Вы находитесь на странице: 1из 46

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Di seluruh dunia insiden perdarahan intraserebral berkisar 10 sampai 20 kasus per
100.000 penduduk dan meningkat seiring dengan usia. Perdarahan intrasebral lebih sering
terjadi pada pria dari pada wanita, terutama yang lebih tua dari 55 tahun,dan dalam
populasi tertentu, termasuk orang kulit hitam. Selama periode 20 tahun studi The National
Health and Nutrision Eksamination Survey Epidemiologic menunjukkan insiden
perdarahan intraserebral antara orang kulit hitam adalah 50 per 100000, duakali insiden
orang kulit putih. Perbedaan dalam prevalensi, hipertensi dan tingkat pendidikan
berhubungan dengan perbedaan resiko. Peningkatan resiko terkait dengan pendidikan
yang lebih rendah, mungki terkait dengan kurangnya kesadaran akan pencegahan primer
dan akses keperawatan kesehatan.insiden perdarahan intraserebral di jepang yaitu 55 per
100000 jumlah ini sama dengan orang kulit hitam. Tingginya prevalensi hipertensi dan
pengguna alcohol pada populasi jepang dikaitkan dengan insiden. Rendahnya observasi
kadar kolesterrol serum pada populasi ini juga dapat meningkatkan resiko perdarahan
intraserebral. Usia rata-rata 55 tahun, interval 40-75 tahun. Insiden pada laki-laki sama
dengan pada wanita. Angka kematian 60-90%.

Masalah dengan perdarahan intra serebral ini akan menjadi sangat berbahaya dan dapat
menimbulkan kematian apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Oleh karena itu
dibutuhkan penanganan yang cepat dan tepat dalam menangani kasus perdarahan intra
serebral ini.

Adapun peran perawat dalam perawatan pasien dengan perdarahan intra serebral meliputi
upaya promotif yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, tanda
1 pasien dengan perdarahan intra serebral .
dan gejala, pencegahan dan penatalaksanaan
Upaya prenventif yaitu memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah supaya tidak
2

terjadi komplikasi. Upaya kuratif yaitu kolaborasi dengan tim kesehatan untuk
memberikan pengobatan. Upaya rehabilitatife yaitu perawatan dirumah pada pasien
perdarahan intra serebral agar tidak terulang kembali.
Oleh karena masalah ini maka penulis merasa tertarik untuk membahas tentang
bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.V Dengan perdarahan intra serebral
diruang ICU Rumah Sakit Bunda Margonda. Dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.

B. Tujuan peulisan
1. Tujuan presentasi
a) Untuk Mengetahui tinjauan teori intrasebral hematoma meliputi pengertian,
etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala , pemeriksaan penunjang, prognosi.
b) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan hematoma meliputi
pengkajian, diagnose keperawatan yang mungkin muncul dalam rencana
keperawatan.

2. Tujuan umum
Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan
perdarahan intra serebral secara komprehensipf meliputi aspek biopsikososio
spiritual.

3. Tujuan khusus
Melalui pendekatan proses keperawatan aspek biopsikososio spiritual diharapkan
siswa mampu:
a) Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan gangguan perdarahan
intra serebral
b) Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah
c) Mampu membuat rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata sesuai
dengan masalah yang diprioritaskan
d) Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan masalah yang
telah diprioritaskan
e) Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan
pada klien perdarahan intra serebral
f) Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan
g) Mampu membahas kesenjangan yang terjadi antara teori yang diperoleh dengan
studi kasus/ penerapan di lapangan.
3

C. Ruang lingkup masalah


Ruang lingkup penulisan makalah ini terbatas pada pemberian asuhan keperawatan pada
klien perdarahan intra serebral meliputi tahap pengkajian, perencanaan, diagnosa,
implementasi, dan evaluasi.

D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam
pembahasan lebih lanjut menggunakan metode deskriptif dan metode kepustakaan.
Metode deskriptif yaitu pendekatan secara sistematis dan akurat, mengumpulkan data dan
menganalisa data dan memaparkan dalam bentuk narasi untuk mendapatkan data dan
informasi yang dibutuhkan secara pendekatan yang digunakan adalah studi kasus dengan
menggunakan proses keperawatan meliputi asuhan keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
Sedangkan dalam metode kepustakaan, pendekatan yang dilakukan dengan cara
mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada klien
dengan perdarahan intra serebral.

E. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah terdiri dari 5 BAB yang disususn secara sistematis, sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan secara umum
dan khusus, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teori yang meliputi konsep dasar yang terdiri dari pengertian,
patofisiologi yang mencakup etiologi, manifestasi klinis, dan komplikasi, penatalaksanaan
yang mencakup therapy dan tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan dan asuhan
keperawatan yang terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Bab III: Tinjauan kasus yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan..
Bab IV: Pembahasan Kasus
Bab V: Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
4

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasanya
akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Secara klinis ditandai
dengan adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai lateralisasi, pada
pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya daerah hiperdens yang indikasi dilakukan
operasi jika Single, Diameter lebih dari 3 cm, Perifer, Adanya pergeseran garis tengah,
Secara klinis hematom tersebut dapat menyebabkan gangguan neurologis/lateralisasi.
Operasi yang dilakukan biasanya adalah evakuasi hematom disertai dekompresi dari
tulang kepala. Faktor-faktor yang menentukan prognosenya hampir sama dengan
faktor-faktor yang menentukan prognose perdarahan subdural. (Paula, 2009)

Intra Cerebral Hematom adalah perdarahan kedalam substansi otak .Hemorragi ini
biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala sampai daerah kecil dapat terjadi
pada luka tembak ,cidera tumpul. (Suharyanto, 2009)

Intra secerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak itu sendiri. Hal ini
dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau cidera kepala terbuka
5

intraserebral hematom dapat timbul pada penderita stroke hemorgik akibat melebarnya
pembuluh nadi. (Corwin, 2009)

5
B. Fisiologi
Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar setengah orang, hal itu
diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama aktifitas. Meskipun begitu, pada
orang tua, sakit kepala kemungkinan ringan atau tidak ada. Dugaan gejala
terbentuknya disfungsi otak dan menjadi memburuk sebagaimana peluasan
pendarahaan.
Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati rasa, seringkali
mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. orang kemungkinan tidak bisa berbicara
atau menjadi pusing. Penglihatan kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa di
ujung perintah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak normal
besar atau kecil. Mual, muntah, serangan, dan kehilangan kesadaran adalah biasa dan
bisa terjadi di dalam hitungan detik sampai menit. Menurut Corwin (2009) manifestasi
klinik dari dari Intra cerebral Hematom yaitu :
1. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan membesarnya
hematom.
2. Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.
3. Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.
4. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium.
5. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan
motorik dapat timbul segera atau secara lambat.
6. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan
tekanan intra cranium.

C. Patofisiologi
Perdarahan intraserebral ini dapat disebabkan oleh karena ruptur arteria serebri yang
dapat dipermudah dengan adanya hipertensi. Keluarnya darah dari pembuluh darah
didalam otak berakibat pada jaringan disekitarnya atau didekatnya, sehingga jaringan
yang ada disekitarnya akan bergeser dan tertekan. Darah yang keluar dari pembuluh
darah sangat mengiritasi otak, sehingga mengakibatkan vosospasme pada arteri
6

disekitar perdarahan, spasme ini dapat menyebar keseluruh hemisfer otak dan
lingkaran willisi, perdarahan aneorisma-aneorisma ini merupakan lekukan-lekukan
berdinding tipis yang menonjol pada arteri pada tempat yang lemah. Makin lama
aneorisme makin besar dan kadang-kadang pecah saat melakukan aktivitas. Dalam
keadaan fisiologis pada orang dewasa jumlah darah yang mengalir ke otak 58 ml/menit
per 100 gr jaringan otak. Bila aliran darah ke otak turun menjadi 18 ml/menit per 100
gr jaringan otak akan menjadi penghentian aktifitas listrik pada neuron tetapi struktur
sel masih baik, sehingga gejala ini masih revesibel. Oksigen sangat dibutuhkan oleh
otak sedangkan O2 diperoleh dari darah, otak sendiri hampir tidak ada cadangan O2
dengan demikian otak sangat tergantung pada keadaan aliran darah setiap saat. Bila
suplay O2 terputus 8-10 detik akan terjadi gangguan fungsi otak, bila lebih lama dari
6-8 menit akan tejadi jelas/lesi yang tidak putih lagi (ireversibel) dan kemudian
kematian. Perdarahan dapat meninggikan tekanan intrakranial dan menyebabkan
ischemi didaerah lain yang tidak perdarahan, sehingga dapat berakibat mengurangnya
aliran darah ke otak baik secara umum maupun lokal. Timbulnya penyakit ini sangat
cepat dan konstan dapat berlangsung beberapa menit, jam bahkan beberapa hari.
(Corwin, 2009)
7

