Вы находитесь на странице: 1из 22

PRESENTASI KASUS GASTROENTEROLOGI

Seorang Anak Laki-Laki 11 Bulan Dengan Diare Akut Dehidrasi Ringan-Sedang


Dan Gizi Baik Normoweight Normoheight

Oleh:

Benazier Marcella B. G99142088 G10


Dhia Ramadhani G99142094 G11
Ivonny Rembulan Z. G99142095 G12
Winny Novietta K. N. G99142097 G14
Farkhan Kuncoro G99152067 H11

Pembimbing:

dr Evi Rokhayati, Sp.A, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
2016
BAB I

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. JDP
Tanggal lahir : 31 Juli 2015
Usia : 11 bulan
Jenis Kelamin : Lelaki
No RekamMedis : 01346xxx
Alamat : Surakarta
BB : 7.9 kg
TB : 63 cm
Tanggal Masuk : 19 Juni 2016
Tanggal Pemeriksaan : 20 Juni 2016

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
BAB cair

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh muntah setiap
kali diberikan makanan. Muntah berupa makanan yang dikonsumsi, tidak ada
darah. Muntah tidak disertai mual. Pasien juga mengeluhkan BAB cair, 5 kali
sehari, gelas belimbing. BAB berwarna kuning, tidak ada ampas, tidak ada
lendir maupun darah. Pasien diberikan obat paraxxx dari apotek akan tetapi
keluhan tidak berkurang.
Pada hari masuk rumah sakit, pasien tampak lemas, muntah pada saat
diberikan makanan. Pasien masih mengeluhkan BAB cair 5 kali sehari,
gelas belimbing, berwarna kuning, tidak ada ampas, tidak ada lendir maupun
darah. Pasien hanya mau minum ASI dan ASB.
Saat di IGD RSDM pasien tampak lemas, menangis, masih bergerak
aktif tapi sudah berkurang. BAK terakhir tidak diketahui karena pasien
memakai pampers.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak terdapat riwayat dengan keluahan yang sama
Tidak terdapat riwayat alergi obat/makanan/trauma/kejang.

4. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan


Tidak terdapat riwayat muntah dan BAB cair di keluarga dan sekitar
lingkungan pasien.
Tidak terdapat riwayat alergi obat/makanan pada keluarga

5. Riwayat Kehamilan
Pemeriksaan di : Bidan
Frekuensi :
Trimester I : setiap bulan
Trimester II : setiap bulan
Trimester III : setiap 2 minggu
Tidak didapatkan keluhan saat kehamilan
Tidak didapatkan tekanan darah tinggi selama kehamilan
Selama hamil pasien mengkonsumsi tablet penambahdarah.
Kesan: kehamilan dalam batas normal.

6. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir secara spontan dengan usia kehamilan 39 minggu, berat lahir 2000
gram, panjang badan 47 cm, langsung menangis kuat, tidak biru, gerak aktif.
Kesan: kelahiran dalam batas normal.

7. Riwayat Imunisasi
1. 0 bulan : Hepatitis B1
2. 1 bulan : BCG, Polio 1
3. 2 bulan :DPT-HepB, Polio 2
4. 3 bulan : DPT-HepB, Polio 3
5. 4 bulan : DPT-HepB, Polio 4
6. 9 bulan :Campak
7. Kelas 1 SD : DT
8. Kelas 2 SD : Td
9. Kelas 3 SD : Td
Kesimpulan : Imunisasi lengkap sesuai Kemenkes 2014.

10. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


BB7.9kg, TB 63 cm.
Kesan: tumbuh kembang baik

11. Riwayat Nutrisi


Pasien makan menu makanan keluarga dengan nasi disertai lauk pauk
beraneka ragam seperti tahu, tempe, telur, daging dan disertai sayur. Pasien
makan tiga kali sehari, sepiring nasi setiap makan, dan selalu habis. Pasien
jarang maka nmakanan tinggi garam, tidak mengkonsumsi jeroan dan tinggi
kolesterol.
Kesan: Kualitas dan kuantitas cukup

12. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal di rumah bersama kedua orangtua pasien.Orang tua
pasien tidak merokok. Biaya pemeriksaan dan pengobatan pasien ditanggung
oleh kedua orang tuanya. Pasien tidak menggunakan fasilitas BPJS.

