Вы находитесь на странице: 1из 32

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesejahteraan suatu bangsa salah satu indikatornya adalah angka kematian

maternal dan neonatal. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan

melakukan berbagai survei dan penelitian. Kesehatan ibu merupakan komponen

yang sangat penting dalam pembangunan bangsa karena seluruh komponen yang

lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. (Makhludli dan Effendi, 2009).

Menurut WHO (2014) pemerintah indonesia dalam mencapai milennium

development goals (MDGs) atau target pembangunan adalah kesejahteraan rakyat

dan pembangunan masyarakat pada tahun 2015. Tujuan MDGs salah satunya

adalah meningkatkan kesehatan ibu dengan menurunkan angka kematiian ibu

(AKI). Salah satu upaya strategis dalam menurunkan AKI di indonesia adalah

peningkatan akses pelayanan persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan

yang berkopeten dalam memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar

serta fasilitas kesehatan (Depkes, 2011)

Menurut WHO (2010) standar rata-rata sectio sesarea di sebuah negara

sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia, rumah sakit pemerintah rata-rata 11%,

sementara dirumah sakit swasta bisa lebih dari 30% (Syamsul, 2012). Salah satu

indikasi sectio sesarea adalah ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini (KPD)

merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang paling sering ditemui, dan

1
2

insidensinya sekitar 4,5% sampai 7,6% dari seluruh kehamilan (Puspasari, 2010).

Pada kasus ketuban pecah dini, ibu beresiko tinggi untuk dilakukan sectio sesarea

karena induksi yang gagal dan lamanya penegangan pada pembukaan uterus,

sehingga harus segera dilakukan pembedahan sectio sesarea untuk menghindari

bahaya dari infeksi ketuban pecah dini (Puspasari, 2010).

Perpanjangan persalinan seringkali disertai pecahnya ketuban pada

pembukaan kecil, hal ini dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi

intrapartum (Wiknjosastro, 2005). Berdasarkan data yang diperoleh di Rumah

Sakit Muhammadiyah Palembang bahwa pada tahun 2011 sekitar 780 ibu bersalin

dengan KPD, pada tahun 2012 sekitar 872 ibu bersalin dengan KPD, sedangkan

tahun 2013 ibu bersalin dengan KPD sebanyak 738, dari data tersebut bahwa telah

terjadi peningkatan presentasi kejadian ketuban pecah dini pada tahun 2011, 2012

ke tahun 2013.

Ketuban pecah dini dapat menyebabkan tingkat kejadian asfiksia neonatus

pada bayi baru lahir. Hal ini didukung oleh penelitian Azizah (2013) di Ruang

Ponek Bapelkes RSD Jombang bahwa dari 101 bayi yang dilahirkan asfiksia 12

(11,8%) diantaranya disebabkan karena proses persalinan dengan KPD (Azizah,

2013). Ketuban pecah dini sangat mempengaruhi apgar score pada bayi baru lahir.

Hal ini didukung oleh penelitian lain yang dilakukan oleh Rahayu (2009) tentang

hubungan antara lama ketuban pecah dini terhadap nilai apgar pada kehamilan

aterm di Badan Rumah Sakit daerah Cepu, menunjukkan sebagian besar lama

KPD < 12 dengan apgar score baik, sedangkan lama KPD 12 jarn hampir

sebagian apgar score buruk, hasil terdapat hubungan antara ketuban pecah dini
3

terhadap nilai apgar dan mengatakan bahwa semakin lama masa laten pada KPD

menyebabkan nilai apgar bayi semakin rendah (Rahayu, 2009)

Kejadian KPD di dunia berkisar antara 8-10% dari semua kehamilan.

Dampak dari kejadian KPD ini dapat meningkatkan tindakan operatif obstetri

khususnya tindakan SC. Kejadian KPD di Indonesia tahun 2010 berjumlah 9368

(3,27%) dari 285.904 persalinan. Angka kematian yang disebabkan oleh ketuban

pecah dini berjumlah 23 kasus (0,25%) (Depkes RI, 2010). Ketuban pecah dini

dapat menimbulkan komplikasi yang bergantung pada usia kehamilan. Makin

lama jarak ketuban pecah dengan persalinan, makin meningkat kejadian kesakitan

dan kematian ibu dan bayi atau janin dalam rahim (Manuaba, 2010).

Berdasarkan data awal yang diperoleh di RSUD M.Yunus Bengkulu

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kasus secsio sesaria dari 436 kasus pada

tahun 2006, menjadi 718 kasus pada tahun 2007 atau (62,65%) dari jumlah

persalinan yang ada selama tahun 2007 bulan Januari sampai Desember yaitu

1146 ibu bersalin dan meningkat lagi menjadi 913 kasus dari 1388 persalinan

(65,77%). Sedangkan berdasarkan survei di Rumah Sakit Daerah Curup

didapatkan bahwa di ruangan kebidanan terdapat 124 kasus pada tahun 2014 dan

pada tahun 2015 terdapat 78 kasus post section caesaria dengan indikasi ketuban

pecah dini.

Dampak dari persalinan SC terhadap ibu risiko infeksi pasca pembedahan

yang berkisar antara 2-15%. Infeksi terutama pada saluran kencing dan lebih

sering terjadi pada ibu yang kegemukan. Frekuensi peredarahan yang lebih tinggi.

