Вы находитесь на странице: 1из 81

BAGIAN A

TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

BAGIAN A :
TAHAPAN PENYUSUNAN
RENCANA INDUK SISTEM
PENGELOLAAN AIR
LIMBAH (RI- SPAL)

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 5
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

6 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

P T- 1 PENYAMAAN PERSEPSI
DAN PARADIGMA

1.1 TUJUAN

1. Tercapainya kesepahaman tentang konsep dan paradigma pengembangan sistem


pengelolaan air limbah terpusat yang dirumuskan dalam Rencana Induk Sistem
Pengelolaan Air Limbah bagi Provinsi/Kota Metropolitan/Besar.

2. Ditentukannya tim penyusun rencana induk SPAL

3. Dipahaminya cakupan dan jenis rencana induk yang akan disusun.

4. Dipahaminya periode perencanaan rencana induk SPAL yang akan disusun.

5. Tercapainya kesepakatan mengenai langkah penyusunan, jadwal kerja, tugas, dan


tanggung jawab semua instansi yang terkait.

1.2 DESKRIPSI

Penyamaan pemahaman tentang konsep dan paradigma adalah tahapan pertama para pihak
terkait dalam rangka penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
Kabupaten/ Kota. Proses ini perlu dibangun untuk memastikan adanya kesepahaman dan

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 7
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

kesamaan persepsi di antara para pihak mengenai manfaat adanya Rencana Induk ini, yang
menjadi dasar pengembangan sistem pengelolaan air limbah Provinsi/Kota Metropolitan/
Besar.

1.2.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK

1. Maksud

Maksud penyusunan Rencana Induk adalah agar setiap Kabupaten/Kota memiliki


pedoman dalam pengembangan dan operasional penyelenggaraan SPAL berdasarkan
perencanaan yang efektif, efisien, berkelanjutan, dan terpadu dengan sektor terkait
lainnya

2. Tujuan

Tujuan penyusunan Rencana Induk adalah agar setiap Kabupaten/Kota memiliki


Rencana Induk SPAL yang sistematis, terarah, dan tanggap terhadap kebutuhan
sesuai karakteristik lingkungan dan sosial ekonomi daerah, serta tanggap terhadap
kebutuhan stakeholder (pemerintah, investor, masyarakat).

Kabupaten/Kota yang belum mempunyai rencana induk, rencana pengembangan


SPAL mengacu pada Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) dan Memorandum
Program Sanitasi (MPS).

1.2.2 CAKUPAN DAN JENIS RENCANA INDUK

1. Rencana Induk SPAL Kab/Kota

Rencana Induk SPAL di dalam satu wilayah administrasi kabupaten atau kota ini
mencakup wilayah pelayanan air limbah sistem terpusat dan sistem setempat yang
terdapat di dalam satu wilayah administrasi kabupaten atau kota. Kabupaten atau
kota yang dimaksud dalam peraturan ini adalah Kota Metropolitan (> 1.000.000 jiwa)
dan Kota Besar (>500.000), sedangkan untuk Kota Sedang (>100.000) menyusun
Rencana Induk Sederhana (Outline Plan) dan Kota Kecil (>20.000) cukup membuat
SSK (Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota).

8 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

2. Rencana Induk SPAL Lintas Kab/Kota

Rencana induk SPAL lintas kabupaten dan/atau kota mencakup wilayah pelayanan
air limbah sistem terpusat dan sistem setempat yang terdapat di dalam lebih dari satu
wilayah administrasi kabupaten dan/atau kota dalam satu provinsi.

3. Rencana Induk SPAL Lintas Provinsi

Rencana induk SPAL lintas provinsi mencakup wilayah pelayanan air limbah
sistem terpusat dan sistem setempat yang terdapat di dalam lebih dari satu wilayah
administrasi kabupaten dan/atau kota serta di dalam lebih dari satu provinsi.

4. Rencana Induk SPAL Kawasan Strategis Nasional

Rencana Induk SPAL Kawasan Strategis Nasional mencakup pelayanan air limbah
terpusat dan sistem setempat pada wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan
negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

Gambar 1.1 Proses Penanganan Perencanaan Eksisting dan Perencanaan Baru

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 9
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

1.2.3 KEDUDUKAN RENCANA INDUK

Penyusunan Rencana Induk SPAL mengacu pada prinsip pengembangan wilayah;


RUTRW/K, RPJPN maupun perundang-undangan yang berlaku.
Kedudukan Rencana Induk SPAL berada dibawah kebijakan spasial di masing-masing
daerah baik pada skala Propinsi maupun Kabupaten/Kota. Kedudukannya adalah
sebagai petunjuk teknis dalam penyusunan strategi pembangunan per kawasan, serta
mempengaruhi rencana program investasi infrastruktur. Sedangkan untuk kota menengah
dan kecil, keberadaan SSK menjadi alternatif pengganti Rencana Induk SPAL seperti
terlihat pada Gambar 1.2

Gambar 1.2 Kedudukan Rencana Induk SPAL

*) SSK untuk Kota Sedang dan Kecil dapat digunakan sebagai Rencana Induk

10 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

1.2.4 PERIODE PERENCANAAN

Rencana induk SPAL harus direncanakan untuk periode perencanaan 20 tahun,


dihitung dengan mempertimbangkan penetapan oleh kepala daerah sesuai dengan
kewenangannya.

Periode perencanaan dalam penyusunan rencana induk ini dibagi menjadi 3 tahap
pembangunan sesuai urutan prioritas, yaitu:

1. Perencanaan Jangka Pendek (Tahap Mendesak)

2. Perencanaan pembangunan jangka pendek atau tahap mendesak dilaksanakan


dalam satu sampai dua tahun anggaran, dengan memprioritaskan pada hal yang
mendesak.

3. Perencanaan Jangka Menengah

4. Perencanaan pembangunan jangka menengah mencakup tahapan pembangunan 5


tahun setelah dilaksanakan program jangka pendek.

5. Perencanaan Jangka Panjang

6. Perencanaan pembangunan jangka panjang merupakan rangkaian dari keseluruhan


pembangunan di sektor air limbah untuk 20 tahun yang akan datang.

1.2.5 EVALUASI RENCANA INDUK

Rencana Induk SPAL harus dievaluasi setiap 5 tahun untuk disesuaikan dengan perubahan
yang terjadi dan disesuaikan dengan perubahan rencana induk bidang sanitasi lainnya,
tata ruang dan rencana induk SPAM serta perubahan strategi dalam bidang lingkungan
(Local Environment Strategy), ataupun hasil rekomendasi audit lingkungan kota yang
terkait dengan air limbah permukiman.

1.2.6 MUATAN RENCANA INDUK

Rencana Induk Pengembangan SPAL paling sedikit memuat :

1. Rencana Umum, meliputi :

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 11
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

a. Evaluasi Kondisi Kota/Kawasan. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui


karakter, fungsi strategis dan konteks regional nasional kota/kawasan yang
bersangkutan.

b. Evaluasi Kondisi Eksisting SPAL. Evaluasi yang dilakukan dengan


menginventarisasi peralatan dan perlengkapan sistem pengelolaan air limbah
eksisting.

c. Program dan Kegiatan Pengembangan. Program dan kegiatan pengembangan


dalam penyusunan rencana induk meliputi identifikasi permasalahan dan
kebutuhan pengembangan unit pengolahan meliputi pengolahan air limbah
permukiman (baik pengolahan fisik, biologis, maupun pengolahan kimia) dan
pengolahan lumpur, perkiraan debit buangan hasil pengolahan air limbah dan
lumpur, serta identifikasi badan air penerima.

d. Kriteria dan Standar Pelayanan. Kriteria dan standar pelayanan, mencakup


kriteria teknis yang dapat diaplikasikan dalam perencanaan yang sudah umum
digunakan, namun jika ada data hasil survei maka kriteria teknis menjadi bahan
acuan. Standar pelayanan ditentukan sejak awal seperti tingkat pelayanan yang
diinginkan, cakupan pelayanan, dan jenis pelayanan yang dapat ditawarkan ke
pelanggan jika kegiatan ini direalisasikan.

e. Rencana Keterpaduan Program Sanitasi. Rencana keterpaduan dengan


Prasarana dan Sarana (PS) Sanitasi, adalah bahwa penyelenggaraan SPAL
dan prasarana perkotaan yang terkait (air minum, persampahan, dan drainase)
memperhatikan keterkaitan satu dengan yang lainnya dalam setiap tahapan
penyelenggaraan, terutama dalam upaya perlindungan terhadap baku
mutu sumber air baku air minum. Keterpaduan SPAL dengan PS sanitasi
dilaksanakan berdasarkan prioritas adanya sumber air baku. Misalnya bila
pada suatu daerah terdapat air tanah dangkal dengan kualitas yang baik, maka
sistem sanitasi harus menggunakan sistem terpusat (off site sistem), atau
contoh lainnya adalah peletakan outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah atau
Instalasi Pengolahan Lumpur Terpadu di hilir lokasi pengambilan air baku air
minum.

f. Rencana Pembiayaan dan Pola Investasi. Rencana pembiayaan dan


pola investasi, berupa indikasi besar biaya tingkat awal, sumber dan pola
pembiayaan. Perhitungan biaya tingkat awal mencakup seluruh komponen
pekerjaan perencanaan, pekerjaan konstruksi, pajak, pembebasan tanah, dan
perizinan.

12 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

g. Rencana Pengembangan Kelembagaan dan Peraturan Perundang-


undangan. Rencana Pengembangan Kelembagaan merupakan rencana yang
dilakukan untuk mengembangkan kelembagaan dalam penyelenggaraan SPAL.
Kelembagaan dalam penyelenggaraan SPAL dimaksudkan untuk melakukan
penyusunan rencana, penelaahan kebijakan, pengkajian, pengelolaan, serta
mengkordinasikan kegiatan bidang perencanaan dan pengembangan SPAL.

h. Rencana Pemberdayaan Masyarakat. Rencana pemberdayaan masyarakat


meliputi struktur organisasi dan penempatan tenaga ahli sesuai dengan latar
belakang pendidikannya mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku.

2. Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah

Rencana sistem pengelolaan air limbah terdiri dari:

a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat

Unit Pelayanan;
Unit Pengumpulan;
Unit Pengangkutan;
Unit Pengolahan; dan
Unit Pembuangan Akhir.
b. Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat

Unit Penampungan Tinja Setempat


Sarana Pengangkutan Lumpur Tinja (SPLT)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)

1.2.7 PROSES PENYUSUNAN RENCANA INDUK

Tahapan penyusunan Rencana Induk terdiri dari Tahap Pengumpulan Data dan Tahap
Penyusunan Strategi SPAL. Tahapan proses penyusunan Rencana Induk dapat dilihat
pada Gambar 1.3. Sedangkan tahapan penyusunan SSK sesuai dengan pedoman
penyusunan SKK yang telah berlaku selama ini.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 13
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

Gambar 1.3 . Tahapan proses penyusunan Rencana Induk

14 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

1.2.8 PEMBENTUKAN TIM PENYUSUN RENCANA INDUK SPAL

Susunan keanggotaan tim penyusun Rencana Induk SPAL yang ditetapkan dengan
keputusan kepala daerah ini sekurang-kurangnya sebagai berikut:
1. Ketua Tim
2. Sekretaris Tim
3. Kelompok Kerja. Susunan kelompok kerja tim disesuaikan dengan kebutuhan,
yang diketuai oleh kepala unit kerja dengan anggota pejabat/staf BAPPEDA dan
SKPD dan unsur non pemerintah yang dinilai kompeten sebagai tenaga ahli.
4. Tenaga Ahli Penyusun Rencana Induk. Tenaga ahli yang diperlukan untuk
penyusunan rencana induk penyelenggaraan SPAL antara lain tenaga ahli
bersertifikat dengan bidang keahlian, namun tidak dibatasi pada keahlian sebagai
berikut:

a. Ahli Teknik Penyehatan/Teknik Lingkungan/Ahli Sanitasi/Ahli SPAL


b. Ahli Teknik Hidrologi/Geohidrologi
c. Ahli Sosial Ekonomi/Keuangan
d. Ahli Kelembagaan/Manajemen
e. Ahli Perencanaan Kota/Planologi
f. Ahli Hukum/Regulasi
g. Ahli Geodesi

1.3 KELUARAN

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan Penyamaan Konsep dan Paradigma ini adalah:

1. Terbentuknya Tim Penyusun Rencana Induk SPAL.

2. Disepakatinya Konsep dan Paradigma dalam penyusunan Rencana Induk Sistem


Pengelolaan Air Limbah Provinsi/Kota Metropolitan/Besar.

3. Disepakatinya perencanaan yang akan disusun (Rencana Induk atau Outline Plan).

4. Disepakatinya proses penyusunan Rencana Induk SPAL dan tugas-tugas tim penyusun
dalam menyusun Rencana Induk SPAL

5. Dituliskannya input/masukan untuk RI, khususnya Bab I : Pendahuluan .

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 15
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

1.4 LANGKAH- LANGKAH PELAKSANAAN

1. Bangun kesepahaman tentang pentingnya Rencana Induk Sistem Pengelolaan


Air Limbah. Kesepahaman dan kesamaan persepsi dapat ditumbuhkan dengan cara
Ketua Tim Konsultan menyampaikan kepada seluruh stakeholder tentang konsep dan
paradigma sistem pengelolaan air limbah. Pertemuan tersebut diagendakan untuk
membahas isu-isu berikut :

a. Latar belakang, makna, dan manfaat penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan
Air Limbah . Ketua Tim Konsultan akan memaparkan bagian ini dengan menekankan
pada :

(1). Makna Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah sebagai dokumen
yang memuat data dasar (baseline) mengenai kondisi pengelolaan air limbah
Provinsi/Kota Metropolitan/Besar saat ini.

(2). Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat


merupakan Tahap-1 dari program Perencanaan SPAL.

(3). Maksud dan tujuan penyusunan Rencana Induk SPAL. Pemaparan ini menjadi
input untuk penulisan Bab I : Pendahuluan

b. Posisi atau dasar hukum Rencana Induk SPAL. Lakukan diskusi kemudian sepakati
dasar hukum dan posisinya diantara dokumen-dokumen perencanaan strategis
Provinsi/Kota Metropolitan/Besar lainnya seperti : Rencana Tata Ruang dan Wilayah
(RTRW), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana
dan Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD). Hasil diskusi ini juga
menjadi input untuk penulisan Bab I : Pendahuluan.

c. Pahami rincian outline Rencana Induk SPAL serta metode yang akan digunakan
dalam penyusunan Rencana Induk SPAL. Tuliskan hasil diskusi dalam narasi sebagai
input untuk penulisan Bab I : Pendahuluan.

2. Susun dan sepakati rencana kerja konsultan.

Konsultan perlu menyusun dan menyepakati Rencana Kerja terkait Penyusunan Rencana
Induk SPAL. Rencana kerja ini sekurang-kurangnya harus memuat :

a. Jadwal Kegiatan Terperinci


b. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab (SKPD/ Perorangan)

16 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

Rencana kerja ini harus ditandatangani oleh Ketua Tim. Selanjutnya didistribusikan
untuk menjadi pegangan seluruh stakeholder, selama proses penyusunan Rencana
Induk SPAL. Selain itu, pembuatan rencana induk yang dilakukan oleh konsultan juga
didampingi oleh Tim Teknis yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah.

Pembentukan tim penyusun Rencana Induk SPAL dimulai dari penyiapan rancangan
Surat Keputusan Kepala Daerah tentang pembentukan tim penyusun Rencana Induk
SPAL provinsi dan Provinsi/Kota Metropolitan/Besar. Susunan keanggotaan tim berasal
dari pejabat dan staf SKPD bersangkutan yang memiliki kemampuan dan kompetensi
di bidang perencanaan dan penganggaran.Anggota tim penyusun yang dilibatkan harus
siap bertugas secara penuh dalam menyiapkan dokumen Rencana Induk SPAL. Dengan
demikian perlu dipilih orang-orang yang mempunyai kesiapan waktu dan kemampuan
teknis yang cukup. Sedapat mungkin anggota tim menguasai substansi fungsi dan tugas
SKPD. Tim penyusun terdiri atas perwakilan dari setiap unit kerja (bagian/bidang/subdin/
atau sebutan lain) yang ada di masing-masing SKPD dan dapat melibatkan tenaga ahli
sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan.

Tim penyusun Rencana Induk SPAL dipersiapkan oleh Kepala SKPD dan diusulkan
kepada kepala daerah untuk ditetapkan dengan surat keputusan kepala daerah.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 17
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

P T- 2 PENYIAPAN KONSEP DAN KRITERIA


PENYUSUNAN RENCANA INDUK

2.1 TUJUAN

1. Tersusunnya konsep penyusunan rencana induk dan kriteria perencanaan yang ada
dalam Rencana Induk SPAL Provinsi/Kota Metropolitan/Besar.

2. Tercapainya kesepakatan mengenai konsep penyusunan dan kriteria perencanaan yang


akan digunakan dalam Rencana Induk SPAL.

2.2 DESKRIPSI

Di dalam tahapan Penyiapan Konsep Penyusunan Rencana Induk SPAL, Kelompok Kerja
(Pokja) perlu melakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Menetapkan Visi dan Misi Sistem Pengelolaan Air Limbah Provinsi/Kota Metropolitan/
Besar yang mengacu ke Visi dan Misi Kabupaten/ Kota sebagai acuan untuk pembangunan
jangka menengah (5 tahun).

2. Menetapkan konsep penyusunan dan periode perencanaan Rencana Induk SPAL yang
disesuaikan dengan target-target yang telah dibuat oleh Pemerintah.

3. Menetapkan beberapa kriteria perencanaan dan standar pelayanan air limbah yang
disesuaikan dengan kondisi lingkungan Provinsi/Kota Metropolitan/Besar.

18 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

4. Menetapkan wilayah-wilayah yang perlu dilakukan survei terkait penyusunan Rencana


Induk Pengembangan SPAL.

5. Melakukan analisis mengenai keterpaduan Perencanaan SPAL dengan sektor Sanitasi


lain dan kontribusinya dalam Program Perubahan Iklim.

Di dalam proses penyusunan kerangka pengembangan sanitasi dibutuhkan beberapa asumsi


dan persyaratan, diantaranya:

1. Penyesuaian RTRW, yang umum terjadi setelah kurun waktu tertentu, tidak mengalami
perubahan yang berarti dibandingkan dokumen RTRW yang dijadikan rujukan.
2. Pokja memiliki pemahaman memadai mengenai sistem pengelolaan air limbah.
Kemungkinan dibutuhkan penjelasan dari seorang ahli air limbah yang berpengalaman
dan memiliki pemahaman aspek lain di luar aspek teknis, sebelum Pokja memutuskan
sistem yang akan digunakan dalam jangka panjang.
3. Perlu dibuat perkiraan jumlah penduduk (atau jumlah keluarga/rumah tangga) yang akan
dilayani (pada akhir periode perencanaan) oleh sebuah sistem yang dipilih. Perlu diingat
bahwa di beberapa tempat jumlah keluarga yang dilayani mungkin sedikit karena fungsi
kawasan tersebut adalah kawasan komersial (Commercial Business District - CBD) atau
dikenal sebagai wilayah perdagangan dan jasa di dalam dokumen RTRW.

