Вы находитесь на странице: 1из 20

TUGAS INDIVIDU

31 JANUARI 2011

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

DI SUSUN OLEH

NAMA : FATIMAH

STAMBUK : 10777002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2010/2011
PERCOBAAN 1 & 2
FISIOLOGI CAIRAN TUBUH
1&2
1.Pendahuluan
A. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur.
a. Validitas
Validitas adalah tingkat kesahihan alat ukur yang digunakan.
Instrumen yang valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan
untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya di ukur (Sugiyono, 2004:137). Dengan demikian, instrumen
yang valid merupakan instrumen yang benar-benar tepat untuk mengukur
apa yang hendak di ukur.
Contoh :
Meteran digunakan untuk mengukur panjang dan tidak tepat jika
digunakan untu mengukur berat.
Alat timbang badan digunakan untuk mengukur berat badan dan
tidak tepat jika digunakan sebagai penimbang emas cincin.

Sehingga alat ukur valid benar benar mengkur ciri yang dikehendaki secara
cermat dan tepat. Cermat yang dimaksud disini adalah pemberian gambaran
yang sekecil kecilnya dalam membedakan subyek sedangkan tepat adalah
kemampuan untuk mencapai tujuan pengukuran dengan tepat.
Ketepatukuran haruslah selain secara tepat mengukur apa yang akan diukur
(sensitivitas), juga dengan pengukur tersebut tidak terukur hal lain, selain
yang akan diukur (spesifitas).

Validitas sangat berkaitan dengan 3 unsur, yaitu :


1. Alat ukur
2. Metode ukur
3. Pengukur

b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah kesamaan hasil (data) yang didapat pada suatu
objek dalam kurun waktu yang berbeda. Suatu alat ukur harus dapat
dipercaya dan diandalkan. Alat ukur yang mantap dan handal berarti jika
digunakan berkali kali hasilnya akan sama, mempunyai akurasi yang tinggi
dan cocok dengan yang ingi diukur. Hal ini sangat berkaitan erat dengan
instrument yang valid yakni instrument yang apabila digunakan berkali
kali untuk mengukur objek yang sama maka hasilnya akan sama serta tidak
menyimpang dari nilai yang didapat sebenarnya.
B. IMT (Index Massa Tubuh)
Penanda kandungan lemak tubuh yang digunakan adalah index massa
tubuh (BMI), yang dapat dihitung sebagai :

BMI = berat badan dalam kg/Tinggi badan dalam m2

Istilah normal, overweight dan obese dapat berbeda-beda, masing-


masing negara dan budaya mempunyai kriteria sendiri-sendiri, oleh karena itu,
WHO menetapkan suatu pengukuran / klasifikasi obesitas yang tidak
bergantung pada bias-bias kebudayaan. Metode yang paling berguna dan
banyak digunakan untuk mengukur tingkat obesitas adalah BMI (Body Mass
Index), yang didapat dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat
dari tinggi badan (meter). Nilai BMI yang didapat tidak tergantung pada umur
dan jenis kelamin.

Keterbatasan BMI adalah tidak dapat digunakan bagi:

Anak-anak yang dalam masa pertumbuhan


Wanita hamil
Orang yang sangat berotot, contohnya atlet

BMI dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang dapat


terkena resiko penyakit tertentu yang disebabkan karena berat badannya.
Seseorang dikatakan obese dan membutuhkan pengobatan bila mempunyai
BMI di atas 30, dengan kata lain orang tersebut memiliki kelebihan BB
sebanyak 20%.

Klasifikasi Berat Badan yang diusulkan berdasarkan BMI pada


Penduduk Asia Dewasa (IOTF, WHO 2000)

Kategori BMI (kg/m2) Resiko Morbiditas


Kurus < 18,5 kg/m2 Rendah
Normal 18,5 22,9 kg/m2 Sedang
Obesitas 23 kg/m2
Pra obes 23 24,9 kg/m2 Meningkat
Obes I 25 29,9 kg/m2 Sedang
Obes II > 30 kg/m2 Berbahaya

C. Cairan tubuh
Semua cairan tubuh didistribusikan terutama di antara dua kompartement
: Cairan ekstrasel(20%) dan cairan intrasel (40%). Cairan ekstrasel dibagi
menjadi cairan Interstisial dan plasma darah serta cairan transelular.