13. Pohon Keluarga


C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Pasien tampak lemas, kesadaran kompos mentis (E4V5M6), gizi baik

2. Tanda Vital
Tekanan darah : 170/130 mmHg
HR :120x/menit
RR : 28x/menit
Suhu : 37.3oC (per aksiler)

3. Perhitungan Status Gizi


BB/U : 7,9 / 9,6 x 100% = 82% (P10<BB/U<P25) normoweight
TB/U : 75/76 x 100 % = 98% (P10<TB/U<P25) normoheight
BB/TB : 7,9 /9,5x 100 % = 83 % kesan: gizi kurang
Kesan Gizi : normoweight, normoheight, gizi kurang

4. Kepala
Ubun-ubun besar tidak cekung, Ukuran normocephal, rambut berwarna
hitam, rambut rontok (-)
5. Mata
Mata cekung (+/+), konjingtiva tidak anemis, palpebra tidak oedem,
skelera tidak ikterik, pupil miosis isokhor (2mm/2mm), dan reflex cahaya
(+/+), air mata (+/ +) berkurang.

6. Hidung
Tidak didapatkan napas cuping hidung. Tidak didapatkan sekret.

7. Mulut
Mukosa basah, bibir tidak ada sianosis.

8. Tenggorok
Uvula beradadi tengah, tonsil T1-T1, tonsil tidak hiperemis, tidak
terdapat eksudat pada tonsil, faring tidak hiperemis.
9. Telinga
Normotia, tidak didapatkan serumen pada kedua telinga. Nyeri tekan
tragus negatif dan tidak didapatkan sekret yang keluar dari lubang telinga
kiri maupun kanan.
10. Leher
Tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening.
11. Thoraks
Tidak didapatkan retraksi dinding dada. Dinding dada mengembang
secara simetris.
12. Pulmo
Inspeksi : dinding dada mengembang secara simetris. Tidak didapatkan
retraksi dinding dada
Palpasi : fremitus taktil teraba simetris kanan dan kiri
Perkusi : terdengar suara sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : terdengar suara dasar vesikuler pada lapang paru. Tidak
terdengar wheezing dan ronkhi pada lapang paru.
13. Cor
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di SIC IV linea midclavicularis sinistra, tidak
kuatangkat
Perkusi :tidak didapatkan pelebaran batas jantung
Auskultasi :terdengar bunyi jantung I & II, dan tidak didapatkan bunyi
jantung tambahan
14. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, spasme (-)

Auskultasi : bising usus (+), dalam batasnormal


Perkusi : timpani, nyeri ketok costovertebral (-/-)
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, massa abdomen
(-), turgor kulit kembali lambat

15. Ekstremitas
o Akral dingin - - edema - -
- - - -
o Arteridorsalis pedis teraba kuat
o CRT < 2 detik

D. RESUME
3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh muntah setiap kali
diberikan makanan. Muntah berupa makanan yang dikonsumsi, tidak ada darah.
Muntah tidak disertai mual. Pasien juga mengeluhkan BAB cair, 5 kali sehari, gelas
belimbing. BAB berwarna kuning, tidak ada ampas, tidak ada lendir maupun darah.
Pasien diberikan obat paraxxx dari apotek akan tetapi keluhan tidak berkurang.
Pada hari masuk rumah sakit, pasien tampak lemas, muntah pada saat diberikan
makanan. Pasien masih mengeluhkan BAB cair 5 kali sehari, gelas belimbing,
berwarna kuning, tidak ada ampas, tidak ada lendir maupun darah. Pasien hanya mau
minum ASI dan ASB.
Saat di IGD RSDM pasien tampak lemas, menangis, masih bergerak aktif tapi
sudah berkurang. BAK terakhir tidak diketahui karena pasien memakai popok.

