama 1 bulan
5. Diadakan breafing sebagai bentuk evaluasi dan laporan 0.02 4 0.08
secara intern maupun ekstern di ruangan
6. Mempunyai standar asuhan keperawatan 0.02 4 0.08
7. Mempunyai sarana dan prasarana untuk pasien dan tenaga 0.04 4 0.16
kesehatan, antara lain:

28
a. Memiliki nurse station
b. Tersedianya tempat duduk di depan ruang IGD untuk
ruang tunggu keluarga pasien.
c. Memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 15 bad
(Non Bedah 4 bad, bedah 3, resusitasi 3,triase
2,isolasi 2, Ponek 1 )
d. Terdapat tempat sampah : ruang non bedah (infeksius
1,non infeksius 1,safety box 2), ruang bedah
(infeksius 2, non infeksius 1, linen infeksius 1, safety
box 2), ruannng resusitasi ( infeksius 1, non infeksius
1).
e. Terdapat 3 toilet untuk pasien dan keluarga ( ruang
Non Bedah 1, ruang Ponek 1, ruang Isolasi 1) serta 1
kamar mandi untuk perawat, dan 1 kamar mandi
untuk dokter,1 kamar mandi untuk lab.
f. Terdapat poster untuk langkah-langkah cuci tangan
dibeberapa tembok
8. Terdapat administrasi penunjang ( SAK dan lainnya) 0.03 4 0.12
9. Terdapatnya handscrub di setiap pintu masuk ruangan 0.02 3 0.06
10. Terdapat 2 APAR 0.02 4 0.08
11. Lingkungan tertata baik karena terbagi atas beberapa sub 0.03 3 0.09

29
bagian ruang tindakan perawatan antara lain : ruang triase,
ruang isolasi, ruang Ponek, ruang perawat, ruang Radiologi,
lab, ruang dokter, ruang spoolhock, ruang Non bedah,
ruang Bedah, ruang KASSA, ruang Ka.IGD, ruang jenazah,
ruang transit, ruang dispensing, Gudang.
12. Lingkungan IGD memiliki jalur TRIASE yang telah diberi 0.04 4 0.16
tanda atau warna sesuai tingkat kegawat daruratan.
13. Terdapat struktur organisasi, dan visi misi serta, motto,hak 0.03 3 0.09
dan kewajiban dan falsafah bidang keperawatan yang
terpampang di dindig ruangan.
14. Lingkungan IGD terletak di depan RS dan memiliki akses 0.04 3 0,12
langsung dari jalan raya dan tanpa hambatan.
15. Akses masuk ruang gawat darurat dilengkapi dengan tanda 0.03 3 0.09
penunjuk jalan yang jelas.
16. Semua tenaga kesehatan sudah mengikuti pelatihan BHD 0.04 3 0.12
17. Adanya mahasiswa praktek dan perawat orientasi 0.04 4 0.16
18. Tenaga kesehatan memiliki kedisiplinan yang baik 0.03 4 0.12
19. Memiliki 4 buah ambulance dengan kelengkapan yang siap 0.02 3 0.06
digunakan dan 1 mobil jenazah.
20. Memilki gelang identitas sebagai tanda pengenal pasien 0.02 3 0.06
sesuai jenis kelamin dan kartu tanda resiko jatuh.

30
21. Adanya kerja sama antar Rumah Sakit dr. M. Salamun 0.03 4 0.12
dengan Rumah Sakit di Jawa Barat.
22. Rumah sakit memiliki hubungan kerja sama dengan 0.03 3 0.09
poltekes ciumbeuluit
23. Adanya suatu kebijakan bersifat militer yang dapat 0.03 3 0.09
menunjang tingkat kedisiplinan pegawai
2. Kelemahan
1. Persediaan alat pemeriksaan fisik masih kurang, seperti 0.04 2 0.08
stetoskop hanya 3 buah, tensi meter hanya 3 buah,
termometer hanya 2 buah.
2. Hasil tanya jawab dengan pasien pada tanggal 21 dan 22 0.02 1 0.02
maret 2017 dari 15 responden, terdapat 13 pasien
mengatakan tidak mengetahui nama perawat dan 2 orang
mengetahui nama perawat.
3. Terindentifikasi beberapa Perawat kurang memperhatikan 0.03 2 0.06
kebersihan dan kerapihan alat setelah digunakan
(bengkok, kom, khususnya setelah rawat luka, hacting dan
tindakan lainnya).
4. Teridentifikasi tenaga kesehatan di ruang IGD belum 0.04 1 0.04
optimal menerapkan 5 moment cuci tangan dengan tepat
khususya pada moment sebelum melakukan tindakan,

