Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
Pembimbing:
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. JDP
Tanggal lahir : 31 Juli 2015
Usia : 11 bulan
Jenis Kelamin : Lelaki
No RekamMedis : 01346xxx
Alamat : Surakarta
BB : 7.9 kg
TB : 63 cm
Tanggal Masuk : 19 Juni 2016
Tanggal Pemeriksaan : 20 Juni 2016
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
BAB cair
5. Riwayat Kehamilan
Pemeriksaan di : Bidan
Frekuensi :
Trimester I : setiap bulan
Trimester II : setiap bulan
Trimester III : setiap 2 minggu
Tidak didapatkan keluhan saat kehamilan
Tidak didapatkan tekanan darah tinggi selama kehamilan
Selama hamil pasien mengkonsumsi tablet penambahdarah.
Kesan: kehamilan dalam batas normal.
6. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir secara spontan dengan usia kehamilan 39 minggu, berat lahir 2000
gram, panjang badan 47 cm, langsung menangis kuat, tidak biru, gerak aktif.
Kesan: kelahiran dalam batas normal.
7. Riwayat Imunisasi
1. 0 bulan : Hepatitis B1
2. 1 bulan : BCG, Polio 1
3. 2 bulan :DPT-HepB, Polio 2
4. 3 bulan : DPT-HepB, Polio 3
5. 4 bulan : DPT-HepB, Polio 4
6. 9 bulan :Campak
7. Kelas 1 SD : DT
8. Kelas 2 SD : Td
9. Kelas 3 SD : Td
Kesimpulan : Imunisasi lengkap sesuai Kemenkes 2014.
2. Tanda Vital
Tekanan darah : 170/130 mmHg
HR :120x/menit
RR : 28x/menit
Suhu : 37.3oC (per aksiler)
4. Kepala
Ubun-ubun besar tidak cekung, Ukuran normocephal, rambut berwarna
hitam, rambut rontok (-)
5. Mata
Mata cekung (+/+), konjingtiva tidak anemis, palpebra tidak oedem,
skelera tidak ikterik, pupil miosis isokhor (2mm/2mm), dan reflex cahaya
(+/+), air mata (+/ +) berkurang.
6. Hidung
Tidak didapatkan napas cuping hidung. Tidak didapatkan sekret.
7. Mulut
Mukosa basah, bibir tidak ada sianosis.
8. Tenggorok
Uvula beradadi tengah, tonsil T1-T1, tonsil tidak hiperemis, tidak
terdapat eksudat pada tonsil, faring tidak hiperemis.
9. Telinga
Normotia, tidak didapatkan serumen pada kedua telinga. Nyeri tekan
tragus negatif dan tidak didapatkan sekret yang keluar dari lubang telinga
kiri maupun kanan.
10. Leher
Tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening.
11. Thoraks
Tidak didapatkan retraksi dinding dada. Dinding dada mengembang
secara simetris.
12. Pulmo
Inspeksi : dinding dada mengembang secara simetris. Tidak didapatkan
retraksi dinding dada
Palpasi : fremitus taktil teraba simetris kanan dan kiri
Perkusi : terdengar suara sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : terdengar suara dasar vesikuler pada lapang paru. Tidak
terdengar wheezing dan ronkhi pada lapang paru.
13. Cor
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di SIC IV linea midclavicularis sinistra, tidak
kuatangkat
Perkusi :tidak didapatkan pelebaran batas jantung
Auskultasi :terdengar bunyi jantung I & II, dan tidak didapatkan bunyi
jantung tambahan
14. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, spasme (-)
15. Ekstremitas
o Akral dingin - - edema - -
- - - -
o Arteridorsalis pedis teraba kuat
o CRT < 2 detik
D. RESUME
3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh muntah setiap kali
diberikan makanan. Muntah berupa makanan yang dikonsumsi, tidak ada darah.
Muntah tidak disertai mual. Pasien juga mengeluhkan BAB cair, 5 kali sehari, gelas
belimbing. BAB berwarna kuning, tidak ada ampas, tidak ada lendir maupun darah.
Pasien diberikan obat paraxxx dari apotek akan tetapi keluhan tidak berkurang.
Pada hari masuk rumah sakit, pasien tampak lemas, muntah pada saat diberikan
makanan. Pasien masih mengeluhkan BAB cair 5 kali sehari, gelas belimbing,
berwarna kuning, tidak ada ampas, tidak ada lendir maupun darah. Pasien hanya mau
minum ASI dan ASB.
