Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan praktik manajemen kebidanan di
Puskesmas Bareng selama 2 minggu mahasiswa diharapkan mendapatkan
1
pengalaman nyata tentang peran tugas bidan di masyarakat terutama di
puskesmas serta dapat mengemban sikap profesional dalam melaksanakan
asuhan kebidanan dan mengikut sertakan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan.
2
3.1.2 Data Demografis
3.2 Visi dan Misi Puskesmas
3.3 Sarana Upaya Kesehatan
3.3.1 Sumber Dana
3.3.2 Sarana Kesehatan
3.3.3 SDM
3.3.4 Struktur Organisasi
3.4 Data Standart Pelayanan Minimal (Januari s/d Desember 2010)
3.5 Data Pencapaian Standart Pelayanan Minimal Puskesmas Bareng
BAB IV ANALISIS DATA
4.1 Permasalahan
4.2 Prioritas Masalah
4.3 Penyebab Masalah
BAB V PERENCANAAN PEMECAHAN MASALAH
5.1 Alternatif Pemecahan Masalah
5.2 Prioritas Pemecahan Masalah
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
1.4 PELAKSANAAN
1.4.1 Waktu pelaksanaan
Praktik manajemen kebidanan di Puskesmas Bareng ini dilaksanakan pada
tanggal 27 desember s/d 08 januari 2011.
1.4.2 Lokasi pelaksanaan
Kegiatan praktik manajemen kebidanan di puskesmas bertempat di Puskesmas
Bareng jalan dr.Sutomo no.47 Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang.
1.4.3 Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengumpulan data
sekunder.
3
1.4.4 Langkah Kerja
Adapun langkah kerja mahasiswa adalah:
1. Pertemuan, orientasi dan mengamati lapangan wilayah kerja serta
perkenalan dengan staf karyawan Puskesmas Bareng.
2. Mempelajari sistem kerja Puskesmas Bareng.
3. Mengumpulkan data skunder dari 9 indikator kerja.
4. Mengolah data.
5. Menganalisis dan merumuskan permasalahan.
6. Menentukan masalah prioritas.
7. Menganalisis penyebab masalah.
8. Menyusun alternatif pemecahan masalah.
9. Menetapkan prioritas pemecahan masalah.
10. Menyusun rencana tidak lanjut untuk mengatasi masalah.
11. Menyusun laporan kegiatan.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
5. Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja.
6
10. Order (ketertiban).
11. Stability of tenure of personal (stabilitas jabatan pegawai).
12. Equity (keadilan).
13. Inisiative (prakarsa).
14. Esprit de Corps (kesetiakawanan korps).
1. Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam
manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang
membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai
tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia
adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-
orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
2. Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan
dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu
uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala
sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan
berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat
yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu
organisasi.
3. Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam
dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli
dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai
salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa
materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
7
4. Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan
keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
5. Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan
manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan
kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan
kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta
uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang
yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka
hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam
manajemen tetap manusianya sendiri.
8
penggerakan, dan pengawasan berhubungan dengan pencapaian tujuan melalui kerja
sama orang lain titik beratnya ada usaha pemanfaatan orang-orang yang berarti ia
yang melakukan perfomencenya akan tetapi melalui sumber-sumber yang tersedia
untuk itu sebagai sarana dan prasaran usaha kerja sama untuk mencapai tujuan
tersebut yang dimaksud sumber-sumber yang tersedia ialah segenap potensi yang
dapai dimanfaatkan dalam rangka penyelesaian pekerjaan pekerjaan usaha kerja
sama yang bersangkutan.
9
Sementara itu aspek-aspek yang merupakan dimensi eksternal
organisasi seperti faktor ekonomi, politik, sosial, perkembangan teknologi,
kependudukan dan sebagainya, menjadi kajian dari ilmu manajemen strategik
(strategic management). Jadi, meskipun faktor eksternal ini juga memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan organisasi dalam
mewujudkan visi dan misinya, namun tidak akan dibahas dalam konteks ilmu
perilaku organisasi.
10
berbeda pula untuk mencapai keefektifan. Disini pandangan lama yang
mengatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen bersifat universal dan perilaku
dapat berlaku dalam situasi apapun, tidak dapat diterima sepenuhnya.
Disisi lain, pendekatan produktivitas dimaksudkan sebagai ukuran
seberapa efisien suatu organisasi dapat menghasilkan keluaran yang
diinginkan. Jadi, produktivitas yang lebih baik merupakan ukuran yang
bernilai tentang seberapa baik penggunaan sumber daya dalam masyarakat.
Dalam hal ini perlu diingat bahwa konsep produktivitas tidak hanya diukur
dalam kaitannya dengan masukan dan keluaran ekonomis, tetapi masukan
manusia dan sosial juga merupakan hal yang penting. Dengan demikian,
apabila perilaku organisasi yang lebih baik dapat mempertinggi kepuasan
kerja, maka akan dihasilkan keluaran manusia yang baik pula, dan pada
akhirnya akan menghasilkan produktivitas pada derajat yang diinginkan.
11
2.7.2 Fungsi dan Tugas Kepemimpinan
Seorang pemimpin secara umum berfungsi sebagai berikut :
1. Mengambil keputusan.
2. Mengembangkan informasi.
3. Memelihara dan mengembangkan loyalitas anggota.
4. Memberi dorongan dan semangat pada anggota.
5. Bertanggungjawab atas semua aktivitas kegiatan.
6. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan.
7. Memberikan penghargaan pada anggota yang berprestasi.
Sedangkan tugas kepemimpinan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Yang berkaitan dengan kerja :
- Mengambil inisiatif.
- Mengatur langkah dan arah.
- Memberikan informasi.
