Вы находитесь на странице: 1из 11

Clinical Science Session

KEPRIBADIAN DAN INTOLENRANSI

Resna Marvinza P 2099 A

Rifa Atul Mahmuda P 2132 A

Pembimbing :

Dr.dr. Adnil Edwin Nurdin, Sp.KJ (K)

BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS/ SMF PSIKIATRI RSUP DR. M. DJAMIL

PADANG

2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................1
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................2
Latar Belakang............................................................................................2
Batasan Masalah..........................................................................................3
Tujuan Penulisan.........................................................................................3
Metode Penulisan........................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................4
2.1 Definisi..................................................................................................4
2.2 Epidemiologi.........................................................................................4
2.3 Etiologi dan Faktor Risiko....................................................................4
2.4 Patofisiologi..........................................................................................5
2.5 Gambaran Klinis...................................................................................5
2.6 Diagnosis...............................................................................................6
2.7 Diagnosis Banding................................................................................6
2.8 Penatalaksanaan....................................................................................6
2.9 Komplikasi............................................................................................7
2.10 Prognosis.............................................................................................7
BAB 3 KESIMPULAN..............................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................9

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepribadian didefinisikan sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku

yang menandai kehidupan seseorang dari hari kehari dalam kondisi yang

biasanya. Kepribadian adalah mencakup keseluruhan pikiran, perasaan, dan

tingkah laku, kesadaran dan ketidaksadaran. Kepribadian membimbing orang

untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik.

Ketika mengembangkan kepribadian, orang harus berusaha mempertahankan

kesatuan dan harmoni diantara semua elemen kepribadian. Kepribadian

adalah suatu pola yang relative permanen dari sifat, watak, atau karakteristik

yang memberikan konsistensi pada perilaku seseorang.

1.2 Batasan Masalah

Batasan penulisan ini membahas mengenai definisi,

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan pembaca dan

penulis mengenai kepribadian dan intoleransi.

1.4 Metode Penulisan

Referat ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang


merujuk dari berbagai literatur.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepribadian

2.1.1 Definisi

Definisi kepribadian menurut para ahli diantaranya :

1. Gordon W. W

Personality is the dynamic organization within the individual of those

psychophysical systems that determine his unique adjustments to his

environment (Singgih Dirgagunarso, 1998 : 11).

2. David Krech dan Richard S. Crutchfield (1969) dalam bukunya yang

berjudul Elelemnts of Psychology merumuskan definisi kepribadian

sebagai berikut : Personality is the integration of all of an individuals

characteristics into a unique organization that determines, and is modified

by, his attemps at adaption to his continually changing environment.

(Kepribadian adalah integrasi dari semua karakteristik individu ke dalam

suatu kesatuan yang unik yang menentukan, dan yang dimodifikasi oleh

usaha-usahanya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang

berubah terus-menerus).

3. Adolf Heuken S.J. dkk. dalam bukunya yang berjudul Tantangan

Membina Kepribadian (1989 : 10), menyatakan sebagai berikut.

Kepribadian adalah pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta

kebiasaan seseorang, baik yang jasmani, mental, rohani, emosional

maupun yang sosial. Semuanya ini telah ditatanya dalam caranya yang

4
khas di bawah beraneka pengaruh dari luar. Pola ini terwujud dalam

tingkah lakunya, dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana

dikehendakinya

Berdasarkan definisi dari Allport, Kretch dan Crutchfield, serta Heuken dapat

disimpulkan pokok-pokok pengertian kepribadian sebagai berikut.

Kepribadian merupakan kesatuan yang kompleks, yang terdiri dari aspek

psikis, seperti : inteligensi, sifat, sikap, minat, cita-cita, dst. serta aspek

fisik, seperti : bentuk tubuh, kesehatan jasmani, dst.

Kesatuan dari kedua aspek tersebut berinteraksi dengan lingkungannya

yang mengalami perubahan secara terus-menerus, dan terwujudlah pola

tingkah laku yang khas atau unik.

Kepribadian bersifat dinamis, artinya selalu mengalami perubahan,

tetapi dalam perubahan tersebut terdapat pola-pola yang bersifat tetap.

Kepribadian terwujud berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin

dicapai oleh individu.