Mengalami masalah pada plasenta, ruptur kandungan dan pertumbuhan janin di


4

luar rahim (ectopic) pada kehamilan berikutnya. Penundaan pemberian ASI dan

jalinan hubungan emosi ibu-anak karena adanya luka operasi dan pengaruh obat

bius Bayi hasil operasi caesar biasanya langsung ditempatkan di ruang observasi .

Dan terhadap bayi yang dilahirkan Risiko kematian bayi, risiko gangguan

pernafasan bayi, risiko gangguan otak bayi dan risiko trauma bayi menjadi 3,5

kali lebih besar dibandingkan persalinan normal.

Bahkan ketika bayi yang dilahirkan caesar tidak mengalami masalah di

atas, persalinan caesar memiliki dampak cukup besar terhadap daya tahan tubuh

anak. Sehingga di perlukan upaya untuk menangani kasus terebut dengan

melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu post SC indikasi KPD diberikan

secara komprehensif melalui proses keperawatan berupa pengkajian , penentuan

masalah , menentukan diagnosa. Berdasarkan latar belakang di atas , maka penulis

tertarik untuk melakukan Asuhan keperawatan pada pasien Sectio Caesaria secara

komprehensif.

B. Rumusan Masalah

Pada tahun 2014 kasus seksio sesarea sebanyak 124 kasus dengan indikasi

ketuban pecah dini, PEB, kelainan letak, riwayat seksio sesarea dan inpartu atau

tanpa indikasi. Pada tahun 2015 kasus seksio sesarea dengan indikasi ketuban

pecah dini sebanyak 78 kasus. Tindakan seksio sesarea ini dapat menyebabkan

resiko anemia, imobilisasi, resiko infeksi dan dapat menyebabkan kematian. Pada

tahun 2014 jumlah kematian dengan kasus seksio sesarea sebanyak 2 kasus.

Berdasarkan masalah tersebut maka peneliti merumuskan masalah bagaimana

menganalisa data, mengkaji, intervensi, implementasi, dan evaluasi asuhan


5

keperawatan seksio sesarea pada indikasi ketuban pecah dini di rumah sakit

RSUD Curup tahun 2016?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk dapat memperoleh gambaran penerapan asuhan keperawatan pada

ibu bersalin post sc dengan indikasi ketuban pecah dini Di Ruangan Teratai

Rumah Sakit Umum Dearah Curup tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada ibu bersalin post SC dengan indikasi

KPD di ruangan teratai rumah sakit daerah Curup.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada ibu bersalin post SC

dengan indikasi KPD di rumah sakit umum dearah Curup

c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada ibu bersalin post

sc dengan indikasi KPD dirumah sakit daerah Curup.

d. Mampu melaksanakan dari rencana asuhan keperawatan pada ibu

bersalin post sc dengan indikasi KPD dirumah sakit daerah Curup.

e. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan

pada ibu bersalin post sc dengan indikasi KPD dirumah sakit daerah

Curup.

f. Mampu menganalisis kesenjangan antara asuhan keperawatan teoritis

dengan asuhan keperawatan pada pasien Post SC KPD di RSUD Curup

Tahun 2016
6

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi klien

Klien dapat merasakan asuhan keperawatan yang berkualitas dan

mendapatkan pengetahuan tentang perawatan pada pasien post sectio

sesarea.

2. Bagi perawat rumah sakit

Perawat rumah sakit dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan

pada pasien post sectio sesarea.

3. Bagi institusi pendidikan

Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas asuhan

keperawatan pada pasien post sectio sesarea.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini

1. Definisi

Ketuan pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion

sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput

amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu atau tanpa

kontraksi.(Mitayani,2011). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban

tanpa disertai tanda inpartu dan setelah satu jam tetap tidak diikuti dengan

proses inpartu sebagaimana mestinya (Manuaba, 2010).

Gambar 2.1 Post Sectio Sesarea Indikasi KPD

7
8

Ketuban pecah dini ini merupakan masalah penting dalam obstetri

berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi

korioamnionitis sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan

mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu (Prawirohardjo, 2009).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput amnion sebelum dimulainya

persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selat amnion sebelum usia

kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi (Hossam,

1992).

2. Etiologi

Sebab terjadinya ketuban pecah dini belum diketahui dan tidak dapat

ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang

berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih

berperan sulit diketahui. Kejadian ketuban pecah dini dapat disebabkan

oleh kelelahan dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi ibu-

ibu hamil agar selama masa kehamilan hindari/kurangi melakukan

pekerjaan yang berat (Mochtar, 2007).

Menurut Nugroho (2010) dalam penelitian Riani tahun 2012,

menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya KPD,

antara lain :

a. Infeksi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput

ketuban maupun asendern dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban

yang bisa menyebabkan KPD.


9

b. Serviks yang inkompetensia, kanalis serviksalis yang selalu terbuka

oleh kelainan pada serviks uteri yang disebabkan persalinan atau

curetase.

c. Tekanan intrauterine yang terlalu tinggi atau meningkat secara

berlebihan misalnya trauma, hidramnion, dan gamelly.

d. Trauma yang didapat misalnya, hubungan seksual, pemeriksaan dalam,

maupun amnionsintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya

terinfeksi.

e. Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah

yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi

tekanan terhadap membran bagian bawah.

f. Keadaan sosial ekonomi.

g. Umur ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat

daripada ibu muda.

h. Faktor lain :

1) Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang

tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk

kelemahan jaringan kulit ketuban.

2) Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.

3) Faktor multi graviditis, merokok, dan perdarahan antepartum.

4) Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin C).


10

Faktor predisposisi ketuban pecah dini yaitu sebagai berikut :

a. Faktor Serviks

Terjadinya inkompetensia os sevik intena yang lebih sering disebut

inkompetensia serviks, ditegakkan ketika serviks menipis dan membuka

tanpa disertai rasa nyeri pada trimester kedua atau awal trimester ketiga

kehamilan. Secara tradisi diagnosis ikompetensia serviks ditegakkan

berdasarkan peristiwa yang sebelumnya terjadi, takni minimal dua kali

keguguran pada pertengahan terimester tanpa disertai awalan persalinan

dan kelahiran, bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban

sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban

(Cunningham, 2006).

b. Faktor keturunan

Adanya difisiensi vitamin C merupakan salah satu penyebab terjadinya

ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini beresiko menimbulkan infeksi

janin maupun terjadi kelahiran yang premature. Resiko ini dapat

dikurangi bila ibu mengkonsumsi suplemen vitamin C pada saat

memasuki usia separuh kehamilan. Vitamin C berperan penting dalam

mempertahankan keutuhan membran (lapisan) yang menyelimuti janin

dan cairan ketuban (Manuaba, 2010).

c. Faktor paritas

Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan tersebut

periode laten. Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan

meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau janin di
11

dalam rahim. Pada primigravida cenderung mempunyai periode masa

laten yang lebih lama dari pada multigravida (Manuaba, 2010).

d. Faktor dari luar yang melemahkan ketuban

Infeksi pada genetalia yang dapat menyebabkan terjadinya proses

biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga

memudahkan ketuban pecah (Manuaba, 2010).

e. Faktor overdistensi uterus

Tekanan intrauterine yang meningkatkan secara berlebihan (overdistensi

uterus) misalnya kehamilan gamelly dan hidramnion. Pada kelahiran

kembar sebelum 37 minggu sering terjadi kelahiran preterm. Sedangkan

bila lebih dari 37 minggu lebih sering mengalami ketuban pecah sebelum

waktunya (Cunningham, 2006).

Overdistensi uterus atau keadaan rahim yang terlampau meregang

akibat adanya tekanan intrauterine yang meninggi atau meningkat secara

berlebihan seperti hidramnion dan kehamilan ganda mengakibatkan

selaput ketuban semakin tipis dan mudah pecah (Manuaba, 2010).

f. Faktor kelainan letak

Menurut Nugroho (2010), dalam penelitian Riani tahun 2012, adanya

kelainan letak dalam kehamilan merupakan salah satu faktor predisposisi

terjadinya ketuban pecah dini. Kelainan letak terjadi karena posisi janin

dalam rahim yang tidak sesuai dengan jalan lahir yaitu seperti letak

lintang dan letak sungsang, sebab adanya ketidakteraturan bagian


12

terendah janin untuk menutupi atau menahan pintu atas panggul (PAP),

sehingga mengurangi tekanan terhadap membran bagian bawah.

g. Faktor lamanya fase laten

Kala I persalinan terdiri dari 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif. Yang

dikatakan fase laten ialah dimana pembukaan serviks berlangsung lambat

0-3 cm yang berlangsung 7-8 jam, sedangkan fase aktif yaitu terdiri dari

akselerasi (pembukaan serviks 3-4 cm), dilatasi maksimal (pembukaan

serviks 4-9 cm), deselerasi (pembukaan 9-10 cm) yang masing-masing

fase berlangsung 2 jam. Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida.

Pada multigravidarum terjadi demikian, akan tetapi fase-fase tersebut

terjadi lebih pendek (Prawirohardjo, 2009).


14
4. WOC KPD

GRAVIDA

Kanalis servik selalu Kelainan letak janin Infeksi genetalia Servik inkompetent Gamely hidroamnion
terbuka, akibat kelainan (sungsang)
servik uteri (abortus) dan Dilatasi berlebihan
Proses biomekanik bakteri Ketegangan uterus
riwayat kuretasi servik
mengeluarkan enzim berlebihan
Tidak adanya bagian terendah metabolik
yang menutupi pintu atas Selaput ketuban
Mudahnya pengeluaran panggul yang menghalangi menonjol dan mudah Servik tidak bisa menahan
Selaput ketuban pecah pecah tekanan intra uterus
air ketuban tekanan terhadap membran

KETUBAN PECAH
DINI
Air ketuban terlalu banyak keluar

Distosia (partus kering)


Gawat janin

Laserasi pada jalan lahir

Kecemasan ibu terhadap Tindakan sc Tidak adanya pelindung


keselamatan janin dan ibunya dunia luar dgn daerah rahim

Ancaman pada diri sendiri/janin Kerusakan


Ketegangan otot rahim jaringan akibat Mudahnya mikroorganisme masuk
MK : ANSIETAS luka operasi secara olsenden

14
15

MK : NYERI Terputusnya Ruptur membrane amniotik


jaringan
MK : NYERI AKUT

MK : RESIKO TINGGI
MK : KERUSAKAAN INFEKSI
INTEGRITAS KULIT

Sumber : Modifikasi Nugroho (2010), manuaba (2010 & Prawiro (2009)