- Memberikan dukungan.
- Memberi pemikiran.
- Mengambil suatu kesimpulan.
b. yang berkaitan dengan kekompakan anggota :
- Mendorong, bersahabat, bersikap menerima.
- Mengungkapkan perasaan.
- Bersikap mendamaikan.
- Berkemampuan mengubah dan menyesuaikan pendapat.
- Memperlancar pelaksanaan tugas.
- Memberikan aturan main.
12
1. Level Top Leader/Top Management
Pimpinan puncak, misalnya, direktur utama. Melakukan tugas yang
bersifat konseptual. Misalnya, melakukan perencanaan yang akan
dilakukan seluruh anggota.
2. Level Middle Leader/Middle Management
Golongan menengah, misalnya: staf produksi, manajer keuangan.
Melakukan tugas konseptual sebagai penjabaran dari top management,
juga melakukan pekerjaan tersebut. Penguasaan teknis relatif penting.
13
Dalam perkembangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku
pemikir psikologi yang berpandangan bahwaa sifat sifat kepemimpinan
tidak seluruhnya dilahirkan, akan tetapi juga dapat dicapai melalui
pendidikan dan pengalaman. Sifat sifat itu antara lain : sifat fisik, mental
dan kepribadian.
Jadi berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana
seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan
dan terhadap hasil yang tinggi juga.
3. Teori kontingensi
Mulai berkembang th 1962, teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu
sistem manajemen yang optimum, sistem tergantung pada tingkat
14
perubahan lingkungannya. Sistem ini disebut sistem organik (sebagai
lawan sistem mekanistik), pada sistem ini mempunyai beberapa ciri:
4. Teori Behavioristik
a. Maslow
15
melihat karyawan dari segi optimistik, manajer perlu melakukan
pendekatan humanistik kepada karyawan, menantang karyawan untuk
berprestasi, mendorong pertumbuhan pribadi, mendorong kinerja.
5. Teori Humanistik
Teori ini lebih menekankan pada prinsip kemanusiaan. Teori humanistic
biasanya dicirikan dengan adanya suasana saling menghargai dan adanya
kebebasan. Teori Humanistik dengan para pelopor Argryris, Blake dan
Mouton, Rensis Likert, dan Douglas McGregor. Teori ini secara umum
berpendapat, secara alamiah manusia merupakan motivated organism.
Organisasi memilikistruktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi dari
kepemimpinan adalah memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk
merealisasikan potensi motivasinya didalam memenuhi kebutuhannya dan
pada waktu yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok. Apabila
dicermati, didalam Teori Humanistik, terdapat tiga variabel pokok, yaitu:
(1), kepemimpinan yang sesuai dan memperhatikan hati nurani anggota
dengan segenap harapan, kebutuhan, dan kemampuan-nya, (2), organisasi
yang disusun dengan baik agar tetap relevan dengan kepentingan anggota
disamping kepentingan organisasi secara keseluruhan, dan (3), interaksi
yang akrab dan harmonis antara pimpinan dengan anggota untuk
menggalang persatuan dan kesatuan serta hidup damai bersama-sama.
Blanchard, Zigarmi, dan Drea bahkan menyatakan, kepemimpinan
bukanlah sesuatu yang Anda lakukan terhadap orang lain, melainkan
sesuatu yang Anda lakukan bersama dengan orang lain (Blanchard &
Zigarmi, 2001).
16
kesehatan di suatu wilayah kerja UPT tugasnya adalah menyelenggarakan
sebagian tugas teknis Dinas Kesehatan.
Pembangunan Kesehatan maksudnya adalah penyelenggara upaya
kesehatan. Pertanggung jawaban secara keseluruhan ada di Dinkes dan
sebagian ada di Puskesmas. Wilayah Kerja dapat berdasarkan kecamatan,
penduduk, atau daerah terpencil.
Pembenahan organisasi manajemen puskesmas, juga memerlukan
seni dan pengetahuan untuk memahami hal-hal apa yang terlibat dalam mencapai
tujuan serta apa yang menghambat pencapaian tujuan institusi. Berdasarkan analisis
pengalaman dari berbagai sumber informasi, ada tujuh konsep (7 K) yang
dikembangkan untuk membenahi kinerja manajemen puskesmas.
1. Komunikasi :
Menyampaikan apa yang akan dibenahi memerlukan seni komunikasi
agar tidak menimbulkan salah persepsi atau miskomunikasi, baik secara
interpersonal atau lewat pertemuan organisasi seperti minilokakarya (minlok)
puskesmas.
2. Koordinasi :
Menggabungkan berbagai karakter yang berbeda dalam organisasi,
memerlukan keterpaduan lintas program dan lintas sektor untuk mendukung
pencapaian target.
3. Komitmen :
Bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
dengan penuh sikap KONSEP DASAR PEMBENAHAN KINERJA
MANAJEMEN PUSKESMAS.
4. Konsisten :
Apa yang telah disepakati juga harus secara cepat dan tepat dijalankan
bersama-sama, sesuai tupoksi (tugas pokok dan fungsi) masing-masing
staf/pegawai yang proporsional.
5. Kontinyu :
Aktifitas harus terus berkelanjutan dalam menjalankan kegiatan yang
sudah diarahkan. Terus menerus mempunyai inisiatif, aktif, dan kreatif dalam
menjalankan tugas.
17
6. Konsekuen :
Sanggup menjalankan amanah dengan sikap penuh tanggung jawab
menurut tugas yang telah diembankan untuk dapat mengembangkan potensi diri
setiap pegawai.
7. Kooperatif :
Kerjasama menyeluruh antara unit organisasi maupun dengan unit kerja
lainnya yang dapat mendukung kemajuan organisasi.
