Вы находитесь на странице: 1из 37

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini yang berjudul:

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB PADA Ny. P P10001 UMUR 21 TAHUN

CALON AKSEPTOR KB PIL PROGESTIN DI PUSKESMAS NUNUKAN KABUPATEN

NUNUKAN.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan studi kasus ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam

penulisan laporan studi kasus ini, karena keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun demi penyempurnaannya.

Dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga laporan studi

kasus ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Nunukan,

Penulis

1
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Keluarga Berencana

1. Pengertian

Pengertian keluarga berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang

perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya

peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia

perkawinan (PUP) dengan kematangan reproduksi pada perempuana usia 20 tahun

keatas dan laki laki umr 25 tahun keatas, pengaturan kelahiran, pembinaan

ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.

2. Tujuan Program KB

Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi

program KB di muka adalah membangun kembali dan melestarikan pondasi yang

kokoh bagi pelaksana program KB nasional yang kuat di masa mendatang, sehingga

visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas dapat tercapai.

Sedangkan tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah

masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,

menurunkan tingkat/ angka kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan

masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas.

3
3. Sasaran Program KB

a. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per

tahun.

b. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.

c. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran

berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 persen.

d. Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.

e. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.

f. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.

g. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.

h. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif

dalam usaha ekonomi produktif.

i. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan

Program KB Nasional

4. Ruang Lingkup Program KB

Ruang lingkup program KB meliputi :

a. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)

b. Konseling

c. Pelayanan Kontrasepsi

d. Pelayanan Infertilitas

e. Sex education

f. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan

g. Konsultasi genetik 4
h. Tes keganasan

i. Adopsi

B. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)

1. Tujuan KIE

a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan

peserta baru

b. Membina kelestarian peserta KB

c. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio cultural yang dapat menjamin

berlangsungnya proses penerimaan

2. Jenis Kegiatan KIE

a. KIE Massa

b. KIE Kelompok

c. KIE Perorangan

3. Prinsip Langkah KIE

Prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE adalah :

a. Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah

b. Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu (status pendidikan, social

ekonomi dan emosi) sebagaimana adanya.

c. Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.

d. Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari kehidupan

sehari hari.

e. Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan risiko yang dimiliki ibu. 5
C. Konseling Pada Keluarga Berencana

1. Pengertian

Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien-

petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan

membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi.

Konseling Kontrasepsi : komunikasi tatap muka dimana satu pihak membantu pihak

lain untuk mengambil keputusan dan melaksanakan keputusan tersebut.

Konseling merupakan tindak lanjut dari KIE. Bila seseorang telah termotivasi melalui

KIE, maka selanjutnya ia perlu diberikan konseling.

2. Tujuan

Tujuan dalam pemberian konseling keluarga berencana antara lain :

a. Meningkatkan penerimaan

b. Menjamin pilihan yang cocok

c. Menjamin penggunaan cara yang efektif

d. Menjamin kelangsungan yang lama

3. Jenis Konseling

a. Konseling KB Awal atau Pendahuluan

Dilakukan pada mereka yang sama sekali belum tahu KB.

b. Konseling KB Pemilihan Cara 6


Dilakukan pada mereka yang sudah mengerti namun butuh pertolongan atau bantuan

memilih cara atau metode kontrasepsi keluarga berencana.

c. Konseling KB Pemantapan

Dilakukan untuk mereka yang sudah memahami dan akan menggunakan alat

kontrasepsi.

d. Konseling KB Pengayoman

Dilakukan pada mereka yang sudah memakai alat kontrasepsi.

e. Konseling KB Perawatan /Pengobatan

Dilakukan pada mereka yang mengalami keluhan, kegoncangan emosi akibat memakai

alat kontrasepsi.

