Вы находитесь на странице: 1из 66

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tujuan umum pembangunan kesehatan adalah peningkatan derajat
kesehatan yang optimal secara fisik, mental, dan sosial serta beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Akar permasalahan dari kurang memuaskannya kinerja pembangunan
kesehatan disebabkan bukan merupakan arus pembangunan nasional. Anggaran
pembangunan kesehatan di Indonesia masih sangat kecil, yaitu hanya sekitar 2%
dari anggaran tahunan pembangunan nasional. Akibatnya banyak program
pembangunan kesehatan yang penting untuk diselenggarakan terpaksa atau
dilaksanakan secara kurang memadai.
Selain itu, pengetahuan masyarakat tentang hidup sehat juga sangat
minim. Untuk itu, peran petugas kesehatan sangat mutlak diperlukan demi
terwujudnya masyarakat yang sehat secara fisik, mental, maupun sosial.
Kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa STIKES ICME Jombang di
Puskesmas Bareng meliputi kegiatan praktik manajemen kebidanan. Selain itu,
dalam kegiatannya di Puskesmas Bareng, mahasiswa diharapkan dapat memahami
struktur organisasi dan manajemen serta kegiatan yang meliputi pengenalan
wilayah, analisis masalah, menganalisis penyebab, dan mencari alternatif
pemecahan masalah.
Dengan adanya pengalaman belajar di lahan praktik ini, diharapkan
mahasiswa STIKES ICME Jombang akan mendapatkan bekal yang cukup untuk
terjun ke masyarakat, serta dapat mengenal dan menghayati aspek kesehatan dalam
kontek kehidupan masyarakat, serta belajar memecahkan masalah baik di bidang
kesehatan maupun non kesehatan.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan praktik manajemen kebidanan di
Puskesmas Bareng selama 2 minggu mahasiswa diharapkan mendapatkan

1
pengalaman nyata tentang peran tugas bidan di masyarakat terutama di
puskesmas serta dapat mengemban sikap profesional dalam melaksanakan
asuhan kebidanan dan mengikut sertakan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan.

1.2.2 Tujuan Khusus


Setelah melaksanakan kegiatan praktik manajemen kebidanan selama 2
minggu di Puskesmas Bareng diharapkan mahasiswa dapat:
1. Mengenal data umum di wilayah kerja Puskesmas Bareng.
2. Mengetahui program Puskesmas Bareng serta masalah kesehatan yang ada
di wilayah kerja di Puskesmas Bareng.
3. Mempelajari masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Bareng.
4. Mempelajari permasalahan sesuai dengan data yang ada.
5. Mempelajari permasalahan prioritas.
6. Mempelajari penyebab masalah prioritas
7. Mempelajari alternatif pemecahan masalah sesuai dengan prioritas masalah
yang sudah ditentukan.
8. Melaksanakan pembuatan laporan hasil praktik manajemen kebidanan di
Puskesmas Bareng.

1.3 SISTEMATIKA PENULISAN


Laporan ini di uraikan dalam 5 BAB yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Sistematikan Penulisan
1.4 Pelaksanaan
BAB II LANDASAN TEORI MANAJEMEN
BAB III GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
3.1 Keadaan Daerah
3.1.1 Data Geografis

2
3.1.2 Data Demografis
3.2 Visi dan Misi Puskesmas
3.3 Sarana Upaya Kesehatan
3.3.1 Sumber Dana
3.3.2 Sarana Kesehatan
3.3.3 SDM
3.3.4 Struktur Organisasi
3.4 Data Standart Pelayanan Minimal (Januari s/d Desember 2010)
3.5 Data Pencapaian Standart Pelayanan Minimal Puskesmas Bareng
BAB IV ANALISIS DATA
4.1 Permasalahan
4.2 Prioritas Masalah
4.3 Penyebab Masalah
BAB V PERENCANAAN PEMECAHAN MASALAH
5.1 Alternatif Pemecahan Masalah
5.2 Prioritas Pemecahan Masalah
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran

1.4 PELAKSANAAN
1.4.1 Waktu pelaksanaan
Praktik manajemen kebidanan di Puskesmas Bareng ini dilaksanakan pada
tanggal 27 desember s/d 08 januari 2011.
1.4.2 Lokasi pelaksanaan
Kegiatan praktik manajemen kebidanan di puskesmas bertempat di Puskesmas
Bareng jalan dr.Sutomo no.47 Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang.
1.4.3 Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengumpulan data
sekunder.

3
1.4.4 Langkah Kerja
Adapun langkah kerja mahasiswa adalah:
1. Pertemuan, orientasi dan mengamati lapangan wilayah kerja serta
perkenalan dengan staf karyawan Puskesmas Bareng.
2. Mempelajari sistem kerja Puskesmas Bareng.
3. Mengumpulkan data skunder dari 9 indikator kerja.
4. Mengolah data.
5. Menganalisis dan merumuskan permasalahan.
6. Menentukan masalah prioritas.
7. Menganalisis penyebab masalah.
8. Menyusun alternatif pemecahan masalah.
9. Menetapkan prioritas pemecahan masalah.
10. Menyusun rencana tidak lanjut untuk mengatasi masalah.
11. Menyusun laporan kegiatan.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Manajemen


Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno menagement, yang
memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen berasal dari bahasa latin
yaitu dari adal kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan.
kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere yang berarti menangani,
managere diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to
manage untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen akhinya management
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi manajemen/ pengelolaan.
Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran (goals) secara efektif dan efesien.
Pengertian Manajemen menurut James A.F. Stoner, Manajemen adalah
suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian
upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan
pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
(Gillies, 1989).

2.2 Fungsi Manajemen

Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :


1. Perenacanaan (planning), perncanaan merupakan :

1. Gambaran apa yang akan dicapai.


2. Persiapan pencapaian tujuan.

3. Rumusan suatu persoalan untuk dicapai.

4. Persiapan tindakan tindakan.

5
5. Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja.

6. Tiap tiap organisasi perlu perencanaan.

2. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana,


mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit
kerja, alat alat, keuangan dan fasilitas.

3. Penggerak (actuating), menggerakkan orang orang agar mau / suka


bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi
harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval.

4. Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan


agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang
orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar
kesalahan dapat segera diperbaiki.

5. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil


hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan
fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan
pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan manajemen.

2.3 Prinsip-Prinsip Manajemen

Prinsip prinsip manajemen menurut Fayol adalah:


1. Division of work (pembagian pekerjaan).
2. Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab).
3. Dicipline (disiplin).
4. Unity of command (kesatuan komando).
5. Unity of direction (kesatuan arah).
6. Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu
tunduk pada kepentingan umum).
7. Renumeration of personal (penghasilan pegawai).
8. Centralization (sentralisasi).
9. Scalar of hierarchy (jenjang hirarki).

6
10. Order (ketertiban).
11. Stability of tenure of personal (stabilitas jabatan pegawai).
12. Equity (keadilan).
13. Inisiative (prakarsa).
14. Esprit de Corps (kesetiakawanan korps).

2.4 Sarana Manajemen

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana


(tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan.
Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines, method,
dan markets.

1. Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam
manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang
membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai
tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia
adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-
orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
2. Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan
dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu
uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala
sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan
berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat
yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu
organisasi.

3. Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam
dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli
dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai
salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa
materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.

7
4. Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan
keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.

5. Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan
manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan
kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan
kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta
uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang
yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka
hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam
manajemen tetap manusianya sendiri.

6. Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan


(memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat
penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi
barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab
itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor
menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan
harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan)
konsumen.

2.5 Proses Manajemen

Proses manajemen adalah suatu kegiatan yang terus menerus tetapi


sistematis tidak sembarangan atau asal saja melainkan secara teratur dalam
keraturan yang terus menerus itu manajemen tidak tanpa tujuan melainkan ada
tujuan yang adakn dicapai tetapi meskopun tujuan telah tercapai tidak berarti
kegiatan berhenti karena dalam dinamika manajemen suatu tujuan yang telah
dicapai, disusul atau dilanjutkan dengan tujuan berikutnya.

Manajemen sebagai suatu proses, banyak tugas atau fungsi yang


fundamarntal fungsi fundamental ini oleh beberapa ahli berlainan pendapat tetapi
pada hakikatnya yang jadi klasifikasi pokok yaitu perencanaan, pengorganisasian, ,

8
penggerakan, dan pengawasan berhubungan dengan pencapaian tujuan melalui kerja
sama orang lain titik beratnya ada usaha pemanfaatan orang-orang yang berarti ia
yang melakukan perfomencenya akan tetapi melalui sumber-sumber yang tersedia
untuk itu sebagai sarana dan prasaran usaha kerja sama untuk mencapai tujuan
tersebut yang dimaksud sumber-sumber yang tersedia ialah segenap potensi yang
dapai dimanfaatkan dalam rangka penyelesaian pekerjaan pekerjaan usaha kerja
sama yang bersangkutan.

2.6 Perilaku Organisasi

Perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek- aspek


tingkah laku manusia dalam organisasi atau suatu kelompok tertentu. Aspek pertama
meliputi pengaruh organisasi terhadap manusia, sedang aspek kedua pengaruh
manusia terhadap organisasi. Pengertian ini sesuai dengan rumusan Kelly dalam
bukunya Organizational Behavior yang menjelaskan bahwa perilaku organisasi di
dalamnya terdapat interaksi dan hubungan antara organisasi di satu pihak dan
perilaku individu di lain pihak. Kesemuanya ini memiliki tujuan praktis yaitu untuk
mengarahkan perilaku manusia itu kepada upaya-upaya pencapaian tujuan.

2.6.1 Ruang Lingkup Perilaku Organisasi


Perilaku Organisasi, sesungguhnya terbentuk dari perilaku-perilaku
individu yang terdapat dalam organisasi tersebut. Oleh karena itu sebagaimana
telah disinggung diatas, pengkajian masalah perilaku organisasi jelas akan
meliputi atau menyangkut pembahasan mengenai perilaku individu. Dengan
demikian dapat dilihat bahwa ruang lingkup kajian ilmu perilaku organisasi
hanya terbatas pada dimensi internal dari suatu organisasi. Dalam kaitan ini,
aspek-aspek yang menjadi unsur-unsur, komponen atau sub sistem dari ilmu
perilaku organisasi antara lain adalah :
motivasi, kepemimpinan, stres dan atau konflik, pembinaan karir, masalah
sistem imbalan, hubungan komunikasi, pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan, produktivitas dan atau kinerja (performance), kepuasan, pembinaan
dan pengembangan organisasi(organizational development), dan sebagainya.