18
1. Bagaimana bentuk tindakan pemberantasan panyakit tidak menular
yang akan dilakukan dan siapa yang akan melakukannya?
2. Mengordinir petugas kesehatan yang akan melakukan tahapan
pemberantasan penyakit tidak menular dimasyarakat.
Untuk menjawab point pertama diatas maka tindakan
pengorganisasian perencanaan program kesehatan itu berupa pelaksanaan
tugas-tugas oleh bidang-bidang pemberantasan kesehatan tidak menular
yang telah dibentuk sebelumnya oleh pemerintah terkait yang kemudian
akan dilaksanakan oleh bidang-bidang tersebut misalnya Bidang
Pencegahan, Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan terdiri
dari:
1. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit. Seksi Pencegahan
dan Pemberantasan Penyakit mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan
pengendalian kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit.
2. Seksi Pengamatan Penyakit dan Imunisasi. Seksi Pengamatan
Penyakit dan Imunisasi mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan
pengendalian kegiatan Pengamatan Penyakit dan Imunisasi.
3. Seksi Penyehatan Lingkungan. Seksi Penyehatan Lingkungan
mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan
koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan penyehatan
lingkungan.
Dari ketiga contoh diatas merupakan bentuk pengorganisasian
dari pernecanaan program kesehatan dalam rangka pemberantasan
penyakit tidak menular.Kemudian poin kedua ialah cara untuk
mengordinir petugas pemberantasan kesehatan dimasyarakat oleh
petugas kesehatan ialah dengan memberdayakan semua potensi yang ada
baik itu dari lingkup kesehatan sendiri maupun dari masyarakat sendiri.
3. Actuating
Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti
bila tidak diikuti dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan
19
kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua sumber daya manusia
yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program
kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja
yang telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu
dilakukan penyesuian. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas,
fungsi dan perannya masing-masing. Tidak boleh saling jegal untuk
memperebutkan lahan basah misalnya.
4. Controlling
Hal-hal yang perlu dikontrol dalam program perencanaan
kesehatan misalnya:
1. Tenaga Kesehatan
Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya
kesehatan yang menekankan penyembuhan penyakit adalah sangat
penting. Pengelolaan upaya kesehatan dan pembinaan bangsa yang
sehat memerlukan pendekatan holistic yang lebih luas, menyeluruh,
dan dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak
individual. Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotifasi
dan memberdayakan masyarakat, mampu melibatkan kerjasama
lintas sektoral, mampu mengelola system pelayanan kesehatan yang
efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor, pembinan
dan teladan hidup sehat.
2. Pemberdayaan Masyarakat
Dalam pembinaan dan pemberdayaan mayarkat yang sangat penting
adalah bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk
dapat tertarik dan bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri
dengan memobilisasi sumber dana yang ada pada mereka.
3. Kesehatan dan Komitmen Politik
Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh karena
itu untuk memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen
politik. Dewasa ini masih terasa adanya anggapan bahwa unsur
kesehatan penduduk tidak banyak berperan terhadap pembangunan
social ekonomi. Para penentu kebijakan banyak beranggapan sektor
20
kesehatan lebih merupakan sector konsumtif ketimbang sektor
produktif sebagai penyedia sumber daya manusia yang berkualitas,
sehingga apabila ada kegoncangan dalam keadaan ekonomi negara
alokasi terhadap sector ini tidak akan meningkat.
5. Evaluating
Evaluasi program adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk
melihat lebih dekat dan seksama sebuah program. Hal ini melibatkan
metode penelitian dan sifatnya lebih detail. Tujuan evaluasi ini adalah
untuk melihat seberapa banyak perubahan yang dapat dilakukan program
tersebut terhadap outcomes kesehatan secara luas, seperti prevalensi
penggunaan alat kontrasepsi atau ratio kematian ibu dan bayi. Kegiatan
evaluasi biasanya meliputi pengukuran pada saat awal program dan akhir
program dan jika memungkinkan mengontrol atau membandingkan
antara kelompok yang satu dengan yang lain untuk membantu melihat
seberapa besar perubahan dalam pencapaian outcomes sebagai hasil
akhir dari kegiatan-kegiatan program kesehatan tersebut. Namun, tidak
termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi lainnya dari luar program
tersebut.
21
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
2.8.6 Kedudukan
Sistem Kesehatan Nasional sebagai sarana pelayanan kesehatan strata
pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan UKP dan UKM di wilayah
kerjanya.
Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai UPT Dinas Kesehatan yang
bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan
Kabupaten/kota di wilayah kerjanya.
Sistem adalah sebagai unit pelaksana teknis dinasPemerintahan Daerah
kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit struktural Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.
Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama sebagai mitra dan
sebagai pembina upaya kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat
seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos UKK.
22
2. Unit Tata Usaha:
1. Data dan Informasi
2. Perencanaan dan Penilaian
3. Keuangan, Umum dan Kepegawaian
3. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:
1. UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat / UKBM (Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat).
2. UKP (Upaya Kesehatan Pengembangan).
4. Jaringan pelayanan Puskesmas:
1. Unit Puskesmas Pembantu.
2. Unit Puskesmas Keliling.
3. Unit Bidan di Desa/Komunitas.
23
1. Upaya Promosi Kesehatan.
2. Upaya Kesehatan Lingkungan.
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana.
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.
6. Upaya Pengobatan.
24
Azas Keterpaduan Lintas Sektor seperti UKS, GSI, UKK
4. Azas Rujukan
Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan seperti kasus, spesimen, ilmu
pengetahuan.
Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat contohnya sarana dan logistik,
tenaga, operasional.