PATHWAYS
Trauma kepala, Fraktur depresi tulang tengkorak, , Hipertensi, Malformasi Arteri Venosa,
Aneurisma, Distrasia darah, Obat, Merokok

Pecahnya pembuluh darah


otak (perdarahan intracranial)

Darah masuk ke dalam


jaringan otak

Penatalaksanaan : Darah membentuk massa


Kraniotomi atau hematoma

Luka insisi Port dentri


Penekanan pada jaringan
pembedahan Mikroorganisme
otak

Resiko infeksi
Peningkatan Tekanan
Intracranial

Metabolisme Gangguan aliran darah


Sel melepaskan Fungsi otak menurun
anaerob dan oksigen ke otak Fungsi otak menurun
mediator nyeri :
prostaglandin, Refleks menelan menurun
sitokinin Ketidakefektifan Kerusakan
Vasodilatasi
perfusi jaringan neuromotorik
pembuluh darah
cerebral
Kelemahan otot Anoreksia
Impuls ke pusat
nyeri di otak progresif
(thalamus) Ketidakseimbangan
kebutuhan nutrisi
ADL dibantu Kerusakan mobilitas
Impuls ke pusat fisik
nyeri di otak
(thalamus)
Gangguan pemenuhan
Somasensori korteks kebutuhan ADL
otak : nyeri
dipersepsikan

Nyeri
8

(Corwin, 2009)

D. Etiologi masalah
Etiologi dari Intra Cerebral Hematom menurut Suyono (2011) adalah :
1. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
2. Fraktur depresi tulang tengkorak
3. Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba
4. Cedera penetrasi peluru
5. Jatuh
6. Kecelakaan kendaraan bermotor
7. Hipertensi
8. Malformasi Arteri Venosa
9. Aneurisma
10. Distrasia darah
11. Obat
12. Merokok

E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dari Intra Cerebral Hematom menurut Sudoyo (2006) adalah
sebagai berikut :
1. Angiografi
2. Ct scanning
3. Lumbal pungsi
4. MRI
5. Thorax photo
6. Laboratorium
7. EKG

F. Penatalaksanaan medic
Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan stroke ischemic.
Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastrophic, khususnya pada orang yang
mengalami tekanan darah tinggi yang kronis. Lebih dari setengah orang yang
mengalami pendarahan besar meninggal dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan
hidup biasanya kembali sadar dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu.
Meskipun begitu, kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang hilang.

Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke ischemic. Anticoagulant


(seperti heparin dan warfarin), obat-obatan trombolitik, dan obat-obatan antiplatelet
(seperti aspirin) tidak diberikan karena membuat pendarahan makin buruk. Jika orang
9

yang menggunakan antikoagulan mengalami stroke yang mengeluarkan darah, mereka


bisa memerlukan pengobatan yang membantu penggumpalan darah seperti :
1. Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse.
2. Transfusi atau platelet. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan
pengangkatan platelet (plasma segar yang dibekukan).
3. Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam darah yang
membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan).

Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan tekanan di dalam


tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang dilakukan karena
operasi itu sendiri bisa merusak otak. Juga, pengangkatan penumpukan darah bisa
memicu pendarahan lebih, lebih lanjut kerusakan otak menimbulkan kecacatan yang
parah. Meskipun begitu, operasi ini kemungkinan efektif untuk pendarahan pada
kelenjar pituitary atau pada cerebellum. Pada beberapa kasus, kesembuhan yang baik
adalah mungkin.

Menurut Corwin (2009) menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra Cerebral Hematom


adalah sebagai berikut :
a. Observasi dan tirah baring terlalu lama.
b. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom secara
bedah.
c. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis.
d. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok.
e. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk pemberian
diuretik dan obat anti inflamasi.
f. Pemeriksaan Laboratorium seperti : CT-Scan, Thorax foto, dan laboratorium
lainnya yang menunjang.

G. Asuhan keperawatan
1. PENGKAJIAN
a. Primary Survey (ABCDE)
1) Airway. Tanda-tanda objektif-sumbatan Airway
a) Look (lihat) apakah penderita mengalami agitasi atau kesadarannya
menurun. Agitasi memberi kesan adanya hipoksia, dan penurunan
kesadaran memberi kesan adanya hiperkarbia. Sianosis menunjukkan
hipoksemia yang disebabkan oleh kurangnya oksigenasi dan dapat dilihat
dengan melihat pada kuku-kuku dan kulit sekitar mulut. Lihat adanya
retraksi dan penggunaan otot-otot napas tambahan yang apabila ada,
10

merupakan bukti tambahan adanya gangguan airway. Airway (jalan


napas) yaitu membersihkan jalan napas dengan memperhatikan kontrol
servikal, pasang servikal kollar untuk immobilisasi servikal sampai
terbukti tidak ada cedera servikal, bersihkan jalan napas dari segala
sumbatan, benda asing, darah dari fraktur maksilofasial, gigi yang patah
dan lain-lain. Lakukan intubasi (orotrakeal tube) jika apnea, GCS
(Glasgow Coma Scale) < 8, pertimbangan juga untuk GCS 9 dan 10 jika
saturasi oksigen tidak mencapai 90%.
b) Listen (dengar) adanya suara-suara abnormal. Pernapasan yang berbunyi
(suara napas tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat.
c) Feel (raba)
2) Breathing. Tanda-tanda objektif-ventilasi yang tidak adekuat
a) Look (lihat) naik turunnya dada yang simetris dan pergerakan
dinding dada yang adekuat. Asimetris menunjukkan pembelatan
(splinting) atau flail chest dan tiap pernapasan yang dilakukan dengan
susah (labored breathing) sebaiknya harus dianggap sebagai ancaman
terhadap oksigenasi penderita dan harus segera di evaluasi. Evaluasi
tersebut meliputi inspeksi terhadap bentuk dan pergerakan dada, palpasi
terhadap kelainan dinding dada yang mungkin mengganggu ventilasi,
perkusi untuk menentukan adanya darah atau udara ke dalam paru.
b) Listen (dengar) adanya pergerakan udara pada kedua sisi dada.
Penurunan atau tidak terdengarnya suara napas pada satu atau hemitoraks
merupakan tanda akan adanya cedera dada. Hati-hati terhadap adanya laju
pernapasan yang cepat-takipneu mungkin menunjukkan kekurangan
oksigen.
c) Gunakan pulse oxymeter. Alat ini mampu memberikan informasi
tentang saturasi oksigen dan perfusi perifer penderita, tetapi tidak
memastikan adanya ventilasi yang adekuat
3) Circulation dengan kontrol perdarahan
a) Respon awal tubuh terhadap perdarahan adalah takikardi untuk
mempertahankan cardiac output walaupun stroke volum menurun
b) Selanjutnya akan diikuti oleh penurunan tekanan nadi (tekanan sistolik-
tekanan diastolik)
c) Jika aliran darah ke organ vital sudah dapat dipertahankan lagi, maka
timbullah hipotensi
11

d) Perdarahan yang tampak dari luar harus segera dihentikan dengan balut
tekan pada daerah tersebut
e) Ingat, khusus untuk otorrhagia yang tidak membeku, jangan sumpal MAE
(Meatus Akustikus Eksternus) dengan kapas atau kain kasa, biarkan cairan
atau darah mengalir keluar, karena hal ini membantu mengurangi TTIK
(Tekanan Tinggi Intra Kranial)
f) Semua cairan yang diberikan harus dihangatkan untuk menghindari
terjadinya koagulopati dan gangguan irama jantung.
3) Disability
a) GCS setelah resusitasi
b) Bentuk ukuran dan reflek cahaya pupil
c) Nilai kuat motorik kiri dan kanan apakah ada parese atau tidak