2.3 KELUARAN

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan Penyiapan Konsep Penyusunan Rencana Induk
SPAL adalah :

1. Disepakatinya Visi dan Misi dalam bidang pengelolaan air limbah Provinsi/Kota
Metropolitan/Besar yang mendukung RPJMD.

2. Disepakatinya konsep penyusunan dan periode perencanaan dalam Rencana Induk


SPAL Provinsi/Kota Metropolitan/Besar.

3. Disepakatinya kriteria perencanaan dalam penyusunan Rencana Induk Sistem


Pengelolaan Air Limbah Terpusat Provinsi/Kota Metropolitan/Besar.

4. Ditetapkan wilayah-wilayah yang perlu dilakukan survei berkaitan dalam penyusunan


Rencana Induk SPAL.

5. Didapatkan hasil analisis mengenai keterpaduan SPAL dengan sektor sanitasi lainnya
dan kontribusi SPAL dalam program Perubahan Iklim.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 19
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

6. Dituliskannya input/ masukan dalam Rencana Induk SPAL, khususnya Bab II: Konsep
Penyusunan dan Kriteria Rencana Induk.

2.4 LANGKAH- LANGKAH PELAKSANAAN

1. Diskusikan, rumuskan, dan tetapkan Visi Misi SPAL Provinsi/Kota Metropolitan/


Besar.

Pembangunan SPAL di Provinsi/Kota Metropolitan/Besar memerlukan adanya Visi dan


Misi SPAL yang mengacu ke Visi dan Misi Provinsi/Kota Metropolitan/Besar. Hal ini
terutama diperlukan agar dokumen perencanaan strategis yang disusun memiliki koridor
yang jelas dan disampaikan dalam bahasa yang sama dengan dokumen perencanaan
Provinsi/Kota Metropolitan/Besar lainnya.

a. Diskusikan kondisi pengelolaan air limbah masa depan di Provinsi/Kota Metropolitan/


Besar yang ingin dicapai untuk mendukung tercapainya Visi Misi Provinsi/Kota
Metropolitan/Besar. Jadikan potret pengelolaan air limbah saat ini (di dalam Buku
Putih Sanitasi) sebagai acuan dasar.

b. Rumuskan dan sepakati kondisi pada poin di atas yang dinyatakan dalam pernyataan
Visi dan Misi SPAL Provinsi/Kota Metropolitan/Besar. Gunakan dokumen RPJMD
sebagai acuan dasar dalam perumusan visi dan misi air limbah domestik.

c. Pertimbangkan definisi di dalam Permendagri No. 54 tahun 2010 tentang


pelaksanaan PP 8/2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian,
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, mengenai:

1) Visi adalah Rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan

2) Misi adalah Rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan


untuk mewujudkan visi

d. Selain itu, pertimbangkan juga Posisi Pengelolaan Air Limbah di dalam Bab 5 Buku
Putih Sanitasi untuk dapat merumuskan Visi Misi air limbah yang realistis.

e. Visi misi sanitasi juga harus sensitif jender dan kemiskinan, yang dicontohkan berikut
ini:

Pernyataan Visi Dalam 5 tahun semua orang di kabupaten / kota memiliki sistem

20 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

pengelolaan air limbah yang baik ; Untuk ini dapat ditambahkan untuk aspek-aspek
sosial, seperti :

1) Laki-laki dan perempuan telah diberdayakan atau kemiskinan akan berkurang

2) Untuk Pernyataan Misi , dapat ditambahkan :

Perbaikan sanitasi dengan melibatkan perempuan dalam Sistem Pengelolaan


Air Limbah dan melibatkan laki-laki dalam promosi hygiene

3) Peluang peningkatan penghasilan laki-laki dan perempuan miskin dalam


Sanitasi

f. Susun visi dan misi sanitasi Provinsi/Kota Metropolitan/Besar dalam bentuk tabel
seperti berikut ini.

Tabel 2.1 Visi dan Misi Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) Provinsi/Kota
Metropolitan/Besar (Contoh)
VISI PROVINSI/KOTA MISI PROVINSI/KOTA VISI SPAL PROVINSI/KOTA MISI SPAL PROVINSI/KOTA

Diambil dari dokumen Diambil dari doku- Terwujudnya Provinsi/ Meningkatkan kuantitas
RPJMD men RPJMD Kota yang bersih dan sehat dan kualitas sarana dan
melalui pembangunan dan prasarana pengelolaan air
peningkatan layanan system limbah rumah tangga yang
pengelolaan air limbah yang berwawasan lingkungan
ramah lingkungan

2. Menetapkan kegiatan yang akan dilakukan dalam Proses Perencanaan beserta


Periode Perencanaannya.

Dalam proses penyusunan perlu ditetapkan periode perencanaan yang akan dibuat
dalam Rencana Induk disertai dengan kegiatan kegiatan yang akan dilakukan sesuai
dengan waktunya. Rencana induk SPAL harus direncanakan untuk periode perencanaan
20 tahun, dihitung dengan mempertimbangkan penetapan oleh kepala daerah sesuai
dengan kewenangannya.

3. Melakukan Evaluasi Rencana Induk

Rencana Induk SPAL harus dievaluasi setiap 5 tahun untuk disesuaikan dengan perubahan
yang terjadi dan disesuaikan dengan perubahan rencana induk bidang sanitasi lainnya,
tata ruang dan rencana induk SPAM serta perubahan strategi dalam bidang lingkungan
(Local Environment Strategy), ataupun hasil rekomendasi audit lingkungan kota yang

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 21
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

terkait dengan air limbah permukiman.

4. Menetapkan kriteria dan standar pelayanan.


Kriteria dan standar pelayanan diperlukan dalam perencanaan dan pembangunan SPAL
untuk dapat memenuhi tujuan tersedianya air dalam jumlah yang cukup dengan kualitas
yang memenuhi persyaratan air limbah, tersedianya air setiap waktu atau kesinambungan,
tersedianya air dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat atau pemakai.

Sasaran pelayanan pada tahap awal prioritas harus ditujukan pada daerah berkepadatan
tinggi dan kawasan strategis. Setelah itu prioritas pelayanan diarahkan pada daerah
pengembangan sesuai dengan arahan dalam perencanaan induk kota.

5. Melakukan penetapan wilayah-wilayah yang akan dilakukan Survei Penyusunan


Rencana Induk Pengembangan SPAL

Penetapan wilayah-wilayah yang akan dilakukan survei disesuaikan dengan konsep


perencanaan SPAL pada suatu daerah dan data-data pendukung lainnya. Survei survei
yang dilakukan dalam penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAL, diantaranya :

a. Survei dan pengkajian Wilayah Studi dan Wilayah Pelayanan

Survei ini dilakukan dengan tujuan :

1) Mendapatkan batasan wilayah studi, wilayah proyek, dan wilayah pelayanan,


badan air penerima, dan jalur transmisi air limbah

2) Kondisi detail wilayah pelayanan saat ini dan akan datang

b. Survei dan Pengkajian Kualitas Air Limbah

Survei ini dilakukan untuk mengetahui kualitas badan air penerima sesuai baku mutu
dan sesuai golongannya.

c. Survei dan pengkajian Demografi dan Ketatakotaan

Dalam pelaksanaan survei ini, dibutuhkan beberapa data diantaranya :

1) Ada data statistik sampai 10 tahun terakhir

2) Terdapat pembagian wilayah berdasarkan jumlah penduduk

3) Terdapat rumus perhitungan proyeksi penduduk

22 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

Apabila data yang diambil tidak tersedia di lapangan, maka dapat menganalogikannya
dengan menggunakan data dari Provinsi/Kota Metropolitan/Besar lain yang sejenis.

6. Melakukan analisis keterpaduan Perencanaan SPAL dengan Sektor lain

Melaksanakan analisis keterkaitan satu dengan yang lainnya dalam setiap tahapan
penyelenggaraan, terutama dalam upaya perlindungan terhadap baku mutu sumber air
baku air minum.

7. Melakukan analisa kontribusi SPAL dalam Program Mitigasi Perubahan Iklim

a. Membahas tentang Program Nasional berkaitan dengan peranan pengelolaan air


limbah dalam Perubahan Iklim sesuai peraturan yang berlaku

b. Membahas hubungan antara SPAL dengan mitigasi Gas Rumah Kaca (GRK).

c. Data pendukung yang berkaitan dengan model perhitungan pengurangan emisi


GRK berdasarkan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 23
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

P T- 3 DESKRIPSI DAERAH
PERENCANAAN

3.1 TUJUAN

1. Dipahaminya ruang lingkup Rencana Induk SPAL dan tercapainya kesepakatan cakupan
wilayah pengamatan dan wilayah perencanaan.

2. Terhimpunnya data sekunder untuk mendiskripsikan wilayah, profil sistem pengolahan air
limbah, dan permasalahannya.

3. Diketahuinya data primer yang diperlukan, yang harus dikumpulkan melalui survei dan
pengukuran di lapangan.

4. Tergambarnya deskripsi wilayah Provinsi/Kota Metropolitan/Besar.

3.2 DESKRIPSI

Pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan konsultan adalah mengidentifikasi kebutuhan
data sekunder, sumber data dan penanggung jawab, mengumpulkan seluruh data sekunder
yang diperlukan untuk menyusun deskripsi wilayah, profil sistem pengolahan air limbah dan
penentuan awal area berisiko, serta menyiapkan dan menyusun deskripsi wilayah. Sumber
data sekunder yang digunakan dapat berasal dari berbagai dokumen perencanaan Provinsi/
Kota Metropolitan/Besar maupun hasil studi oleh Universitas/LSM. Dokumen-dokumen ini
diantaranya adalah RTRW, RPJPD, RPJMD, Renstra, RKPD, RPJIM, dokumen realisasi
APBD, dokumen komponen Masterplan SPAL.

24 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

Data yang diperlukan dalam penyusunan Rencana Induk SPAL sangat beragam dan
sumbernya dapat berasal dari berbagai instansi. Data-data yang dikumpulkan berisi semua
data baik primer maupun sekunder yang berhubungan dengan penyusunan Rencana Induk
SPAL, data tersebut adalah :

3.3 DATA KONDISI DAERAH RENCANA


Berisi semua data baik primer maupun sekunder yang berhubungan dengan penyusunan
Rencana Induk SPAL, data tersebut adalah :

1. DESKRIPSI DAERAH RENCANA

Berupa uraian singkat mengenai daerah rencana. Uraian ini berisi tentang letak
dari daerah rencana secara geografis (berdasarkan lintang dan bujur) serta batas-
batas (Utara, Selatan, Timur dan Barat) dari daerah rencana.

2. KONDISI FISIK

Data kondisi fisik daerah rencana sangat penting karena ikut menentukan sistem
pengelolaan air limbah. Data-data yang diperlukan meliputi :

a. Topografi. Kondisi topografi ikut menentukan sistem pengelolaan air limbah,


seperti kondisi lahan yang landai sulit menerapkan sistem perpipaan bila
dibandingkan dengan lahan yang miring atau curam. Sedangkan kondisi yang
berbukit-bukit mungkin lebih menguntungkan menggunakan sistem inseptor.
Data topografi harus dilengkapi dengan peta daerah rencana yang dilengkapi
dengan kontur.

b. Iklim. Data iklim diperlukan untuk perencanaan sistem instalasi pengolahan


air limbah terutama suhu dan penyinaran matahari. Curah hujan sangat
mempengaruhi kualitas air sungai serta tingkat infiltrasi terhadap jaringan
air limbah. Data iklim ini meliputi kecepatan angin, penyinaran matahari,
kelembaban, suhu udara, dan curah hujan. Untuk curah hujan diperlukan
data lebih banyak, yaitu data 10 tahun terakhir.

c. Sungai dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air. Analisa pencemaran


sungai diperlukan untuk memperkirakan secara teoritis tingkat pencemaran
yang sudah terjadi dan yang akan terjadi dimasa mendatang karena pengaruh
pembuangan air limbah ke sungai. Analisa pencemaran sungai diperlukan
untuk mengetahui upaya yang perlu dilakukan dalam meningkatkan

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 25
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

pengelolaan air limbah domestic, serta dalam rangka rencana pengelolaan


sumber daya air secara menyeluruh.

Parameter yang dipakai adalah BOD, karena pencemaran sungai terjadi akibat
pembuangan limbah domestik. Data yang dibutuhkan yaitu panjang sungai,
daerah yang dilewati, pemekaran daerah yang dilewati, debit sungai serta
keadaan sekitar daerah aliran sungai (DAS) serta rencana pengembangan
pengelolaan sumber daya air. Data ini juga dilengkapi dengan peta yang
menggambarkan sungai yang ada di daerah rencana.

Analisa pencemaran sungai pada tahun yang akan datang dapat diperoleh
dengan mengkorelasikan data proyeksi penduduk yang akan menjadi beban
sungai. Dari analisa tersebut maka didapatkan proyeksi pencemaran sungai
dengan menganalisa beban sungai dari tiap-tiap daerah alirannya. Hasil
analisa ini juga dapat dilengkapi dengan peta yang menggambarkan hal
tersebut.

d. Laut. Data yang dibutuhkan adalah perkiraan penyebaran polutan di laut


yang dipengaruhi oleh hal-hal berikut, yaitu :

1) Kedalaman dasar laut (kontur). Kedalaman dasar laut didapat dari


peta topografi dasar laut yang dikeluarkan oleh TNI Angkatan Laut dan
Jawatan Hidro-Oseanografi.

2) Tinggi muka air. Tinggi muka air laut didapat dari data pasang surut yang
dikeluarkan oleh TNI Angkatan Laut dan Jawatan Hidro-Oseanografi.

3) Arah dan kecepatan arus. Arah dan kecepatan arus didapat dari
Jawatan Hidro-Oseanografi.

4) Prakiraan distribusi dan pencemaran laut. Merupakan gabungan dari


data-data diatas sehingga dapat diketahui arah sebaran dari pencemaran
laut.

5) Kualitas air laut. Berdasarkan prakiraan distribusi dan pencemaran


laut maka dapat diketahui titik-titik pengambilan sampel air laut untuk
mengetahui kualitas dan tingkat pencemarannya.

e. Permeabilitas Tanah. Permeabilitas tanah sangat erat hubungannya dengan


sistem sanitasi setempat seperti tangki septik selalu memerlukan bidang
resapan melalui lapisan tanah. Data permebilitas tanah ini berdasarkan survei
perkolasi dan dilengkapi dengan peta tingkat permeabilitas tanah di daerah

26 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

rencana.

f. Air Tanah. Kualitas air tanah sangat erat kaitannya dengan sistem sanitasi
setempat. Data yang dibutuhkan adalah data kualitas air tanah dan data tinggi
muka air tanah. Untuk mengetahui kualitas air tanah dilakukan uji kualitas air
tanah dengan mengambil sampel dari sumur penduduk, sedangkan untuk
data tinggi muka air tanah dilakukan dengan survei muka air sumur penduduk.

g. Geologi. Data geologi merupakan data tentang struktur tanah yang ada di
daerah rencana. Data geologi ini dapat ditunjukkan melalui peta geologi.

3. Tata Ruang Kota. Data yang dibutuhkan untuk tata ruang daerah rencana yaitu
data tentang penggunaan lahan daerah rencana (dilengkapi dengan peta), dan
RURTK yang dibuat oleh masing-masing daerah rencana. Data ini juga dilengkapi
dengan data fasilitas-fasilitas pelayanan kota seperti hotel, rumah makan, kantor
pemerintahan dan industri.

Peta penggunaan lahan untuk sarana umum antara lain Sistem Penyediaan Air
Minum, Sistem Pengelolaan Air Limbah, Sistem Pengelolaan Persampahan, serta
Sistem Drainase Perkotaan, sangat diperlukan dalam penyusunan rencana induk
sistem pengelolaan air limbah baik terpusat maupun setempat.

4. Kependudukan. Informasi kependudukan diharapkan dalam time series minimal


5 tahun antara lain: jumlah penduduk, laju pertumbuhan Penduduk, struktur umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, ketenagakerjaan, mata pencaharian, tingkat
pendapatan dan lain-lain.

a. Penduduk Saat ini. Data penduduk saat ini yaitu jumlah dan kepadatan
penduduk di suatu daerah sangat menentukan terhadap cara penanganan
sanitasinya terutama pembuangan air limbah dan produksi air limbah
penduduk. Data tentang kepadatan penduduk saat ini dapat pula dilengkapi
dengan peta kepadatan penduduk.

b. Proyeksi Penduduk. Proyeksi penduduk didasarkan pada asumsi dari


komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian,
dan perpindahan (migrasi). Proyeksi penduduk penyelenggaraan SPAL
dilakukan untuk 20 tahun. Proyeksi penduduk ini memerlukan data jumlah
penduduk pada tahun-tahun sebelumnya, setidaknya data-data 10-20 tahun
sebelum periode perencanaan. Data kependudukan dapat diperoleh baik
secara primer maupun data sekunder dari BPS. Dari hasil proyeksi tersebut
dapat diketahui pula proyeksi kepadatan penduduk pada 20 tahun yang akan
datang.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 27
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

5. Prasarana Kota yang Terkait

Dalam rangka perlindungan dan pelestarian air, selain data dan gambar Pengelolaan
Sumber Daya Air, diperlukan juga data dan gambar Sistem Penyediaan Air Minum,
Sistem Pengelolaan Air Limbah, Sistem Pengelolaan Persampahan, serta Sistem
Drainase Perkotaan yaitu sebagai berikut :

a. Air Minum. Air minum sangat erat kaitannnya dengan Rencana Induk
SPAL. Data tentang air bersih yang dibutuhkan adalah sumber air minum
yang digunakan penduduk, tingkat pemakaian dan proyeksi kebutuhan air
minum untuk 20 tahun yang akan datang. Debit air limbah yang berasal dari
buangan air minum dapat diketahui pula untuk 20 tahun yang akan datang.
Data-data tersebut dilengkapi dengan peta presentasi pelayanan oleh PDAM
dan peta sumber air di daerah rencana.

b. Persampahan. Persampahan di daerah rencana perlu dicermati, karena


pengelolaan sampah yang kurang baik dapat menimbulkan pencemaran
terhadap lingkungan dan badan air baik langsung maupun tidak langsung.
Data yang dibutuhkan yaitu data timbulan sampah, jenis-jenis sampah,
kondisi pelayanan persampahan, dan data-data lain tentang persampahan di
daerah rencana. Dari korelasi dengan proyeksi penduduk maka didapat pula
proyeksi timbulan sampah minimal 10 tahun yang akan datang. Datadata
dilengkapi dengan peta sistem pengelolaan sampah yang ada, antara lain
meliputi Lokasi TPA, TPS, dan Sarana dan Prasarana Persampahan lainnya.

c. Drainase Perkotaan. Saluran pematusan air hujan atau drainase sangat


erat hubungannya dengan air limbah, karena pada umumnya penduduk
membuang air limbah rumah tangga ke saluran ini. Data yang diperlukan
adalah data jaringan drainase di daerah rencana, panjang saluran, keadaan
saluran, serta kualitas air dalam saluran. Dilengkapi dengan peta perkiraan
genangan yang umumnya terjadi apabila musim hujan. Dari korelasi dengan
pertumbuhan penduduk maka didapat pula proyeksi penggunaan lahan untuk
20 tahun.

6. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

a. Pendapatan dan Sumber Mata Pencaharian. Dalam pemilihan teknologi


pengelolaan air limbah, salah satu faktor penting adalah kemampuan
penduduk membiayai operasi setiap teknologi yang diusulkan. Dimana
kemampuan ini erat hubungannya dengan pendapatan dan sumber mata
pencaharian penduduk. data yang dibutuhkan adalah data pendapatan

28 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

penduduk, mata pencaharian, pengeluaran penduduk, dan pengeluaran


penduduk untuk pengelolaan air minum.

b. Kepemilikan Rumah. Data yang diperlukan adalah kondisi kepemilikan


rumah di daerah rencana, proyeksi perumahan sampai 20 tahun yang akan
datang, luas pekarangan rumah sarta dilengkapi dengan peta kondisi lahan
sisa pekarangan eksisting dan untuk proyeksi 20 tahun yang akan datang.
Selain itu, data kondisi kepemilikan rumah juga diperlukan untuk mengetahui
SPAL yang akan digunakan untuk suatu kawasan perumahan. Apabila suatu
kawasan perumahan real estate dilewati oleh jaringan pipa SPALT, maka
pengembangnya wajib untuk melakukan penyambungan saluran air limbah
setiap rumah ke jaringan pipa terpusat tersebut, akan tetapi apabila di Kota
tersebut tidak terdapat SPAL, maka pengembang kawasan perumahan
tersebut harus membuat jaringan dan IPAL sendiri dan dikelola oleh
pengembang kawasan perumahan tersebut.

c. Non Permukiman. Yang dimaksud non pemukiman disini adalah daerah


komersial dan daerah non komersial. Yang menjadi perhatian adalah daerah
komersial seperti daerah jasa, perdagangan dan industri. Data yang diperlukan
adalah pendapatan rata-ratanya, kondisi bangunannya, pengeluarannya
untuk pemenuhan air minum, dan proyeksinya untuk 20 tahun yang akan
datang.

7. Tingkat Kesehatan Penduduk

Tingkat kesehatan penduduk sangat erat kaitannya dengan sistem sanitasinya.


Maka diperlukan data-data tentang penyakit yang sering timbul, khususnya yang
berhubungan dengan air limbah. Selain itu diperlukan data fasilitas kesehatan
yang ada di daerah rencana.

2.9 DATA KONDISI EKSISTING SPAL

Sebelum menetapkan rencana pengembangan di sektor air limbah permukiman


perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana kondisi pengelolaan eksisting dan upaya
pengelolaan dari pemerintah.

Data kondisi sistem Pengelolaan Air Limbah yang ada dikelompokkan dalam Data
Teknis dan Data Non Teknis.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 29
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

1. Data Teknis
Data teknis yang diperlukan untuk SPALT antara lain meliputi :
a. Kinerja Pelayanan
b. Tingkat Pelayanan
c. Periode Pelayanan
d. Cakupan Pelayanan
e. Kinerja Instalasi dan Jaringan Perpipaan
f. Jumlah dan Kinerja Peralatan/ Perlengkapan
g. Sistem Pengelolaan
h. Pedoman dan Kondisi Operasi dan Pemeliharaan
Sedangkan data teknis yang diperlukan untuk SPALS antara lain adalah :
a. Pemetaan masyarakat tentang kondisi sumber air dan akses terhadap sarana
sanitasi yang tersedia.
b. Kelayakan Teknis di Lapangan
c. Prediksi Perkembangan Lingkungan Permukiman, dan

d. Prediksi Peningkatan Sosial Ekonomi Masyarakat

Sedangkan untuk IPLT, data teknis yang diperlukan antara lain :


a. Peta Wilayah dengan data Topografi
b. Data Sosial dan Ekonomi
c. Data geografi
d. Data Geologi, dan data lain yang relevan
2. Data Non Teknis

Data non teknis yang diperlukan untuk SPALT antara lain meliputi :
a. Kondisi dan Kinerja Keuangan
b. Kondisi dan Kinerja Karyawan
c. Kinerja Kelembagaan
d. Jumlah Pelayanan
e. Kondisi Pengaturan
f. Kondisi Peran Serta Masyarakat
g. Kondisi Pendanaan

Sedangkan data non teknis yang diperlukan untuk SPALS antara lain adalah :
a. Kondisi/ Permukiman
b. Kebiasaan/ Perilaku

c. Jumlah Calon Penerima Manfaat untuk 5 tahun ke depan

30 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

3.5 KELUARAN

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan Penjabaran Deskripsi Daerah Perencanaan :

1. Terkumpulnya data sekunder dan primer

2. Tergambarnya deskripsi wilayah Provinsi/Kota Metropolitan/Besar

3. Dituliskan sebagai input/ masukan, khususnya pada Bab I : Pendahuluan dan Bab III :
Deskripsi Daerah Perencanaan.

3.6 LANGKAH- LANGKAH PELAKSANAAN

1. Pahami Ruang Lingkup Sistem Pengelolaan Air Limbah

Pastikan bahwa konsultan memahami definisi dan ruang lingkup sistem pengelolaan
air limbah terpusat yang akan digunakan. Informasi ini menjadi input untuk Bab I :
Pendahuluan.

2. Diskusikan dan sepakati Cakupan Wilayah Pengamatan dan Wilayah Perencanaan.


a. Diskusikan dan sepakati mengenai cakupan wilayah Provinsi/Kota Metropolitan/
Besar yang akan menjadi wilayah pengamatan dan perencanaan.
b. Wilayah pengamatan adalah seluruh wilayah yang secara topografi berpengaruh
pada sistem pengelolaan air limbah.
c. Wilayah perencanaan Rencana Induk SPAL untuk Kota adalah seluruh wilayah yang
termasuk dalam wilayah administratif kota tersebut.
d. Wilayah Kajian Perencanaan Rencana Induk SPAL yang diprioritaskan untuk
Kabupaten adalah wilayah yang termasuk kategori kawasan perkotaan berdasarkan
RTRW dan/atau berdasarkan kebijakan daerah lainnya (Perda, kesepakatan
konsultan, dll).
e. Narasi mengenai informasi ini menjadi input untuk Bab I : Pendahuluan Rencana
Induk SPAL dan gambarkan cakupan wilayah perencanaan dalam peta administrasi.

3. Kumpulkan Data Sekunder

a. Identifikasi kebutuhan data sekunder dan sumber data yang diperlukan untuk
menyusun :

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 31
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

1) Deskripsi Wilayah

2) Profil Sistem Pengelolaan Air Limbah

3) Penentuan Wilayah Perencanaan

b. Sepakati penanggung jawab pengumpulan data sekunder tersebut

c. Kumpulkan seluruh data, kemudian beri label yang jelas sehingga mudah dipahami.

d. Jika dimungkinkan kumpulkan dan kelompokkan data yang diperoleh dalam format
digital (soft copy) sehingga dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan.

4. Diskusikan data dan sumber yang dibutuhkan untuk penyusunan deskripsi wilayah.

a. Berdasarkan hasil pengumpulan data sekunder di atas, kelompokkan dokumen-


dokumen/data dan peta untuk menyusun Deskripsi Wilayah.

b. Verifikasi data sekunder dan sumber data yang digunakan untuk menyusun deskripsi
wilayah

5. Susun Deskripsi Wilayah

a. Sajikan data dalam bentuk tabel. Deskripsikan setiap tabel dengan judul, sumber
data dan tahun yang jelas. Pastikan tabel yang telah diisi mendapatkan verifikasi
dari dinas/sumber data yang terkait. Sajikan tabel secara ringkas, misalnya dengan
menggabungkan beberapa tabel yang dapat disatukan. Informasi yang lebih rinci
dapat disisipkan pada halaman lampiran.

b. Gambar dan tabel untuk menggambarkan deskripsi wilayah sekurang-kurangnya


mencakup :

1) Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. Geografis: menyajikan informasi


tentang letak atau posisi Provinsi/Kota Metropolitan/Besar di permukaan bumi
berdasarkan garis lintang dan garis bujur.

Administratif: menyajikan informasi mengenai nama, jumlah, dan luas kelurahan/


desa setiap Kecamatan dalam bentuk tabel dilengkapi dengan peta administrasi
dan cakupan wilayah kajian (skala 1 : 25.000 atau 1 : 50.000 ) serta peta orientasi
Provinsi/Kota Metropolitan/Besar dalam wilayah provinsi dalam kertas ukuran
A3.

32 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

Kondisi fisik: menyajikan informasi tentang air permukaan, kondisi/ ketinggian air
tanah, dan kondisi umum iklim, kualitas air tanah, dll.

2) Demografi. Menyajikan informasi kondisi demografi di tingkat kecamatan


mencakup jumlah penduduk (tidak perlu berdasarkan jenis kelamin) serta tingkat
pertumbuhan pada 3-5 tahun terakhir beserta proyeksinya 5 tahun mendatang.

3) Keuangan dan Perekonomian Daerah

4) Sosial dan Budaya. Menyajikan informasi mengenai fasilitas pendidikan,


distribusi pekerjaan, jumlah penduduk miskin, dan jumlah rumah pada tahun
terakhir.

5) Tata Ruang Wilayah. Menyajikan informasi mengenai rencana pusat layanan


(berdasarkan fungsi dan peran) dan rencana pola ruang di dalam RTRW.
Sebaiknya peta berskala 1 : 25.000 atau 1 : 50.000.

6) Kelembagaan Pemerintah Daerah. Menyajikan informasi mengenai tugas,


pokok, dan fungsi tiap-tiap SKPD penanggung jawab proses perencanaan,
pembangunan operasi dan pemeliharaan (O&M), pemantauan dan
pengevaluasian, serta penanggung jawab kegiatan pemberdayaan masyarakat.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 33
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

P T- 4 PERUM USAN ANALISIS KONDISI


SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH

4.1 TUJUAN

1. Dirumuskannya kajian keselarasan dan keterpaduan Kebijakan dan Strategi Nasional


Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah dari Kementerian yang bertugas
mengelola air limbah dengan Rencana Induk SPAL Provinsi/Kota Besar/Metropolitan
2. Dirumuskannya Rencana Tata Ruang Kota
3. Dirumuskannya kondisi sanitasi Kota
4. Ditentukannya isu-isu strategis pengelolaan air limbah

4.2 DESKRIPSI

Perumusan isi dan substansi rancangan Rencana Induk SPAL sangat menentukan kualitas
dokumen Rencana Induk SPAL yang akan dihasilkan. Salah satu dokumen rujukan awal dalam
menyusun rancangan Rencana Induk SPAL adalah RPJMD yang menunjukkan program dan
target indikator kinerja yang harus dicapai oleh SKPD terkait air limbah selama lima tahun,
baik untuk mendukung visi/misi Kepala Daerah maupun untuk memperbaiki kinerja layanan.
dalam rangka pemenuhan tugas dan fungsi SKPD terkait.

Dokumentasi perumusan dan keseluruhan tahap perencananaan pembangunan daerah


dijadikan sebagai kertas kerja. Suatu kertas kerja perumusan dan keseluruhan tahap
penyusunan Rencana Induk SPAL merupakan dokumen yang tak terpisah dan dijadikan
sebagai dasar penyajian (dokumen) Rencana Induk SPAL.

34 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

4.3 ANALISIS GAMBARAN PELAYANAN SKPD

Analisis gambaran pelayanan SKPD, terdiri dari:


analisis gambaran umum pelayanan SKPD untuk mengidentifikasi potensi dan
permasalahan pelayanan SKPD.
analisis pengelolaan pendanaan pelayanan SKPD untuk mengidentifikasi potensi dan
permasalahan khusus pada aspek pendanaan pelayanan SKPD.

4.4 REVIEW KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN


SPAL KEMENTERIAN DAN RENSTRA SKPD PROVINSI/KOTA.

Untuk penyusunan rancangan Rencana Induk SPAL provinsi, dilakukan review Kebijakan dan
Strategi SPAL Kementerian dan Renstra SKPD Provinsi/kota, yang mencakup:

Tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam jangka waktu pelaksanaan Kebijakan dan
Strategi SPALKementerian ;

Program prioritas Kebijakan dan Strategi SPAL Kementerian dan target kinerja serta
lokasi program prioritas;

Tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam jangka waktu pelaksanaan Renstra SKPD
kota; dan

Program prioritas SKPD kota dan target kinerja serta lokasi program prioritas.

Untuk penyusunan rancangan Rencana Induk SPAL kota, dilakukan review Kebijakan dan
Strategi SPAL Kementerian dan Renstra SKPD provinsi, yang mencakup:

Tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam jangka waktu pelaksanaan Kebijakan dan
Strategi SPAL Kementerian ;

Program prioritas Kebijakan dan Strategi SPAL Kementerian dan target kinerja serta
lokasi program prioritas;

Tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam jangka waktu pelaksanaan Renstra SKPD
Provinsi; dan

Program prioritas SKPD provinsi dan target kinerja serta lokasi program prioritas.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 35
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

Tabel 4.1 Identifikasi Kebijakan Nasional SPAL Pemerintah


Provinsi/Kota Besar/Metropolitan
KEBIJAKAN NASIONAL
Kebijakan Nasional tentang SPAL Kebijakan Kementerian tentang SPAL LAIN-LAIN

Universal Access 2014 2019 Kementerian PU

4.5 PENELAAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)


Penelaahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), mencakup:
Tujuan dan sasaran RTRW;
Struktur tata ruang saat ini
Rencana pola ruang;
Pola ruang saat ini; dan
indikasi program pemanfaatan ruang jangka menengah.
Telahaan rencana tata ruang ditujukan untuk memperoleh informasi bagi analisis gambaran
umum kondisi daerah. Dengan menelaah rencana tata ruang daerah, dapat diidentifikasi (secara
geografis) arah pengembangan wilayah, arah kebijakan, dan pentahapan pengembangan
wilayah per 5 (lima) tahun dalam 20 (dua puluh) tahun kedepan. Hasil telaahan struktur dan
pola ruang selanjutnya dituangkan ke dalam contoh Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.2. Hasil telaahan struktur ruang wilayah


Provinsi/Kabupaten/kota......*
Struktur Ruang terhadap
Rencana Struktur Ruang

Rencana Ruang Saat Ini

manfaatan Ruang pada

Kebutuhan Pelayanan
Periode Perencanaan
Indikasi Program Pe-

Pengaruh Rencana

Pelayanan SKPD
Pengembangan
Arahan Lokasi

Waktu Pelaksanaan
No

Berkenaan

SKPD

7 8 9 10 11
1 2 3 4 5 6
Tahapan Tahapan Tahapan Tahapan Tahapan
ke -1 ke -2 ke -3 ke -4 ke -5

1 Rencana Pusat
Pemukiman
1 1

2 Rencana Jaringan
Transportasi

3 Rencana Jaringan
Energi

4 Rencana Jaringan
Telekomunikasi

5 Rencana Sistem
Jaringan Sumber
Daya Air

*Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi. Sumber Tabel T-II.C.1. Permendagri No.54 tahun 2010

36 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

Cara pengisian Tabel 4.2 :


Kolom (1) diisi dengan nomor urut sesuai dengan kebutuhan;
Kolom (2) diisi dengan daftar Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) yang direncanakan di wilayah provinsi/kabupaten/kota, rencana bandara,
pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan, terminal, stasiun kereta, jaringan jalan primer/
sekunder, jaringan prasarana sumber daya air, jaringan prasarana energi/listrik, dan jaringan
prasarana telekomunikasi;
Kolom (3) diisi dengan daftar Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) yang telah ada di wilayah provinsi/ kabupaten/kota, ketersediaan bandara,
pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan, terminal, stasiun kereta, jaringan jalan primer/
sekunder, jaringan prasarana sumber daya air, jaringan prasarana energi/listrik, dan jaringan
prasarana telekomunikasi;
Kolom (4) diisi dengan indikasi program pemanfaatan ruang untuk setiap rencana struktur ruang; dan
Kolom (5) diisi dengan perbandingan antara kondisi rencana dan kondisi saat ini, dan indikasi program
pemanfaatan ruang pada periode berkenaan dengan tahun perencanaan Renstra SKPD,
lakukan identifikasi apakah ada pengaruhnya kepada kebutuhan pelayanan SKPD. Jika ada,
identifikasilah bentuk kebutuhan tersebut, perkiraan besaran kebutuhan, dan lokasinya; dan
Kolom (6) diisi dengan daftar lokasi berdasarkan hasil pada kolom (5). Daftar lokasi ini menjadi arahan
lokasi pengembangan pelayanan SKPD untuk mendukung perwujudan struktur ruang wilayah
Kolom (7) (11) diisi dengan waktu pelaksanaan pemanfaatan struktur ruang sesuai RTRW

Tabel 4.3. Hasil Telaahan Pola Ruang Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota*


Arahan Lokasi Pengembangan
faatan Ruang pada Periode

Ruang terhadap kebutuhan


Indikasi Program Peman-

Perencanaan Berkenaan

Pengaruh Rencana Pola


Rencana Pola Ruang

Pola Ruang Saat Ini

Waktu Pelaksanaan
No

Pelayanan SKPD

Pelayanan SKPD

7 8 9 10 11
1 2 3 4 5 6
Tahapan Tahapan Tahapan Tahapan Tahapan
ke -1 ke -2 ke -3 ke -4 ke -5
1 Rencana Kawasan
Lindung

1 1

2 Rencana Kawasan
Budidaya Strategis

*Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota


Sumber Tabel T-II.C.2 Permendagri No.54 tahun 2010

Cara pengisian Tabel 4.3:

Kolom (1) diisi dengan nomor urut sesuai kebutuhan;


Kolom (2) diisi dengan daftar kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan strategis yang direncanakan
di wilayah provinsi/kabupaten/kota;
Kolom (3) diisi dengan daftar kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan strategis yang telah ada
(eksisting) di wilayah provinsi/kabupaten/kota;

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 37
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

Kolom (4) diisi dengan indikasi program pemanfaatan ruang untuk setiap rencana pola ruang;
Kolom (5) diisi dengan perbandingan antara kondisi rencana dan kondisi saat ini, dan indikasi program
pemanfaatan ruang pada periode berkenaan dengan tahun perencanaan Renstra SKPD,
lakukan identifikasi apakah ada pengaruhnya kepada kebutuhan pelayanan SKPD. Jika ada,
identifikasilah bentuk kebutuhan tersebut, perkiraan besaran kebutuhan, dan lokasinya; dan
Kolom (6) diisi dengan daftar lokasi berdasarkan hasil pada kolom (5). Daftar lokasi ini menjadi arahan
lokasi pengembangan pelayanan SKPD untuk mendukung perwujudan pola ruang wilayah.
Kolom (7) (11) diisi dengan Waktu Pelaksanaan pemanfaatan pola ruang sesuai RTRW

4.6 STUDI ENVIRONMENT AND HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)

Studi EHRA merupakan survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami
kondisi fasilitas sanitasi dan higienitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi Kota.

