Вы находитесь на странице: 1из 20

LAPORAN INVESTIGASI

SENGKETA TANAH

Antara

PETANI DARI DESA MARGAMULYA, WANAKERTA DAN WANASARI,


KECAMATAN TELUKJAMBE, KABUPATEN KARAWANG

Dengan

PT. SUMBER AIR MAS PRATAMA (SAMP) GRUP PT. AGUNG PODOMORO

TIM INVESTIGASI
PAWAPELING
KARAWANG, 26/27/28/ JUNI 2014

1
DAFTAR ISI

BAB I
RIWAYAT TANAH SENGKETA ............................................ 3

BAB II
KRONOLOGIS BENTROK MASSA DENGAN POLISI SAAT EKSEKUSI... 6

BAB III
SIKAP PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG KETIKA EKSEKUSI. 11

BAB IV
UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN MASYARAKAT 12

BAB V
KONDISI FISIK LINGKUNGAN DUSUN KIARAJAYA .. 13

BAB VI
KETERANGAN MASYARAKAT 14

BAB VII
SITUASI DAN KONDISI TERKINI DI LOKASI SENGKETA .. 15

BAB VII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 16

LAMPIRAN

1. Berita Acara Investigasi


2. Dokumentasi (Foto)
3. Dokumen Dokumen

2
BAB I
RIWAYAT TANAH SENGKETA

1. Pada awalnya Tanah yang disengketakan adalah merupakan tanah Partikelir


Verponding Eidgendom No. 53 NV Tegal Waroe Landen seluas 55173 Ha;
2. Pada Tanggal 17 Mei 1949 diserahkan kepada Pemerintah RI dan digarap secara
bebas oleh masyrakat setempat;
3. Sejak adanya UU no 1 tahun 1958 tanah tersebut menjadi Tanah Usaha Rakyat
dan Tanah Kongsi;
4. Pada tahun 8 Nopember 1962, turun SK Menteri Agraria No 30/Ka/62, yang
isinya Tanah Kongsi tersebut ditetapkan menjadi Objek Landreform;
5. Tahun 1971/1972 dari hasil pendataan, rincikan dan klasiran keluarlah
Girik/Ipeda yang diberikan kepada masyarakat dan keluar pula buku besar
Letter C Desa;
6. Tahun 1970/1971, Intruksi dari Pemerintah agar Tanah yang sudah digarap oleh
masyarakat agar didata, dirincik dan diklasir;
7. Pada tahun sama, karena akan meletusnya G 30s PKI, sehingga suasana politik
sedang tegang, maka kegiatan distribusi tanah sementara dihentikan;
8. Pada tahun 1965, objek landreform tsb, dibagikan kepada rakyat melalui SK no
29/PLD/VIII/52/1965, dan SK no 228/C/VIII/52/1965;
9. Tahun 1974, Kepala Desa memberitahukan kepada warga pemegang girik,
bahwa PT. Dasa Bagja akan menyewa lahan mereka selama 3 tahun;
10. Pada tahun 1975, PT. Dasa Bagja secara Diam diam mengajukan HGU atas tanah
warga kepada Kanwil Agraria Jabar namun tidak dikabulkan;
11. Pada Tahun 1977, warga menanyakan Girik mereka kepada Kades, namun
menurut Kades Girik akan diurus jadi silahkan warga menggarap kembali ke
lahannya masing masing;
12. Pada Tahun 1986 secara Diam Diam PT. Dasa Bagja mengoperalihkan Garapan
tanah tersebut kepada PT. Makmur Jaya Utama;
13. Tahun 1990, PT. Makmur Jaya Utama mengoperalihkan garapan kepada PT.
Samp melelui Notaris Sri Mulyani Syafei, SH di Bogor;
14. Pada tahun yang sama, PT. Samp melakukan pengukuran dan pematokan dengan
menggunakan alat berat, sehingga warga memprotesnya dan berdemo ke Kantor
DPRD Karawang;
15. Pada Tahun 1991/1992, Bupati Karawang menyarankan PT Samp untuk
membebaskan Tanah Garapan;
16. PT. Samp melalui oknum TNI melakukan Pembebasan lahan dengan membayar
kepada siapa saja yang mengaku penggarap bahkan ada yang dipaksa sebagai
penggarap, bukan pemilik asli atau penggarap asli yang mempunyai girik;
17. Hingga saat ini PT. Samp tidak mengetahui mana saja batas batas tanah yang
telah dibebaskan tersebut, karena terdapat banyak kecurangan, cth, garapan
hanya 3000 m ditulis menjadi 3 Ha;