4. Langkah langkah dalam Konseling

Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon KB yang baru, hendaknya dapat

diterapkan enam langkah yaitu SATU TUJU. Namun dengan penerapan SATU TUJU

tersebut tidak perlu dilakukan secara berurutan karena petugas kesehatan harus

menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien, langkah langkah tersebut antara lain :

a. SA : Sapa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian

sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin

privasinya, Bangun percaya diri pasien. Dan tanyakan apa yang perlu dibantu dan

jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.

b. T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien pengalaman tentang

KB, kesehatan reproduksi dan Tanyakan kontrasepsi yang ingin digunakan.

c. U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan bantu klien pada jenis

kontrasepsi yang paling dia ingini serta jelaskan jenis yang lain. 7
d. TU : Bantu klien berfikir apa yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya dan

Tanyakan apakah pasangan mendukung pilihannya.

e. J : Jelaskan secara lengkap bagaiman menggunakan kontrasepsi pilihannya setelah

klien memilih jenis kontrasepsinya, jelaskan bagaimana penggunaannya dan jelaskan

manfaat ganda dari kontrasepsi.

f. U : Kunjungan Ulang. Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan

atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan dan apabila terjadi suatu masalah.

D. Oral Kontrasepsi Pil Progestin

1. Pengertian

Pil progestin (mini pil) adalah metode kontrasepsi yang mengandung hormon

steroid (progesteron sintetis saja) yang digunakan per oral.

( Hidayati, 2009)

2. Cara kerja pil progestin (mini pil)

a. Menekan ovulasi.

b. Mencegah implantasi.

c. Mengentalkan serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.

d. Mengubah motilitas ruba sehingga transportasi sperma terganggu.

3. Jenis pil progestin (mini pil)

a. Kemasan dengan isi 35 pil: 300 g levonorgestrel atau 350 g noretindron.

b. Kemasan dengan isi 28 pil: 75 g desogestrel.

4. Contoh pil progestin (mini pil)

a. Exluton mengandung 0,5 mg linestrenol. 8


b. Femulen mengandung 0,5 mg diassetat.

c. Ourette, noegest mengandung 0,5 mg norgeestrel.

5. Keuntungan pil progestin (mini pil)

a. Keuntungan kontrasepsi.

1) Sangat efektif bila digunakan secara benar.

2) Sangat efektif pada masa laktasi.

3) Tidak mengganggu hubungan seksual.

4) Tidak mempengaruhi ASI.

5) Kesuburan cepat kembali.

6) Sedikit efek samping.

7) Dosis rendah.

8) Nyaman dan mudah digunakan.

9) Dapat dihentikan setiap saat.

10) Tidak mengandung estrogen.

b. Keuntungan non-kontrasepsi.

1) Mengurangi nyeri haid.

2) Mengurangi jumlah darah haid.

3) Menurunkan tingkat anemia.

4) Mencegah kanker endometrium.

5) Melindungi dari penyakit radang panggul.

6) Tidak meningkatkan pembekuan darah.

7) Dapat diberikan pada penderita endometriosis.

8) Kurang menyebabkan peningkatan tekanan darah, nyeri kepala dan depresi. 9


9) Dapat mengurangi keluhan premenstrual sindrom (sakit kepala, perut kembung, nyeri

payudara, nyeri pada betis, lekas marah).

6. Kerugian pil progestin (mini pil)

a. Hampir 30-60 % mengalami gangguan haid (spotting, amenorea).

b. Peningkatan atau penurunan berat badan.

c. Meningkatkan nafsu makan.

d. Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.

e. Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar.

f. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat.

g. Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi.

h. Efektifitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat tuberkulosis

atau obat epilepsi.

i. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS.

7. Indikasi pil progestin (mini pil)

a. Usia reproduksi, baik yang sudah mempunyai anak ataupun yang belum mempunyai

anak.

b. Memiliki masalah dengan pembekuan darah seperti trombositosis yaitu peningkatan

jumlah trombosit.

c. Pascapersalinan dan menyusui.

d. Pascakeguguran.