9
Sementara itu aspek-aspek yang merupakan dimensi eksternal
organisasi seperti faktor ekonomi, politik, sosial, perkembangan teknologi,
kependudukan dan sebagainya, menjadi kajian dari ilmu manajemen strategik
(strategic management). Jadi, meskipun faktor eksternal ini juga memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan organisasi dalam
mewujudkan visi dan misinya, namun tidak akan dibahas dalam konteks ilmu
perilaku organisasi.

Meskipun unsur-unsur, komponen atau sub sistem yang akan


dibahas bisa jadi telah banyak dipelajari pada disiplin ilmu yang lain, namun
Mata Kuliah Perilaku Organisasi akan mencoba menjawab, mengapa berbagai
unsur atau komponen tadi dapat membentuk karakter, sikap, atau perilaku
individu dalam kapasitasnya sebagai anggota suatu organisasi. Oleh karena itu,
bobot atau muatan materinya akan diusahakan agar memiliki sisi empiris yang
cukup memadai. Untuk kepentingan ini, maka pada setiap session pembahasan
akan diupayakan untuk dilengkapi dengan kasus-kasus yang relevan sebagai
instrumen untuk lebih memudahkan dalam memahami masalah perilaku
organisasi.

2.6.2 Pendekatan dalam Perilaku Organisasi


Dengan adanya interaksi atau hubungan antar individu dalam
organisasi, maka penelaahan terhadap perilaku organisasi haruslah dilakukan
melalui pendekatan-pendekatan sumber daya manusia (supportif), pendekatan
kontingensi, pendekatan produktivitas dan pendekatan sistem. Pendekatan
sumber daya manusia dimaksudkan untuk membantu pegawai agar berprestasi
lebih baik, menjadi orang yang lebih bertanggung jawab, dan kemudian
berusaha menciptakan suasana dimana mereka dapat menyumbang sampai
pada batas kemampuan yang mereka miliki, sehingga mengarah kepada
peningkatan keefektifan pelaksanaan tugas. Pendekatan ini berarti juga bahwa
orang yang lebih baik akan mencapai hasil yang lebih baik pula, sehingga
pendekatan ini disebut pula dengan pendekatan suportif.
Sementara itu, pendekatan kontingensi mengandung pengertian
bahwa adanya lingkungan yang berbeda menghendaki praktek perilaku yang

10
berbeda pula untuk mencapai keefektifan. Disini pandangan lama yang
mengatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen bersifat universal dan perilaku
dapat berlaku dalam situasi apapun, tidak dapat diterima sepenuhnya.
Disisi lain, pendekatan produktivitas dimaksudkan sebagai ukuran
seberapa efisien suatu organisasi dapat menghasilkan keluaran yang
diinginkan. Jadi, produktivitas yang lebih baik merupakan ukuran yang
bernilai tentang seberapa baik penggunaan sumber daya dalam masyarakat.
Dalam hal ini perlu diingat bahwa konsep produktivitas tidak hanya diukur
dalam kaitannya dengan masukan dan keluaran ekonomis, tetapi masukan
manusia dan sosial juga merupakan hal yang penting. Dengan demikian,
apabila perilaku organisasi yang lebih baik dapat mempertinggi kepuasan
kerja, maka akan dihasilkan keluaran manusia yang baik pula, dan pada
akhirnya akan menghasilkan produktivitas pada derajat yang diinginkan.

2.7 Konsep Kepemimpinan


2.7.1 Pengertian dan Unsur - Unsurnya
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang
tersebut mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh
konsensus anggota organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan
organisasi tercapai.
Menurut George Terry, Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi
orang lain agar mau bekerja dengan suka rela untuk mencapai tujuan
kelompok.
Menurut Cyriel O'Donnell, kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain
agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum.
Dari dua pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
terdiri atas :
1. Mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu.
2. Memperoleh konsensus atau suatu pekerjaan.
3. Untuk mencapai tujuan manajer.
4. Untuk memperoleh manfaat bersama.

11
2.7.2 Fungsi dan Tugas Kepemimpinan
Seorang pemimpin secara umum berfungsi sebagai berikut :
1. Mengambil keputusan.
2. Mengembangkan informasi.
3. Memelihara dan mengembangkan loyalitas anggota.
4. Memberi dorongan dan semangat pada anggota.
5. Bertanggungjawab atas semua aktivitas kegiatan.
6. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan.
7. Memberikan penghargaan pada anggota yang berprestasi.
Sedangkan tugas kepemimpinan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Yang berkaitan dengan kerja :
- Mengambil inisiatif.
- Mengatur langkah dan arah.
- Memberikan informasi.
- Memberikan dukungan.
- Memberi pemikiran.
- Mengambil suatu kesimpulan.
b. yang berkaitan dengan kekompakan anggota :
- Mendorong, bersahabat, bersikap menerima.
- Mengungkapkan perasaan.
- Bersikap mendamaikan.
- Berkemampuan mengubah dan menyesuaikan pendapat.
- Memperlancar pelaksanaan tugas.
- Memberikan aturan main.

2.7.3 Level dan Keterampilan Yang Perlu Dimiliki


Kepemimpinan dibagi menjadi sebagai berikut :

12
1. Level Top Leader/Top Management
Pimpinan puncak, misalnya, direktur utama. Melakukan tugas yang
bersifat konseptual. Misalnya, melakukan perencanaan yang akan
dilakukan seluruh anggota.
2. Level Middle Leader/Middle Management
Golongan menengah, misalnya: staf produksi, manajer keuangan.
Melakukan tugas konseptual sebagai penjabaran dari top management,
juga melakukan pekerjaan tersebut. Penguasaan teknis relatif penting.

3. Lower Leader/Lower Management


Golongan bawah, misalnya, supervisor, mandor dan pelaksana teknis.
Harus menguasai teknis walaupun secara konseptual tidak begitu penting.

2.7.4. Gaya Kepemimpinan


Gaya kepemimpinan secara umum dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Orientasi pekerjaan (task oriented).
2. Orientasi kekompakan (human oriented).

2.7.5 Persyaratan Ideal Bagi Pimpinan


Menurut George R. Terry, pemimpin harus memiliki ciri sebagai berikut :
1. Mental dan fisik yang energik.
2. Emosi yang stabil.
3. 3.Pengetahuan human relation yang baik.
4. Motivasi personal yang baik.
5. Cakap berkomunikasi.
6. Cakap untuk mengajar, mendidik dan mengembangkan bawahan.
7. Ahli dalam bidang sosial.
8. Berpengetahuan luas dalam hal teknikal dan manajerial.

2.7.6 Macam Teori Kepemimpinan

1. Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory)

13
Dalam perkembangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku
pemikir psikologi yang berpandangan bahwaa sifat sifat kepemimpinan
tidak seluruhnya dilahirkan, akan tetapi juga dapat dicapai melalui
pendidikan dan pengalaman. Sifat sifat itu antara lain : sifat fisik, mental
dan kepribadian.

2. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi

Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan


teori ini memiliki kecenderungan kearah dua hal :
Pertama yang disebut Konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada
dalam hal ini seperti: membela bawahan, memberi masukan kepada
bawahan dan bersedia bekonsultasi dengan bawahan
.
Kedua disebut struksur inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin
yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat,
bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana
pekerjaan dilakukan, dan hasil apa yang akan dicapai.

Jadi berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana
seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan
dan terhadap hasil yang tinggi juga.

3. Teori kontingensi

Mulai berkembang th 1962, teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu
sistem manajemen yang optimum, sistem tergantung pada tingkat

14
perubahan lingkungannya. Sistem ini disebut sistem organik (sebagai
lawan sistem mekanistik), pada sistem ini mempunyai beberapa ciri:

- Substansinya adalah manusia bukan tugas.


- Kurang menekankan hirarki.
- Struktur saling berhubungan, fleksibel, dalam bentuk kelompok.
- Kebersamaan dalam nilai, kepercayaan dan norma.
- Pengendalian diri sendiri, penyesuaian bersama

4. Teori Behavioristik

Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu


hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek aspek
mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya
kecerdasan, bakat, minat dan perasaanindividu dalam suatu belajar.
Pendekatan ini menekankan bahwa manajemen yang efektif bila ada
pemahaman tentang pekerja, lebih berorientasi pada manusia sebagai
pelaku.
Beberapa tokohnya, antara lain:

a. Maslow

Individu mempunyai 5 kebutuhan dasar yaitu physical needs, security


needs, social needs, esteem needs, self actualization needs. Kebutuhan
tersebut akan menimbulkan suatu keinginan untuk memenuhinya.
Organisasi perlu mengenali kebutuhan tersebut dan berusaha
memenuhinya agar timbul kepuasan.

b. Douglas Mc Gregor (1906-1964)

Teori X dan teori Y


Teori X melihat karyawan dari segi pessimistik, manajer hanya
mengubah kondisi kerja dan mengektifkan penggunaan rewards &
punishment untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Teori Y

15
melihat karyawan dari segi optimistik, manajer perlu melakukan
pendekatan humanistik kepada karyawan, menantang karyawan untuk
berprestasi, mendorong pertumbuhan pribadi, mendorong kinerja.

5. Teori Humanistik
Teori ini lebih menekankan pada prinsip kemanusiaan. Teori humanistic
biasanya dicirikan dengan adanya suasana saling menghargai dan adanya
kebebasan. Teori Humanistik dengan para pelopor Argryris, Blake dan
Mouton, Rensis Likert, dan Douglas McGregor. Teori ini secara umum
berpendapat, secara alamiah manusia merupakan motivated organism.
Organisasi memilikistruktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi dari
kepemimpinan adalah memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk
merealisasikan potensi motivasinya didalam memenuhi kebutuhannya dan
pada waktu yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok. Apabila
dicermati, didalam Teori Humanistik, terdapat tiga variabel pokok, yaitu:
(1), kepemimpinan yang sesuai dan memperhatikan hati nurani anggota
dengan segenap harapan, kebutuhan, dan kemampuan-nya, (2), organisasi
yang disusun dengan baik agar tetap relevan dengan kepentingan anggota
disamping kepentingan organisasi secara keseluruhan, dan (3), interaksi
yang akrab dan harmonis antara pimpinan dengan anggota untuk
menggalang persatuan dan kesatuan serta hidup damai bersama-sama.
Blanchard, Zigarmi, dan Drea bahkan menyatakan, kepemimpinan
bukanlah sesuatu yang Anda lakukan terhadap orang lain, melainkan
sesuatu yang Anda lakukan bersama dengan orang lain (Blanchard &
Zigarmi, 2001).