3
18. Pada tahun 2005, dilakukan pengukuran untuk dikeluarkan nya HGB, pada
bidang bidang tanah yang dikuasai masyarakat dan yang diklaim oleh PT. Samp;
19. Namun hasil ukur tersebut tidak diberitahukan kepada warga, dan warga
meminta kepada bupati, akhirnya melalui surat dari bupati, dikeluarkan peta
rincik/bidang dimana didalamnya jelas mana tanah yang dikuasai masyarakat
dan mana yang diklaim oleh PT Samp;
20. Tahun 2012, PT. Samp di Akuisisi oleh PT. Agung Podomoro Land;
21. Pengadilan Negeri Karwang mengeluarkan surat Pemberitahun Pelaksanaan
Eksekusi Nomor W11.U10/1130/HT.04.10/VI/2014 pada tanggal 20 Juni 2014
dengan Pemohon Eksekusi Muladi SH. MH dan kawan-kawan (Kuasa Hukum dari
PT Sumber Air Mas Pratama/PT.SAMP) kepada Para Termohon I Eksekusi
sebanyak 22 orang masyrakat dan Para Termohon II Eksekusi sebanyak 27
orang masyarakat;
22. Surat Eksekusi tersebut berdasarkan penetapan Ketua PN Karawang No.
6/Pen/2014/PN.Krw. Jo No.2/Pdt.G/2007/PN. Krw. Jo. No.
272/PDT/2008/PT.Bdg. Jo No 695 K/Pdt/2009. Jo. No. 160PK/Pdt/2011,
tanggal 20 Juni 2014. Dengan surat pemberitahuan untuk melaksanakan
putusan PN Karawang Nomor 2/Pdt.G/2007/PN.Krw. Tanggal 3 Desember 2007
jo, putusan Pengadilan Negeri Tinggi Bandung Nomor 272/Pdt/2008/PT.Bdg
tanggal 17 September 2008 jo, putusan Kasasi Mahkamah Agung RI Nomor 695
K/Pdt/2009 tanggal 11 September 2009 jo;
23. Juga putusan PK Mahkamah Agung RI Nomor 160 PK/Pdt/2011 tenggal 25 Mei
2011 yang telah berkekuatan hukum tetap, dalam perkara kasus No.
2/Pdt.G/2007/PN.Krw antara PT SAMP sebagai tergugat satu konpensi atau
penggungat rekonpensi dan pemohon eksekusi melawan Kedung bin Saikam
dan kawan-kawan, sebagai para Pengugat Konpensi atau para tergugat
rekonpesi dan para termohon eksekusi;
24. Warga diminta untuk segera melakukan pegosongan atas tanah seluas 350
hektar, yang sesuai dengan Peta Bidang No.23/2005 tanggal 20 Sepetember
2005 yang terletak di Desa Margamulya, Desa Wanasari dan Desa Wanakerta
Kecamatan Telukjambe Barat Kabupaten Karawang, dengan batas-batas tertentu
yakni, utara denga jalan tol Jakarta-Cikampek KJIE, sebelah selatan dengan tanah
Kopasgat, Marga Sukses dan Tanjung Gresik, Sebelah Barat dengan tanah PT.
Canggih dan PT. Bintang sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kawasan
Industri KIIC Karawang, dengan dikurangi oleh tanah-tanah sengekta dalam
perkara perdata yang berhubungan denga obyek eksekusi, diantaranya Perkara
Nomor 33/Pdt.G/2003/PN.Krw, dengan luas tanah 40.640 M2 (4,064 Ha) atas
nama Agus Sugito. Terletak di desa Margamulya;
25. Kemudian perkara, Nomor :35/Pdt.G/2003/PN. Krw yaitu tanah darat seluas
15.400 M2 (1,540 Ha), berikut bangunan rumah semi permanen, yang terletak di
desa Margamulya. Perkara Nomor 49Pdt.G/2010/PN.Krw dengan luas tanah dan
atas nama pemilik yang berbeda - beda, yakni 3 tanah seluas 3.250 M2, 9.340 M2,