Rata rata orang dengan berat 70 kg, memiliki total cairan tubuh sekitar
60 persen berat badan atau sekitar 42 liter.presentase ini dapat
berubah,bergantung pada umur, jenis kelamin, dan derajat obesitas. Seiring
dengan pertumbuhan seseorang, presentase total cairan tubuh terhadap berat
badan berangsur angsur turun. Hal tersebut adalah sebagian akibat dari
penuaan yang biasanya berhubungan dengan peningkatan presentasi lemak
tubuh,sehingga mengurangi presentasi cairan dalam tubuh.

Sekitar 28 dari 42 liter cairan tubuh ada didalam 75 triliun sel dan secara
keseluruhan disebut cairan intrasel.jadi, cairan intrasel merupakan 40 persen
dari berat badan total pada orang rata rata.

Semua cairan diluar sel secara keseluruhan disebut cairan ekstrasel.


Cairan ini merupakan 20 persen dari berat badan, atau sekitar 14 liter pada
orang dewasa normal dengan berat badan 70 kg. dua kompartemen terbesar dari
cairan ekstrasel adalah cairan intersitisial, yang berjumlah lebih dari tiga
perempat bagian cairan ekstrasel, dan plasma, yang berjumlah hamper
seperempat cairan ekstrasel, atau sekitar 3 liter.

1.1. Tujuan
1.1.1. Percobaan I
1.1.1.1 Mengukur tinggi badan dan berat badan yang valid dan
realiabel.
1.1.1.2 Memahami factor factor yang mempengaruhi hasil
pengukuran tinggi badan dan berat badan.
1.1.1.3 Menghitung IMT ( Index Massa Tubuh ).
1.1.1.4 Menghitung kebutuhan cairan tubuh perhari pada keadaan
normal.

1.1.2. Percobaan II
1.1.2.1 Mengenal beberapa bentuk sediaan cairan dan elektrolit (
oralit/pharolit, NaCl, Rl, dextrose 5% ).
1.1.2.2 Mengenal beberapa bentuk dan ukuran abbocath dan
able/transfuse set.
1.1.2.3 Mengetahui topografi ekstremitas dalam kaitannya dengan
teknik able/tranfusi.
1.1.2.4. Menghitung tetesan/menit.

1.1.2.5 Menghitung pengenceran zat tertentu yang dilarutkan dalam


cairan able.

1.2 Manfaat
1.2.1 Percobaan I
1.2.1.1 Dapat menghasilkan hasil pengukuran yang dikehendaki
(tepat ukur) yang berlangsung secara cermat ( teliti ).
1.2.1.2 Dapat mengetahui factor factor atau penyebab apa saja
yang mempengaruhi tinggi badan dan berat badan.
1.2.1.3 Dapat Mengetahui berapa IMT kita, sehingga kita bias tahu
kita berada pada posisi kurus,normal, atau obesitas.
1.2.1.4 Dapat mengetahui kebutuhan cairan tubuh manusia perhari,
dengan menggunakan rumus dan normal cairan tubuh yang
dibutuhkan perorang berbeda beda sesuai berat badannya.

1.2.2 Percobaan II
1.2.2.1 dapat mengetahui beberapa bentuk sediaan cairan dan
elektrolit.
1.2.2.2 dapat mengetahui beberapa bentuk dan ukuran abbocath dan
able/tranfus set.
1.2.2.3 dapat menghitung tetesan/menitnya
1.2.2.4 dapat menghitung pengenceran zat tertentu yang dilarutkan
dalam cairan able.

2 Alat yang digunakan


2.1. Percobaan I
2.1.1 Antropometris set : microtoice, platform balance scale.
2.1.2 Timbangan.

2.2 Percobaan II
2.2.1 Tempat tidur/ meja periksa.
2.2.2 Instrument table.
2.2.3 Advance Vena Pucture and Injection Arm/Vena puncture and injection
Training Arm.
2.2.4 Vascular Arm.
2.2.5 Berbagai bentuk sediaan cairan dan elektrolit : oralit/pharolit, NaCl,
Rl, dextrose 5%.
2.2.6 Berbagai bentuk/ukuran abbocath.
2.2.7 Infus set (makro dan mikro ).
2.2.8 Transfusi set.
2.2.9 Syringe 3 ml.
2.2.10 Aminofilin ampul.
2.2.11 Adrenalin ampul.
2.2.12 Pensil dan buku catatan.
2.2.13 Penuntun.

