Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
Hatfina Izzati
2012730050
A. Identitas pasien
Nama : Ny. N
Umur : 23 tahun
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kampung Padarum RT01/05, Desa Cirumput, Kecamatan
Cugenang
Tanggal Masuk RS : 03 Januari 2017, Pukul 17.15 WIB
1
DATA SUBYEKTIF
Keluhan Utama
Keluar air-air dari jalan lahir sejak 24 jam SMRS (kemarin sore pukul 16.30 WIB).
Riwayat Menstruasi
Umur Menarche : 14 th
Siklus Haid : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Jumlah darah haid : 3x ganti pembalut /hari
Masalah haid : dismenorea (-), menoragia (-), metroragia (-), PMS (-)
HPHT : 25 Maret 2016
TP : 2 Januari 2017
Riwayat Perkawinan
Menikah 2 kali, pernikahan pertama usia 17 tahun dan usia suami 28 tahun
dan sudah memiliki 1 anak. Pernikahan kedua usia 22 tahun dan usia suami
pada pernikahan kedua 25 tahun.
2
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
G2P1A0 Hidup 1
2 Hamil Ini
DATA OBYEKTIF
Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
3
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36,7OC
BB/TB : 78 kg / 155 cm
4
Leopold III : kepala
Leopold IV : konvergen
Taksiran berat janin : 3100 gram
3. Auskultasi DJJ : 131 x/menit
4. His/ kontraksi : tidak ada
- Pemeriksaan Dalam
1. V/v : tidak ada kelainan
2. Porsio : tebal, lunak
3. Pembukaan : 1 cm
4. Ketuban : (-)
5. Presentasi : kepala
B. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium (+)
USG (-)
Mikroskopis (-)
Tes nitrazin (-)
5
LEMBAR CATATAN PERSALINAN
Tanggal : 03-01-2016
KALA I
- Partogram tidak melewati garis waspada
KALA II
- Episiotomi : Ya
- Gawat Janin : Tidak
- Letak sungsang : Tidak
- Hasil : Bayi lahir spontan
KALA III
- Lama kala III : 10 menit
- Pemberian oksitosi 10 UI im : Ya
- Penegangan Tali Pusat Terkendali: Ya
- Masase Fundus Uteri : Ya
- Plasenta Lahir Lengkap : Ya
- Laserasi : Ya
Dimana : Mukosa vagina dan perineum
Derajat :2
Tindakan : Penjahitan dengan anastesi
- Atonia uteri :-
- Jumlah perdarahan : 100 cc
KALA IV
- Pemeriksaan dilakukan tiap 15 menit (dimulai jam 00.00, 03-01-2016)
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 82 x/menit
- Tinggi Fundus Uteri : setinggi pusat, 1 jam 45 menit kemudian 2 jari
di bawah pusat (jam 01.45 WIB).
- Kontraksi uterus : Baik
6
- Kandung kemih : kosong
- Perdarahan : normal
Tidak terdapat masalah pada kala 1
Ikhtisar Persalinan
- Jenis Persalinan : Spontan
- Indikasi : KPD
- Lama persalinan : 30 menit
7
Lain-lain
Induksin 1 amp (+), plasenta lahir spontan, kontraksi uterus (+), eksplorasi (+),
episiotomi perineum (+), hecting s/d XX, perdarahan 250 cc, infus RL.
HASIL LABORATORIUM
Pemeriksaan Laboratorium ke I
Tanggal : 03-01-2017
Differential
Neutrofil % 73.0 40-70 %
8
Absolut
Neutrophil # 8.07 1,8-7,6 10^3/L
9
BAB II
A. Analisa kasus
1. Bagaimana diagnosis pasien ini?
2. Faktor risiko pada pasien ini?
3. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini?
4. Prognosis pada kasus ini?
B. Pembahasan masalah
1. Diagnosis kasus
Untuk diagnosis Ketuban pecah dini , dilakukan 3 tahap pemeriksaan, yaitu:
a) Anamnesis
G2P1A0 didapatkan saat anamnesis yaitu kehamilan kedua dan belum
pernah keguguran sebelumnya.
Gravida 39-40 minggu didapatkan dengan menanyakan HPHT, jika HPHT
diketahui maka dapat dihitung usia kehamilan serta taksiran persalinan. Adapun
cara lain dapat dilakukan pemeriksaan fisik dengan mengukur tinggi fundus uteri
atau dengan melakukan pemeriksaan penunjang yaitu USG.
Pada kasus HPHT adalah 25 Maret 2016 dan dapat dihitung berapa
perkiraan usia kehamilan. Pada hasil perhitungan taksiran persalinan pasien yaitu 2
Januari 2016 dan usia kehamilannya yaitu 39-40 minggu. Pada kasus Os tidak
didapatkan tanda-tanda persalinan yaitu his, penipisan porsio, pembukaan.
