Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
maternal dan neonatal. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan
yang sangat penting dalam pembangunan bangsa karena seluruh komponen yang
lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. (Makhludli dan Effendi, 2009).
dan pembangunan masyarakat pada tahun 2015. Tujuan MDGs salah satunya
(AKI). Salah satu upaya strategis dalam menurunkan AKI di indonesia adalah
sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia, rumah sakit pemerintah rata-rata 11%,
sementara dirumah sakit swasta bisa lebih dari 30% (Syamsul, 2012). Salah satu
indikasi sectio sesarea adalah ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini (KPD)
merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang paling sering ditemui, dan
1
2
insidensinya sekitar 4,5% sampai 7,6% dari seluruh kehamilan (Puspasari, 2010).
Pada kasus ketuban pecah dini, ibu beresiko tinggi untuk dilakukan sectio sesarea
karena induksi yang gagal dan lamanya penegangan pada pembukaan uterus,
pembukaan kecil, hal ini dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi
Sakit Muhammadiyah Palembang bahwa pada tahun 2011 sekitar 780 ibu bersalin
dengan KPD, pada tahun 2012 sekitar 872 ibu bersalin dengan KPD, sedangkan
tahun 2013 ibu bersalin dengan KPD sebanyak 738, dari data tersebut bahwa telah
terjadi peningkatan presentasi kejadian ketuban pecah dini pada tahun 2011, 2012
ke tahun 2013.
pada bayi baru lahir. Hal ini didukung oleh penelitian Azizah (2013) di Ruang
Ponek Bapelkes RSD Jombang bahwa dari 101 bayi yang dilahirkan asfiksia 12
2013). Ketuban pecah dini sangat mempengaruhi apgar score pada bayi baru lahir.
Hal ini didukung oleh penelitian lain yang dilakukan oleh Rahayu (2009) tentang
hubungan antara lama ketuban pecah dini terhadap nilai apgar pada kehamilan
aterm di Badan Rumah Sakit daerah Cepu, menunjukkan sebagian besar lama
KPD < 12 dengan apgar score baik, sedangkan lama KPD 12 jarn hampir
sebagian apgar score buruk, hasil terdapat hubungan antara ketuban pecah dini
3
terhadap nilai apgar dan mengatakan bahwa semakin lama masa laten pada KPD
Dampak dari kejadian KPD ini dapat meningkatkan tindakan operatif obstetri
khususnya tindakan SC. Kejadian KPD di Indonesia tahun 2010 berjumlah 9368
(3,27%) dari 285.904 persalinan. Angka kematian yang disebabkan oleh ketuban
pecah dini berjumlah 23 kasus (0,25%) (Depkes RI, 2010). Ketuban pecah dini
lama jarak ketuban pecah dengan persalinan, makin meningkat kejadian kesakitan
dan kematian ibu dan bayi atau janin dalam rahim (Manuaba, 2010).
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kasus secsio sesaria dari 436 kasus pada
tahun 2006, menjadi 718 kasus pada tahun 2007 atau (62,65%) dari jumlah
persalinan yang ada selama tahun 2007 bulan Januari sampai Desember yaitu
1146 ibu bersalin dan meningkat lagi menjadi 913 kasus dari 1388 persalinan
didapatkan bahwa di ruangan kebidanan terdapat 124 kasus pada tahun 2014 dan
pada tahun 2015 terdapat 78 kasus post section caesaria dengan indikasi ketuban
pecah dini.
yang berkisar antara 2-15%. Infeksi terutama pada saluran kencing dan lebih
sering terjadi pada ibu yang kegemukan. Frekuensi peredarahan yang lebih tinggi.
luar rahim (ectopic) pada kehamilan berikutnya. Penundaan pemberian ASI dan
jalinan hubungan emosi ibu-anak karena adanya luka operasi dan pengaruh obat
bius Bayi hasil operasi caesar biasanya langsung ditempatkan di ruang observasi .