3 Cara kerja
3.1. Percobaan I
3.1.1 Pada pengukuran tinggi badan, orang coba harus berdiri tegak,
memandang lurus ke depan pengukur berdiri di samping orang coba
dengan mata sejajar dengan panel ukuran. Orang coba tidak boleh
memakai alas kaki.
3.1.2 Pada pengukuran berat badan, orang coba harus memakai pakaian yang
minim. Pastikan jarum timbangan ada pada titik nol sebelum orang coba
ditimbang.

3.2 Percobaan II
3.2.1 Mencatat bentuk bentuk cairan dan elektrolit.
3.2.2 Mencatat berbagai ukuran abbocath dan mengamati pembuluh darah
vena pada beberapa anggota kelompok.
3.2.3 Mengamati dan mencatat perbedaan antara able set (mikro dan makro)
dengan transfuse set.
3.2.4 Menghitung pengenceran aminofilin dan adrenalin bila dimasukkan
kedalam botol cairan.

4 Hasil Percobaan dan Pembahasan


4.1.Tabel Hasil Pengukuran tinggi badan dan berat badan.
No. Nama Umur Jenis Tinggi Berat
(Tahun) Kelamin Badan (cm) Badan (Kg)
1. Fatimah Alhabsyie 17 thn P 163 cm 56 kg
2. Diah Asfarinah 19 thn P 152 cm 48 kg
3. Octaviana Bekti 17 thn P 166 cm 58 kg
Rahayu
4. Safrizal Hafi 18 thn L 169 cm 78 kg

Pembahasan : dari hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan


yang telah kami lakukan dengan menggunakan alat
ukur yang valid dan reliable sehingga didapatkan
hasil yang valid dan reliable yakni adanya kesamaan
antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya pada objek dan terdapat kesamaan
data dalam waktu yang berbeda.

4.2 Tabel Hasil Perhitungan IMT.


No. Nama Umur Jenis IMT=BB/TB2 Ket
(Tahun) Kelamin
1. Fatimah 17 thn P IMT=56/1632=21,13 Normal
Alhabsyie
2. Diah Asfarinah 19 thn P IMT=48/1552=20,0 Normal
3. Octaviana Bekti 17 thn P IMT=58/1612=22,39 Normal
Rahayu
4. Safrizal Hafi 18 thn L IMT=78/1742=25,81 Obes 1

Pembahasan : dari hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan


pada percobaan awal tadi, kami dapat menghitung
IMT atau index massa tubuh dari setiap orang yang
dicobakan. Dari hasil data diatas terlihat bahwa index
massa tubuh dari : Fatimah alhabsyie, diah asfarinah,
dan octaviana bekti rahayu menunjukkan index
massa tubuh normal yang berkisar pada 18,5 22,9
kg/m2. Sedangkan safrizal hafi menunjukkan index
massa tubuh obes 1 dimana IMT nya berkisar antara
25 29,9 kg/m2.

4.3 Kebutuhan cairan tubuh perhari untuk semua anggota kelompok.


No. Nama Umur Jenis Cairan Keterangan
(Tahun) Kelamin Tubuh
1. Fatimah 17 thn P 30-40 x 56 1680-2240 cc/hari
Alhabsyie
2. Diah Asfarinah 19 thn P 30-40 x 48 1440-1920 cc/hari
3. Octaviana Bekti 17 thn P 30-40 x 58 1700-2320 cc/hari
Rahayu
4. Safrizal Hafi 18 thn L 30-40 x 78 2340-3120 cc/hari

Pembahasan : Dari hasil pengukuran IMT atau index massa tubuh


kita dapat menghitung kebutuhan cairan tubuh
perhari pada keadaan normal dari masing masing
anggota kelompok yang diukur IMT atau index
massa tubuhnya. Disini kita dapat melihat bahwa
semakin besar IMT dari setiap orang maka semakin
besar pula kebutuhan cairan yang diperlukan
seseorang dalam tubuhnya.cairan tubuh sangatlah
dibutuhkan bagi tubuh manusia, hal ini disebabkan
karena tubuh manusia tersusun dari 60% cairan
tubuh.