2.8 Konsep Puskesmas


2.8.1 Konsep Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

16
kesehatan di suatu wilayah kerja UPT tugasnya adalah menyelenggarakan
sebagian tugas teknis Dinas Kesehatan.
Pembangunan Kesehatan maksudnya adalah penyelenggara upaya
kesehatan. Pertanggung jawaban secara keseluruhan ada di Dinkes dan
sebagian ada di Puskesmas. Wilayah Kerja dapat berdasarkan kecamatan,
penduduk, atau daerah terpencil.
Pembenahan organisasi manajemen puskesmas, juga memerlukan
seni dan pengetahuan untuk memahami hal-hal apa yang terlibat dalam mencapai
tujuan serta apa yang menghambat pencapaian tujuan institusi. Berdasarkan analisis
pengalaman dari berbagai sumber informasi, ada tujuh konsep (7 K) yang
dikembangkan untuk membenahi kinerja manajemen puskesmas.
1. Komunikasi :
Menyampaikan apa yang akan dibenahi memerlukan seni komunikasi
agar tidak menimbulkan salah persepsi atau miskomunikasi, baik secara
interpersonal atau lewat pertemuan organisasi seperti minilokakarya (minlok)
puskesmas.
2. Koordinasi :
Menggabungkan berbagai karakter yang berbeda dalam organisasi,
memerlukan keterpaduan lintas program dan lintas sektor untuk mendukung
pencapaian target.
3. Komitmen :
Bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
dengan penuh sikap KONSEP DASAR PEMBENAHAN KINERJA
MANAJEMEN PUSKESMAS.
4. Konsisten :
Apa yang telah disepakati juga harus secara cepat dan tepat dijalankan
bersama-sama, sesuai tupoksi (tugas pokok dan fungsi) masing-masing
staf/pegawai yang proporsional.
5. Kontinyu :
Aktifitas harus terus berkelanjutan dalam menjalankan kegiatan yang
sudah diarahkan. Terus menerus mempunyai inisiatif, aktif, dan kreatif dalam
menjalankan tugas.

17
6. Konsekuen :
Sanggup menjalankan amanah dengan sikap penuh tanggung jawab
menurut tugas yang telah diembankan untuk dapat mengembangkan potensi diri
setiap pegawai.
7. Kooperatif :
Kerjasama menyeluruh antara unit organisasi maupun dengan unit kerja
lainnya yang dapat mendukung kemajuan organisasi.

2.8.2 Perencanaan Program Kesehatan Melalui Fungsi Manajemen Puskesmas


( Poace )
1. Planning
Perencanaan program kesehatan adalah sebuah proses untuk
merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok dan menyusun langkah-
langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan akan menjadi efektif jika perumusan masalah sudah
dilakukan berdasarkan fakta-fakta dan bukan berdasarkan emosi atau
angan-angan saja.
2. Organizing
Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu
kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.
Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan
dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas
yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan
dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang
harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan,
siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana
keputusan harus diambil.
Pengorganisasian yang dapat dilakukan dalam perencanaan
program kesehatan ialah:

18
1. Bagaimana bentuk tindakan pemberantasan panyakit tidak menular
yang akan dilakukan dan siapa yang akan melakukannya?
2. Mengordinir petugas kesehatan yang akan melakukan tahapan
pemberantasan penyakit tidak menular dimasyarakat.
Untuk menjawab point pertama diatas maka tindakan
pengorganisasian perencanaan program kesehatan itu berupa pelaksanaan
tugas-tugas oleh bidang-bidang pemberantasan kesehatan tidak menular
yang telah dibentuk sebelumnya oleh pemerintah terkait yang kemudian
akan dilaksanakan oleh bidang-bidang tersebut misalnya Bidang
Pencegahan, Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan terdiri
dari:
1. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit. Seksi Pencegahan
dan Pemberantasan Penyakit mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan
pengendalian kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit.
2. Seksi Pengamatan Penyakit dan Imunisasi. Seksi Pengamatan
Penyakit dan Imunisasi mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan
pengendalian kegiatan Pengamatan Penyakit dan Imunisasi.
3. Seksi Penyehatan Lingkungan. Seksi Penyehatan Lingkungan
mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan
koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan penyehatan
lingkungan.
Dari ketiga contoh diatas merupakan bentuk pengorganisasian
dari pernecanaan program kesehatan dalam rangka pemberantasan
penyakit tidak menular.Kemudian poin kedua ialah cara untuk
mengordinir petugas pemberantasan kesehatan dimasyarakat oleh
petugas kesehatan ialah dengan memberdayakan semua potensi yang ada
baik itu dari lingkup kesehatan sendiri maupun dari masyarakat sendiri.
3. Actuating
Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti
bila tidak diikuti dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan

19
kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua sumber daya manusia
yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program
kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja
yang telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu
dilakukan penyesuian. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas,
fungsi dan perannya masing-masing. Tidak boleh saling jegal untuk
memperebutkan lahan basah misalnya.
4. Controlling
Hal-hal yang perlu dikontrol dalam program perencanaan
kesehatan misalnya:
1. Tenaga Kesehatan
Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya
kesehatan yang menekankan penyembuhan penyakit adalah sangat
penting. Pengelolaan upaya kesehatan dan pembinaan bangsa yang
sehat memerlukan pendekatan holistic yang lebih luas, menyeluruh,
dan dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak
individual. Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotifasi
dan memberdayakan masyarakat, mampu melibatkan kerjasama
lintas sektoral, mampu mengelola system pelayanan kesehatan yang
efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor, pembinan
dan teladan hidup sehat.
2. Pemberdayaan Masyarakat
Dalam pembinaan dan pemberdayaan mayarkat yang sangat penting
adalah bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk
dapat tertarik dan bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri
dengan memobilisasi sumber dana yang ada pada mereka.
3. Kesehatan dan Komitmen Politik
Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh karena
itu untuk memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen
politik. Dewasa ini masih terasa adanya anggapan bahwa unsur
kesehatan penduduk tidak banyak berperan terhadap pembangunan
social ekonomi. Para penentu kebijakan banyak beranggapan sektor

20
kesehatan lebih merupakan sector konsumtif ketimbang sektor
produktif sebagai penyedia sumber daya manusia yang berkualitas,
sehingga apabila ada kegoncangan dalam keadaan ekonomi negara
alokasi terhadap sector ini tidak akan meningkat.
5. Evaluating
Evaluasi program adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk
melihat lebih dekat dan seksama sebuah program. Hal ini melibatkan
metode penelitian dan sifatnya lebih detail. Tujuan evaluasi ini adalah
untuk melihat seberapa banyak perubahan yang dapat dilakukan program
tersebut terhadap outcomes kesehatan secara luas, seperti prevalensi
penggunaan alat kontrasepsi atau ratio kematian ibu dan bayi. Kegiatan
evaluasi biasanya meliputi pengukuran pada saat awal program dan akhir
program dan jika memungkinkan mengontrol atau membandingkan
antara kelompok yang satu dengan yang lain untuk membantu melihat
seberapa besar perubahan dalam pencapaian outcomes sebagai hasil
akhir dari kegiatan-kegiatan program kesehatan tersebut. Namun, tidak
termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi lainnya dari luar program
tersebut.

2.8.3 Visi Puskesmas


Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Indikator Kecamatan Sehat:
1. lingkungan sehat.
2. perilaku sehat.
3. cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu.
4. derajat kesehatan penduduk kecamatan.

2.8.4 Misi Puskesmas


Misi Puskesmas, yaitu:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya.

21
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.

2.8.5 Fungsi Puskesmas


Fungsi Puskesmas, yaitu:
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan.
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama.
4. Pelayanan Kesehatan Perorangan.
5. Pelayanan Kesehatan Masyarakat.

2.8.6 Kedudukan
Sistem Kesehatan Nasional sebagai sarana pelayanan kesehatan strata
pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan UKP dan UKM di wilayah
kerjanya.
Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai UPT Dinas Kesehatan yang
bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan
Kabupaten/kota di wilayah kerjanya.
Sistem adalah sebagai unit pelaksana teknis dinasPemerintahan Daerah
kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit struktural Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.
Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama sebagai mitra dan
sebagai pembina upaya kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat
seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos UKK.

2.8.7 Struktur Organisasi


Struktur Puskesmas, yaitu:
1. Kepala Puskesmas

22
2. Unit Tata Usaha:
1. Data dan Informasi
2. Perencanaan dan Penilaian
3. Keuangan, Umum dan Kepegawaian
3. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:
1. UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat / UKBM (Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat).
2. UKP (Upaya Kesehatan Pengembangan).
4. Jaringan pelayanan Puskesmas:
1. Unit Puskesmas Pembantu.
2. Unit Puskesmas Keliling.
3. Unit Bidan di Desa/Komunitas.

2.8.8 Tata Kerja


Tata kerja Puskesmas, yaitu:
1. Kantor Camat sebagai koordinasi.
2. Dinkes sebagai UPT bertanggung jawab ke Dinkes.
3. Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama sebagai mitra.
4. Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat sebagai pembina.
5. Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan kerjasama.
6. Lintas sektor koordinasi.
7. Masyarakat perlu dukungan/partisipasi BPP (Badan Penyantun
Puskesmas).

2.8.9 Upaya Puskesmas


Upaya Puskesmas ada dua, yaitu: UKM (Upaya Kesehatan
Masyarakat) dan UKP (Upaya Kesehatan Pengembangan).
Upaya Kesehatan Wajib yaitu upaya berdasarkan komitmen nasional,
regional dan global serta punya daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat
kesehatan masyarakat serta wajib diselenggarakan puskesmas di wilayah
Indonesia.
Upaya Kesehatan Wajib, terdiri dari:

23
1. Upaya Promosi Kesehatan.
2. Upaya Kesehatan Lingkungan.
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana.
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.
6. Upaya Pengobatan.