4
9.335 M2 dan 9.325 M2 dengan total luas seluruhnya 31.250 M2 (3,125 Ha) yang
teletak di desa Wanasari, Kecamatan Telukjambe Barat;
26. Juga perkara tanah Nomor 61/Pdt.G/2013/PN. Krw dengan luas total seluruhnya adalah
42.610 M2 (4,261 Ha), terletak di Desa Margamulya, Kecamatan Telukjambe Barat
Kabupaten Karawang;
Sumber: Diolah dari berbagi sumber

5
BAB II
KRONOLOGIS BENTROK MASSA DENGAN POLISI DISAAT EKSEKUSI

1. Pada Hari Senin Tanggal 23 Juni 2014 Pukul 14.20 WIB Aparat Brimob dari
Polda Jabar dan Mabes Polri berkeliling di pusat Pemerintahan dan
Perekonomian Karawang dengan bersenjata lengkap seperti Watercanon,
Baraccuda, serta pasukan bermotor yang jumlahnya hampir mencapai 7.000
orang, dengan mengisi tempat tempat strategis yang dijadikannya tempat
penginapan seperti GOR Adiarsya yang berada di pusat Perekonomian Kota
Karawang, Polres dan Rest Area yang berada di kilo meter 77. Rest Area sengaja
ditutup untuk membantu kelancaran dalam eksekusi, sebelumnya Brimob dari
Jakarta atau Mabes Polri dibawa dengan menggunakan Mobil Travel Hiba Utama
tanpa menggunakan Mobil Dinas Brimob.

2. Selasa 24 Juni 2014 masa aksi solidaritas dari buruh dan organisasi masyarakat
yang menolak eksekusi melakukan aksi penolakan eksekusi di dua tempat yang
berbeda yang diantaranya jalur masuk Pintu Tol Karawang Timur dan Pintu
masuk Tol Karawang Barat namun kurang dari 2 jam masa aksi dipukul mundur
oleh Brimob.

3. Ditempat yang berbeda tepatnya diperkampungan Kiarajaya, Desa Margamulya,


Kecamatan Telukjambe Barat, sebagai kampung yang akan di eksekusi. Di
Kampung tersebut masyarakat sudah memblokir pintu masuk ke kampung
tersebut, sejak malam hari.

4. Ditempat yang kedua akan dilaksanakannya eksekusi yakni di jalan konsorsium,


masa aksi yang berkumpul dari pukul 06.00 WIB dengan jumlah masa sekitar
400 orang bersiap siaga menghadang jalannya eksekusi, sekitar pukul 09.30
aparat kepolisian dari polres karawang serta Brimob polda jabar dan mabespolri
mulai merangsak masuk ke wilayah tanah yang akan dieksekusi dengan
membagi dua tempat yang berbeda.

5. Jumlah Anggota Polri sekitar 7.000 orang dari kesatuan Brimob, Reserse dan
huru hara serta dilengkapi dengan alat tempur seperti Barakkuda, Watercanon,
Pasukan Bermotor,

6. Sekitar pukul 11.00 WIB terjadi eksekusi sepihak yang mengakibatkan petani
pemilik menjadi mulai bringas karena mendengar perkampungan di Dusun
Kiarajaya sudah di eksekusi serta menimbulkan banyak korban bahkan ada yang
sampai diisukan meninggal dan banyak pula ibu ibu yang dipukul mundur
dengan menggunakan Gas Airmata dan Watercanon.

6
7. Sekitar pukul 11.30 WIB Bupati Karawang, Dandim serta jajaran Muspida datang
ke lokasi konsorsium untuk bernegosisasi dengan pihak eksekutor namun hal itu
tidak mendapatkan hasil sehingga akhirnya sekitar pukul 12.00 WIB masa
terpropokasi karena aparat kepolisian memaksakan masuk sehingga terjadilah
lemparan batu kepada aparat kepolisian. Pukul 12.30 WIB Bupati dengan jajaran
Muspida ditarik kembali ke Kota dengan alasan akan menemui ketua PN
Karawang.