25
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
26
Gambar 3.1 Peta Kecamatan Bareng
27
3.1.2 Data Demografi
Menurut data yang di peroleh dari kantor kecamatan Bareng pada akhir
tahun tahun 2009 wilayah kerja puskesmas Bareng membawahi 13 desa
dengan jumlah penduduk 63. 890 jiwa.
28
2. Data jumlah penduduk menurut jenis kelaminya pada akhir tahun tahun 2009
Tabel 3.2 data jumlah penduduk menurut jenis kelaminnya pada akhir tahun 2009
No Desa Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Kebondalem 3.038 3.069 6.107
2 Mendusewu 2.171 2.138 4.309
3 Pakel 2.085 1.955 4.040
4 Karangan 2.047 2.096 4.143
5 Ngampungan 1.966 1.947 3.913
6 Jenisgelaran 1.357 1.257 2.614
7 Bareng 5.904 5.968 11.872
8 Tebel 2.362 2.281 4.643
9 Mojotengah 1.855 1.884 3.739
10 Banjaragung 2.666 2.623 5.289
11 Nglebak 969 1.604 2.573
12 Pulosari 2.081 3.315 5.396
13 Ngrimbi 2.039 3.213 5.252
2009 30.540 33.350 63.890
2008 26.761 26.536 53.297
2007 26.566 26.462 53.028
2006 26.328 26.136 52.464
Sumber : kecamatan Bareng 2010
29
3. Data penduduk menurut pendidikan Kecamatan Bareng Tahun 2010
Tabel 3.3 Data penduduk menurut pendidikan Kecamatan Bareng Tahun 2010
NO DESA TK SD SLTP SLTA Perguruan Lain
sederajat sederajat Tinggi Lain
30
4. Data Jumlah penduduk menurut kelompok usia Kecamatan Bareng Tahun 2010
Tabel 3.4 Data jumlah enduduk menurut kelompok usia Kecamatan Bareng tahun
2010
NO DESA 0-9 10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 >70
1 Bareng 1.624 1.965 2.106 1.897 1.673 1.145 1.174 228
2 Mojotengah 443 597 637 531 531 393 362 98
3 Tebel 667 709 925 780 580 445 400 86
4 Kebondalem 887 1.034 1.098 1.023 785 535 562 185
5 Karangan 567 694 713 630 611 364 428 121
6 Pakel 615 648 692 646 539 334 588 109
7 Mundusewu 602 752 706 700 558 456 367 124
8 Ngampungan 593 642 1.897 5567 570 355 351 120
9 Jenis Gelaran 340 440 435 372 393 257 229 76
10 Pulosari 537 730 741 639 600 376 391 108
11 Ngrimbi 550 698 741 646 547 302 312 113
12 Nglebak 273 323 314 256 245 188 143 72
13 Banjaragung 715 864 839 945 756 499 465 131
Jumlah 8413 1096 11844 9632 8388 5649 5772 1571
Sumber : kecamatan Bareng 2010
31
3.2 Visi dan Misi Puskesmas
3.2.1 Visi Puskesmas
Menjadi puskesmas perawatan yang terdepan dalam pelayanan di
Kabupaten Jombang tahun 2015.
32
c. gigi 1
12. Bidan praktik swasta 1
13. Apotek 1
14. Toko obat 0
3.3.3 SDM
Tabel 3.6 Data Ketenagaan Puskesmas Bareng
No. Jenis Ketenagaan PNS NON PNS Jumlah
1. Medis
a. dokter umum 2 3
b. dokter gigi 1
c. dokter spesialis 0
2. Perawat
a. perawat 15 13 28
b. perawat gigi 1 1
3. Bidan 15 8 25
4. Farmasi
a. asisten apoteker 2 1 3
b. apoteker 1 1
5. Kesehatan Masyarakat
6. Sanitasi 1 1
7. Gizi 1 1
8. Teknis Medis
a. analis kesehatan 1 1 2
b. radiografer
c. teknisi 0 0
elektromedis 0 0
d. teknisi gigi
0 0
9. Keterapian Fisik
a. fisioterapi
b. akupunturis
c. terapi okupasi
10. Rekam Medik 1 1
11. Administrasi
a. SD 0 0
b. SMP 1 1
c. SMA 8 8
d. DI 0
e. DIII 0
f. S1/DIV 1 1
12. Sopir 1 1
13. Pesuruh 2 2
Jumlah 56 23 79
33
3.3.4 Struktur Organisasi
3.4 Data 7 Standart Pelayanan Minimal Puskesmas Bareng Tahun 2010
Tabel 3.7 7 Standart Pelayanan Minimal Puskesmas Bareng Tahun 2010
34
5 P2P 1. UCI
2. Penjaringan siswa SD dan setingkat
3. Penemuan dan penanganan penderita penyakit
AFP rate per 100.000 penduduk < 15 th
Penemuan penderita pneumonia balita
Penemuan penderita baru TB BTA +
Penderita DBD yang ditangani
Penemuan penderita diare
4. Desa/ kelurahan mengalami KLB yang dilakukan
PE < 24 jam
5. Pelayanan gangguan jiwa disarana pelayanan
kesehatan umum
6. Rumah / bangunan bebas jentik nyamuk aedes
aegepty
7. Pemeriksaan kontak intensif kusta
8. Penderitaan kusta PB yang RFT
9. Kesembuhan penderita TB paru BTA +
10. Balita dengan yang ditangani
11. Penderita malaria yang diobati
35
6. Cakupan bumil mendapat 90 tablet Fe
7. Cakupan kadarzi
8. Kecamatan bebas rawan gizi penduduk (<15%
gizi kurang dan gizi buruk)
934
792
36
90 933 DPT I 96,7 +6,7
902
862
834
856
964
889
845
809
37
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Permasalahan
Definisi masalah:
1. Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
2. Masalah adalah perbedaan antara kondisi sekarang dan kondisi yang diharapkan.
3. Masalah adalah hasil dari kesadaran bahwa kondisi yang sekarang terjadi
belumlah sempurna.