Upaya Kesehatan Pengembangan adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan


permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan
dengan kemampuan Puskesmas.
Upaya Kesehatan Pengembangan, terdiri dari :
1. Upaya Kesehatan Sekolah.
2. Upaya Kesehatan Olah Raga.
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.
4. Upaya Kesehatan Kerja.
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
6. Upaya Kesehatan Jiwa.
7. Upaya Kesehatan Mata.
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut.
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.

2.8.10 Azas Penyelenggaraan


1. Azas Pertanggungjawaban Wilayah yakni bertanggung jawab
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah kerjanya.
2. Azas Pemberdayaan Masyarakat yaitu Puskesmas wajib memberdayakan
perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam
penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas.
3. Azas Keterpaduan
Azas keterpaduan lintas program seperti MTBS (Manajemen Terpadu
Balita Sakit), UKS (Unit Kesehatan Sekolah), PUSLING (Puskesmas
Keliling), POSYANDU(Pos Pelayanan Terpadu).

24
Azas Keterpaduan Lintas Sektor seperti UKS, GSI, UKK
4. Azas Rujukan
Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan seperti kasus, spesimen, ilmu
pengetahuan.
Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat contohnya sarana dan logistik,
tenaga, operasional.

25
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

3.1 Keadaan Daerah


3.1.1 Data Geografis
Kecamatan Bareng merupakan wilayah kabupaten Jombang dengan
wilayah seluas 64,05 km, terletak pada ketinggian <500 m di atas permukaan
laut, dengan suhu sekitar 230C-300C. Terdiri dari 13 desa/54 dusun/112
RW/315 RT dengan ibukota kecamatan berada di wilayah desa Bareng. Dan
yang menjadi wilayah kerja puskesmas Bareng adalah seluruh wilayah
kecamatan Bareng karena puskesmas Bareng merupakan satu-satunya
puskesmas di kecamatan Bareng. Puskesmas Bareng terletak di jalan raya
dr.Sutomo no.47 Bareng kabupaten Jombang. Kabupaten Jombang yang
berjarak 30 km dari ibukota kabupaten Jombang dan 80 km dari ibukota
propinsi Jawa Timur. Batas wilayah kerja puskesmas Bareng adalah sebagai
berikut:
1. Utara : kecamatan Mojowarno
2. Selatan : kecamatan Wonosalam
3. Timur : kecamaatn Wonosalam
4. Barat : kecamatan Ngoro
Tata guna lahan puskesmas Bareng:
1. Pemukiman : 32,33 %
2. Tegal : 31,66 %
3. Sawah : 57,37 %
4. Hutan : 0,89 %
Jarak pusat pemerintahan wilayah kecamatan dengan:
1. Desa atau kelurahan terjauh : 8 km (15 menit)
2. Ibukota kabupaten : 25 km (30 menit)
3. Ibukota propinsi : 80 km (2 jam)

26
Gambar 3.1 Peta Kecamatan Bareng

27
3.1.2 Data Demografi
Menurut data yang di peroleh dari kantor kecamatan Bareng pada akhir
tahun tahun 2009 wilayah kerja puskesmas Bareng membawahi 13 desa
dengan jumlah penduduk 63. 890 jiwa.

1. Data jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan tahun 2009


Tabel 3.1 Data jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan tahun 2009
No Desa Petani Buruh Pegawai Tukang Angkut ABRI Pensiun Pedaga Lainy
tani negeri batu/ka an an ng a
yu
1 Kebondalem 1.930 1.246 23 67 27 8 20 287 56
2 Mundusewu 862 1.355 73 32 19 1 9 199 35
3 Pakel 936 1.322 71 20 25 3 12 120 36
4 Karangan 1.415 931 50 22 25 2 10 110 45
5 Ngampunga 1.021 1.232 38 18 19 1 14 79 43
n
6 Janisgelaran 1.157 356 10 14 17 1 1 56 34
7 Bareng 3.504 2.912 65 110 112 10 31 558 177
8 Tebel 2.004 732 27 14 37 - 11 62 38
9 Mojotengah 1.322 769 21 69 21 8 33 75 37
10 Banjaragung 2.044 677 46 49 38 - 23 388 67
11 Nglebak 904 1.625 6 17 21 2 5 54 21
12 Pulosari 1.868 1.266 42 31 39 5 7 119 32
13 Ngrimbi 1.838 1.277 17 24 31 7 5 72 38
Jumlah 20.805 15.700 489 487 421 48 181 2.179 659
Sumber : Koordinator Statistik Kecamatan Bareng

28
2. Data jumlah penduduk menurut jenis kelaminya pada akhir tahun tahun 2009
Tabel 3.2 data jumlah penduduk menurut jenis kelaminnya pada akhir tahun 2009
No Desa Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Kebondalem 3.038 3.069 6.107
2 Mendusewu 2.171 2.138 4.309
3 Pakel 2.085 1.955 4.040
4 Karangan 2.047 2.096 4.143
5 Ngampungan 1.966 1.947 3.913
6 Jenisgelaran 1.357 1.257 2.614
7 Bareng 5.904 5.968 11.872
8 Tebel 2.362 2.281 4.643
9 Mojotengah 1.855 1.884 3.739
10 Banjaragung 2.666 2.623 5.289
11 Nglebak 969 1.604 2.573
12 Pulosari 2.081 3.315 5.396
13 Ngrimbi 2.039 3.213 5.252
2009 30.540 33.350 63.890
2008 26.761 26.536 53.297
2007 26.566 26.462 53.028
2006 26.328 26.136 52.464
Sumber : kecamatan Bareng 2010

29
3. Data penduduk menurut pendidikan Kecamatan Bareng Tahun 2010
Tabel 3.3 Data penduduk menurut pendidikan Kecamatan Bareng Tahun 2010
NO DESA TK SD SLTP SLTA Perguruan Lain
sederajat sederajat Tinggi Lain

1 Bareng 1.669 3.166 1.381 941 136 1


2 Mojotengah 513 1.229 576 425 48 2
3 Tebel 805 1.011 601 411 60 -
4 Kebondalem 1.175 1.416 850 561 55 -
5 Karangan 682 1.617 439 162 21 -
6 Pakel 550 1.346 641 249 20 -
7 Mundusewu 753 1.196 709 384 36 -
8 Ngampungan 686 1.230 522 357 64 1
9 Jenis Gelaran 296 1.085 236 75 11 -
10 Pulosari 654 1.099 349 155 24 -
11 Ngrimbi 694 1.494 510 177 22 -
12 Nglebak 291 809 176 71 2 -
13 Banjaragung 569 1.505 933 459 45 -
Jumlah 9.337 18.203 7923 4.427 544 4
Sumber : kecamatan Bareng 2010

30
4. Data Jumlah penduduk menurut kelompok usia Kecamatan Bareng Tahun 2010
Tabel 3.4 Data jumlah enduduk menurut kelompok usia Kecamatan Bareng tahun
2010
NO DESA 0-9 10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 >70
1 Bareng 1.624 1.965 2.106 1.897 1.673 1.145 1.174 228
2 Mojotengah 443 597 637 531 531 393 362 98
3 Tebel 667 709 925 780 580 445 400 86
4 Kebondalem 887 1.034 1.098 1.023 785 535 562 185
5 Karangan 567 694 713 630 611 364 428 121
6 Pakel 615 648 692 646 539 334 588 109
7 Mundusewu 602 752 706 700 558 456 367 124
8 Ngampungan 593 642 1.897 5567 570 355 351 120
9 Jenis Gelaran 340 440 435 372 393 257 229 76
10 Pulosari 537 730 741 639 600 376 391 108
11 Ngrimbi 550 698 741 646 547 302 312 113
12 Nglebak 273 323 314 256 245 188 143 72
13 Banjaragung 715 864 839 945 756 499 465 131
Jumlah 8413 1096 11844 9632 8388 5649 5772 1571
Sumber : kecamatan Bareng 2010

31
3.2 Visi dan Misi Puskesmas
3.2.1 Visi Puskesmas
Menjadi puskesmas perawatan yang terdepan dalam pelayanan di
Kabupaten Jombang tahun 2015.

3.2.2. Misi Puskesmas


1. Komitmen untuk selalu memberikan yang terbaik
bagi pasien dan keluarga.
2. Komitmen untuk selalu meningkatkan keterampilan, kompetensi dan
profesionalisme pribadi dan organisasi.
3. Berusaha untuk selalu mengembangkan sarana, jenis dan mutu pelayanan
sesuai kebutuhan pasien dan keluarganya.
4. Berusaha selalu memberikan pelayanan yang terjangkau bagi pasien dan
keluarganya.

