Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah ini membahas mengenai etika profesi guru secara umum bagi peserta guru.
Beberapa paparan dalam makalah ini membahas tentang etika kerja dan etos kerja guru serta
kode etik guru yang meliputi: kode etik dan etika profesi keguruan, pengertian kode etik guru,
unsur-unsur kandungan kode etik guru, rumusan kode etik guru, alasan pentingnya kode etik bagi
guru, tujuan perumusan kode etik guru, manfaat kode etik bagi guru, dan upaya mewujudkan
kode etik guru.
Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua peserta sertifikasi guru agar
menjadi guru yang profesional. Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu proses pemberdayaan
dan pembudayaan individu agar mampu memenuhi kebutuhan perkembangan dan memenuhi
tuntutan sosial, kultural, serta religius dalam lingkungan kehidupannya.
Pengertian pendidikan seperti ini mengimplikasikan bahwa upaya apapun yang dilakukan
dalam konteks pendidikan terfokus pada upaya memfasilitasi proses perkembangan individu
sesuai dengan nilai agama dan kehidupan yang dianut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Fungsi dan Tujuan Organisasi Profesi Keguruan.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa sebagai calon guru mendapat pengalaman dalam membuat makalah serta
menambah wawasan terkait profesi keguruan.
b. Mahasiswa dapat menyiapkan diri sebagai calon guru dalam mengetahui kode etik
profesi keguruan.
2. Bagi Guru
a. Guru dapat lebih mengetahui Tujuan Dan Fungsi kode etik profesi keguruan. Sehingga
tercipta sikap dan kinerja profesional yang hendaknya diterapkan di sekolah.
b. Guru dapat menerapkan sikap dan kenerja guru yang profesional sesuai profesinya.
c. Guru dapat menciptakan hubungan yang harmonis serta dapat meningkatkan kualitas
profesinya.
BAB II
PEMBAHASAN
Kode etik guru sesungguhnya merupakan pedoman yang mengatur hubungan guru
dengan teman kerja, murid dan wali murid, pimpinan dan masyarakat serta dengan misi
tugasnya. Menurut Oteng Sutisna (1986 : 364) bahwa pentingnya kode etik guru dengan teman
kerjanya difungsikan sebagai penghubung serta saling mendukung dalam bidang mensukseskan
misi dalam mendidik peserta didik.
11 Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan dan Bermutu, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). Hlm. 112
Sebagai kalangan profesional, sudah waktunya guru Indonesia memiliki kode etik dan
sumpah profesi. Guru juga harus memiliki kemampuan sesuai dengan standar minimal sehingga
nantinya tidak malapraktik ketika mengajar.2
Adanya sumpah profesi dan kode etik guru, menurut Achmad Sanusi, sebagai rambu-
rambu, rem, dan pedoman dalam tindakan guru khususnya saat kegiatan mengajar. Alasannya,
guru harus bertanggung jawab dengan profesi maupun hasil dari pengajaran yang ia berikan
kepada siswa. Jangan sampai terjadi malapraktik pendidikan.
Ada beberapa kode etika guru di indonesia antara lain sbb:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia indonesia seutuhnya
berjiwa Pancasila
2. Guru memiliki dan melaksanakan kewjujuran professional
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan
6. Guru secara pribadi dan secara bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu da
martabat profesinya
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organiosasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian
22 Ali Imron, Kebijakan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 98
2. Biggs dan Blocher ( 1986 : 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu : 1. Melindungi
suatu profesi dari campur tangan pemerintah. (2). Mencegah terjadinya pertentangan internal
dalam suatu profesi. (3). Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.
3. Oteng Sutisna (1986 : 364) bahwa pentingnya kode etik guru dengan teman kerjanya
difungsikan sebagai penghubung serta saling mendukung dalam bidang mensukseskan misi
dalam mendidik peserta didik.
4. Sutan Zahri dan Syahmiar Syahrun (1992) mengemukakan empat fungsi kode etik guru bagi
guru itu sendiri, antara lain :
1. Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat dan
pemerintah.
3. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab pada
profesinya.
4. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan profesinya
dalam melaksanakan tugas.
Ketaatan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai dengan
norma- norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang oleh etika profesi
yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama menjalankan tugas-tugas
profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Dengan demikian,
aktualisasi diri guru dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran secara
profesional, bermartabat, dan beretika akan terwujud.
Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. PGRI misalnya, telah
membuat Kode Etik Guru yang disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). KEGI ini
merupakan hasil Konferensi Pusat PGRI Nomor V/Konpus II/XIX/2006 tanggal 25 Maret 2006
di Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal 3 Juli
2008 di Palembang. KEGI ini dapat menjadi Kode Etik tunggal bagi setiap orang yang
menyandang profesi guru di Indonesia atau menjadi referensi bagi organisasi atau asosiasi
profesi guru selain PGRI untuk merumuskan Kode Etik bagi anggotanya.
KEGI versi PGRI seperti disebutkan di atas telah diterbitkan Departemen Pendidikan
Nasional bersama Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB-PGRI) tahun 2008.
Dalam kata pengantar penerbitan publikasi KEGI dari pihak kementerian disebutkan bahwa
semua guru di Indonesia dapat memahami, menginternalisasi, dan menunjukkan perilaku
keseharian sesuai dengan norma dan etika yang tertuang dalam KEGI ini.
Dengan demikian akan terciptanya suasana yang harmonis dan semua anggota akan
merasakan adanya perlindungan dan rasa aman dalam melakukan tugas-tugasnya. 3 Secara umum,
kode etik ini diperlukan dengan beberapa alasan, antara lain:
Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan persengketaan dari para pelaksana, sehingga
dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas internal dan eksternal pekerjaan.
Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal adanya kasus-kasus
penyimpangan tindakan.
Melindungi anggota masyarakat dari praktek-praktek yang menyimpang dari ketentuan yang
berlaku.
Di dalam Pasal 28 undang-undang nomor 8 tahun 1974 menjelaskan tentang pentingnya
kode etik guru dengan jelas menyatakan bahwa" pegawai negeri sipil memiliki kode etik sebagai
pedoman sikap, sikap tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasan." Dalam
penjelasan undang undang. Tersebut dinyatakan Bahwa dengan adanya kode etik ini, pegawai
negeri sipil sebagai aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat mempunyai pedoman
sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanan tugasnya dan dalam pergaulan sehari hari.
Selanjutnya dalam kode etik pegawai negeri sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok
tentang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pegawai negeri .
Soetjipto dan Raflis Kosasi menegaskan bahwa kode etik suatu profesi adalah norma
norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas
profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma norma tersebut berisi petunjuk petunjuk
bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan larangan
larangan yaitu ketentuan ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan
oleh mereka, tidak saja dalam menjalankan tugas profesi mereka, melainkan juga menyangkut
tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulannya sehari-hari dalam masyarakat.4
33 Thomas Gardon dan Mudjito, Guru yang Efektif, (Jakarta: CV Rajawali, 1990), hlm. 105
44 Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan dan Konsep Aplikasinya, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2010), hlm. 112
Dapat di simpulkan, bahwa kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari har. Kesimpulan Kode etik
adalah Himpunan nilai dan norma profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematis dalam
suatu system yang utuh.
55 Ondi Saondi dan Aris Suherman, Etika Profesi Keguruan, (Bandung: Replika Adi Tama, 2012), hlm. 117.
66 Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, (Surabaya: Usana Offset Printing, 1981), hlm.
155
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam melaksanakan
tugas dan dalam hidup sehari har. Kesimpulan Kode etik adalah Himpunan nilai dan norma
profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematis dalam suatu system yang utuh.
Ketaatan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai dengan
norma- norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang oleh etika profesi
yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama menjalankan tugas-tugas
profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Dengan demikian,
aktualisasi diri guru dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran secara
profesional, bermartabat, dan beretika akan terwujud
B. Saran
Setelah membahas makalah ini, semoga kita semua kelak menjadi guru yang professional
dibidangnya, serta mematuhi kode etik yang telah ditetapkan. Karena keberhasilan seorang
tenaga didik dalam melahirkan generasi bangsa tergantung pada pendidiknya. Jadi, sebaiknya
kita ber etika baik di depan maupun di belakang siswa, terutama di depan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Gardon, Thomas dan Mudjito. 1990. Guru Yang Efektif. Jakarta: CV Rajawali.
Saondi, Ondi dan Aris Suherman. 2012. Etika Profesi Keguruan. Bandung: Replika Adi Tama.
Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai
Pustaka.
Ali Imron. 1996. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukardjo dan Ukim Komarudin. 2010. Landasan Pendidikan dan Konsep Aplikasinya. Jakarta:
PT Raja Grafindo.
Tim Dosen FIT-IKIP. 1981. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. Surabaya: Usana Offset
Printing.