E. DIAGNOSIS BANDING
1. Diare akut ec viral dd bakteri
2. Dehidrasi ringan sedang
3. Anemia mikrositik hipokromik ec defisiensi besi dd infeksi
4. Gizi baik

F. DIAGNOSIS KERJA
1. Daire akut ec viral
2. Dehidrasi ringan sedang
3. Anemia mikrositik hipokromik ec defisiensi besi dd infeksi
4. Gizi baik

G. PENATALAKSANAAN
Terapi
1. Rawat bangsal gastroenterologi anak
2. ASI/ASB on demand
3. IVFD Asering 200cc/kgBB/hari ~ 66 cc/jam
4. Zinc 1x20mg
5. Oralit 80cc jika diare dan 40 cc jika muntah
6. Edukasi tentang diare

Monitoring
Status hidrasi/jam
KU/VS / jam
BCD/ 8 jam

Plan
Cek DL2, elektrolit, feses rutin, panel besi (SI, TIBC, serum ferritin)

Laporan Perkembangan
DPH Tanggal Keluhan/KU/VS Pemeriksaan / Diagnosis Terapi
0 19/07/16 BAB (+) cair 5x/hari PF MondokbangsalGastroanak
Panas (-), Kepala: UUB cekung (-) ASI/ASB on demand
mual (-), Mata : matacekung (+), air mata (+/+) IVSD Asering 200
muntah (-), menurun cc/KgBB/hari~ 66 cc/jam
makan(+), Hidung : NCH (-), discharge (-) Zinc 1x20 mg
minum (+), Mulut: Mukosabasah (+), faring Oralit 80 cc jikadiare
BAK (+) hiperemis (+) 40 cc jikamuntah
Abdomen :dindingperutsetinggidinding Probiotik 2x1 sachet
KU : tampakrewel, compos dada. Heparleinsulitdievaluasi. Turgor Edukasitentangdiare
mentis,gizikesanbaik kulitcepatkembali
VS : Extremitas : CRT < 2 detik, ADP kuat, Planning:
HR=120x/1 akralhangat Urindanfeserutin
RR= 28x/1 Panel Besi
S=37,30C Lab Darah:
Hemoglobin 7.0 g/dl; Monitoring
Hematokrit26%; KU/VS/SH/jam
3
Leukosit 14.7x 10 /uL BCD/8 jam
Trombosit 571 x 103/uL;
Eritosit 5.05 x106/uL;
Natriumdarah: 133 mmol/L
Kaliumdarah: 3.5 mmol/L
Calsium ion: 1.31 mmol/L
Kesan : Anemia

Ass:
Diareakutdehidrasiringan-sedang
Anemia mikrositik-
hipokromike.cddinfeksi, defesiensi Fe
Gizibaik, normoheight, normoweight

1 20/7/2016 demam (-), Kepala: UUB cekung (-) ASI/ASB on demand


mual (-), Mata : matacekung (+), air mata (+/+) IVSD Asering 200
muntah (-), menurun cc/KgBB/hari~ 66 cc/jam
makan(+), Hidung : NCH (-), discharge (-) Zinc 1x20 mg
minum (+) Mulut: Mukosabasah (+), faring Oralit 80 cc jikadiare
BAB (+) 2x cair>ampas hiperemis (+) 40 cc jikamuntah
BAK (+) Abdomen :dindingperutsetinggidinding Probiotik 2x1 sachet
dada. Heparleinsulitdievaluasi. Turgor
KU : tampakrewel, compos kulitcepatkembali Planning
mentis,gizikesanbaik Extremitas : CRT < 2 detik, ADP kuat, Urin Fesesrutin
VS : akralhangat
HR=130x/1 Monitoring
RR= 28x/1 Ass: KU/VS/SH/ 4 jam
S=37,30C Diareakutdehidrasiringan-sedang BCD/8 jam
BC= +300 ml/8jam
Diuresis= 4.2 ml/kg/jam Anemia mikrositik-
hipokromike.cddinfeksi, defesiensi Fe
Gizibaik, normoheight, normoweight