15

Pathway SC + Post Date

Insufisiensi Plasenta Sirkulasi uteroplasenta Cemas pada Janin

Ins

Faktor Predisposisi :
Tidak timbul HIS
1. Ketidakseimba
Kadar kortisol menurun
ngan sepalo
Merupakan metobolisme
celvic
karbohidrat, protein dan
2. Kehamilan Tidak ada perubahan
lemak
kembar pada serviks
3. Distress janin
4. Presentsi janin
5. Preeklamsi/ekl Kelahiran terhambat
amsi

Post Date

SC

Estrogen meningkat
Persalinan tidak Nifas post pembedahan
normal

Pe hormon prolaktin
Ansietas Jar tertutup arestesi

Pe
Adaptasi Merangsang Jar terbuka kerja puns Mrangsang
Postpartum area laktasi
sensorik oksitoksin
Proteksi kurang
15
16

Pe
Gg rasa nyaman Inuasi bakteri Eseksi ASI
peristaltik
usus
Psikologi

Nyeri Resiko infeksi Tdk


konstipasi efektif

Tuntunan anggota baru

bengkak
Bayi menangis
Ketidakefektifan
pemberian ASI
Gg Pola tidur

1. Manifestasi Klinis

a. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau

kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.

b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.

c. Janin mudah diraba.

d. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah

kering.

e. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada

dan air ketuban sudah kering.

2. Komplikasi

Komplikasi utama terjadi pada ketuban pecah dini yaitu peningkatan

morbiditas dan mortalitas neonatal oleh karena prematuritas, komplikasi

selama persalinan dan kelahiran yaitu resiko resusitasi dan adanya resiko

infeksi baik pada ibu maupun janin. Resiko infeksi karena ketuban yang

utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab

infeksi (Prawirohardjo, 2009).

Sekitar 30% mortalitas pada bayi preterm dengan ibu yang megalami

ketuban pecah dini adalah akibat infeksi, biasanya infeksi saluran


17

pernafasan (asfiksia). Selain itu, akan terjadi prematuritas dan prolaps tali

pusat dan malpresentasi akan lebih memburuk kondisi bayi preterm dan

prematuritas (Depkes RI, 2007).

Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti ketuban pecah dini, flora

vagina normal yang ada bisa menjadi patogen yang bisa membahayakan

baik pada ibu maupun janinnya. Marbiditas dan mortalitas neonatal

meningkat dengan makin rendahnya umur kehamilan. Komplikasi pada

ibu adalah terjadinya resiko infeksi dikenal dengan korioamnoinitis akibat

jalan lahor yang telah terbuka, apalagi bila terlalu sering dilakukan

pemeriksaan dalam dan dapat juga dijumpai perdarahan postpartum,

infeksi puerpuralis, peitonitis, atonia uteri dan septikimia, serta dry labor

(Manuaba, 2010).

3. Pemeriksaan Diagnostik

a. Hitung darah lengkap, golongan darah (ABO) dan percocokan silang,

serta tes Coombs

b. Pemeriksaan leukosit darah : >15.000/ul bila terjadi infeksi

c. Urinalis : menentukan kadar albumin/glukosa.

d. Tes lakmus merah berubah menjadi biru.

e. Kultur : mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II.

f. Pelvimetri : menentukan CPD.

g. Amniosentesis : mengkaji maturitas paru janin.

h. Ultrasonografi : melokalisasi plasenta menentukan pertumbuhan,

kedudukan, dan presentasi janin.

i. Tes stres kontraksi atau tes non-stres: mengkaji respons janin terhadap

gerakan/stres dari pola kontraksi uterus/pola abnormal.


18

j. Pemantauan elektronik kontinu: memastikan status janin/aktivitas

uterus.

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia

kehamilan, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya

tanda-tanda persalinan. Penanganan ketuban pecah dini menurut

Prawirohardjo (2009), diantaranya :

a. Konservatif

1) Rawat dirumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4x500 mg atau

eritomisin bila alergi terhadap ampisilin dan metronidazole 2x500

mg selama 7 hari.

2) Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban

masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

3) Jika umur kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada

tanda-tanda infeksi, tes busa negatif beri deksametason, obeservasi

tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada umur

kehamilan 37 minggu.

4) Jika umur kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak da

infeksi, berikan tokolitik (salbotamol), deksametason, dan induksi

sesudah 24 jam.

5) Jika umur kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, segera berikan

antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu,

leukositm dan tanda-tnada infeksi intreuterine).

6) Pada umur kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu

kematangan paru janin dan bila memungkinkan periksa kadar


19

lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betemetason 12 mg

sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason intramuskular 5

mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

b. Aktif

1) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal

lakukan sectio sesarea, dapat pula diberikan misoprostol 25g-

50g intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.

2) Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotik dosis tinggi dan

persalinan diakhiri.

a) Bila skor pelvik <5, lakukan pematangan servikss, kemudian

induksi. Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan sectio

sesarea.

b) Bila skor pelvik>5, berikan induksi persalinan.

B. Konsep Dasar Sectio Sesarea

1. Definisi

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim

dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram

( Winknjosastro dkk, 2007).

Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding depan perut (Amru sofian,2012)


20

Gambar 2.2 Post Sectio Sesarea

2. Etiologi

a. Indikasi ibu dengan Sectio Sesarea :

1) Disproporsi cepalopelvik (ketidaksesuaian antara kepala dan

panggul).

2) Plasenta Previa sentralis (Posterior) dan totalis.

3) Partus lama.

4) Solutio plasenta.

5) Preeklamsi / eklamsi.

6) Infeksi Intrapartum.

7) Ruptur uteri membakat.

8) Stenosis servik / vagina.

b. Indikasi janin dengan Sectio Sesarea

1) Letak lintang / letak bokong.

2) Gawat janin.

3) Kehamilan dengan DM.

4) Prolapsus funikuli.

5) Primi gravidda tua.

6) Infeksi intrapartum.
21

3. Patofisiologi

SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas

500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi

dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,

distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk

janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan

SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif

berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek

fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan

ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris

bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka

dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang

mengakibatkan gangguan rasa nyaman.

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa

bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak

pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-

kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan

mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi

ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah

banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang

tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang

menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan

menurunkan mobilitas usus.

Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan

terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian

diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat


22

dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan

yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga

menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu

dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga

berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.

4. Klasifikasi

a. Sectio Sesaria transperitoneal profunda

Sectio Sesaria transperitoneal profunda dengan insisi segmen bawah

uterus. Keunggulan pembedahan ini adalah :

1) Lokasi tersebut memiliki lebih sedikit pembuluh darah sehingga

kehilangan darah yang ditimbulkan hanya sedikit.

2) Mencegah pnyebaran infeksi ke rongga abdomen.

3) Merupakan bagian unterus yang sedikit berkontraksi sehingga

hanya sedikit kemungkinan terjadinya ruptur pada bekas luka di

kehamilan berikutnya.

4) Penyembuhan lebih baik dengan komplikai pascaoperasi yang lebih

sedikit seperti pelekatan.

5) Implantasi plasenta di atas bekas luka uterus kurang cenderung

terjadi pada kehamilan berikutnya.

b. Sectio Sesaria comporal atau secsio sesarea klasik

Pada sectio caesarea klasik ini dibuat kepada korpus uteri,

pembedahan ini yang agak mudah dillakukan ,hanya di selenggarakan


23

lokasapabila ada halangan untuk melakukan sectio caesarea

transperitonealis profunda.

c. Sectio Sesaria extra peritoneal

Section caesarea ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk

mengurangi bahaya infeksi purporal akan tetapi dengan kemajuan

pengobatan terhadap infeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak

dilakukan.

5. Komplikasi

Kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan SC menurut

Wiknjosastro, Hanifa (2002). :

a. Infeksi puerperal

Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama

beberapa hari dalam masa nifas yang bersifat ringan seperti

peritonitis,sepsis.

b. Perdarahan

Waktu Perdarahan banyak bisa timbul pada pembedahan jika cabang

arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri. Komplikasi lain

seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya jaringan parut pada

dinding uterus sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan.

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Jumlah darah lengkap ,hemoglobin dan hematokrit .Mengkaji

perubahan dari kadar pra operasi sampai dengan post operasi dan

mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan .

b. Urinalisis , kultur urin , darah , vagina dan lockea , pemeriksaan

tambahan didasarkan pada kebutuhan individual .

7. Penatalaksanaan
24

Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio caesarea

(Cuningham, F Garry, 2005.

a. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat.

b. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus

tetap berkontraksi dengan kuat.

c. Analgesia meperidin 75-100 mg atau morfin 10-15 mg diberikan,

pemberian narkotik biasanya disertai anti emetik, misalnya prometazin

25 mg.

d. Eriksa aliran darah uterus palingsedikit 30 ml/jam.

e. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk

24 jam pertama setelah pembedahan.

f. Ambulasi, satu hari setelahpembedahan klien dapat turun sebertar dari

tempat tidur dengan bantuan orang lain.

g. Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat

pada hari keempat setelah pembedahan.

h. Pemeriksaan laboratorium, hematokrit diukur pagi hari setelah

pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau

mengisyaratkan hipovolemia.

i. Mencegah infeksi pasca operasi, ampisilin 29 dosis tunggal,

sefalosporin, atau penisilin spekrum luas setelahjanin lahir.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Berdasarkan klasifikasi Doengoes (2001) yang perlu dikaji yaitu :

a. Identitas klien dan penanggung jawab

Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama,

alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record,


25

diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan

umum tanda vital.

b. Keluhan utama

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien

multipara.

c. Data Riwayat penyakit

1) Riwayat kesehatan sekarang

Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau

penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah

pasien operasi.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Meliputi penyakit yang lain yang menyertai yang dapat

mempengaruhi riwayat operasi sekarang, maksudnya apakah

pasien pernah mengalami penyakit yang sama, atau riwayat yang

menyertai indikasi kejadian sekarang.

a) Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga

pasien ada juga mempunyai riwayat persalinan section

caesarea. Keadaan klien meliputi :

b) Sirkulasi

Hipertensi, perdarahan vagina mungkin ada

c) Integritas Ego

Pasien dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai

tanda kegagalan atau reflaktif negatif pada kemampuan sebagai

wanita.

d) Makanan/cairan
26

(1) Nyeri epigastrik

(2) Gangguan penglihatan

(3) Edema

(4) Abdomen lunak

e) Nyeri/ketidaknyamanan

(1) Nyeri tekan uterus mungkin ada

(2) Distosia

(3) Persalinan lama/disfungsional

(4) Kegagalan induksi

f) Keamanan

(1) Penyakit hubungan seksual aktif (misalnya : herpes

(2) Inkompabilitas Rh yang berat

(3) Prolaps tali pusat

(4) Ancaman kelahiran bayi premature

(5) Ketuban telah pecah selama 24 jam atau lebih lama

(6) Seksualitas

(7) Disproporsi sefalopelvis

(8) Kehamilan multiple atau gestasi

(9) Melahirkan saesaria sebelumnya, atau bedah uterus

sebelumnya.

