Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Hukum pidana merupakan suatu aturan hukum yang mengikatkan kepada suatu
perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu dengan suatu akibat yang berupa pidana.
dapat memberikan sebuah pengertian yang komprehensif tentang apa yang dimaksud
dengan hukum pidana adalah sangat sukar. Namun setidaknya dengan merumuskan
Sumber utama dari hukum pidana di Indonesia adalah hukum yang tertulis
(KUHP), disamping itu didaerah-daerah tertentu dan untuk orang-orang tertentu hukum
pidana yang tidak tertulis juga dapat menjadi sumber hukum pidana.
Hukum adat tumbuh dan berakar dalam kesadaran dan pergaulan hidup
masyarakat. Kenyataan masih berlakunya hukum adat di Indonesia sampai saat ini tidak
dapat dipungkiri, dengan demikian maka perumusan hukum pidana adalah bagian dari
hukum positif yang berlaku di suatu negara dengan memper-hatikan waktu, tempat dan
larangan atau tindakan keha-rusan dan kepada pelanggarnya diancam dengan pidana.
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
PEMBAHASAN
undang-undang pidana terhadap tindak-tindak pidana yang terjadi di dalam atau di luar
daerahnya masing-masing. Wilayah suatu Negara itu hanya pengertian dalam hokum tata
Negara. Wilayah suatu Negara meliputi : 1. aratan Negara, 2. Peraiaran laut territorial
yang lebarnya ditentukan oleh hukum internasional, 3.udara yang ada di atas wilayah
Negara itu.
Asas Personal (personaliteits-beginsel) atau asas kebangsaan, asas nasional aktif atau asas
subyektif;
1) ASAS TERITORIAL
melakukan sesuatu tindak pidana di wilayah Indonesia. Setiap orang disini berarti baik
orang Indonesia maupun orang asing yang melakukan tindak pidana. Dalam melakukan
tindak pidana itu, orang tidak perlu berada di wilayah Indonesia. Seseorang yang berada
diluar negeri dapat pula melakukan delik di Indonesia. Hal ini adalah persoalan mengenai
Azas territorial ini diperluas dengan ketentuan yang terdapat dalam pasal 3 KUHP, yang
menyatakan bahwa peraturan pidana Indonesia dapat diterapkan pada setiap orang yang
berada diluar negeri yang melakukan suatu tindak pidana dalam perahu Indonesia.
Dalam hal ini dikecualikan orang-orang bangsa Asing yang menurut hokum internasional
pidana Indonesia tidak berlaku kepadanya dan mereka itu hanya tunduk kepada undang-
pemerintah kita;
c) Para konsul seperti konsul Djenderal, konsul, wakil konsul dan agen konsul
apabila memang ada perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan Negara asing
yang saling mengakui adanya hak tidak boleh diganggu-gugat (immuniteit
d) Pasukan-pasukan tentara asing dan para anak buahkapal-kapal perang asing yang
ada di bawah pimpinan langsung dari komandonya, yang dating di Indonesia atau
pemerintah kita;
Dasar berlakunya hukum adalah tempat atau wilayah negara tanpa mempersoalkan
Wilayah indonesia :
UU No. 4/PRP tahun 1960 tentang perairan Indonesia ---- batas-batas teritorial
Dalam Indonesia berarti di seluruh daratan wilayah Indonesia dengan ruangan udara di
atas daratan itu, termasuk pula lautan sepanjang pantai sejauh 3 mil (3X1851,50 m) diukur
dari pantai waktu air surut, yang biasa disebut laut territorial.
di luar wilayah indonesia melakukan tindak pidana di dalam kendaraan air atau pesawat
udara Indonesia.
Ini merupakan pengeluasan dari apa yang ditentukan dalam pasal 2, ialah bahwa
ketentuan-ketentuan pidana Indonesia juga berlaku diluar wilayah Indonesia, akan tetapi
orang itu harus berbuat tindak pidana dalam kendaraan air atau pesawat udara Indonesia.
Yang dimaksud dengan kendaraan air Indonesia ialah kapal atau perahu Indonesia,
lihatlah ketentuan dalam Pasal 95 KUHP, dan yang dimaksud dengan pesawat udara
Asas ini mengatakan bahwa peraturan hukum pidana Indonesia berlaku bagi
setiap warga Negara Indonesia yang melakukan tindak pidana baik dalam negeri, maupun
di luar negeri.
