Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Ensefalitis
3.1.1 Definisi
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit, fungus dan riketsia yang disertai
3.1.2 Klasifikasi
a. Etiologi
otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis atau dari piema yang berasal
tromboflebitis.
b. Patofisiologi
otak. Akibat proses ensefalitis supuratif akut akan terbentuk abses serebri
yang biasanya terjadi pada substansia alba karena perdarahan disini kurag
27
28
terbentuklah abses.
c. Manifestasi Klinis
Secara umum gejala berupa trias ensefalitis, yaitu demam, kejang, dan
a. Etiologi
Virus yang dapat menimbulkan radang otak pada manusia dapat dibagi
sebagai berikut:
Virus RNA:
virus dengue)
Virus DNA:
sitomegalovirus,
virus Epstein-Barr
Retrovirus : AIDS
b. Patofisiologi
sel otak, menyebabkan nekrosis neuron dan edema serebri nyata, yang
merupakan tanda yang khas. Pada kasus berat dapat terjadi perdarahan.
30
c. Manifestasi Klinis
vertigo, nyeri badan, nausea dan tanda-tanda disfungsi otak yang sifatnya
bergantung pada daerah otak yang terkena. Disfungi otak tersebut dapat
atau tidak terkoordinasi, gangguan bicara, atau kelemahan otot pada salah
tingkat kesadaran dalam beberapa jam atau hari. Kejang dan tanda
Virus rabies masuk ke dalam tubuh melalui gigitan hewan yang sakit.
saraf perifer ke dalam otak dalam waktu beberapa bulan. Virus tumbuh
dan fatal dari infeksi campak, fenomena ini sangat jarang terjadi
virus.
anteseden.
a. Malaria
tersebar secara difus ditemukan pada selaput otak dan jaringan otak.
b. Toksoplasmosis
manusia parasit ini dapat bertahan dalam bentuk kista terutama di otot dan
jaringan otak.
c. Amebiasis
muntah, nyeri kepala, kaku kuduk dan kesadaran menurun. Cairan otak
d. Sistiserkosis
Mucor mycosis. Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada sistim saraf
33
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat
yang terdiri atas sebukan sel-sel mononuclear, yang terdapat pula disekitar
2.000 atau lebih. Kadar protein meningkat 80-100 mg%, sementara kadar
d. Electroencephalography (EEG)
penderita ensefalitis.
e. Cultur dari specimen cairan tubuh (seperti darah, sputum, urin dan feses)
maupun fungus.
f. Foto dada
g. CT-scan
h. MRI
PET)
35
dengan ensefalitis.
3.1.4 Terapi
1. Ensefalitis supurativa
- Sefalosporin:
- Aminoglikosida:
2. Ensefalitis virus
- Pengobatan simptomatis
herpes zoster-varicella.
- Malaria serebral
tampak perbaikan.
- Toxoplasmosis
- Amebiasis
Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.
minggu.
3.2 Epilepsi
3.2.1 Definisi
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang
37
local pada substansia grisea otak yang terjadi sewaktu-waktu, mendadak dan sangat
gangguan susunan saraf pusat yang dicirikan oleh terjadinya serangan (seizure, fit,
attack, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala. Serangan dapat
diartikan sebagai modifikasi fungsi otak yang bersifat mendadak dan sepintas, yang
berasal dari sekelompok besar selsel otak, bersifat sinkron dan berirama. Serangan
dapat berupa gangguan motorik, sensorik, kognitif atau psikis. Istilah epilepsi tidak
boleh digunakan untuk serangan yang terjadi hanya sekali saja, serangan yang terjadi
selama penyakit akut berlangsung dan occasional provokes seizures misalnya kejang
3.2.2 Etiologi
Penyebab epilepsi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu epilepsy idiopatik
(bila faktor penyebab tidak diketahui) dan epilepsi simtomatik (bila penyebabnya
diketahi). Banyak faktor yang dapat menyebabkan epilepsi, diantaranya adalah faktor
cedera kepala, radang selaput otak, stroke, tumor otak, kelainan pembuluh darah otak,
Setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak dapat pula
trauma kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan di otak, hipoksia, cacat bawaan,
terlarang seperti narkotika atau kokain, obat penenang, obat tidur, dan obat
penghilang rasa nyeri yang berlebihan), siklus menstruasi yang tidak normal, kurang
tidur, kelelahan yang berlebihan dan kondisi fisiologis seperti stress emosional.