2.1.2 Konsep yang Berhubungan dengan Kepribadian

Ada beberapa konsep yang berhubungan erat dengan kepribadian bahkan

kadang-kadang disamakan dengan kepribadian. Konsep-konsep yang

berhubungan dengan kepribadian adalah (Alwisol, 2005 : 8-9) :

1. Character (karakter), yaitu penggambaran tingkah laku dengan

menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun

implisit.

2. Temperament (temperamen), yaitu kepribadian yang berkaitan erat

dengan determinan biologis atau fisiologis.

5
3. Traits (sifat-sifat), yaitu respon yang senada atau sama terhadap

sekolopok stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu (relatif)

lama.

4. Type attribute (ciri), mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimuli

yang lebih terbatas.

5. Habit (kebiasaan), merupakan respon yang sama dan cenderung berulang

untuk stimulus yang sama pula.

2.1.3 Struktur Kepribadian

Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri

dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris

dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki

asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri. Ketiga unsur

kepribadian tersebut dengan berbagai dimensinya disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 5.1 Struktur Kepribadian


No Unsur / Dimensi DAS ES DAS ICH DAS UEBER
( the Id ) ( the Ego ) ICH ( the Super
Ego )
1 ASAL Pembawaan hasil interaksi Hasil
dengan internalisasi
lingkungan nilai-nilai dari
figur yang
berpengaruh
2 ASPEK Biologis psikologis Sosiologis
3 FUNGSI mempertahankan mengarahkan Sebagai
konstansi individu pada pengendali Das
realitas Es serta
mengarahkan
das Es das Ich
pada peri- laku
yang lebih
bermoral.
4 PRINSIP pleasure reality morality
OPERASI principle principle principle

6
5 PERLENGKAPAN 1) refleks proses 1) conscientia
2) proses primer sekunder 2) Ich ideal

Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego (ego defence mechanism)

sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka

dari dorongan-dorongan das Es maupun untuk menghadapi tekanan das Uber Ich

atas das Ich, dengan tujuan kecemasan yang dialami individu dapat dikurangi

atau diredakan.

Berikut ini 7 macam mekanisme pertahanan ego yang menurut Freud umum

dijumpai :

1. Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan

kecemasan dengan cara menekan dorongan-dorongan yang menjadi

penyebab kecemasan tersebut ke dalam ketidak sadaran.

2. Sublimasi, adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk

mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan

menyesuaikan dorongan primitif das Es yang menjadi penyebab

kecemasan ke dalam bentuk tingkah laku yang bisa diterima, dan

bahkan dihargai oleh masyarakat.

3. Proyeksi, adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang

menimbulkan kecemasan kepada orang lain.

4. Displacement, adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan

kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya

dibanding individu semula.

5. Rasionalisasi, menunjuk kepada upaya individu memutarbalikkan

kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengamcam ego, melalui

7
dalih tertentu yang seakan-akan masuk akal. Rasionalissasi sering

dibedakan menjadi dua : sour grape technique dan sweet orange

technique.

6. Pembentukan reaksi, adalah upaya mengatasi kecemasan karena

insdividu memiliki dorongan yang bertentangan dengan norma,

dengan cara berbuat sebaliknya.

7. Regresi, adalah upaya mengatasi kecemasan dengan bertinkah laku

yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

8
BAB 3
KESIMPULAN

Korioamnionitis atau infeksi intra uterin merupakan infeksi akut pada cairan

ketuban, janin dan selaput korioamnion yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri

penyebabnya biasanya polimikrobial dan biasanya mencakup bakteri fakultatif

dan anaerob. Semua faktor yang meningkatkan risiko pajanan berkepanjangan

ketuban janin dan/atau rongga uterus terhadap mikroba dari vagina akan

meningkatkan risiko korioamnionitis. Periode ketuban pecah yang lama

merupakan faktor risiko yang paling tinggi peranannya dalam patogenesis

korioamnionitis. Makin lama jarak antara ketuban pecah dengan persalinan,

makin tinggi pula risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan janin.

Korioamnionitis terjadi akibat infeksi asenden mikroorganisme dari serviks

dan vagina setelah terjadinya ketuban pecah dan persalinan. Korioamnionitis

seringkali bukan suatu gejala akut, namun merupakan suatu proses kronis dan

tidak menunjukkan gejala sampai persalinan dimulai atau terjadi ketuban pecah

dini. Bahkan sampai setelah persalinan sekalipun pada wanita yang terbukti

memiliki korioamnionitis (melalui pemeriksaan histologis atau kultur) dapat tidak

ditemukan tanda klasik diatas selain tanda-tanda prematuritas. Namun secara

umum gejala dan tanda infeksi intrapartum yaitu suhu ibu 37,8C dan 2 atau

lebih dari kondisi dibawah ini: takikardia ibu (>100 x/menit), takikardia janin

(>160 x/menit), nyeri uterus, cairan amnion berbau dan leukositosis ibu (>15.000

sel/mm3) .