bergantung atau mengikuti subyek hukum atau orangnya yakni warga negara di manapun
Asas Personal atau Asas Nasional yang aktif tidak mungkin digunakan
sepenuhnya terhadap warga Negara yang sedang berada dalam wilayah Negara lain yang
kedudukannya sama-sama berdaulat. Apabila ada warga Negara asing yang berada dalam
suatu wilayah Negara telah melakukan tindak pidana dan tindak pidana dan tidak diadili
menurut hokum Negara tersebut maka berarti bertentangan dengan kedaulatan Negara
tersebut. Pasal 5 KUHP hukum Pidana Indonesia berlaku bagi warga Negara Indonesa di
luar Indonesia yang melakukan perbuatan pidana tertentu Kejahatan terhadap keamanan
Negara yang di luar Indonesia melakukan : salah satu kejahatan yang tersebut dalam Bab
I dan Bab II Buku Kedua dan Pasal-Pasal 160, 161, 240, 279, 450 dan 451. Salah satu
(2). Penuntutan perkara sebagaimana dimaksud dalam butir 2 dapat dilakukan juga jika
Sekalipun rumusan pasal 5 ini memuat perkataan diterapkan bagi warga Negara
personal, akan tetapi sesungguhnya pasal 5 KUHP memuat asas melindungi kepentingan
Ketentuan pidana yang diberlakukan bagi warga Negara diluar wilayah territorial
wilyah Indonesia tersebut hanya pasal-pasal tertentu saja, yang dianggap penting sebagai
asing yang berbuat kejahatan di Negara asing tersebut, dengan jalan menjadi warga
Bagi Jaksa maupun hakim Tindak Pidana yang dilakukan di negara asing tersebut,
Indonesia, yang penting adalah bahwa tindak pidana tersebut di Negara asing tempat
Berlakunya pasal 5 ayat (1) butir 2 dibatasi sedemikian rupa sehingga tidak dijatuhkan
Latar belakang ketentuan pasal 6 ayat (1) butir 2 KUHP adalah untuk melindungi
kepentingan nasional timbal balik (mutual legal assistance). Oleh karena itu menurut
Moeljatno, sudah sewajarnya pula diadakan imbangan pulu terhadap maksimum pidana
3) Asas Perlindungan
Sekalipun asas personal tidak lagi digunakan sepenuhnya tetapi ada asas lain yang
1976)
1. Salah satu kejahatan berdasarkan pasal-pasal 104, 106, 107, 108 dan 131;
2. Suatu kejahatan mengenai mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara
atau bank, ataupun mengenai materai yang dikeluarkan dan merek yang digunakan oleh
Pemerintah Indonesia;
3. Pemalsuan surat hutang atau sertifikat hutang atas tanggungan suatu daerah atau
bagian daerah Indonesia, termasuk pula pemalsuan talon, tanda deviden atau tanda bunga
yang mengikuti surat atau sertifikat itu, dan tanda yang dikeluarkan sebagai pengganti
surat tersebut atau menggunakan surat-surat tersebut di atas, yang palsu atau dipalsukan,
4. Salah satu kejahatan yang disebut dalam Pasal-pasal 438, 444 sampai dengan 446
tentang pembajakan laut dan pasal 447 tentang penyerahan kendaraan air kepada
kekuasaan bajak laut dan pasal 479 huruf j tentang penguasaan pesawat udara secara
melawan hukum, pasal 479 l, m, n dan o tentang kejahatan yang mengancam keselamatan
penerbangan sipil.
Pasal ini menentukan berlakunya hukum pidana nasional bagi setiap orang (baik warga
Negara Indonesia maupun warga negara asing) yang di luar Indonesia melakukan
nasional, yaitu :
Presiden Republik Indonesia dan Wakil Presiden Republik Indonesia (pasal 4 ke-1)
b. Kejahatan mengenai pemalsuan mata uang atau uang kertas Indonesia atau segel /
materai dan merek yang digunakan oleh pemerintah Indonesia (pasal 4 ke-2)
d. Kejahatan mengenai pembajakan kapal laut Indonesia dan pembajakan pesawat udara
universal) adalah dilandasi pemikiran bahwa setiap Negara di dunia wajib turut
rumusan pasal 4 ke-2 KUHP (mengenai kejahatan pemalsuan mata uang atau uang kertas)
dan pasal 4 ke-4 KUHP (mengenai pembajakan kapal laut dan pembajakan pesawat
udara) tidak menyebutkan mata uang atau uang kertas Negara mana yang dipalsukan atau
kapal laut dan pesawat terbang negara mana yan dibajak. Pemalsuan mata uang atau uang
kertas yang dimaksud dalam pasal 4 ke-2 KUHP menyangkut mata uang atau uang kertas
Negara Indonesia, akan tetapi juga mungkin menyangkut mata uang atau uang kertas
Negara asing. Pembajakan kapal laut atau pesawat terbang yang dimaksud dalam pasal 4
ke-4 KUHP dapat menyangkut kapal laut Indonesia atau pesawat terbang Indonesia, dan
mungkin juga menyangkut kapal laut atau pesawat terbang Negara asing.