(10) Tumor/neoplasma yang menghambat pelvis/jalan lahir

d. Penyuluhan/pembelajaran

Kelahiran saecarea dapat atau mungkin tidak direncanakan,

mempengaruhi kesiapan dan pemahaman klien terhadap prosedur.

1) Pemeriksaan diagnostik

a) Hitung darah lengkap, golongan darah, dan percocokan silang


27

b) Urinalisis : Menentukan kadar albumin/glukosa

c) Kultur : mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II

Pelvimetri : menentukan CPD

d) Amniosentesis : mengkaji maturitas paru janin

e) Ultrasonografi: yaitu melokalisasi plasenta, menentukan

pertumbuhan, kedudukan, dan presentasi janin.

f) Test stres kontraksi atau test nonstres : mengkaji respons janin

terhadap gerakan/stress dari pola kontraksi uterus/pola abnormal

g) Pemantauan elektronik kontinu: Memastikan status janin/aktivitas

uterus

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan post sectio caesarea menurut Doengoes (2001) :

a. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

c. Ansietas berhubungan dengan staatus peran ibu .

d. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan terputus nya jaringan.

e. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat


28

Intervensi Keperawatan

Diagnosa Rencana Keperawatan

Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Nyeri akut 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Sebagai data


Setelah dilakukan tindakan asuhan
berhubungan yang komprehensif meliputi dasar untuk
keperawatan selama.... ... jam nyeri
dengan lokasi, karakteristik, awitan mengevaluasi
pasien berkurang dengan kriteria hasil:
dan durasi, frekuensi, kefektifan
kerusakan 1. Memperlihatkan pengendalian nyeri,
kualitas, intensitas atau tindakan
jaringan yang dibuktikan oleh indikator
keparahan nyeri, dan faktor mengurangi
sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak
presipitasinya. nyeri.
pernah, jarang, kadang-kadang,
2. Observasi isyarat nonverbal 2. Memastikan letak
sering, atau selalu):Mengenali awitan
ketidaknyamanan, khususnya nyeri.
nyeri
pada mereka yang tidak 3. Supaya nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
mampu berkomunikasi dapat diantisipasi
Melaporkan nyeri dapat
efektif. dan dikontrol
dikendalikan
3. Berikan informasi tentang saat keluhan.
2. Menunjukkan tingkat nyeri, yang
nyeri, seperti penyebab nyeri, 4. Mengurangi
dibuktikan oleh indikator sebagai
berapa lama akan ketegangan otot
berikut (sebutkan 1-5: sangat berat,
berlangsung, dan antisipasi otot,
berat, sedang, ringan atau tidak ada):
ketidaknyamanan akibat menciptakan
Ekspresi nyeri pada wajah
prosedur. perasaan rileks
Gelisah atau ketegangan otot
4. Ajarkan penggunaan teknik yang dapat
Durasi episode nyeri
nonfarmakologis (misalnya, mengurangi
Merintih dan menangis Gelisah
umpan-balik biologis, nyeri.
transcutaneous electrical 5. Mencegah
nerve stimulation (TENS), komlikasi lanjut
hipnosis, relaksasi, imajinasi akibat nyeri.
terbimbing, terapi musik, 6. Sebagai acuan
distraksi, terapi bermain, tindakan
terapi aktivitas, akupresur, keperawatan
kompres hangat atau dingin, selanjutnya.
dan masase) sebelum, stelah, 7. Agar tindakan
dan, jika memungkinkan, penobatan yang
selama aktivitas yang dilakukan lebih
menimbulkan nyeri; sebelum efektif.
nyeri terjadi atau meningkat; 8. Lingkungan yang
29