Dari beberapa uraian definisi diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa
masalah adalah di temukan antara kesenjangan antara harapan dan kenyataan atau
kesenjangan antara target dan pencapaian. Dari tabel 2.8 di temukan ada 3 SPM
yang masih memiliki indikator kerja yang pencapaiannya masih dibawah target:
1. Cakupan kunjungan bumil K4 yang belum mencapai target (-3,3 %).
2. Cakupan pemberian MP ASI usia 6-24 bulan (0%).
3. Cakupan balita gizi buruk yang belum mencapai target (-3,1%).
1. Urgency (urgensi), yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak, atau tidak
masalah tersebut diselesaikan.
2. Seriousness (keseriusan), yaitu melihat dampak masalah tersebut terhadap
produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan sistem atau
tidak.
38
3. Growth (berkembangnya masalah), yaitu apakah masalah tersebut berkembang
sedemikian rupa sehingga sulit dicegah.
39
ALUR PELAKSANAAN USG.
BUAT URUTAN
MASALAH (PRIORITAS)
SESUAI JUMLAH TOTAL
ANGKA YANG
DIPEROLEH TIAP-TIAP
MASALAH DARI
TERBESAR HINGGA
YANG TERKECIL
40
Menyusun prioritas masalah berdasarkan hasil langkah C.
Dari data yang didapat dari SPM yang telah diambil, dapat dilakukan
penentuan prioritas masalah dengan metode USG sebagai berikut:
Diambil 2 masalah besar sebagai berikut:
A. Cakupan kunjungan bumil K4 yang belum mencapai target.
B. Cakupan pemberian MPASI usia 6-24 bulan yang belum mencapai target.
C. Cakupan balita gizi buruk yang belum mencapai target.
PENGAMBILAN USG
Tabel 4.1 Data Pengambilan Urgency
PESERTA
MASALAH
1 2 3 4 5 6 7
A/B B A B A A A A
A/C A C A C C A A
B/C B B C B B C C
41
A/C A C C C C A A
B/C B B C C B C C
HASIL SKORING
Tabel 4.4 Hasil Skoring USG
MASALAH URGENCY SERIOUSNESS GROWTH TOTAL RANKING
A 9 1 7 17 3
B 6 12 6 24 1
C 6 8 8 22 2
Dari tabel 4.4 didapatkan yang menjadi masalah prioritas adalah masalah:
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada usia 6-24 bulan.
43 Definisi Permasalahan
4.3.1 Pengertian
Anak usia 6-24 bulan adalah bayi usia 6-11 bulan dan untuk usia 12-24 bulan.
4.3.2 Definisi Operasional
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24
bulan adalah pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan
selama 90 hari.
42
4.3.3 CARA PERHITUNGAN RUMUS
1. Rumus
2. Pembilang
Jumlah anak usia 6-24 bulan dari yang mendapat MP-ASI di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.
3. Penyebut
Jumlah seluruh anak usia 6-24 bulan di satu wilayah kerja dalam kurun
waktu tertentu.
4. Ukuran/konstanta
Persentase (%)
5. Contoh perhitungan
Jumlah anak usia 6-24 bulan yang mendapat MP-ASI 16 anak.
Jumlah sasaran anak usia 6-24 bulan 16 anak.
Presentase anak usia 6-24 bulan yang mendapat MP-ASI =
16 x 100% = 0%
16
4.3.5 Rujukan
Pedoman pengelolaan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) untuk anak
usia 6-24 bulan.
4.3.6 Target
TARGET 100%.
43
4.3.7 Laporan Perdesa
Tabel 4.5 data laporan cakupan MP-ASI perdesa Kecamatan Bareng tahun
2010
BULAN
NO. DESA
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
1. Bareng 3 3 3 - 13 13 13 13
2. Mojotengah 1 2 2 1 7 7 7 7
3. Tebel 1 2 2 1 5 5 5 5
4. Kebondalem 3 4 4 1 17 17 17 17
5. Karangan 1 1 1 - 9 9 9 9
6. Pakel - - - - 6 6 6 6
7. Mundusewu 1 2 2 1 6 6 6 6
8. Ngampungan - - - - 3 3 3 3
9. Jenis Gelaran 1 1 1 - 3 3 3 3
10. Pulosari - - - - 4 4 4 4
11. Ngrimbi 1 2 2 1 13 13 13 13
12. Nglebak 2 2 2 - 2 2 2 2
13. Banjaragung 1 1 1 - 2 2 2 2
Jumlah 15 20 20 5 80 80 80 80
Cakupan
Pemberian
TIME MP-ASI
usia 6-24
bulan
44
anak kontinyu
2. Money Rendahnya pendapatan Memberikan pembekalan
masyarakat keterampilan usaha kecil
pada masyarakat
3. Material Keanekaragaman makanan Mengadakan kerja sama
yang kurang dengan lintas sektoral
(pertanian)
4. Metode Cara pemberian dan Memberikan penyuluhan
penyajian MP ASI pada anak pada keluarga
yang kurang tepat
5. Market Distribusi MP ASI di Mengadakan kunjungan
lingkungan rumah tangga rumah
yang kurang tepat
6. Machine - -
7. Time Waktu turunnya anggaran Mengusulkan proposal ke
yang kurang tepat Dinas Kesehatan setempat
45
BAB V
PERENCANAAN PEMECAHAN MASALAH
Definisi Carl
Metode CARL merupakan suatu cara untuk menentukan prioritas masalah jika
data yang tersedia adalah data kualitatif. Dilakukan dengan menentukan skor atas
kriteria tertentu, yaitu Capability, Accesbility, Readiness, dan Leverage (CARL).