3.3 Sarana Upaya Kesehatan


3.3.1 Sumber Dana
1. Dana APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah).
2. Dana APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara).
3.3.2 Sarana Kesehatan
Tabel 3.5 Sarana Kesehatan

No. Uraian Jumlah


1. Puskesmas pembantu 3
2. Pos Kesehatan Desa 13
3. Kendaraan operasional (sepeda motor) 4
4. Mobil 2
5. Rumah dinas dokter 2
6. Rumah dinas paramedik 2
7. Pondok bersalin desa 9
8. BP/RB 0
9. RS swasta 0
10. Posyandu 70
11. Praktik dokter
a. spesialis 0
b. umum 2

32
c. gigi 1
12. Bidan praktik swasta 1
13. Apotek 1
14. Toko obat 0

3.3.3 SDM
Tabel 3.6 Data Ketenagaan Puskesmas Bareng
No. Jenis Ketenagaan PNS NON PNS Jumlah
1. Medis
a. dokter umum 2 3
b. dokter gigi 1
c. dokter spesialis 0
2. Perawat
a. perawat 15 13 28
b. perawat gigi 1 1
3. Bidan 15 8 25
4. Farmasi
a. asisten apoteker 2 1 3
b. apoteker 1 1
5. Kesehatan Masyarakat
6. Sanitasi 1 1
7. Gizi 1 1
8. Teknis Medis
a. analis kesehatan 1 1 2
b. radiografer
c. teknisi 0 0
elektromedis 0 0
d. teknisi gigi
0 0
9. Keterapian Fisik
a. fisioterapi
b. akupunturis
c. terapi okupasi
10. Rekam Medik 1 1
11. Administrasi
a. SD 0 0
b. SMP 1 1
c. SMA 8 8
d. DI 0
e. DIII 0
f. S1/DIV 1 1
12. Sopir 1 1
13. Pesuruh 2 2
Jumlah 56 23 79

33
3.3.4 Struktur Organisasi
3.4 Data 7 Standart Pelayanan Minimal Puskesmas Bareng Tahun 2010
Tabel 3.7 7 Standart Pelayanan Minimal Puskesmas Bareng Tahun 2010

NO Jenis Pelayanan Indikator Kerja


1 KIA 1. K1
2. K4
3. Bumil resti oleh masyarakat
4. Bumil resti oleh nakes
5. Komplikasi kebidanan yang ditangani
6. Persalinan oleh nakes
7. Persalinan nakes di fasilitas kesehatan
8. Pelayanan ibu nifas
9. Neonatus KN 1 murni
10. Neonatus KN lengkap
11. Neonatus resti yang ditangani
12. Cakupan kunjungan bayi paripurna
13. Cakupan pelayanan anak balita paripurna
14. Cakupan pelayanan anak prasekolah
(Paripurna)
15. Kunjungan balita sakit (bulan ini)
16. Linakes Persalinan
17. Komplikasi kebidanan yang ditangani
18. Pelayanan anak balita
19. BBLR yang ditangani
20. Pelayanan kesehatan remaja
2 Pelayanan kesehatan Cakupan Pelayanan kesehatan pra usila dan usila
pra usila dan usila
3 Kesehatan Lingkungan 1. Institusi yang dibina
2. Open Defecation Free (ODF)
3. Tempat umum yang memenuhi
4 KB 1. Cakupan peserta baru
2. Cakupan akseptor aktif dibina

34
5 P2P 1. UCI
2. Penjaringan siswa SD dan setingkat
3. Penemuan dan penanganan penderita penyakit
AFP rate per 100.000 penduduk < 15 th
Penemuan penderita pneumonia balita
Penemuan penderita baru TB BTA +
Penderita DBD yang ditangani
Penemuan penderita diare
4. Desa/ kelurahan mengalami KLB yang dilakukan
PE < 24 jam
5. Pelayanan gangguan jiwa disarana pelayanan
kesehatan umum
6. Rumah / bangunan bebas jentik nyamuk aedes
aegepty
7. Pemeriksaan kontak intensif kusta
8. Penderitaan kusta PB yang RFT
9. Kesembuhan penderita TB paru BTA +
10. Balita dengan yang ditangani
11. Penderita malaria yang diobati

6 Promosi Kesehatan 1. Kemandirian posyandu


2. Strata poskesdes
3. Poskestren
4. PHBS

7 Pelayanan Gizi 1. Cakupan pemberian MP-ASI pada anak uia 6-24


bulan
2. Cakupan balita gizi buruk yang mendapat
perawatan
3. Balita naik berat badannya
4. Balita bawah garis merah
5. Cakupan balita mendapatkan kapsul vitamin A 2
kali pertahun

35
6. Cakupan bumil mendapat 90 tablet Fe
7. Cakupan kadarzi
8. Kecamatan bebas rawan gizi penduduk (<15%
gizi kurang dan gizi buruk)

3.5 Data Pencapaian Standart Pelayanan Minimal


(Bulan Januari s/d Desember) Tahun 2010
Tabel 3.8 Data Standart Pelayanan 9 Indikator Kerja
1 TAHUN JANUARI s/d DESEMBER
INDIKATOR
TARGET PENCAPAIAN
KERJA SASARAN KESENJANGAN
% KUM %
Cakupan 95 1020 935 91,7 -3,3%
Kunjungan
Bumil K-4
Cakupan 90 936 905 96,7 +6,7%
Persalinan Nakes

Cakupan 90 936 920 97,9 +7,9%


Pelayanan Nifas

Cakupan 90 927 914 98,6 +8,6%


Pelayanan
Neonatal
Cakupan 80 141 223 158,1 +78,1%
Neonatus dengan
Komplikasi

Cakupan 90 927 835 90,07 +0,07%


Kunjungan Bayi

Cakupan 100 16 16 100 0


Pemberian
MPASI usia 6-24
Bulan
Cakupan UCI 90 933 BCG 100,1 +10,1

934

80 933 Campak 89,4 +9,4

792

36
90 933 DPT I 96,7 +6,7

902

80 933 DPT II 92,4 +12,4

862

80 933 DPT III 89,4 +9,4

834

90 933 HB I 91,7 +1,7

856

90 933 Polio I 101,4 +11,4

964

80 933 Polio II 95,3 +15,3

889

80 933 Polio III 90,6 +10,6

845

80 933 Polio IV 86,7 +6,7

809

Cakupan Balita 80 13 10 76,9 -3,1%


Gizi Buruk

37
BAB IV
ANALISA DATA

4.1 Permasalahan
Definisi masalah:
1. Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
2. Masalah adalah perbedaan antara kondisi sekarang dan kondisi yang diharapkan.
3. Masalah adalah hasil dari kesadaran bahwa kondisi yang sekarang terjadi
belumlah sempurna.
Dari beberapa uraian definisi diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa
masalah adalah di temukan antara kesenjangan antara harapan dan kenyataan atau
kesenjangan antara target dan pencapaian. Dari tabel 2.8 di temukan ada 3 SPM
yang masih memiliki indikator kerja yang pencapaiannya masih dibawah target:
1. Cakupan kunjungan bumil K4 yang belum mencapai target (-3,3 %).
2. Cakupan pemberian MP ASI usia 6-24 bulan (0%).
3. Cakupan balita gizi buruk yang belum mencapai target (-3,1%).

4.2 Prioritas Masalah


Dari masalah-masalah yang ditemukan tersebut terlebih dahulu akan
ditentukan prioritas masalahnya mengingat terbatasnya sumber daya langkah awal
yang diambil adalah dengan menentukan prioritas SPM. Untuk memprioritaskan
SPM tersebut di gunakan metode USG (Urgency, Seriuosness, Growth).
Definisi USG adalah suatu metode USG yang merupakan cara dalam
menetapkan urutan prioritas, dengan memperhatikan urgensinya, keseriusannya, dan
adanya kemungkinan berkembangnya masalah.

1. Urgency (urgensi), yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak, atau tidak
masalah tersebut diselesaikan.
2. Seriousness (keseriusan), yaitu melihat dampak masalah tersebut terhadap
produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan sistem atau
tidak.

38
3. Growth (berkembangnya masalah), yaitu apakah masalah tersebut berkembang
sedemikian rupa sehingga sulit dicegah.

Langkah inti Pelaksanaan USG:


1. Penyusunanan Daftar Masalah
1. Setiap peserta pertemuan diminta mengemukakan masalah bagian yang
di wakilinya.
2. Pimpinan USG mengintruksikan kepada petugas pencatat untuk mencatat
setiap masalah yang di kemukakan di lembar flipchart atau papan tulis
atau white board.
2. Klarifikasi Masalah
1. Lakukan klarifikasi masalah yang telah diidentifikasi dalam rangka
menentukan prioritas masalah.
2. Setiap anggota diminta penjelasan (klarifikasi) maksud dari masalah
yang dikemukakannya.
3. Setelah diklarifikasi, maka tulis masalah hasil dari klarifikasi tersebut.
3. Membandingkan antar masalah
1. Bandingkan masalah yang diperoleh, sebagai contoh masalah A sampai
C menurut kriteria urgensi, keseriusan, dan kemungkinan
berkembangnya masalah.
2. Tulis frekuensi kemunculan tiap masalah yang diperbandingkan,
frekuensi ini dianggap sebagai nilai atau skor masalah. Kemudian
jumlah skor yang diperoleh tiap masalah berdasarkan kriteria urgency,
seriousness, dan growth.

39
ALUR PELAKSANAAN USG.

PERSIAPAN DAFTAR SEMUA YANG ADA


PRAKATA
a. PETUGAS MASALAH YANG DIKLASIFIKASIKAN
OLEH
b. TEMPAT DIKEMUKAKAN DAN DAFTAR
PIMPINAN
c. SARANA PESERTA KEMBALI HASILNYA
USG
d. DATA
e. PESERTA

TULIS FREKUENSI BANDINGKAN MASALAH


JUMLAH HASIL YANG
MUNCULNYA TIAP YANG SATU DENGAN YANG
MUNCUL
MASALAH SETELAH LAINNYA, TULIS MANA
BERDASARKAN ASPEK
DIBANDINGKAN YANG LEBIH URGENT,
URGENCY +
BERDASARKAN ASPEK SERIUS, & PUNYA
SERIOUSNESS +
URGENCY, SERIOUSNESS, & KEMUNGKINAN UNTUK
GROWTH UNTUK TIAP-
GROWTH PADA LANGKAH BERKEMBANG YANG TINGGI
TIAP MASALAH
SEBELUMNYA

BUAT URUTAN
MASALAH (PRIORITAS)
SESUAI JUMLAH TOTAL
ANGKA YANG
DIPEROLEH TIAP-TIAP
MASALAH DARI
TERBESAR HINGGA
YANG TERKECIL

40
Menyusun prioritas masalah berdasarkan hasil langkah C.
Dari data yang didapat dari SPM yang telah diambil, dapat dilakukan
penentuan prioritas masalah dengan metode USG sebagai berikut:
Diambil 2 masalah besar sebagai berikut:
A. Cakupan kunjungan bumil K4 yang belum mencapai target.
B. Cakupan pemberian MPASI usia 6-24 bulan yang belum mencapai target.
C. Cakupan balita gizi buruk yang belum mencapai target.

Dengan peserta USG adalah:


1. dr. Sri Rahayu selaku dokter umum Puskesmas Bareng.
2. Ulfa Ida,Amd.Keb selaku koordinator KIA.
3. Endang Sukariyati selaku koordinator Gizi.
4. Syamsiah, Amd.Keb selaku koordinator Keluarga Berencana.
5. Amik Sudati,Amd.Kep selaku koordinator Promosi Kesehatan.
6. Hadi Pranoto,Amd.Kep selaku koordinator P2P.
7. Norman Mahendra,Amd.Kep selaku pembimbing praktik manajemen.