2. Expossure dengan menghindari hipotermia. Semua pakaian yang menutupi tubuh


penderita harus dilepas agar tidak ada cedera terlewatkan selama pemeriksaan.
Pemeriksaan bagian punggung harus dilakukan secara log-rolling dengan harus
menghindari terjadinya hipotermi (America College of Surgeons ; ATLS)
a. Secondary Survey
1) Kepala dan leher
Kepala. Inspeksi (kesimetrisan muka dan tengkorak, warna dan distribusi
rambut kulit kepala), palpasi (keadaan rambut, tengkorak, kulit kepala,
massa, pembengkakan, nyeri tekan, fontanela (pada bayi)).
Leher. Inspeksi (bentuk kulit (warna, pembengkakan, jaringan parut, massa),
tiroid), palpasi (kelenjar limpe, kelenjar tiroid, trakea), mobilitas leher.
2) Dada dan paru
Inspeksi. Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk dan
kesimetrisan ekspansi serta keadaan kulit. Inspeksi dada dikerjakan baik
pada saat dada bergerak atau pada saat diem, terutama sewaktu dilakukan
pengamatan pergerakan pernapasan. Pengamatan dada saat bergerak
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi, sifat dan ritme/irama
pernapasan.
Palpasi. Dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji keadaan kulit pada
dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi, dan
tactil vremitus (vibrasi yang dapat teraba yang dihantarkan melalui sistem
bronkopulmonal selama seseorang berbicara)
Perkusi. Perhatikan adanya hipersonor atau dull yang menunjukkan udara
(pneumotorak) atau cairan (hemotorak) yang terdapat pada rongga pleura.
12

Auskultasi. Berguna untuk mengkaji aliran udara melalui batang


trakeobronkeal dan untuk mengetahui adanya sumbatan aliran udara.
Auskultasi juga berguna untuk mengkaji kondisi paru-paru dan rongga
pleura.
3) Kardiovaskuler
Inspeksi dan palpasi. Area jantung diinspeksi dan palpasi secara stimultan
untuk mengetahui adanya ketidaknormalan denyutan atau dorongan
(heaves). Palpasi dilakukan secara sistematis mengikuti struktur anatomi
jantung mulai area aorta, area pulmonal, area trikuspidalis, area apikal dan
area epigastrik
Perkusi. Dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung. Akan
tetapi dengan adanya foto rontgen, maka perkusi pada area jantung jarang
dilakukan karena gambaran jantung dapat dilihat pada hasil foto torak
anteroposterior.
4) Ekstermitas
Beberapa keadaan dapat menimbulkan iskemik pada ekstremitas
bersangkutan, antara lain :
a) Cedera pembuluh darah.
b) Fraktur di sekitar sendi lutut dan sendi siku.
c) Crush injury.
d) Sindroma kompartemen.
e) Dislokasi sendi panggul.
Keadaan iskemik ini akan ditandai dengan :
a) Pusasi arteri tidak teraba.
b) Pucat (pallor).
c) Dingin (coolness).
d) Hilangnya fungsi sensorik dan motorik.
e) Kadang-kadang disertai hematoma, bruit dan thrill.
Fiksasi fraktur khususnya pada penderita dengan cedera kepala sedapat
mungkin dilaksanakan secepatnya. Sebab fiksasi yang tertunda dapat
meningkatkan resiko ARDS (Adult Respiratory Disstress Syndrom) sampai
5 kali lipat. Fiksasi dini pada fraktur tulang panjang yang menyertai cedera
kepala dapat menurunkan insidensi ARDS.
13

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b.d Tahanan pembuluh darah ;infark
b. Nyeri kepala akut b.d peningkatan tekanan intracranial (TIK)
c. Resiko: Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia
d. Kerusakan mobilitas fisik b.d Kelemahan neutronsmiter
e. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL b.d kelemahan fisik.
f. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan invasi MO.

2. INTERVENSI
No Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional

1 Ketidakefektifan Perfusi jaringan 1. Monitor Vital 1. Identifikasi


perfusi jaringan cerebral efektif Sign. hipertensi.
cerebral b.d setelah dilakukan 2. Monitor tingkat 2. Mengetahui
Tahanan pembuluh tindakan kesadaran. perkembangan
darah ;infark keperawatan selama 3. Monitor GCS. 3. Mengetahui
3x24 jam dengan 4. Tentukan faktor perkembangan
KH: penyebab 4. Acuan intervensi
penurunan perfusi yang tepat.
- Vital Sign normal.
cerebral. 5. Meningkatakan
- Tidak ada tanda-
5. Pertahankan posisi tekanan arteri dan
tanda peningkatan
tirah baring atau sirkulasi atau
TIK (takikardi,
head up to 30. perfusi cerebral.
Tekanan darah
6. Pertahankan
turun pelan2)
lingkungan yang 6. Membuat klien
- GCS E4M5V6
nyaman. lebih tenang.
7. Kolaborasi dengan
tim kesehatan.
Pemberian terapi
oksigen
2 Nyeri kepala akut - Setelah dilakukan 1. Observasi keadaan 1. Mengetahui
b.d peningkatan asuhan umum dan tanda- respon autonom
tekanan intracranial keperawatan tanda vital tubuh
2. Lakukan
(TIK) selama 3x24 jam
2. Menentukan
14

No Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional

diharapkan nyeri pengkajian nyeri penanganan nyeri


terkontrol atau secara secara tepat
3. Mengetahui
berkurang dengan komprehensif
3. Observasi reaksi tingkah laku
kriteria hasil :
abnormal dan ekspresi dalam
- Ekspresi wajah
ketidaknyamanan merespon nyeri
rileks
4. Control 4. Meminimalkan
- Skala nyeri
lingkungan yang factor eksternal
berkurang
- Tanda-tanda vital dapat yang dapat
dalam batas mempengaruhi mempengaruhi
normal nyeri nyeri
5. Pertahankan tirah 5. Meningkatkan
baring kualitas tidur dan
6. Ajarkan tindakan
istirahat
non farmakologi 6. Terapi dalam
dalam penanganan penanganan nyeri
nyeri tanpa obat
7. Kolaborasi 7. Terapi
pemberian penanganan nyeri
analgesic sesuai secara
program farmakologi
3 Resiko: Kebutuhan nutrisi 1. Kaji kebiasaan 1. Menentukan
Ketidakseimbangan terpenuhi setelah makan-makanan intervensi yang
kebutuhan nutrisi dilakukan tindakan yang disukai dan tepat.
kurang dari keperawatan selama tidak disukai. 2. Mengurangi rasa
kebutuhan tubuh 3x24 jam dengan 2. Anjurkan klien bosan sehingga
b.d anoreksia KH: makan sedikit tapi makanan habis.
sering. 3. Agar kebutuhan
- Asupan nutrisi
3. Berikan makanan nutrisi terpenuhi.
adekuat.
sesuai diet RS. 4. Mulut bersih
- BB meningkat.
4. Pertahankan meningkatkan
- Porsi makan yang
kebersihan oral. nafsu makan.
disediakan habis.
15

No Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional

- Konjungtiva tidak 5. Kolaborasi 5. Menentukan diet


ananemis. dengan ahli gizi. yang sesuai.
4 Kerusakan Mobilitas 1. Kaji tingkat 1. Menentukan
mobilitas fisik b.d meningkat setelah mobilisasi fisik intervensi.
Kelemahan dilakukan tindakan klien. 2. Meningkatkan
neutronsmiter keperawatan selama 2. Ubah posisi kanyamanan,
3 x 24 jam dengan secara periodik. cegah dikobitas.
KH: 3. Lakukan ROM 3. Melancarkan
aktif/pasif. sirkulasi.
- Klien mampu
4. Dukung 4. Mencegah
melakukan
ekstremitas pada kontaktur.
aktifitas dbn.
posisi fungsional. 5. Menentukan
- Kekuatan otot
5. Kolaborasi program yang
meningkat.
dengan ahli fisio tepat.
- Tidak terjadi
terapi.
kontraktur.
5 Gangguan Pemenuhan 1. Kaji kemampuan 1. Mengetahui
pemenuhan kebutuhan ADL ADL. kemampuan
kebutuhan ADL b.d terpenuhi setelah ADL.
kelemahan fisik. dilakukan tindakan 2. Dekatkan barang- 2. Mempermudah
keperawatan selama barang yang pemenuhan
3 x 24 jam dengan dibutuhkan klien. ADL.
KH: 3. Motivasi klien 3. Meningkatkan
untuk melakukan kemandirian
- Mampu
aktivitasa secara klien.
memenuhi
bertahap. 4. Meningkatkan
kebutuhan secara
4. Dorong dan kemandirian
mandiri.
dukung aktivitas klien dan
- Klien dapat
perawatan diri. meningkatkan
beraktivitas
5. Menganjurkan menyamanan.
secara bertahap.
keluarga untuk 5. Pemenuhan
- Nadi normal.
16

No Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional

membantu klien kebutuhan klien


memenuhi dapat terpenuhi.
kebutuhan klien.
6 Resiko tinggi Mempertahankan 1. Berikan perawatan 1. Cara pertama
terhadap infeksi nonmotermia, bebas aseptik dan untuk menghidari
berhubungan tanda-tanda infeksi antiseptic. infeksi
dengan invasi MO o Mencapai nosokomial.
2. pertahankan teknik
2. Deteksi dini
penyembuhan luka
cuci tangan yang
perkembangan
(craniotomi) tepat
baik.
infeksi
pada waktunya. 3. catat karakteristik
3. memungkinkan
dari drainase dan
untuk melakukan
adanya inflamasi.
tindakan dengan
4. Pantau suhu tubuh segera dan
secara teratur. pencegahan
Catat adanya terhadap
demam, menggigil, komplikasi
diaforesis dan selanjutnya
4. Dapat
perubahan fungsi
mengindikasikan
mental (penurunan
perkembangan
kesadaran).
sepsis yang
5. Batasi pengunjung
selanjutnya
yang dapat
memerlukan
menularkan infeksi
evaluasi atau
atau cegah
tindakan dengan
pengunjung yang
segera.
mengalami infeksi 5. Menurunkan
saluran napas pemajanan
bagian atas. terhadap
pembawa kuman
6. Berikan antibiotik
penyebab
17

No Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional

sesuai indikasi. infeksi.