8. Pukul 13.00 masyarakat yang duduk bertahan di lahan tersebut di peringatkan


untuk membubarkan barisan namun hal itu tidak didengar oleh masyarakat
dengan hitungan mundur 10 sampai dengan 1 namun masyarakat tetap bertahan
dilahan sekitar 3 menit setelah hitungan tersebuat pasukan polisi yang didepan
membuka barisan yang kemudian mobil water canon menyerang masyarakat
yang bertahan duduk di lahan tersebut. Masyarakat dipukul mundur oleh water
canon yang kemudian dilanjutkan oleh pasukan hura hara yang menginjak
injak masyarak yang tetap bertahan duduk dilahan tersebut. Pasca penyerangan
dengan menggunakan water canon masyarakatpun dipukul mundur dan kembali
dikejar dengan majunya pasukan kepolisian

9. Pada hari senin sore datang preman dengan menggunakan bis kecil dan
membangun tenda dengan jarak sekitar 5 kilo dari posko perjuangan rakyat,
mereka membangun tenda dengan menggunakan tenda TNI, warga berinisiatif
memberitahukan hal tersebut ke pihak kodim karawang, akhirnya tenda
tersebut dicopot oleh kodim karawang, pada saat yang bersamaan datang pula
dua truk tentara cilandak, tapi tidak lama kemudian mereka menarik diri.

10. Pada tanggal 25 s/d 26 Juni 2014, aparat kepolisian dari kesatuan Brimob dan
Preman yang diseragami Security terlihat memasang patok patok dari bambu
disekeliling lahan tanah sengketa serta berjaga jaga dan membuat tenda tenda di
sekitar lahan tanah sengketa tersebut. Selain itu alat berat seperti backo telah
diturunkan ke lokasi tanah sengketa dan dengan itu 2 rumah semi permanen
milik warga telah di ratakan oleh alat berat tersebut.
11. Pada Tanggal 27 Juni 2014 Ribuan orang yang berasal dari tiga Desa di
Kecamatan Telukjambe Barat, bersama mahasiswa dan serikat buruh,
mengepung kantor Bupati Karawang. Massa menuntut agar Bupati Karawang
Ade Swara melakukan tindakan atas kesewenangan aparat atas perampasan hak
tanah milik warga di tiga desa tersebut terhadap PT Sumber Air Mas Pratama
(SAMP). Dalam aksinya, massa tidak bisa bertemu dengan Bupati Karawang. Tak
hanya bupati, pejabat-pejabat lain yang berkompeten di Pemkab Karawang pun
tak ada di kantornya.
12. Pukul 22:30 WIB, Jumat, 27 Juni 2014, Kampung Kiara Jaya, Desa Margamulya,
Kecamatan Telukjambe Barat, kedatangan 2 orang poltisi dari PDIP, yakni, Rike
Diah Pitaloka dan rekannya. Kedatangan politisi tersebut, menjanjikan kepada
masyarakat untuk penyelesaian sengketa tanah masyarakat tersebut.

Sumber: Pepeling dan Masyarakat Desa Margamulya Kecamatan Telukjambe Barat

7
Korban Bentrok Massa dengan Aparat Kepolisian Saat Eksekusi Berlangsung

Nama Korban Tempat Kejadian Kondisi Terakhir

Korban Luka Korban


Penangkapan Kecamatan Telukjambe Korban Luka dan
Aparat Barat Penangkapan
1. Gilang 1. Uki
2. Anas 2. Marta Desa Margamulya Kondisi para korban
3. Irwan 3. Hasyim luka, sudah membaik
4. Deni
5. Maulana
4. Kana dan berangsur pulih.
6. Rudi Panda 5. dan 5 nama Namun masyarakat di
7. Odin Liana lainnya belum Dusun Kirajaya masih
8. Marsono teridentifikasi cemas dan trauma.
9. Egi
10. Tary Desa Wanasari Korban penangkapan
aparat 1 X 24 jam telah
dibebaskan dan
dipulangkan kembali
11. Mustofa Bisri
(Luka Tembak ke rumahnya masing
Desa Wanakerta
Peluru Karet) masing

Organisasi Yang Tergabung Dengan Masyarakat Dalam Penolakan Eksekusi

Nama Lembaga/Organisasi Jumlah Massa


Petani/LH/Mahasiswa Buruh/Budaya Lokal
SEPETAK PPMI
PEPELING Karawang Guyub 1.200 orang
BEM UNISKA Karawang Info