Adapun tujuan dari studi EHRA adalah untuk mengumpulkan data primer tentang gambaran
situasi sanitasi dan perilaku yang berisiko terhadap kesehatan lingkungan kabupaten/kota
pada saat ini, secara khusus tujuannya adalah sebagai berikut :

a. Mendapatkan gambar kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang berisiko terhadap
kesehatan lingkungan.

b. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi.

c. Menyediakan dasar informasi yang valid dalam penilaian risiko kesehatan lingkungan.

Studi ini berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat, yang masing-masing terdiri
dari :

a. Fasilitas sanitasi

Fasilitas sanitasi yang mencakup :


1) Sumber air minum
2) Layanan pembuangan sampah
3) Jamban

4) Saluran pembuangan air limbah

b. Perilaku masyarakat

Perilaku masyarakat yang mencakup :


1) Buang air besar
2) Cuci tangan pakai sabun,

38 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

3) Pengelolaan air minum rumah tangga,


4) Pengelolaan sampah dengan 3R

5) Pengelolaan air limbah rumah tangga (drainase lingkungan)

4.7 PENYUSUNAN BUKU PUTIH SANITASI

Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data dasar (baseline). Data dasar yang dimaksud
dapat membantu memberikan gambaran lengkap dan menyeluruh mengenai data teknis/non-
teknis yang mencakup berbagai aspek tentang sanitasi di Kabupaten/Kota. Keluaran yang
diharapkan adalah tersusunnya peta sistem sanitasi bagi tiap komponen dan lokasinya yang
spesifik berdasarkan data hasil survei

4.8 PERUMUSAN ISU-ISU STRATEGIS

Perumusan isu-isu strategis berdasarkan:

Hasil analisis gambaran pelayanan SKPD (potensi dan permasalahan pelayanan


SKPD);

Hasil review Kebijakan dan Strategi SPAL Kementerian dan Renstra SKPD Povinsi/
Kota Metropolitan/Kota Besar untuk penyusunan Renstra SKPD provinsi dan hasil
review Kebijakan dan Strategi SPAL Kementerian dan Renstra SKPD provinsi untuk
penyusunan Renstra SKPD Provinsi/Kota Metropolitan/Kota Besar;

Hasil penelaahan RTRW;

Hasil analisis dokumen EHRA; dan

Hasil analisis Buku Putih Sanitasi Kota

Penentuan isu-isu strategis yang akan dihadapi dalam jangka waktu pelaksanaan
Renstra SKPD berdasarkan huruf a), huruf b), huruf c), dan huruf d).

Tabel 4.4. Identifikasi Isu-Isu Strategis


ISU STRATEGIS
No

DINAMIKA
DINAMIKA NASIONAL DINAMIKA REGIONAL/LOKAL LAIN-LAIN
INTERNASIONAL
1 2 3 4 5

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 39
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

Kolom (1) diisi dengan nomor urut sesuai dengan nomor urutan.
Kolom (2) diisi dengan isu strategis yang diidentifikasi dari dunia Internasional.
Kolom (3) diisi dengan isu strategis yang diidentifikasi di tingkat nasional.
Kolom (4) diisi dengan isu strategis yang diidentifikasi se-wilayah provinsi/kab/kota.
Kolom (5) diisi dengan isu-isu strategis lain yang berasal dari dunia akademik, usaha/
bisnis, sosial budaya, penemuan-penemuan teknologi, dan lain-lain yang dapat
dipertanggungjawabkan.

4.9 KELUARAN

1. Tersusunnya data dan informasi gambaran pelayanan SPAL pada SKPD


2. Tersusunnya data dan informasi pengelolaan pendanaan pelayanan SKPD
3. Tersusunnya kajian mengenai keselarasan dan keterpaduan Kebijakan dan Strategi
SPAL Kementerian dengan Renstra SKPD Provinsi/Kota Metropolitan/Kota Besar
4. Disepakatinya jangka waktu perencanaan sesuai dengan target Kebijakan dan
Strategi SPAL Kementerian dan Renstra SKPD
5. Dirumuskannya isu-isu strategis SPAL

4.10 LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN

1. Pengolahan data dan informasi


Tahap pengolahan data dan informasi bertujuan untuk menyajikan seluruh kebutuhan
data dari laporan hasil analisis, resume/notulen-notulen pertemuan, bahan paparan
(slide atau white paper), hasil riset dan lain-lain, menjadi informasi yang lebih
terstruktur, sistematis, dan relevan bagi pembahasan tim dan pihak-pihak terkait
ditiap tahap perumusan penyusunan rancangan Rencana Induk SPAL . Mengingat
pentingnya kesiapan data dan informasi dalam proses perumusan Rencana Induk
SPAL, perlu ditunjuk anggota tim yang secara khusus ditugaskan bertanggungjawab
terhadap pengolahan data (dan bagaimana data itu harus diperoleh) sangat
penting. Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan yaitu bahwa pengolahan data
dan informasi hendaknya tidak dilakukan hanya disaat dimulainya perencanaan,
tetapi kegiatan ini harus berlangsung terus menerus setiap hari (kontinyu), seiring
dengan dinamika penyelenggaraan pemerintahan daerah. Berhubung pengolahan/
tersedianya data dan informasi yang akurat merupakan salah satu kelemahan atau
kurang mendapat perhatian hampir diseluruh lingkungan kehidupan kita, maka perlu

40 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

ditingkatkan/ditumbuhkembangkan kesadaran betapa pentingnya data dan informasi


utamanya untuk penyusunan rencana pembangunan daerah. Data dan informasi
perencanaan pembangunan daerah yang diperlukan sebagai bahan kajian/analisis
dalam perumusan rancangan Rencana Induk SPAL yakni yang sesuai dengan tugas
dan fungsi SKPD mencakup:
1. Regulasi yang menjadi asas legal bagi SKPD dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi SKPD serta struktur organisasi, tata laksana, dan kepegawaian SKPD ;
2. Renja SKPD tahun berjalan untuk menginformasikan kondisi terkini isu-isu
pelayanan SKPD dan perkiraan tingkat capaian target Renstra SKPD sampai
dengan akhir tahun berjalan;
3. Hasil evaluasi pelaksanaan Renstra SKPD periode sebelumnya sampai dengan
pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu;
4. Data perkembangan pengelolaan keuangan dan aset SKPD paling kurang 5
(lima) tahun terakhir;
5. Standar Pelayanan Minimal/SPM untuk urusan wajib dan/atau indikator kinerja
pelayanan SKPD dan/atau indikator lainnya;
6. Kebijakan dan Strategi SPAL K/L mengenai Sistem Pengelolaan Air Limbah
7. Renstra SKPD provinsi/kabupaten/kota periode sebelumnya;
8. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
9. Peraturan perundang-undangan terkait pelayanan SKPD; dan
10. Informasi lain yang terkait pelayanan SKPD.

Hasil evaluasi Renstra SKPD periode sebelumnya merupakan informasi utama bagi
penyusunan Renstra SKPD periode berikutnya. Mengingat bahwa pada saat rancangan
Renstra SKPD disusun, hasil evaluasi pelaksanaan Renstra SKPD sampai dengan
tahun ke-5 belum diperoleh, maka digunakan hasil evaluasi sementara Renstra
SKPD yang memuat hasil evaluasi Renstra SKPD sampai dengan pelaksanaan Renja
SKPD sampai dengan tahun berjalan (periode sebelum tahun rencana). Pengolahan
data dan informasi diatas perlu memperhatikan tingkat urgensi data dan informasi
dalam analisis/kajian yang diperlukan bagi penyusunan suatu Rencana Induk SPAL.
Hal ini guna memastikan efektifitas dan efisiensi waktu, tenaga, dan biaya yang
dialokasikan dalam pengumpulan dan pengolahan data/informasi. Data dan informasi
yang digunakan hendaknya memiliki tingkat keakurasian, validitas, dan sumber yang
dapat dipertanggungjawabkan.

2. Analisis gambaran pelayanan SKPD, terdiri dari :

a. Data dan informasi gambaran pelayanan SPAL pada SKPD, mencakup :


i. Struktur organisasi beserta tugas dan fungsinya sebagai dasar untuk

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 41
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

melihat dan menentukan lingkup kewenangan SKPD,


ii. Data dan informasi yang menggambarkan pencapaian-pencapaian yang
telah dilaksanakan dalam Rencana Induk SPAL sebelumnya
iii. Data dan informasi yang menunjukkan aspirasi-aspirasi masyarakat terkait
SPAL dalam lingkup kewenangan SKPD.
b. Data dan informasi pengelolaan pendanaan pelayanan SKPD : mencakup :
i. Data pendapatan SKPD;
ii. Data belanja SKPD;
iii. Data pembiayaan SKPD.
c. Analisis gambaran umum pelayanan SKPD untuk mengidentifikas potensi dan
permasalahan pelayanan SKPD.
d. Analisis pengelolaan pendanaan pelayanan SKPD untuk mengidentifikasi
potensi dan permasalahan khusus pada aspek pendanaan pelayanan SKPD.
e. Analisis keterpaduan Perencanaan Pengembangan SPAL dengan sektor lain.
Rencana keterpaduan dengan Prasarana dan Sarana Sanitasi lainnya adalah
bahwa penyelenggaraan SPAL dan prasarana perkotaan yang terkait (air
minum, persampahan, drainase, jalan dan sarana transportasi) memperhatikan
keterkaitan satu dengan yang lainnya dalam setiap tahapan penyelenggaraan,
terutama dalam upaya perlindungan terhadap baku mutu sumber air baku air
minum. Sebagai contoh area IPLT diletakkan di hilir lokasi pengambilan air baku
air minum.
f. Analisis kontribusi Pengembangan SPAL dalam Program Perubahan Iklim
i. Membahas tentang Program Nasional berkaitan dengan peranan SPAL
dalam Perubahan Iklim sesuai dengan Perpres No. 61 tahun 2011 tentang
Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.
ii. Membahas hubungan antara SPAL dengan mitigasi GRK.
iii. Pembahasan dan komitmen dalam penyediaan data pendukung yang
berkaitan dengan mitigasi GRK sesuai dengan Perpres No.71 tahun 2011.

3. Review Kebijakan dan Strategi SPAL K/L dan Renstra SKPD

Untuk penyusunan rancangan Renstra SKPD Provinsi, dilakukan review Kebijakan


dan Strategi SPAL K/L dan Renstra SKPD kota yang mencakup:
a. tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam jangka waktu pelaksanaan Kebijakan
dan Strategi SPAL K/L;
b. program prioritas Kebijakan dan Strategi SPAL K/L dan target kinerja serta lokasi
program prioritas;

42 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

c. tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam jangka waktu pelaksanaan Renstra
SKPD Kota; dan
d. program prioritas SKPD Kota dan target kinerja serta lokasi program prioritas.
Untuk penyusunan rancangan Renstra SKPD kabupaten/kota, dilakukan review
Kebijakan dan Strategi SPAL K/L dan Renstra SKPD Kebijakan provinsi, yang
mencakup:
a. tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam jangka waktu pelaksanaan
Kebijakan dan Strategi SPAL K/L;
b. program prioritas Kebijakan dan Strategi SPAL K/L dan target kinerja serta lokasi
program prioritas;
c. tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam jangka waktu pelaksanaan Renstra
SKPD Provinsi; dan
d. program prioritas SKPD provinsi dan target kinerja, serta lokasi program prioritas.
Penjelasan lebih lanjut mengenai tata cara review Kebijakan dan Strategi SPAL K/L
dan Renstra SKPD provinsi /Kabupaten/kota tercantum pada Bagian C-07

4. Studi Environmental Health and Risk

Tahapan-tahapan dalam studi EHRA adalah sebagai berikut :

1) Pembentukan tim studi EHRA. Studi EHRA memerlukan keterlibatan dari


berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kabupaten/
Kota semata, agar efektif, Pokja Sanitas Kabupaten/Kaota diharapkan bisa
mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh.

2) Penentuan target area survei. Metode penentuan target area survei dilakukan
secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan klastering. Hasil
klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan
berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga
memenuhi kaidah Probability Sampling dimana semua anggota populasi
memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metode sampling
yang digunakan adalah Cluster Random Sampling. Penentuan target area
survey Tim Studi EHRA melibatkan Camat agar informasi yang di dapatkan lebih
akurat. Adapun kriteria penetapan klaster antara lain :

a) Kepadatan penduduk, yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada


umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk
sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa.

b) Angka kemiskinan, dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 43
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan


atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa
dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga
Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut:


c) Daerah/wilayah yang dialiri sungai/ kali /saluran drainase/ pesisir saluran
irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah
oleh masyarakat setempat

d) Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat


dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/ genangan, lamanya
surut.

3) Pelatihan Enumerator dan Entri Data

EHRA merupakan sebuah survey partisipatif di tingkat kota untuk memahami


kondisi fasilitas sanitasi dan higienitas serta perilaku masyarakat pada skala
rumah tangga. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan
program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kota sampai tingkat kelurahan.
Komponen penting dalam pelaksanaannya adalah enumerator dan data entri.
Berdasarakan hall tersebut perlu dilaksanakan pelatihan yang bertujuan untuk:

a) Melatih tenaga enumerator dan data entri untuk kegiatan survey EHRA.

b) Menjelaskan tugas coordinator dan supervisor di lapangan dalam survey


EHRA.

4) Pelaksanaan Survey dan Entri Data

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan survey adalah sebagai


berikut :

a) Persiapan logistik

b) Persiapan E-Numerator

c) Persiapan Supervisor

d) Pelaksanaan survey EHRA

Output dari pelaksanaan survey ini adalah :

a) Terisinya kuisioner dengan lengkap oleh enumerator dan di cek oleh


supervisor dan koordinator wilayah.

44 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

b) Terisinya lembar spot check.

c) Terisinya laporan harian dan rekap harian oleh supervisor.

Setelah survey dilakukan, selanjutnya data yang telah dikumpulkan,


dimasukkan dan dikumpulkan menjadi satu untuk diolah. Kuisioner yang
telah dikumpulkan kemudian siap untuk dientri ke dalam program Epi-info.

5) Analisis Hasil Studi EHRA

Data hasil entri yang siap dianalisa dengan menggunakan SPSS. Hasil analisa
dari studi EHRA menjadi bahan masukan bagi penyusunan buku putih dan
berperan dalam penentuan area beresiko sanitasi. Di samping itu, analisa studi
EHRA juga menjadi input untuk penyusunan strategi Sanitasi Kota.

Selanjutnya dilakukan analisis untuk proyeksi kebutuhan sesuai periode


perencanaan induk 20 tahun yang akan datang.

5. Penyusunan Buku Putih Sanitasi


Proses penyusunan buku putih sanitasi meliputi tahapan-tahapan berikut ini :

a. Internalisasi dan Penyamaan Persepsi

Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan adanya kesepahaman dan kesamaan


persepsi di antara anggota Pokja tentang adanya buku putih sanitasi yang
menjadi dasar penyusunan dokumen SSK Kabupaten/Kota. Output dari kegiatan
ini adalah adanya kesepakatan rencana kerja penyusunan Buku Putih Sanitasi
Kabupaten/Kota.

b. Penyiapan Profil Wilayah

Tujuan kegiatan penyiapan profil wilayah dalam Buku Putih Sanitasi adalah untuk
menjelaskan kondisi saat ini dari Kabupaten/ Kota (termasuk kondisi geografis,
geohidrolis, administratif, aspek demografis, tata ruang wilayah, kondisi sosial
budaya, perekonomian dan keuangan daerah, serta kelembagaan Pemerintah
Daerah. Output yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah terkumpulnya datas
sekunder dan dapat menggambarkan profil wilayah suatu Kabupaten/ Kota
yang bersangkutan.

c. Penilaian Profil Sanitasi

Kegiatan ini bertujuan agar menghasilkan data dasar (baseline). Data dasar yang
dimaksud dapat membantu memberikan gambaran lengkap dan menyeluruh
mengenai data teknis/non-teknis yang mencakup berbagai aspek tentang

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 45
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

sanitasi di Kabupaten/Kota. Output yang diharapkan adalah tersusunnya peta


sistem sanitasi bagi tiap komponen dan lokasinya yang spesifik, adanya data
hasil survei atau kajian yang disyaratkan untuk penyusunan Buku Putih Sanitasi,
serta teridentifikasinya rencana program dan kegiatan pengembangan sanitasi
atau kegiatan sanitasi yang sedang berlangsung.

d. Penetapan Area Berisiko Sanitasi

Kegiatan ini bertujuan untuk menetapkan prioritas wilayah pengembangan


sanitasi dan pengembangan sanitasi tersebut. Prioritas yang dimaksud bertujuan
untuk menentukan arah pembangunan sanitasi Kabupaten/Kota di masa
mendatang. Output dari kegiatan ini dapat menghasilkan posisi pengelolaan
sanitasi saat ini di Kabupaten/Kota.

e. Finalisasi Buku Putih

Buku Putih Sanitasi yang telah selesai kemudian disahkan oleh Bupati/
Walikota setempat. Hal terpenting dalam melakukan finalisasi buku putih
adalah membangun pemahaman dan persepsi yang sama di lingkungan
internal SKPD-SKPD mengenai dokumen putih sanitasi yang telah disusun.
Proses ini perlu dilakukan sebelum Pokja menginformasikan hasil buku putih ke
masyarakat yang lebih luas. Output dari kegiatan ini adalah tersusunnya Draf
Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota, terselenggaranya kegiatan Konsultasi
Publik Buku Putih Sanitasi, dan Pengesahan Buku Putih Sanitasi Kabupaten/
Kota oleh Kepala Daerah (Bupati/Walikota).