6. Terapi profilaktik
7. Ambil bahan
dapat digunakan
pemeriksaan
pada pasien yang
(spesimen) sesuai
mengalami
indikasi
trauma (luka,
kebocoran CSS
atau setelah
dilakukan
pembedahan
untuk
menurunkan
risiko terjasdinya
infeksi
nasokomial).
7. Kultur/sensivitas.
Pewarnaan Gram
dapat dilakukan
untuk
memastikan
adanya infeksi
dan
mengidentifikasi
organisme
penyebab dan
untuk
menentukan obat
pilihan yang
sesuai.
18

Bab III

Tinjauan kasus

Pada bab ini penulis akan menguraikan asuhan keperawatan pada pasien ny.v dengan
perdarahan intraserebral di ruang icu rsu bunda margonda. Asuhan keperawatan ini dilakukan
pada tanggal 28 september 2015 dengan menggunakan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan dan evaluasi keperawatan.

A. Data umum
1) Identitas pasien
Pasien bernama ny.v usia 25 tahun, agama islam, suku bangsa sunda, status perkawinan
sudah menikah, pendidikan s1 bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia,
pekerjaan sebagai karyawan swasta, pasien beralamat margonda recidene f407 pocin beji
depok, tanggal masuk rs 23 september 2015 nomor rekam medis 2014ji.m6524,
diagnosa medis ich, dirawat di bangsal icu, sumber biaya peribadi, sumber informasi
keluarga pasien.

B. Pengkajian 13 domain nanda


1. Health promotion
19

a. Kesehatan umum
Pasien datang dari OK, diantar oleh perawat ok, dengan diagnosa post craniotomy di
rawat oleh dr. Agus Sp. BS, raber dengan dr. Diah Sp.S, dr. Nafrialdi Sp.PD, dan dr.
Anastesi. Dari ok terpasang ett kingking no.7 batas bibir 21cm di beging-beging
sampai icu respirasi masuk ventilator mode simv 15, peep 5, tv 170, fio2 40%,

pupil 6/3, rch -/+, sat 93 %, terpasang ngt no 16, terpasang douwer cateter produksi
urin jernih, terpasang cvc subclavia sinistra fentonyl 500mg/24 dan recofol 30
mg/jam, terpasang drain di kepala, tampak luka post operasi tertutup kassa steril,
21
akral dingin, nadi lemah, observasi hemodinamik: td: 80/54 mmhg pernapasan: 10
spo2: 99 suhu: 360c hr: 154

b. Riwayat singkat penyakit / riwayat trauma


Pasien memiliki riwayat hipertensi saat kehamilan dan tidak terkontrol, keluarga
pasien mengatakan pasien pingsan dan tidak sadarkan saat sedang menyusui anaknya.
1 hari sebelum pasien pingsan pasien sempat mengeluh pusing, dan sempat berobat.
Stelah berobat pasien sudah lebih baik dan tidak pusing. Pasien post sc 1 bulan yang
lalu, pasien tidak mempunyai riwayat alergi makanan, binatang dan obat.

c. Riwayat pengobatan
Pasien mengkonsumsi analgetik untuk mengurangi pusingnya.

d. Kemampuan mengontrol kesehatan


Yang dilakukan pasien saat sakit, bisanya pasien langsung pergi untuk berobat di
rumah sakit. Pasien tidak pernah merokok dan menkonsumsi alcohol, biasanya pasien
suka berolahraga 1 mnggu sekali, jogging atau berjalan santai dekat rumahnya.

e. Faktor sosial ekonomi


Pasien tidak memiliki asuransi, pasien membayar secara pribadi. Pasien berkerja
sebagai karyawan swasta.

f. Pengobatan sekarang

No Nama obat Dosis Kandungan Manfaat


1 Simvastatin 1x20mg Simvastatin 20 Mengurangi resiko stroke
20

mg dan penyakit jantung serta


menurunkan kolesterol
dalam darah.
2 inpepsa 3x1c Sucralfate/ Mengurangi Ulkus lambung
Sukralfat dan duodenum,gastritis
(radang lambung) kronis
3 phenitoin 3x100mg Phenytoin Na obat yang digunakan untuk
mencegah serangan epilepsi
atau kejang.
4 clinimix 1/24 jam Asam amino, Nutrisi parenteral ketika
elektrolit, enteral feeding tidak
Glukosa, Kalsium memungkinkan,
dikontraindikasikan, atau
tidak mencukupi
5 RL /24 jam Komposisi Per Sebagai pengganti cairan
1000 mL Natium tubuh yang hilang dalam
kondisi asam basa
lactate 3,2 gram,
berkeseimbangan atau
NaCl 6 gram, asidosis ringan.
KCl 0,4 gram,
Terapi pilihan utama untuk
CaCl2 0,27 gram,
mengatasi kehilangan cairan
air untuk injeksi
dalam keadaan darurat.
ad 1,000 mL..

Terapi pemeliharaan
keseimbangan cairan pada
keadaan pra, intra, dan
pasca operasi.

Mengatasi dehidrasi cairan


interstisial yang diberikan
sesudah pemberian
pengganti cairan koloid

6 omeprazol 1x40 mg Omeprazole Mengurangi ulkus


sodium 42,6 duodenum, ulkus gaster,
21

mg,setara dengan esofagitis ulseratif dan


omeprazole 40 sindrom Zolinger-Elliso.
mg
7 manitol 3x125 cc Manitol Memperlancar diuresis &
ekskresi material toksik
dalam urin. Mengurangi
TIK, massa pada otak, &
TIO yang tinggi
8 methilprednisolon 1x62.5 mg methilprednisolon Anti radang
9 ceftazidin 3x1 gram Ceftazidime / Infeksi pada penderita
seftazidim imunosupresan.
Infeksi saluran pernafasan
pentahidrat
bagian bawah.
10 levofloxacin 1x750 mg Ciprofloxacin Antibiotic
11 tamoliv 4x1 gram Paracetamol Obat demam
12 cholinar 2x500 mg Citicolin Vitamin saraf

2. Nutrition
a) A (antropometri) meliputi bb,tb,lk,ld,lila,imt :
1) Bb biasanya 65 dan bb sekarang 60
2) Lingkar perut 85cm
3) Lingkar kepala 58cm
4) Lingkar dada 92cm
5) Lingkar lengan atas 30cm

b) B (biochemical)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan


Natrium (na) 138 mmol/l 135 - 147
kalium (k) 3.7 mmol/l 3.5 5.0
klorida (cl) 103 mmol/l 95 105
Ph 7.54 7.35 -7.45
Pco2 31.8 Mm hg 35.0 48.0
Po2 131 Mm hg 83 -108
Hco3 26.8 Mmol/1 21.0 26.0
Be 5 Mmol/1 -2 - +3
Sat. 02 98.9 % 94.00 100.00
Ureum darah 28 Mg/dl 13 43
22

Kearitinin darah 0.4 Mg/dl 0.5 0.8

hemoglobin 12.3 g/dl, hematokrit 36.5 %, leukosit 17.8 10^3/ul, trombosit 96


10^3/ul, fibrinogen 456.0 mg/dl, d-dimer 14.37 mg/l, hasil kesan thorax ap : ett
dengan tip dua diatas carina. cvc subclavia sinistra dengan tip proyeksi vena
cava superior. Tak tampak kelainan radiologi pada cord dan pulmo.

c) C (clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, tugor kulit, mukosa bibir,


conjungtiva, anemis/ tidak:
1. Kepala : terdapat luka bekas operasi di sebelah kiri, rambut
digundulin
2. Tugor kulit : turgor kulit elastis
3. Mukosa bibir : mukosa bibir kering

d) D (diet) meliputi nafau, jenis, frekuensi makanan yang diberikan selama di


rumah sakit :
Pasien terpasang ngt, pasien mendapatkan diet cair susu tinggi kalori tinggi
protein bertahap melalui ngt 6x100cc.