Invasi Pasukan Aparat Kepolisian Saat Eksekusi

Invasi Aparat Saat Eksekusi Jumlah Massa


Polisi Preman
BRIMOB BPPKB
DALMAS 7.000 orang

8
Dugaan Pelanggaran HAM dan Kejangalan Kejanggalan Dalam Eksekusi

No Dugaan Pelanggar HAM Kejanggalan


Kepolisian menggunakan kekuatan Tim juru sita PN Karawang, BPN dan Bupati
1 yang sangat berlebihan, untuk Karawang tidak bisa menjelaskannya lahan
menghadang massa dan melakukan tanah yang akan dieksekusi.
tindakan represif sehingga
menimbulkan korban berjatuhan Kepala PN Karawang dan Kapolres adalah
dan trauma berat dari pihak orang baru 2 minggu menempati jabatannya di
Masyarakat Karawang dan pindahan dari Jakarta Timur,
Tetapi sudah bisa mengambil keputusan untuk
melakukan eksekusi lahan tanah seluas 350
hektar. Hal tersebut patut diduga adanya
benturan kepentingan.
Brimob menghajar massa dan Di Dusun Kiarajaya, pembacaan surat eksekusi
2 merusak mobil massa aksi di jalan dibacakan oleh Wakapolres, bukan oleh juru
interchange sita dari PN Karawang.

Paska penangkapan dan vonis dakwaan


3 Dugaan perampasan tanah yang mantan Kepala Desa Margamulya, Ratna
telah ditanami Pohon, singkong Ningrum, kasus sengketa lahan tanah antara
serta tanaman lainnya yang telah Masyarakat dan PT SAMP semakin memanas.
berpuluh tahun digarap
masyarakat diratakan oleh alat
berat.

10 buruh luka-luka dan 1 petani Saat negosiasi berlangsung dan Tim Juru Sita-
4 tertembak serta puluhan lainnya BPN-Bupati Karawang tidak bisa
luka-luka. 9 petani dan 4 buruh menjelaskannya, Kapolres Karawang diduga
yang melakukan aksi menolak justru menginstruksikan 7000 pasukannya
eksekusi ditangkap, Warga terluka dengan persenjataan lengkap, berlaku represif
karena tembakan water cannon, intimidatif.
gas air mata dan peluru karet.
Proses Eksekusi cacat karena objek yang
5 dieksekusi selain tidak jelas, juga tak sesuai
dengan amar putusan. Masih ada putusan yang
tumpang tindih dan masih berjalan perkara di
Pengadilan. Dalam hal penunjukan batas,
orang yang ditunjuk bukan orang yang
berkompeten yaitu bukan pemohon eksekusi
atau orang yang dikuasakan untuk menunjuk
batas-batas.

9
6 Ketua PN Karawang yang sebelumnya
menyatakan bahwa putusan PK Nomor 160
PK/PDT/2011 yang memenangkan PT. SAMP
tidak bisa ditindak lanjuti dengan eksekusi.
Karena tumpang tindih putusan di atas tanah
berperkara tersebut, tidak memiliki batas
tanah serta terdapat tanah yang bersertifikat
di atas tanah yang diklaim PT. SAMP.

PN Karawang dipimpin oleh Marsudin


7 Nainggolan. Dua minggu menjabat, dia lalu
mengeluarkan surat anmaning/teguran
terhadap pihak yang kalah, dalam hal ini
warga. Padahal PN Sebelumnya menyatakan
bahwa tidak bisa dilakukan eksekusi.

8 Kejanggalan juga terjadi di tubuh Kepolisian.


Kapolres sebelumnya tidak membenarkan
eksekusi dilakukan. Namun baru beberapa
pekan saja AKBP Daddi Hartadi memimpin
Kepolisian Resort Karawang, eksekusi
dilangsungkan.

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

10
BAB III
SIKAP PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG KETIKA EKSEKUSI

Menurut keterangan Masyarakat Dusun Kiarajaya, Desa Margamulya, Kecamatan


Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, bahwa di lapangan pemerintahan Kabupaten
Karwang dalam hal ini Camat, Bupati telah melayangkan surat permohonan penundaan
eksekusi lahan seluas 350 Ha. Selain daripada itu turut serta Dandim Kabupaten
Karwang melayangkan permohonan yang sama pada Kepala Pengadilan Negeri
Karawang.