2 21/7/2016 demam (-), Kepala: UUB cekung (-) ASI/ASB on demand


mual (-), Mata : matacekung (+), air mata (+/+) IVSD Asering 100
muntah (-), menurun cc/KgBB/hari~33 cc/jam
makan(+), Hidung : NCH (-), discharge (-) Zinc 1x20 mg
minum (+) Mulut: Mukosabasah (+), faring Oralit 80 cc jikadiare
BAB (+) 2x cair>ampas hiperemis (+) 40 cc jikamuntah
BAK (+) Abdomen :dindingperutsetinggidinding Probiotik 2x1 sachet
dada. Heparleinsulitdievaluasi. Turgor
KU : tampakrewel, compos kulitcepatkembali Planning
mentis,gizikesanbaik Extremitas : CRT < 2 detik, ADP kuat, DL2evaluasi
VS : akralhangat Panel Besi
HR=130x/1 Kultur feses
RR= 28x/1
S=37,30C Monitoring
BC= +300 ml/8jam KU/VS/SH/ 4 jam
Diuresis= 1.5 ml/kg/jam BCD/8 jam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DIARE CAIR AKUT


1. Definisi
Diare cair akut merupakan diare yang terjadi secara akut dan berlangsung
kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan
pengeluaran tinja yang lunak / cair. Mungkin disertai muntah dan panas.
Diare cair akut menyebabkan dehidrasi, dan bila masukan makanan kurang
dapat mengakibatkan kurang gizi. Kematian yang terjadi disebabkan karena
dehidrasi. Penyebab terpenting diare pada anak-anak adalah Shigella,
Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium, Vibrio cholera, Salmonella, E.
coli, rotavirus (Behrman, 2009).
2. Epidemiologi
Kuman penyebab diare menyebar masuk melalui mulut antara lain
makanan dan minuman yang tercemar tinja atau yang kontak langsung
dengan tinja penderita.
Terdapat beberapa perilaku khusus meningkatkan resiko terjadinya diare
yaitu tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan,
menggunakan botol susu yang tercemar, menyimpan makanan masak pada
suhu kamar dalam waktu cukup lama, menggunakan air minuman yang
tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja, tidak mencuci tangan setelah
buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum memasak
makanan, tidak membuang tinja secara benar (Ardhani, 2008).
Faktor yang meningkatkan kerentanan terhadap diare antara lain tidak
memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak,
imunodefisiensi / imunosupressif.
Umur Kebanyakan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan, insiden
paling banyak pada umur 6 10 bulan (pada masa pemberian makanan
pendamping).
Variasi musiman pola musim diare dapat terjadi melalui letak geografi.
Pada daerah sub tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim
panas sedangkan diare karena virus (rotavirus) puncaknya pada
musimdingin. Pada daerah tropik diare rotavirus terjadi sepanjang tahun,
frekuensi meningkat pada musim kemarau sedangkan puncak diare karena
bakteri adalah pada musim hujan.
Kebanyakan infeksi usus bersifat asimtomatik / tanpa gejala dan proporsi
ini meningkat di atas umur 2 tahun karena pembentukan imunitas aktif.
3. Etiologi
a. Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli,
Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb),
infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll),
infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C.
albicans).
Infeksi parenteral yaitu infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. (Behrman, 2009).
b. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat yaitu disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang
terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.
c. Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
d. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
Gambar 1. Bagan Penyebab penyakit diare

Gejala Klinis Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair

Lendir darah - Sering Kadang - + -

Bau - - Busuk + - Amis khas


Warna Kuning- Merah- kehiajauan Tak Merah- Seperti air
hijau hiaju berwana hijau cucian beras
Leukosit - + + - - -

Lain lain Anoreksia Kejang Sepsis Meteorismu Inf sistemik -


s

Gambar 2. Mikroorganisme penyebab diare

4. Patofisiologi
Terdapat beberapa mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare
yaitu:
a. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare (Poorwo, 2003).
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan
selanjutnya timbul diare karena peningkatan isi lumen usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbuldiare (Poorwo, 2003).
5. Diagnosis
Pada diare cair akut dapat ditemukan gejala dan tanda-tanda sebagai berikut:

a. BAB lebih cair/encer dari biasanya, frekuensi lebih dari 3kali sehari
b. Apabila disertai darah disebut disentri (diare akut invasif)
c. Dapat disertai dengan muntah, nyeri perut dan panas
d. Pemeriksaan fisik :
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama, yaitu
kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda
tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau
tidak, ada atau tidak adanya air mata, kering atau tidaknya mukosa
mulut, bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria sebagai berikut:

a. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)


Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
Keadaan umum baik, sadar
Tanda vital dalam batas normal
Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah
Turgor abdomen baik, bising usus normal
Akral hangat
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi
lain (tidak mau minum, muntah terus-menerus, diare frekuen)
(Ardhani, 2008).

b. Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)


Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda
tambahan
Keadaan umum gelisah atau cengeng
Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mucosa mulut dan bibir sedikit kering
Turgor kurang
Akral hangat
Pasien harus rawat inap(Ardhani, 2008).
c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dengan dua atau
lebih tanda tambahan
Keadaan umum lemah, letargi atau koma
Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada,
mucosa mulut dan bibir sangat kering
Anak malas minum atau tidak bisa minum
Turgor kulit buruk
Akral dingin
Pasien harus rawat inap (Ardhani, 2008).
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,
tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat
paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang
adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan
hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang
berlanjut. Seseorang yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat
badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih
menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan
gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik. (Behrman, 2009).
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya
dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah
yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan
meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul).
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat
berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit),
tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah,
muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena
kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun
sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan
timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan
gagal ginjal akut.
6. Tatalaksana
1. Tatalaksana
Apabila derajat dehidrasi yang terjadi akibat diare sudah di tentukan,
baru kemudian menentukan tatalaksana yang akan diterapkan secara
konsisten.. Terdapat lima lintas tatalaksana diare, yaitu:
Rehidrasi
Dukungan nutrisi
Supplement zinc
Antibiotik selektif
Edukasi orang tua

a. Diare cair akut tanpa dehidrasi


Penanganan lini pertama pada diare cair akut tanpa dehidrasi antara
lain sebagai berikut:
1) Memberikan kepada anak lebih banyak cairan daripada biasanya
untuk mencegah dehidrasi. Dapat kita gunakan cairan rumah
tangga yang dianjurkan, seperti oralit, makanan cair (seperti sup
dan air tajin) dan bila tidak ada air matang, kita dapat
menggunakan larutan oralit untuk anak. Pemberian larutan
diberikan terus semau naak hingga diare berhenti. Volume cairan
untuk usia kurang dari 1tahun : 50-100cc, untuk usia 1-5 tahun
mendapat 100-200cc, untuk usia lebih dari 5 tahun dapat
diberikan semaunya.
2) Pemberian tablet Zinc
Pemberian tablet zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut
meskipun anak telah sembuh dari diare. Dosis zinc untuk anak
bervariasi, untuk anak usia dibawah 6 bulan sebesar 10mg (1/2
tablet) perhari, sedangkan untuk usia diatas 6 bulan sebesar 20
mg perhari. Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut,
meskipun anak telah sembuh dari diare.
3) Memberikan anak makanan untuk mencegah kekurangan gizi
4) Membawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak
membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut buang air
besar cair lebih sering, muntah terus menerus, rasa haus yang
nyata, makan atau minum sedikit, demam, dan tinja berdarah.
5) Anak harus diberi oralit di rumah Formula oralit baru yang
berasal dari WHO dengan komposisi sebagai berikut:
Natrium : 75 mmol/L
Klorida : 65 mmol/L
Glukosa, anhydrous : 75 mmol/L
Kalium :20 mmol/L
Sitrat :10 mmol/L
Total osmolaritas :245 mmol/L
Ketentuan pemberian oralit formula baru :

Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 200 ml air


matang, berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air
besar dengan ketentuan untuk anak usia kurang dari 1 tahun
berikan 50-100 ml setiap kali buang air besar, sedangkan untuk
anak berumur lebih dari 1 tahun berikan 100-200 ml tiap kali
buang air besar.
b. Diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang

Rehidrasi dapat menggunakan oralit 75cc/kgBB dalam 3 jam


pertama dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang
berlangsung sesuai umur seperti diatas setiap kali buang air
besar.
c. Diare Cair akut dengan Dehidrasi Berat