4.4 Tabel Kebutuhan cairan dalam bentuk botol dan rata rata jumlah tetesan
permenit.

No. Nama Umur Jenis Kebutuhan Rata rata jumlah


(Tahun) Kelamin Cairan tetesan permenit.
Tubuh
1. Fatimah 17 thn P 1680 2240 R = 2000 cc X 15
Alhabsyie cc/hari tetes
~ 2000 cc 24 jam X 60
= 4 botol menit
= 20,83 tetes / menit
~ 21 tetes / menit
2. Diah 19 thn P 1440 1920 R = 1500 cc X 15
Asfarinah cc/hari tetes
~ 1500 cc 24 jam X 60
= 3 botol menit
= 15,62 tetes / menit
~ 16 tetes / menit
3. Octaviana 17 thn P 1740 2320 R = 2000 cc X 15
Bekti Rahayu cc/hari tetes
~ 2000 cc 24 jam X 60
= 4 botol menit
= 20,83 tetes / menit
~ 21 tetes / menit
4. Safrizal Hafi 18 thn L 2340 3120 R = 3000 cc X 15
cc/hari tetes
~ 3000 cc 24 jam X 60
= 6 botol menit
= 31,25 tetes / menit
~ 32 tetes / menit

Pembahasan : dari hasil perhitungan Kebutuhan cairan dalam


bentuk botol dan rata rata jumlah tetesan permenit
yang didapat dari hasil perhitungan yang dilakukan.
Maka didapatkan sejumlah tetesan permenit dalam
bentuk botol NaCl yang apabila dialirkan.

3 Kesimpulan
Dari rangkaian percobaan 1, kita dapat menyimpulkan bahwa :
Validitas dan reliabilitas alat ukur sangat berkaitan satu sama lainnya, hal ini
dikarenakan untuk mendapatkan hasil yang valid dan realiabel perlu digunakan
alat ukur yang valid an realiabel sehingga didapatkanlah kesamaan anatara data
yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya pada objek dan terdapat
kesamaan data dalam waktu yang berbeda beda.
IMT atau index massa tubuh pada setiap orang dapat kita ketahui dengan cara
menghitungnya dengan menggunakan
rumus IMT = Berat badan kg/Tinggi badan m2
Dengan mengetahui IMT atau Index massa tubuh dari masing masing orang
kita dapat mengetahui atau pun mencari kebutuhan cairan dari masing masing
individu.
PERCOBAAN 3
FISIOLOGI
CARDIOVASKULER

1. Pendahuluan
1.1. Tujuan
1.1.1. Memeriksa dan menghitung denyut nadi dengan tepat.
1.1.2. Memeriksa dan mengukur tekanan darah.
1.1.3. Memahami prinsip dasar pemeriksaan tekanan darah.
1.1.4. Membuktikan adanya katup vena.
1.1.5. Memeriksa bunyi jantung.

1.2. Manfaat
1.2.1. Kita dapat memeriksa dan menghitung denyut nadi dengan tepat.
1.2.2. Kita dapat memeriksa dan mengukur tekanan darah.
1.2.3. Kita dapat memahami prinsip dasar pemeriksaan tekanan darah
1.2.4. Kita dapat mengetahui bahwa adanya katup pada vena.
1.2.5. Kita dapat mengetahui cara cara pemeriksaan bunyi jantung.

2. Alat yang digunakan


2.1. Stopwatch
2.2. Tensimeter air raksa atau anaeroid.
2.3. Stetoskop

3. Cara kerja
3.1. Pemeriksaan nadi dan frekuensi nadi.
3.1.1. Raba nadi pada dorsal pedis, ujung os radialis, arteri jugularisdan
tempat lain.
3.1.2. Hitung frekuensi denyut nadi dan catat hasilnya.
3.2. Pemeriksaan tekanan darah.
3.2.1. Cara Palpasi (metode Riva Rocci)
3.2.1.1. Bebaskan salah satu lengan dari pakaian ketat.
3.2.1.2. Pasang manset,kurang lebih 3 cm cari diatas fossa cubiti.
Perhatikan bagian manset yang berhubungan dengan selang
karet udara. Bagian tersebut yang diletakkan dipermukaan
ventral lengan atas.
3.2.1.3. Setelah manset terpasang, raba nadi radialis dan pompa
manset hingga nadi radialis menghilang (tidak berdenyut
lagi). Baca berapa tekanan dalam manset.
3.2.1.4. Selanjutnya, pompa manset lagi, kurang lebih 10-20 mmHg
lalu turunkan tekanan hingga nadi radialis teraba kembali.
Baca tekanan dalam manset saat nadi radialis teraba
kembali. Baca tekanan dalam manset saat nadi radialis
teraba kembali. Catat tekanan darah tersebut sebagai tekanan
darah sistolis (TDS).
3.2.2. Cara Auskultasi
3.2.2.1. Pasang stetoskop, lalu pompa manset hingga nadi radialis
tidak teraba lagi.
3.2.2.2. Lanjutkan pemompaan manset hingga 20 mmHg lebih tinggi
dari tekanan manset pada saat nadi radialis mulai tidak
teraba lagi.
3.2.2.3. Pasang stetoskop pada fossa cubiti. Pastikan stetoskop
berfungsi baik.
3.2.2.4. Turunkan tekanan manset secara perlahan lahan sampai
mulai terdengar bunyi melalui stetoskop, inilah yang disebut
bunyi korotkoff I, dan tekanan manset pada saat itu
menunjukkan tekanandarah sistolis (TDS).
3.2.2.5. Penurunan tekanan manset dilanjutkan hingga bunyi
korotkoff mulai menghilang (korotkoff IV, atau V) dan saat
itu baca tekanan manset. Tekanan yang terbaca tepat pada
saat bunyi tersebut menghilang menunjukkan tekanan darah
diastolis (TDD). Bunyi korotkoff IV lebih tepat.