10
Pada kasus didapatkan anamnesis, Os mengaku hamil 9 bulan, dan keluar
air- air dari jalan lahir, sehingga Os merupakan jenis KPD Premature Rupture of
Membrane (PROM).
b) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan fisik abdomen dan
pemeriksaan dalam/inspekulo untuk memastikan diagnosis.
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan TFU untuk menentukan usia
kehamilan, dan pemeriksaan his melihat apakah his adekuat atau tidak, frekuensi
hisnya, serta lama his.
Pada pemeriksaan dalam, dinilai tanda-tanda penting saat memasuki kala
persalinan, yaitu vulva-vagina, porsio, ketuban, pembukaan, dan presentasi. Hasil
pemeriksaan untuk vulva-vagina tidak ditemukan adanya kelainan, porsio teraba
tebal lunak, ketuban negatif (ketuban sudah pecah), pembukaan 1 cm, dan
presentasi kepala.
c) Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang, hanya dilakukan pemeriksaan laboratorium
cek analyzer sebagai standar prosedural di Rumah Sakit saat pasien berada di
Instalasi Gawat Darurat.
Pemeriksaan USG tidak dilakukan, dikarenakan pada saat pasien datang ke
IGD, tidak ada petugas medis yang berkompetensi untuk memeriksa USG.
Pertimbangan lainnya adalah saat pemeriksaan dalam, ketuban (-) dan pembukaan
sudah 1 cm. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan nitrazin dan mikroskopis untuk
diagnosis ketuban pecah dini.
o G2P1A0 (anamnesis).
o Gravida 39-40 minggu (anamnesis berdasarkan HPHT).
o dengan KPD (anamnesis dan pemeriksaan dalam: keluar air-air, ketuban (-)).
11
Etiologi Ketuban pecah dini
Sampai saat ini etiologi KPD belum diketahui dengan pasti. Beberapa keadaan yang
merupakan predisposisi untuk terjadinya KPD antara lain
1. Trauma : Amniosentesis, pemeriksaan dalam, koitus
2. Peningkatan tekanan intra uterin : Hidramnion, gemelli
3. Inkompeten serviks
4. Kelainan letak : Letak lintang, letak sungsang
5. Infeksi : Vagina, serviks, traktus urinarius
6. Riwayat keluarga dengan KPD
12
Faktor risiko
1. Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen.
2. Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat perubahan struktur abnormal
karena antara lain merokok.
Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat KPD bergantung pada usia kehamilan. Dapat
terjadi infeksi maternal, ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi
tali pusat, deformitas janin, meningkatnya inseden Seksio Sesaria atau gagalnya persalinan
normal.
1. Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah
ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% kehamilan dalam 24 jam.
Pada kehamilan >26 minggu persalinan terjadi dalm 1 minggu.
13
2. Infeksi
Resiko terjadi infeksi pada ibu dan anak meningkat pada KPD. Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pnemonia, omfalitis. Umumnya
terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur,
infeksi lebih sering pada aterm. Secara umum, inseden infeksi sekunder pada KPD
meningkat sebanding dengan periode laten.
Diagnosis
Tentukan pecah selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban di vagina. Jika tidak
ada dapat dicoba dengan menggerakkan sedikit bagian bawah janin atau meminta pasien
batuk atau mengedan.
Diagnosis KPD prematur dengan inspekulo dilihat adanya cairan ketuban keluar dari
kavum uteri.
Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan tes lakmus (Nitrazin Test) merah menjadi
biru. Pemeriksaan pH perempuan hamil sekitar 4,5. Bila ada cairan ketuban pH sekitar
7,1 sampai 7,3.
Tes Pakis
Dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan kristal amnion dan gambaran daun pakis.
USG
Dengan pemeriksaan USG, adanya KPD dapat dikonfirmasikan dengan adanya
oligohidramnion. Bila air ketuban normal agaknya KPD dapat diragukan.
14
Tentukan ada tidaknya infeksi.
Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu >38C serta air ketuban keruh dan berbau.
Leukosit darah >15.000/mm3. Janin yang mengalami takikardi mungkin mengalami
infeksi intrauterin.
Tentukan tanda-tanda persalinan dan skoring pelvik.
Tetukan adanya kontraksi yang teratur.
Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (termiasi kehamilan).
1. Konservatif
Dilakukan bila tidak ada penyulit pada ibu maupun janin, pada umur kehamilan
28-36 minggu dirawat selama 2 hari.
Selama perawatan dilakukan :
Observasi kemungkinan adanya amnionitis atau tanda-tanda infeksi misalnya, suhu,
leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin.
Adanya tanda-tanda persalinan atau tidak.
Pemberian antibiotik.
Pemeriksaan ultrasonografi.
Pemberian injeksi deksametason 2 x 5 mg intra muskular selama 2 hari berturut-
turut.