8. kontraindikasi pil progestin (mini pil)

a. Hamil/ diduga hamil.

b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. 10


c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.

d. Menggunakan obat tuberkulosis atau epilepsi.

e. Kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

f. Sering lupa menggunakan pil.

g. Mioma uterus.

h. Riwayat stroke.

9. Efek samping pil Progestin

a. Amenore.

b. Mual, pusing atau muntah.

c. Berjerawat (acne).

d. Spotting.

e. Penambahan berat badan.

10. Cara pemakaian pil Progestin (mini pil)

a. Minum pil pertama pada hari 1-5 siklus menstruasi.

b. Minum pil setiap hari pada saat yang sama.

c. Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pascapersalinan dan tidak menstruasi,

mini pil dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak memerlukan metode

kontrasepsi tambahan karena sudah menggunakan metode kontrasepsi MAL (metode

amenore laktasi) yang merupakan alat kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air

susu ibu (ASI).

d. Bila lupa 1 atau 2 pil, minum segera pil yang terlupa dan gunakan metode pelindung

sampai akhir bulan. Bila terlambat lebih dari 3 jam, minumlah pil tersebut begitu ingat.

11
e. Walaupun belum menstruasi, mulailah paket baru sehari setelah paket terahir habis.

E. Konsep Teori Menurut Hellen Varney

Menurut Hallen Varney ada 7 langkah dalam manajemen kebidanan yaitu :

1. Langkah 1 : Tahap Pengumpulah Data Dasar

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari

semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan

dengan cara :

a. Anamnesis. Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat

kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, bio-psiko-sosial-spiritual, serta

pengetahuan klien.

b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,

meliputi :

1) Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auscultasi, dan perkusi )

2) Pemeriksaan penunjang ( laboratorium, radiologi/USG, dan cacatan terbaru serta

catatan sebelumnya ).

Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya,

sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan

menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya.

Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan

hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya

dan valid.

Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.

13
2. Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan

interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.

Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan

diagnosis dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis dan masalah keduanya

digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap

membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang

dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah

juga sering menyertai diagnosis.

Diagnosis kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek

kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan.

Standar nomenklatur diagnosis kebidanan :

a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi.

b. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.

c. Memiliki cirri khas kebidanan.

d. Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.

e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

3. Langkah 3 : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi

Penanganannya.

Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial

berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan

dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah potensial ini 15
menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan

yang aman.

Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah

potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga

merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi.

Sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional

atau logis.

Kaji ulang apakah diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.

4. Langkah 4 : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera

Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau tenaga

konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai

dengan kondisi klien.

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau

kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus

menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.

Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin

mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk

kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak.

Data baru mungkin saja dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang 16
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari

seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan

konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeklampsia, kelainan panggul,

adanya penyakit jantung, diabetes, atau masalah medic yang serius, bidan memerlukan

konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi

atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi

atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu

mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan

kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.

Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.

5. Langkah 5 : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-

langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah

atau diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data

yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah

terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari

kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan

akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu

merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi- 17
kultural atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut

sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan.

Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dan klien

agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana

asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum

melaksanakannya.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional

dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai

dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.

6. Langkah 6 : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan

pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias

dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan

lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab

untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah tersebut

benar-benar terlaksana.

Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien

yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi

klien adalah tetap bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama

yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya

serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.

Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.

18
7. Langkah 7 : Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah

terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan

masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam

pelaksanaannya.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian

belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu

kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap

asuhan yang tidak efektif melalui manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian

terhadap rencana asuhan tersebut.

Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang

memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada

proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik

dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin

proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja

F. Penerapan Menejemen Kebidanan Varney

1. Pengkajian

`Pengkajian adalah suatu langkah awal yang dipakai dalam menerapkan asuhan

kebidanan pada pasien.Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang klien

dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien.