Disamping itu, diperlukan juga data-data yang meliputi :

a. Peta Dasar dan Peta Identifikasi

Peta dasar dan peta identifikasi permasalahan yang diperlukan meliputi:

1) Peta tata guna lahan eksisting;

2) Peta kepadatan penduduk;

3) Peta kualitas air tanah/sumur penduduk dengan parameter E. coli;

4) Peta kualitas air sungai dengan parameter E. coli dan BOD;

5) Peta kualitas air drainase (pembuangan grey water) dengan parameter


E. Coli dan BOD;

6) Peta water borne disease;

7) Peta pelayanan PDAM; dan

46 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

8) Peta fasilitas sanitasi dan tingkat pelayanan sanitasi (on-site dan off-
site).

Setelah mengetahui kondisi eksisting daerah perencanaan, kemudian


dilakukan identifikasi permasalahan yang ada di daerah perencanaan
untuk mengetahui besarnya tingkat pelayanan yang telah dilakukan.

6. Perumusan Isu-isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam
proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi tahapan-
tahapan yang telah dilakukan sebelumnya. Identifikasi isu yang tepat dan bersifat
strategis meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan, dapat dioperasionalkan
dan secara moral serta etika birokratis dapat dipertanggungjawabkan. Perencanaan
pembangunan antara lain dimaksudkan agar layanan SKPD senantiasa mampu
menyelaraskan diri dengan lingkungan dan aspirasi pengguna layanan. Oleh karena
itu, perhatian kepada mandat dari masyarakat dan lingkungan eksternalnya merupakan
perencanaan dari luar ke dalam yang tidak boleh diabaikan. Isu-isu strategis
berdasarkan tugas dan fungsi SKPD adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan
atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang
signifikan bagi SKPD dimasa datang. Suatu kondisi/kejadian yang menjadi isu trategis
adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang
lebih besar atau sebaliknya, dalam hal tidak dimanfaatkan, akan menghilangkan
peluang untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat dalam jangka panjang.

Suatu isu strategis bagi SKPD diperoleh baik berasal dari analisis internal berupa
identifikasi permasalahan pembangunan maupun analisis eksternal berupa kondisi
yang menciptakan peluang dan ancaman bagi SKPD di masa lima tahun mendatang.
Informasi yang diperlukan dalam perumusan isu-isu strategis berdasarkan tugas dan
fungsi ini adalah:
a. Hasil dari analisis gambaran pelayanan SKPD;
b. Hasil dari analisis Kebijakan dan Strategi SPAL K/L dan Renstra-SKPD
provinsi/kota;
c. Hasil dari telaahan RTRW;
d. Hasil dari Buku Putih Sanitasi Lingkungan;
e. Studi EHRA; dab
f. Penentuan isu-isu strategis yang akan dihadapi dalam jangka waktu
pelaksanaan Renstra SKPD berdasarkan huruf a, b, c, d dan e.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 47
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

Tabel 4.5. Identifikasi dan Peringkat Isu-Isu Strategis (Lingkungan Eksternal)


I S U S T R A T E G I S
No

JENIS PENGARUH EKSTERNAL ISU STRATEGIS PERINGKAT


1 2 3 4
1 Dinamika Nasional

2 Dinamika Internasional

3 Dinamika Regional/ lokal

Penjelasan tabel:
Kolom (1) diisi dengan nomor urut sesuai dengan nomor urutan;
Kolom (2) diisi dengan jenis pengaruh eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam
pengembangan SPAL;
Kolom (3) isu strategi yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan SPAL; dan
Kolom (4) peringkat isu strategis yang dipertimbangkan dalam pengembangan SPAL.

48 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

P T- 5 STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM


PENGELOLAAN AIR LIMBAH

5.1 TUJUAN

Tersusunnya Tujuan, Sasaran, dan Strategi untuk Pengembangan SPAL di Provinsi/Kota


Metropolitan/Besar.

5.2 DESKRIPSI

Pada tahap ini dilaksanakan Penetapan Strategi Pengembangan SPAL. Strategi didefinisikan
sebagai upaya mencapai tujuan yang terdiri dari berbagai cara atau pendekatan. Mengingat
strategi didefinisikan sebagai upaya untuk mencapai tujuan, sebagai langkah awal perlu
ditetapkan tujuan yang jelas yang hendak dicapai tentang pengelolaan air limbah. Tujuan
ini dirumuskan salah satunya berdasarkan hasil dari penetapan Tahapan Pengembangan
SPAL. Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu tertentu,
mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan analisis strategis

Selanjutnya, perlu disusun sasaran atas tujuan yang hendak dicapai untuk dapat memberikan
arahan yang lebih operasional. Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh
suatu organisasi dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih
pendek dari tujuan.

Berdasarkan sasaran yang telah ditetapkan, maka strategi untuk mencapainya dapat disusun
dengan memperhatikan hasil identifikasi isu-isu strategis. Terdapat berbagai metode untuk
merumuskan strategi, diantaranya adalah menggunakan analisis SWOT. Pokja dapat memilih
salah satu metode yang paling dikuasai oleh sebagian besar anggota Pokja.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 49
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

5.3 TUJUAN DAN TARGET PENANGANAN


1. Jangka Pendek

Tujuan penanganan tahap jangka pendek ini adalah dilaksanakan dalam satu
sampai dua tahun anggaran. Tujuannya adalah memenuhi kebutuhan dasar
sanitasi sebagai dasar pengelolaan air limbah. Kebutuhan dasar ini didapat setelah
menganalisa data eksisting pengelolaan air limbah saat ini.

2. Jangka Menengah

Program jangka menengah mencakup tahapan pembangunan 5 tahun setelah


dilaksanakan program jangka pendek. Program jangka menengah ini sesuai dengan
permasalahan yang ada dan strategi yang akan dilaksanakan untuk pemenuhan
sistem pengelolaan dan pembuangan air limbah untuk daerah rencana.

3. Jangka Panjang

Program jangka panjang merupakan rangkaian dari keseluruhan pembangunan


di sektor air limbah untuk -20 tahun yang akan datang. Tujuan pembangunan
ini untuk menekan laju pencemaran terhadap badan air dan air tanah serta
mengurangi tingkat pertambahan kasus penyakit yang disebabkan air limbah
yang pada akhirnya diharapkan dapat menunjang produktifitas penduduk serta
membantu peningkatan potensi daerah.

5.4 PILIHAN ARAH PENGEMBANGAN

Sebelum menetapkan rencana induknya, setiap kabupaten/kota harus terlebih dahulu


menetapkan pilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah untuk masa
20 tahun mendatang. Pilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah
yang harus dipertimbangkan antara lain adalah:

1. Mengoptimalkan sistem setempat (on-site) yang sudah berjalan;

2. Mengembangkan sistem off-site pada kawasan tertentu;

3. Mengembangkan sistem off-site skala kota; dan

4. Mengembangkan sistem off-site dengan teknologi maju.

Metode pemilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah, minimal harus
dianalisis dengan metode SWOT, yaitu analisis Kekuatan (Sthrenghts), Kelemahan
(Weakness), Peluang (Opportunities), dan Ancaman (Threats) atau dengan metode
lainnya.

50 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

5.5 PENETAPAN ARAH PENGEMBANGAN

Tahapan dalam penetapan arah pengembangan terdiri dari :

1. Analisis SWOT Arah Pengembangan SPAL

Analisis SWOT (Sthrenghts, Weakness, Opportunities, Threats) merupakan alat


bantu perencanaan strategis yang dapat membantu perencanaan penetapan arah
pengembangan sarana dan prasarana air limbah dimasa mendatang. Keampuhan
analisis SWOT ini terletak pada kemampuan para penentu strategi pengembangan
SPAL dalam memaksimal peranan faktor internal yaitu kekuatan (S) dan
meminimalkan kelemahan (W), serta memanfaatkan faktor eksternal yaitu peluang
(O) dan mampu menekan dampak tantangan (T) yang harus dihadapi. Analisis
SWOT untuk peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana air limbah
pada zona prioritas di permukiman terbangun, dilakukan dengan pertimbangan
sebagai berikut:

a. Kondisi sistem pengelolaan air limbah;

b. Kondisi tingkat pencemaran air tanah;

c. Kondisi tingkat pencemaran badan air penerima;

d. Kondisi sosial ekonomi masyarakat;

e. Kondisi kesehatan masyarakat;

f. Tingkat kesediaan membayar retribusi (willingness to pay);

Gambar 5.1. Pola Analisis SWOT


O
KUADRAN II KUADRAN III

WO SO
W S

WT ST
KUADRAN I KUADRAN IV

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 51
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

g. Kondisi prasarana lingkungan permukiman lainnya (jalan, drainase, dan


sebagainya); dan

h. Proyeksi kapasitas pendanaan investasi dari APBD.

Aspek-aspek tersebut kemudian dievalusi terhadap faktor internal (SW) dan faktor
eksternal (OT) dengan menggunakan metode pembobotan dan skoring. Hasil
evaluasi ini kemudian diplotkan dalam matrik SWOT di bawah ini sesuai dengan
besaran nilai perkalian bobot dan nilai untuk setiap faktor SWOT yang dianalisis.

Berdasarkan analisis SWOT tersebut, pengembangan sarana dan prasarana air limbah air
limbah dapat digambarkan atas 4 kuadran, seperti pada contoh Gambar 5.2. Masing-masing
kuadran menujukkan strategi pengembangan SPAL yang berbeda, yaitu sebagai berikut :
a. Kuadran I (WT) : strategi yang diambil adalah Strategi Defensif/ Optimalisasi, sebab
kondisi SPAL yang masih lemah dan penuh dengan tantangan.

b. Kuadran II (WO) : strategi yang diambil adalah Strategi Selektif (Turn Arround), sebab
kondisi SPAL memiliki banyak peluang untuk semakin berkembang, akan tetapi kondisinya
masih lemah

Gambar 5.2. Matriks SWOT

Catatan : A : Posisi Saat ini


B : Posisi Potensi Pengembangan 20 Tahun mendatang

52 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

c. Kuadran III (SO): strategi yang diambil adalah Strategi Agresif, sebab kondisi SPAL yang
kuat dan banyak peluang untuk semakin berkembang.

d. Kuadaran IV (ST): strategi yang diambil adalah Strategi Diversifikasi/teknologi lebih maju,
sebab kondisi SPAL yang sangat kuat akan tetapi penuh dengan tantangan.

Penggambaran koordinat nilai pembobotan dikalikan skor akan menunjukkan posisi pada
saat sekarang (tahun awal perencanaan), dalam Gambar 5.2 dicontohkan sebagai titik A dan
pada posisi titik B pada perkiraan pengembangan 20 tahun mendatang. Dengan demikian
perubahan strategi yang harus digunakan akan terlihat pada matriks SWOT gambar 5.2

2. Penetapan arah pengembangan

Penetapan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah dapat ditetapkan
berdasarkan posisi kuadran hasil analisis SWOT. Berdasarkan pengelompokan
kuadran tersebut, maka grand strategi arah pengembangan sarana dan prasarana
pada masing-masing kuadran dapat dijelaskan pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3. Arah Pengembangan Grand Strategi SPAL


O
KUADRAN II KUADRAN III

PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN
SELEKTIF SISTEM AGRESIF SISTEM
OFF-SITE OFF-SITE

W S
PENGEMBANGAN
OPTIMALISASI
DENGAN TEKNOLOGI
SISTEM ON-SITE
LEBIH MAJU
KUADRAN I KUADRAN IV

Penjelasan:
a. Grand strategi kuadran I : Optimasi sistem setempat

Arah pengembangan strategi ini meliputi :

1) Pengawasan dan pengendalian sarana prasarana sistem air limbah setempat


(individual dan komunal).

2) Optimalisasi pemanfaatan IPLT terbangun.

3) Peningkatan pelayanan penyedotan lumpur tinja melalui :

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 53
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

a) Peningkatan kapasitas armada dan penyedotan secara berkala.

b) Peningkatan kapasitas IPLT.

4) Pengembangan prasarana air limbah berbasis masyarakat.

b. Grand strategi kuadran II : Pengembangan selektif sistem terpusat

Arah pengembangan strategi ini meliputi :

1) Pengawasan dan pengendalian sarana prasarana sistem air limbah setempat


(individual dan komunal).

2) Optimalisasi pemanfaatan IPLT terbangun.

3) Peningkatan pelayanan penyedotan lumpur tinja melalui:

a) Peningkatan kapasitas armada.

b) Peningkatan kapasitas IPLT.

4) Pengembangan prasarana air limbah berbasis masyarakat.

5) Pengembangan sistem terpusat skala kawasan (IPAL) pada daerah-daerah


prioritas.

Pada strategi ini transformasi dari sistem setempat menjadi sistem terpusat
akan dimulai secara kawasan demi kawasan.

c. Grand strategi kuadran III : Pengembangan agresif sistem terpusat

Arah pengembangan strategi ini adalah :

Mengembangkan sarana dan prasarana Air Limbah terpusat skala kota, dengan
cara sistem terpusat akan ditingkatkan secara bertahap.

d. Grand strategi kuadran IV : Pengembangan dengan teknologi maju

Arah pengembangan strategi ini merupakan strategi pengembangan tingkat


advance (lanjutan). Arah pengembangan ini merupakan gambaran kondisi
permasalahan pencemaran air limbah telah demikian serius, sementara sarana
prasarana konvensional sudah tidak memungkinkan dan tidak efektif lagi. Hal
ini menyebabkan diperlukan teknologi pengolahan limbah lanjut agar kualitas air
limbah yang dihasilkan dapat memenuhi peraturan pemerintah setempat.

3. Strategi Transformasi Sistem Setempat

Transformasi prasarana sistem setempat menjadi sistem terpusat memberi dampak


adanya kebutuhan lembaga untuk mengelola prasarana yang akan dibangun
(terdapat pada Gambar 5.4).

54 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

Gambar 5.4. Transformasi Prasarana Air Limbah Sistem Setempat ke Sistem Terpusat

Dengan demikian, penetapan arah pengembangan prasarana sistem terpusat


pada daerah permukiman terbangun memerlukan perencanaan strategis untuk
menciptakan dukungan masyarakat dan mewujudkan lembaga yang sesuai untuk
mengelola prasarana terbangun. Perencanaan strategis tersebut meliputi:
a. Rencana Kampaye Publik (public campaign);

b. Rencana penyusunan Peraturan Daerah (Perda) dan sosialisasi Perda; dan

c. Rencana pembentukan lembaga pengelola.

5.6 KELUARAN

Keluaran yang diharapkan dari Penetapan Strategi Pengembangan SPAL adalah :

1. Disepakatinya Tujuan, Sasaran, dan Strategi.

2. Disepakatinya indikator capaian dari sasaran yang ditetapkan.

3. Dituliskannya input/masukan untuk Rencana Induk, khususnya Bab IV : Strategi


Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 55
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

5.7 LANGKAH- LANGKAH PELAKSANAAN

1. Pahami Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak yang terjadi di lingkungan


sekitar daerah perencanaan. Mengidentifikasi Isu strategis merupakan bagian penting
dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah
untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah dilakukan sebelumnya. Perencanaan
pembangunan antara lain dimaksudkan agar layanan SKPD senantiasa mampu
menyelaraskan diri dengan lingkungan dan aspirasi pengguna layanan. Oleh karena
itu, perhatian kepada mandat dari masyarakat dan lingkungan eksternalnya merupakan
perencanaan dari luar ke dalam yang tidak boleh diabaikan.

2. Mengidentifikasi Permasalahan mendesak berdasarkan tugas dan fungsi Dinas


Sanitasi sebelum menentukan arah dan strategi pengembangan sarana dan prasarana
air limbah, terlebih dahulu harus disepakati mengenai permasalahan pencemaran air
limbah, baik pada area skala kawasan maupun kota.

Permasalahan yang dihadapi dapat berupa masalahmasalah sebagai berikut :

1) Masalah Kelembagaan. Permasalahan kelembagaan dapat berupa masalah bentuk


institusi yang mengelola, dasar hukum pembentukan institusi yang masih belum ada,
atau masalah sumber daya manusia yang ada dalam kelembagaan tersebut.

2) Masalah Teknis dan Lingkungan. Permasalahan yang berhubungan dengan


aspek teknis dalam pengelolaan air limbah pada umumnya berhubungan dengan
pengelolaan yang dilakukan penduduk saat ini, baik itu sistem setempat maupun
sistem terpusat. Berdasarkan kondisi tersebut, permasalahan teknis pencemaran air
limbah dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Pencemaran Air Limbah saat ini. Formulasi permasalahan pencemaran air


limbah saat ini dilakukan dengan membandingkan tingkat pencemaran dengan
standar lingkungan atau standar kesehatan yang berlaku.

b. Pencemaran Air Limbah dimasa mendatang. Formulasi permasalahan


pencemaran air limbah dimasa mendatang (20 tahun proyeksi) dilakukan dengan
memproyeksikan pencemaran air limbah yang akan terjadi dengan skenario
tidak melakukan tindakan apapun terhadap pencemaran air limbah.

Dalam uraian permasalahan teknis ini harus mencerminkan keadaan


sesungguhnya sistem pengelolaan air limbah yang dilakukan penduduk saat ini
yang dilengkapi dengan data-data yang mendukung.

56 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

3) Masalah Pembiayaan. Permasalahan biaya yang telah terjadi berhubungan dengan


sumber-sumber pembiayaan pengelolaan SPAL, besarnya alokasi dana APBD, tarif
retribusi yang ditetapkan, mekanisme penarikan retribusi, dan realisasi penerimaan
retribusi saat ini.

4) Masalah Peraturan Perundangan. Permasalahan peraturan perundangan berupa


permasalahan dalam implementasi dan kekinian peraturan-peraturan terkait dalam
pengelolaan SPAL dan penerapan sanksi yang diberikan apabila ada yang melanggar
peraturan yang telah dibuat selama ini.

5) Masalah Peranserta Masyarakat dan Swasta. Permasalahan peran serta


masyarakat dan swasta berupa permasalahan dalam bidang budaya dan sosial
ekonomi. Permasalahan budaya seperti kebiasaan penduduk untuk membuang air
limbah langsung ke saluran atau ke sungai juga perlu diperhatikan. Dijelaskan pula
akibat dari perilaku atau kebiasaan penduduk setempat dalam perilakunya membuang
air limbah.

6) Masalah Sosial dan Ekonomi. Permasalahan sosial ekonomi hubungannya erat


dengan kemampuan penduduk memiliki fasilitas sanitasi yang sehat. Faktor-faktor
yang mempengaruhinya berupa tingkat pendapatan, kerelaan, dan kesediaan
penduduk untuk memenuhi tingkat sanitasi yang sehat.