Dan terhadap bayi yang dilahirkan Risiko kematian bayi, risiko gangguan
pernafasan bayi, risiko gangguan otak bayi dan risiko trauma bayi menjadi 3,5
atas, persalinan caesar memiliki dampak cukup besar terhadap daya tahan tubuh
tertarik untuk melakukan Asuhan keperawatan pada pasien Sectio Caesaria secara
komprehensif.
B. Rumusan Masalah
Pada tahun 2014 kasus seksio sesarea sebanyak 124 kasus dengan indikasi
ketuban pecah dini, PEB, kelainan letak, riwayat seksio sesarea dan inpartu atau
tanpa indikasi. Pada tahun 2015 kasus seksio sesarea dengan indikasi ketuban
pecah dini sebanyak 78 kasus. Tindakan seksio sesarea ini dapat menyebabkan
resiko anemia, imobilisasi, resiko infeksi dan dapat menyebabkan kematian. Pada
tahun 2014 jumlah kematian dengan kasus seksio sesarea sebanyak 2 kasus.
keperawatan seksio sesarea pada indikasi ketuban pecah dini di rumah sakit
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
ibu bersalin post sc dengan indikasi ketuban pecah dini Di Ruangan Teratai
2. Tujuan Khusus
pada ibu bersalin post sc dengan indikasi KPD dirumah sakit daerah
Curup.
Tahun 2016
6
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi klien
sesarea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
tanpa disertai tanda inpartu dan setelah satu jam tetap tidak diikuti dengan
7
8
1992).
2. Etiologi
Sebab terjadinya ketuban pecah dini belum diketahui dan tidak dapat
oleh kelelahan dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi ibu-
antara lain :
ketuban maupun asendern dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban
curetase.
terinfeksi.
g. Umur ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat
h. Faktor lain :
1) Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang
a. Faktor Serviks
tanpa disertai rasa nyeri pada trimester kedua atau awal trimester ketiga
(Cunningham, 2006).
b. Faktor keturunan
c. Faktor paritas
meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau janin di
11
bila lebih dari 37 minggu lebih sering mengalami ketuban pecah sebelum
terjadinya ketuban pecah dini. Kelainan letak terjadi karena posisi janin
dalam rahim yang tidak sesuai dengan jalan lahir yaitu seperti letak
terendah janin untuk menutupi atau menahan pintu atas panggul (PAP),
Kala I persalinan terdiri dari 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif. Yang
0-3 cm yang berlangsung 7-8 jam, sedangkan fase aktif yaitu terdiri dari
GRAVIDA
Kanalis servik selalu Kelainan letak janin Infeksi genetalia Servik inkompetent Gamely hidroamnion
terbuka, akibat kelainan (sungsang)
servik uteri (abortus) dan Dilatasi berlebihan
Proses biomekanik bakteri Ketegangan uterus
riwayat kuretasi servik
mengeluarkan enzim berlebihan
Tidak adanya bagian terendah metabolik
yang menutupi pintu atas Selaput ketuban
Mudahnya pengeluaran panggul yang menghalangi menonjol dan mudah Servik tidak bisa menahan
Selaput ketuban pecah pecah tekanan intra uterus
air ketuban tekanan terhadap membran
KETUBAN PECAH
DINI
Air ketuban terlalu banyak keluar
14
15
MK : RESIKO TINGGI
MK : KERUSAKAAN INFEKSI
INTEGRITAS KULIT
Ins
Faktor Predisposisi :
Tidak timbul HIS
1. Ketidakseimba
Kadar kortisol menurun
ngan sepalo
Merupakan metobolisme
celvic
karbohidrat, protein dan
2. Kehamilan Tidak ada perubahan
lemak
kembar pada serviks
3. Distress janin
4. Presentsi janin
5. Preeklamsi/ekl Kelahiran terhambat
amsi
Post Date
SC
Estrogen meningkat
Persalinan tidak Nifas post pembedahan
normal
Pe hormon prolaktin
Ansietas Jar tertutup arestesi
Pe
Adaptasi Merangsang Jar terbuka kerja puns Mrangsang
Postpartum area laktasi
sensorik oksitoksin
Proteksi kurang
15
16
Pe
Gg rasa nyaman Inuasi bakteri Eseksi ASI
peristaltik
usus
Psikologi
bengkak
Bayi menangis
Ketidakefektifan
pemberian ASI
Gg Pola tidur
1. Manifestasi Klinis
a. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau
d. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah
kering.
e. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
2. Komplikasi
selama persalinan dan kelahiran yaitu resiko resusitasi dan adanya resiko
infeksi baik pada ibu maupun janin. Resiko infeksi karena ketuban yang
Sekitar 30% mortalitas pada bayi preterm dengan ibu yang megalami
pernafasan (asfiksia). Selain itu, akan terjadi prematuritas dan prolaps tali
pusat dan malpresentasi akan lebih memburuk kondisi bayi preterm dan
Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti ketuban pecah dini, flora
vagina normal yang ada bisa menjadi patogen yang bisa membahayakan
jalan lahor yang telah terbuka, apalagi bila terlalu sering dilakukan
infeksi puerpuralis, peitonitis, atonia uteri dan septikimia, serta dry labor
(Manuaba, 2010).
3. Pemeriksaan Diagnostik
i. Tes stres kontraksi atau tes non-stres: mengkaji respons janin terhadap
uterus.
4. Penatalaksanaan
kehamilan, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya
a. Konservatif
mg selama 7 hari.
kehamilan 37 minggu.
sesudah 24 jam.
b. Aktif
persalinan diakhiri.
sesarea.
1. Definisi
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
2. Etiologi
panggul).
3) Partus lama.
4) Solutio plasenta.
5) Preeklamsi / eklamsi.
6) Infeksi Intrapartum.
2) Gawat janin.
4) Prolapsus funikuli.
6) Infeksi intrapartum.
21
3. Patofisiologi
500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk
janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan
SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif
ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris
bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka
dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang
kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan
ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah
banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang
tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga
4. Klasifikasi
kehamilan berikutnya.
transperitonealis profunda.
dilakukan.
5. Komplikasi
a. Infeksi puerperal
peritonitis,sepsis.
b. Perdarahan
arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri. Komplikasi lain
6. Pemeriksaan Diagnostik
perubahan dari kadar pra operasi sampai dengan post operasi dan
7. Penatalaksanaan
24
25 mg.
g. Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat
mengisyaratkan hipovolemia.
1. Pengkajian
b. Keluhan utama
multipara.
pasien operasi.
b) Sirkulasi
c) Integritas Ego
wanita.
d) Makanan/cairan
26
(3) Edema
e) Nyeri/ketidaknyamanan
(2) Distosia
f) Keamanan
(6) Seksualitas
sebelumnya.
d. Penyuluhan/pembelajaran
1) Pemeriksaan diagnostik
uterus
2. Diagnosa Keperawatan
Intervensi Keperawatan
prosedur dengan kriteria hasil: 21. Cuci tangan setiap sebelum infeksi
invasif, a. Klien bebas dari tanda dan gejala dan sesudah tindakan 2. Memberikan
malnutrisi, infeksi keperawatan rasa nyaman
tidak adekuat b. Menunjukkan kemampuan untuk 22. Gunakan baju, sarung dan agar pasien
pertahanan mencegah timbulnya infeksi tangan sebagai alat dapat
primer c. Jumlah leukosit dalam batas normal pelindung beristirahat
ataupun d. Menunjukkan perilaku hidup sehat 23. Berikan terapi antibiotik 3. Melakukan
sekunder e. Status imun, gastrointestinal, 24. Inspeksi kulit dan membran tindakan aseptic
genitourinaria dalam batas normal mukosa terhadap sesuai prosedur
kemerahan, panas, drainase 4. Mencegah
25. Ajarkan pasien dan adanya infeksi
keluarga tanda dan gejala nosokomial
infeksi 5. Mencegah
infeksi kuman
dan bakteri
6. Mengetahui
adanya tanda-
tanda inflamasi
7. Mengetahui
intervensi
terhadap
infeksi dengan
cepat