e) E (enegy) meliputi kemampuan pasien dalam beraktifitas selama di rumah


sakit:
Pasien dengan penurunan kesadaran, motorik dengan rangsangan nyeri.

f) F (factor) meliputi penyebab masalah nutrisi (kemampuan menelan,


mengunyah, dll) :
Pasien tidak dapat menelan dan mengunyah secara spontan, pasien terpasang
ngt.

g) Penilaian status gizi


Selama pasien di rawat, pasien di berikan diet susu cair tinggi kalori tinggi
protein. Memberikan melalui ngt
h) Pola asupan cairan
Cairan yang masuk melalui ngt 4x100 cc
i) Cairan masuk
Pasien terpasang infus clinimix /24jam, rl/24 jam dan susu 4x100 cc
j) Cairan keluar
Pasien terpasang d/c dengan produksi urine kuning jernih, dan di buang per 6
jam. Jumlah urin dalam 24 jam Pasien terpasaang ngt, cek residu (+) cairan
yang keluar putih seperti cairan susu dan tidak ada yg terserap oleh lambung.
23

k) Penilaian status cairan (balance cairan)


Balance cairan per24 jam, yaitu
Input : 3600
Output : 3150
BALANCE CAIRAN : 450 ml
Iwl : 2.1 cc/ kg bb/ jam
l) Pemeriksaan abdomen (sistem elimination juga)
Inspeksi : bentuk abdomen datar, di bagian perut bawah tampak ada luka
bekas operasi sc, dan tampak luka operasi craniotomy tertutup kassa steril.
Auskultasi : bising usus pasien 12 x/ menit.
Palpasi : tugor kulit elastic
Perkusi : timpani

2) Elimination
a. Sistem urinary
1) Pola pembuangan urine ( frekuensi, jumlah, ketidaknyamanan )
Selama pasien di rawat, klien menggunakan d/c dengan frekuensi urine yang
di buang per 6 jam.
2) Riwayat kelainan kandung kemih
Tidak ada riwayat kelainan
3) Pola urine ( jumlah, warna, kekentalan, bau )
Jumlah urine yang keluar per 6 jam, warna kuning jernih, tidak berbau.
Jumlah urine 1050.
4) Distensi kandung kemih / urine
Vesika urinaria teraba kosong pasien terpasang d/c.

b. Sistem gastrointestinal.
1) Pola eliminasi
Selama pasien di rawat, pasien bab 2-3 kali per hari
2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi
Pasien tidak mengalami konstipasi

c. Sistem integumen
1. Kulit ( integritas kulit/ hidrasi/ turgor/ warna/ suhu
Hidrasi kulit lembab, tugor kulit elastis, warna sawo matang, suhu 37,9

4. Activity / rest
a) Istirahat / tidur
1. Jam tidur : kesadaran pasien sopor
2. Insomnia : kesadaran pasien sopor
3. Pertolongan untuk merangsang tidur : kesadaran pasien sopor

b) Aktivitas
1. Perkerjaan :-
24

2. Kebiasaan olah raga :-

3. Adl

a. Makan
Susu 4x100,
Terdiri dari 1800 kalori, 60gram protein, 30 gram lemak, 292.5 gram
karbohidrat, semua diberikan sesuai kondisi pasien.
b. Toileting
Kesadaran pasien sopor, BAB, BAK dibantu di tempat tidur
c. Kebersihan
Kebersihan diri pasien dilakukan personal hygine 2x sehari
d. Berpakaian
Dibantu oleh perawat
4. Bantuan adl
Semua kebutuhan ADL di bantu oleh perawat
5. Kekuatan otot
Pasien mampu menggerakkan kaki dan tangan bila di rangsang nyeri
6. Rom
Perawat melakukan tindakan ROM pasif ke pasien setiap 2 jam sekali
7. Resiko untuk cidera
Pasien penurunan kesadaran dan tidak terlalu banyak aktivitas.

c) Cardio respon
1. Penyakit jantung
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak hamil dan satu bulan yang lalu,
pasien memiliki hipertensi tidak terkontrol.
2. Edema ekstremitas
Tidak ada edema ekstremitas
3. Tekanan darah dan nadi
Tekana darah 125/ 89 MMhg, nadi teraba kuat 109x/i
4. Tekanan vena jugularis
Teraba kuat dan teratur
5. Pemeriksaan jantung
A. Inspeksi : Jantung, secara topografik jantung berada di bagian depan
rongga mediastinum.
B. Palpasi : Denyutan pada apeks jantung dalam keadaan normal
C. Perkusi : Dalam keadaan normal
D. Auskultasi : Irama jantung normal

d) Pulmonary respon
1) Penyakit sistem nafas
2) Penggunaan O2
Pasien menggunakan ventilator dengan fio2 40%
3) Kemampuan bernafas
25

Kemampuan bernafas sendiri dari pasien ada, 7 sampai 8 kali permenit.


4) Gangguan pernafasan ( batuk, suara nafas, sputum, dll )
Saat dilakukan suction sputum banyak, warna sputum putih kental.
5) Pemeriksaan paru-paru
a. Inspeksi : pergerakan dada simetris
b. Palpasi : saat dipalpasi tidak ada lesi atau bengkak
c. Perkusi : suara perkusi sonor
d. Auskultasi : ronchi

5. Perception / cognition
a. Orientasi / kognisi
1) Tingkat pendidikan : S1
2) Kurang pengetahuan :-
3) Pengetahuan tentang penyakit :-
4) Orientasi (waktu, tempat, orang) :-

b. Sensi / persepsi
1) Riwayat penyakit jantung : tidak ada
2) Sakit kepala : sudah 1 bulan yang lalu, frekuensi 5 menit, dan skala nyeri 5
3) Penggunaan alat bantu : penggunaan alat bantu nafas ( ventilator )
4) Penginderaan : -

c. Communication
1) Bahasa yang di gunakan : Pasien on ventilator
2) Kesulitan berkomunikasi : Pasien on ventilator

6. Self perception
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/ takut :-
2) Perasaan putus asa / kehilangan: -
3) Keinginan untuk mencederai : -
4) Adanya luka/cacat :-

7. Role relationship
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan : kawin
2) Orang terdekat : keluarga dan suami
3) Perubahan konflik/peran :-
4) Perubahan gaya hidup :-
5) Interaksi dengan orang lain :-

8. Sexuality
a. Identitas sexual
1) Masalah/disfungsi sexual :-
2) Periode menstruasi :-
26

3) Metode kb yang di gunakan :-


4) Pemeriksaan sadari :-
5) Pemeriksaan papsmear :-

9. Coping/stress tolerance
a. Coping respon
1) Rasa sedih/takut/cemas :-
2) Kemampuan untuk megatasi :-
3) Perilaku yang menampakkan cemas :-

10. Life principles


a. Nilai kepercayaan
1) Kegiatan keagamaan yang diikuti :-
2) Kemampuan untuk berpartisipasi :-
3) Kegiatan kebudayaan :-
4) Kemampuan memecahkan masalah :-

11. Safety/protection
a. Alergi :-
b. Penyakit autoimmune : -
c. Tanda infeksi : suhu naik turun
d. Gangguan thermoregulasi :
e. Gangguan/resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi neurovaskuler
pheripheral, kondisi hipertensi, perdarahan, hiplogikemia, syndrome disuse, gaya
hidup yang tetap)

12. Comfort
a. Kenyamanan/nyeri
1) Provokes ( yang menimbulkan nyeri) : pasien hanya bisa di rangsang nyeri
melalui rasangan nyeri.
2) Quality (bagaimana kualitasnya) : pasien nyeri hebat dapat di lihat dari
heart rate
3) Region (dimana letaknya) : bagian post oprasi, dan bila di rangsang
nyer.
4) Scala (berapa skalanya) : skala nyeri 8-10
5) Time (waktu) : kurang lebih 5-10 menit
b. Rasa tidak nyaman lainnya
c. Gejala yang menyertai

13. Growth/development
Pertumbuhan dan perkembangan :-

C. CATATAN PERKEMBANGAN
27

Keadaan umum

Tanggal 28 september 2015

10.00 11.00 12.00 13.00 14.00


JAM
TD 139/95 146/110 148/99 130/88 121/78
TTV NADI 69x/i 78x/i 70x/i 65x/i 68x/i
RR 13x/i 20x/i 20x/i 23x/i 12x/i
SUHU 38 37.5 37.9 37.6 37
EYE 1 1 1 1 1
GCS MOTORIK 3 3 3 3 3
VERBAL Tube Tube Tube Tube Tube