Data ini difokuskan pada :

19
a. Data Subjektif

1) Biodata

a) Nama : Dikaji dengan nama jelas dan lengkap agar tidak terjadi kekeliruan dalam

melaksanakan tindakan.

b) Umur : Dikaji untuk mengetahui dan memberikan perencanaan keluarga pada pasien

dengan tepat sesuan 3 fase perencanaan KB

c) Agama : Untuk mengetahui keyakinan yang dianut klien Sehingga dapat

mempermudah dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

d) Suku/bangsa : Untuk mengetahui sosial budaya dan adat istiadat yang dianut pasien

sehingga dapat mempermudah dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

e) Pendidikan : Pendidikan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat kemampuan klien.

Karena pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.

f) Alamat : Untuk mengetahui pasien tinggal dimana

2) Keluhan Pasien

Dikaji keluhan pasien yang berhubungan dengan penggunaan KB.

3) Riwayat Kesehatan Pasien

Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah menderita atau

sedang menderita penyakit-penyakit meliputi hipertensi, jantung, TBC, paru-paru, asma,

diabetes mellitus, riwayat penyakit/ trauma tulang punggung.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga mempunyai riwayat

penyakit keturunan meliputi penyakit hipertensi, jantung, asma, diabetes mellitus, dan

riwayat keturunan kembar. 20


5) Riwayat Obstetri

a) Riwayat haid

Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat darah haid,

dismenorhea atau tidak, flour albus atau tidak

b) Riwayat perkawinan

Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama pasien menikah, sudah berapa kali pasien

menikah, berapa umur pasien dan suami pada saat menikah, sehingga dapat diketahui

apakah pasien masuk dalam infertilitas sekunder atau bukan..

c) Riwayat persalinan yang lalu

Jika ia pernah melahirkan, apakah ia memiliki riwayat kelahiran dengan operasi atau

tidak.

d) Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah ibu sudah menjadi akseptor KB lain sebelum menggunakan

KB pil dan sudah berapa lama menjadi akseptor KB tersebut.

e) Pola kehidupan sehari-hari

(1) Pola nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis

makanan, dan makanan pantangan atau terdapatnya alergi.

(2) Pola eliminasi

Dikaji untuk mengetahui tentang BAB dan BAK baik frekuensi dan pola sehari-hari

(3) Pola istirahat

Dikaji untuk mengetahui pola tidur serta lamanya tidur.

(4) Pola seksual 21


Dikaji apakah ada gangguan atau keluhan dalam hubungan seksual.

(5) Pola aktifitas

Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh

aktifitas terhadap kesehatannya.

(6) Pola personal hygiene masalah dan lingkungan

Mandi berapa kali, gosok gigi berapa kali, kramas berapa kali, bagaimana kebersihan

lingkungan apakah memenuhi syarat kesehatan.

f) Data pengetahuan

Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan usaha yang akan dilakukan ibu,

mengenai jenis jenis alat kontrasepsi, manfaat dan efek samping.

g) Data Psikologis

Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui keadaan psikologi ibu sehubungan dengan

hubungan pasien dengan suami, keluarga, dan tetangga. Dan bagaimana pandangan

suami dengan alkon yang dipilih apakah mendapat dukungan atau tidak.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Dilakukan pemeriksaan umum untuk mengkaji keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda

vital (TD, nadi, suhu, dan RR) yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan ibu

berkaitan dengan kondisi yang dialaminya, Sehingga bidan dapat mengambil keputusan

untuk melakukan tindakan medis pada pasien.