Semakin besar skor maka semakin besar masalahnya, sehingga semakin besar
masalahnya, sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas yaitu:
C : Capability/ kemampuan
A : Accesbility/ kemudahan
R : Readiness/ kesiapan
L : Leverage/ daya ungkit
Dengan skor nilai:
1 = sangat tidak mudah
2 = tidak mudah
3 = cukup mudah
4 = sangat mudah
5 = sangat mudah sekali
46
Langkah inti pelaksanaan CARL:
1. Pemberian skor pada masing-masing alternatif
pemecahan masalah dan perhitungan hasilnya.
1. Tulis atau daftarlah pemecahan masalah yang did apat dari kegiatan analisis
situasi.
2. Tentukan skor atau nilai yang akan diberikan pada tiap pemecahan masalah
berdasarkan kesepakatan bersama.
3. Berikan skor atau nilai utnuk setiap alternatif pemecahan masalah berdasarkan
kriteria CARL ( C x A x R x L ).
2. Menentukan prioritas berdasarkan hasil ranking.
Urutkan pemecahan masalah menurut prioritasnya berdasarkan hasil yang telah
diperoleh pada langkah 1.
PERSIAPAN TENTUKAN
- PETUGAS BATAS SKOR
LAKUKAN PEMBERIAN
- TEMPAT PRAKATA NILAI UNTUK
SKOR PADA MASING-
- SARANA OLEH MASALAH
MASING MASALAH
- DATA PIMPINAN BERDASARKAN
BERDASARKAN
- PESERTA KRITERIA
KRITERIA CARL
47
PENGAMBILAN SKOR DENGAN METODE CARL
Peserta :
1. dr. Sri Rahayu selaku dokter umum Puskesmas Bareng.
2. Ulfa Ida,Amd.Keb selaku koordinator KIA.
3. Endang Sukariyati selaku koordinator Gizi.
4. Syamsiah,Amd.Keb selaku koordinator Keluarga Berencana.
5. Amik Sudati,Amd.Kep selaku koordinator Promosi Kesehatan.
6. Hadi Pranoto,Amd.Kep selaku koordinator P2P.
7. Norman Mahendra,Amd.Kep selaku pembimbing praktik manajemen.
48
Tabel 5.2 Pengambilan Data Accesability
PESERTA
KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 Rata-Rata
Mengadakan
penyuluhan pada
2 2 1 2 2 5 5 2,7
masyarakat secara
kontinyu
Memberikan
pembekalan
keterampilan 1 1 1 1 1 1 1 1
usaha kecil pada
masyarakat
Mengadakan kerja
sama dengan
2 2 1 3 2 2 3 2,1
lintas sektoral
(pertanian)
Mengadakan
2 2 2 3 2 5 4 2,9
kunjungan rumah
Mengusulkan
proposal ke Dinas
2 2 1 2 1 1 1 1,4
Kesehatan
setempat
49
Tabel 5.4 Pengambilan Data Leverage
PESERTA
KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 Rata-Rata
Mengadakan
penyuluhan pada
1 2 2 5 3 4 5 3,1
masyarakat secara
kontinyu
Memberikan
pembekalan
keterampilan 1 1 1 2 1 1 1 1,1
usaha kecil pada
masyarakat
Mengadakan kerja
sama dengan
2 1 1 2 1 1 1 1,3
lintas sektoral
(pertanian)
Mengadakan
3 3 3 5 3 4 5 3,7
kunjungan rumah
Mengusulkan
proposal ke Dinas
4 4 4 2 3 3 1 3
Kesehatan
setempat
SKOR Hasil
KEGIATAN Ranking
C A R L CxAxRxL
Mengadakan
penyuluhan
pada
3,6 2,7 3,4 3,1 102,4 2
masyarakat
secara
kontinyu
Memberikan
pembekalan
keterampilan
1 1 1 1,1 1,1 5
usaha kecil
pada
masyarakat
Mengadakan
kerja sama
dengan lintas 2,1 2,1 2 1,3 11,5 4
sektoral
(pertanian)
Mengadakan 3,4 2,9 3 3,7 109,4 1
kunjungan
50
rumah
Mengusulkan
proposal ke
Dinas 1,6 1,4 2,3 3 15,5 3
Kesehatan
setempat
51
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari praktik manajemen kebidanan yang dilakukan di Puskesmas Bareng
dapat disimpulkan bahwa mahasiswa telah dapat:
1. Data umum di wilayah kerja Puskesmas Bareng sebagaimana subbab 3.1 s/d 3.5
2. Program Puskesmas Bareng serta masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Bareng.
3. Masalah kesehatan yang ada di puskesmas Bareng ada 3 masalah. Yaitu cakupan
kunjungan K4 yang belum mencapai target, cakupan pemberian MP-ASI usia 6-
24 bulan, dan cakupan balita gizi buruk yang belum mencapai target.
4. Yang menjadi masalah prioritas di Puskesmas Bareng adalah belum tercapainya
target SPM dari indikator kerja cakupan pemberian MPASI usia 6-24 bulan.
5. Penyebab masalah belum tercapainya target SPM dari indikator kerja cakupan
pemberian MPASI usia 6-24 bulan adalah mengadakan penyuluhan pada
masyarakat secara kontinyu, memberikan pembekalan keterampilan usaha kecil
pada masyarakat, menegdakan kerjasama dengan lintas sektoral (pertanian),
mengadakan kunjungan rumah, mengusulkan proposal ke Dinas Kesehatan
setempat.