PENGAMBILAN USG
Tabel 4.1 Data Pengambilan Urgency
PESERTA
MASALAH
1 2 3 4 5 6 7
A/B B A B A A A A
A/C A C A C C A A
B/C B B C B B C C

Tabel 4.2 Data Pengambilan Seriousness


PESERTA
MASALAH
1 2 3 4 5 6 7
A/B B B B B B B B
A/C C C C C C C A
B/C B B B B B C C

Tabel 4.3 Data Pengambilan Growth


PESERTA
MASALAH
1 2 3 4 5 6 7
A/B B B A A A A B

41
A/C A C C C C A A
B/C B B C C B C C

HASIL SKORING
Tabel 4.4 Hasil Skoring USG
MASALAH URGENCY SERIOUSNESS GROWTH TOTAL RANKING
A 9 1 7 17 3
B 6 12 6 24 1
C 6 8 8 22 2

Dari tabel 4.4 didapatkan yang menjadi masalah prioritas adalah masalah:
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada usia 6-24 bulan.

43 Definisi Permasalahan
4.3.1 Pengertian
Anak usia 6-24 bulan adalah bayi usia 6-11 bulan dan untuk usia 12-24 bulan.
4.3.2 Definisi Operasional
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24
bulan adalah pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan
selama 90 hari.

42
4.3.3 CARA PERHITUNGAN RUMUS
1. Rumus

Jumlah anak usia 6-24 yang mendapat MP-ASI di


satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu
Cakupan pemberian
makanan = x 100%
pendamping ASI Jumlah seluruh anak usia 6-24 bulan
di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu

2. Pembilang
Jumlah anak usia 6-24 bulan dari yang mendapat MP-ASI di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.
3. Penyebut
Jumlah seluruh anak usia 6-24 bulan di satu wilayah kerja dalam kurun
waktu tertentu.
4. Ukuran/konstanta
Persentase (%)
5. Contoh perhitungan
Jumlah anak usia 6-24 bulan yang mendapat MP-ASI 16 anak.
Jumlah sasaran anak usia 6-24 bulan 16 anak.
Presentase anak usia 6-24 bulan yang mendapat MP-ASI =
16 x 100% = 0%
16

4.3.4 Sumber Data


Laporan balita usia 6-24 bulan yang mendapat MP-ASI.

4.3.5 Rujukan
Pedoman pengelolaan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) untuk anak
usia 6-24 bulan.

4.3.6 Target
TARGET 100%.

43
4.3.7 Laporan Perdesa
Tabel 4.5 data laporan cakupan MP-ASI perdesa Kecamatan Bareng tahun
2010
BULAN
NO. DESA
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
1. Bareng 3 3 3 - 13 13 13 13
2. Mojotengah 1 2 2 1 7 7 7 7
3. Tebel 1 2 2 1 5 5 5 5
4. Kebondalem 3 4 4 1 17 17 17 17
5. Karangan 1 1 1 - 9 9 9 9
6. Pakel - - - - 6 6 6 6
7. Mundusewu 1 2 2 1 6 6 6 6
8. Ngampungan - - - - 3 3 3 3
9. Jenis Gelaran 1 1 1 - 3 3 3 3
10. Pulosari - - - - 4 4 4 4
11. Ngrimbi 1 2 2 1 13 13 13 13
12. Nglebak 2 2 2 - 2 2 2 2
13. Banjaragung 1 1 1 - 2 2 2 2
Jumlah 15 20 20 5 80 80 80 80

4.4 Penyebab Masalah


Dari hasil curah pendapat yang melibatkan USG dengan menggunakan
diagram tulang ikan sebagai berikut :

REWARD METODE MATERIAL MAN

Cakupan
Pemberian
TIME MP-ASI
usia 6-24
bulan

PROSES MACHINE MARKET MONEY

Didapat penyebab masalah sebagai berikut:


Tabel 4.6 Faktor penyebab masalah
Variabel Penyebab
Alternatif Pemecahan
NO. Faktor
Penyebab Masalah Masalah
Penyebab
1. Man Kurangnya pengetahuan Mengadakan penyuluhan
masyarakat tentang gizi pada pada masyarakat secara

44
anak kontinyu
2. Money Rendahnya pendapatan Memberikan pembekalan
masyarakat keterampilan usaha kecil
pada masyarakat
3. Material Keanekaragaman makanan Mengadakan kerja sama
yang kurang dengan lintas sektoral
(pertanian)
4. Metode Cara pemberian dan Memberikan penyuluhan
penyajian MP ASI pada anak pada keluarga
yang kurang tepat
5. Market Distribusi MP ASI di Mengadakan kunjungan
lingkungan rumah tangga rumah
yang kurang tepat
6. Machine - -
7. Time Waktu turunnya anggaran Mengusulkan proposal ke
yang kurang tepat Dinas Kesehatan setempat

45
BAB V
PERENCANAAN PEMECAHAN MASALAH

4.1 Alternatif Pemecahan Masalah


Untuk meningkat cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada anak
usia 6-24 bulan, maka dibuatlah alternatif pemecahan masalah. Maka peserta
diminta untuk memilih pemecahan masalah yang perlu diprioritaskan.

4.2 Prioritas Pemecahan Masalah


Dari beberapa alternatif pemecahan masalah tersebut dilakukan penentuan
prioritas alternatif pemecahan masalah. Diambil 1 pemecahan masalah saja yang
dijadikan kegiatan utama untuk meningkatkan cakupan indikator kerja pemberian
MP-ASI usia 6-24 bulan. Dalam menentukan prioritas alternabtif masalah dilakukan
curah pendapat dengan menggunakan metode CARL.

Definisi Carl
Metode CARL merupakan suatu cara untuk menentukan prioritas masalah jika
data yang tersedia adalah data kualitatif. Dilakukan dengan menentukan skor atas
kriteria tertentu, yaitu Capability, Accesbility, Readiness, dan Leverage (CARL).
Semakin besar skor maka semakin besar masalahnya, sehingga semakin besar
masalahnya, sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas yaitu:
C : Capability/ kemampuan
A : Accesbility/ kemudahan
R : Readiness/ kesiapan
L : Leverage/ daya ungkit
Dengan skor nilai:
1 = sangat tidak mudah
2 = tidak mudah
3 = cukup mudah
4 = sangat mudah
5 = sangat mudah sekali

46
Langkah inti pelaksanaan CARL:
1. Pemberian skor pada masing-masing alternatif
pemecahan masalah dan perhitungan hasilnya.
1. Tulis atau daftarlah pemecahan masalah yang did apat dari kegiatan analisis
situasi.
2. Tentukan skor atau nilai yang akan diberikan pada tiap pemecahan masalah
berdasarkan kesepakatan bersama.
3. Berikan skor atau nilai utnuk setiap alternatif pemecahan masalah berdasarkan
kriteria CARL ( C x A x R x L ).
2. Menentukan prioritas berdasarkan hasil ranking.
Urutkan pemecahan masalah menurut prioritasnya berdasarkan hasil yang telah
diperoleh pada langkah 1.

Alur Pelaksanan CARL

PERSIAPAN TENTUKAN
- PETUGAS BATAS SKOR
LAKUKAN PEMBERIAN
- TEMPAT PRAKATA NILAI UNTUK
SKOR PADA MASING-
- SARANA OLEH MASALAH
MASING MASALAH
- DATA PIMPINAN BERDASARKAN
BERDASARKAN
- PESERTA KRITERIA
KRITERIA CARL

BUAT URUTAN MASALAH


KALIKAN SKOR YANG
(PRIORITAS)
DIPEROLEH MASALAH
BERDASRAKAN JUMLAH
PADA TIAP KRITERIA
HASIL KALI SKOR
CARL ( C x A x R x L)
BERDASARKAN KRITERIA
CARL (YANG MENJADI
PRIORITAS ADALAH YANG
MEMILIKI JUMLAH C x A x
R x L YANG LEBIH BESAR

47
PENGAMBILAN SKOR DENGAN METODE CARL

Peserta :
1. dr. Sri Rahayu selaku dokter umum Puskesmas Bareng.
2. Ulfa Ida,Amd.Keb selaku koordinator KIA.
3. Endang Sukariyati selaku koordinator Gizi.
4. Syamsiah,Amd.Keb selaku koordinator Keluarga Berencana.
5. Amik Sudati,Amd.Kep selaku koordinator Promosi Kesehatan.
6. Hadi Pranoto,Amd.Kep selaku koordinator P2P.
7. Norman Mahendra,Amd.Kep selaku pembimbing praktik manajemen.

Tabel 5.1 Pengambilan Data Capability


PESERTA
KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 Rata-Rata
Mengadakan
penyuluhan pada
3 3 3 3 3 5 5 3,6
masyarakat secara
kontinyu
Memberikan
pembekalan
keterampilan 1 1 1 1 1 1 1 1
usaha kecil pada
masyarakat
Mengadakan kerja
sama dengan
2 2 2 2 2 2 3 2,1
lintas sektoral
(pertanian)
Mengadakan
3 3 3 3 3 4 5 3,4
kunjungan rumah
Mengusulkan
proposal ke Dinas
1 1 1 1 1 1 5 1,6
Kesehatan
setempat

48
Tabel 5.2 Pengambilan Data Accesability
PESERTA
KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 Rata-Rata
Mengadakan
penyuluhan pada
2 2 1 2 2 5 5 2,7
masyarakat secara
kontinyu
Memberikan
pembekalan
keterampilan 1 1 1 1 1 1 1 1
usaha kecil pada
masyarakat
Mengadakan kerja
sama dengan
2 2 1 3 2 2 3 2,1
lintas sektoral
(pertanian)
Mengadakan
2 2 2 3 2 5 4 2,9
kunjungan rumah
Mengusulkan
proposal ke Dinas
2 2 1 2 1 1 1 1,4
Kesehatan
setempat

Tabel 5.3 Pengambilan Data Readiness


PESERTA
KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 Rata-Rata
Mengadakan
penyuluhan pada
5 2 2 3 2 5 5 3,4
masyarakat secara
kontinyu
Memberikan
pembekalan
keterampilan 1 1 1 1 1 1 1 1
usaha kecil pada
masyarakat
Mengadakan kerja
sama dengan
2 2 2 3 2 2 1 2
lintas sektoral
(pertanian)
Mengadakan
3 1 3 4 2 5 3 3
kunjungan rumah
Mengusulkan
proposal ke Dinas
3 2 2 2 1 4 2 2,3
Kesehatan
setempat