2) Status Present

a) Kepala

Periksa keadaan kepala dan kulit kepala, distribusi rambut rontok atau tidak. 22
b) Mata

Untuk mengetahui konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak, dan untuk

mengetahui kelopak mata cekung atau tidak.

c) Hidung

Diperiksa untuk mengetahui ada polip atau tidak.

d) Mulut

Diperiksa untuk mengetahui apakah ada stomatitis atau tidak. Dan ada caries dentis

atau tidak.

e) Telinga

Diperiksa untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi telinga seperti OMA atau

OMP.

f) Leher

Diperiksa apakah ada pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.

g) Ketiak

Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak.

h) Dada

Untuk mengetahui dada simetris atau tidak, ada retraksi dinding dada saat respirasi

atau tidak.

i) Mammae

Apakah ada kelainan pada bentuk payudara seperti benjolan abnormal atau tidak.

j) Abdomen

Diperiksa untuk mengetahui adanya bekas operasi pada daerah abdomen atau tidak.

k) Pinggang 23
Untuk mengetahi adanya nyeri tekan waktu diperiksa atau tidak.

l) Genitalia

Dikaji apakah adanya condiluma aquminata dan diraba adanya infeksi kelenjar batholini

dan kelenjar skene atau tidak.

m) Punggung

Periksa apakah ada kelainan tulang punggung atau tidak.

n) Anus

Apakah pada saat inspeksi ada hemoroid atau tidak.

o) Ekstremitas

Diperiksa apakah ada varises atau tidak , apakah ada odem dan kelainan atau tidak.

2. Interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa/ masalah

Interpretasi dibentuk dari data dasar, dalam hal ini dapat berupa diagnosa kebidanan,

masalah dan keadaan pasien.

a. Diagnosa kebidanan

Diagnosa yang dapat ditegakan adalah diagnosa yang berkaitan dengan para, abortus ,

umur ibu, dan kebutuhan

Dasar dari diagnosa tersebut :

1) Pernyataan pasien mengenai identitas pasien

2) Pertanyaan mengenai jumlah persalinan

3) Pernyataan pasien mengenai pernah atau tidak mengalami abortus.

4) Pernyataan pasien mengenai kebutuhannya

5) Pertanyaan pasien mengenai keluhannya

6) Hasil pemeriksaan : 25
a) Pemeriksaan keadaan umum pasien

b) Pemeriksaan status emosional pasien

c) Pemeriksaan kesadaran pasien

d) Pemeriksaat tanda tanda vital pasien

b. Masalah

Tidak ada

3. Diagnosa Potensial

Tidak ada

4. Antisipasi Masalah

Tidak ada

5. Perencanaan /Intervensi

Lakukan komunikasi terapiutik pada pasien dan merencanakan asuhan kebidanan

sesuai dengan kasus yang ada yang didukung dengan pendekatan yang rasional

sebagai dasar untuk mengambil keputusan sesuai langkah selanjutnya. Perencanaan

berkaitan dengan diagnose kebidanan, masalah dan kebutuhan.

a. Berkaitan dengan diagnose kebidanan

1) Pemberian informasi tentang hasil pemeriksaan keadaan pasien

2) Pemberian informasi tentang indikasi dan kontraindikasi

3) Pemberian informasi tentang keuntungan dan kerugian.

4) Pemberian informasi tentang cara penggunaan

b. Berkaitan dengan masalah

Pemberian informasi mengenai proses atau cara kerja pil progestin.

6. Pelaksanaan/ Implementasi 26
Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnose kebidanan, masalah pasien

sesuai rencana yang telah dibuat, pelaksanaan tersebut hendaknya dibuat secara

sistematis, agar asuhan kebidanan dapat diberikan dengan baik dan melakukan follow

up.

a. Memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan keadaan pasien

b. Memberikan informasi tentang indikasi dan kontraindikasi

c. Memberikan informasi tentang keuntungan dan kerugian

d. Memberikan informasi tentang cara penggunaan

7. Evaluasi

Langkah ini merupakan langkah terakhir dari semua tindakan guna mengetahui apa

yang telah dilakukan bidan, apakah implementasi sesuai dengan perencanaan dan

harapan dari asuhan kebidanan yang diberikan.

a. Pasien mengetahui tentang kondisinya

b. Pasien mengetahui tentang indikasi dan kontraindikasi KB pil progestin

c. Pasien mengetahui tentang keuntungan dan kerugian KB Pil progestin

d. Pasien mengetahui tentang cara penggunaan KB pil progestin.

