Menurut Giddens, (200: 76-80) dalam garis besar agenda tsb
mencangkup 2 hal yaitu:
a. Politik Jalan Ketiga meliputi keadaan masyarakat madani
sebagai berikut Persamaan Perlindungan atas mereka yang lemah Kebebasan sebagai otonomi Tidak ada hak tanpa tanggung jawab Tidak ada otoritas tanpa demokrasi Pluralisme kosmopolitan Konsevatisme filosofis
b. Program Jalan Ketiga meliputi hal-hal berikut
Negara demokratis baru (negara tanpa musuh) Masyarakat madani yang aktif Keluarga demokratis Ekonomi campuran baru Kesamaan sebagai inklusi Kesejahteraan positif Negara berinvestasi sosial Bangsa kosmopolitan Demokrasi kosmopolitan
Menurut Blakely dan Suggate (1997), strategi untuk
menjalankan Agenda Jalan Ketiga meliputi 4 hal yaitu:
a. Membangun masyarakat untuk membantu pencapaian
tujuan-tujuan pemerintah. Peningkatan investasi-investasi sosial dan pendistribusian pelayanan-pelayanan sosial dasar yang lebih luas dan adil. b. Membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan- kebutuhannya. Strategi ini meliputi desentralisasi pembuatan keputusan dan peningkatan program-program pengembangan masyarakat yang dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam merealisasikan kepentingan-kepentingannya. c. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan perlindungan hak asasi manusia, kebebasan berorganisasi dan menyatakan pendapat serta penetapan struktur- struktur hukum bagi lembaga-lembaga swadaya masyarakat. d. Meningkatkan partisipasi mayarakat. Strategi ini ditujukan untuk memberikan kesempatan pada masyarakat agar dapat memberikan masukan bagi perumusan kebijakan dan praktik-praktik pemerintahan yang menjamin konsultasi dan pengakuan hakiki terhadap fungsi-fungsi organisasi-organisasi lokal
Pada masa pemerintahan B.J. Habibie sesungguhnya telah
dibentuk Tim Nasional Reformasi menuju masyarakt madani dengan tujuan antara lain merumuskan rekomendas dan pemikiran tentang upaya untuk mendorong transformasi bangsa menuju masyarakat madani. Namun, Keputusan Presiden Nomor 198 Tahun 1998 tersebut telah beberapa kali diubah dan dicabut dengan Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun1999 pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid.
Padahal, dengan adanya Keppres tersebut, maka keberpihakan
pemerintah terhadap tumbuhnya masyarakat madani dalam rangka mewujudkan suatu masyarakat madani yang lebih nyata. Namun, sejak tampilnya pemerintahan Abdurrahman Wahid, Keppres nomor 198 tahun 1998 dicabut dengan Keppres nomor 22 tahun 2000 dengan alasan untuk lebih meningkatkan efektivitas kinerja departemen, lembaga pemerintah non departemen, dan instansi pemerintah lainnya.