Tanggal 29 september 2015

JAM 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00


TD 125/89 124/88 137/98 132/96 132/95 130/81 121/90
Input NADI 101x/i 107x/i 123x/i 120x/i 121x/i 110x/i 90x/i
RR 12x/i 21x/i 17x/i 22x/i 20x/i 21x/i 20x/i
SUHU 38 37.5 39 37 38.2 38 37.9
EYE 1 1 1 1 1 1 1
Output MOTORIK 3 3 3 3 3 3 3
VERBAL Tube Tube Tube Tube Tube Tube Tube

Tanggal 30 september 2015

JAM 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00


TD 125/98 127/90 126/90 137/10 124/87 132/98 130/99
8
Input NADI 109 105 110 115 102 100 100
RR 21 21 21 25 23 19 27
SUHU 37.2 37.3 37.5 38 37.8 37.2 38.21
EYE 1 1 1 1 1 1 1
Output MOTORIK 1 1 1 1 1 1 1
VERBAL Tube Tube Tube Tube Tube Tube Tube

Data penghitungan balance cairan

Hari/tanggal : Senin 28 Septeber 2015

Input :
28

- Minum : 20 ml
- Makan : 10 ml
- Infus : 528 ml (1 flabot infus / 6 jam)

TOTAL : 558 ml

Output :

- Urin : 900 ml
- Feses : 30 ml
- Keringat : -
- IWL : 150 cc/kg BB(dalam 6 jam)
- Cairan NGT : 30 ml

TOTAL : 1110 ml

BALANCE CAIRAN : -552 ml

Hari/tanggal : 29 september 2015

Input :

- Minum : 100 ml
- Makan : 300 ml
- Infus : 500 ml ( 1 flabot infuse/ 6 jam)

TOTAL : 900 ml

Output :

- Urin : 1050 ml
- Feses : -
- Keringat : -
- IWL : 150 cc/kg BB (dalam 6 jam)
- Cairan NGT : 300 ml

TOTAL : 1500 ml

BALANCE CAIRAN : - 600 ml

Hari/tanggal : 30 september 2015

Input :

- Minum : 70 ml
29

- Makan : 110 ml
- Infus : 500 ml ( 1 flabot infuse)

TOTAL : 1310 ml

Output :

- Urin : 800 ml
- Feses : -
- Keringat : -
- IWL : 150 (dalam 5 jam)
- Cairan NGT : -

TOTAL : 950 ml

BALANCE CAIRAN : + 360

Monitoring cairan per jam

Tanggal 28 september 2015

Jam 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00


Minum 10
Input Makan 20
Infuse 88 cc 88 cc 88 cc 88 cc 88 cc 88 cc 88 cc
Urin - - - 900 cc - - -
Output Feses - - 30 cc - - - -
Keringat
IWL 25 25 25 25 25 25 25
Cairan - - 30 - - - -
NGT
Balance Total
cairan

Monitoring cairan per jam


30

Tanggal 29 september 2015

Jam 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00


Minum 50 - - 50 - - -
Input Makan 200 - - 100 - - -
Infuse 46 cc 88 cc 88 cc 88 cc 88 cc 88 cc 88 cc
Urin - - - 1050 cc - - -
Output Feses - - - - - - -
Keringat
IWL 25 25 25 25 25 25 25
Cairan - - 300 - - - -
NGT
Balance Total
cairan

Monitoring cairan per jam

Tanggal 30 september 2015

Jam 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00


Minum 20 30
Input Makan 10 100
Infuse 88cc 88 cc 88 cc 88 cc 88 cc 88 cc 88 cc
Urin - - - 800 cc - - -
Output Feses - - - - - - -
Keringat
IWL 25 25 25 25 25 25 25
Cairan - - - - - - -
NGT
Balance Total
cairan

D. DATA LABORATORIUM

Tanggal & Jenis Hasil Harga satuan Interpretasi


Jam pemeriksaan PEMERIKSAAN Normal

28/ 09 /2015 Fibrinogen 456,0 154,3 397,9 mg /dl

HB 11.1 11.7 15.5 g /dl


HT 32.6 35.0 47.0 %
Trombosit 67 150 450 10^3 / ul
Leukosit 15.8 3.6 11.0 10^3 / ul
31

Cholesterol Total *236 < 200 mg/ dl


HDL *34 >= 35 mg/ dl
LDL *166 <130 mg/ dl
Triglerisida *210 <160 mg/ dl

29 / 09 / HB 11.8 11.7 15.5 g /dl


2015 HT 34.5 35.0 47.0 %
Trombosit 83 150 450 10^3 / ul
Leukosit 17.9 3.6 11.0 10^3 / ul

Natrium 138 135 147 mmol/L


Kalium 3.7 3.5 5.0 mmol/L
Klorida 103 95 105 mmol/L

Albumin 3.4 3.4 4.8 g/dl

HB 12.0 11.7 15.5 g /dl


30 / 09 / HT 35.5 35.0 47.0 %
2015 Trombosit 107 150 450 10^3 / ul
Leukosit 16.2 3.6 11.0 10^3 / ul

Patway Kasus

Hipertensi Tidak Terkontrol

Peningkatan Sistemik

Aneurisma

Pecahnya Pembuluh Darah Otak ( Perdarahan Intra Cranial )


32

Penekanan Massa Pada Jaringan Otak

Peningkatan Tekanan Intracraniial

Fungsi Otak Menurun Gangguan Aliran Darah dan Penekanan Saluran Pernafasan
Oksigen Ke Otak
Penurunan Tingkat Kesadaran Pemasangan Alat Invasif
Perfusi Jaringan Serebral Tidak Ventilator
Pemasangan Alat Invasif Efektif : Cedera
Penumpukan Sekret
Resiko Tinggi Infeksi
Kebersihan Jalan Nafas Tidak
Efektif

3. INTERVENSI
No Diagnosa Kep Tujuan Intervensi

1 Perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan perfusi serebral

cerebral tidak keperawatan 3x24 jam


o Kaji kesadaran klien
efektif: cedera b.d diharapkan perfusi jaringan o Monitor status respirasi
o Kolaborasi obat-obatan
gangguan sirkulasi efektif dg KH:
untuk memepertahankan
darah ke otak
Perfusi jaringan cerebral: status hemodinamik
o Monitor laboratorium utk
Fungsi neurology
status oksigenasi: AGD
meningkat
TIK dalam batas normal

Kelemahan berkurang
Monitor neurology
Status neurology:
1) Monitor pupil: gerakan,
33

No Diagnosa Kep Tujuan Intervensi

Kesadaran meningkat kesimetrisan, reaksi pupil


Fungsi motorik 2) Monitor kesadaran,orientasi,

meningkat GCS dan status memori


Fungsi persepsi sensorik 3) Ukur vital sign
4) Kaji peningkatan kemampuan
meningkat
Komunikasi kognitif motorik, persepsi sensorik

meningkat ( respon babinski)


Tanda vital stabil 5) kaji tanda-tanda keadekuatan

perfusi jaringan cerebral


6) Hindari aktivitas yg dapat

meningkatkan TIK
7) Laporkan pada dokter ttg

perubahan kondisi klien


2 Kebersihan jalan Setelah diberikan asuhan Intervensi

napas tidak keperawatan 3 x 24 jam


1) Pemantauan pernapasan pasien ,
efektif diharapkan bersihan jalan
mengumpulkan dan menganalisis
berhubungan napas klien efektif dengan
data pasien ( tanda vital )
dengan kriteria hasil : 2) Manajemen jalan napas
3) Berikan udara/oksigen
penumpukan 4) Pengaturan posisi, mengubah
Menunjukan
secret posisi pasien
pembersihan jalan 5) Lakukan dan bantu dalam terapi

napas yang efektif , nebulizer


6) Pengisapan jalan napas
yang dibuktikan oleh
( suction )
pencegahan aspirasi, 7) Kolaborasi pemberian obat

status ventilasi tidak

terganggu
Menunjukan status
34

No Diagnosa Kep Tujuan Intervensi

pernapasan :

kepatenan jalan napas

yang dibuktikan oleh

indicator:

a. Kemudahan

bernapas
b. Frekuensi dan irama

pernapasan baik
c. Pergerakan sputum

keluar dari jalan

napas
d. Pergerakan sumbatan

keluar dari jalan

napas
35

No Diagnosa Kep Tujuan Intervensi

s3 Resiko tinggi Setelah diberikan asuhan 1) Berikan perawatan secara aseptic


terhadap infeksi dan antiseptic
keperawatan 3 x 24 jam
2) pertahankan teknik cuci tangan
berhubungan
diharapkan bersihan jalan yang baik
dengan
3) catat karakteristik dari drainase
pemasangan alat napas klien efektif :
dan adanya inflamasi
invasive 4) Pantau suhu tubuh secara teratur.
Mempertahankan Catat adanya demam, menggigil,
nonmotermia, bebas dan penurunan kesadaran
5) Batasi pengunjung yang dapat
tanda-tanda infeksi menularkan infeksi atau cegah
Mencapai
pengunjung yang mengalami
penyembuhan luka infeksi saluran napas bagian atas
tepat pada waktunya.