27
BAB II

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB

Ny P P1A0 UMUR 21 TAHUN CALON AKSEPTOR KB PIL PROGESTIN

DI PUSKESMAS NUNUKAN

Tanggal Masuk : 29 Februari 2016 Tingkat Semester : IV

I. PENGKAJIAN

A. Data Subyektif

Identitas/ Biodata

Nomer RM :

Nama Ibu : Ny P Nama Suami : Tn. H

Umur : 21 tahun Umur : 25 tahun

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta

Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Alamat : JL. Kamiluto raya 16 Tlogosari Semarang

Anamnesa pada tanggal 29 februari 2016 pukul 10.00 WIB 28


1. Alasan datang : Ibu ingin menggunakan KB pil setelah 1 bulan melahirkan

2. Keluhan Utama : Tidak ada keluhan.

3. Riwayat kesehatan :

a. Riwayat kesehatan sekarang

Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit menular (HIV/AIDS, TBC, hepatitis),

menurun (DM,hipertensi, asma), menahun (jantung, ginjal)

b. Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu menyatakan bahwa tidak pernah menderita penyakit menular seperti (HIV/AIDS,

TBC, hepatitis) menurun seperti (hipertensi, DM, Asma) dan menahun seperti (jantung ,

ginjal)

c. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu menyatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular

(HIV/AIDS, TBC, hepatitis), menurun (DM, hipertensi), menahun (jantung, ginjal)

Riwayat Obstetri

1. Riwayat menstruasi :

a. Menarche : 13 tahun Siklus : 28 hari

b. Lama : 7 hari Jumlah : 2-3 x ganti pembalut /hari

c. Warna : Merah darah Keluhan : tidak ada

2. Riwayat Perkawinan :

a. Umur waktu nikah : 20 tahun

b. Lama : 1 tahun

c. Perkawinan ke :1 29
d. Jumlah anak : 1

3. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu :

Hamil Penyulit/ Tgl Lahir Jenis Jenis Penolong BB Keadaan Nifas

Ke komplikasi Anak Kelamin Persalinan lahir Anak

Anak

1 Tidak ada 29 Spontan Bidan 2800 gr Sehat Normal

januari

2016

4. Riwayat KB :

Jenis Lama Keluhan Alasan

penggunaan berhenti

Dahulu : belum pernah - - -

KB

Rencana: KB pil

progestin

30
5. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari :

Kebutuhan Frekuensi Keluhan

Nutrisi :

makan Makan 3x/ hari Tidak ada keluhan


dengan nasi porsi
sedang, lauk pauk
dan sedikit sayur.

Minum 6- 7 gelas
Minum per hari Tidak ada keluhan

Eliminasi :

BAK Ibu BAK 4 6 x Tidak ada keluhan

BAB /hari Tidak ada keluhan

Ibu BAB 1x /hari

Istirahat 8 9 jam /hari Tidak ada keluhan

Aktifitas Melakukan aktifitas Tidak ada keluhan

rumah tangga

Personal Mandi 2x/hari , Tidak ada keluhan

Hygiene gosok gigi 2x/hari,

ganti baju 2x/hari,

ganti celana dalam 31


3x/hari

Rekreasi 1 bulan sekali Tidak ada keluhan

Pola seksual 1x /minggu Tidak ada keluhan

6. Data Psikologis :

Klien mengatakan senang karena telah memiliki anak dan sekarang dia ingin berKB

untuk menunda kehamilannya

7. Data Sosial Budaya :

a. Hewan peliharaan : ibu menyatakan tidak memiliki hewan peliharaan.

b. Lingkungan : ibu menyatakan lingkungan rumahnya bersih, nyaman dan tidak

kumuh.

