Вы находитесь на странице: 1из 11

1

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN An M

DENGAN Kejang Demam

Di bangsal melati 2 , RSUP.DR.SARDJITO

Tugas Individu PKK Keperawatan Anak

Disusun oleh :

Anna Fauziah 2520142576

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2017

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Anak pada An M dengan Kejang Demam di Bangsal melati 2 ,


Rsup.Dr.Sardjito untuk memenuhi tugas individu PKK Keperawatan Anak, pada :
2

Hari :

Tanggal:

Tempat :

Praktikan

( )

Mengetahui,

CI Lahan CI Akademik

( ) (
)

KEJANG DEMAM

A. Definisi
Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 38C) yang disebabkan oleh
suatu proses ekstrakranium (Kapita selekta Kedokteran, 2009).
3

Kejang Demam Komplek adalah adalah kejang yang bersifat fokal,


lamanya lebih dari 10-15 menit atau berulang dalam 24 jam (IDAI, 2009).
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi
atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Hal ini
dapat terjadi pada 2-5 % populasi anak. Umumnya kejang demam ini
terjadi pada usia 6 bulan 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama
kalinya pada usia 3 tahun (Nurul Itqiyah, 2010).
B. Manifestasi klinik
Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan
kejang klonik atau tonik klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat
juga terjadi sperti mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau
kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan, atau
hanya sentakan atau kekakuan fokal.
Sebagian kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari
8 % berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri.
Setelah kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenaj,
tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali
tanpa deficit neurologist. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara yang
berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang
lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang
bverlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang demam yang pertama
(Kapita Selekta Kedokteran, 2010).

C. Etiologi
Penyebab kejang demam menurut buku Kapita Selekta Kedokteran belum
diketahui dengan pasti, namun disebutkan penyebab utama kejang demam
ialah demam yang tinggi. Demam yang terjadi sering disebabkan oleh:
a. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
b. Gangguan metabolik
c. Penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis
media, bronchitis
d. Keracunan obat
e. Faktor herediter
f. Idiopatik
4

(Arif Mansjoer, 2010)

D. Patofisiologi
Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1 C akan
menyebabkan kenaikan kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan
kebutuhan oksigen meningkat sebanyak 20%. Pada seorang anak yang
berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Pada kenaikan suhu
tubuh tertentu dapat menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan
dari membran sel neuron. Dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, akibatnya terjadinya
lepasan muatan listrik. Lepasan muatan listrik ini dapat meluas ke seluruh
sel maupun membran sel tetangganya dengan bantuan neurotransmitter
dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda
dan tergantung pada tinggi atau rendahnya ambang kejang seseorang anak
pada kenaikan suhu tubuhnya. Kebiasaannya, kejadian kejang pada suhu
38C, anak tersebut mempunyai ambang kejang yang rendah, sedangkan
pada suhu 40 C atau lebih anak tersebut mempunyai ambang kejang yang
tinggi. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang
demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah (Latief et al.,
2009).
E. Komplikasi
1. Kejang berulang
2. Epilepsi
3. Gangguan mental dan belajar
F. Penatalaksanaan
1. Pemberian diazepam
a. Dosis awal : 0,3 0,5 mg/ kg bb/ dosis iv (perlahan)
b. Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosisi
ulangan setelah 20 menit.
2. Turunkan demam
a. Anti piretik : para setamol atau salisilat 10 mg/ kg bb/ dosis
b. Kompres air biasa
3. Penanganan suportif
a. Bebaskan jalan nafas
5

b. Beri zat asam


G. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
2. Elektroensefalografi (EEG)
3. Pencitraan (CT-Scan atau MRI kepala)
6
7

I. Diagnosa keperawatan

1. Risiko cedera dengan faktor risiko gangguan fungsi kognitif

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan gangguan


kejang

3. Hipertermia berhubungan dengan penyakit

4. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penyakit


neurologis (Kejang)

J. Rencana keperawatan

a. Risiko cedera dengan faktor risiko gangguan fungsi kognitif

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN

1. Risiko cedera dengan faktor Setelah dilakukan NIC: Pencegahan


risiko gangguan fungsi tindakan Kejang
kognitif keperawatan selama
...x.. diharapkan 1. Monitor kepatuhan
kejang teratasi dalam mengkonsumsi
Kriteria Hasil : pengobatan anti
NOC : Kontrol epileptik
kejang sendiri
2. Instrusikan keluarga
a. Menggambarka
mengenai pertolongan
n faktor-faktor
pertama pada kejang
yang memicu
kejang 3. Singkirkan obyek
b. Menggunakan potensial yang
obat-obatan sesuai membahayakan yang
resep dokter ada di lingkungan
c. Mencegah
faktor risiko/
8

pemicu kejang
d. Mengikuti
program latihan
sesuai yang
dianjurkan

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan gangguan kejang


No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi

2. Ketidakefektifan bersihan jalan Setelah dilakukan NIC : Terapi oksigen


1. Berikan oksigen
nafas berhubungan dengan tindakan keperawatan
tambahan sesuai yang
gangguan neurologis (gangguan selama ...x..
diperintahkan
kejang ) diharapkan sesak
2. Monitor aliran
nafas tidak ada
oksigen
NOC : Status 3. Anjurkan pasien
pernafasan : dan keluarga
Kepatenan jalan mengenai pengunaan
nafas oksigen dirumah
4. Atur dan ajarkan
Kriteria Hasil :
pasien mengenai
1. Suara nafas
penggunaan perangkat
tambahan tidak ada
oksigen yang
2. Pernafasan cuping
memudahkan
hidung tidak ada
mobilitas
3. Batuk tidak ada

C. Hipertermia berhubungan dengan penyakit


9

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi

3. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan 1.Pantau suhu dan


dengan penyakit tindakan keperawatan tanda-tanda vital
selama ...x.. lainnya
diharapkan suhu 2.Monitor warna
tubuh normal kulit dan suhu
Kriteria Hasil : 3. Dorong konsumsi
1. Denyut nadi normal cairan
4.Berikan oksigen
2. Tingkat pernapasan
normal
yang sesuai
5. Beri obat cairan
3. Suhu tubuh normal
IV( mis : antipiretik,
4. Tidak ada dehidrasi
agen anti menggigil)

D. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penyakit


neurologis (Kejang)

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN
10

4. Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan NIC :Manajemen edema


jaringan otak berhubungan tindakan serebral
dengan penyakit neurologis keperawatan selama
1. Monitor adanya
(Kejang) ...x.. diharapkan
kebingungan,perubahan
status neurologi
pikiran,keluhan pusing,
dalam bats normal
pingsan
Kriteria Hasil :
2. Catat perubahan pasien
NOC ( Status
dalam berespon terhadap
Neurologi)
stimulus
1. Kesadran klien
normal 3. Lakukan latihan ROM
2. Tekanan pasif
Intrakranial normal
3. Pola gerakan mata
normal
4. Pola bernafas
normal
5. Pola istirahat-
tidur normal
6. Tidak ada
hipertermia

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI

Carpenito, L.J. 2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis.


Jakarta: EGC

Hardiono D. Pusponegoro dkk. 2010. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak : IDAI

Ngastiyah. 2010. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43446/4/Chapter%20II.pdf
11

Вам также может понравиться