Namun upaya Bupati dan Dandim tersebut tidak digubris oleh Kepala Pengadilan Negeri
Karawang. Sehingga eksekusi pada tanggal 24 Juni 2014 berlangsung dengan
menurunkan sekitar 7.000 pasukan dari Brimob, Polda Jawa Barat, Kelapa Dua dan
Mabes Polri. Atas eksekusi tersebut warga melakukan perlawanan, dengan memblokade
jalan Tol, bertahan di perkampungan dan di jalan akses menuju lahan yang akan
dieksekusi. Dalam peristiwa tersebut tidak kurang dari 10 orang warga menjadi korban
luka luka akibat tindakan represif Aparat Kepolisian, dan 9 orang lainnya ditangkap.

Foto: Tenda Aparat Kepolisia dari Kesatuan Brigadir Mobil (Brimob) sedang berjaga jaga di lokasi tanah
sengketa

11
BAB IV
UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN MASYARAKAT

Keterangan yang dihimpun dari masyarakat Dusun Kiarajaya, Desa Margamulya,


Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, bahwa warga sejak 20 tahun yang
lalu sudah melakukan berbagai upaya, pengaduan pada intansi Negara sudah kerap kali
dilakukan, baik secara lisan maupun tulisan. Selain dari pada itu warga pun telah
beberapa kali melayangkan gugatan, ke Pengadilan Negeri Karawang, namun hasilnya
kerap nihil dan slalu ngambang. Malah sebaliknya warga harus menerima kenyataan
pahit di tahun 2014 ini, tanah yang warga perjuangkan selama berpuluh puluh tahun
tersebut malah di eksekusi oleh Pengadilan Negeri Karwang dengan penetapan Kepala
Pengadilan Karwang No. 6/Pen/2014/PN.Krw. Jo No.2/Pdt.G/2007/PN. Krw. Jo. No.
272/PDT/2008/PT.Bdg. Jo No 695 K/Pdt/2009. Jo. No. 160PK/Pdt/2011, tanggal 20
Juni 2014.

Hal tersebut jelas telah menyakiti hati rakyat, yang mana telah berjuang selama
berpuluh puluh tahun untuk mempertahankan tanah, airnya kini kandas di pengadilan
negeri karawang dengan dimenangkannya oleh PT SAMP. Padahal warga selama ini
telah membayar pajak kepada Negara, juga secara sah warga telah memiliki surat
dokumen tanah berupua Girik/IPEDA, kikitir.

Foto: TIM Sedang wawancara dengan Kadus Dusun Kiarajaya, Desa Margamulya, Kecamatan Telukjambe
Barat, Kabupaten Karwang

Sumber: Keterangan Dari Masyarakan di Dusun Kiarajaya, Desa Marga Mulya, Kecamatan
Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang

12
BAB V
KONDISI FISIK LINGKUNGAN DUSUN KIARAJAYA

Dusun Kiarajaya, terdiri dari 1 RW dan 3 RT, yakni RT. 12, 13 dan 14 RW. 07 Desa
Margamulya, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang. Luas wilayah Dusun
Kiarajaya kurang lebih sekitar 8 Ha. Menurut keterangan Kepala Dusun, listrik baru
masuk sekitar 3 tahunan. Sebelumnya warga dipersulit oleh pihak PLN untuk
memasang listrik tersebut. Warga menduga ada oknum yang sengaja menghalang
halangi listrik untuk masuk ke Dusun tersebut. Selain listrik warga juga kesulitan untuk
mendapatkan air bersih. Selama ini untuk air minum dan memasak warga harus
membeli air isi ulang dengan jarak tempuh yang cukup jauh.

Demografi

No Jumlah KK Jumlah Jiwa Fasilitas Fasilitas Sosial


Umum/Ibadah
1. Sekolah SDN
1 220 KK 916 Jiwa usik 1. Masjid Margamulya IV
Hak pilih Pilpres 9 1. Sekolah SMP
Juli 2014=650 jiwa Terbuka
1. SMA Terbuka
1. Paud