dan bersama penggunaan tidak nyaman


tindakan peredaan nyeri yang dapat
lain. mempengaruhi
5. Gunakan tindakan tingkat nyeri.
pengendalian nyeri sebelum 9. Efektifitas dalam
nyeri menjadi lebih berat. penanganan
6. Laporkan kepada dokter jika nyeri.
tindakan tidak berhasil atau
jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang
bermakna dari pengalaman
nyeri pasien di masa lalu.
7. Libatkan pasien dalam
modalitas peredaan nyeri,
jika memungkinkan.
8. Kendalikan faktor lingkungan
yang dapat memengaruhi
respons pasien terhadap
ketidaknyamanan (misalnya,
suhu ruangan, pencahayaan,
dan kegaduhan).
9. Pastikan pemberian analgesia
terapi atau strategis
nonfarmakologis sebelum
melakukan prosedur yang
menimbulkan nyeri.
Intoleransi Setelah dilakukaukan tindakan asuhan 1. Observasi adanya 1. Mengetahui
aktivitas keperawatan selamaxjam, pasien pembatasan pasien dalam intervensi
berhubungan bertoleransi terhadap aktivitas dapat melakukan aktivitas lanjutan
dengan teratasi dengan kriteria hasil: 2. Monitor nutrisi dan sumber 2. Sumber energi
kelemahan a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik energi yang adekuat untuk
fisik tanpa disertai peningkatan tekanan 3. Monitor vital sign melakukan
darah, nadi dan respirasi 4. Bantu pasien untuk aktivitas
b. Mampu melakukan aktivitas sehari mengidentifikasi aktivitas 3. Mengetahui
hari (ADLs) secara mandiri yang mampu dilakukan perkembangan
c. Keseimbangan aktivitas dan istirahat 5. Bantu pasien untuk kesehatan
membuat jadwal latihan pasien
diwaktu luang 4. Melatih pasien
30

6. Bantu pasien untuk untuk mencoba


mengembangkan motivasi melakukan
diri dan penguatan aktivitas yang
belum mampu
untuk
dilakukan
5. Mempercepat
proses
pemulihan
dengan adanya
aktivitas
6. Meningkatkan
keinginan
pasien dalam
beraktivitas

Ansietas 1. Gunakan pendekatan


berhubungan Setelah dilakukan asuhan selama 3x24 yang menenangkan 7. Klien dapat
dengan jam, pemberian ASI terpenuhi dengan 2. Nyatakan dengan jelas mengalami
perubahan kriteria hasil harapan terhadap penyimpangan
status peran 1. Klien mampu mengindentifikasi pelaku pasien memori dari
ibu dan mengungkapkan gejala cemas 3. Jelaskan semua melahirkan
2. Mengindentifikasi,mengungkapkan prosedur dan apa yang masa lalu atau
dan menunjukan teknik untuk dirasakan selama persepsi tidak
mengontrol cemas prosedur realistis dari
3. Vital sign dalam batas normal 4. Temani pasien untuk abnormalitas
4. Postur tubuh ,ekpresi memberikan keaamnan kelahiran
wajah,,bahasa tubuh dan tingkat dan mengurangi takut sesareaa yang
aktifitas menunjukan berkurangnya 5. Berikan informasi akan
kecemasan faktual mengenai meningkatkan
diagnosis tindakan ansietas
prognosis 8. Agar klien
6. Libatkan keluarga dapat merasa
untuk mendampingi jenuh , klien
klien memahami
7. Intruksikan pada pasien peranan nya
untuk menggunakan sebagai ibu dan
teknik relaksasi mempercepat
31

8. Dengarkan dengan proseds


penuh perhatian penyembuhan
9. Identifikasi tingkat 9. Menjalin kasih
kecemasan sayang klien
10. Dorong pasien untuk dengan
mengungkapkan bayinya
perasaan,ketakutan,per 10. Untuk melatih
sepsi bayi respon
11. Kelola pemberian obat hisap baik
anti cemas
Kerusakan Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Anjurkan pasien untuk 11.Mengurangi
integritas kulit keperawatan selama ...x... jam, menggunakan pakaian yang tekanan pada
berhubungan kerusakan integritas kulit pasien longgar luka
dengan teratasi dengan kriteria hasil : 2. Jaga kebersihan kulit agar 12.Agar terhindar
hipertermi, tetap bersih dan kering dari infeksi
faktor a. Integritas kulit yang baik bisa 3. Mobilisasi pasien (ubah 13.Mencegah
mekanik, dipertahankan (sensasi, posisi pasien) setiap dua jam adanya tekanan
radiasi elastisitas, temperatur, hidrasi, sekali pada luka
4. Monitor kulit akan adanya 14.Mengetahui
pigmentasi)
kemerahan adanya tanda
b. Tidak ada luka/lesi pada kulit
5. Oleskan lotion atau peradangan
c. Perfusi jaringan baik
minyak/baby oil pada derah 15.Memberikan
d. Menunjukkan pemahaman dalam
yang tertekan kelembaban
proses perbaikan kulit dan 6. Observasi luka pada area kulit
mencegah terjadinya sedera 7. Ajarkan pada keluarga 16.Mengetahui
berulang tentang luka dan perawatan perkembangan
e. Mampu melindungi kulit dan luka pemulihan luka
mempertahankan kelembaban 8. Berikan posisi yang 17.Agar keluarga
kulit dan perawatan alami mengurangi tekanan pada mampu

f. Menunjukkan terjadinya proses luka melakukan


perawatan
penyembuhan luka
secara mandiri
18.Memberikan
kenyamanan
kepada pasien
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan asuhan 19. Pertahankan teknik aseptif 1. Menjaga
berhubungan keperawatan selama x jam, pasien 20. Batasi pengunjung bila kebersihan dan
dengan tidak mengalami infeksi teratasi perlu mencegah
32

prosedur dengan kriteria hasil: 21. Cuci tangan setiap sebelum infeksi
invasif, a. Klien bebas dari tanda dan gejala dan sesudah tindakan 2. Memberikan
malnutrisi, infeksi keperawatan rasa nyaman
tidak adekuat b. Menunjukkan kemampuan untuk 22. Gunakan baju, sarung dan agar pasien
pertahanan mencegah timbulnya infeksi tangan sebagai alat dapat
primer c. Jumlah leukosit dalam batas normal pelindung beristirahat
ataupun d. Menunjukkan perilaku hidup sehat 23. Berikan terapi antibiotik 3. Melakukan
sekunder e. Status imun, gastrointestinal, 24. Inspeksi kulit dan membran tindakan aseptic
genitourinaria dalam batas normal mukosa terhadap sesuai prosedur
kemerahan, panas, drainase 4. Mencegah
25. Ajarkan pasien dan adanya infeksi
keluarga tanda dan gejala nosokomial
infeksi 5. Mencegah
infeksi kuman
dan bakteri
6. Mengetahui
adanya tanda-
tanda inflamasi
7. Mengetahui
intervensi
terhadap
infeksi dengan
cepat