9
Tatalaksana pada wanita dengan korioamnionitis biasanya dengan terapi

antimikroba dan janin dilahirkan tanpa memandang usia gestasi. Korioamnionitis

jarang mengakibatkan mortalitas maternal, namun merupakan penyebab

signifikan terjadinya morbiditas maternal.

Beberapa kondisi lain harus dipertimbangkan dalam diagnosis banding

korioamnionitis. Pada pasien intrapartum dengan epidural dan demam ringan

tanpa takikardia (ibu atau janin) atau tanda-tanda klinis peradangan lainnya

intrauterine, epiduralassociated

Demam adalah pertimbangan yang kuat. Infeksi extrauterine dapat

menyebabkan demam dan sakit perut, baik selama atau di tidak adanya tenaga

kerja, termasuk infeksi saluran kemih (Pielonefritis), influenza, radang usus

buntu, dan pneumonia. kondisi non-menular terkait dengan nyeri perut (biasanya

dalam ketiadaan demam) termasuk tromboflebitis, nyeri ligamen bulat, radang

usus, gangguan jaringan ikat dan solusio plasenta

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Huleihel M, Golan H, Hallak M, et al. Intra uterine infection/inflammation


during pregnancy and offspring brain damage : Possible mechanisms
involved. Reproductive biology and endrocrinology. BioMed Central 2004.
http://www.rbej.com
2. Infeksi dalam persalinan. Dalam: Saifudin AB ed. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2001: 255-8
3. Abnormalitis of the placenta, umbilical cord and membranes. In:
Cunningham FG, Gant NE, Leveno KJ, Bloom SL, et al eds. Williams
Obstetrics. 22nd ed. New York: McGraw Hill; 2005: 625
4. Gravett NG, Sampson JE. Other infectious conditions. In: James DK, Steer
PJ, Weiner CP, et al. High Risk Pregnancy Management Options. London:
WB Saunders Co Ltd ; 1996: 513-5
5. Leveno KJ et al. Chorioamnionitis. Williams Manual of Obstetrics, 21st ed
Boston McGraw-Hill. 2003
6. Sherman MP, Otsuki K. Maternal Chorioamnionitis. E-Medicine 2003.
http://www.emedicine.com/specialties/neonatology.
7. Pueperal infection. In: Cunningham FG, Gant NE, Leveno KJ, Bloom SL, et
al eds Williams Obstetrics. 22nd ed. New York: McGraw Hill; 2005: 712
8. Tita, Alan T.N. Diagnosis and Management of Chorioamnionitis.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3008318/
9. Newton, Edward R. Chorioammnionitis and Intraamniotic Infection. Clinical
Obstetrics and Gynecology Vol 36, Number 4. Lippincot Co. 1993; 795-808
10. Goldenberg RL, Hauth JC, Andrews WW. Intrauterine infection and preterm
delivery. New England Journal Of Medicine. 2000. http://www.nejm org
11. Gibbs RS, Sweet RL, DufFWP. Maternal and Fetal Infectious Disorder. In :
Creasy RK, Resnik R, eds. Matemal-Fetal Medicine. 5th ed. Philladelphia :
WB Saunders.2004 : pp 741-99
12. Sumber: Fahey JO. Clinical management of intra-amniotic infection and
chorioamnionitis: a review of literature. J Midwifery Womens
Health. 2008;53(3):227-235.
13. Arias F. Premature Rupture of Membrane. Practical Guide to: High Risk
Pregnancy and Delivery, 2nd ed. St Louis: Mosby Year Book; 1993: 100-113
14. Gardner K. Emergency delivery, preterm labor and postpartum hemorrage.
In: Pearlman MD, Tintinalli JE, Dyne PL. Obstetric & Gynecologic
Emergencies Diagnosis & Management. New York: McGraw-Hill; 2004: 320
15. Ketuban pecah dini. Dalam: Saifuddin AB ed. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohadjo: M-115

11

Вам также может понравиться