c. Hubungan dengan suami dan/ keluarga : ibu menyatankan hubungannya dengan

keluarga dan suami harmonis, saling menyayangi

d. Adat istiadat : ibu menyakan tidak menganut adat istiadat yang ada dalam

keluargannya

8. Data Spiritual : ibu menyatakan beragama islam menjalankan sholat 5 waktu sesuai

dengan kepercayaannya

9. Pengetahuan Ibu :

a. Tentang jenis alat kontrasepsi : ibu mengetahui jenis kontrasepsi antara lain pil,

suntik, IUD dan steril.

b. Tentang efek samping : ibu menyatakan jika memakai KB pil dan suntik dapat

menyebabkan kegemukan, kalau memakai IUD akan mengalami ketidaknyamanan saat

berhubungan suami istri dan kalau melakukan steril dia tidak kan hamil lagi 32
c. Tentang manfaat kontasepsi : ibu menyatakan jika memakai alat kontrasepsi dapat

menunda kehamilan

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmenthis

c. Status emosional : Stabil

d. Tanda vital

1) Tensi : 110/80 mmHg

2) Nadi : 84x/ menit

3) RR : 22x/ menit

4) Suhu : 36,7C

5) BB : 59 kg

e. Status present

1) Kepala : Mesochepal

a) Rambut : distribusi merata, tidak rontok dan kulit kepala tidak ketombe

b) Muka : tidak ada oedema, tidak pucat

c) Mata : conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

d) Hidung : bersih, tidak ada polip

e) Telinga : tidak ada serumen, simetris

f) Mulut : tidak ada caries dentis, stomatitis dan gigi berlubang 33


2) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis

3) Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada

4) Mammae : simetris, tidak ada benjolan abnormal

6) Perut : tidak ada pembesaran hati dan limfa

7) Pinggang : tidak ada nyeri tekan

8) Genetalia : bersih, tidak ada varises

9) Anus : tidak ada hemoroid

10) Ekstremitas

a) Atas : tidak ada oedema, tidak pucat, tugor baik, jari jari lengkap

b) Bawah : tidak ada oedema, varises, tidak pucat, tugor baik

2. Pemeriksaan Penunjang/ laboratorium

a. Protein urine : Tidak dilakukan

b. HB : Tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Ny P10001 Umur 21 tahun calon akseptor KB pil progestin

Dasar :

DS :

a. Ibu menyatakan bernama Ny. P dan berumur 21 tahun

b. Ibu menyatakan sekarang ia masih menyusui anaknya.

c. Ibu menyatakan ingin menggunakan KB Pil Progestin untuk menunda kehamilannya

dan tidak menghambat produksi ASInya. 34


d. Ibu mengatakan tidak menderita penyakit yang mengharuskan dia untuk minum obat

yang dapat mengganggu penyerapan pil progestin.

DO :

a. KU : Baik

b. Kesadaran : composmentis

c. TTV :

1) Tensi : 110/80 mmHg

2) Nadi : 84x/ menit

3) BB sekarang : 59 kg

4) RR : 22x/ menit

5) TB : 156 cm

6) Suhu : 36,7C

III. IDENTIFIKASI MASALAH/ DIAGNOSA POTENSIAL

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

V. PERENCANAAN

1. Beritahu ibu tentang hasi pemeriksaan.

2. Beritahu kepada ibu bahwa KB Pil Progestin tidak mengganggu produksi ASI.

3. Beritahu kepada ibu tentang indikasi dan kontraindikasi dari KB pil Progestin

4. Beritahu kepada ibu tentang keuntungan dan kerugian dari KB Pil Progestin.

5. Beritahu kepada ibu tentang cara meminumnya 35


6. Lakukan informed consent dengan ibu jika ibu setuju menggunakan KB Pil Progestin

7. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi ( pil sudah habis) atau

jika ada keluhan.

VI. IMPLEMENTASI

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan, setelah dilakukan pemeriksaan tidak ada

kontraindikasi pada ibu untuk menggunanakan KB Pil Progestin.