Anak-anak dengan tanda-tanda dehidrasi berat dapat meninggal


dengan cepat karena syok hipovolemik, sehingga mereka harus
mendapatkan penanganan dengan cepat.
Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.Ada beberapa hal yang
penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang
cepat dan akurat, yaitu:
1) Menentukan cara pemberian cairan
Penggantian cairan melalui intravena merupakan
pengobatan pilihan untuk dehidrasi berat, karena cara
tersebut merupakan jalan tercepat untuk memulihkan
volume darah yang turun. Rehidrasi IV penting terutama
apabila ada tanda-tanda syok hipovolemik (nadi sangat cepat
dan lemah atau tidak teraba, kaki tangan dingin dan basah,
keadaan sangat lemas atau tidak sadar). Cara lain pemberian
cairan pengganti hanya boleh bila rehidrasi IV tidak
memungkinkan atau tidak dapat ditemukan disekitarnya
dalam waktu 30 menit.
2) Jenis cairan yang hendak digunakan
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan
karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah
kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium
tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberikan NaCl isotonik
(0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik
7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada
keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan
oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
3) Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak
diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari
badan. Jika memungkinkan, penderita sebaiknya ditimbang
sehingga kebutuhan cairannya dapat diukur dengan tepat.
Kehilangan cairan pada dehidrasi berat setara dengan 10%
berat badan (100 ml/kg).
Bayi harus diberi cairan 30 ml/kg BB pada 1 jam pertama,
diikuti 70ml/kg BB 5 jam berikutnya, jadi seluruhnya 100
ml/kgBB selama 6 jam. Anak yang lebih besar dan dewasa
harus diberi 30 ml/kgBB pada 30 menit pertama, diikuti 70
ml/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya sehingga seluruhnya 100
ml/kgBB selama 3 jam. Sangat berguna memberi tanda pada
botol, untuk menunjukan jumlah cairan yang harus diberikan
setiap jam bagi setiap penderita.
Sesudah 30 ml/kg cairan pertama diberikan , nadi radialis
yang kuat dapat teraba. Bila masih lemah dan cepat, infuse
30 ml/kg harus diberikan lagi dalam waktu yang sama.
Meskipun begitu hal ini jarang dibutuhkan. Larutan oralit
dalam jumlah kecil harus juga diberikan melalui mulut
(sekitar 5ml/kg BB per jam) segera setelah penderita dapat
minum, untuk memberi tambahan kalium dan basa. Hal ini
biasa dilakukan setelah 3-4 jam untuk bayi dan 1-2 jam untuk
penderita yang lebih besar.
4) Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan meliputi oral dan intravena. Larutan
oralit dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl,
2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral
pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah
rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.
2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan
dengan keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui
melalui pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine
lengkap dan tinja lengkap (Hasan, 2007).
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas
melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum,
kreatinin dan BJ plasma.
Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik
pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi
Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti
serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat
hasil pemeriksaan penyaring (Hasan, 2007).
Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut:
Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.
Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan
kadang-kadang darah.
3. Memberikan terapi simtomatik
Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan
keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan
memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena
memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang
seyogyanya cepat dieliminasi. (Pusponegoro, 2004).
4. Memberikan terapi definitif.
Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
a. Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol.
b. V. parahaemolyticus,E. coli, tidak memerluka terapi spesifik
c. A. aureus : Kloramfenikol
d. Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan
Quinolon seperti Siprofloksasin
e. Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol
f. Helicobacter: Eritromisin
g. Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol
h. Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol
i. Balantidiasis: Tetrasiklin
j. Candidiasis: Mycostatin
k. Virus: simtomatik dan support (Hasan, 2007)
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah M (2006). Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah dan Perdarahan Samar.
Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta: Bagian Penyakit Dalam
FKUI, pp: 295.

Ardhani punky, 2008, Art of Theraphy: Ilmu Penyakit Anak, Pustaka Cendekia
Press: Jogjakarta

Dib N, Oberti F, Cales P (2006). Current management of complications of portal


hypertension: variceal bleeding and ascites. CMA Media Inc.pp: 1433-43.

Hasan Rusepno et all, 2007, Ilmu Kesehatan Anak 1: cetakan ke 11,


Infomedika: Jakarta.

Hassan R, Alatas H (2007). Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 2. Jakarta:

Price SA, Wilson LM (2007). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit 6th
Edition. Jakarta: EGC, pp: 1332-1333.

Poorwo sumarso et all, 2003, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi & Penyakit
Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Pusponegoro hardiyono et all, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak: edisi
I, Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Вам также может понравиться