Tangaal 28 sept 2015

Dx Catatan perkembangan Paraf


dx. 1 S:-
O: K/U kesadaran spoor, GCS E1 M3 Vtube, pupil
, reflek cahaya +/ , akral hangat, pulse arteri
radialis teraba cukup, respirasi on ventilator, mode
SIMV, VT 360, peep 5, Fio2 40%, terpasang NGT,
terdapat luka post op craniotomy tertutup kasa steril
+ hepafix, terpasang CVP di subclavia sinistra,
clinimix + clinoloid/24 jam, infuse Rl/12 jam, tramal
200mg/jam, terpasang D/C terpasang lancer, dengan
produksi urine ada, warna kuning jernih, dengan
observasi hemodinamik :
TD : 126/86 mmHg
HR: 86x/i
36

SPo2 % :99 %
RR : 22x/i

A: - Mika miki per 2 jam


- Mengatur posisi pasien head up 30-45
- Chest fisioterapi
P: Masalah belum teratasi
- Obsrevasi K/U, kesadaran dan vital sign
- Kaji peningkatan kemampuan motorik,
- Kaji tanda-tanda keadekuatan perfusi
jaringan cerebral
- Hindari aktivitas yg dapat meningkatkan TIK
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat

S:-
O: K/U kesadaran spoor, GCS E1 M3 Vtube, pupil
Dx 2
, reflek cahaya +/ , akral hangat, pulse arteri
radialis teraba cukup, respirasi on ventilator, mode
SIMV, VT 360, peep 5, Fio2 40%, terpasang NGT,
terdapat luka post op craniotomy tertutup kasa steril
+ hepafix, terpasang CVP di subclavia sinistra,
clinimix + clinoloid/24 jam, infuse Rl/12 jam, tramal
200mg/jam, terpasang D/C terpasang lancer, dengan
produksi urine ada, warna kuning jernih, dengan
observasi hemodinamik :
TD : 126/86 mmHg
HR: 86x/i
SPo2 % :99 %
RR : 22x/i
A: - Suction
- Mengatur posisi pasien 45
- Chest fisioterapi
37

- Memberi oksigen 40%


P : Masalah belum teratasi
- Berikan udara/oksigen
- Pengaturan posisi, mengubah posisi pasien
- Lakukan dan bantu dalam terapi nebulizer
- Pengisapan jalan napas ( suction )
- Kolaborasi pemberian obat

S :-
O : K/U kesadaran spoor, GCS E1 M3 Vtube, pupil
, reflek cahaya +/ , akral hangat, pulse arteri
radialis teraba cukup, respirasi on ventilator, mode
Dx 3 SIMV, VT 360, peep 5, Fio2 40%, terpasang NGT,
terdapat luka post op craniotomy tertutup kasa steril
+ hepafix, terpasang CVP di subclavia sinistra,
clinimix + clinoloid/24 jam, infuse Rl/12 jam, tramal
200mg/jam, terpasang D/C terpasang lancer, dengan
produksi urine ada, warna kuning jernih, dengan
observasi hemodinamik :
TD : 126/86 mmHg
HR: 86x/i
SPo2 % :99 %
RR : 22x/i
A : - Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
therapi antibiotic
- Melakukan perawatan CVP
- Personal higine
- Perawatan luka post operasi / ganti verban
P : Masalah belum teratasi
- Berikan perawatan 37pecime dan antiseptic
- Pertahankan teknik cuci tangan yang baik
- Pantau suhu tubuh secara teratur. Catat
adanya demam, menggigil,
38

- Batasi pengunjung yang dapat menularkan


infeksi atau cegah pengunjung yang
mengalami infeksi saluran napas bagian atas
- Beri terapai sesuai advis

Tanggal 29 september 2015

Dx Catatan Perkembangan Paraf


Dx 1 S:-
O: K/U kesadaran spoor, GCS E1 M3 Vtube, pupil
, reflek cahaya +/ , akral hangat, pulse arteri
radialis teraba cukup, respirasi on ventilator, mode
SIMV, VT 360, peep 5, Fio2 40%, terpasang NGT,
terdapat luka post op craniotomy tertutup kasa steril
+ hepafix, terpasang CVP di subclavia sinistra,
clinimix + clinoloid/24 jam, infuse Rl/12 jam, tramal
200mg/jam, terpasang D/C terpasang lancer, dengan
produksi urine ada, warna kuning jernih, dengan
observasi hemodinamik :
TD : 121/88 mmHg
HR: 89x/i
SPo2 % :99 %
RR : 26x/i

A: - Mika miki per 2 jam


- Mengatur posisi pasien head up 30-45
- Chest fisioterapi
- Monitor rch
- Monitor vital sign
P: Masalah belum teratasi
- Obsrevasi K/U, kesadaran dan vital sign
- Kaji peningkatan kemampuan motorik,
- Kaji tanda-tanda keadekuatan perfusi
39

jaringan cerebral
- Hindari aktivitas yg dapat meningkatkan TIK
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat
S:-
O: K/U kesadaran spoor, GCS E1 M3 Vtube, pupil
, reflek cahaya +/ , akral hangat, pulse arteri
radialis teraba cukup, respirasi on ventilator, mode
SIMV, VT 360, peep 5, Fio2 40%, terpasang NGT,
terdapat luka post op craniotomy tertutup kasa steril
+ hepafix, terpasang CVP di subclavia sinistra,
clinimix + clinoloid/24 jam, infuse Rl/12 jam, tramal
Dx 2 200mg/jam, terpasang D/C terpasang lancer, dengan
produksi urine ada, warna kuning jernih, dengan
observasi hemodinamik :
TD : 121/88 mmHg
HR: 89x/i
SPo2 % :99 %
RR : 26x/i

A: - Suction
- Mengatur posisi pasien 45
- Chest fisioterapi
- Membeir oksigen 40%
- Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian nebulizer
P : Masalah belum teratasi
- Berikan udara/oksigen
- Pengaturan posisi, mengubah posisi pasien
- Lakukan dan bantu dalam terapi nebulizer
- Pengisapan jalan napas ( suction )
- Kolaborasi pemberian obat

S :-
40

O : K/U kesadaran spoor, GCS E1 M3 Vtube, pupil


, reflek cahaya +/ , akral hangat, pulse arteri
radialis teraba cukup, respirasi on ventilator, mode
SIMV, VT 360, peep 5, Fio2 40%, terpasang NGT,
terdapat luka post op craniotomy tertutup kasa steril
+ hepafix, terpasang CVP di subclavia sinistra,
clinimix + clinoloid/24 jam, infuse Rl/12 jam, tramal
200mg/jam, terpasang D/C terpasang lancer, dengan
produksi urine ada, warna kuning jernih, dengan
observasi hemodinamik :
TD : 126/86 mmHg
HR: 86x/i
SPo2 % :99 %
RR : 22x/i
A : - Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
Dx 3
therapi antibiotik
- Melakukan perawatan CVP
- Personal higine
- Perawatan luka post operasi / ganti verban
P : Masalah belum teratasi
- Berikan perawatan 40pecime dan antiseptic
- Pertahankan teknik cuci tangan yang baik
- Pantau suhu tubuh secara teratur. Catat
adanya demam, menggigil,
- Batasi pengunjung yang dapat menularkan
infeksi atau cegah pengunjung yang
mengalami infeksi saluran napas bagian atas
- Beri terapai sesuai advis

Tanggal 30 september 2015

Dx Catatan perkembangan Paraf


Dx 1 S:-
41

O: K/U kesadaran spoor, GCS E1 M3 Vtube, pupil


, reflek cahaya +/ , akral hangat, pulse arteri
radialis teraba cukup, respirasi on ventilator, mode
SIMV, VT 360, peep 5, Fio2 40%, terpasang NGT,
terdapat luka post op craniotomy tertutup kasa steril
+ hepafix, terpasang CVP di subclavia sinistra,
clinimix + clinoloid/24 jam, infuse Rl/12 jam, tramal
200mg/jam, terpasang D/C terpasang lancer, dengan
produksi urine ada, warna kuning jernih, dengan
observasi hemodinamik :
TD : 139/94 mmHg
HR: 138x/i
SPo2 % :99 %
RR : 21x/i