49
Tabel 5.4 Pengambilan Data Leverage

PESERTA
KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 Rata-Rata
Mengadakan
penyuluhan pada
1 2 2 5 3 4 5 3,1
masyarakat secara
kontinyu
Memberikan
pembekalan
keterampilan 1 1 1 2 1 1 1 1,1
usaha kecil pada
masyarakat
Mengadakan kerja
sama dengan
2 1 1 2 1 1 1 1,3
lintas sektoral
(pertanian)
Mengadakan
3 3 3 5 3 4 5 3,7
kunjungan rumah
Mengusulkan
proposal ke Dinas
4 4 4 2 3 3 1 3
Kesehatan
setempat

Tabel 5.5 Hasil Skoring CARL

SKOR Hasil
KEGIATAN Ranking
C A R L CxAxRxL
Mengadakan
penyuluhan
pada
3,6 2,7 3,4 3,1 102,4 2
masyarakat
secara
kontinyu
Memberikan
pembekalan
keterampilan
1 1 1 1,1 1,1 5
usaha kecil
pada
masyarakat
Mengadakan
kerja sama
dengan lintas 2,1 2,1 2 1,3 11,5 4
sektoral
(pertanian)
Mengadakan 3,4 2,9 3 3,7 109,4 1
kunjungan

50
rumah
Mengusulkan
proposal ke
Dinas 1,6 1,4 2,3 3 15,5 3
Kesehatan
setempat

Dari tabulasi hasil penilaian peserta CARL diperoleh rangking kegiatan


sebagai berikut :
1. Mengadakan kunjungan rumah.
2. Mengadakan penyuluhan pada masyarakat secara kontinyu.
3. Mengusulkan Proposal ke Dinas Kesehatan setempat.
4. Mengadakan kerja sama dengan lintas sektoral (pertanian).
5. Memberikan pembekalan keterampilan usaha kecil pada masyarakat.

Tabel 5.6 GANT CARL


Kegiatan Man Money Metode Material Machine Market Time
Mengadakan Pihak - Penilaian Materi Leafleat Bumil 1 bulan
kunjungan Puskesmas keadaan tentang sekali
rumah bumil penting
dengan MP-ASI
7T. usia 6-24
bulan
Mengadakan Team - Tanya Materi Leafleat, Bidang 1 bulan
penyuluhan pembinaan jawab, penyuluhan alat Promkes sekali
pada posyandu ceramah peraga Puskesmas setiap
masyarakat dan langsung, dan kader posyandu
secara praktek lembar
kontinyu balik,
pengeras
suara

51
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari praktik manajemen kebidanan yang dilakukan di Puskesmas Bareng
dapat disimpulkan bahwa mahasiswa telah dapat:
1. Data umum di wilayah kerja Puskesmas Bareng sebagaimana subbab 3.1 s/d 3.5
2. Program Puskesmas Bareng serta masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Bareng.
3. Masalah kesehatan yang ada di puskesmas Bareng ada 3 masalah. Yaitu cakupan
kunjungan K4 yang belum mencapai target, cakupan pemberian MP-ASI usia 6-
24 bulan, dan cakupan balita gizi buruk yang belum mencapai target.
4. Yang menjadi masalah prioritas di Puskesmas Bareng adalah belum tercapainya
target SPM dari indikator kerja cakupan pemberian MPASI usia 6-24 bulan.
5. Penyebab masalah belum tercapainya target SPM dari indikator kerja cakupan
pemberian MPASI usia 6-24 bulan adalah mengadakan penyuluhan pada
masyarakat secara kontinyu, memberikan pembekalan keterampilan usaha kecil
pada masyarakat, menegdakan kerjasama dengan lintas sektoral (pertanian),
mengadakan kunjungan rumah, mengusulkan proposal ke Dinas Kesehatan
setempat.
6. Terdapat alternatif pemecahan masalah prioritas sebanyak 2 alternatif, yaitu
penyuluhan pada masyarakat secara kontinyu dan melakukan kunjungan rumah
7. Melaksanakan penyuluhan pemberian MP-ASI pada anak usia 6-24 bulan di
Balai Desa Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang.

6.2 Saran
6.2.1 Bagi Puskesmas Bareng:
1. Diharapkan Puskesmas Bareng bisa mempertimbangkan rencana tindak
lanjut yang telah dibuat dalam laporan ini.
2. Diharapkan Puskesmas Bareng bisa menggali lebih dalam tentang
penyebab masalah dari tidak tercapainya target SPM dari indikator kerja
cakupan pemberian MPASI usia 6-24 bulan.

52
6.2.2 Bagi Institusi
1. Dengan dilaksanakannya praktek manajemen organisasi, institusi dapat
mengukur seberapa jauh anak didiknya dalam memahami konsep
manajemen organisasi dengan metode USG dan CARL dilapangan.
2. Sebagai pengembangan ilmu pendidikan di Institusi.
6.2.3 Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan mahasiswa di bidang manajemen organisasi baik
secara konsep maupun penerapannnya langsung di lapangan praktik.

53
DAFTAR PUSTAKA

http://ilmukeperawatan.net/index.php/artikel/13-kesehatan-masyarakat/17-konsep-
puskesmas.html, akses tanggal 4 Januari 2011
http://tiarsblog.blogspot.com/2010/03/puskesmas.html, akses Tanggal 4 Januari 2011
http://ingo1.wordpress.com/2010/05/29/perencanaan-program-kesehatan-melalui-
fungsi-manajemen-poace/, akses tanggal 4 Januari 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen, akses tanggal 4 januari 2011
http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2010/04/manajemen-keperawatan.html,
akses tanggal 6 Januari 2011
http://www.scribd.com/doc/6946361/perilaku-organisasi, akses tanggal 6 Januari 2011

54
LAMPIRAN
SAP
(SATUAN ACARA PENYULUHAN)

Pokok Bahasan : Gizi Pada Balita


Sub Pokok Bahasan : Pemberian Makanan Pendamping ASI pada anak usia 6-24
bulan
Sasaran : Masyarakat Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang
Target : Ibu yang memiliki balita
Waktu : 30 menit
Hari/Tanggal : Kamis / 06 Januari 2011 Januari 2011
Tempat : Balai Desa Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang
Penyuluh : Mahasiswa DIII Kebidanan STIKES Insan Cendekia Medika
Jombang
1. Latar Belakang
Gizi memegang mempunyai peranan penting dalam siklus hidup manusia.
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
dan dapat pula menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan janin. Pada bayi dan anak,
kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang
apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa.
Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode
emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi
yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada
masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan
berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak,
baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for
Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting
yang harus dilakukan yaitu;pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam
waktu 30 menit setelah bayi lahir,kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau
pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga

55
memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan
sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24
bulan atau lebih.
Rekomendasi tersebut menekankan, secara sosial budaya MP-ASI
hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah
setempat (indigenous food).
Program perbaikan gizi yang bertujuan meningkatkan jumlah dan mutu MP-
ASI, selama ini telah dilakukan, diantaranya pemberian MP-ASI kepada bayi dan anak
usia 6 24 bulan dari keluarga miskin. Secara umum terdapat dua jenis MP-ASI yaitu
hasil pengolahan pabrik atau disebut dengan MP-ASI pabrikan dan yang diolah di
rumah tangga atau disebut dengan MP-ASI lokal. Mengingat pentingnya aspek sosial
budaya dan aspek pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pemberian MP-ASI maka
MP-ASI yang akan diberikan pada tahun 2006 yaitu MP-ASI lokal atau disebut juga
MP-ASI dapur ibu .
Pemberian MP-ASI lokal memiliki beberapa dampak positif, antara lain; ibu
lebih memahami dan lebih terampil dalam membuat MP-ASI dari bahan pangan lokal
sesuai dengan kebiasaan dan sosial budaya setempat, sehingga ibu dapat melanjutkan
pemberian MP-ASI lokal secara mandiri; meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat serta memperkuat kelembagaan seperti PKK dan Posyandu; memiliki
potensi meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penjualan hasil pertanian; dan
sebagai sarana dalam pendidikan atau penyuluhan gizi.
Pemberian MP-ASI lokal diharapkan meningkatkan kegiatan kader dan
partisipasi masyarakat untuk datang ke Posyandu. Hal ini sangat penting dalam upaya
menggairahkan kegiatan Posyandu, karena MP-ASI lokal dapat dijadikan sebagai entry
point revitalisasi Posyandu. Oleh sebab itu pemberian MP-ASI lokal harus melibatkan
posyandu dan PKK desa/kelurahan

2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberi pengetahuan tentang makanan pendamping ASI / MP-ASI.
2. Tujuan Khusus
1. Memberitahu cara pemberian MP-ASI pada bayi.

56
2. Memberitahu persyaratan dalam pemberian MP-ASI.
3. Memberitahu jenis-jenis MP-ASI.

3. Kegiatan
1. Salam.
2. Perkenalan diri.
3. Ceramah.
Isi ceramah: pengertian MP-ASI, kriteria MP-ASI, cara pemberian MP-ASI,
indikator bayi siap untuk menerima makanan padat.