31
sebelum kontak dengan pasien, setelah kontak dengan
lingkungan pasien.
5. Pemilahan sampah medis dan Non medis belum dilakukan 0.04 1 0.04
secara tepat (kadang terdapat sampah non medis seperti:
kemasan obat, bungkusan spuit, hepafix yang tidak
terkontaminasi, dan lain-lain di dalam tempat sampah
medis)
6. Hasil observasi pada tahap komunikasi pra interaksi 0.02 2 0.04
sebelum melakukan intervensi keperawatan belum
dilakukan secara optimal (fase orientasi).
7. Masih kurangnya leaflet pada kotak leaflet yang tersedia. 0.03 2 0.06
8. Kurangnya poster peringatan tentang bahaya penyebaran 0.03 2 0.06
infeksi
9. Kebijakan tata tertib untuk pendamping/keluarga pasien 0.04 2 0.08
belum berjalan dengan baik.
10. Ditemukan lingkungan toilet pasien terlihat kurang bersih. 0.04 2 0.08
11. Kurangnya alat di ruang triase (nursing kit) belum 0.03 2 0.06
memenuhi standar jumlah nursing kit sederhana yang
harus ada di ruang triase yaitu minimal 2 (kepmenkes RI
No 856 ,tahun 2009).
12. Belum adanya kotak informasi. 0.02 2 0.04

32
13. Teridentifikasi belum efektifnya pelaksanaan tindakan 0.05 2 0.10
sesuai dengan SOP (penggunaan APD, desinfektan,
kesesuaian penggunaan alat medis).
Total nilai 1 85 3.25
Rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang memiliki nilai
1 = Sangat Lemah
2 = Tidak Begitu Lemah
3 = Cukup Kuat
4= Sangat Kuat
Jadi, rating mengacu pada kondisi perusahaan, sedangkan bobot mengacu pada industri dimana perusahaan berada.
a. Kalikan antara bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya.
b. Jumlah semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan yang dinilai. Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya dibawah 2,5
menandakan bahwa secara internal, perusahaan adalah lemah, sedangkan nilai yang berada diatas 2,5 menunjukkan posisi internal yang
kuat. Seperti halnya pada matriks EFE, matriks IFE terdiri dari cukup banyak faktor. Jumlah faktor-faktornya tidak berdampak pada
jumlah bobot karena ia selalu berjumlah 1,0.

33
F. MATRIKS EFE

No Faktor Bobot As Skor

1. Peluang
1. Adanya organisasi PPNI yang menaungi profesi 0.04 4 0.16
keperawatan.
2. Adanya pelatihan di berbagai himpunan Rumah Sakit. 0.04 4 0.16
3. Adanya tuntutan akreditasi KARS. 0.04 4 0.16
4. Adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 0.1 4 0.4
8 Tahun 1999 Tentang perlindungan konsumen untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
5. Adanya kerja sama antar Rumah Sakit dr. M. 0.1 3 0.3
Salamun dengan Rumah Sakit di Jawa Barat.
6. Rumah sakit memiliki hubungan kerjasama dengan 0.1 4 0.4
poltekes ciumbeuleuit.
7. Adanya suatu kebijakan bersifat militer yang dapat 0.1 4 0.4
menunjang tingkat kedisiplinan pegawai.
2. Ancaman
1. Banyaknya pembangunan rumah sakit swasta di 0.2 3 0.6
wilayah kota Bandung yang memiliki mutu dan
fasilitas yang lebih lengkap, dan bertaraf

34
internasional.
2. Masyarakat semakin kritis terkait dengan pelayanan 0.05 3 0.15
kesehatan.
3. Adanya Undang-undang perlindungan konsumen No. 0.05 4 0.20
8 tahun 1999 Konsumen adalah setiap orang pemakai
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
lain maupun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan
4. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan 0.1 3 0.3
yang lebih pofesional.
5. Tersedianya RS yang mmpunyai standar pelayanan 0.05 3 0.15
kesehatan yang sama sehingga menjadi saingan dari
RS. Salamun seperti RS. Paru dr. H. A. Rotinsulu dan
RS. Advent.
6. Tersedianya RS yang lebih lengkap fasilitasnya untuk 0.03 3 0.9
melakukan pelayanan.
Total nilai 1 46 4.28

35
Rating setiap critical success factors antara 1 sampai 4, dimana:
1= di bawah rata-rata
2 = rata-rata
3= di atas rata-rata
4= sangat bagus
Rating ditentuan berdasarkan efektifitas strategi perusahaan. Dengan demikian, nilainya
didasarkan pada kondisi perusahaan.
a. Kalikan nilai bobot dengan nilainya ratingnya untuk mendapatkan skor critical
success factors.
b. Jumlahhkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahan yang dinilai.
Skor 4,0 mengindikasikan bahwa perusahaan merespon dengan cara yang luar biasa
terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari ancama-ancaman di pasar
industri. Sementara itu, skor total sebesar 1,0 menunjukan bahwa perusahan tidak
memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak menghindar ancaman-ancaman
eksternal.