6. Terdapat alternatif pemecahan masalah prioritas sebanyak 2 alternatif, yaitu
penyuluhan pada masyarakat secara kontinyu dan melakukan kunjungan rumah
7. Melaksanakan penyuluhan pemberian MP-ASI pada anak usia 6-24 bulan di
Balai Desa Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Puskesmas Bareng:
1. Diharapkan Puskesmas Bareng bisa mempertimbangkan rencana tindak
lanjut yang telah dibuat dalam laporan ini.
2. Diharapkan Puskesmas Bareng bisa menggali lebih dalam tentang
penyebab masalah dari tidak tercapainya target SPM dari indikator kerja
cakupan pemberian MPASI usia 6-24 bulan.
52
6.2.2 Bagi Institusi
1. Dengan dilaksanakannya praktek manajemen organisasi, institusi dapat
mengukur seberapa jauh anak didiknya dalam memahami konsep
manajemen organisasi dengan metode USG dan CARL dilapangan.
2. Sebagai pengembangan ilmu pendidikan di Institusi.
6.2.3 Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan mahasiswa di bidang manajemen organisasi baik
secara konsep maupun penerapannnya langsung di lapangan praktik.
53
DAFTAR PUSTAKA
http://ilmukeperawatan.net/index.php/artikel/13-kesehatan-masyarakat/17-konsep-
puskesmas.html, akses tanggal 4 Januari 2011
http://tiarsblog.blogspot.com/2010/03/puskesmas.html, akses Tanggal 4 Januari 2011
http://ingo1.wordpress.com/2010/05/29/perencanaan-program-kesehatan-melalui-
fungsi-manajemen-poace/, akses tanggal 4 Januari 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen, akses tanggal 4 januari 2011
http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2010/04/manajemen-keperawatan.html,
akses tanggal 6 Januari 2011
http://www.scribd.com/doc/6946361/perilaku-organisasi, akses tanggal 6 Januari 2011
54
LAMPIRAN
SAP
(SATUAN ACARA PENYULUHAN)
55
memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan
sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24
bulan atau lebih.
Rekomendasi tersebut menekankan, secara sosial budaya MP-ASI
hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah
setempat (indigenous food).
Program perbaikan gizi yang bertujuan meningkatkan jumlah dan mutu MP-
ASI, selama ini telah dilakukan, diantaranya pemberian MP-ASI kepada bayi dan anak
usia 6 24 bulan dari keluarga miskin. Secara umum terdapat dua jenis MP-ASI yaitu
hasil pengolahan pabrik atau disebut dengan MP-ASI pabrikan dan yang diolah di
rumah tangga atau disebut dengan MP-ASI lokal. Mengingat pentingnya aspek sosial
budaya dan aspek pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pemberian MP-ASI maka
MP-ASI yang akan diberikan pada tahun 2006 yaitu MP-ASI lokal atau disebut juga
MP-ASI dapur ibu .
Pemberian MP-ASI lokal memiliki beberapa dampak positif, antara lain; ibu
lebih memahami dan lebih terampil dalam membuat MP-ASI dari bahan pangan lokal
sesuai dengan kebiasaan dan sosial budaya setempat, sehingga ibu dapat melanjutkan
pemberian MP-ASI lokal secara mandiri; meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat serta memperkuat kelembagaan seperti PKK dan Posyandu; memiliki
potensi meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penjualan hasil pertanian; dan
sebagai sarana dalam pendidikan atau penyuluhan gizi.
Pemberian MP-ASI lokal diharapkan meningkatkan kegiatan kader dan
partisipasi masyarakat untuk datang ke Posyandu. Hal ini sangat penting dalam upaya
menggairahkan kegiatan Posyandu, karena MP-ASI lokal dapat dijadikan sebagai entry
point revitalisasi Posyandu. Oleh sebab itu pemberian MP-ASI lokal harus melibatkan
posyandu dan PKK desa/kelurahan
2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberi pengetahuan tentang makanan pendamping ASI / MP-ASI.
2. Tujuan Khusus
1. Memberitahu cara pemberian MP-ASI pada bayi.
56
2. Memberitahu persyaratan dalam pemberian MP-ASI.
3. Memberitahu jenis-jenis MP-ASI.
3. Kegiatan
1. Salam.
2. Perkenalan diri.
3. Ceramah.
Isi ceramah: pengertian MP-ASI, kriteria MP-ASI, cara pemberian MP-ASI,
indikator bayi siap untuk menerima makanan padat.
4. Media
Leafleat
5. Materi
1. Pengertian MP-ASI
MP-ASI atau Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman
yang mengandung gizi diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan
gizinya. MP-ASI diberikan mulai usia 6-24 bulan. Semakin meningkat usia
bayi/anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena tumbuh kembang,
sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi gizi. MP-ASI merupakan
makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-
ASI harus dilakukan secra bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan
kemampuan pencernaan bayi/anak.
Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting
untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang pesat pada
periode ini. Bertambah umur bayi, bertambah pula kebutuhan gizinya. Ketika bayi
memasuki usia 6 bulan ke atas, beberapa elemen nutrisi seperti karbohidrat, protein,
dan beberapa vitamin dan mineral yang terkandung dalam ASI atau susu formula
tidak lagi mencukupi. Sebab itu sejak usia 6 bulan, kepada bayi selain ASI mulai
diberi makananpendamping ASI (MP-ASI) agar kebutuhan gizi bayi/anak terpenuhi.
Dalam pemberian MP-ASI perlu diperhatikan waktu pemberian MP-ASI,
frekuensi porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara
57
pemnberiannya. Disamping itu perlu pula diperhatikan pemebrian makanan pada
waktu anak sakit dan bila ibu bekerja diluar rumah. Pemberian MP-ASI yang tepat
diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi bayinya, namun juga
merangsang keterampilan makan dan meranmgsang rasa percaya diri.