Analisis terhadap besar kecilnya dampak yang ditimbulkan dari permasalahan-


permasalahan tersebut, dapat didasarkan pada beberapa pedoman. Pedoman yang
dipakai dalam menganalisa permasalahan tersebut adalah:

a) Data kasus penyakit yang berhubungan dengan air

b) Kualitas air sungai harus sesuai dengan ketentuan pemerintah

c) Kualitas air laut harus sesuai dengan ketentuan pemerintah.

d) Kualitas air tanah yang digunakan sebagai air bersih tidak mengandung coli tinja.

Berdasarkan permasalahan yang telah dianalisa, maka dapat diberikan uraian tentang
target penanganan untuk tiap-tiap permasalahan tersebut. Penanganan tersebut
dengan memperhatikan tingkat pencemaran air sungai, tingkat pencemaran laut dan
tingkat pencemaran air tanah.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 57
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

Tabel 5.1 Identifikasi Permasalahan Pelayanan Berdasarkan Tugas


dan Fungsi SKPD (contoh)

Capaian/Kondisi Standar yang Permasalahan


Aspek Kajian Faktor yang mempengaruhi
Saat ini digunakan Pelayanan SKPD

Internal Eksternal
1 2 3 4 5 6
Sambungan 50 % SPM Kab/ Kurangnya infor- Kurang informasi Kurang terintegrasi
Air Limbah Kota 60% masi mengenai mengenai kewa- informasi menge-
Penduduk pengembangan jiban mengelola Air nai pengembangan
area Limbah area dengan dinas
terkait air limbah
Persentase 20 % SPM Kab/ Kurangnya Kurangnya kesada- Kurangnya sarana
Penduduk Kota 60% sosialisasi pada ran masyarakat pengumpulan
yang ter- perumahan baru mengenai sanitasi dan pengang-
layani belum dilayani kutan
sistem SPALS atau
SPALT Kurangnya peran
serta masyarakat

Dan sete-
rusnya

Penjelasan tabel:
Kolom (1) diisi dengan judul aspek-aspek kajian yang telah dilakukan, yaitu: Gambaran pelayanan SKPD, Kajian
terhadap Renstra SKPD provinsi/kota, Kajian terhadap Kebijakan dan Strategi SPAL K/L, Kajian terhadap
RTRW, Kajian EHRA
Kolom (2) diisi dengan kesimpulan setiap aspek kajian tentang capaian/kondisi saat ini
Kolom (3) diisi dengan standar yang digunakan pada setiap aspek kajian untuk menilai kualitas capaian/kondisi saat
ini;
Kolom (4) diisi dengan faktor-faktor yang dapat dikendalikan melalui kewenangan SKPD;
Kolom (5) diisi dengan faktor-faktor yang berada diluar kewenangan SKPD; dan
Kolom (6) diisi dengan rumusan permasalahan pelayanan SKPD berdasarkan informasi kolom (2), kolom (3),
kolom (4), dan kolom (5). Selanjutnya, dianalisis isu-isu strategis yang berhubungan atau mempengaruhi
SKPD dari faktor-faktor eksternal lainnya dengan mengisi tabel sebagai berikut:

3. Diskusikan, rumuskan, dan tetapkan Tujuan dan Sasaran pengembangan SPAL


Provinsi/Kota Metropolitan/Besar. Setelah seluruh anggota Pokja memahami isu
strategis, Permasalahan Mendesak SPAL, serta Posisi Pengelolaan SPAL saat ini,
diskusikan mengenai rumusan Tujuan dan Sasaran pengembangan sanitasi.

a. Tujuan. Tetapkan tujuan pengembangan SPAL dengan mempertimbangkan

58 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

hasil Tahapan Pengembangan. Tujuan juga bisa memasukkan penguatan dalam


pemberdayaan masyarakat, kesetaraan gender dan pengurangan kemiskinan di
Provinsi/Kota Metropolitan/Besar, sebagaimana berikut:

1) Memperkuat pengelolaan air limbah yang sudah ada di masyarakat untuk


memastikan pemberian layanan yang optimal, cakupan biaya, akuntabilitas
layanan dan peluang peningkatan pendapatan bagi keluarga miskin.
2) Untuk menetapkan layanan baru dalam mencapai tujuan yang sama di daerah
baru.
3) Untuk memastikan bahwa masyarakat dengan kondisi terburuk ada di antara
mereka yang pertama dilayani.
b. Sasaran. Sasaran dirumuskan dengan memperhatikan kriteria SMART (Specific,
Measurable, Achievable, Realistic and Timebound) atau spesifik, dapat diukur,
dapat dicapai, realistis, dan berjangka waktu jelas. Setelah pernyataaan sasaran
dirumuskan, tetapkan juga indikator pencapaian sasarannya.
c. Tuliskan tujuan, sasaran dan indikator sasaran di dalam Tabel Tujuan, Sasaran, dan
Strategi Pengembangan SPAL.
4. Diskusikan dan rumuskan Strategi Pengembangan SPAL

a. Diskusikan dan rumuskan Strategi untuk mencapai Tujuan dan Sasaran sebagaimana
yang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Pokja perlu merumuskan secara lengkap strategi pengembangan SPAL baik yang
bersifat strategi teknis maupun non-teknis (kelembagaan, keuangan, Pelibatan
Masyarakat Jender dan Kemiskinan (PMJK), Komunikasi, dan Pelibatan Swasta).
Sepakati rumusan strategi tersebut dan buat Tabel seperti berikut ini. Tabel 5.2 akan menjadi
input untuk Bab IV : Strategi Pengembangan SPAL.

Tabel 5.2 Sasaran, dan Strategi Pengembangan SPAL (Contoh)

Sasaran
Tujuan Strategi
Persyaratan Sasaran Indikator Sasaran
Tercapainya Standar Pe- Berkurangnya praktek Tidak ada penduduk Meningkatkan akses layanan
layanan Minimum (SPM) Buang Air Besar Sem- yang melakukan prak- air limbah komunal bagi
untuk layanan air limbah barangan (BABS) dari tek BABS di tahun 2020 masyarakat berpenghasilan
domestic tahun 2020 2% menjadi 0% tahun rendah (MBR) perkotaan.
2020

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 59
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

5. Periksa dokumen referensi lain tentang strategi nasional pengembangan SPAL

a. Periksa keselarasan strategi yang telah disusun dengan dokumen strategi nasional
pengembangan SPAL sesuai dengan Permen PU No.16/PRT/M/2008 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Permukiman.

b. Perbaiki apabila terdapat strategi yang bertentangan atau kurang sesuai dengan
strategi nasional yang ada.

6. Periksa kembali alur logis antara strategi yang dirumuskan dengan Tujuan dan
Sasaran yang akan dicapai

a. Periksa kembali apakah strategi yang dirumuskan dapat berkontribusi dalam


tercapainya Sasaran dan Tujuan yang telah ditetapkan, sesuai dengan isu strategis
pengelolaan air limbah, dan mampu menjawab permasalahan air limbah yang ada.

b. Rumuskan ulang strategi yang telah disusun apabila ternyata ditemukan


ketidaksesuaian. Pokja dapat menggunakan Tabel Kerangka Kerja Logis berikut
untuk memeriksa alur logis dari strategi yang telah dirumuskan.

Tabel 5.3 Kerangka Kerja Logis

Sasaran
Permasalahan
Isu Strategis Tujuan Strategi
mendesak
Persyaratan
Indikator Sasaran
Sasaran
Ditemuinya Keterbatasan Tercapain- Berkurangnya Tidak ada Meningkatkan
praktek BABS infrastruktur ya Standar praktek buang penduduk yang akses layanan air
terutama di pengelolaan Pelayanan Mini- air besar sem- melakukan limbah komunal
masyarakatn air limbah aki- mum (SPM) barangan (BABS) praktek BABS di bagi masyarakat
dari 2% menjadi tahun 2020 berpenghasilan
berpenghasilan bat terbatasn- untuk layanan
0% tahun 2020 rendah (MBR)
rendah sebesar ya lahan air limbah
perkotaan
2% dari total domestic tahun
penduduk 2020
Dan seterusnya

Contoh:
Strategi untuk mempercepat pengembangan SPAL dapat mencakup misalnya:
a. Kombinasi jenis layanan yang akan melayani sebagian besar masyarakat dengan
biaya terendah sepanjang siklus biaya layanan.
b. Mencoba solusi inovatif atas dasar permintaan masyarakat dan dalam skala kecil.

60 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

c. Melibatkan perempuan dan laki-laki lokal dalam memilih informasi layanan dan
teknologi, serta manajemen lokal dan sistem pembiayaan layanan yang dikelola
masyarakat.
d. Membiarkan masyarakat lokal untuk melaksanakan proyek mereka sendiri
dengan bantuan teknis dari Dinas PU, PDAL, LH, PKK dll.
e. Pelatihan bagi perempuan dan laki-laki setempat untuk mengoptimalkan layanan
setempat, serta pengelolaan dan akuntabilitas keuangan.
f. Penguatan kemitraan antara Pemerintah dan Swasta (PPP) di antara sektor publik,
masyarakat dan sektor formal dan informal kecil untuk pelayanan SPAL dalam
peluang peningkatan pendapatan produktif dan mengurangi angka kemiskinan di
Provinsi/Kota Metropolitan/Besar.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 61
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

P T- 6 PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM


DAN PELAKSANAAN KEGIATAN

6.1 TUJUAN

Ditentukannya Zona Prioritas Pengembangan SPAL

Terhimpunnya program dan kegiatan percepatan pembangunan sistem pengelolaan


air limbah.

6.2 DESKRIPSI

Program bisa dipahami sebagai kumpulan beberapa kegiatan yang mengarah kepada sebuah
perubahan sesuai dengan strategi yang telah disusun. Tidak hanya terbatas pada implementasi
fisik, tetapi juga mencakup usaha menjaga keberlangsungan operasi infrastruktur yang ada.
Bisa dari sisi keuangan (tersedianya biaya Operasi dan Pemeliharaan O&M yang memadai),
dan/atau meningkatkan kesadaran dan kebutuhan masyarakat akan sanitasi yang baik.

Sebagai contoh, program peningkatan layanan air limbah di zona sanitasi X dengan sistem
terpusat bisa terdiri dari beberapa kegiatan (teknis dan non-teknis) seperti; (i) menyiapkan
masyarakat agar terjadi peningkatan kebutuhan (demand creation) akan sistem air limbah
yang baik, (ii) pembentukan Badan Layanan Umum Daerah untuk pengelolaan sistem jaringan
dan pengolahan air limbah (diandaikan sebagai prasyarat untuk mendapatkan bantuan dana
dari Pemerintah Pusat), (iii) menyiapkan rencana rinci (Detailed Engineering Design DED),
(iv) penyiapan aturan biaya sambungan rumah dan retribusi air limbah, (v) implementasi fisik,
dan (vi) kampanye untuk sambungan rumah. Sebagai pegangan dalam perumusan berbagai
tahapan kegiatan di dalam suatu program pembangunan infrastruktur mengacu kepada

62 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

akronim SIDLACOM (Survey, Investigation, Design, Land Acquisition, Contsruction, Operation


and Maintenance - Survei, Penelitian, Pembebasan Tanah, Pembangunan, Penggunaan dan
Pemeliharaan).

Kegiatan yang sudah disusun (sebagai bagian dari pelaksanaan sebuah Program)
selanjutnya dibuat indikasi jadwal pelaksanaannya, volume kegiatan tersebut, indikasi biaya
yang diperlukan, serta indikasi apakah kegiatan itu dapat didanai oleh Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) atau tidak. Hasil dari milestone ini menjadi penting karena akan
menjadi dasar dan masukan bagi proses pemograman maupun penganggaran rutin dan
formal terutama di Pemerintah Provinsi/Kota Metropolitan/Besar.

6.3 PEMBAGIAN ZONA PERENCANAAN

1. Daerah Perencanaan. Daerah perencanaan pengembangan SPAL pada daerah


terbangun dibagi atas zona-zona perencanaan dalam satuan sistem perencanaan dan
pengembangan SPAL.

2. Pembagian Zona Perencanaan. Pembagian zona-zona perencanaan pengembangan


sarana dan prasarana air limbah pada daerah terbangun ditetapkan berdasarkan :

a. Keseragaman tingkat kepadatan penduduk;

b. Keseragaman bentuk topografi dan kemiringan lahan;

c. Keseragaman tingkat kepadatan bangunan;

d. Keseragaman tingkat permasalahan pencemaran air tanah dan permukaan;

e. Kesamaan badan air penerima; dan

f. Pertimbangan batas administrasi.

6.4 PENETAPAN ZONA PRIORITAS

Zona Prioritas adalah zona perencanaan yang mendapat penilaian utama untuk diprioritaskan
dibangun terlebih dahulu dalam kurun waktu 15-20 tahun mendatang.

Perencanaan sarana dan prasarana air limbah di zona prioritas dapat dibagi atas cluster -
kluster untuk mendukung perencanaan pembangunan secara bertahap dalam kurun waktu
20 tahun mendatang.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 63
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

Penetapan zona prioritas ditetapkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai


berikut:

1. Tingkat permasalahan pencemaran air limbah terhadap air tanah dan badan air
penerima;

Data yang digunakan berasal dari hasil sampling kualitas air tanah dan badan air
penerima yang tercemar air limbah. Dari data tersebut kemudian disimpulkan kualitas
air tanah yang terdapat di lokasi perencanaan tercemar sedang/ringan/berat. Setelah itu,
data-data tersebut di plotkan pada peta daerah perencanaan.

2. Tingkat kemudahan pelaksanaan;

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi lingkungan daerah perencanaan dan
disesuaikan dengan alternative teknologi yang akan diterapkan. Contoh dari tingkat
kemudahan pelaksanaan dapat diketahui dari hasil survey mengenai besarnya
kesanggupan masyarakat untuk membangun, membantu, dan mengelola IPAL bersama-
sama dengan pemerintah.

3. Tingkat kelayakan ekonomi;

Data yang diperoleh dapat berasal dari hasil survey atau data sekunder terkait manfaat
adanya pengelolaan air limbah di lokasi perencanaan. Pengelolaan air limbah di suatu
lokasi dikatakan layak secara ekonomi apabila manfaat yang diterima mansyarakat
(tingkat kesehatan dan produktivitas) lebih besar jika terdapat pengelolaan air limbah
dibandingkan tidak ada pengelolaan.

4. Tingkat kelayakan keuangan;

Data yang diperoleh berdasarkan data sekunder dan hasil analisis keuangan mengenai
kelayakan proyek. Apabila biaya investasi dan biaya perawatan lebih besar daripada
keuntungan yang diperoleh masyarakat dan pemerintah, maka proyek ini dinyatakan
tidak layak.

5. Kajian lingkungan; dan

Kajian lingkungan meliputi kegiatan yang mengkaji dampak negative dan positif pada
lingkungan proyek berlangsung. Dalam hal penentuan zona prioritas, kajian lingkungan
berarti memperkirakan besarnya beban pencemaran yang diterima lingkungan apabila
air limbah yang ada tidak dilakukan pengelolaan selama 20 tahun ke depan. Hasil dari
proyeksi beban pencemaran tersebut kemudian dilakukan range pembebanan dari
skala ringan hingga berat, kemudian di plotkan pada peta daerah perencanaan. Selain
itu, kondisi prasarana sanitasi yang ada di daerah perencanaan juga mejadi hal yang
dipertimbangkan dalam penentuan zona prioritas, seperti keberadaan jamban dan MCK.

64 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

Contohnya daerah A memiliki jamban tapi tidak punya septic tank, sedangkan daerah B
memiliki jamban dan septic tank. Hal tersebut kemudian diplotkan pada peta mengenai
kondisi prasaran sanitasi.

6. Kajian kelembagaan.

Kajian kelembagaan untuk menentukan zona prioritas meliputi adanya kemauan


masyarakat untuk mengelola air limbahnya dan mendukung kegiatan pemerintah terkait
pengelolaan air limbah. Hal ini menjadi pertimbangan awal untuk menerapkan IPAL
dalam suatu kawasan.

6.5 RENCANA PROGRAM

Rencana pengembangan di sektor air limbah direncanakan mulai tahun anggaran di 1 tahun
kedepan sampai 15-20 tahun kedepan. Mengingat jangkauan rencana induk relatif lama
maka sampai tahap menengah atau 6 tahun pertama dari rangkaian rencana pembangunan
jangka panjang, diperlukan rekomendasi rencana pembangunan yang lebih terarah melalui
penyusunan studi kelayakan terutama dalam menentukan sistem yang akan dikembangkan
kelak.

Maka dalam rencana program ini disusun jadwal kegiatan-kegiatan penting sesuai dengan
tahapan pembangunan, yaitu mulai dari tahap mendesak, tahap menengah dan jangka
panjang. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan CSF Critical Success Factor atau kegiatan
kunci untuk tercapainya kesuksesan pada tiap tahapan pembangunan. CSF ini sesuai dengan
program-program apa saja yang akan dijalankan pada masig-masing tahapan pembangunan.
CSF ini harus diuraikan secara detail untuk tiap tahapan pembangunan.

6.5.1 RENCANA UMUM

Secara umum, hal-hal yang perlu dilakukan untuk menyusun rencana induk pengembangan
SPAL adalah :

1. Pengumpulan Data Sekunder

Kumpulkan data sekunder sebagai dasar perencanaan dalam penyusunan evaluasi


kondisi kota/kawasan, yang antara lain meliputi:

Fungsi strategis kota/kawasan (Rencana Tata Ruang Wilayah/RTRW).

a. Peta topografi, foto udara citra satelit skala 1:50.000, 1:5.000, tergantung luas

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 65
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

daerah studi/perencanaan.

b. Data dan peta gambaran umum hidrologi sumber air, topografi, klimatografi,
fisiografi dan geologi.

c. Penggunaan lahan dan rencana tata guna lahan.

d. Data demografi saat ini dan 10 tahun terakhir, penyebaran penduduk dan
kepadatan.

e. Data sosial ekonomikarakteristik wilayah dan kependudukan ditinjau dari aspek


sosial, ekonomi dan budaya:
1) Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB);
2) Mata pencaharian dan pendapatan;
3) Adat istiadat, tradisi dan budaya;
4) Perpindahan penduduk dan pengaruhnya terhadap urbanisasi dan kondisi
ekonomi masyarakat.

f. Data kesehatankondisi sanitasi dan kesehatan lingkungan


1) Statistik kesehatan/kasus penyakit;
2) Angka kelahiran, kematian dan migrasi;
3) Data penyakit akibat yang buruk (water borne disease);

4) Sarana pelayanan kesehatan.

h. Sarana dan prasarana kota yang ada (infrastruktur):


1) Air minum;
2) Drainase;
3) Pembuangan limbah dan sampah;
4) Listrik;
5) Telepon;
6) Jalan dan sarana transportasi

7) Kawasan strategis (pariwisata dan industri)

2. Evaluasi sistem eksisting (jika sudah ada), menyangkut aspek-aspek sebagai


berikut :

a. Teknis;
b. Kinerja pelayanan;
c. Tingkat pelayanan;
d. Periode pelayanan ;

66 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

e. Jangkauan pelayanan;
f. Kinerja instalasi;
g. Jumlah dan kinerja peralatan/perlengkapan;
h. Pedoman dan kondisi operasi dan perawatan;
i. Tingkat kebocoran;
j. Non teknis;
k. Kondisi dan kinerja keuangan;
l. Kondisi dan kinerja karyawan.

3. Identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan SPAL. Hal yang perlu


diidentifikasi antara lain:

a. Tingkat dan cakupan pelayanan


b. Kinerja pelayanan
c. Kebutuhan penyambung jaringan distribusi dan/atau kapasitas pengolahan
d. Kinerja kelembagaan, sumber daya manusia dan keuangan.

1. Kembangkan alternatif

Setiap alternatif harus dikaji aspek teknis dan ekonomis. Alternatif terpilih
adalah yang terbaik ditinjau dari berbagai aspek tersebut. Pradesain dan
alternatif terpilih merupakan dasar dalam prakiraan biaya investasi dan
prakelayakan teknis.

2. Kembangkan kelembagaan dan sumber daya manusia

Dalam operasi dan pemeliharaan suatu sistem air limbah diperlukan tenaga-
tenaga ahli profesional yang berpengalaman, maka diperlukan penilaian
terhadap kemampuan karyawan yang ada untuk menyusun suatu program
pengembangan karyawan yang tercapai melalui pendidikan dan pelatihan.

3. Pilih alternatif system. Setiap alternatif harus dikaji kelayakan:

a. Teknis

b. Ekonomis

c. Lingkungan

4. Rencana pengembangan. Setelah alternatif terbaik ditentukan, maka


dapat disimpulkan:
a. Rencana kegiatan utama pentahapan
b. Rencana pengembangan sumber daya manusia

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 67
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

c. Dimensi-dimensi Pokok dari Sistem


d. Rekomendasi pengelolaan air limbah
e. Rencana pentahapan 5 tahun

f. Rencana tingkat lanjut

6.5.2 Rencana Jaringan

Direncanakan sesuai dengan:

1. Rencana pengembangan tata kota


2. Jaringan distribusi utama
Rencana jaringan dibuat untuk perluasan pelayanan dan cakupan dari SPALT dengan
jaringan perpipaan yang telah ada saat ini, maupun untuk meningkatkan pelayanan dari
SPALT bukan jaringan perpipaan menjadi SPALT dengan jaringan perpipaan.

Untuk SPALT dengan jaringan perpipaan, langkah-langkah pengerjaan perencanaan


jaringan distribusi air limbah dilaksanakan sebagai berikut:

1. Tentukan daerah pelayanan

2. Kumpulkan data untuk daerah pelayanan

Metode analisis penentuan daerah pelayanan dengan administratif kebijaksanaan


pemerintah daerah, dan rencana penerapan jaringan distribusi utama pengolahan air
limbah:
a. Jumlah penduduk
b. Peta topografi, situasi lokasi, peta jaringan yang sudah ada di daerah pelayanan
c. Asumsi konsumsi pemakaian air domestik
d. Asumsi konsumsi pemakaian air nondomestik
e. Daya dukung tanah

f. Hasil pengukuran lapangan

3. Gambarkan sistem jaringan distribusi utama disesuaikan dengan data pendukung

4. Tentukan diameter pipa dan perhitungan hidrolis sebagai berikut:

a. Tentukan kecepatan aliran dalam, pipa sesuai dengan kriteria perencanaan


antara dua titik simpul.

b. Hitung diameter pipa berdasarkan rumus: Q = AV

68 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

5. Gambarkan sistem jaringan distribusi utama yang memuat data sebagai berikut:

a. Nomor simpul

b. Elevasi setiap simpul

6.5.3 Kriteria dan standar pelayanan

Kriteria dan standar pelayanan diperlukan dalam perencanaan dan pembangunan SPALT
untuk dapat memenuhi tujuan tersedianya air dalam jumlah yang cukup dengan kualitas
yang memenuhi persyaratan air limbah, tersedianya air setiap waktu atau kesinambungan,
tersedianya air dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat atau pemakai.

Sasaran pelayanan pada tahap awal prioritas harus ditujukan pada daerah berkepadatan
tinggi dan kawasan strategis. Setelah itu prioritas pelayanan diarahkan pada daerah
pengembangan sesuai dengan arahan dalam perencanaan induk kota.

6.5.4 Rencana keterpaduan dengan Prasarana dan Sarana (PS) sanitasi

Pertimbangan untuk melakukan keterpaduan antara air limbah dan sanitasi:

Air limbah yang dihasilkan setiap rumah tangga diperkirakan sebesar 80% dari kebutuhan
air minum tiap rumah tangga. Keterpaduan selayaknya dilakukan sejak pada tahap
Perencanaan, Pembiayaan Pelaksanaan, Pengelolaan, Peran Serta Masyarakat, dan
Pengaturan Bidang Air Limbah dan Sanitasi, untuk mengurangi beban pengelolaan air
limbah yang terlalu besar di IPAL (Integrated Concept).

6.6 RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

Rencana pengembangan kelembagaan sistem pengelolaan air limbah dilakukan melalui:

1. Pengkajian kembali terhadap perundang-undangan terkait terhadap kelembagaan.

2. Lakukan kajian terhadap batas wilayah administrasi pemerintahan, tugas dan kewenangan
instansi tertentu, mekanisme pendanaan, kebiasaan atau adat masyarakat.

3. Lakukan kajian terhadap struktur organisasi yang ada.

4. Buat rencana pengembangan kelembagaan yang mampu untuk mengelola SPALT yang
direncanakan.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 69
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

Dalam pengolahan sistem pengolahan air limbah yang perlu diperhatikan adalah:

1. Sumber daya manusia (SDM)


2. Struktur organisasi penyelenggara

6.7 RENCANA TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN

6.7.1 Rencana Jangka Pendek /Tahap Mendesak


Pada tahap mendesak yaitu sampai 1 - 2 tahun kedepan rencana pembangunan
prasarana dan sarana air limbah diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan dasar sanitasi
sebagai dasar pengelolaan air limbah. Kebutuhan dasar ini didapat setelah menganalisa
data eksisting pengelolaan air limbah saat ini di area studi. Daerah yang perlu menjadi
perhatian adalah daerah kawasan kumuh, daerah rawan endemi dan daerah kritis.

Daerah yang menjadi prioritas pembangunan prasarana dan sarana air limbah dijabarkan
dengan detail mengenai nama zona atau sub zona, luas daerahnya, kepadatan penduduk,
tingkat pendapatan dan disertai dengan peta daerah pengembangan tahap mendesak.

1. Sistem yang digunakan


Pada tahap mendesak sistem yang digunakan sesuai dengan hasil analisa kondisi
eksisting di daerah tersebut. Sistem yang digunakan umumnya menggunakan sistem
pengolahan air limbah setempat, seperti pembuatan MCK di daerah yang menjadi
prioritas tahap mendesak, atau disesuaikan dengan kebutuhan prasarana dan
sarana sanitasi mendesak di daerah tersebut. Penjelasan sistem yang digunakan ini
dilengkapi dengan sumber dana dan gambaran detail sistem terpilih.

2. Program Pendukung
Program pendukung ini diperlukan agar semua program dalam tahap mendesak
berhasil dilaksanakan. Paket pendukung ini dapat berupa penyusunan rencana
teknis untuk pelaksanaan sistem sanitasi yang akan dibangun untuk tahap
mendesak, mengadakan penyuluhan kepada masyarakat dan training kepada
petugas pengelola, menyusun bentuk kelembagaan pengelola air limbah dan apabila
diperlukan melakukan pembebasan lahan untuk lokasi pembangunan prasarana dan
sarana air limbah.

3. Rencana Kebutuhan Biaya


Rencana kebutuhan biaya ini merupakan jabaran tentang biaya yang diperlukan
untuk melaksanakan program tahap mendesak, komponen biaya dapat berupa
biaya konstruksi dan biaya non konstruksi.

70 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

6.7.2 Rencana Jangka Menengah

Pada tahap menengah ini yaitu sampai 5 tahun mendatang, rencana pembangunan
prasarana dan sarana air limbah sesuai dengan permasalahan yang ada dan strategi
yang akan dilaksanakan untuk pemenuhan sistem pengelolaan air limbah untuk area
studi. Rencana pembangunan ini disesuaikan dengan alternatif sistem pengelolaan yang
dipilih dan zona atau sub zona yang telah ditetapkan. Pembangunan ini merupakan
bagian dari rencana pembangunan jangka panjang (rencana induk). Daerah pelayanan
ini dilengkapi dengan luasan daerah pelayanan, zona atau sub zona yang dilayani dan
dilengkapi dengan peta daerah pelyanan tahap menengah.

1. Sistem yang digunakan

Sistem yang digunakan pada tahap menengah ini disesuaikan dengan sistem yang
telah dipilih dari beberapa alternatif yang ada. Penjelasan sistem ini mengenai sistem
yang digunakan secara detail mulai dari kebutuhan unit pengolahan air limbah sampai
aksesoris pendukungnya.

2. Program Pendukung

Program pendukung ini diperlukan agar semua program dalam tahap menengah
berhasil dilaksanakan. Paket pendukung ini dapat berupa penyusunan rencana teknis
detail untuk pelaksanaan sistem sanitasi yang akan dibangun untuk tahap menengah
dan jangka panjang, mengadakan supervisi tentang pembangunan prasarana
dan sarana air limbah yang telah diprogramkan, mengadakan penyuluhan kepada
masyarakat dan training kepada petugas pengelola, pengadaan truk tinja, menyusun
bentuk kelembagaan pengelola air limbah dan apabila diperlukan melakukan
pembebasan lahan untuk lokasi pembangunan prasarana dan sarana air limbah.

3. Rencana Kebutuhan biaya

Rencana kebutuhan biaya ini merupakan jabaran tentang biaya yang diperlukan
untuk melaksanakan program tahap menengah, komponen biaya dapat berupa biaya
konstruksi dan biaya non konstruksi.

6.7.3 Rencana Jangka Panjang

1. Daerah Pelayanan

Rencana pembangunan sampai 20 tahun mendatang dapat juga disebut rencana


jangka panjang atau juga disebut rencana induk. Daerah pelayanannya tentu saja
melingkupi seluruh area studi, dimana beberapa bagian dari area studi telah dilayani

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 71
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

melalui pembangunan tahap mendesak dan tahap menengah. Daerah pelayanan


ini dapat berupa daerah pelayanan sanitasi terpusat dan daerah pelayanan sanitasi
setempat. Daerah pelayanan ini dilengkapi dengan peta daerah pengembangan
pelayanan jangka panjang.

2. Sistem yang digunakan

Sistem yang digunakan pada jangka panjang ini disesuaikan dengan sistem yang
telah dipilih dari beberapa alternatif yang ada. Penjelasan sistem ini mengenai
sistem yang digunakan secara detail mulai dari kebutuhan unit pengolahan air limbah
sampai aksesoris pendukungnya.

3. Program Pendukung

Program pendukung ini diperlukan agar semua program dalam jangka panjang
berhasil dilaksanakan. Paket pendukung ini dapat berupa penyusunan rencana
teknis detail untuk pelaksanaan sistem sanitasi yang akan dibangun untuk jangka
panjang, mengadakan supervisi tentang pembangunan prasarana dan sarana air
limbah yang telah diprogramkan, mengadakan penyuluhan kepada masyarakat
dan training kepada petugas pengelola, menyusun bentuk kelembagaan pengelola
air limbah dan apabila diperlukan melakukan pembebasan lahan untuk lokasi
pembangunan prasarana dan sarana air limbah.

4. Rencana Kebutuhan Biaya

Rencana kebutuhan biaya ini merupakan jabaran tentang biaya yang diperlukan
untuk melaksanakan program jangka panjang, komponen biaya dapat berupa biaya
konstruksi dan biaya non konstruksi. Yang perlu diperhatikan juga adalah proyeksi
tingkat inflasi setiap tahunnya, sehingga anggaran untuk jangka panjang dapat
dilaksanakan dengan baik.

6.8 RENCANA PEMBIAYAAN

Rencana pembangunan prasarana dan sarana air limbah yang dibagi dalam 3 tahap
diatas memerlukan pembiayaan yang cukup besar. Agar memudahkan pemerintah untuk
mengalokasikan dana dalam rangka pembangunan di sektor air limbah maka disusun
jadwal pembiayaan menurut tahapan pembangunan. Dalam rencana pembiayaan ini
diuraikan pembagian jadwal pembiayaan untuk tiap tahapan pembangunan, yang berisi
dana-dana yang dibutuhkan untuk tiap tahapan pembangunan serta pemenuhannya
untuk berapa tahun anggaran.

72 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

Indikasi biaya dan pola investasi dihitung dalam bentuk nilai sekarang (present value)
dan harus dikonversikan menjadi nilai masa datang (future value) berdasarkan metode
analisis keuangan, serta sudah menghitung kebutuhan biaya untuk jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang. Hal yang perlu diperhatikan dalam rencana
keuangan atau pendanaan:

1. Sumber dana

Sumber dana yang dimaksudkan adalah sumber dana untuk melakukan investasi
dan biaya perawatan SPALT. Sejak awal perlu dipastikan mengenai sumber
pendanaan yang akan digunakan untuk merealisasikan proyek tersebut, baik itu dari
APBN, APBD Provinsi atau APBD daerah. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan
proyek SPALT dapat berlangsung dan diterapkan di masyarakat.

2. Kemampuan dan kemauan masyarakat

Kemampuan dan kemauan masyarakat perlu diketahui untuk menentukan besarnya


dukungan masyarakat terhadap pengelolaan air limbah yang direncanakan.
kemampuan yang dimaksudkan adalah kemampuan masyarakat dalam hal
membayar biaya retribusi pengelolaan air limbah, sedangkan kemauan masyarakat
berarti kemauan masyarakat dalam hal melakukan pengelolaan air limbah serta
membantu kegiatan pemerintah dalam mengelola air limbah. Apabila kemauan dan
kemampuan masyarakatnya kecil, maka proyek SPALT akan menjadi sia-sia untuk
dilakukan, sedangkan jika kemauan masyarakat besar tapi kemampuan masyarakat
dalam hal membayar biaya retribusi IPAL kecil, maka perlu difikirkan alternatif biaya
untuk menerapkan IPAL di kawasan tersebut.

3. Kemampuan keuangan daerah

SPALT yang direncanakan dalam suatu daerah perlu disesuaikan dengan kemampuan
keuangan daerah. Hal ini dikarenakan tiap daerah memiliki kemampuan keuangan
yang berbeda-beda dalam hal melakukan pengelolaan air limbahnya. Misalkan
daerah A kemampuan keuangan daerahnya untuk mengelola air limbah adalah
sebesar 30% dari anggaran untuk pengelolaan sarana sanitasi,sedangkan untuk
daerah B hanya sebesar 10%. Kondisi tersebut menentukan penerapan teknologi
pengelolaan air limbah yang terdapat di daerah serta rencana pengelolaannya.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 73
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

6.9 INDIKASI RENCANA INVESTASI PROGRAM

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam rencana investasi program adalah:

1. Seluruh program pengembangan yang tertera dalam rencana induk harus


dikelompokan atas 4 (empat) tahapan pengembangan 5 tahun.

2. Seluruh program 5 tahunan ke 1, 2, 3, dan 4 harus dihitung nilai investasinya dengan


standard harga saat ini (current price).

3. Rencana biaya investasi program dari rencana induk harus dibandingkan dengan
rencana penduduk terlayani sehingga dapat diketahui nilai biaya investasi perkapita
atau nilai biaya investasi per rumah tangga dari penduduk yang mendapat manfaat
langsung.

4. Nilai biaya investasi perkapita tersebut harus dibandingkan dengan income perkapita
pertahun dari kota yang bersangkutan, sebagai lapisan awal (screening) sebelum
dilakukan studi kelayakan ekonomi dan keuangan proyek.

5. Kelayakan proyek program 5 tahunan ke 1, 2, 3, dan 4 dapat dilakukan kemudian


sesuai tahapan pembangunan.

Program pengembangan sarana dan prasarana 5 tahun ke 1 (pertama) harus dihitung


kelayakan proyeknya dengan mengacu pada pedoman studi kelayakan.

6.10 KELUARAN

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan Penyusunan Program dan Kegiatan ini adalah:

1. Dirumuskannya daerah pelayanan dan zona prioritas pelayanan SPAL


2. Disepakatinya daftar Program dan Kegiatan Pengembangan Sistem Pengelolaan Air
Limbah.

3. Teridentifikasinya indikasi pendanaan kegiatan dari APBD, APBD Provinsi, APBN, swasta,
masyarakat dan donor baik nasional maupun internasional.

4. Dituliskannya input/masukan untuk RI, khususnya Bab V : Rencana Program dan


Tahapan Pelaksanaan Kegiatan.

74 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

6.11 Langkah- Langkah Pelaksanaan

1. Pahami Strategi yang telah disusun sebelumnya. Sebelum memulai menyusun


Program dan Kegiatan pengembangan SPAL, Pokja perlu memahami kembali Strategi
yang telah disusun.

2. Rumuskan Zona Prioritas. Setelah disusunnya rencana tata ruang wilayah ,kondisi
lingkungan dan strategi pengembangan SPAL dapat ditentukan Zona Prioritas pelayanan
Air Limbah pada area tersebut. Tata cara penentuan Zona Prioritas dapat dilihat secara
lebih terperinci pada Lampiran.C bagian KT-01 Kriteria Penentuan Zona Prioritas

3. Rumuskan Program Pengembangan SPAL yang perlu dilakukan

a. Berdasarkan permasalahan mendesak yang dihadapi, tetapkan urutan prioritas


(bisa juga melihat hasil Indeks Risiko Sanitasi hasil studi Environmental Health Risk
Assessment ( EHRA).

b. Setelah seluruh anggota Pokja memahami strategi yang telah dirumuskan, susun
Program Pengembangan SPAL berdasarkan rumusan strategi tersebut.

c. Menetapkan urutan prioritas Program. Proses penentuan prioritas salah satunya dapat
dilakukan berdasarkan indikasi masyarakat yang terkena dampak dari pelaksanaan
Program (penerima manfaat atau beneficiary).