Otak memiliki kurang lebih 15 millar neuron yang membangun subtansia alba
dan substansia grisea. Otak merupakan organ yang sangat komplek dan sensitif,
sensasi, berpikir dan emosi. Di samping itu, otak merupakan tempat kedudukan
memori dan juga sebagai pengatur aktivitas involuntar atau otonom. sel-sel otak
dapat terjadi cetusan listrik yang berlebihan dan tidak teratur dari sekelompok sel
yang menghasilkan serangan atau seizure. Sistem limbik merupakan bagian otak yang
paling sensitif terhadap serangan. Ekspresi aktivitas otak abnormal dapat berupa
area fronto-temporal bagian mesial sering kali merupakan letak awal munculnya
serangan epilepsi, Area subkorteks misalnya thalamus, substansia nigra dan korpus
epilepsy umum. Pada otak normal, rangsang penghambat dari area subkorteks
39
mengatur neurotransmiter perangsang antara korteks dan area otak lainnya serta
eksitasi di area tadi pada penderita epilepsi dapat memudahkan penyebaran aktivitas
serangan mengikuti awal serangan parsial atau munculnya serangan epilepsi umum
primer.
3.2.4 Patofisiologi
Serangan epilepsi terjadi apabila proses eksitasi di dalam otak lebih dominan
menguatnya sinkronisasi neuron sangat penting artinya dalam hal inisiasi dan
perambatan aktivitas serangan epileptik. Aktivitas neuron diatur oleh konsentrasi ion
di dalam ruang ekstraseluler dan intraseluler, dan oleh gerakan keluar-masuk ion-ion
aksi secara tepat dan berulang-ulang. Cetusan listrik abnormal ini kemudian
epilepsi akan tampak apabila cetusan listrik dari sejumlah besar neuron abnormal
muncul secara bersama-sama, membentuk suatu badai aktivitas listrik di dalam otak.
berbeda (lebih dari 20 macam), bergantung pada daerah dan fungsi otak yang terkena
40
dan terlibat. Dengan demikian dapat dimengerti apabila epilepsi tampil dengan
Sebagai penyebab dasar terjadinya epilepsi terdiri dari 3 katagori yaitu :27
peka tidaknya terhadap serangan epilepsi dibanding orang lain. Setiap orang
berbeda-beda.
dapat diwariskan maupun didapat dan inilah yang bertanggung jawab atas timbulnya
epilepsi pada penderita epilepsi yang kronis. Penderita dengan nilai ambang yang
kongenital, hipoksia, infeksi, tumor, vaskuler, obat atau toksin. Kelainan tersebut
dapat mengakibatkan rusaknya faktor inhibisi dan atau meningkatnya fungsi neuron
eksitasi, sehingga mudah timbul epilepsi bila ada rangsangan yang memadai.
Daerah yang rentan terhadap kerusakan bila ada abnormalitas otak antara lain
menimbulkan kerusakan yang lebih luas. Pada pemeriksaan jaringan otak penderita
epilepsi yang mati selalu didapatkan kerusakan di daerah hipokampus. Oleh karena
itu tidak mengherankan bila lebih dari 50% epilepsi parsial, fokus asalnya berada di
lobus temporalis dimana terdapat hipokampus dan merupakan tempat asal epilepsi
dapatan.
Pada bayi dan anak-anak, sel neuron masih imatur sehingga mudah terkena
efek traumatik, gangguan metabolik, gangguan sirkulasi, infeksi dan sebagainya. Efek
ini dapat berupa kemusnahan neuron-neuron serta sel-sel glia atau kerusakan pada
neuron atau glia, yang pada gilirannya dapat membuat neuron glia atau lingkungan
anak tanpa brain damage dapat juga menjadi epilepsi, dalam hal ini faktor genetik
dianggap penyebabnya, khususnya grand mal dan petit mal serta benigne
League Against Epilepsy (ILAE) tahun 1981, kalsifikasi epilepsi adalah sebagai
berikut:
normal)
42
daerah lainnya.