3.2.3. Cara Osilasi


3.2.3.1. Bila pada saat pemeriksaan tekana secara palpasi atau
auskultasi dilakukan, perhatikan pula osilasi yang terjadi
pada permukaan air raksa (tensimeter air raksa) dan jarum
penunjuk pada tensimeter anaeroid.
3.2.3.2. Pada saat tekanan manset nulai diturunkan, perhatikan pula
jarum penunjuk (tensimeter anaeroid) dan permukaan air
raksa (tensimeter air raksa). Bila saat tekanan manset sedikit
lebih rendah atau sama dengan tekanan sistolis, maka darah
mulai lepas mengalir dan timbul osilasi. Tekanan manset
saat muncul osilasi merupakan tekanan darah sistolis (TDS).

3.3. Pemeriksaan katup vena


3.3.1. Atur posisi lengan bawah dan letakkan pada permukaan meja.
3.3.2. Pompa manset hingga tekanan manset di bawah tekanan darah
sistolis dan di atas tekanan darah vena sehingga vena pada lengan
bawah akan mengembang.
3.3.3. Desak cairan darah pada pembuluh darah vena yang mengembang di
lengan bawah dengan cara mendorong darah didalam vena tersebut
dari arah perifer ke jantung (manset) kemudian lepaskan.
3.3.4. Perhatikan darah akan kemabali ke perifer hingga batas dimana
terdapat katup vena.

3.4. Pemeriksaan bunyi jantung.


3.4.1. Letakkan dengan tepat stetoskop pada tempat yang paling baikuntuk
mendengarkan bunyi jantung I oleh katup mitralis atau trikuspidalis.
Begitu pula untuk bunyi jantung II oleh katup aorta atau pulmonalis.
3.4.2. Raba nadi untuk memastikan bunyi yang terdengar bunyi jantung I
atau bunyi jantung II. Bunyi yang terdengar bersamaan saat nadi
mengembang adalah bunyi jantung I, setelah itu terdengar bunyi
jantung II.

4. Hasil Percobaan dan Pembahasan


4.1. Tabel Hasil Pengamatan Nadi Istirahat.
No. Nama Umur Jenis Tinggi Berat Denyut
(Tahun) Kelamin Badan badan Nadi
(cm) (kg) (x/menit)
1 Gabriella 19 P 161 53 21 kali
dalam 15
detik
21 x 4
= 84
2 Novita 17 P 155 38 27 x 4
sari = 108
3 Dhiya A 19 P 155 48 22 x 4
= 88
4 Octaviana 17 P 161 58 25 x 4
B = 100
5 Arastinur 18 P 154 54 26 x 4
= 104
6 Safrizal 18 L 174 78 25 x 4
= 100

4.2. Tabel Hasil Pengamatan Tekanan Darah Sistolis dan Diastolis Istirahat.
No. Nama Umur Jenis Tinggi Berat TDS TDD
(Thn) Kelamin Badan badan (mmHg) (mmHg)
(cm) (kg)
1 Gabriella 19 P 161 53 120 70
2 Novita 17 P 155 38 120 80
sari
3 Dhiya A 19 P 155 48 110 70
4 Arastinur 18 P 154 54 100 70
5 Octaviana 17 P 161 58 110 70
B
6 Safrizal 18 L 174 78 120 70