Setelah usia 6 bulan, ASI hanya memenuhi 60-70% kebutuhan gizi bayi.
Jadi bayi mulai membutuhkan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Pemeberian
makanan padat pertama ini harus memperhatikan kesiapan bayi, antara lain
keterampilan motorik, keterampilan mengecap, dan mengunyah, plus penerimaan
terhadap rasa dan bau. Oleh karena itu pemberian makanan padat pertama perlu
dilakukan secara bertahap. Misalnya, untuk melatih indra pengecapnya, berikan
bubur susu atau rasa dulu, baru kemudian dicoba yang multi rasa.
Disini kami akan membahas mengenai cara pengenalan yang baik
pemberian makanan pendamping ASI kepada bayi mengingat organ pencernaan bayi
yang belum sempurna seperti orang dewasa, sehingga jika salah memberikan
pengenalan makanan bayi ini dapat menimbulkan gangguan pencernaan pada bayi
seperti terjadinya sembelit atau perut kembung.
Memberikan MP-ASI sebaiknya diberikan secra bertahap, baik dilihat
dari jenis makanannya, tekstur dan jumlah porsinya. Kekentalan makanan bayi dan
jumlah harus disesuaikan dengan kesiapan bayi dalam menerima makanan. Dari sisi
tekstur makanan, awalnya bayi harus diberi makanan semi padat, sedangkan
makanan padat diberikan ketika bayi sudah mulai tumbuh gignya.
Porsi makanan juga berangsur, mulai dari satu sendok hingga sesuai
dengan porsi bayi. Sebaiknya pengenalan makanan bayi dimulai dari satu jenis
makanan, misalnya pisang, alpukat, dan pepaya. Kemudian setelah diberi makanan
bayi tersebut, perhatikan respon dari bayi, apakah bayi menerima makanan yang
diberikan atau tidak. Jika bayi menolak, biasanya dengan cara memuntahkan
makanan, jangan dipaksakan, berikan makanan bayi pendamping lainnya. Biasanaya
bayi lebih menyukai makanan yang rasanya manis, oleh karena itu berikan makanan
bayi seperti buah-buahan pada ujung loidah dan sayuran pada bagian tengah.
Utamakan pemberian sayuran diabnding buah-buahan, karena citarasa sayuran
cenderung langu dan kurang dinikmati bayi. Jikalau terus-menerus bayi dikenalkan
pada rasa manis, ditakutkan bayi tidak akan menyukai sayuran.
58
2. Persyaratan MP-ASI
Kriteria yang harus dimiliki oleh MP-ASI:
a Nilai gizi dan kandungan proteinnya tinggi
b Memiliki nilai suplementasi yang baik, mengandunng vitamin dan mineral
dalam jumlah yang cukup
c Dapat diterima oleh bayi dengan baik
d Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara alami
e Bersifat pada gizi (kandungan serta kasar/bahana lain sukar dicerna terlalu
banyak justru akan mengganggu pencernaan hati)
59
5. Beberapa masalah pada pemberian MP-ASI
Dari hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan kurang gizi
pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak
tepat. Keadaan ini memerlukan penanganan tidak hanya, tetapi dengan pendekatan
yang lebih komunikatif sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan
masyarakat, selain itu ibu-ibu kurang menyadari bahwa setelah bayi berumur 6
bulan memerlukan MP-ASI dalam jumlah dan mutu yang semakin bertambah,
sesuai dengan pertambahan umur bayi dan kemampuan alat cernanya.
60
f Frekuensi pemberian MP-ASI kurang, berakibat kebutuhan anak kurang
terpenuhi.
g Pemberian ASI terhenti karena ibu bekerja
7. Contoh jenis-jenis MP-ASI
Umur 6 bulan : ASI, bubur lunak/ sari buah, bubut tepung beras. 1-2x/hari
Umur 7 bulan : ASI, buah-buahan, biskuit, sayuran, air tajin. 1-2x/hari
Umur 9 bulan :ASI, buah-buahan, bubur/roti, sari buah tanpa gula. 1-2x/hari
Umur 12 bulan/lebih : Makanan pada umunya termasuk telur dengan kuningya,
buah-buahan, dll. 1-2x/hari.
6. Evaluasi
Pertanyaan dari audien dan menjawab pertanyaan
1. Mengapa anak saya umur 3 tahun susah makan?
Jawaban:
- Ibu bisa memfariasikan menu makanan, sekreatif mungkin bentuk
dan tampilan makanan agar anak tertarik untuk makan,anak dilatih ngemil disela
sela jam makan bisa dengan buah (pisang,pepaya,jeruk dll), biskuit, dan makanan
ringan lainnya tapi jangan makan snack terlalu sering.
- Bisa memberikan suplemen penambah nafsu makan.
3. Mengapa anak saya minum ASI tapi kok sakit-sakitan, katanya ASI mengandung
kekebalan tubuh?
Jawaban:
- Ibu anak sakit-sakitan itu bisa disebabkan oleh keadaan lingkungan yang tidak
indusif seperti lingkungan yang kotor, kumuh, dan lembab.
61
- Pola hidup orang-orang disekitar bayi seperi perokok, keluarga yang juga
mengidap penyakit menular (TBC,Hepatitis B).
- Keadaan cuaca yang buruk seperti setelah musim hujan tiba-tiba berganti musim
panas.
62
Dokumentasi Penyuluhan di Balai Desa Kecamatan Bareng Jombang
63
64
FORMAT UNDANGAN
PELAKSANAAN USG DAN CARL
Yth. Bapak/Ibu
di tempat
Hormat Kami
Mahasiswa semester 5
65
66