4. Rumuskan Rangkaian Tahapan Kegiatan untuk masing-masing Program


Pengembangan SPAL

a. Rumuskan rangkaian kegiatan untuk Program yang disusun. Perhatikan tahapan


SIDLACOM untuk setiap rangkaian kegiatan. Susun juga indikator capaian (hasil
atau outcome) untuk masing-masing kegiatan tersebut.

b. Tetapkan prioritas kegiatan yang harus dilakukan berdasarkan tahapan SIDLACOM.


Tahapan awal mendapat prioritas lebih tinggi untuk dilakukan dibandingkan tahapan
selanjutnya.

c. Periksa ulang status usulan kegiatan yang telah disusun di atas apakah sudah
dilakukan atau belum di tahun-tahun sebelumnya.

d. Perbaharui daftar rangkaian kegiatan.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 75
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

5. Periksa alur logis untuk melihat hubungan antara permasalahan pengembangan


SPAL dan penanganan yang akan dilakukan.

a. Gunakan format Tabel Kerangka Kerja Logis Perumusan Program Pengembangan


SPAL di bawah.

b. Masukkan tabel di Lampiran dokumen Rencana Induk.

Tabel 6.1. Format Tabel Kerangka Kerja Logis Perumusan


Program Pengembangan SPAL

Permasalah
Tujuan Konsep Penyusunan Sasaran Strategi
Mendesak Sanitasi
Masyarakat yang Masyarakat yang Masyarakat yang mau men- Melakukan anal- Program Subsidi
memiliki kemauan mau mengolah golah air limbahnya dengan isis ekonomi un- Silang antara
untuk mengelola dan mampu baik sesuai dengan ketentu- tuk menetapkan masyarakat
air limbahnya akan membayar biaya an dan rencana pemerintah. tingkat pendapa- ekonomi menen-
tan masyarakat gah ke atass dan
tetap tidak mampu pengelolaan air Masyarakat mampu mem-
(high/medium/ ekonomi menen-
membayar tarif pen- limbah secara bayar tarif retribusi yang
low income) gah ke bawah
gelolaan air limah mandiri ditetapkan pemerintah

Dan seterusnya

Catatan:
Isian yang ada di dalam tabel hanya untuk kepentingan contoh atau ilustrasi.

6. Diskusikan dan Rumuskan Jadwal Pelaksanaan, Indikasi Kebutuhan Biaya, dan


Indikasi Sumber Pendanaan dan/atau Pembiayaan untuk masing-masing Kegiatan

a. Jadwal Pelaksanaan.
Dalam menetapkan indikasi jadwal pelaksanaan kegiatan, Pokja perlu
mempertimbangkan urutan tahapan SIDLACOM.

b. Indikasi biaya.
Indikasi biaya atas suatu kegiatan dihitung berdasarkan volume dari kegiatan untuk
mencapai indikator capaian tersebut. Gunakan Buku Referensi Opsi Sistem dan
Teknologi Sanitasi untuk menentukan indikasi kebutuhan biaya masing-masing
kegiatan.

c. Sumber pendanaan dan/atau pembiayaan.


Diskusikan dan tetapkan sumber pendanaan dan/atau pembiayaan untuk masing-

76 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

masing kegiatan. Kategorikan asal sumber pendanaanya dapat didanai oleh APBD,
APBD Provinsi, APBN, atau oleh sumber pendanaan lain.

7. Tuliskan dalam matrik Program dan Kegiatan.


Tuliskan Program dan Kegiatan yang telah disusun ke dalam format tabel yang diberikan.
Gunakan contoh tabel yang terdapat pada instrument.

8. Periksa Kebutuhan Pendanaan tersebut dengan Kemampuan Keuangan Daerah


serta Kebijakan yang diambil dalam Pendanaan Bidang Air Limbah.

a. Hitung total kebutuhan pendanaan dan/atau pembiayaan yang dibutuhkan dan


periksa dengan kemampuan keuangan daerah (APBD) serta kebijakan pendanaan
air limbah.

b. Lakukan penyesuaian terhadap jadwal pelaksanaan (prioritasi) dan alokasi sumber


pendanaan dan/atau pembiayaan apabila diperlukan.

c. Hasil dari proses ini menjadi input penulisan dokumen RI Bab V : Rencana Program
dan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

Tabel 6.2. Penyusunan Usulan Program Pengembangan SPAL

JADWAL PERENCANAAN PROGRAM


PROGRAM
PRIORITAS TAHAP KE PENANGGUNG
NO
PENGEMBANGAN JAWAB
1 2 3 4 Rencana Induk
SPAL
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.

1 Pengembangan
SPAL-S

2 Pengembangan
jaringan pipa air
limbah

3 IPAL

4 Pengembangan
kelembagaan
SPAL Kota

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 77
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

Tabel 6.3 Penyusunan Usulan Program Prioritas Pengembangan SPAL

JADWAL PERENCANAAN PROGRAM


PROGRAM
PRIORITAS TAHUN KE PENANGGUNG
NO
PENGEMBANGAN JAWAB
1 2 3 4 5
SPAL
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.

1 Pengembangan
SPAL-S

2 Pengembangan
jaringan pipa air
limbah

3 IPAL

4 Pengembangan
kelembagaan
SPAL Kota

9. Konsultasi Hasil Penyusunan Program dan Kegiatan dengan Pemangku


Kepentingan
a. Susun agenda konsultasi dengan pemangku kepentingan terkait (DPRD, Provinsi,
Satker dll) dan tentukan penanggung jawab presentasi.
b. Siapkan hasil penyusunan program dan kegiatan dan pastikan peserta telah
menerima dan mempelajari materi sebelum Rapat Konsultasi dilaksanakan.
c. Paparkan dan diskusikan bahan presentasi yang telah disiapkan. Catat masukan/
input dengan seksama.
d. Lakukan perbaikan terhadap matrik Program dan Kegiatan berdasarkan masukan/
input tersebut.

10. Diskusikan dan rumuskan strategi Pemantauan dan Pengevaluasian


a. Pelaksanaan diskusi dan perumusan strategi Pemantauan dan Pengevaluasian
meliputi:
a. Siapa yang akan melakukan Pemantauan dan Pengevaluasian terhadap
pelaksanaan strategi yang tercantum di dalam RI.
b. Proses dan mekanisme pendokumentasian atas kegiatan pemantauan tersebut
c. Proses, mekanisme, serta jadwal pelaksanaan kegiatan pengevaluasian atas
hasil pemantauan yang dilakukan
d. Pelaporan kegiatan pemantauan dan pengevaluasian.

78 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

Contoh:
Sebagai bagian dari strategi Pemantauan dan Pengevaluasian , delapan (8) indikator untuk
pemantauan aspek PMJK diusulkan untuk membatasi beban pemantauan, dibagi antara
indikator proses dan indikator hasil:
Pada tingkat kelembagaan:
1. % tenaga ahli Sosial yang menjadi anggota Pokja Sanitasi (= indikator hasil dari proses
BP)
2. % perempuan yang menjadi anggota Pokja Sanitasi (= indikator hasil dari proses BP)
3. % perempuan dan tenaga ahli sosial yang menghadiri pertemuan Pokja dari waktu ke
waktu (= indikator proses)

Terhadap kemiskinan:
1. % bobot yang diberikan kepada kemiskinan dalam tools untuk perencanaan RENCANA
INDUK (= indikator proses)
2. Perkembangan SPAL yang menguntungkan masyarakat miskin, campuran kaya-miskin
dan kaya (=indikator hasil, pemetaan sanitasi)
3. Tidak ada laki-laki, perempuan, dan anak-anak miskin yang tidak bekerja dan ada
perbaikan pendapatan dari pengelolaan air limbah atau Meningkatkan peluang
penghasilan yang aman dalam bidang air limbah bagi keluarga miskin (indikator proses
dan hasil)

Pada kesetaraan gender:


1. Jumlah perempuan dan laki-laki yang hadir dalam Rapat Konsultasi Sanitasi dan
Musrenbang
2. % perempuan yang terlibat dalam KSM Air Limbah & proyek STBM Perkotaan

INSTRUMEN
Tabel 6.4 Tabel Prioritas Program

NILAI DAN BOBOT


URUTAN
PROGRAM PENERIMA PERMASALAHAN PERSEPSI NILAI TOTAL
PRO-POOR PRIORITAS
MANFAAT MENDESAK POKJA
25% 25% 25% 25%
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Program Pengelolaan Air


4 3 3 2 3 1
Limbah Terpusat

Program Pengelolaan
2 4 2 1 2.25 2
Air Limbah Setempat
Dan seterusnya
Sumber: (Sub Direktorat Air Limbah, 2014)

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 79
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

Cara Pengisian Tabel


(1). Tabel ini disusun untuk membantu Pokja menetapkan prioritas program. Pokja dapat menggunakan metode
lain dalam proses penetapan prioritas ini.
(2). Untuk menyusun prioritas program tetapkan beberapa kriteria, diantaranya adalah:
Jumlah penerima manfaat (kolom 2)
Apakah menjawab permasalahan mendesak yang dihadapi Provinsi/Kota Metropolitan/Besar (kolom 3)
Apakah menurut Pokja program tersebut adalah prioritas (kolom 4), serta
Apakah program tersebut memihak pada masyarakat miskin pro-poor (kolom 5).
(3). Pokja dapat menetapkan kriteria lain serta mengurangi maupun menambahkan kriteria tersebut.
(4). Selanjutnya, tetapkan bobot untuk masing-masing kriteria tersebut sehingga total bobot mencapai 100%.
(5). Berikan nilai untuk masing-masing kriteria 1 4, dengan 1 adalah tidak prioritas dan 4 adalah paling prioritas
(6). Kalikan bobot dan nilai, selanjutnya jumlahkan untuk menghasilkan total nilai (kolom 6).
Penjelasan Rumus Nilai Total = (Nilai bobot )

80 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

P T- 7 FINALISASI RENCANA
INDUK

7.1 TUJUAN

1. Tersusunnya dokumen rencana induk

2. Adanya kesepakatan di antara pemangku kepentingan terhadap dokumen rencana induk

3. Disahkan Rencana Induk oleh Kepala Daerah

7.2 DESKRIPSI

Finalisasi Rencana Induk merupakan milestone terakhir dari serangkaian proses penyusunan
RI. Hasil akhir dari milestone ini adalah disahkannya dokumen rencana induk oleh Gubernur/
Walikota.

Bagian terpenting milestone ini adalah membangun pemahaman dan persepsi yang sama
pada pihak yang terkait tentang dokumen rencana induk yang disusun, terutama terkait
dengan program dan kegiatan yang dirumuskan. Selain itu, milestone ini juga mensyaratkan
adanya kesamaan pemahaman dan persepsi terhadap strategi pengembangan sanitasi yang
disusun (termasuk program dan kegiatannya) dari Pemerintah Provinsi dan Pusat. Komitmen
pemerintah Kabupaten/ Kota yang dinyatakan oleh besaran anggaran yang dialokasikan
di dalam APBD menjadi pertimbangan bantuan keuangan dari Provinsi, Pusat atau donor
lainnya.

Sosialisasi Dokumen Rencana Induk

Rencana Induk SPAL wajib disosialisasikan melalui konsultasi publik untuk menjaring masukan

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 81
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

dan tanggapan dari stakeholder sebelum difinalkan dan dilegalkan. Ketentuan sosialisasi
Rencana Induk SPAL adalah sebagai berikut:

1. Konsultasi publik harus dilakukan minimal sebanyak 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 12
bulan pada saat penyusunan Rencana Induk.

2. Konsultasi publik harus dilakukan dengan melibatkan stakeholders sebagai berikut:

a. Stakeholder yang berwenang dalam membuat kebijakan dalam pengendalian


pencemaran air;

b. Stakeholder yang mewakili masyarakat wilayah layanan;

c. Stakeholder yang mewakili masyarakat yang terkena dampak; dan;

d. Stakeholder yang mewakili kelompok interest group seperti LSM, perguruan tinggi,
tokoh masyarakat dsb.

7.3 KELUARAN

Keluaran yang diharapkan dari Finalisasi Rencana Induk ini adalah :

1. Tersusunnya Draft Rencana Induk Provinsi/ Kota Metropolitan/Besar.

2. Pengesahan Rencana Induk Provinsi/Kota Metropolitan/Besar oleh Kepala Daerah


yaitu Gubernur/ Walikota.

7.4 LANGKAH- LANGKAH PELAKSANAAN

1. Kompilasi dan periksa Draf Rencana Induk

a. Kumpulkan semua Keluaran, baik berupa draf bab-bab Rencana Induk ataupun hasil-
hasil lain, dari setiap milestone dalam proses penyusunan rencana induk.

b. Kumpulkan bahan tulisan dan mulai penulisan atau penyuntingan. Para penulis
Rencana Induk tidak berangkat dari nol, karena pada setiap milestone sebenarnya
Pokja sudah bisa menulis draf bab-bab. Karena itu, pada tahap ini para penulis lebih
banyak menyunting dan menyelaraskan bahasanya saja. Yang perlu diperhatikan
adalah:

1) Kesesuaian draf tersebut dengan penjelasan rinci outline Rencana Induk

82 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

2) Konsistensi serta data/informasi minimum yang perlu dituliskan pada setiap bab
berdasarkan Template Rencana Induk

3) Pokja menggunakan bahasa yang jelas dan ringkas

c. Jika penulisan selesai, sebelum menginformasikan draf awal Rencana Induk ke pihak-
pihak lain, pastikan seluruh anggota Pokja membaca draf awal ini dan menyepakatinya.
Penulis perlu memaparkan hasil kerjanya dalam sebuah rapat internal Pokja.

2. Susun Ringkasan Rencana Induk

Pokja perlu menulis versi ringkas Rencana Induk untuk kepentingan advokasi dan
komunikasi, khususnya bagi kelompok sasaran atau pemangku kepentingan eksternal.
Karena itu, pastikan bahasa yang dipakai adalah bahasa yang populer agar lebih mudah
dan cepat dipahami. Berikut adalah beberapa kegiatan yang disarankan:

1) Sepakati informasi yang perlu dituangkan dalam ringkasan Rencana Induk. Informasi
minimal yang harus tersedia adalah (i) arah pengembangan sanitasi Provinsi/Kota
Metropolitan/Besar (ii) strategi untuk mencapainya (iii) ringkasan program dan
kegiatan utama.

2) Tulis dengan bahasa populer yang mudah dipahami khalayak awam, rancang tata
letak (layout), kurangi teks, perbanyak diagram, peta, dan tabel.

3. Konsultasikan draf Rencana Induk dengan seluruh Ketua dan Wakil Ketua Bidang

a. Susun agenda pertemuan dan tentukan penanggung jawab (biasanya tim penulis)
presentasi.

b. Siapkan dokumen yng diperlukan: (i) draft Rencana Induk (ii) Ringkasan Rencana
Induk, dan (iii) slide presentasi. Pastikan seluruh Ketua dan Wakil Ketua Bidang
menerima draf dan ringkasan Rencana Induk satu pekan sebelum pelaksanaan
Rapat Konsultasi.

c. Paparkan bahan presentasi yang sudah disiapkan dalam Rapat Konsultasi. Pastikan
bahan tersebut diungkapkan dengan jelas, ringkas, dan hanya menyangkut substansi
yang penting saja. Catat masukan dengan seksama.

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 83
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

4. Lakukan perbaikan terhadap draf Rencana Induk berdasarkan masukan dari seluruh
Ketua dan Wakil Ketua Bidang

Berdasarkan masukan tersebut, perbaiki draf Rencana Induk. Perbaiki pula ringkasan
Rencana Induk jika memang diperlukan. Sesudahnya, cetak dan perbanyak dokumen-
dokumen tersebut dan bagikan kembali kepada seluruh Bidang Pokja.

5. Adakan Sosialisasi Dokumen Rencana Induk

a. Persiapkan acara Konsultasi Publik dengan baik. Tentukan tanggal penyelenggaraan


acara, bentuk kepanitiaan, dan sepakati susunan acara.

b. Siapkan materi yang akan dibagikan pada acara Konsultasi Publik, yang diantaranya
ringkasan Rencana Induk Provinsi/Kota Metropolitan/Besar (untuk semua
undangan), beberapa Strategi Pengembangan Pengelolaan Air Limbah Provinsi/Kota
Metropolitan/Besar sebagai contoh, dan poster-poster yang terkait dengan sanitasi
dan penyusunan Rencana Induk Provinsi/Kota Metropolitan/Besar.

c. Sepakati daftar pemangku kepentingan dan narasumber yang diundang dalam


Konsultasi Publik. Yang diharapkan hadir setidak-tidaknya: (i) anggota DPRD (ii) para
Kepala SKPD (iii) Camat (iv) Kepala instansi/lembaga daerah (v) Perguruan Tinggi
(vi) LSM/KSM terkait sanitasi (vii) Badan usaha/perorangan yang terkait sanitasi , dan
media massa untuk kepentingan komunikasi dan pemberitaan.

Materi Konsultasi Publik ada dua: (i) Pemaparan Strategi Sanitasi Provinsi/Kota
Metropolitan/Besar (dan proses penyusunannya) oleh Ketua Pokja Provinsi/Kota
Metropolitan/Besar dan (ii) Tanya jawab dengan para pemangku kepentingan untuk
menjaring masukan. Karena itu:

a. Pastikan Ringkasan Strategi Sanitasi Provinsi/Kota Metropolitan/Besar dibagikan


kepada semua undangan

b. Pastikan Pokja mencatat semua masukan dari para peserta selama acara berlangsung

6. Finalisasi Rencana Induk

a. Perbaiki draf Rencana Induk berdasarkan masukan dari berbagai konsultasi yang
telah dilakukan

b. Rapikan tata letak atau lay out draf Rencana Induk

84 P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6
BAGIAN A
TA H A PA N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (RI- SPAL)

7. Tahap Legalisasi Rencana Induk

Tahap ini merupakan tahapan terakhir dalam penyusunan rencana induk yaitu penetapan
Rencana Induk SPAL oleh Kepala Daerah. Untuk keterpaduan pengaturan bidang sanitasi
tentang rencana induk sistem pengelolaan air limbah dapat disatukan dengan Peraturan
Gubernur/ Walikota.

Lakukan advokasi ke Kepala Daerah untuk mendapat pengesahan atas Rencana Induk

a. Tuliskan Kata Pengantar dari Gubernur/Walikota. Sampaikan kepada Sekretaris


Bupati/Walikota untuk mendapatkan koreksi dan persetujuan.

b. Finalisasi draf Rencana Induk dan selanjutnya Ketua Pokja dan seluruh Ketua
Bidang menghadap Gubernur/Walikota untuk mendapatkan tanda tangan sebagai
bentuk pengesahan dokumen Rencana Induk. [ ]

P E D O M A N P E N Y U S U N A N R E N C A N A I N D U K S I S T E M P E N G E L O L A A N A I R L I M B A H 2 0 1 6 85

Вам также может понравиться