2. Memberitahu kepada ibu bahwa pil KB progestin tidak menghambat produksi ASI

karena pil KB ini tidak memberikan efek samping estrogen (hormon wanita) yaitu

hormon yang dapat mempengaruhi produksi ASI.

3. Memberitahu kepada ibu tentang indikasi dan kontraindikasi KB pil progestin, yaitu :

a. Indikasi pil progestin (mini pil)

1) Usia reproduksi, baik yang sudah mempunyai anak ataupun yang belum mempunyai

anak

2) Memiliki masalah dengan pembekuan darah seperti trombositosis yaitu peningkatan

jumlah trombosit.

3) Pascapersalinan dan menyusui

4) Pascakeguguran

b. kontraindikasi pil progestin (mini pil)

1) Hamil/ diduga hamil.

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.

4) Menggunakan obat tuberkulosis atau epilepsi

5) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara 36


6) Sering lupa menggunakan pil

7) Mioma uterus

8) Riwayat stroke

4. Memberitahu ibu tentang keuntungan dan kekurangan dari KB Pil Progestin:

a. Keuntungan

1) Sangat efektif bila digunakan secara benar.

2) Tidak akan mengganggu hubungan suami istri.

3) Tidak mempengaruhi produksi ASI.

4) Kesuburan cepat kembali.

5) Nyaman dan mudah digunakan.

6) Sedikit efek samping.

7) Dapat dihentikan setiap saat.

b. Kekurangan

1) Akan mengalami gangguan haid.

2) Peningkatan atau penurunan berat badan.

3) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.

4) Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi besar.

5) Payudara menjadi tegang, mual, pusing dan kadang timbul jerawatr.

6) Tidak efektif jiga diminum bersamaan dengan obat lain seperti obat TBC dan epilepsi.

5. Memberitahu kepada ibu tentang cara meminum KB pil progestin, yaitu : 37


a. Mulai hari 1-5 siklus haid.

b. Diminum setiap hari pada saat yang sama.

c. Bila ibu minum pilnya terlambat lebih dari 3 jam, minumlah pil tersebut begitu ingat,

dan gunakan metode pelindung selama 48 jam.

d. Bila ibu lupa 1-2 pil minumlah segera pil yang terlupa dan gunakan metode pelindung

sampai akhir bulan.

6. Melakukan informed consent yaitu persetujuan tertulis yang dilakukan oleh bidan dan

ibu sebagai bukti bahwa ibu telah setuju memakai kontrasepsi tersebut dan sebagai

bukti jika terjadi suatu hal di kemudian hari.

7. Memberikan 1 paket KB Pil Progestin kepada ibu.

8. Menganjurkan kepad ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi (pil sudah

habis) atau jika ada keluhan.

VII. EVALUASI

1. Ibu mengetahui kondisinya dalm keadaan baik sehingga ia diperbolehkan untuk


menggunanakan KB Pil Progestin.

2. Ibu mengerti bahwa KB Pil Progestin tidak mengganggu produksi ASI.

3. Ibu mengerti tentang indikasi dan kontraindikasi KB Pil Progestin.

4. Ibu mengerti tentang keuntungan dan kerugian KB Pil Progestin.

5. Ibu mengerti tentang cara meminum KB Pil Progestin.

6. Bidan dan ibu telah melakukan informed consent tentang penggunaan KB Pil Progestin.

7. KB Pil progestin telah ibu dapat.

8. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi (pil sudah habis) atau jika
ada keluhan. 38
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Ratna, Metode dan Teknik Penggunaan Alat Kontrasepsi, Salemba Medika,
Jakarta, 2009

Novita, Dyah, Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, NUMED, Jogjakarta, 2009

Prawirohardjo, S., 2010, Ilmu Kebidanan, YBPSP. Jakarta

Varney, Helen dkk, Buku Asuhan Kebidanan, EGC, Jakarta, 2007

Вам также может понравиться