Jika pemalsuan mata uang atau uang kertas, pembajakan kapal, laut atau pesawat
terbang adalah mengenai kepemilikan Indonesia, maka asas yang berlaku diterapkan
adalah asas melindungi kepentingan nasional (asas nasional pasif). Jika pemalsuan mata
uang atau uang kertas, pembajakan kapal laut atau pesawat terbang adalah mengenai
kepemilikan Negara asing, maka asas yang berlaku adalah asas melindungi kepentingan
Pasal 7 KUHP :
yang di luar Indonsia melakukan salah satu tindak pidana sebagaimana dimaksudkan
Pasal ini mengenai kejahatan jabatan yang sebagian besar sudah diserap menjadi
tindak pidana korupsi. Akan tetapi pasal-pasal tersebut (pasal 209, 210, 387, 388, 415,
416, 417, 418, 419, 420, 423, 425, 435) telah dirubah oleh Undang-undang No. 20 Tahun
2001 tentang perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dengan rumusan tersendiri sekalipun masih menyebut unsur-unsur yang
terdapat dalam masing-masing pasal KUHP yang diacu. Dalam hal demikian apakah
pasal 7 KUHP masih dapat diterapkan ? untuk masalah tersebut harap diperhatikan pasal
16 UU No. 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang berbunyi
: setiap orang di luar wilayah Negara republik Indonesia yang memberikan bantuan,
kesempatan, sarana atau keterangan untuk terjadinya tindak pidana korupsi dipidana
dengan pidana yang sama sebagai pelaku tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud
Pasal 8 KUHP :
melakukan salah satu tindak pidana sebagaimana dimaksudkan dalam Bab XXIX Buku
Kedua dan Bab IX buku ketiga, begitu pula yang tersebut dalam peraturan mengenai
surat laut dan pas kapal di Indonesia, maupun dalam ordonansi perkapalan.
yang dimasukkan dalam KUHP pada Buku Kedua Bab XXIX A. pertimbangan lain untuk
memasukkan Bab XXIX A Buku Kedua ke dalam pasal 8 KUHP adalah juga menjadi
kenyataan bahwa kejahatan penerbangan sudah digunakan sebagai bagian dari kegiatan
a. Kepala Negara beserta keluarga dari Negara sahabat, dimana mereka mempunyai
hak eksteritorial. Hukum nasional suatu Negara tidak berlaku bagi mereka
b. Duta besar Negara asing beserta keluarganya meeka juga mempunyai hak
eksteritorial.
c. Anak buah kapal perang asing yang berkunjung di suatu Negara, sekalipun ada di
luar kapal. Menurut hukum internasional kapal perang adalah teritoirial Negara yang
mempunyainya.
d. Tentara Negara asing yang ada di dalam wilayah Negara dengan persetujuan Negara
itu.
D. Penutup
Dari penjelasan penulis diatas, dapat disimpulkan bahwa ruang berlakunya peraturan-
peraturan pidana menurut tempatnya dapat disebutkan beberapa azas sebagai berikut
yaitu :
Asas ini terdapat dalam dalam pasal 2 KUHP, yaiyu yang berbunyi : aturan pidana dalam
undang-undang Indonesia berlaku bagi setiap orang yang melakukan sesuatu tindak
pidana di wilayah Indonesia. Setiap orang disini berarti baik orang Indonesia maupun
orang asing yang melakukan tindak pidana. Dalam melakukan tindak pidana itu, orang
tidak perlu berada di wilayah Indonesia. Seseorang yang berada diluar negeri dapat pula
melakukan delik di Indonesia. Hal ini adalah persoalan mengenai tempat terjadinya
delik.
Asas ini mengatakan bahwa peraturan hukum pidana Indonesia berlaku bagi
setiap warga Negara Indonesia yang melakukan tindak pidana baik dalam negeri, maupun
di luar negeri.
Berlakunya hukum pidana didasarkan atas kepentingan hukum suatu negara yang
Ketentuan hukum pidana indonesia dapat diberlakukan terhadap wni maupun wna
baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia untuk melindungi kepentingan hukum
Berdasarkan ketentuan ini, maka ketentuan hukum pidana indonesia dapat berlaku
terhadap setiap WNI ataupun WNA, baik di dalam wilayah maupun di luar wilayah
Indonesia.
v Sudarto, Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto d/a Fakultas Hukum Undip, Semarang,
1990.
v http://qiqi3macritz.student.umm.ac.id/2010/01/30/asas-hukum-pidana/
v http://search.4shared.com/q/1/hukum%20pidana%20doc?view=ls&suggested
v http://search.4shared.com/q/CCAD/1/asas-asas%20hukum%20pidana#