- Versif
- Postural
jarum)
- Disfasia
bagian kalimat
- Dismnesia
- Kognitif
- Afektif
- Ilusi
lebih besar
- Halusinasi kompleks
- dengan automatisme
sebagainya
- dengan automatisme
tonik, klonik)
umum
umum
2. Epilepsi Umum
tampak bengong, bola mata dapat memutar ke atas, taka da reaksi bila
45
Epilepsi lena ada juga yang tidak khas (atypical absence), yaitu
epilepsi lena yang disertai oleh gangguan tonus yang lebih jelas atau
b. Epilepsi mioklonik
atau semua otot, sekali atau berulang. Nagkitan ini dapat dijumpai pada
semua umur.
c. Epilepsi klonik
d. Epilepsi tonik
e. Epilepsi tonik-klonik
Sering dijumpai pada usia ditas lima tahun dan dikenal dengan nama
f. Epilepsi atonik
Bangkitan epilepsi yang ditandai oleh otot seluruh badan yang menjadi
lemas hingga penderita terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau menurun
Merupakan bangkitan epilepsi pada bayi berupa gerakan bola mata yang
3.2.6 Diagnosa
1. Berdasarkan anamnesa
Jika dalam 1 taun terjadi lebih dari 1 kali seragan, maka dapat
2. EEG
4. CT-Scan
hidrosephalus.
3.2.7 Terapi
Lamotrigin
Absans Etosuksimid
Natrium valproate
Lamotrigin
Mioklonik Natrium valproate
Klonazepam
Lamotrigin
Tonik-klonik generalisata Natrium valproate
Fenitoin
Karbamazepin
Lamotrigin
Mayoritas pasien epilepsi (70%) akan terkontrol dengan baik dengan satu obat
(monoterapi). Akan tetapi, ada beberapa pasien yang membutuhkan tambahan obat.
Pada pasien yang membutuhkan tiga obat atau lebih, angka keberhasilan terpainya
rendah.
3.3.1 Definisi
Cerebral Palsy adalah kelainan yang disebabkan oleh kerusakan otak yang
mengakibatkan kelainan pada fungsi gerak dan koordinasi, psikologis dan kognitif
terjadi sebagai akibat dari kecelakaan, luka atau penyakit susunan saraf yang terdapat
(presentasi tersebut akan lebih tinggi pada negara-negara yang belum berkembang).
48
CP dapatan juga dapat merupakan hasil dari kerusakan otak pada bulan-bulan
pertama atau tahun-tahun pertama kehidupan yang merupakan sisa dari infeksi otak,
misalnya meningitis bakteri atau encephalitis virus, atau merupakan hasil dari trauma
kepala yang sering akibat kecelakaan lalu lintas, jatuh atau penganiayaan anak.
CP kongenital, pada satu sisi lainnya, tampak pada saat dilahirkan. Pada
kejadian spesifik pada masa kehamilan atau sekitar kelahiran dimana terjadi
kongenital adalah:
Rubella dapat menginfeksi ibu hamil dan fetus dalam uterus, akan
dan toxoplasmosis. Pada saat ini sering dijumpai infeksi maternal lain
2. Ikterus neonatorum
dijumpai dalam jumlah kecil dalam darah, merupakan hasil produksi dari
periode lama, anak tersebut akan mengalami kerusakan otak yang dikenal
kondisi asfiksia berat, tetapi beberapa bayi yang bertahan hidup dapat
menjadi CP, dimana dapat bersama dengan gangguan menatal dan kejang.
4. Stroke
Kelainan koagulasi pada ibu atau bayi dapat menyebabkan stroke pada
fetus atau bayi baru lahir. Perdarahan di otak terjadi pada beberapa kasus.