36
G. Matriks Internal Eksternal (IE)
Matriks IE bermanfaat untuk memposisikan suatu SBU RS ke dalam matriks yang terdiri dari 9 sel dengan memperhatikan nilai total EFE
dan IFE. Matriks IS=E menempatkan berbagai divisi dari organisasi dalam diagram skematis, sehingga disebut matriks portofolio. Matriks
IE dengan sumbu horizontal X adalah nilai IFE yang dibagi menjadi 3 daerah yaitu:

1,0 1,99 = IFE lemah


2,0 2,99 = IFE rata-rata
3,0 4,0 = IFE kuat
Matriks IE dengan sumbu vertikal Y adalah nilai EFE yang dibagi menjadi 3 daerah yaitu:
1,0 1,99 = EFE rendah
2,0 2,99 = EFE rata-rata
3,0 4,0 = EFE kuat

Kesimpulan :
Berdasarkan pembobotan diatas di dapat hasil skoring dari kekuatan dan kelemahan (IFE) adalah 2,66 yang berarti IFE rata-rata, hasil
skoring peluang dan ancaman (EFE) adalah 3,98 yang berarti EFE kuat.

37
Diagram Cartesius Matriks IFE dan EFE

O
DIAGRAM CARTESIUS

3
2 (3,25 : 4,28)

1
-5 -4 -3 -2 -1
W S
1 2 3 4 5

-1

-2
-3
-4
-5

38
H. ANALISIS FISH BONE

- Kurangnya komitmen dari tenaga


perawat
- Kurangnya disiplin dari tenaga
perawat - Sabun, wastafel, dan
- Kurangnya terampil dari tenaga tissue pada tempatnya
perawat - Terdapatnya 2 poster
- Kurangnya kesadaran tenaga langkah cuci tangan di
perawat dalam pelaksanaan five
wastafel dan 2 di
moment moment sesuai standar
(-) bagian handrup
WHO

MAN MONEY MATERIAL


PROBLEM
METHOD MANCHINE ENVIRONMENT

- Sudah adanya SPO Cuci (-) Hanya terdapat 2 wastafel


Pelaksanaan 5 moment
tangan di dalam ruang non bedah
cuci tangan yang belum
- Poster 6 langkah 5 moment dan ruang bedah
maksimal
cuci tangan yang telah di
sediakan

39
H. Planning Of Action (POA)

No. Masalah Tujuan Strategi Kegiatan Sasaran Media Biaya Waktu PJ


1 Pelaksanaan Meningkatkan Koordinasi Melakukan Perawat Leaflet Swadaya 29 Maret Elizabeth de
five moment kemampuan dengan kepala pendampingan IGD Dan 2017 Lima,
yang belum perawat/tenaga ruangan dan PJS (coaching) lembar (Observasi
maksimal. kesehatan untuk mereview kepada semua observasi tentang
dalam kembali konsep perawat IGD situasi
melakukan five moment. dalam ruangan
pelaksanaan Bekerja sama pelaksanaan five IGD).
five moment dengan kepala moment.
secara optimal ruangan dan PJS Melakukan 30-31 Maret
sesuai dengan dalam evaluasi tentang 2017
standar WHO pelaksanaan five pelaksanaan five (Melakukan
moment. moment di ruang Coaching).
IGD.
Mengadakan 1 April 2017
pembuatan (Melakukan
leaflet dan Evaluasi)
memperbanyak
jumlah leaflet
tentang
pelaksanaan five
moment di ruang
IGD.

40
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Masalah : Pelaksanaan Five Moment Cuci Tangan Yang Belum Maksimal

A. Implementasi
Masalah Pelaksanaan five moment untuk pencegahan infeksi belum
maksimal. Rabu 29 maret 2017, tindakan yang dilakukan adalah melakukan
observasi tentang situasi di ruangan IGD RSAU dr. M. Salamun dan
mempersiapkan lembar observasi five moment dengan mengajukan 6 poin
pertanyaan sebagai bahan pertimbangan untuk menilai kinerja kerja dari semua
perawat di ruang IGD. Kemudian pada tanggal 30-31 Maret 2017 tindakan yang di
lakukan adalah melakukan pendampingan (Coaching) terhadap 10 orang perawat di
ruang IGD RSAU dr. M Salamun dengan menggunakan lembar observasi five
momment.
Sabtu 1 april 2017, tindakan yang dilakukan adalah melakukan evaluasi
tentang pelaksanaan five moment di ruang , melakukan pembuatan leaflet dan
memperbanyak jumlah leaflet tentang pelaksanaan five moment di ruang IGD.

B. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi selama 2 hari tentang permasalahan five
moment di ruang IGD RSAU dr. M. Salamun didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Setelah melakukan sharing dengan seorang perawat di ruangan IGD didapatkan
hasil bahwa semua perawat diruangan mengetahui tentang five moment tetapi
dalam pelaksanaannya belum optimal.
2. Setelah melakukan observasi terhadap 10 orang perawat di temukan semuanya
tidak melakukan pelaksanaan five moment sebelum kontak dengan pasien,
sebelum melakukan tindakan aseptik dan setelah kontak dengan lingkungan
sekitar pasien.
3. Setelah melakukan coaching terhadap 10 orang perawat diruangan IGD tentang
pelaksanaan five moment , didapatkan 6 orang perawat sudah melakukan
pelaksanaan five moment secara optimal sedangkan 4 orang yang lain belum
melakukan pelaksanaan five moment secara optimal.

41
C. Rencana Tindak Lanjut
PENANGGUNG
NO MASALAH RENCANA TINDAK LANJUT
JAWAB
1 Pelaksanaan five moment 1. Koordinasi dengan Kepala Ruangan 1. Kepala Ruangan
yang belum maksimal. dan penanggung Jawab Shift dalam & CI
mengontrol pelaksanaan five moment 2. Penanggung
cuci tangan di Ruang IGD RSAU Jawab Shift
dr.M. SALAMUN
2. Melakukan kerja sama dengan kepala
ruangan, CI, dan penanggung jawab
shift untuk selalu mengulangi/
mendemonstrasikan ulang
pelaksanaan five moment cuci tangan
sebelum melakukan asuhan
keperawatan kepada pasien di Ruang
IGD RSAU dr.M. SALAMUN

42
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kegiatan praktik klinik Program Profesi Ners mata ajar manajemen keperawatan di
ruang IGD RSAU dr.M.SALAMUN telah selesai dilaksanakan. Implementasi terhadap
masalah-masalah yang diangkat pun telah selesai dilakukan. Hasil dari implementasi ini dapat
disimpulkan: bahwa setelah melakukan coaching (pendampingan) terkait masalah
pelaksanaan five moment cuci tangan di ruang IGD RSAU dr. M.SALAMUN di dapatkan
hasil dari 10 orang perawat yang di dampingi 6 di antaranya telah mengalami peningkatan
dalam pelaksanaan five moment cuci tangan sedangkan 4 yang lainnya sudah di lakukan
tetapi belum optimal. Untuk itu perlu adanya tindak lanjut dari pelaksanaan five moment oleh
kepala ruangan,CI, dan PJ Shift dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sekaligus
mengurangi resiko terjadinya infeksi rumah sakit.
Secara keseluruhan, telah ada perubahan yang cukup signifikan yang terjadi sebagai hasil
implementasi yang telah dilakukan, meskipun pada kondisi tertentu seperti adanya
keterbatasan waktu dan banyaknya kegiatan yang harus segera dilakukan dalam satu waktu
tertentu menyebabkan terabaikannya mekanisme yang seharusnya berjalan. Namun demikian,
baik Pengatur, PJ shift maupun Perawat Pelaksana berusaha agar tujuan dari tindakan
tersebut tetap tercapai.

B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas disaran kepada :
1. Pimpinan/kepala
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, memberikan dukungan dan
kesempatan bagi profesi keperawatan dalam melakukan tindakan keperawatan sesuai
SPO yang ada diruangan. Membuat kebijakan dan sanksi di ruangan kepada tenaga
kesehatan yang tidak mematuhi aturan.

43
2. Sub Departement Keperawatan
Melakukan supervisi secara teratur keruangan agar kemampuan yang sudah dibentuk
menjadi budaya kerja yang terus dipertahankan dan ditingkatkan, memberikan
penegasan bagi kepala ruangan terutama pada pengawasan dalam ruangan.

3. Kepala Ruangan dan Ketua Tim


Kepala ruangan dan ketua Tim hendaknya melakukan bimbingan kepada perawat
pelaksana untuk melakukan tindakan sesuai SPO dan pembuatan rencana harian serta
pendokumentasian asuhan keperawatan, melakukan supervisi tingkat dalam ruangan
IGD, dan dapat memberikn sanksi kepada perawat pelaksana jika tidak melakukan
tindakan keperawatan sesuai SPO dengan baik setiap harinya.

4. Institusi pendidikan
Diharapkan dapat menambah kegiatan bagi mahasiswa selain seminar seperti
pelatihan pada akhir masa praktek, dan memberikan rentang waktu yang cukup bagi
mahasiswa dalam mengolah satu ruangan

44

Вам также может понравиться