2. Aktif
Pengelolaan ketuban pecah dini dengan umur kehamilan 20-28 minggu dan 37
minggu.
Adanya tanda-tanda infeksi.
Adanya tanda-tanda persalinan.
Gawat janin.
15
Resume
Pasien G2P1A0 mengaku hamil 9 bulan mengeluh keluar air dari jalan lahir, terus
menerus merembes sejak kemarin sore pukul 16.30 WIB, berwarna jernih disertai
lendir, namun tidak disertai darah dan tidak berbau. Pasien menyangkal keluhan mules,
demam, mual ataupun muntah dan tidak ada riwayat jatuh atau terbentur sebelumnya.
Pasien mengatakan terakhir berhubungan suami istri 1 minggu yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TFU 31 cm, pemeriksaan leopold, L1=bokong,
L2=Puki, L3=kepala, L4=konvergen. Pemeriksaan dalam: pembukaan 1 cm, ketuban
negatif. Pada pemeriksaan hematologi lengkap didapatkan hasil kadar Leukosit 11.7,
Hb 11.3, Ht 31.8, Eritrosit 3.96. DJJ 131x/menit.
Diagnosis
Diagnosa Ibu:
G2P1A0 Gravida 39-40 Minggu dengan Ketuban Pecah Dini 24 Jam.
Diagnosa Janin:
Janin Tunggal Hidup Intrauterin, Presentasi kepala.
Planning
Rawat konservatif
Observasi kemungkinan adanya amnionitis atau tanda-tanda infeksi misalnya, suhu,
leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin.
Adanya tanda-tanda persalinan atau tidak.
Pemberian antibiotik.
Pemeriksaan ultrasonografi.
16
Follow Up
17
VT : v/v tidak ada kelainan,
porsio tebal & lunak,
pembukaan 5 cm.
A : G2P1A0 Parturien Aterm
Kala 1 Fase Aktif dengan
KPD 24 Jam.
04-01-2017 S : Perdarahan (+), mules (-). Cefixime 2x1
O : KU: baik, CM Asam Mefenamat 3x1
Konjungtiva anemis +/+ SF 2x1
TD: 110/70 mmHg R/ Pulang
Asi (-/-)
Abdomen : datar, lembut,
nyeri tekan (-)
TFU : 2 jari dibawah pusat,
kontraksi baik.
A : P2A0 Partus Maturus
Spontan.
18
KPSW
Umur kehamilan
aktif
Pulang dengan saran :
19
Peranan Infeksi Pada Ketuban Pecah Dini
Berbagai teori yang menjelaskan patofisiologi ketuban pecah dini telah
dikemukakan oleh para ahli. Salah satunya adalah adanya peranan infeksi terhadap
terjadinya ketuban pecah dini. Salah satu penyebab ketuban pecah dini adalah infeksi cairan
amnion yaitu korioamnionitis.
Infeksi akan memodulasi sistem imunologik sistemik dan lokal (plasenta-desidua)
dengan respon utama berupa mobilisasi sel-sel polimorfonuklear dan makrofag yang akan
mengeluarkan sitokin. Modulasi tersebut dimulai sejak adanya invasi mikroorganisme
patogen dari serviks dan vagina ke organ reproduksi bagian atas. Stres maternal yang
terjadi melalui stimulus jalur neuroendokrin terbentuk akibat gabungan berbagai bentuk
tekanan selama hamil baik dari lingkungan, faktor psikososial, maupun sosiodemografi
sehingga menimbulkan faktor predisposisi untuk terjadinya ketuban pecah dini.
Mikroorganisme mencapai selaput amnion atau rongga amnion melalui beberapa
cara yaitu langsung menjalar ke atas dari serviks atau vagina (ascending), penyebaran
hematogen melalui plasenta, infeksi retrograd dari rongga peritoneum dari tuba, dan akibat
tindakan invasif ke dalam uterus seperti amniosentesis. Infeksi ascending mikroorganisme
dari vagina ke ruang koriodesidual jarang terjadi pada usia kehamilan 34-36 minggu tetapi
sering terjadi pada usia kehamilan kurang 30 minggu.
Infeksi intrauterin sering kronik dan umumnya tanpa gejala. Saat yang pasti
terjadinya infeksi ascending dari vagina dan hubungannya dengan ketuban pecah dini
hingga kini tidak dapat dijelaskan dengan memuaskan. Infeksi dapat terjadi pada
kehamilan muda dan tidak terdeteksi selama berbulan-bulan. Pada beberapa penelitian
ditemukan terjadinya persalinan kurang bulan spontan atau ketuban pecah dini dalam empat
minggu setelah invasi organisme ke rongga rahim. Dengan demikian diduga sistem
imunitas ibu akan mengeliminasi infeksi dan mempertahankan kehamilan selama mungkin.
20
DAFTAR PUSTAKA
21