Foto: Bangunan Sekolah Dasar Negeri Margamulya IV

13
BAB VI
KETERANGAN MASYARAKAT

1. Bahwa berdasarkan informasi yang dihimpun dari Masyarakat Dusun Kiarajaya,


Desa Margamulya, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang. Asal mula
pemilik lahan perkampungan dusun tersebut dikuasai oleh 4 orang, namun kini ke
empat orang tersebut telah almarhum. Adapun anak cucunya, yang salah satunya
kini menjadi kepala desa. Kepala Desa tersebut, menurut masyarakat masih
memiliki tanah di dusun tersebut namun berapa luasnya masyarakat tidak tahu
persis.
2. Penguasaan dokumen seperti girik/IPEDA, kikitir dan SPPT masyarakat Dusun
Kiarajaya, kini di pegang satu orang yakni oleh H. Manus juang. Menurut pengakuan
masyakarat setempat, rumah rumah yang kini di huni oleh mereka surat atau
dokumen tanahnya itu masih atas nama satu orang. Namun demikian masyarakat
setiap tahunnya telah membayar pajak tanah seseuai dengan NJOP setempat.
3. Menurut keterangan Kepala Dusun, pada tahun 1974, dokumen dokumen tanah
seperti Girik/IPEDA, Kikitir dikumpulkan oleh Kepala Desa Alm. Embeh atau H. Abu
Bakar. Kemudian warga diberi uang kerohoman sebesar Rp. 10/m atau Rp.
10.000/Ha, lalu lahan tanah yang digarap oleh masyarakat tersebut di sewakan
kepada PT. Dasa Bagja dengan dalih akan ditanami dan dilakukan penghijauan
selama 3 tahun (1974-1977).
4. Menurut keterangan Kaur (Juru tulis) Desa Margamulya, yang diduga sebagi cukong
tanah di Kecamatan Telukjambe Barat, bernama Emen. Emen inilah yang sekarang
menguasai lahan tanah yang dulunya milik Negara kemudian diduga dijual belikan
kepada perusahan perusahaan asing yang kemudian di buat kawasan industri.

Foto: TIM saat mewawancara Kaur (Jurutulis) Desa Margamulya

14
BAB VII
SITUASI DAN KONDISI TERKINI DI LOKASI LAHAN SENGKETA

Situasi dan kondisi di lokasi lahan tanah yang disengketakan secara umum terlihat
kondusif, namun ratusan aparat Brimob dan Preman yang berseragam Security masih
terlihat berjaga jaga dan bahkan sampai membuat tenda tenda di sepanjang jalan
konsorsium. Selain daripada itu alat berat seperti becko sudah mulai masuk ke lahan
yang disengketakan, terbukti di lapangan dua rumah warga sudah diratakan serta
pohon pohon dan tanaman lainnya yang ditanam warga diratakan pula.

Kondisi dan situasi di Dusun Kiarajaya Desa Margamulya Kecamatan Telukjambe Barat
Kabupaten Karawang, secara umum terlihat kondusif, masyarakat di dusun tersebut
terlihat beraktifitas seperti pada umumnya. Namun, menurut keterangan masyarakat,
mereka masih merasa cemas dan khawatir rumah rumah di dusunnya diratakan oleh
alat berat tersebut. Dan sebagian masyarakat masih mengalami trauma paska
penyerbuan aparat brimob saat eksekusi berlangsung (24/06/14) lalu.

Foto: Atas: eksekusi menggunakan becko telah meratakan rumah warga. Bawah: TIM sedang
mewawancarai warga Dusun Kiarajaya

15
BAB VIII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dari investigasi yang telah kami lakukan beberapa hari lalu di lokasi peristiwa
terjadinya eksekusi tanah oleh Pengadilan Negeri Karawang kami simpulkan bahwa:
1. Bahwa Penetapan Kepala Pengadilan Karawang No. 6/Pen/2014/PN.Krw. Jo
No.2/Pdt.G/2007/PN. Krw. Jo. No. 272/PDT/2008/PT.Bdg. Jo No 695
K/Pdt/2009. Jo. No. 160PK/Pdt/2011, tanggal 20 Juni 2014. Dan kemudian
diperintahkan untuk dilakukan eksekusi pada tanggal 24 Juni 2014 di lahan
tanah seluas 350 hektar yang meliputi Desa Margamulya, Wanasari dan
Wanakerta kecamatan Telukjambe Barat Kabupaten Karawang. Putusan tersebut
patut diduga cacat hukum, maka dari itu perlu pengkajian ulang dan
pemeriksaan para pihak secara komperhensif;
2. Bahwa dalam putusan dan perintah eksekusi cenderungan keberpihakan dari
Kepala Pengadilan Negeri Karawang dan Aparat Kepolisian kepada korporasi,
patut diduga terjadi benturan kepentingan sehingga tidak objektif dan
cenderung dipaksakan hal tersebut terbukti dengan dilaksanakanya perintah
eksekusi yang singkat yang mana jabatan kepala pengadilan baru saja menjabat
2 minggu di pengadilan negeri karawang dan penerjunan pasukan aparat
kepolisan dengan senjata lengkap yang sangat berlebihan dalam melaksanakan
eksekusi tersebut;
3. Bahwa Dokumen dokumen yang dimiliki oleh perusahaan PT SAMP, yang
kemudian dijadikan dasar gugatan di pengadilan negeri karawang perlu
dilakukan pemeriksaan keabsahaan dan keasliannya;
4. Bahwa keterangan keterangan yang didapat dari masyarakat merujuk adanya
para pihak atau mafia tanah yang terlibat dalam penguasan lahan tanah seluas
350 hektar tersebut, yang patut diduga turut mempengarhui kepala PN
Karawang dalam mengambil keputusan, pentapan dan perintah eksekusi;