A: - Mika miki per 2 jam


- Mengatur posisi pasien head up 30-45
- Chest fisioterapi
- Monitor rch
- Monitor vital sign
P: Masalah belum teratasi
- Obsrevasi K/U, kesadaran dan vital sign
- Kaji peningkatan kemampuan motorik,
- Kaji tanda-tanda keadekuatan perfusi jaringan
cerebral
- Hindari aktivitas yg dapat meningkatkan TIK
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat
S:-
O: K/U kesadaran spoor, GCS E1 M3 Vtube, pupil
, reflek cahaya +/ , akral hangat, pulse arteri
radialis teraba cukup, respirasi on ventilator, mode
SIMV, VT 360, peep 5, Fio2 40%, terpasang NGT,
terdapat luka post op craniotomy tertutup kasa steril
42

+ hepafix, terpasang CVP di subclavia sinistra,


clinimix + clinoloid/24 jam, infuse Rl/12 jam, tramal
200mg/jam, terpasang D/C terpasang lancer, dengan
Dx 2
produksi urine ada, warna kuning jernih, dengan
observasi hemodinamik :
TD : 139/94 mmHg
HR: 138x/i
SPo2 % :99 %
RR : 21x/i

A:- Suction
- Mengatur posisi pasien head up 45
- Chest fisioterapi
- Membeir oksigen 40%
- Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian nebulizer
- Kolaborasi dengan tim medis dalam
melakukan re-intubasi setelah 7 hari
pemasangan
P : Masalah belum teratasi
- Berikan udara/oksigen
- Pengaturan posisi, mengubah posisi pasien
- Lakukan dan bantu dalam terapi nebulizer
- Pengisapan jalan napas ( suction )
- Kolaborasi pemberian obat

S :-
O : K/U kesadaran spoor, GCS E1 M3 Vtube, pupil
, reflek cahaya +/ , akral hangat, pulse arteri
radialis teraba cukup, respirasi on ventilator, mode
SIMV, VT 360, peep 5, Fio2 40%, terpasang NGT,
terdapat luka post op craniotomy tertutup kasa steril
43

+ hepafix, terpasang CVP di subclavia sinistra,


clinimix + clinoloid/24 jam, infuse Rl/12 jam, tramal
200mg/jam, terpasang D/C terpasang lancer, dengan
produksi urine ada, warna kuning jernih, dengan
observasi hemodinamik :
TD : 126/86 mmHg
HR: 86x/i
SPo2 % :99 %
Dx 3
RR : 22x/i
A : - Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
therapi antibiotik
- Melakukan perawatan CVP
- Personal higine
- Perawatan luka post operasi / ganti verban
- Kolaborasi dengan tim medis dalam
melakukan re-intubasi setelah 7 hari
pemasangan

P : Masalah belum teratasi


- Berikan perawatan 43pecime dan antiseptic
- Pertahankan teknik cuci tangan yang baik
- Pantau suhu tubuh secara teratur. Catat
adanya demam, menggigil,
- Batasi pengunjung yang dapat menularkan
infeksi atau cegah pengunjung yang
mengalami infeksi saluran napas bagian atas
- Beri terapai sesuai advis
44

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Pada bab ini penulis akan membahas kasus yang telah ditulis dengan memberikan asuhan
keperawatan selama 3 hari pada Ny.V, dengan tujuan menganalisa kesamaan dan
kesenjangan teori dan kasus yang kami dapat pada Ny.V

A. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 28 September 2015 sampai tanggal 30


September 2015, data diperoleh dari observasi, status dan keluarga pasien.

Berdasarkan teori, pendarahan intraserebral adalah perdarahan dalam jaringan otak itu
sendiri, Hal ini dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau cidera kepala
terbuka. Sementara yang kami dapatkan pada kasus Ny. V penyebabnya adalah
pecahnya pembuluh darah diotak karena tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.

B. Diagnosa Keperawatan

Ada beberapa perbedaan yang pada teori dan kasus yang kami angkat. Diagnose
keperawatan di teori adalah Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b.d Tahanan
pembuluh darah infark, Nyeri kepala akut b.d peningkatan tekanan intracranial (TIK),
Resiko Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, Kerusakan mobilitas fisik b.d Kelemahan neutronsmiter, Gangguan
pemenuhan kebutuhan ADL b.d kelemahan fisik, Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan invasi MO.Sementara yang kami temui pada Ny.V yaitu Perfusi
jaringan tidak efektif: cedera b.d gangguan sirkulasi darah ke otak, Kebersihan jalan
napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret, Resiko tinggi terhadap
infeksi berhubungan dengan pemasangan alat invasive.
45

51
C. Perencanaan keperawatan
Setelah penulis melakukan pengkajian, dan diagnose keperawatan, maka penulis dapat
menentukan rencanakan keperawatan yang akan di lakukan pada Ny. V. pada umumya
rencana keperawatan yang akan diberikan pada Ny.V sesuai dengan teori dan sesuai
dengan kebutuhan dasar pasien pada saat dirawat. Jadi tidak ditemukan kesenjangan
yang signifikan antara teori dan kasus yang didapat.

D. Pelaksanaan keperawatan
Setelah dibuat perencanaan keperawatan, maka penulis dapat melaksanakan tindakan
keperawatan yang sudah dibuat, pada kasus ini penulis telah melakukan asuhan
keperawatan pada Ny.V, hanya saja setelah 3 hari dilakukan tindakan keperawatan,
pasien dirujuk ke rumah sakit lain, yang otomatis membuat asuhan keperawatan yang
dibuat tidak berjalan dengan baik dan tidak berkesinambungan.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil akhir pada asuhan keperawatan yang bertujuan untuk menilai
tingkat keberhasilan yang telah diberikan pada diagnose. Pada diagnose perfusi
jaringan cerebral telah diberikan kolaborasi dalam pemberian obat obatan dalam
mempertahankan status hemodinamik. pada diagnose kebersihan jalan nafas tidak
efektif, menurut penulis masalah keperawatan teratasi sebagian karena dilakukan
pembersihan jalan nafas dengan cara memberikan oksigen 40% pada ventilator,
mengatur posisi head up 45 derjat, dan melakukan suction. Dan pada diagnose resiko
infeksi telah di berikan tindakan pencegahan infeksi dengan memberikan perawatan
aseptic dan antiseptic, serta memberikan antibiotic. Pada saat penulis akan melakukan
penilaian lebih lanjut, penulis mendapat hambatan karena pasien akan dirujuk ke
rumah sakit lain dengan alasan biaya. Dalam hal ini penulis berharap semoga dirumah
sakit lain tersebut dapat dilanjutkan asuhan keperawan yang telah penulis lakukan pada
Ny.V.
46

BAB V

KESIMPULAN

Perdarahan intraserebral (PIS) adalah perdarahan fokal dari pembuluh darah dalam parenki
otak. Penyebabnya biasanya hipertensi kronis. Gejala umum termasuk deficit neurologis fokal,
seringkali dengan onset mendadak sakit kepala, mual, dan penurunan kesadran. Kebanyakan
perdarahan intrasebral juga dapat terjadi ganglia basal, lobus otak, otak kecil atau pons.
Perdarahan intrasebral juga dapat terjadi dibagian lain dari batang otak atau otak tengah. Ada
sindroma yang menyertai stroke hemoragik menurut Smith dapat dibagi menurut tempat
perdarahannya yaituputaminal hemorrhage, thalamic hemorrhage, pontin hemorrhage,
cerebellar hemorrhage, lobar hemorrhage.
Pemeriksaan penunjang dengan lumbal fungsi, CT-scan, MRI, serta angiografi. Adapun
penatalaksanaannya diruang gawat darurat ( evaluasi cepat dan diagnosis, terapi umum,
stablisasi jalan napas dan pernapasan, stabilisasi hemodinamik, pemeriksaan awal fisik umum,
pengendalian peninggian TIK, pengendalian kejang, pengendalian suhu tubuh, pemeriksaan
penunjang ) kemudian penatalaksanaan di ruang rawat inap ( cairan, nutrisi, pencegahan dan
mengatasi komplikasi, penatalaksanaan medic lain. Penatalksanaan stroke perdarahan
intrasebral ( PIS ) meliputi terapi medic pada PIS akut ( terapi hemostatik, reversal of
anticoagulation ) dan tindakan operatif.
Prognosis bervariasi tergantung dari keparahan stroke, lokasi dan volume perdarahan.
Semakin rendah nilai GCS, maka prognosis semakin buruk dan tingkat mortalitasnya tinggi.
Semakin besar volume perdarahan maka prognosis semakin buruk. Dan adanya darah di dalam
ventrikel berhubungan dengan angka mortalitas yang tinggi. Adanya darah di dalam ventrikel
meningkatkan angka kematian sebanyak 2 kali lipat.

53

Вам также может понравиться