Saat di IGD RSDM pasien tampak lemas, menangis, masih bergerak aktif tapi
sudah berkurang. BAK terakhir tidak diketahui karena pasien memakai popok.
E. DIAGNOSIS BANDING
1. Diare akut ec viral dd bakteri
2. Dehidrasi ringan sedang
3. Anemia mikrositik hipokromik ec defisiensi besi dd infeksi
4. Gizi baik
F. DIAGNOSIS KERJA
1. Daire akut ec viral
2. Dehidrasi ringan sedang
3. Anemia mikrositik hipokromik ec defisiensi besi dd infeksi
4. Gizi baik
G. PENATALAKSANAAN
Terapi
1. Rawat bangsal gastroenterologi anak
2. ASI/ASB on demand
3. IVFD Asering 200cc/kgBB/hari ~ 66 cc/jam
4. Zinc 1x20mg
5. Oralit 80cc jika diare dan 40 cc jika muntah
6. Edukasi tentang diare
Monitoring
Status hidrasi/jam
KU/VS / jam
BCD/ 8 jam
Plan
Cek DL2, elektrolit, feses rutin, panel besi (SI, TIBC, serum ferritin)
Laporan Perkembangan
DPH Tanggal Keluhan/KU/VS Pemeriksaan / Diagnosis Terapi
0 19/07/16 BAB (+) cair 5x/hari PF MondokbangsalGastroanak
Panas (-), Kepala: UUB cekung (-) ASI/ASB on demand
mual (-), Mata : matacekung (+), air mata (+/+) IVSD Asering 200
muntah (-), menurun cc/KgBB/hari~ 66 cc/jam
makan(+), Hidung : NCH (-), discharge (-) Zinc 1x20 mg
minum (+), Mulut: Mukosabasah (+), faring Oralit 80 cc jikadiare
BAK (+) hiperemis (+) 40 cc jikamuntah
Abdomen :dindingperutsetinggidinding Probiotik 2x1 sachet
KU : tampakrewel, compos dada. Heparleinsulitdievaluasi. Turgor Edukasitentangdiare
mentis,gizikesanbaik kulitcepatkembali
VS : Extremitas : CRT < 2 detik, ADP kuat, Planning:
HR=120x/1 akralhangat Urindanfeserutin
RR= 28x/1 Panel Besi
S=37,30C Lab Darah:
Hemoglobin 7.0 g/dl; Monitoring
Hematokrit26%; KU/VS/SH/jam
3
Leukosit 14.7x 10 /uL BCD/8 jam
Trombosit 571 x 103/uL;
Eritosit 5.05 x106/uL;
Natriumdarah: 133 mmol/L
Kaliumdarah: 3.5 mmol/L
Calsium ion: 1.31 mmol/L
Kesan : Anemia
Ass:
Diareakutdehidrasiringan-sedang
Anemia mikrositik-
hipokromike.cddinfeksi, defesiensi Fe
Gizibaik, normoheight, normoweight
4. Patofisiologi
Terdapat beberapa mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare
yaitu:
a. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare (Poorwo, 2003).
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan
selanjutnya timbul diare karena peningkatan isi lumen usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbuldiare (Poorwo, 2003).
5. Diagnosis
Pada diare cair akut dapat ditemukan gejala dan tanda-tanda sebagai berikut:
a. BAB lebih cair/encer dari biasanya, frekuensi lebih dari 3kali sehari
b. Apabila disertai darah disebut disentri (diare akut invasif)
c. Dapat disertai dengan muntah, nyeri perut dan panas
d. Pemeriksaan fisik :
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama, yaitu
kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda
tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau
tidak, ada atau tidak adanya air mata, kering atau tidaknya mukosa
mulut, bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria sebagai berikut:
Abdullah M (2006). Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah dan Perdarahan Samar.
Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta: Bagian Penyakit Dalam
FKUI, pp: 295.
Ardhani punky, 2008, Art of Theraphy: Ilmu Penyakit Anak, Pustaka Cendekia
Press: Jogjakarta
Price SA, Wilson LM (2007). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit 6th
Edition. Jakarta: EGC, pp: 1332-1333.
Poorwo sumarso et all, 2003, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi & Penyakit
Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Pusponegoro hardiyono et all, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak: edisi
I, Ikatan Dokter Anak Indonesia.