Stroke yang terjadi pada fetus atau bayi baru lahir, akan menyebabkan
insiden infark serebri yang tidak dapat dijelaskan sering tampak pada
1. Letak sungsang
5. Kehamilan ganda
6. Malformasi SSP
kehamilan
3.3.3 Klasifikasi
1. CP Spastik
dan secara permanen akan menjadi kontraktur. Jika kedua tungkai mengalami
spastisitas, pada saat seseorang berjalan, kedua tungkai tampak bergerak kaku
dan lurus. Gambaran klinis ini membentuk karakteristik berupa ritme berjalan
dimana seseorang tidak dapat mengendalikan gerakan pada tungkai pada satu
sisi tubuh. Jika tremor memberat , akan terjadi gangguan gerakan berat.
a. Monoplegi
b. Diplegia
kedua lengan.
c. Triplegia
d. Quadriplegia
e. Hemiplegia
Mengenai salah satu sisi dari tubuh dan lengan terkena lebih berat.
2. CP Atetoid/diskinetik
dan perlahan. Gerakan abnormal ini mengenai tangan, kaki, lengan, atau
tungkai dan pada sebagian besar kasus, otot muka dan lidah, menyebabkan
anak tampak menyeringai dan selalu mengeluarkan air liur. Gerakan sering
meningkat selama periode peningkatan stress dan hilang saat tidur. Penderita
3. CP Ataksid
dengan gaya berjalan kaki terbuka lebar, meletakkan kedua kaki dengan posisi
52
yang saling berjauhan; kesulitan dalam melakukan gerakan cepat dan tepat,
digunakan dan tampak memburuk sama dengan saat penderita akan menuju
obyek yang dikehendaki. Bentuk ataksid ini mengenai 5-10% penderita CP.
4. CP campuran
Sering ditemukan pada seorang penderita yang mempunyai lebih dari satu
adalah spastik dan gerakan atetoid tetapi kombinasi lain juga mungkin
dijumpai.
neurologis
Perkembangan reflex
primitif abnormal
Respon postural
terganggu
Gangguan motorik,
misalnya tremor
Gangguan koordinasi
Sedang Berjalan umur 3 Berbagai kelainan Retardasi mental
tahun, kadang neurologis Gangguan belajar
memerlukan Reflex primitive dan komunikasi
bracing. menetap dan kuat Kejang
Tidak perlu alat Respon postural
khusus terlambat
Berat Tidak bisa Gejala neurologis
berjalan, atau dominan
berjalan dangan Reflex primitive
alat bantu. menetap
Kadang perlu Respons postural
operasi tidak muncul
3.3.4 Diagnosis
Tanda awal CP biasanya tampak pada usia <3 tahun, dan orang tua sering
mengalami abnormalitas tonus otot. Penurunan tonus otot (hipotonus); bayi tmapak
lemah dan lemas, kadang floppy. Peningkatan tonus otot (hipertonus), bayi tampak
kaku. Pada sebagian kasus, bayi pada periode awal tampak hipotonia dan selanjutnya
1. CT-scan
54
2. MRI
3. USG kepala (dapat dilakukan pada bayi sebelum tulang kepala mengeras
4. EEG
3.3.5 Terapi
Untuk penderita CP yang disertai kejang, dapat diberikan obat anti kejang.
Obat dipilih berdasarkan tipe kejang. Terdapat tiga macam obat yang sering
1. Diazepam
Pada anak usia < 6bulan tidak direkomendasikan, sedangkan pada anak usia >
2. Baclofen
Obat ini bekerja dengan menutup penerimaan signal dari medulla spinalis
a. 2-7 tahun
Dosis 10-40 mg/hari per oral, dibagi dalam 3-4 dosis. Dosis dimulai
2,5-5 mg per oral 3 kali per hari, kemudian dosis dinaikkan 5-15
b. 8-11 tahun
Dosis 10-60 mg/hari per oral, dibagi dalam 3-4 dosis. Dosis dimulai
2,5-5 mg per oral 3 kali per hari, kemudian dosis dinaikkan 5-15
c. >12 tahun
Dosis 20-80 mg/hari per oral, dibagi dalam 3-4 dosis. Dosis dimulai 5
maksimal 80 mg/hari
3. Dantrolene
kontraksi otot tidak bekerja. Dosis yang dianjurkan dimulai dari 25 mg/hari,
maksimal 40 mg/hari.
yang merupakan bahan kimia messenger yang akan menunjang hubungan antar sel
Selain terapi medikamentosa dilakukan juga terapi fisik dan terapi perilaku.
merupakn kelanjutan dari terapi fisik yang bertujuan untuk menigkatkan kemampuan
anak.