4. Media
Leafleat

5. Materi
1. Pengertian MP-ASI
MP-ASI atau Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman
yang mengandung gizi diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan
gizinya. MP-ASI diberikan mulai usia 6-24 bulan. Semakin meningkat usia
bayi/anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena tumbuh kembang,
sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi gizi. MP-ASI merupakan
makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-
ASI harus dilakukan secra bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan
kemampuan pencernaan bayi/anak.
Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting
untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang pesat pada
periode ini. Bertambah umur bayi, bertambah pula kebutuhan gizinya. Ketika bayi
memasuki usia 6 bulan ke atas, beberapa elemen nutrisi seperti karbohidrat, protein,
dan beberapa vitamin dan mineral yang terkandung dalam ASI atau susu formula
tidak lagi mencukupi. Sebab itu sejak usia 6 bulan, kepada bayi selain ASI mulai
diberi makananpendamping ASI (MP-ASI) agar kebutuhan gizi bayi/anak terpenuhi.
Dalam pemberian MP-ASI perlu diperhatikan waktu pemberian MP-ASI,
frekuensi porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara

57
pemnberiannya. Disamping itu perlu pula diperhatikan pemebrian makanan pada
waktu anak sakit dan bila ibu bekerja diluar rumah. Pemberian MP-ASI yang tepat
diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi bayinya, namun juga
merangsang keterampilan makan dan meranmgsang rasa percaya diri.
Setelah usia 6 bulan, ASI hanya memenuhi 60-70% kebutuhan gizi bayi.
Jadi bayi mulai membutuhkan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Pemeberian
makanan padat pertama ini harus memperhatikan kesiapan bayi, antara lain
keterampilan motorik, keterampilan mengecap, dan mengunyah, plus penerimaan
terhadap rasa dan bau. Oleh karena itu pemberian makanan padat pertama perlu
dilakukan secara bertahap. Misalnya, untuk melatih indra pengecapnya, berikan
bubur susu atau rasa dulu, baru kemudian dicoba yang multi rasa.
Disini kami akan membahas mengenai cara pengenalan yang baik
pemberian makanan pendamping ASI kepada bayi mengingat organ pencernaan bayi
yang belum sempurna seperti orang dewasa, sehingga jika salah memberikan
pengenalan makanan bayi ini dapat menimbulkan gangguan pencernaan pada bayi
seperti terjadinya sembelit atau perut kembung.
Memberikan MP-ASI sebaiknya diberikan secra bertahap, baik dilihat
dari jenis makanannya, tekstur dan jumlah porsinya. Kekentalan makanan bayi dan
jumlah harus disesuaikan dengan kesiapan bayi dalam menerima makanan. Dari sisi
tekstur makanan, awalnya bayi harus diberi makanan semi padat, sedangkan
makanan padat diberikan ketika bayi sudah mulai tumbuh gignya.
Porsi makanan juga berangsur, mulai dari satu sendok hingga sesuai
dengan porsi bayi. Sebaiknya pengenalan makanan bayi dimulai dari satu jenis
makanan, misalnya pisang, alpukat, dan pepaya. Kemudian setelah diberi makanan
bayi tersebut, perhatikan respon dari bayi, apakah bayi menerima makanan yang
diberikan atau tidak. Jika bayi menolak, biasanya dengan cara memuntahkan
makanan, jangan dipaksakan, berikan makanan bayi pendamping lainnya. Biasanaya
bayi lebih menyukai makanan yang rasanya manis, oleh karena itu berikan makanan
bayi seperti buah-buahan pada ujung loidah dan sayuran pada bagian tengah.
Utamakan pemberian sayuran diabnding buah-buahan, karena citarasa sayuran
cenderung langu dan kurang dinikmati bayi. Jikalau terus-menerus bayi dikenalkan
pada rasa manis, ditakutkan bayi tidak akan menyukai sayuran.

58
2. Persyaratan MP-ASI
Kriteria yang harus dimiliki oleh MP-ASI:
a Nilai gizi dan kandungan proteinnya tinggi
b Memiliki nilai suplementasi yang baik, mengandunng vitamin dan mineral
dalam jumlah yang cukup
c Dapat diterima oleh bayi dengan baik
d Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara alami
e Bersifat pada gizi (kandungan serta kasar/bahana lain sukar dicerna terlalu
banyak justru akan mengganggu pencernaan hati)

3. Cara Pemberian MP-ASI pada bayi


a Berikan secra hati-hati sedikit demi sedikit dari bentuk encer kemudian yang
lebih kental secara berangsur-angsur.
b Makanan diperkenalkan satu-persatu sampai bayi benar-benar dapat
menerimanya.
c Makanan yang dapat menimbulkan alergi diberikan paling terakhir dan harus
dicoba sedikit demi sedikit misalnya telur, cara pemberiannya kuningnya lebih
dahulu setelah tidak ada reaksi alergi, maka hari berikutnya putihnya.
d Pada pemeberian makanan jangan dipaksa, sebaliknya diberikan pada waktu
lapar (Notoatmodjo, 1998:138)
e Jangan memberikan makanan pendamping dekat dengan waktu menyusui.
f Berikan makanan yang bervariasi agar tidak bosan.

4. Indikator bahwa bayi siap untuk menerima makanan padat


a Kemampuan bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk tegak tanpa
disangga.
b Menghilangnya refleks menjulurkan lidah
c Bayi mampu menunjukkan anggota tubuhnya kedepan untuk menunjukkan rasa
lapar, dan menarik tubuh ke belakang atau membuang muka untuk menunjukkan
ketertarikan pada makanan

59
5. Beberapa masalah pada pemberian MP-ASI
Dari hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan kurang gizi
pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak
tepat. Keadaan ini memerlukan penanganan tidak hanya, tetapi dengan pendekatan
yang lebih komunikatif sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan
masyarakat, selain itu ibu-ibu kurang menyadari bahwa setelah bayi berumur 6
bulan memerlukan MP-ASI dalam jumlah dan mutu yang semakin bertambah,
sesuai dengan pertambahan umur bayi dan kemampuan alat cernanya.

6. Beberapa permasalahandalam pemberian makanan bayi/anak umur 0-24 bulan


a Pemberian makanan pralaktal (makanan sebelum ASI keluar) makanan pralaktal
adalah jenis makanan seperti arir kelapa, air tajin, aor teh, madu, pisang, yang
diberikan pada bayi yang baru lahir sebelum ASI keluar. Hal ini mengganggu
keberhasilan menyusui.
b Kolostrum yang dibuang, kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari
pertama, kental dan berwarna kekuning-kuningan. Masih banyak ibu-ibu yang
tidak memberikan kolostrum pada bayinya. Kolostrum menegndung zat
kekebalan yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan mengandung zat gizi
tinggi. Oleh karena itu kolostrum jangan dibuang.
c Pemberian MP-ASI terlalu dini atau terlambat (sebelum bayi berumur 6 bulan)
menurunkan konsumsi ASI dan ganggu pencernaan/diare. Kalau pemberian MO-
ASI terlambat bayi sudah lewat usia 6 bulan dapat menyebabkan hambatan
pertumbuhan anak.
d MP-ASI diberikan pada periode 6-24 bulan sering tidak tepat dan tidak cukup
baik kualitas maupun kuantitasnya. Adanya kepercayaan bahwa anak tidak boleh
makan ikan dan kebiasaan tidak menggunakan santana atau minyak pada
makanan anak dapat menyebabkan anak menderita kurang gizizi terutama energi
dan protein serta beberapa vitamin yang penting yang larut dalam lemak.
e Pemberian MP-ASI sebelum ASI, berarti kemampuan bayi utnuk mengkonsumsi
ASI berkurang.

60
f Frekuensi pemberian MP-ASI kurang, berakibat kebutuhan anak kurang
terpenuhi.
g Pemberian ASI terhenti karena ibu bekerja
7. Contoh jenis-jenis MP-ASI
Umur 6 bulan : ASI, bubur lunak/ sari buah, bubut tepung beras. 1-2x/hari
Umur 7 bulan : ASI, buah-buahan, biskuit, sayuran, air tajin. 1-2x/hari
Umur 9 bulan :ASI, buah-buahan, bubur/roti, sari buah tanpa gula. 1-2x/hari
Umur 12 bulan/lebih : Makanan pada umunya termasuk telur dengan kuningya,
buah-buahan, dll. 1-2x/hari.

(www.google.co.id/midewife_ipeah: SAP MP-ASI, akses tanggal 6 Januari 2011)

6. Evaluasi
Pertanyaan dari audien dan menjawab pertanyaan
1. Mengapa anak saya umur 3 tahun susah makan?
Jawaban:
- Ibu bisa memfariasikan menu makanan, sekreatif mungkin bentuk
dan tampilan makanan agar anak tertarik untuk makan,anak dilatih ngemil disela
sela jam makan bisa dengan buah (pisang,pepaya,jeruk dll), biskuit, dan makanan
ringan lainnya tapi jangan makan snack terlalu sering.
- Bisa memberikan suplemen penambah nafsu makan.

2. Mengapa anak saya setelah makan telur horn kok bisulan?


Jawaban:
- Anak ibu berarti alergi dengan telur horn jadi bisa makan telur
selain telur horn seperti telur bebek, telur ayam kampung.

3. Mengapa anak saya minum ASI tapi kok sakit-sakitan, katanya ASI mengandung
kekebalan tubuh?
Jawaban:
- Ibu anak sakit-sakitan itu bisa disebabkan oleh keadaan lingkungan yang tidak
indusif seperti lingkungan yang kotor, kumuh, dan lembab.

61
- Pola hidup orang-orang disekitar bayi seperi perokok, keluarga yang juga
mengidap penyakit menular (TBC,Hepatitis B).
- Keadaan cuaca yang buruk seperti setelah musim hujan tiba-tiba berganti musim
panas.

4. Mengapa anak saya susah BAB?


- Itu berarti anak ibu kurang makanan serat, nah makanan berserat itu ada di sayuran
dan buah. Jadi agar anak ibu tidak susah buang air besar ya harus makan makanan
yang mengandung banyak serat.

62
Dokumentasi Penyuluhan di Balai Desa Kecamatan Bareng Jombang

63
64
FORMAT UNDANGAN
PELAKSANAAN USG DAN CARL

Jombang, 05 Januari 2011

Perihal : Undangan Rapat


Lamp : -
Kepada

Yth. Bapak/Ibu

di tempat

Sehubungan dengan dilaksanakannya presentasi mengenai


pelaksanaan penyusunan USG dan CARL dalam manajemen organisasi di
Puskesmas Bareng, dengan ini kami mengundang Bapak/ibu pada :

Hari / Tanggal : Rabu, 05 Januari 2011

Tempat : Ruang pertemuan Puskesmas Bareng

Waktu : Pukul 10.30 WIB

Dikarenakan besarnya manfaat yang didapat dalam acara tersebut,


maka kami sangat mengharapkan kesedian dan partisipasi Bapak/ibu sekalian
untuk menghadiri acara presentasi tersebut.

Demikian surat ini kami sampaikan. Atas perhatian dan dukungannya,


kami ucapkan banyak terima kasih.

Hormat Kami

Mahasiswa semester 5

STIKES ICME JOMBANG

65
66

Вам также может понравиться