Pembahasan : Diagnostik jantung dan aorta

permukaan dada :

a. Atrium kanan merupakan bagian jantung yang terletak paling jauh di sisi
kanan.

b. Ventrikel kanan menempati sebagian besar proyeksi jantung pada dinding


dada.

c. Ventrikel kiri ventrikel kiri tidak begitu tampak jika dilihat dari depan.

d. Atrium kiri adalah bagian jantung yang letaknya paling posterior dan tidak
terlihat dari depan.
A. Palpasi jantung
1. Pemeriksaan iktus cordis
2. Pemeriksaan getaran / thrill

a. Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan katub


bawaan atau penyakit jantung congenital.

b. Disini harus diperhatikan :

Lokalisasi dari getaran

Terjadinya getaran : saat systole atau diastole

Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang


tersebut melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan
darah akan mengalir lebih cepat.

Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya akan


terdengar bising jantung.

3. Pemeriksaan gerakan trachea

a. Pada pemeriksaan jantung, trachea harus juga diperhatikan karena


anatomi trachea berhubungan dengan arkus aorta

b. Pada aneurisma aorta denyutan aorta menjalar ke trachea dan denyutan


ini dapat teraba

B. Batas-batas jantung
a. Batas kiri jantung
- Atas : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang jantung)
- Bawah: SIC V kiri agak ke medial linea midklavikularis kiri ( t4
iktus)
b. Batas kanan jantung
- Batas bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang interkostal III-IV
kanan,di linea parasternalis kanan
- Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea
parasternalis kanan
C. Bunyi jantung : Bunyi jantung I dan II
a. BJ I : Terjadi karena getaran menutupnya katup atrioventrikularis, yang
terjadi pada saat kontraksi isometris dari bilik pada permulaan systole
dengan daerah auskultasi untuk BJ I :

1. Pada iktus : katub mitralis terdengar baik disini.

2. Pada ruang interkostal IV V kanan, pada tepi sternum : katub


trikuspidalis terdengar disini

3. Pada ruang interkostal III kiri, pada tepi sternum : merupakan


tempat yang baik pula untuk mendengar katub mitral
c. BJ II : Terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya katup aorta dan a.
pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan
diastole. BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I.

D. Pemeriksaan pembuluh darah perifer

1. Pada pemeriksaan pembuluh darah perifer hal yang biasa dilakukan adalah
palpasi nadi.

2. Pada pemeriksaan yang rutin yang dilakukan adalah palpasi nadi dari a.
radialis.

3. Pada palpasi nadi harus diperhatikan hal-hal di bawah ini :


a. Frekuensi nadi

b. Tegangan nadi

c. Irama nadi

d. Macam denyut nadi

e. Isi nadi

f. Bandingkan nadi a. radialis kanan dan kiri

g. Keadaan dinding arteri

E. Kecepatan konduksi pada otot jantung

1. Pada otot atrium dan ventrikel:

- 0,3 0,5 m/detik = 1/250 kecepatan konduksi potensial


- aksi pada serat syaraf besar = 1/10 kecepatan konduksi potensial aksi
pada serat otot rangka

2. Pada serat Purkinye

- 0,02 4 m/detik tergantung letaknya


F. Durasi kontraksi otot jantung

1. Durasi kontraksi = durasi potensial aksi :

- pada atrium 0,2 detik


- pada ventrikel 0.3 detik

G. Sangat dipengaruhi frekwensi denyut jantung (HR)

- makin cepat HR, makin pendek durasi, terutama masa diastolik


- HR 72x/men m.sist : m.diast = 40:60
- HR 3x lipat m.sist : m.diast = 65:35

4 Kesimpulan
Dari hasil percobaan ke 3 yang dilakukan, maka didapatkan bahwa pada
umumnya umur, jenis kelamin, tinggi badan , dan berat badan akan
mempengaruhi denyut jantung seseorang dan tekanan darah sistol dan siastolnya.
5 Referensi
http://teorionline.wordpress.com/2010/01/24/uji-validitas-dan-reliabilitas/
http://www.obesitas.web.id/bmi%28i%29.html
http://sanggarsains.blogspot.com/2010/03/cairan-tubuh.html
Buku ajar Fisiologi Kedokteran, Guyton & Hall.
Sains dan keperawatan

Вам также может понравиться