Вам также может понравиться

  • Rekapitulasi Sts Dukcapilmbnhv
    Rekapitulasi Sts Dukcapilmbnhv
    Документ9 страниц
    Rekapitulasi Sts Dukcapilmbnhv
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • Rekapitulasi Sts Dukcapilmbnhv
    Rekapitulasi Sts Dukcapilmbnhv
    Документ9 страниц
    Rekapitulasi Sts Dukcapilmbnhv
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • NOTA DINAS SPT KAUR 12 S.D 14 Juli 2017
    NOTA DINAS SPT KAUR 12 S.D 14 Juli 2017
    Документ4 страницы
    NOTA DINAS SPT KAUR 12 S.D 14 Juli 2017
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • SPT
    SPT
    Документ24 страницы
    SPT
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • Rincian Objek
    Rincian Objek
    Документ8 страниц
    Rincian Objek
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • PPWP 1 Praktikum
    PPWP 1 Praktikum
    Документ4 страницы
    PPWP 1 Praktikum
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • Kwitansi
    Kwitansi
    Документ58 страниц
    Kwitansi
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • Pengantar
    Pengantar
    Документ3 страницы
    Pengantar
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • Pengantar
    Pengantar
    Документ3 страницы
    Pengantar
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • Kwitansi
    Kwitansi
    Документ58 страниц
    Kwitansi
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • SPPD
    SPPD
    Документ4 страницы
    SPPD
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • SPPD
    SPPD
    Документ4 страницы
    SPPD
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • Skalo
    Skalo
    Документ2 страницы
    Skalo
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • PI
    PI
    Документ6 страниц
    PI
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • Laporan Sementara 4 Analisis Ketimpangan
    Laporan Sementara 4 Analisis Ketimpangan
    Документ8 страниц
    Laporan Sementara 4 Analisis Ketimpangan
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • Laporan Sementara Praktikum 2 BLM Jadi
    Laporan Sementara Praktikum 2 BLM Jadi
    Документ6 страниц
    Laporan Sementara Praktikum 2 BLM Jadi
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • UNSUR MAKLING HIDUP
    UNSUR MAKLING HIDUP
    Документ26 страниц
    UNSUR MAKLING HIDUP
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • TEKNIK - TEKNIK - ANALISIS - Ekonomi - Wilayah-1.pptx Filename UTF-8''TEKNIK - TEKNIK ANALISIS - Ekonomi Wilayah-1
    TEKNIK - TEKNIK - ANALISIS - Ekonomi - Wilayah-1.pptx Filename UTF-8''TEKNIK - TEKNIK ANALISIS - Ekonomi Wilayah-1
    Документ38 страниц
    TEKNIK - TEKNIK - ANALISIS - Ekonomi - Wilayah-1.pptx Filename UTF-8''TEKNIK - TEKNIK ANALISIS - Ekonomi Wilayah-1
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • GENETIK DASAR
    GENETIK DASAR
    Документ68 страниц
    GENETIK DASAR
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • Akata Pengantar Daftar Isi Respirasi
    Akata Pengantar Daftar Isi Respirasi
    Документ28 страниц
    Akata Pengantar Daftar Isi Respirasi
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • Kecelakaan Kerja
    Kecelakaan Kerja
    Документ10 страниц
    Kecelakaan Kerja
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • Bab Iv Doel
    Bab Iv Doel
    Документ1 страница
    Bab Iv Doel
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • Jenis Penyakit Sistem Respirasi
    Jenis Penyakit Sistem Respirasi
    Документ2 страницы
    Jenis Penyakit Sistem Respirasi
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • Tugas Mandrak
    Tugas Mandrak
    Документ44 страницы
    Tugas Mandrak
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • LOGISTIK PANGAN
    LOGISTIK PANGAN
    Документ19 страниц
    LOGISTIK PANGAN
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • A COVER Presbikuasis
    A COVER Presbikuasis
    Документ1 страница
    A COVER Presbikuasis
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • COVER Respirasi
    COVER Respirasi
    Документ1 страница
    COVER Respirasi
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • Bab 19
    Bab 19
    Документ2 страницы
    Bab 19
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • Askep Presbiakusis
    Askep Presbiakusis
    Документ27 страниц
    Askep Presbiakusis
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет
  • AKATA PENGANTAR DAFTAR ISI Respirasi
    AKATA PENGANTAR DAFTAR ISI Respirasi
    Документ2 страницы
    AKATA PENGANTAR DAFTAR ISI Respirasi
    Mahendra Prasetyo
    Оценок пока нет