REKOMENDASI

1. Kepada Komisi Yudisial, KPK, Kejaksaan dan Kepolisian untuk segera terjun
kelapangan melakukan pemeriksaan yang komperhensif kepada para pihak yang
bersengketa, terutama pada Kepala Pengadilan Negeri Karawang karena terjadi
banyak kejanggalan;
2. Kasus peristiwa sengketa lahan di tiga Desa tersebut harus segera disikapi
dengan serius oleh Pemerintah Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat dan
Pemerintah Pusat guna menghindari dan meminimalisir terjadinya konflik
horizontal;
3. Pemerintah harus segera mencarikan suasana dan mencari solusi untuk para
pihak yang sedang bersengketa, terutama kepada masyarakat di tiga Desa paska
eksekusi;
4. Pemerintah harus bersikap segera untuk meminta kepada Kapolda dan Kapolri
menarik pasukanya dari lokasi sengketa agar tidak terjadi pandangan buruk
dari publik. Adapun secara umum kondisi dan situasi di lokasi tanah sengketa
para pihak baik masyarakat dan PT. SAMP telah kondusif.
5. Pengadilan Negeri Karawang harus menunda eksekusi di lahan tersebut, dengan
melihat dan memprtimbangkan dari sisi kemanusiaan dan konstalasi politik
nasional

16
LAMPIRAN I

BERITA ACARA INVESTIGASI

Pada hari Kamis sampai dengan Sabtu tanggal 26 s/d 28 Juni 2014, TIM
Pawapeling telah melakukan Investigasi ke Lokasi lahan tanah yang
disengketakan oleh Masyarakat di tiga Desa dengan perusahaan PT. SAMP.
Dalam investigasi tersebut kami telah menemui para pihak di Dusun Kiarajaya,
Desa Margamulya Kecamatan Telukjambe Kabupaten Karawang.

Dalam investigasi tersebut yang telah kami temui diantaranya adalah,


Masyarakat, Kepala Dusun, Kaur jurutulis dan Kepala Desa Margamulya
Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang. Para pihak tersebut telah
dimintai keterangan dengan dilakukan wawancara langsung. Adapun kami telah
meminta sejumlah bukti dokumen mengenai lahan tanah yang para pihak
sengketakan dan dokumen putusan Pengadilan Negeri Karawang.

Selain daripada itu kami pun telah melakukan pengambilan dokumentasi (foto)
di lahan tanah sengketa, tenda tenda aparat kepolisian dan disaat memenita
keterangan atau mewawancara masyarakat.

Demikian berita acara investigasi ini kami buat untuk dipergunakan


sebagaimana mestinya.

Bandung, 28 Juni 2014


HORMAT KAMI
TIM INVESTIGASI PAWAPELING

ADI MULYADI EDI RAHAYU

17
LAMPIRAN II

DOKUMENTASI

Foto: Lahan tanah sengketa yang telah digarap oleh masyarakat yang masuk wilayah Desa Margamulya

Foto: Perkampungan Dusun Kiarajaya, Desa Margamulya, Kecamatan Telukjambe Barat

18
Foto: Pasilitas Umum dam Pasilitas Sosial

19
Foto: TIM saat Mewawancarai Warga Dusun Kiarajay

Foto: Tenda tenda dan Aparat Kepolisian yang sedang berjaga jaga di lokasi Konsorsium

20

Вам также может понравиться